Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH ERGONOMI

(PEKERJA KULI BANGUNAN)

OLEH KELOMPOK 6:
Cesal Hernansa
Eki Balingga
Gery Ubay
Selvina Astuti
Sisifatmawati Larau
Ulwiah

Universitas Tompotika Luwuk


Fakultas Kesehatan Masyarakat
Tahun 2022
Kata Pengantar
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat-Nya dan karuniahnya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya adapun tema dari makalah ini adalah kesehatan Reproduksi.Makalah ini
penulis susun dalam rangka memenuhi tugas awal perkuliahan semester III
dalam mata kuliah Ergonomi.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada dosen mata kuliah Ergonomi yang telah memberikan tugas terhadap kami.
Di samping itu, kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mohon maaf apabila ada kesalahan-
kesalahan di dalam penulisan makalah ini. Akhir kata, dengan selesainya makalah
ini, seberapapun sederhananya makalah ini, kami berharap makalah ini memiliki
sesuatu yang bermanfaat bagi semua pihak yang membaca makalah ini.

Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ergonomi didefinisikan sebagai studi tentang aspek manusia dalam lingkungan
kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering,
manajemen dan perancangan dan desain. Ergonomi berkenaan pula dengan
optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia di tempat
kerja, di rumah, dan tempat rekreasi (Nurmianto, 1996).
Manusia merupakan makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia selalu
berhubungan dengan orang lain. Hal ini menyebabkan mereka membutuhkan alat
untuk berinteraksi. Bahasa adalah alat yang digunakan oleh manusia untuk
berinteraksi dengan sesamanya.
Sebagaimana kita ketahui, bahasa dapat digunakan untuk bekerja sama dengan
oranglain. Bahasa yang digunakan mempunyai variasinya sendiri yang telah
disepakati dan dimengerti oleh kelompok yang menggunakannya, baik dalam
bentuk tulisan maupun lisan. Kridalaksana (1993:65) mengungkapkan bahwa
bahasa merupakan ungkapan (ekspresi) atau lambang (simbol) yang digunakan
manusia untuk menyatakan sesuatu dalam kehidupan bermasyarakat, karena pada
dasarnya bahasa merupakan lambang bunyi maupun tulisan dari suatu
kebudayaan, baik formal maupun informal. Ada beberapa kelompok masyarakat
yang menggunakan variasi Bahasa tertentu yang kurang dipahami oleh orang di
luar kelompok tersebut, akan tetapi tidak tertutup kemungkinan variasi bahasa
yang digunaan oleh kelompok tersebut dimengerti oleh kelompok lainnya. Salah
satunya adalah kelompok kuli bangunan di Kota Padang.
Kuli bangunan termasuk ke dalam tenaga kerja. Menurut Undang-Undang nomor
13 tahun 2003, tenaga kerja adalah orang yang mampu melakukan pekerjaan guna
menghasilkan jasa untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat.
Tenaga kerja ada dua, yaitu tenaga kerja rohani dan tenaga kerja jasmani. Tenaga
kerja jasmani terbagi dalam tiga bagian, yaitu tenaga kerja terdidik, tenaga kerja
terlatih, dan tenaga kerja tidak terdidik (Wijaya dalam Mustek, 2016:66). Contoh
tenaga kerja tidak terdidik adalah kuli bangunan atau tukang bangunan. Tukang
bangunan merupakan orang yang bertugas mengerjakan proses berdirinya sebuah
bangunan (Sanse dalam Mustek, 2016:66).
Tukang bangunan adalah pekerja yang mempunyai keterampilan dalam bidang
bangunan (Rianto dalam Mustek, 2016:66).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Bangunan?
2. Apa yang dimaksud dengan Kuli Bangunan?
3. Hal-hal apa saja yang harus diperhatikan dalam pembangunan?
4. Apa saja resiko/bahaya pada kuli Bangunan dalam bekerja?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian Bangunan dan Kuli Bangunan
2. Mengetahui hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembangunan
3. Mengetahui resiko/bahaya pada Kuli Bangunan dalam bekerja
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bangunan
Bangunan adalah struktur buatan manusia yang terdiri atas dinding dan
atap yang didirikan secara permanen di suatu tempat. Bangunan juga biasa
disebut dengan rumah atau gedung, yaitu segala sarana, prasarana atau
infrastruktur dalam kebudayaan atau kehidupan manusia dalam
membangun peradabannya. Bangunan memiliki beragam bentuk, ukuran,
dan fungsi, serta telah mengalami penyesuaian sepanjang sejarah yang
disebabkan oleh beberapa faktor, seperti bahan bangunan, kondisi cuaca,
harga, kondisi tanah, dan alasan estetika.

