Anda di halaman 1dari 108

Bab I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penelitian ini membahas mengenai Keselamatan Kerja bagi karyawan

pada PT. Tolan Tiga Indonesia ( Tolan Estate ). Menurut Keputusan Menteri

Tenaga Kerja R.I No. Kep. 463/MEN/1993. Keselamatan dan Kesehatan Kerja

yaitu upaya perlindungan yang ditujukan agar tenaga kerja dan orang lainnya di

tempat kerja atau perusahaan selalu dalam keadaan selamat dan sehat, serta setiap

sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien. Maka dalam hal ini

peneliti sangat tertarik ingin mengkaji mengenai keselamatan dan kesehatan kerja

bagi karyawan PT. Tolan Tiga Indonesia ( Tolan Estate ). Untuk itu, peneliti ingin

melihat bagaimana keselamatan kerja yang diterapkan oleh karyawan karyawan

Harvest ( Pemanen ), Spraying ( Menyemprot ), dan Manuring ( Pemupukan ).

Dari ketiga jenis pekerjaan tersebut tentunya sangat berpengaruh dalam produksi

buah kelapa sawit milik perusahaan PT. Tolan Tiga Indonesia ( Tolan Estate ).

Mengkaji tentang Keselamatan Kerja Karyawan, maka dalam prakteknya

bagi seseorang yang berbudaya tentunya memiliki prilaku-prilaku yang ditunjukan

seorang karyawan dalam menjaga keselamatan kerja. Budaya bersasal dari kata

Culture yang merupakan istilah bahasa asing yang sama artinya dengan

kebudayaan.

Kebudayaan merupakan seluruh sistem gagasan, rasa, tindakan, serta

karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan

miliknya dengan belajar ( Koentjaraningrat : 1996:72 ).

1
Dengan demikian hampir semua tindakan manusia adalah kebudayaan,

karena jumlah tindakan yang dilakukannya dalam kehidupan bermasyarakat yang

tidak dibiasakannya dengan belajar yaitu tindakan naluri, atau refleks. Salah satu

wujud dari kebudayaan adalah sistem mata pencaharian hidup dan dari wujud

nyata aktifitas tersebut adalah dengan menggunakan peralatan. Dari sistem mata

pencaharian dapat berupa seperti; berladang, berburu, berkebun, bertani, dan lain-

lain. Dalam masyarakat yang melakukan aktivitas berladang, berburu, berkebun,

bertani, tentunya mereka harus mengutamakan keselamatan pada saat bekerja.

Maka dalam hal ini, dengan mengutamakan keselamatan kerja, maka dapat

meminimalisir dari resiko kecelakaan kerja. Dengan mengurangi resiko

kecelakaan kerja, maka diperlukan sikap atau prilaku dari karyawan itu sendiri

dalam menjaga keamanan diri dengan prilaku keselamatan.

Perilaku Keselamatan adalah perilaku kerja yang relevan dengan

keselamatan dapat dikonseptualisasikan dengan cara yang sama dengan perilaku-

perilaku kerja lain yang membentuk perilaku kerja. Perilaku keselamatan

merupakan aplikasi dari perilaku tugas yang ada di tempat kerja ( Griffin dan

Neal,2000). Selain itu harus adanya pematuhan serta partisipasi dari setiap

karyawan pada aktivitas-aktivitas dalam menjaga pemeliharaan keselamatan kerja

di tempat kerja.

Maka dalam hal ini pematuhan dan partisipasi individu pada aktivitas-

aktivitas pemeliharaan keselamataan di tempat kerja, sebagai umpan balik maka

karyawan hendaknya menyadari arti pentingnya keselamatan bagi dirinya maupun

bagi perusahaan tempat bekerja.

2
Didalam setiap tindakan dan perilaku manusia secara keseluruhan dapat

disebut sebagai kebudayaan yang didalamnya terdapat unsur-unsur –unsur

kebudayaan. Unsur-unsur kebudayaan tersebut ialah ; (1) Bahasa; sarana bagi

manusia untuk memenuhi kebutuhan sosialnya untuk berinteraksi atau

berhubungan dengan sesamanya, (2) Sistem Pengetahuan; yaitu pengetahuan

manusia tentang berbagai unsur yang digunakan dalam kehidupannya, (3)

Organisasi Sosial; yaitu perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, yang

berfungsi sebagai sarana partisipasi masyakat, selain itu juga sebagai makhluk

yang selalu hidup bersama-sama, manusia membentuk organisasi sosial untuk

mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat mereka capai sendiri, (4) Sistem

Peralatan Hidup dan Teknologi; yaitu upaya manusia yang selalu berusaha untuk

mempertahankan hidupnya sehingga mereka selalu membuat peralatan atau

benda-benda yang nantinya akan mereka gunakan ketika melakukan suatu

aktivitas, (5) Sistem Mata Pencaharian Hidup; upaya manusia untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya dengan berburu atau meramu, berkebun, bertani, berternak,

berladang dan lain-lain, (6) Sistem Religi; upaya manusia dalam meyakini suatu

kekuatan yang melebihi manusia, seperti dengan gagasan meyakini adanya Tuhan,

Dewa-dewa, ruh-ruh halus, surga, neraka serta adat istiadat yang mereka percayai,

(7) Kesenian; sarana yang digunakan untuk mengekspresikan keindahan dari

dalam jiwa manusia, yang berupa tari-tarian, candi-candi, kain tenun, dan lain-

lain.

