A. Tujuan.
Tujuan Umum:
1. Memberi petunjuk kepada mahasiswa supaya mengetahui carapemasangan pondasi batu
kali pada pekerjaan suatu proyek dan mampu mengarahkan kepada mahasiswa untuk
pemasangan pondasi batu kali yang benar.
2. Memberi petunjuk kepada mahasiswa bahan-bahan dan alat-alat yang digunakan dalam
proses pemasangan pondasi batu kali dan mampu menganalisa alat dan bahan tersebut
sesuai dengan fungsinya.
3. Memberi petunjuk kepada mahasiswa tentang perbandingan bahan campuran pasir dan
semen yang benar.
Tujuan Khusus :
1. Mahasiswa dapat membuat pasangan batu kali dengan benar.
2. Mahasiswa dapat menggunakan bahan dan alat yang tersedia sesuai dengan fungsinya.
3. Mahasiswa dapat membuat perbandingan campuran bahan dengan benar.
ALAT :
1. Gerobak : digunakan sebagai alat pengangkut bahan-bahan.
2. Sekrop : digunakan sebagai alat pengambil semen dan pasir.
3. Ayakan : digunakan sebagai alat untuk mengayak pasir.
4. Cetok : digunakan sebagai alat untuk membantu mengaya pasir.
5. Pengaduk molen : digunakan sebagai alat untuk mengaduk campur semen dan pasir.
6. Bowplank : digunakan sebagai alat untuk menentukan muka tanah.
7. Benang : sebagai alat untuk pelurus kadataran sederhana.
8. Timba : sebagai tempat adonan.
Tambahkan komentar
Aug
14
Materi Ajaran K3
1. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Keselamatan kerja merupakan suatu permasalahan yang banyak menyita perhatian berbagai
organisasi saat ini karena mencakup permasalahan segi perikemanusiaan, biaya dan manfaat
ekonomi, aspek hukum, pertanggungjawaban serta citra organisasi itu sendiri. Semua hal
tersebut mempunyai tingkat kepentingan yang sama besarnya walaupun disana sini memang
terjadi perubahan perilaku, baik di dalam lingkungan sendiri maupun factor lain yang masuk
unsure eksternal industry.
Philosophy K3 adalah upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan tenaga kerja dan
manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat yang adil dan
sejahtera.
Berdasarkan definisi, keselamatan berarti suatu keadaan dimana seseorang terbebas dari
peristiwa celaka dan nyaris celaka. Sedangkan kesehatan memiliki arti tidak hanya terbebas
dari penyakit namun juga sehat atau sejahtera secara fisik, mental serta sosial. Jadi
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah seseorang terbebas dari celaka dan nyaris celaka
dimanapun dia berada dan sehat secara rohani, jasmani maupun dilingkungan sosial.
Tujuan dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ditempat kerja adalah:
a. Menciptakan sistem kerja yang aman
b. Menjamin tercapainyan kesejahteraan pada pekerja, properti dan lingkungan dalam
melaksanakan pekerjaan.
2. Hazard
3. Resiko
a. Sejarah K3
Keselamatan dan kesehatan kerja atau dalam bahasa inggrisnya “Work and Health Safety”
mempunyai fungsi mencegah kecelakaan dan menjamin kesehatan ditempat tenaga kerja
melakukan pekerjaan. Tidak seorangpun didunia ini yang ingin mengalami kecelakaan.
Karena itu K3 bersifat umum dan ditujukan untuk keselamatan dan kesehatan seluruh umat
manusia. Hal ini terbukti dengan diadakannya International conference di Roma pada tahun
1955 yang diikuti oleh 27 negara, di kota Brussel, Belgia. Pada tahun 1958 yang diikuti 0leh
51 negara , di Paris tahun 1961 dan yang keempat dilaksanakan di London Inggris.