Bangunan mempunyai beberapa fungsi bagi kehidupan manusia, terutama


sebagai tempat berlindung dari cuaca, keamanan, tempat tinggal, privasi,
tempat menyimpan barang, dan tempat bekerja. Suatu bangunan tidak bisa
lepas dari kehidupan manusia khususnya sebagai sarana pemberi rasa
aman, dan nyaman.

Contoh bangunan yang paling sering kita lihat yaitu jembatan beserta
konstruksi, dan rancangannya, jalan, serta sarana telekomunikasi. Secara
umum, peradaban suatu bangsa dapat dilihat dari teknik-teknik bangunan
maupun sarana, dan prasarana yang dibuat maupun ditinggalkan oleh
warisan manusia dalam perjalanan sejarahnya.

Karena bangunan berkaitan dengan kemajuan peradaban manusia, maka


dalam perjalanannya, manusia memerlukan ilmu atau teknik yang
berkaitan dengan bangunan, dan menunjang dalam membuat suatu
bangunan. Adapun ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan bangunan
adalah arsitektur dan teknik sipil. Bahkan penggunaan trigonometri dalam
matematika juga berkaitan dengan bangunan yang diduga digunakan pada
masa Mesir kuno dalam membangun Piramida.

Pada awalnya, manusia hanya memanfaatkan apa yang ada di alam sebagai
sarana, dan prasarana serta infrastruktur dalam kehidupannya. Sebagai
contoh yaitu pemanfaatan gua sebagai tempat tinggal. Kemudian
peradaban manusia berkembang dengan memanfaatkan apa yang ada di
alam, seperti batu, tanah, dan kayu, sebagai bahan baku untuk membuat
suatu infrastruktur. Pada masa berikutnya, peradaban berkembang lagi
dengan ditemukannya bahan-bahan tambang yang bisa digunakan untuk
membuat alat maupun benda yang mampu menopang sebuah bangunan,
seperti halnya barang logam, serta mengolah bahan-bahan alam seperti
mengolah batuan kapur, pasir, dan tanah. Dalam perkembangannya,
manusia membuat bahan-bahan bangunan dari hasil industri atau buatan
manusia yang bahan-bahan bakunya diambil dari alam.

Sejak ditemukannya lukisan-lukisan di dalam dinding gua, sejak itulah


manusia juga menjadikan bangunan sebagai objek kanvas dalam
mengekspresikan suatu keindahan. Dalam beberapa tahun terakhir, faktor
keindahan juga menjadi poin penting dalam pendirian suatu bangunan.