3
Dari ketujuh unsur kebudayaan tersebut yang menjadi kajian penelitian ini

adalah dengan melihat sistem pencaharian hidup masyarakat di Desa Perkebunan

Perlabian dengan mengutamakan keselamatan kerjanya demi menjaga dari resiko

kecelakaan-kecelakaan yang diakibatkan dari pekerjaan. Sebagian besar,

mayoritas masyarakat di desa Perkebunan Perlabian bekerja di perkebunan milik

perusahaan swasta yaitu PT. Tolan Tiga Indonesia ( Tolan Estate ).

Berbicara mengenai Keselamatan Kerja bagi karyawan, upaya dalam

pencegahan kecelakaan pada saat bekerja sangat diperlukan. Mengingat nyawa

seseorang itu sangat penting untuk bertahan hidup. Bagi seorang pekerja yang

bekerja di perkebunan bahaya akan kecelakaan kerja mudah saja menghantui para

karyawan. Baik itu kecelakaan akibat dari kejatuhan pelepah atau daun kelapa

sawit, kejatuhan berondolan ( buah sawit yang rontok ), kejatuhan alat kerja

seperti kejatuhan kapak, masuknya butiran-butiran pada saat memanen,

terpaparnya bahan kimia pada saat penyembrotan, terserang hewan-hewan liar,

dan bahkan terkena sengatan listrik.

Maka dalam hal ini guna untuk menghindari bahaya-bahaya tersebut,

upaya yang dilakukan adalah pencegahan kecelakaan kerja atau yang seiring

disebut dengan keselamatan kerja ( safety ). Keselamatan kerja adalah sarana

untuk pencegahan kecelakaan saat bekerja , cacat dan kematian sebagai akibat

kecelakaan kerja.

4
Keselamatan kerja memiliki latar belakang sosial-ekonomis dan kultural

yang sangat luas. Tingkat pendidikan, latar belakang kehidupan yang luas, seperti

kebiasaan-kebiasaan, kepercayaan-kepercayaan, dan lain-lain yang sangat erat

dengan pelaksanaan keselamatan kerja.

Menurut Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat (2) menetapkan bahwa

“Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi

kemanusiaan’’. Yang dimaksudkan pekerjaan yang layak adalah kehidupan

manusiawi yang memungkinkan pekerja berada dalam kondisi selamat dan sehat,

bebas dari kecelakaan kerja. Keselamatan kerja baik sekarang maupun di masa

yang akan datang merupakan sarana menciptakan situasi kerja yang aman,

nyaman dan sehat sehingga mendorong efisiensi1 serta juga dapat meningkatkan

kesejahteraan semua pihak, baik bagi perusahaan maupun pekerja.

Adapun syarat-syarat keselamatan kerja yang diatur dalam pasal 3 ayat 1

Undang-undang Keselamatan kerja, yang berbunyi sebagai berikut: Dengan

peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk: (a)

Mencegah dan mengurangi kecelakaan, (b) Mencegah, mengurangi dan

memadamkan kebakaran, (c) Mencegah dan mengurangi peledakan, (d) Memberi

kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-

kejadian lain yang berbahaya, (e) Memberi pertolongan pada kecelekaan, (f)

Memberi alat-alat pelindung diri pada para pekerja, (g) Mencegah dan

1
Pengertian Efisiensi, Efektivitas, Produktivitas Kerja. ... Menurut Lubis,
Pengertian Efisiensi adalah suatu proses internal atau sumber daya yang diperlukan oleh
organisasi untuk menghasilkan satu satuan output. Oleh sebab itu efisiensi dapat diukur
sebagai ratio output terhadap input.
www.pengertianpakar.com/2014/12/pengertian-efisiensi-efektivitas-dan.html. diakses jam
20.58wib tanggal 5 maret 2017

5
mengedalikan timbul dan menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran,

asap,uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar dan radiasi, suara dan getaran, (h)

Mencegah dan mgendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik, maupun

praktis, peracunan, infeksi dan penularan, (i) Memperoleh penerapan yang cukup

dan sesuai, (j) Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik, (k)

Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup, (l) Memelihara kesehatan dan

ketertiban, (m) Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan,

cara dan proses kerjanya, (n) Mengamankan dan memperlancar pengangkutan

orang, binatang, tanaman atau barang, (o) Mengamankan dan memelihara segala

jenis bangunan, (p) Mengamankan dan memeperlancar pekerjaan bongkar muat,

perlakuan dan penyimpanan barang, (q) Mencegah terkena aliran listrik yang

berbahaya, (r) Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerja

yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

Jadi, dalam hal ini bagi para pemilik perusahaan yang bergerak di bidang

perkebunan yang banyak melibatkan karyawan yang bekerja dilapangan dengan

tingkat resiko yang sangat tinggi, perusahaan juga turut berperan dalam

memperhatikan keselamatan dan kesehatan bagi karyawannya guna mencegah

kecelakaan saat bekerja. Upaya menjaga keselamatan kerja bagi para pekerja

merupakan tanggung jawab keseluruhan organisasi dan staf sama-sama

bertanggung jawab, dan antar keduanya perlu adanya koordinasi serta pembagian

tugas dan tanggung jawab (Depnaker RI, 1996:46 ).

6
Oleh sebab itu, keselamatan dan kesehatan kerja merupakan hal yang

penting bagi perusahaan, karena dampak kecelakaan kerja tidak hanya merugikan

karyawan, akan tetapi, perusahaan juga harus menanggung biaya pengobatan dan

biaya rumah sakit serta sanksi lainnya (UU RI No. 23 Tahun 1992). Seperti yang

dijelaskan dalam Undang-undang Kecelakaan kerja yaitu; (1) Diperusahaan yang

diwajibkan memberi tunjangan, majikan berwajib membayar ganti kerugian

kepada buruh yang mendapat kecelakaan berhubungan kerja pada perusahaan itu,

meurut yang ditetapkan dalam undang-undang ( pasal 1 ayat 1 ), (2) Penyakit

yang timbul karena hubungan kerja dipandang sebagai kecelakaan ( pasal 1 ayat 2

, (3) Jikalau buruh meninggal dunia karena akibat kecelakaan yang demikian,

maka kewajiban membayar kerugian itu berlaku terhadap keluarga yang

ditinggalkan, ( pasal 1 ayat 3 ), (4) Jikalau hak atas perusahaan yang diwajibkan

memberi tunjangan itu beralih kepada majikan lain, buruh dan keluarga buruh

yang ditinggalkan tetap mempunyai hak seperti yang ditetapkan undang-undang

ini yang harus dipenuhi oleh majikan ( pasal 1 ayat 4 ).

Dalam upaya pencegahan kecelakaan kerja atau yang sering disebut

keselamatan kerja, para pekerja khususnya pekerja di perkebunan PT. Tolan Tiga

Indonesia ( Tolan Estate ) juga harus memperhatikan dan mengutamakan

keselamatan kerjanya, yaitu dengan penggunaan alat pelingdung diri saat bekerja

atau ( APD ) secara benar. Penggunaan Alat Pelindung Diri ( APD ) tersebut dapat

mencegah terjadinya kecelakaan, mencegah timbulnya penyakit akibat kerja,

mencegah/mengurangi kematian, dan mencegah/mengurangi cacat (Dep.

Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Pendidikan Menegah Kejuruan : 1980:8 ).

7
Alat Pelindung Diri ( APD ) yang digunakan meliputi bagian badan yang

rentan dengan resiko terkena/terpapar dari bahaya kecelakaan mulai dari kepala

sampai ujung kaki. Berikut Alat Pelindung Diri ( APD ) yang dapat menghindari

dari bahaya kecelakaan kerja yaitu meliputi ; (1) Perlindungan Kepala; alat yang

dapat digunakan adalah Helm ( Safety Helmet ) yang berfungsi melindungi kepala

dari jatuhnya benda-benda yang tidak diinginkan, (2) Mata ; alat yang dapat

digunakan adalah kacamata pelindung ( Goggles ) yang berfungsi melindungi

mata dari terpaparnya benda – benda yang tidak diinginkan, seperti; debu-debu,

serbuk – serbuk halus dari jatuhnya pelepah/ daun sawit , atau serbuk – serbuk

halus dari jatuhnya tandan buah sawit, (3) Hidung ; alat yang dapat digunakan

adalah masker yang berfungsi menghindari masuknya debu – debu kecil yang

dapat mengganggu pernafasan, atau masker yang dapat melindungi hidung dari

terpaparnya uap/udara dari bahan – bahan kimia yang mengagngu pernafasan, (4)

Tangan ; alat yang dapat digunakan adalah berupa sarung tangan yang terbuat dari

bahan yang mudah menyerap keringat, sehingga kondisi tangan tidak mudah

lembab dan fungsinya yaitu dapat melindungi tangan dari tergesek/terkena kulit

tangan pada saat bekerja atau pada saat sedang membawa peralatan kerja, (5) Kaki

; alat yang dapat digunakan adalah sepatu boot/sepatu yang tidak mudah robek

apabila tertimpa benda yang tidak diinginkan, atau terkena gigitan hewan – hewan

seperti ular, pacet/lintah dan lain – lain, (6) Baju Pelindung ; yaitu alat yang

berupa Apron yang terbuat dari bahan plastik yang tidak mudah terkena percikan

bahan kimia, misalnya pada saat penyemprotan rumput sehingga pada saat

penyemprotan rumput sedang berlangsung, baju pelindung ( Clemet ) tersebut

8
dapat menghindari badan terkena percikan air yang berisiskan bahan – bahan

kiman tersebut.

