Anda di halaman 1dari 27

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebagai salah satu elemen mesin, fastener atau pengunci adalah suatu alat
yang berupa batang atau tabung dengan alur heliks pada permukaannya
berfungsi untuk mengikat atau menguncikan suatu benda pada permukaan
benda lain. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, fastener sendiri adalah
untuk mengikat dua komponen menjadi satu berarti mereka digabungkan,
dan sambungan tersebut dipaten atau dikunci bersamaan. Yang dapat
memungkinkan dalam hal ini adalah sebuah alat pengikat (fastener).
Dalam makalah ini, penulis membahas tentang salah satu jenis fastener, yaitu
paku keling. Paku keling / riveted joint adalah salah satu metode
penyambungan yang sederhana. Penggunaan metode penyambungan dengan
paku keling ini sangat baik digunakan untuk penyambungan pelat-pelat
alumnium. Pengembangan Penggunaan rivet dewasa ini umumnya digunakan
untuk pelat-pelat yang sukar dilas dan dipatri dengan ukuran yang relatif
kecil.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam hal ini adalah :
1.2.1 Apa saja penggunaan paku keling ?
1.2.2 Apa saja jenis pembembanan pada paku keling ?
1.2.3 Apa saja jenis kerusakan pada paku keling ?
1.2.4 Bagaimana kekurangan dan kelebihan paku keling ?
1.2.5 Bagaimana perhitungan yang terkait dengan paku keling ?

1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah :
1.3.1 Mahasiswa memahami tentang sambungan paku keling.
1.3.2 Mahasiswa dapat melakukan perhitungan yang terkait dengan
sambungan paku keling.
2

BAB II
ISI

2.1 Paku Keling Secara Umum


Paku keling merupakan jenis paku dari logam, terdiri dari kepala dan
batang, dipakai untuk mengikat penyambungan dari pelat besi dengan cara
dikeling. Paku keling (rivet) digunakan untuk sambungan tetap antara 2 plat
atau lebih. Paku keling dalam ukuran yang kecil dapat digunakan untuk
menyambung dua komponen yang tidak membutuhkan kekuatan yang besar,
misalnya peralatan rumah tangga, furnitur, alat-alat elektronika, dll.
Sambungan dengan paku keling sangat kuat dan tidak dapat dilepas kembali
dan jika dilepas maka akan terjadi kerusakn pada sambungan tersebut.
Karena sifatnya yang permanen, maka sambungan paku keling harus dibuat
sekuat mungkin untuk menghindari kerusakan atau patah.
Paku keling mempunyai 3 bagian utama, bagian utama tersebut
antara lain:
a. Kepala landas
Pada saat pembentukan paku keling, kepala landas digunakan
untuk landasan saat bagian ekor sedang di bentuk.
b. Badan
Badan paku keling dimasukan kedalam lubang plat dan sebagai
tumpuan untuk menahan tegangan geser.
c. Ekor ( Tail )
Bagian ini digunakan sebagai pengunci ketika sudah mengalami
pembentukan kepala di bagian ekor.

Bagian Utama Paku Keling


3

Proses Pembentukan Rivet ( Paku Keling )

Sambungan kelingan dibedakan menjadi:


1. Sambungan kuat
Yaitu sambungan yang hanya memerlukan kekuatan saja
seperti sambungan keling kerangka bangunan, jembatan, blok
mesin dan lain-lain.
2. Sambungan kuat dan rapat
Yaitu sambungan yang memerlukan kekuatan dan kerapatan
seperti pada sambungan keling pada ketel uap, tangki-tangki
muatan tekanan tinggi serta dinding kapal.
3. Sambungan rapat
Yaitu sambungan yang hanya memerlukan kerapatan bagian-
bagian mesin saja, seperti pada sambungan keling tangki-tangki
zat cair serta bejana bertekanan rendah. Bahan baku keling
umumnya dibuat dari baja karbon rendah, tembaga,
alumunium.

Berikut ini contoh paku keling yang sering digunakan berdiameter


antara 12 mm sampai 48 mm.
4

Tipe paku keling untuk ketel.