Semenjak manusia bekerja muali dari zaman purbakala untuk keperluan hidup sehari-hari
banyak yang telah mengalami cedera, luka dan sebagainya. Pengalaman demikian membuat
mereka mencari jalan dan cara mencegah agar kecelakaan tidak terjadi. Masyarakat yang
semula primitive lambat laun berkembang dan muali mengenal cara kerja untuk
menghasilakan sesuatu yang dapat dipasarkan. Selama pekerjaan masih dikerjakan dengan
tangan dan merupakan industry rumah yang bersifat peroranga, pencegahan kecelakaan tidak
begitu sulit diatasi. Ia hanya memperbaikai alat-alat dan cara kerjanya saja. Sifat-sifat yang
demikian segera berobah sejak timbulnya Revolusi Industri. Hukum-hukum alam yang
semula tidak disadari kini muali tersingkap dan dipelajari dengan seksama sehingga lahir
ilmu pengetahuan yang dapat diterapkan dengan praktis. Sejak itu industrei tumbuh dengan
pesat, beraneka ragam dan serba rumit. Yang semula merupakan usha manusia untuk
memenuhi kebutuhannya dengan industry kecil seperti menenun pakian dengan tangan, maka
dengan penemuan-penemuan baru yang dimuali abad ke-18 dibangunalah pabrik-pabrik
tekstil raksasa. Penemuan yang satu selalu disusul dengan penemua-penemuan yang baru
sehingga alat tangan sebagian besar berubah menjadi alat-alat mesin dan komputer. Siklus ini
selalu berjalan dan berkembang seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi sampai saat sekarang dan akan berlansung sepanjang manusia masih ada. Karena
pada prinsipnya manusia ingin bekerja prkatis, cepat, selamat, sehat dan tidak banyak
menangung resiko terhadap keutuhan anggota badannya, sehingga ia akan selalu berusaha
mengembangkan ilmu dan teknologinya untuk mencapainya.
Jika kita ingat bahwa umat manusia semenjak dititahkan oleh Tuhan Yang Maha Esa selalu
menginginkan berada dalam keadaan selamat, sehat serta bahagia, dan selalu berikhtiar agar
jasmani dan rohaniah tetap dalam keadaan utuh, berfungsi baik dan berkembang, maka
problema keselamatan dan kesehatan kerja yang penting bagi kehidupan manusia tidak akan
terhapus dan terus berkembang mengikuti jejak kemajuan teknik dan teknologi. Oleh seba itu
dibuatlah peraturan-peraturan mengenai berbagai jenis keselamatan kerja seperti:
a. Keselamatan Kerja dalam Industri (Industrial Safety)
b. Keselamatan Kerja di Pertambangan (Mining Sefety)
c. Keselamatan Kerja dalam Bangunan (Building and Construction Safety)
d. Keselamatan Kerja Lalu Lintas (Traffic Safety)
e. Keselamatan Kerja Penerbangan (Flight Safety)
f. Keselamatan Kerja Kereta Api (Railway Safety)
g. Keselamatan Kerja di Rumah (Home Safety)
h. Keselamatan Kerja di Kantor (Office Safety)
b. Falsafah K3
Arti dan tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah Menjamin Keadaan, keutuhan dan
kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah manusia serta hasil karya dan budayanya,
tertuju pada kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan manusia pada khususnya. Pendek
dan jelas perumusan falsafah ini dan senantiasa dipakai sebagai dasar dan titik tolak dari
setiap usaha keselamatan dan kesehatan kerja. Dalam fasafah tercakup pandangan serta
pemikiran filosofis, sosial-teknis dan sosial ekonomis.
Kesemuanya itu menuju pada peningkatan taraf bhidup (Standard of Living) dan
kesejahteraan umat manusia.