Dengan adanya Alat Pelindung Diri ( APD ) tersebut, maka para pekerja

perkebunan dapat mencegah terjadinya atau terhindar dari bahaya akibat

kecelakaan pada saat bekerja. Selanjutnya, hal-hal yang telah disebutkan diatas

membuat peneliti tertarik untuk meneliti permasalahan tersebut. Peneliti ingin

melihat bagaimana para pekerja atau karyawan dalam upaya pencegahan

kecelakaan atau keselamatan pada saat bekerja.

1.2. Ruang Lingkup Permasalahan dan Lokasi Penelitian

1.2.1. Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan dari keseluruhan latar belakang, maka yang menjadi

pokok permasalahannya yaitu; Bagaimana Keselamatan Kerja Bagi Karyawan

Pada PT. Tolan Tiga Indonesia ( Tolan Estate ). Maka dalam hal ini dapat

dijabarkan ke dalam pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :

1. Pengetahuan apa yang dimiliki karyawan mengenai keselamatan kerja ?

2. Faktor-faktor apa saja yang membuat seorang karyawan mengedepankan

keselamatan kerja ?

1.2.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Perkebunan Perlabian, Kec. Kampung

Rakyat, Kab. Labuhan Batu Selatan. Peneliti memilih lokasi tersebut dikarenakan

mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai karyawan di perkebunan di

9
Desa Perkebunan Perlabian, sehingga dapat memudahkan peneliti untuk

mengambil data. Selain itu juga, alasan penulis memilih Desa tersebut

dikarenakan perkebunan PT. Tolan Tiga Indonesia ( Tolan Estate ) bersebelahan

dengan Desa sang peneliti. Selain itu juga, sebagian teman dekat peneliti juga

tinggal di desa tersebut, dan juga suaminya juga bekerja di perusahaan

perkebunan tersebut. Sehingga dapat memudahkan peneliti melakukan pencarian

data.

1.3. Tinjaun Pustaka

Pada tinjauan pustaka ini akan dijelaskan beberapa pengertian menurut

ahli yang sesuai dengan kajian yang akan diteliti, yaitu meliputi;

1.3.1. Keselamatan Kerja

Berbicara mengenai keselamatan kerja, semua orang menurut budaya

mereka akan berusaha mencari pemenuhan kebutuhannya dengan menetapkan

sistem mata pencaharian sebagai penyambung kehidupannya. Demi menjaga

kehidupan yang aman, sehat dan terhindar dari segala penyakit akibat kerja,

mereka berusaha untuk menghindarai kecelakaan pada saat bekerja. Keselamatan

kerja sama halnya dengan pencegahan kecelakaan kerja. Keselamatan kerja

berasal dari bahasa Inggris yaitu kata ‘safety’’ dan biasanya selalu dikaitkan

dengan keadaan terbebasnya seseorang dari (accident)2 atau (near-miss)3. Jadi

pada hakekatnya keselamatan kerja sebagai suatu pendekatan keilmuan maupun

2
Celaka
3
Hampir celaka

10
sebagai suatu pendekatan praktis mempelajari faktor-faktor yang dapat

menyebabkan terjadinya kecelakaan dan berupaya mengembangkan berbagai cara

dan pendekatan untuk memperkecil resiko terjadinya kecelakaan (Syaaf, 2007).

Sebagaimana diketahui, keselamatan (safety) adalah mencakup

perlindungan karyawan dari cedera yang disebabkan oleh kecelakaan yang

berkaitan dengan pekerjaan, sedang kesehatan (health), adalah mengacu pada

kebebasan dari penyakit fisik maupun emosional (R. Wayne Mondy. 2008:82).

Menurut pendapat ( Leon C Meggison yang dikutip oleh Prabu

Mangkunegara,2000:161) bahwa istilah keselamatan mencakup kedua istilah yaitu

resiko keselamatan dan resiko kesehatan. Kedua istilah tersebut dibedakan, yaitu

Keselamatan kerja menunjukan kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan,

kerusakan atau kerugian ditempat kerja, sedangkan Resiko kesehatan merupakan

aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kebakaran, ketakutan

aliran listrik, terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang, kerugian alat tubuh,

penglihatan, dan pendengaran.

Keselamatan kerja juga merupakan sarana umum untuk pencegahan

kecelakaan seperti cacat kematian akibat kecelakaan kerja. Keselamtan kerja

dalam hubungannya dengan perlindungan tenaga kerja adalah salah satu segi

penting dari perlindungan kerja ( Suma’maur, 1992 ).