5

Bahan paku keling yang biasa digunakan antara lain adalah baja, brass,
aluminium, tembaga. Semua bahan itu tergantung dari jenis sambungan/ beban
yang diterima oleh sambungan.

a. Penggunaan umum bidang mesin : ductile (low carbon), steel, wrought


iron.
b. Penggunaan khusus : weight, corrosion, atau material constraints apply :
copper (+alloys) aluminium (+alloys), monel, dll.

Efesiensi sambungan paku keling

Lap Joint Effisiensi But joint (D strap) Effisiensi


Single 45 – 60 Single 55 – 60
Double 63 – 70 Double 70 – 83
Triple 72 - 80 Triple 80 – 90
Quadruple 85 – 94

Cara pemasangan paku keling, Lubang untuk pemasangan paku


keling dibor, lubang paku keling harus bersih dari bram sehabis pengeboran,
pengunaan mata bor harus sesuai dengan paku keling yang akan digunakan.
Perbandingan antara diameter body keling dengan lubang berjarak
0.5 mm, toleransi jarak lubang bor dengan paku keling harus lebih kurang 1
mm, jarak perbandingan 1 mm diperlukan untuk mempermudah memasukan
paku keling kedalam lubang pada saat paku keling dalam keadaan panas.
Ada dua cara penggunaan paku keling dengan keadaan panas dan
dalam keadaan dingin, dalam keadaan dingin paku keling yang sering
digunakan adalah tembaga, alumunium dan paku keling baja berdiameter
8mm atau yang berukuran kecil saja yang sering digunakan dalam keadaan
dingin, cara pemasangan, kepala paku dikeling dipukul dengan tangan atau
mengunakan mesin (pnueumatik atau hidraulik).
6

2.2 Paku Keling Berdasarkan Penyambungan Pelat


2.2.1 Sambungan berhimpit (Lap Joint)
Penyambungannya dilakukan dengan cara saling menghimpit kedua
ujung pelat, pada jarak tertentu dari setiap ujung, sesuai jumlah baris
kedudukan paku keling yang dibutuhkan.
2.2.2 Sambungan menumpu (Butt Joint)
Ujung yang akan disambung dari kedua pelat, saling didempetkan
pada kedudukan segaris lurus satu sama lainnya. Baru kemudian
dipasangkan pelat pengikatnya, menutupi kedua ujung pelat tersebut,
pada lebar tertentu sesuai jumlah baris kedudukan paku keling yang
dibutuhkan. Baik pada satu sisi saja (single strap) maupun pada
kedua sisi (double strap), tergantung kekuatan yang diperlukan.
7

2.3 Sambungan Paku Keling Berdasarkan Jumlah Baris


1. Sambungan paku keling baris tunggal.
a. Sebaris paku keling dalam sambungan berimpit. (single riveted lap
joint).
b. Sebaris paku keling dalam sambungan menumpu. (single riveted butt
joint).
2. Sambungan paku keling baris ganda.
a. Beberapa baris paku keling dalam sambungan berimpit. (double
riveted lap joint)
- Baris rantai sambungan berimpit (chain riveting lap joint)
- Baris zig-zag sambungan berimpit (zig-zag riveting lap joint)

Gambar :
8

3. Beberapa baris paku keling dalam sambungan menumpu. (double


riveted butt joint)
- Baris rantai sambungan menumpu (chain riveting butt joint)
- Baris zig-zag sambungan menumpu (zig-zag riveting butt joint)

2.4 Bentuk – bentuk Kepala Keling


Bentuk kepala dan jenis paku keling serta ukuran ukurannya yang
dibuat dapat dilihat pada standar paku keling DIN 101 (keluaran negeri
Belanda). Namun beberapa jenis pada standar tersebut sudah tidak
diproduksi lagi.
Bentuk-bentuk yang masih banyak diperdagangkan yaitu:
1. Kepala Bulat

