PEMIDANAAN
1. Tindak Pidana
Tindak pidana adalah istilah paling umum untuk istilah strafbaar feit dalam
bahasa belanda. Terjemahan atas istilah strafbaar feit ke dalam bahasa Indonesia
Terdapat beberapa istilah oleh para ahli hukum dalam mendefiniskan istilah
tindak pidana.
Menurut Jan Remmelink, tindak pidana adalah perilaku yang pada waktu
tertentu dalam konteks suatu budaya dianggap tidak dapat ditolelir dan harus
kepentingan yang dilindungi oleh hukum, dan kepentingan tersebut terdiri dari
5
Erdianto Effendi, Hukum Pidana Indonesia, PT Refika Aditama, Bandung, 2011,
hlm.96-97
6
Jan Remmelink. Hukum Pidana, Komentar atas Pasal-Pasal Terpenting dari Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana Belanda dan Padanannya dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana Indonesia, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003, hlm. 61
7
Wirjono Prodjodikoro, Tindak-Tindak Pidana Tertentu di Indonesia, PT Rafika
Aditama, Bandung, 2003, hlm. 16
11
12
“perbuatan pidana” dan memberi makna perbuatan pidana sebagai perbuatan yang
dilarang oleh 0suatu aturan hukum, larangan mana disertai sanksi yang berupa
(handeling) yang diancam dengan pidana yang bersifat melawan hukum, yang
berhubungan dengan kesalahan dan yang dilakukan oleh orang yang mampu
bertanggungjawab.
Serupa dengan Simons, Van Hamel juga menggunakan istilah strafbaar feit
dalam wet, yang bersifat melawan hukum, yang patut dipidana (strafwaardig) dan
dilakukan dengan kesalahan. Dari defini diatas, maka dapat diambil kesimpulan
8
Leden Marpaung, Asas-Teori-Hukum Pidana, Cetakan Keempat, PT Sinar Grafika,
Jakarta, 2008, hlm. 7
13
quod fit, jadi keseluruhan kejadian (perbuatan), termasuk kelalaian serta situasi
“Istilah tersebut baru dapat dipakai setelah ada penetapan putusan hakim
yang mempunyai kekuatan hukum tetap, karena untuk mengetahui orang
bersalah atau tidak, melawan hukum atau tidak, dapat
dipertanggungjawabkan atau tidak harus melalui suatu proses penyelesaian
perkara pidana berdasarkan hukum formil yang berlaku”.
Selain istilah perbuatan pidana, strafbaar feit dan tindak pidana terdapat
istilah lain yang digunakan oleh para ahli hukum dalam mendeskripsikan “tindak
Kata “delik” berasal dari bahasa Latin, yakni, delictum. Dalam bahasa
Jerman disebut delict, dalam bahasa Kamus Besar Bahasa Indonesia, delik
2. Van Hammel: Delik adakah suatu serangan terhadap hak-hak orang lain.
9
Jan Remmelink, Op.Cit., hlm. 85
10
Leden Marpaung. 2008, Op.Cit., hlm. 7
14
yuridis atau kriminologis. Kejahatan atau perbuatan jahat dalam arti yuridis
konkrit. Tindak pidana adalah suatu kelakuan manusia diancam pidana oleh
bangsa, dan negara. Dengan hukuman pidananya tinggi dan berat sebagai
11
Djoko Tribawono, Hukum Perikanan Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Bandung
2002, hlm. 22
15
ikan dengan alat yang dilarang, pengeboman ikan, bisnis perikanan illegal
tanpa mempunyai surat perizinan serta masih banyak lagi kasus yang
lainnya.