Keselamatan kerja yang dilaksanakan sebaik-baiknya akan membawa

lingkungan yang aman dan tenang dalam bekerja sehingga membantu hubungan

kerja yang baik.

11
1.3.2. Kesehatan Kerja

Kesehatan kerja merupakan aspek yang perlu diperhatikan perusahaan

dalam meningkatkan kesehatan para karyawan dalam menjalankan pekerjaan. Hal

ini perlu dilakukan untuk menghindari kecelakaan kerja. Kesehatan kerja

merupakan kondisi yang prima yang terbebas dari penyakit. Kesehatan kerja

merupakan suatu keadaan dimana para pekerja dalam kondisi yang terbebas dari

gangguan penyakit baik fisik maupun psikologi yang disebabkan oleh faktor

pekerjaan dan lingkungan kerja ( Mangkunegara 2002 : 161 ).

Pengertian kesehatan kerja adalah adanya jaminan kesehatan pada saat

melakukan pekerjaan. Menurut WHO/ILO dalam ( L. Meily Kurniawidjaja: 2010:

72-73 ), kesehatan kerja bertujuan untuk peningkatan dan pemeliharaan derajat

kesehatan fisik, mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua

jenis pekerjaan, pencegahan terhadap gangguan kesehatan pekerja yang

disebabkan oleh kondisi pekerjaan; perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya

dari risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan dan penempatan serta

pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang disesuaikan dengan

kondisi fisiologi4 dan psikologisnya5.

Kesehatan kerja ialah ilmu yang mempelajari hubungan antara pekerjaan

dan kesehatan. Hubungan itu dapat terjadi dua arah. Arah pertama adalah

bagaimana pekerjaan mempengaruhi kesehatan, sedangkan arah kedua adalah

bagaimana kesehatan mempengaruhi pekerjaan. Undang-Undang Kesehatan No.

4
( Bahasa Yunani Kuno: physis=asal-usul dan logia=hakikat ) adalah yang
mempelajari berlangsungnya sistem kehidupan.
5
( Bahasa Yunani: psyche=jiwa dan logos=ilmu ) adalah ilmu jiwa atau mempelajari
perilaku/tingkah laku manusia

12
23 Tahun 1992 Bagian 6 Tentang Kesehatan Kerja, pada Pasal 23 berisi: (1)

Kesehatan kerja disenggelarakan untuk mewujudkan produktivitas kerja yang

optimal, (2) Kesehatan kerja meliputi perlindungan kesehatan kerja, pencegahan

penyakit akibat kerja, dan syarat kesehatan kerja, (3) Setiap tempat kerja wajib

menyelenggarakan kesehatan kerja.

Menurut Notoatmodjo ( 2007: 198-199 ) menyatakan bahwa kesehatan

kerja adalah merupakan aplikasi kesehatan masyarakat di dalam suatu tempat

kerja (perusahaan, pabrik, kantor, dan sebagainya) dan yang menjadi pasien dari

kesehatan kerja ialah masyarakat pekerja dan masyarakat sekitar perusahan

tersebut. Ciri pokoknya adalah preventif ( pencegahan penyakit ) dan promotif (

peningkatan kesehatan ). Oleh sebab itu, dalam kesehatan kerja pedomannya

ialah: “ penyakit dan kecelakaan akibat kerja dapat dicegah”, maka upaya pokok

kesehatan kerja adalah upaya pencegahan kecelakaan akibat kerja.

Hal ini berarti kesehatan kerja dalam suatu perusahaan, meskipun upaya

pokoknya pencegahan penyakit dan kecelakaan akibat kerja, serta promosi

kesehatan kerja, namun perlu dilengkapi dengan pelayanan pemeriksaan dan

pengobatan penyakit atau kecelakaan yang terjadi pada pekerja atau keluarganya.

Keluarga pekerja memang bukan secara langsung menjadi anggota

masyarakat pekerja, namun peranan keluarga ( suami-istri ) sangat penting dalam

mencegah penyakit dan kecelakaan kerja serta peningkatan kesehatan kerja.

Kesehatan kerja bertujuan untuk memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-

tingginya, baik fisik, mental, dan sosial bagi masyarkat pekerja dan masyaakat

lingkungan perusahaan.