Ukuran normal:
Jenis A Jenis B
9

d = 2 ± 37 mm d = 2 ± 37 mm
ϕα = 1,6 ± 1,7 d ϕα = 1,7 ± 1,8 d
h = 0,6 ± 0,7 d h = 0,7 ± 0,8 d
I = 3d ± 10 d I = 3d ± 10 d

2. Kepala tirus

Ukuran normal :
d = 26-31 mm h = 0,6 d-0,7 d
ϕα = 1,6 d-1,8 d I = 3 d-10 d

3. Kepala persing (dibenam)

Ukuran normal;
d = 23 mm - 31 mm
ϕα = 1,5 d - 2 d
h = 0,4 - 0,5 d
I = 3 d - 10

4. Kepala silinder datar


10

Ukuran normal:
d= 23 mm – 31 mm
ϕα = 1,5 d – 2 d
h= 0,4 – 0,5 d
I = 3 d – 10 d

5. Ujung tangkai paku diisi dengan bahan peledak

Keterangan:
1. Sebelum dikeling
2. Sesudah dikeling
Banyak digunakan pada industri pesawat udara, pada bagian-bagian yang
sulit dikeling biasa. Diameter d biasanya lebih besar dari 8 mm.

6. Silinder tipis
11

Banyak dibuat dari alumunium dan tembaga. Untuk pengelingan


bahan-bahan bukan logam,isolator dan lain-lain.
Ukuran normal:
d = 4 mm – 20 mm
t = 0,25 – 12 mm

2.5 Jenis Pembebanan pada Paku Keling


a) Pembebanan Tangensial
Pada jenis pembebanan tangensial ini, gaya yang bekerja terletak pada
garis kerja resultannya, sehingga pembebanannya terdistribusi secara
merata kesetiap paku keling yang digunakan.
b) Pembebanan Eksentrik
Pembebanan ini terjadi apabila sambungan paku keling menerima
beban yang tidak melewati pusat sistem sambungan. Ketika garis aksi
dari beban tidak melewati titik pusat dari sistem keling danseluruh
keling tidak menerima beban yang sama, maka sambungan ini
dinamakan sambungan keling beban eksentris.

Beban eksentris menghasilkan geser sekunder diakibatkan oleh


kecenderungan gaya untukmemutar sambungan terhadap pusat
gravitasi yang menimbulkan geser.Misalkan
P = Beban eksentris sambungan, dan
E = Eksentrisitas beban yaitu jarak antara garis aksi beban dan
pusat sistem keling
12

2.6 Kegagalan pada Paku Keling


2.6.1 Sobeknya bagian tepi ujung pelat (tearing of the plate at an edge)
Kegagalan ini terjadi akibat terlalu dekatnya perletakan lubang
paku keling terhadap tepi ujung pelat. Hal ini dapat diantisipasi
dengan membuat ukuran tepi / margin (m) minimal sebesar :
m ≥ 1,5 x d

dengan :
d = diameter lobang paku keling.

Gambar :
13

2.6.2 Sobeknya pelat disepanjang kedudukan paku keling.


(tearing of the plate accros arrow of rivets)
Terjadi akibat kalahnya kekuatan penampang pelat yang tersisa
setelah dilobangi di sepanjang lebar, oleh gaya tarik yang bekerja di
sepanjang bidang pelat. Dapat diantisipasi dengan mengetahui
besarnya gaya tarik yg mampu ditahan pelat yang tersisa (Fta ).
Persamaannya :
Fta = σta x Ata
dengan :
σta = tegangan tarik pembebanan, yang diambil dari besar tegangan
tarik kekuatan bahan pelat dengan mempertimbangkan faktor
keamanan (Sf).
Ata = luas penampang dari lebar pelat yang tersisa setelah dilobangi.
- untuk p (pits) yang diketahui : Ata = (p – d) x t
- untuk b (lebar pelat) yang diketahui : Ata = (b – n .d) x t
p (pits) = jarak antara titik pusat dua lobang paku keling yang
saling berdekatan. Merupakan lebar penampang pelat terkecil
yang menahan tarikan.
n = jumlah paku keling.
Gambar :