B. Pengertian Kuli Bangunan


kuli bangunan atau disebut juga tukang bangunan adalah sebuah profesi
pekerjaan dalam bidang rancang bangunan yang memiliki keahlian dalam
sebuah pekerjaan proyek seperti: rumah, ruko, dan bangunan lainnya.
Dalam melakukan pekerjaannya, kuli bangunan sering menggunakan
bahasa sebagai alat komunikasi.
Kuli bangunan termasuk ke dalam tenaga kerja. Menurut Undang-Undang
nomor 13 tahun 2003, tenaga kerja adalah orang yang mampu melakukan
pekerjaan guna menghasilkan jasa untuk memenuhi kebutuhan sendiri
maupun masyarakat.
Tenaga kerja ada dua, yaitu tenaga kerja rohani dan tenaga kerja jasmani.
Tenaga kerja jasmani terbagi dalam tiga bagian, yaitu tenaga kerja
terdidik, tenaga kerja terlatih, dan tenaga kerja tidak terdidik (Wijaya
dalam Mustek, 2016:66). Contoh tenaga kerja tidak terdidik adalah kuli
bangunan atau tukang bangunan. Tukang bangunan merupakan orang yang
bertugas mengerjakan proses berdirinya sebuah bangunan (Sanse dalam
Mustek, 2016:66). Tukang bangunan adalah pekerja yang mempunyai
keterampilan
dalam bidang bangunan (Rianto dalam Mustek, 2016:66).

C. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembangunan


1. Keadaan tempat tinggal didalam lokasi proyek
a. Kebersihan tempat kerja
1) Bahan-bahan yang tidak terpakai dan tidak diperlukan lagi
harus dipindahkan ke tempat yang aman
2) Semua paku yang menonjol harus disingkirkan atau
dibengkokkan untuk mencegah terjadinya kecelakaan
3) Peralatan dan benda-benda kecil tidak boleh dibiarkan karena
benda-benda tersebut dapat menyebabkan kecelakaan, misalnya
membuat orang jatuh atau tersandung (terantuk)
4) Sisa-sisa barang alat-alat dan sampah tidak boleh dibiarkan
bertumpuk ditempat kerja.
5) Tempat-tempat kerja dan gang-gang yang licin karena oli atau
sebab lain harus dibersihkan atau disiram pasir, abu atau
sejenisnya
6) Alat-alat yang mudah dipindah-pindahkan setelah dipakai
harus dikembalikan pada tempat penyimpanaan semula.
b. Pembuangan kotoran limbah diatur perletakannya agar tidak
menggangu kesehatan

2. Peralatan kerja
a. Peralatan kerja harus lengkap, yaitu:
1) Safety hat, yang berguna untuk melindungi kepala dari benturan
benda keras selama bekerja
2) Safety shoes, yang akan berguna untuk menghindarkan terpeleset
karena licin atau melindungi kaki dari kejatuhan benda keras dan
sebagainya
3) Kacamata keselematan, terutama dibutuhkan untuk melindungi
mata pada lokasi pekerjaan yang banyak serbuk metal atau serbuk
material keras lainnya
4) Masker, diperlukan pada medan yang berdebu meskipun ruang
operator telah tertutup rapat, masker ini dianjurkan tetap dipakai.
5) Sarung tangan, dibutuhkan pada waktu mengerjakan pekerjaan
yang berhubungan dengan bahan yang keras, misalnya membuka
atau mengencangkan baut dan sebagainya
b. Peralatan kerja dijaga mutunya (jangan sampai usang dan kondisinya
rusak)
c. Adanya penyuluhan jika menggunakan mesin berat dan peralatan
elektronika dengan benar
d. Adanya pengaman pada mesin berat dan peralatan elektronika
3. Fisik Pekerja
a. Stamina pekerja
b. Kondisi emosi pekerja yang labil
c. Pola fikir pekerja yang biasanya kurang memperhatikan
keselamatan kerja
d. Motivasi dalam bekerja
e. Pengetahuan pekerja tentang standar K3, penggunakan fasilitas
kerja, dan berbagai hal dalam pekerjaan konstruksi
4. Pengaturan Lain
a. Jumlah pekerja
b. Pengaturan jam kerja dan jam lembur
c. Penerapan shift kerja
d. Umur pekerja
e. Jenis kelamin pekerja
f. Pengelolaan tempat tinggal di dalam proyek

D. Resiko/bahaya pada kuli Bangunan dalam bekerja


Terjatuh (falling down), terpeleset (slips), tersandung (trips), dan
kejatuhan material dari atas (falling object).
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

Anda mungkin juga menyukai