13
Maka dalam hal ini, bahwa kesehatan kerja mencakup dua hal yaitu, (1)

Sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi-

tingginya. Tenaga kerja disini mencakup antara lain : buruh atau karyawan,

petani, nelayan, pekerja-pekerja sektor non-formal, dan sebagainya, (2) Sebagai

alat untuk meningkatkan produksi yang berlandaskan kepada meningkatnya

efisiensi dan produktifitas ( Sum’maur : 1991 ). Selain itu juga kesehatan kerja

juga memiliki berberapa tujuan yang meliputi : (1) Pencegahan dan

pemberantasan penyakit-penyakit dan kecelakaan akibat kerja, (2) Pemeliharaan

dan peningkatan kesehatan dan gizi tenaga kerja, (3) Perawatan dan mempertinggi

efisensi dan produktifitas tenaga kerja, (4) Perlindungan bagi masyarkat sekitar

perusahaan agar terhindar dari bahaya-bahaya pencemaran yang ditimbulkan oleh

perusahaan, (5) Perlindungan masyarakat luas dari bahaya-bahaya pencemaran

oleh produk-produk perusahaan ( Notoatmojo, 2007:200 ).

1.3.3. Karyawan

Karyawan dapat didefenisiskan sebagai setiap orang yang memberikan

jasa kepada perusahaan ataupun organisasi yang membutuhkan jasa tenaga kerja,

yang mana dari jasa tersebut karyawan akan mendapatkan balas jasa berupa gaji.

Menurut Hasibuan dalam ( Manullang 2002 ) karyawan adalah setiap

orang yang menyediakan jasa ( baik dalam bentuk pikiran maupun dalam bentuk

tenaga) dan mendapatkan balas jasa ataupun kompensasi-kompensasi yang

besarnya telah ditentukan terlebih dahulu. Di dalam suatu perusahaan, tentunya

ada jenis-jenis karyawan berdasarkan statusnya.

14
Maka dalam hal ini dapat dikelompokan jenis- jenis karyawan berdasarkan

statusya, karyawan dalam perusahaan dapat dibagi menjadi dua jenis kelompok

karyawan yaitu karyawan tetap dan karyawan tidak tetap.

a. Karyawan tetap merupakan karyawan yang telah memiliki kontrak

ataupun perjanjian kerja dengan perusahaan dalam jangka waktu yang

tidak ditetapkan ( permanent ). Karyawan tetap biasanya cenderung

memiliki hak yang jauh lebih besar jika dibandingkan dengan karyawan

tidak tetap. Selain itu juga karyawan tetap juuga cenderung jauh lebiih

aman ( dalam kepastian lapangan pekerjaan ) dibandingkan dengan

karyawan tidak tetap.

b. Karyawan tidak tetap merupakan karyawan yang hanya dipekerjakan

ketika perusahaan membutuhkan tenaga kerja tambahan saja. Karyaawan

tidak tetap biasanya dapat diberhentikan sewaktu-waktu oleh perusahaan

ketika perusahaan sudah tidak lagi membutuhukan tenaga tambahan lagi.

Jika dibandingkan dengan karyawan tetap cenderung memeiliki hak yang

jauh lebih sedikit dan juga cenderung tidak aman ( dalam hal kepastian

lapangan pekerjaan ).

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan harus memiliki tujuan yang hendak

dicapai serta manfaat yang dicapai dari penelitian tersebut, adapun yang menjadi

tujuan dan manfaaat dalam penelitian ini adalah bertujuan untuk mengetahui

tentang pengetahuan apa saja yang dimiliki karyawan mengenai keselamatan

15
kerja, untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang membuat seorang karyawan

mengedepankan keselamatan kerja.

Manfaat secara akademis, penelitian ini dapat menambah wacana dan

memperkuat keilmuwan di kalangan mahasiswa, serta dibidang imu sosial budaya

khusunya Antropologi Sosial yang terkait mengenai keselamatan kerja Karyawan.

Selain itu juga dapat dipergunakan sebagai referensi bagi penelitian sejenisnya.

Manfaat secara praktis, penelitian ini dapat bermanfaat bagi karyawan

yang lainnya dalam memahami arti penting keselematan kerja. Selain itu dapat

bermanfaat bagi instasi perusahaan yang terkait.

1.5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, penulis dalam rangka melakukan penelitiannya

menggunakan metode penelitian kualitatif yang bersifat etnografi. Etnografi

merupakan pekerjaan mendeskripsikan sebuah kebudayaan. Tujuan utamanya

adalah memahami pandangan hidup dari sudut pandang penduduk asli ( native’s

point of view). Sehingga data yang dikumpulkan adalah data kualitatif.

Oleh karena itu penelitian etnografi melibatkan aktifitas belajar mengenai

dunia orang lain dan belajar berbagai hal dari mereka (Spradley, 1997:3).

16
Oleh karena itu, dalam penelitian etnografi melibatkan aktivitas belajar

mengenai dunia orang yang telah belajar melihat, mendengar, berbicara, berfikir,

dan bertindak dengan cara-cara yang berbeda. Tidak hanya mempelajari

masyarakat, lebih dari itu etnografi juga belajar dari masyarakat.

Jadi, tujuan penelitian dengan menggunakan metode etnografi bertujuan

untuk mendapatkan perspektif atau pendapat karyawan dalam menjaga

keselematan kerja serta faktor-faktor karyawan dalam mengedepankan atau

mengutamakan keselamatan kerja.