2.6.3 Paku keling tergunting (shearing of the rivets)


Terjadi akibat kalahnya kekuatan bahan penampang paku keling saat
menahan beban geser, di bidang geser persinggungan antara pelat-
pelat, akibat bekerjanya gaya tarik pada masing-masing plat. Dapat
dicegah dengan mengetahui kekuatan penampang lingkar badan paku
keling dalam menahan gaya geser (Fs ).
Perbedaan pada cara penyambungan pelat, menyebabkan jumlah
penampang badan paku keling yang menahan geseran juga berbeda,
yakni :
- Pada sambungan berhimpit, hanya ada satu bidang geser (As), yakni
antara pelat yang saling disambung.
Persamaannya : Fs = τ x As x n
dengan : As = (π / 4) x dpk 2
sehingga : Fs = τ x (π / 4) x dpk 2 x n
14

- Pada sambungan menumpu dengan satu pelat penyambung, hanya ada


satu bidang geser (As), yakni antara pelat penyambung dengan pelat
yang disambung.
Persamaannya : Fs = τ x As x n
dengan : As = (π / 4) x dpk 2
sehingga : Fs = τ x (π / 4) x dpk 2 x n
Gambar : ( seperti diatas)

- Pada sambungan menumpu dengan dua pelat penyambung atas-


bawah. Disini ada dua bidang geser (As), yakni antara pelat
penyambung atas-bawah dengan pelat yang disambung di bagian
tengah.
Tekanan yang diberikan paku keling diantara pelat yang bergeser
ternyata ikut berperan memberikan tahanan. Sehingga luas bidang
geser paku keling yang efektif sebagai tahanan menjadi sebesar 1,875
bagian dari yang seharusnya ada di dua penampang. Sehingga
persamaan yang tadinya :
Fs = τ x 2 x As x n
menjadi : Fs = τ x 1,875 x As x n
dengan : As = (π / 4) x dpk 2
maka : Fs = τ x 1,875 x (π / 4) x dpk 2 x n
dengan : τ = tegangan geser pembebanan, yang diambil dari besar
tegangan geser
kekuatan bahan dengan mempertimbangkan faktor keamanan (Sf).
dpk = diameter paku keling (badannya).
n = jumlah paku keeling
Gambar : ( seperti diatas)

2.6.4 Luluhnya paku keling (crushing of the rivets)


Peristiwa luluhnya paku keling terjadi akibat konsentrasi gaya tekan
pelat di bagian belakang paku keling terhadap luas penampang badan
paku keling (ALu) yang tegak lurus terhadap arah bekerjanya gaya
(lihat gambar). Peluluhan bahan paku keling baru akan terjadi setelah
gaya tekan bekerja terus menerus pada jangka waktu tertentu.

Diantisipasi dengan mencari kekuatan paku keling dalam menahan


gaya luluh (FLu).
FLu = σLu x ALu x n
dengan : ALu = d x t
dengan : t = tebal pelat
σLu = tegangan luluh pembebanan, yang diambil dari besarnya
tegangan geser
kekuatan bahan dengan mempertimbangkan faktor keamanan (Sf).
15

Gambar : ( seperti diatas)


Secara alamiah, kegagalan kerja sambungan dipastikan akan bermula
dari bagiannya yang terlemah. Oleh karena itulah nilai kekuatan
sambungan pada umumnya dinyatakan oleh efisiensi sambungan,
yakni :
kekua tan  sambungan  terkecil / terlemah
kekua tan  plat  utuh  yang  disambung
η =
Kekuatan pelat utuh yang disambung, besarnya dihitung dari kekuatan
/ tegangan izin bahan pelat dengan mempertimbangkan faktor
keamanan (Sf) terhadap luas penampang pelat utuh yang belum
dilobangi :
F = σta x Ata
- untuk p (pits) yang diketahui : Ata = p x t
- untuk b (lebar pelat) yang diketahui : Ata = b x t

Selain itu, macam – macam kegagalan sambungan keling yaitu :


- Perubahan bentuk (crushing) pada plat atau keling
- d = Diameter lubang keling,
- t = Ketebalan plat,
- σC= Tegangan crushing yang diijinkan untuk material,
- n = Jumlah keling per panjang pitch akibat crushing.
- Ac = d.t
= n.d.t (total luas crushing)
- Pc = n.d.t.σC
- Pc > P = kegagalan/kerusakan.