Pasal yang mengatur rumusan delik perikanan dari Pasal 84, Pasal 85, Pasal
86, Pasal 88, Pasal 91, Pasal 92, Pasal 93, dan Pasal 94 adalah kejahatan,
sedangkan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 87, Pasal 89,
Pasal 90, Pasal 95, Pasal 96, Pasal 97, Pasal 98, Pasal 99, dan Pasal 100
adanya kesengajaan atau kealpaan yang pada hakikatnya adalah bentuk dari
yaitu hakim ad hoc yang terdiri atas dua hakim ad hoc dan satu hakim
terdakwa.
tahun 2009.
yaitu :
12
Supriadi dan Alimuddin, Op.Cit., hlm 68
17
Penangkapan ikan tanpa Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP) dengan maksud
dan tujuan tertentu, dengan cara atau modus kejahatan yang telah direncanakan
Undanng Nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan mengatur tentang Surat Izin
tertentu yang masuk dalam kelompok kejahatan, dan di dalam buku III memuat
kelompok pelanggaran. Ternyata ada unsur yang selalu disebutkan dalam setiap
seperti Pasal 351 KUHP (Penganiayaan). Unsur kejahatan dan melawan hukum
dari dua sudut pandang yakni dari sudut teoritis, dan dari sudut pandang Undang-
Undang. Teoritis artinya berdasarkan pendapat para ahli hukum, yang tercermin
bagaimana kenyataan tindak pidana itu dirumusukan menjadi tindak pidana dalam
a. Perbuatan;
Berdasarkan kata majemuk, perbuatan pidana, maka pokok pengertian ada pada
dengan pidana menggambarkan bahwa tidak mesti perbuatan itu dalam kenyataan
yang artinya pada umunya dijatuhi pidana karena melakukan tindakan yang
13
Adam Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana (Stelsel Pidana, Tindak Pidana, Teori-Teori
Pemidanaan & Batas Berlakunya Hukum Pidana), PT Raja Grafindo, Bandung, 2002, hlm. 79
14
P.A.F Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, PT Citra Aditya Bakti,
Banding, 1997, hlm. 72
19
bahwa seolah-olah setiap perbuatan yang dilarang itu selalu diikuti dengan
pidana berarti perbuatan itu tidak selalu dan tidak dengan demikian dijatuhi
pidana.
itu tidak terdapat kesan perihal syarat-syarat (subjektif) yang melekat pada
Dari batasan yang dibuat Jonkers dapat dirinci unsur-unsur tindak pidana
adalah :
a. Perbuatan (yang);
d. Dipertanggungjawabkan.
15
Schravendijk, Buku Pelajaran Tentang Hukum Pidana Indonesia, J.B. Woltes, Jakarta-
Groningen, 1955.
20
e. Dipersalahkan/kesalahan.
orangnya.
dalam KUHP itu dapat diketahui adanya 11 unsur tindak pidana, yaitu :
Dari sebelas unsur itu, di antaranya terdapat dua unsur subjektif yaitu
bahwa dalam mengambil itu di luar persetujuan atau kehendak pemilik (melawan
hukum objektif). Atau pada Pasal 251 KUHP pada kalimat “tanpa izin
pemerintah”, juga Pasal 253 KUHP pada kalimat “menggunakan cap asli secara
melawan hukum” adalah berupa melawan hukum objektif. Akan tetapi, ada juga
melawan hukum subjektif misalnya melawan hukum dalam penipuan (Pasal 378
21
KUHP) pemerasan (Pasal 368 KUHP) pengancaman (Pasal 369 KUHP) dimana
disebutkan untuk menguntungkan diri sendiri atau orang kain secara melawan
hukum. Begitu juga unsur melawan hukum pada perbuatan memiliki dalam
penggelapan Pasal (372 KUHP) yang bersifat subjektif, artinya terdapat kesadaran
bahwa memiliki benda orang lain yang ada dalam kekuasaannya itu merupakan
celaan masyarakat.16
kondisi perikanan di Negara lain yang memiliki perbatasan laut, dan sistem
pengelolaan perikanan di Indonesia itu sendiri, secara garis besar faktor penyebab
berikut :17
1. Kebutuhan ikan dunia (demand) meningkat, disisi lain pasokan ikan dunia
menurun, terjadi overdemand terutama jenis ikan dari laut seperti Tuna. Hal
ini mendorong armada perikanan dunia berburu ikan manapun dengan cara
2. Disparitas (perbedaan) harga ikan segar utuh (whole fish) di negara lain
surplus pendapatan.