Di Indonesia setelah terbentuknya Negara Kesatuan Repuplik Indonesia, maka pada tangagal
6 Oktober 1950 dibentuk Kementerian Perburuhan, Sejak itu Negara Kesatuan Republik
Indonesia berkedudukan di Jakerta dan mengalami perubahan dan perkembangan. Pada
tanggal 10 Oktober 1950 debentuk Jawatan Pengawasan Keselamatan Kerja yang terdiri dari
kantor pusat dan kantor daerah. Pada tanggal 1 Juli 1954 Jawatan Keselamatan Kerja
digabungkan menjadi satu yaitu Jawatan Pengawasan Perburuhan. Beberapa tahun kedua
jawatan ini tidak menguntungkan dan jalannya kurang lancar karena soal psikologis dan
teknis penggambungan. Maka pada tanggal 1 Januari 1959 dengan peraturan Menteri
Perburuhan tanggal 19 Desember 1958 no. 24 tahun 1958 diadakan perubahan terhadap
peraturan Menteri Perburuhan tanggal 3 Mei 1954 no. 70 tahun 1954 dan dibentuk Jawatan
Keselamatan Kerja dengan bentuk dan kedudukan seperti sekarang ini, terpish dari Jawtan
Pengawasan Perburuhan.
Yang dimaksud dengan tenaga kerja menurut Undang-undang tanggal 19 Nopember 1969
tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja adalah tiap orang yang mampu
melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa
atau barang untuk memenuhi kebutuhan masyarat. Arti Tenaga Karja disini sangatlah luas,
meliputi semua pejabat Negara seperti Presiden, Ketua MPR, DPA, DPR, Kopelisian, semua
pengusaha, Buruh, pekerja dan sebagainya.
Sedangkan tempat kerja adalah tiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak
atau tetap dimana tenaga kerja bekerja atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk suatu
keperluan atau suatu usha dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya termasuk
tempat kerja semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya yang merupakan bagian
atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut.
Ada tiga alasan yang menyebabkan pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja, yaitu:
a. Keselamatan adalah Hak Asasai Manusia (HAM)
b. HAM dilindungi oleh peraturan perundang-undangan
c. Efisiensi atau mengurangi kerugian akibat kecelakaan kerja
Untuk menjamin perlindungan pekerja atas keselamatan dan kesehatannya dalam bekerja,
maka pemerintah mengatur pelaksanaanya dalam undang-undang:
1. Undang-undang No. 3 Tahun 1969 Tentang Persetujuan Konvensi ILO No. 120 Mengenai
Hygiene dalam Perniagaan dan Kantor-Kantor
2. Undang-undang No. 14 Tahun 1969 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga
Kerja (lembaran Negara No. 55 Tahun 1969)
3. Undang-undang No. 1 Tahu 1970 Tentang Keselamatan Keselamatan Kerja (lemberana
Negara No. 1 Tahun 1970)
4. Undang-undang No. 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
5. Undang-undang No. 23 Tahun1992 Tentang Kesehata Kesehatan
6. Undang-undang RI No. 25 Tahun 1991 Tentang Ketenaga Kerjaan
7. Keputusan Presiden RI No. 22 Tahun 1993 Tentang Penyakit Yang Timbul Karena
Hubungan Kerja
8. Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. Per.01/Men/1980 Tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja pada Konstruksi Bangunan.
9. Peraturan Mentri Tenaga Kerja No. Per.05/Men/1996 Tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
10. Keputusan bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Tenaga Kerja nomor Kep.
174.Men/1986 bersama 104/KPTS/1986 Tentang Pedoman Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Pada Tempat Kegiatan Konstruksi.
11. Peraturan Pemerintah RI No. 29 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi
(pasal 30)
12. Standar K3 Internasional:
a. Konvensi ILO No. 167 Tahun 1988, Tentang Safety and Health in Construction
b. Rekomendasi ILO No. 175 Tahun 1988, Tentang Safty and Health inConstruktion
c. ILO/OSH june 2001, Tentang Guidelines Onoccupational Safety and Health Managemant
Systems (OSHMS)
Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan meteri Tenaga Kerja Tahun 1986,
memetapkan berlakunya Buku Pedoman Pelaksanaan Tentang Keselamatan dan Keshatan
Kerja Pada Tempat Kegiatan Konstruksi. Persyaratan administrasi dan teknis K3 telah
dirumuskan dalam buku pedoman tersebut. Pihak-pihak yang terlibat pada penyelenggaraan
konstruksi perlu memahaminya dan membudayakannya.