Aplikasi Pemakaian paku keling digunakan untuk :


- Sambungan kuat dan rapat, pada konstruksi boiler (boiler, tangki
dan pipa-pipa tekanan tinggi).
- Sambungan kuat, pada konstruksi baja (bangunan, jembatan dan
crane ).
- Sambungan rapat, pada tabung dan tangki ( tabung pendek,
cerobong, pipa-pipa tekanan).
- Sambungan pengikat, untuk penutup chasis, body pesawat
terbang.

2.7 Keuntungan dan Kelebihan Paku Keling


2.7.1 Keuntungan Penggunaan Paku Keling
1. Biaya pembuatan yang lebih murah jika dibandingkan dengan
sambungan yang lain.
2. Pemeriksaan dalam perawatan yang mudah.
3. Bisa menyambungkan jenis logam yang berbeda, bahkan dengan
jenis yang bukan termasuk logam.
16

2.7.2 Kerugian Penggunaan Paku Keling


1. Membutuhkan pekerja yang berpengalaman dalam pembuatan
sambungan.
2. Kebocoran dapat menjadi masalah dalam sambungan paku keling,
tetapi masih bisa di tangani dengan teknik tertentu.
3. Karena sambunan paku keling bersifat permanent maka untuk
melepas sambungan harus dengan cara merusak paku keling
tersebut.

2.8 Terminologi Sambungan Paku Keling


2.8.1 Pitch
Merupakan jarak dari pusat satu keling ke pusat keling lainnya yang
sejajar, dinotasikan dengan p.
2.8.2 Diagonal Pitch
Merupakan jarak antara pusat keling pada baris berikutnya dari
sambungan keling zig-zag.
2.8.3 Back Pitch
Merupakan jarak tegak lurus diantara garis pusat dari baris
berikutnya, dinotasikan dengan ps.
2.8.4 Margin
Merupakan jarak antara pusat dari lubang keling dengan tepi dari
pelat, notasi m.
2.9 Perhitungan dalam Paku Keling
2.9.1 Perhitungan Kekuatan
o Area Sobekan Per Panjang Pitch
At = (p – d) x t
o Ketahanan plat terhadap robekan ( tearing )
Ft = ( p – d ) . t . σt
o Shearing resistance of the rivet
Fs = π/4 d 2 . τ
o Crushing resistance of the rivet
Fc = d . t . CVC
o Beban maksimum yang boleh diterima plat
Fmax = p . t . σt
Contoh Soal 1.
Hitung efisiensi sambungan paku keling jenis single riveted lap joint pada
plat dengan tebal 6 mm dengan diameter lubang / diameter paku keling 2 cm
dan picth 5 cm dengan asumsi :
- σt = 1200 kg/cm2 (bahan plat)
- τ = 900 kg/cm2 (bahan paku keling)
- σC = 1800 kg/cm2 (bahan paku keling)
17

Jawab : t = 6 mm = 0,6 cm
d = 2 cm
σt = 1200 kg/cm2 = 12 000 N/cm2 (bahan plat)
τ = 900 kg/cm2 = 9 000 N/cm2 (bahan paku keling)
σC = 1800 kg/cm2 = 18 000 N/cm2 (bahan paku keling)
Ketahanan plat terhadap robekan ( tearing ) :
Ft = ( p – d ) . t . σt
= ( 5 – 2 ) . 0,6 . 12 000 = 21 600 N
Shearing resistance of the rivet
Fs = π/4 d 2 . τ
= π /4 . ( 2 )2 . 9000 = 28 270 N
Crushing resistance of the rivet
Fc = d . t . CVC
= 2 . ( 0,6 ) . 18 000 = 21 600 N
Efisiensi dihitung dari ketahanan yang paling kecil, yaitu ketahanan
terhadap tearing, Ft atau Fc.
Ft = 21 600 N
Fs = 28 270 N
Fc = 21 600 N
Beban maksimum yang boleh diterima plat :
Fmax = p . t . σt
= 5 . ( 0,6 ) . 12 000 = 36 000 N