16
Ibid., hlm 82
17
Rohmin Dahuri, Petunjuk Teknis Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Perikanan,
Pusdiklat Kejagung RI, 2012, hlm 4
22
4. Laut Indonesia sanfar luas dan terbuka, di sisi lain kemampuan pengawasan
wilayah laut yang menjadi yuridiksi Indonesia dan kenyataan masih sangat
lepas (High Seas) telah menjadi magnet penarik masuknya kapal-kapal ikan
(input restriction). Hal ini kurang cocok jika dihadapkan pada kondisi
laut lepas.
luas wilayah perairan yang harus diawasi. Hal ini ditambah lagi dengan
C. TEORI PEMIDANAAN
Retributivist yang menyatakan bahwa keadilan dapat dicapai apabila tujuan yang
keadilan.18
Beberapa teori yang berkaitan dengan tujuan pemidanaan adalah sebagai berikut :
kejahatan atau tindak pidana. Tujuan utama dari pidana menurut teori
pengaruhnya adalah skunder. Contoh, apabila ada dua orang pelaku yang
seorang menciptakan akibat yang lebih serius dari yang lain, maka dia
18
Muladi, Lembaga Pidana Bersyarat, Alumni, Bandung, 2002.
24
dengan orang yang bersalah maupun yang berkaitan dengan dunia luar,
Dasar pembenaran dari adanya pidana menurut teori ini terletak pada
pidana.
a. Pengaruh pencegahan;
hukum.
a. Menegakan Kewibawaan
b. Menegakan Norma
c. Membentuk Norma
yang adil.22
21
Ibid.,
22
Samosir, Djisman, Op.Cit
26
ditulis pada tahun 1828 menyatakan : ‘sekalipun pembalasan sebagai asas dari
pidana bahwa beratnya pidana tidak boleh melampaui suatu pembalasan yang
yaitu:
bukunya “Hand Boek Van het Net Strafrecht” bahwa pidana adalah
suatu sanksi yang memiliki ciri-ciri tersendiri dari sanksi lain dan
23
Muladi, Lembaga Pidana Bersyarat, Alumni, Bandung , 2002
24
Bambang Waluyo, Pidana dan Pemidanaan, Sinar Grafika, Jakarta, 2004, hlm. 135-
137
25
Andi Hamzah, Sistem Pidana dan Pemidanaan Indonesia dari Retribusi ke Reformasi,
Pradya Paramita, Jakarta, 1986
27
Batas laut teritorial sebagaimana disinggung dimuka, hampir setiap negara lautan
wilayah daratan satu dengan yang lain dan kemungkinan berlaku hukum yang
berbeda, disadari atau tidak pada dasarnya setiap insan manusia mempunyai hak
kekayaan tersebut. Secara makro dapat digambarkan bahwa ada 2 (dua) ketentuan
hukum nasional, suatu negara hal ini sudah barang tentu prosedur
tidak mengurangi fungsi lautnya, yaitu dapat dibagi dalam 3 (tiga) wilayah yaitu :
3. Laut bebas.
dan bagi negara-negara asing yang ingin menggunakan wilayah tersebut harus
untuk kepentingan lainnya di luar itu dapat dilakukan dengan segala tuujuan
damai.
Mengenai laut bebas atau laut lepas (high sea) sangat terbuka bagi semua
negara, tidak satu negara pun dapat menyatakan bahwa laut lepas ini termasuk
wilayah laut yang satu ini tidak ada suatu kedaulatan pun yang menghinggapi
wilayah tersebut, andaikan ada hanya merupakan suatu sistem blokade, hal ini
Setiap negara, baik negara pantai maupun negara tidak berpantai mempunyai
c. Kebebasan memasang kabel dan pipa saluran dibawah permukaan air laut
lingkungannnya sesuai dengan yang di amanatkan pada Pasal 7 ayat (1) Undang-
pedalaman, perairan kepulauan, laut teritorial, zona tambahan, dan Zona Ekonomi
Ekslusif Indonesia.
1. perairan indonesia;
3. Sungai, danau, waduk, rawa, dan genangan air lainnya yang dapat
Republik Indonesia.
Indonesia. Kecuali terhadap orang atau badan hukum asing yang melakukan
30
Pemberian surat izin usaha perikanan kepada orang dan/atau badan hukum
kapal untuk bertanggung jawab atas kepatuhan orang atau baadan hukum