1.5.1. Teknik Observasi Lapangan

Sebagai seorang peneliti ketika akan meneliti suatu objek yang menjadi

pusat penelitiannya langkah yang pertama adalah dengan cara melakukan

observasi lapangan secara langsung. Dengan observasi lapangan secara langsung,

peneliti dapat melihat serta mengamati secara langsung bagaimana kehidupan

masyarakat, khususnya kehidupan karyawan, selain itu juga dapat melihat

perilaku karyawan pada saat bekerja, interaksi karyawan dengan karyawan yang

lainnya yang juga bekerja di perkebunan milik PT. Tolan Tiga Indonesia ( Tolan

Estate ).

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan observasi non pratisipasi. Hal

tersebut karena peneliti tidak mengikuti segala kegiatan pekerjaan karyawan.

Observasi yang dilakukan dilengkapi dengan kamera handpone yang berguna

untuk memfoto kegiatan yang dikerjakan, serta merekam dari percakapan

informan yang diwawancarai.

17
1.5.2. Teknik Wawancara Mendalam ( deep interview )

Untuk mendapatkan suatu data di lapangan, tentunya langkah yang

dilakukan ialah dengan mewawancarai secara langsung terhadap subjek yang

hendak kita teliti. Proses wawancara tersebut dapat difenisikan sebagai proses

memperoleh keterangan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka

antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau informan dengan

menggunakan alat yang dinamakan panduan wawancara ( interview guide ).

Dalam metode wawancara tersebut yang dilakukan ialah dengan menggunakan

teknik metode wawancara yang bersifat wawancara mendalam ( Deep Interview ).

Teknik wawancara mendalam adalah teknik yang dilakukan dengan percakapan

dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua orang pihak, yaitu pewawancara

( interviewer ) yang mengajukan pertanyaan dan pertanyaan dan yang

diwawancarai adalah ( interviewee ) yang memberikan jawaban atas pertanyaan

yang diajukan ( Moleong, 1990:135 ).

Wawancara yang hendak dilakukan ialah pertama kali dengan mewancarai

beberapa informan untuk mendapatkan data sesuai yang diharapkan. Dalam

melakukan wawncara, peneliti menyiapkan handphone yang berfungsi untuk

mereka percakapan dari informan, nantinya hasil percakapan tersebut dikaji dan

disalin kembali oleh peneliti. Informan menurut Spradley ( 2007 ) merupakan

pembicara asli ( native speaker ). Informan bukan saja memberikan informasi

akan tetapi juga dapat dijadikan sebagai guru bagi sang peneliti. Langkah yang

pertama ialah dengan mewawancarai Informan pangkal. Informan pangkal ialah

tokoh masyarakat atau kepala desa/lurah.

18
Kemudian langkah selanjutnya adalah dengan mewancarai informan

kunci ( key informan ). Informan Kunci ialah seseorang yang lengkap dan

mendalam mengetahui informasi yang akan menjadi permasalahan dalam

penelitian. Yang menjadi informan pangkal yaitu ( Kak Elmiati ) yang juga

bekerja sebagai karyawan di perkebunan. Kak Elmi adalah anak tetangga sang

peneliti yang bekerja di perkebunan tersebut. Dari informan kunci tersebut penulis

bisa mendapatkan informasi sesuai dengan kajian yang akan diteliti, kemudian

informan kunci mengarahkan untuk mendapatkan data – data dari informan yang

sesuai dengan kajian yang akan diteliti.

Pemilihan dan penetapan informan sangatlah penting dalam penelitian.

Meskipun hampir setiap orang dapat menjadi informan, namun tidak setiap orang

dapat mejadi informan yang baik. Informan yang baik adalah informan yang dapat

memberikan jawaban ataupun informasi yang ditanyakan dan dapat membantu

menyelesaikan permasalahannya dengan informasi yang diberikan. Pemeliharan

dan penetapan informan yang tepat dapat membantu dan mempermudah proses

penelitian.

Adapun informan yang saya wawancarai untuk memperoleh data

mengenai Keselamatan Kerja Karyawan di Perkebunan PT. Tolan Tiga Indonesia

( Tolan Estate ) adalah :

 Informan Pangkal : Informan yang memberikan informasi dan membantu

peneliti dalam menjalankan serangkaian kegiatan penelitian lapangan.

yang menjadi informan pangkal si peneliti yaitu kerabat dekat dari peneliti,

beliau adalah Kak Elmiati. Beliau adalah kerabat dekat, rumah orang tua

19
kak Elmiati yaitu bersebelahan dengan rumah si peneliti. Dari beliaulah

saya diantarkan ke kantor Perkebunan Tolan Estate untuk bertemu dengan

salah satu staff kantor untuk memberikan suart izin melakukan penelitian

lapangan.