7. Organisasi K3
Untuk menjamin pekerja agar sehat, selamat dan sejahtera serta mendapatkan kepuasan kerja,
maka perusahaan perlu membentuk organisasi K3. Dibeberapa perusahaan organisasi ini
dinamakan Bagian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Occupupational Health an
Safety/OHS), bagian keselamatan dan kesehatan kerja (OHS) atau bahkan digabungakan
dengan kesehatan lingkungan menjadi bagian keselamatan, Kesehatan dan Lingkunagn
(Safety Health and Evironment/SHE). Organisasi ini biasanya ada dibawah pengawasan
Departeman Sumber Daya Manusia atau Departeman Produksi.
8. Manajemen K3
Dalam menciptakan tenaga kerja yang produktif, sehat dan berkualitas dibutuhkan suatu
sistem manajemen yang khusus mengatur K3, bertujuan untuk:
a. Sebagai alat untuk mencapaiderajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-tingginya, baik
buruh, petani, nelayan, pegawai negeri atau pekerja-pekerja bebas.
b. Sebagai upaya pembebasan dan pemberantasan penyakit dan kecelakaan-kecelakaan akibat
kerja, pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, dan gizi tenaga kerja, perawatan dan
mempertinggi efisiensi dan daya produktifitas tenaga manusia, pemberantasan kelelahan
kerja dan pelipat ganda kegairahan serta kenikmatan kerja.
Manajmen memiliki kewenangan dalam mengontrol setiap aktivitas kerja. Namun sering kali
aktivitas tersebut tidak terkontrol dengan baik disebabkan karena :
a. Manajemen K3 yang kurang terencana dengan baik
b. Kurang tepat atau kurang mendalamnya perencanaan
c. Pelaksanaan stsndar yang tidak tepat
Oleh karena adanya kelemah-kelemahan perncanaan manajmen K3 pada suatu proyek, maka
perencanaan Manajmen K3 minimal harus meliputi:
a. Kepemimpinan dan administrasinya
b. Manajemen keselamatan dan kesehatan kerja terpadu
c. Pengawasan
d. Analisis pekerjaan dan procedural
e. Penelitian dan analisis pekerjaan
f. Latihan bagi tenaga kerja
g. Pelayanan kesehatan kerja
h. Penyediaan alat perlindungan diri
i. Peningkatan kesadaran terhadap keselamatan dan kesehatan kerja
Tambahkan komentar
Aug
14
gaya gaya yang bekerja. Beton hanya diperhitungkan dalam memikul gaya tekan
sedangkan tulangan diperhitungkan memikul gaya tarik dan sebagian gaya tekan, selain itu
ada gaya gaya lain yang dipikul oleh tulangan seperti, gaya puntir ( Torsi ), gaya geser dan
lain lain.
II. 1 . Balok Beton Tanpa Tulangan
Jika beban di atas balok itu cukup besar, maka serat serat beton bagian tepi bawah akan
mengalami tegangan tarik yang cukuptak besar pula, sehingga dapat terjadi retak pada
bagian tepi bawah. Keadaan ini terjadi terutama pada daer ah beton yang momennya
besar, yaitu pada bagian tengah bentang.
Tulangan Polos
Baja tulangan ini tersedia dalam beberapa diameter, tetapi karena ketentuan SNI hanya
memperkenankan pemakaiannya untuk sengkang dan tulangan spiral, maka pemakaiannya
terbatas. Saat ini tulangan polos yang mudah dijumpai adalah hingga diameter 16 mm,
dengan panjang 12 m.
Diameter Berat ( kg / m) Luas penampang
( mm ) ( cm2 )
6 0,222 0,28
8 0,395 0,50
10 0,617 0,79
12 0,888 1,13
16 1,578 2,01
Berdasarkan SNI, baja tulangan ulir lebih diutamakan pemakaiannya untuk batang tulangan
struktur beton. Hal ini dimaksudkan agar struktur beton bertulang tersebut memiliki
keandalan terhadap efek gempa, karena akan terdapat ikatan yang lebih baik antara beton dan
tulangannya.
Bentuk baja tulangan seperti gambar di bawah ini :