Efisiensi sambungan paku keling :


Beban terkecil( Ft , Fs , Fc) Ft atau Fc
η= Fmax = p,t ,σ t

21600
= 36000 = 0.6 ≠ 60 %
18

2. Hitung efisiensi tipe double riveted double cover butt joint pada plat
setebal 20 mm, dengan menggunakan paku keling berdiameter 25 mm dan
pitch 100 mm.
σt = 120 MPa (bahan plat)
τ = 100 MPa (bahan paku keling)
σC = 150 MPa (bahan paku keling)
Ketahanan plat terhadap robekan ( tearing ) :
Ft = ( p – d ) . t . σt
= ( 100 – 25 ) (20) (120) = 180.000 N
Shearing resistance of the rivet
Fs = n x 2 xπ /4 d 2 (τ )
= 2 x 2 xπ /4 . ( 2 )2 (100 ) = 196.375 N
Crushing resistance of the rivet
Fc = n . d . t . σC
= 2 x 25 x 20 x 150 = 150 000 N
Efisiensi dihitung dari ketahanan yang paling kecil, yaitu ketahanan
terhadap tearing, Ft atau Fc.
Ft = 180 000 N
Fs = 196 375 N
Fc = 150 000 N
Beban maksimum yang boleh diterima plat :
Fmax = p . t . σt
= 100 x 20 x 120 = 240 000 N

Efisiensi sambungan paku keling :


Beban terkecil( Ft , Fs , Fc)
η= Fmax
19

150.000
= 240.000 = 0.625 ≠ 62.5 %

2.9.2 Pergeseran pada Keling


a. Area geser per keling / luas penampang

Ilustrasi Area Geser Lap Joint

Dari gambar di atas area geser adalah tempat dimana


terjadinya pergeseran yang berlawanan arahnya. Adapun rumus
untuk area geser:

π
As = 4 xd

Keterangan:
As : Area geser
D : Diameter paku keling
Jumlah area geser per paku keling sama dengan jumlah
paku keling yang terdapat pada sambungan lap joint. Sedangkan
untuk sambungan butt joint bergantung dengan jumlah plat yang
akan disambung.

Gambar Ilustrasi Area Geser Butt Joint


Dari Gambar 2 di atas maka rumus untuk area geser
tersebut :
20

π
As = 2 4 xd

b. Beban Rusak dalam Geser

π2
Ps= A.σ = 4 d.σ

Dimana: A= luas penampang keling


σ = gaya tarik dari bahan baku

c. Beban Rusak dalam Tarik

Pt  At. t  ( p  d )t. t

Dimana : p = Lebar plat atau panjang


penampang pemisah
t = tebal
(p-d) = lebat netto plat

d. Kerusakan Dukung
21

Dimana terjadi pergerakan relatif antara plat utama, yaitu dari


perubahan bentuk tetap atau pembesaran lubang paku keling yang
disebabkan oleh kelebihan tekanan dukung (paku keling bisa rusak).
Pada prakteknya kerusakan dukung (b) dianggap merata di
sepanjang luas persegi lubang paku keling.
Kerusakan beban dukung : Pb  Ab. b  (t.d ) b

e. Diameter Paku Keling


Untuk jenis sambungan kampuh bilah tunggal di keling ganda
seperti terlihat pada gambar, maka kedua plat tersebut terpisah
bila mampu memutuskan dua baris penampang, jika jumlah paku
(n) buah maka paku terasabut akan putus tergeser, maka yang
terjadi pada bahan adalah tegangan geser.

f. Lebar Plat yang dibutuhkan dan Jarak Antar Paku Keling


22

Contoh Soal :

Dua buah plat disambung seperti terlihat pada gambar diatas


dimana pada kedua ujungnya bekerja gaya sebesar 10000 (N).
Bila Tegangan yang di izinkan untuk plat 137.9 N/mm tegangan
geser izin untuk bahan paku 109.8 N/mm2 . Jumlah paku keling
yang di gunakan berjumlah 6 buah serta ketebalan plat 5 mm.

Ditanyakan :

1 Diameter paku keling.


2 Jarak antara paku .
3 Lebar plat yang dibutuhkan .
23

g. Ketahanan geser keling per panjang pitch


24

2.9.3 Efisiensi Sambungan Keling


a. Strength of the riveted joint
Kekuatan sambungan paku keling ditentukan dari menghitung
kekuatan berikut :
1) Ketahanan geser keling per panjang pitch :
π
Ps = 4 x d 2 x fs x n

2) Ketahanan sobek per panjang pitch :


Pt = ft x At At = ( p - d ) x t
3) Ketahanan patah keling per panjang pitch :
Pc = n x d x t x fc
Keterangan :
fs = Tegangan geser paku keling yang diizinkan.
ft = Tegangan yang diizinkan oleh bahan plat.
fc = Tegangan patah paku kelin yang diizinkan.
At = Area sobek per panjang pitch
p = Pitch dari keling ( jarak antara pusat paku keling
satu ke pusat paku keling lainnya yang sejajar )
t = Ketebalan plat
d = Diameter paku keling
n = Jumlah paku keling
Strength of riveted joint adalah ketahanan minimal dari ke tiga
ketahanan di atas.

b. Strength of Plate
25

c. Efisiensi Sambungan
Beban terkecil(Ft , Fs , Fc) Ft atau Fc
η= Fmax = p,t,σ t

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1 Paku keling sering digunakan untuk menyambung dua buah plat atau plat
dengan batang profil, Jenis sambungan dengan menggunakan paku
keling, merupakan sambungan tetap karena sambungan ini bila dibuka
26

harus merusak paku kelingnya dan tidak bisa dipasang lagi, kecuali
mengganti paku kelingnya dengan yang baru.
2 Perhitungan Kekuatan
Area Sobekan Per Panjang Pitch
At = (p – d) x t
Ketahanan plat terhadap robekan ( tearing )
Ft = ( p – d ) . t . σt
Shearing resistance of the rivet
Fs = π/4 d 2 . τ
Crushing resistance of the rivet
Fc = d . t . CVC
Beban maksimum yang boleh diterima plat
Fmax = p . t . σt

3 Ketahanan geser keling per panjang pitch


π
Ps = 4 x d 2 x fs x n

4 Ketahanan sobek per panjang pitch


Pt = ft x At At = ( p - d ) x t

5 Ketahanan patah per panjang pitch


Pc = n x d x t x fc
6 Efisiensi
Beban terkecil( Ft , Fs , Fc) Ft atau Fc
η= Fmax = p,t,σ t

DAFTAR PUSTAKA

http://www.indiastudychannel.com/resources/146267-Rivet-types-riveted-
joints.aspx pada tanggal 2 Oktober 2016 pukul 14.30 wib.
http://ecoursesonline.iasri.res.in/mod/page/view.php?id=2492
https://mechanicalinfo.wordpress.com/tag/riveted-joint-failures/ pada tanggal 2
Oktober 2016 pukul 14.30 wib.
https://laskarteknik.com/2010/06/13/perancangan-paku-keling-riveted-joints/ pada
tanggal 2 Oktober 2016 pukul 14.30 wib.
27

Putra,Boy Isma,dkk. Elemen Mesin untuk Teknik Industri. Penerbit:Graha


Ilmu.Yogyakarta.2008.

G.Nienmann,dkk. Elemen Mesin Jilid 1.Penerbit:Erlangga.Jakarta.1999.

Anonim. Elemen Mesin 1.Diakses dari httpanamesin.lecture.ub.ac.idfiles2015065-


Sambungan-Paku-Keling-I.pdf pada tanggal 2 Oktober 2016 pukul 14.30 wib.

Anda mungkin juga menyukai