 Informan Kunci : informan kunci adalah orang yang mengetahui segala

sesuatu tentang topik Keselamatan Kerja Karyawan. Pada informan kunci

ini, peneliti memilih staff KTU. Karena dari staff tersebut, peneliti

diberikan arahan bagaimana akan melakukan penelitian dilapangan.

 Informan Bebas : dalam informan bebas ini, peneliti terlebih dahulu

meminta izin pada setiap masing-masing Field Assistent ( Asisten

Lapangan ) dari setiap divisi. Kemudian Asisten lapangan memberikan

izin untuk peneliti. Dalam hal ini, meskipun bebas memilihi informan,

tentunya harus adanya kesediaan karyawan untuk diwawancarai tentang

topik dari peneliti.

1.5.3. Studi Dokumentasi

Selain teknik interview (wawancara ) yang menjadi dasar teknik penelitian

ini, peneliti juga menggunakan metode tambahan seperti studi dokumentasi yang

bertujuan untuk mempermudah peneliti dalam mencari data. Dokumen dapat

berupa catatan lapangan yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan pribadi,

berupa mencatat hal-hal menarik yang diperoleh dari penjelasan para informan,

rekaman wawancara, serta foto-foto kegiatan karyawan yang bekerja serta

aktifitas yang mereka lakukan pada saat bekerja.

20
1.5.4. Studi Kepustakaan

Dalam studi kepustakaan ini sangat dibutuhkan oleh peneliti. Jenis-jenis

kepustakaan yang peneliti gunakan yaitu buku, jurnal, artikel, skripsi, media

elektonik, yang berkaitan dengan masalah keselamatan kerja karyawan khususnya

di bidang perkebunan kelapa sawit. Guna menambah dan menyempurnakan hasil

tulisan penelitian ini.

1.6. Analisis Data

Analisis data adalah kegiatan mengubah data hasil penelitian menjadi

informasi yang dapat digunakan untuk mengambil kesimpulan dalam suatu

penelitian. Analisis data dilakukan utnuk menganalisis makna yang ada dibalik

data dan informasi yang telah diperoleh dari informan. Analisis data bertujuan

untuk menyusun data dalam cara yang bermakna sehingga dapat dipahami. Proses

analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai

sumber, yaitu wawancara, pengamatan yang sudah dilakukan, catatan lapangan,

dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto dan sebagainya (Moleong, 1990:

190).

Penelitian ini menggunakan analisis data intepretatif kualitatif, yakni

menganalisis data tentang keselamatan kerja karyawan di PT. Tolan Tiga

Indonesia ( Tolan Estate ). Analisis data dilakukan dengan mengklasifikasi data-

data yang diperoleh dari lapangan ke dalam tema-tema, kategori-kategori. Peneliti

melakukan pengecekan ulang terhadap data yang diperoleh dari hasil wawancara

dan observasi.

21
Keseluruhan data yang diperolehdari lapangan kemudian diolah secara

sistemastis, sehingga peneliti kemduian menemukan tema-tema yangs aling

berkaitan. Kemudian diuraikan ke dlam bagian-bagian sub judul pada bab sesuai

dengan temanya masing-masing, sehingga ditemukan sebuah kesimpulan yang

dapat menjawab persoalan penelitian.

1.7. Pengalaman Penelitian

Penelitian ini saya lakukan sendiri di perkebunan milik PT. Tolan Tiga

Indonesia ( Tolan Estate ) di Desa Perkebunan Perlabian. Sebelum melakukan

penelitian, terlebih dahulu saya menjumpai kerabat dekat saya yang kebetulan

juga bekerja sebagai karyawan Manuring ( Pemupuk ). Dikarenakan lokasi

perkebunan tersebut tidak jauh dari rumah saya, maka dengan mudah saya

menjangkau tempat penelitian tersebut.

Sebelum untuk mendapatkan izin guna melakukan penelitain di

perkebunan tersebut, saya menjumpai salah seorang karyawan bernama bapak Zul

salah satu staff kantor tersebut, kemudian menghadap ke bapak Yoga staf KTU

untuk mendapat izin apakah boleh malakukan suatu penelitian di perekebunan

tersebut. Setalah sudah mendapatkan izin dari pihak perusahaan, kemudian saya

mengurus surat izin lapangan fakultas.

Ketika sudah mendapat surat izin lapangan dari fakultas , kemudian saya

pulang kampung dan datang ke Kantor perkebuna Tolan Estate untuk memberikan

suarat izin penelitian lapangan.

22
Setelah mendapatkan izin melakukan penelitian di perkebunan tersebut,

keesokan harinya saya langsung pergi kelapangan untuk melihat kegiatan-

kegiatan para karyawan yang sedang bekerja dilapangan.

Hari pertama penelitian, 6 juli 2017, saya ditemani dengan Rudi Irama

yang tugasnya hanya memfoto serta merekam situasi dan kondisi di lapangan,

serta mengantarkan saya ke lokasi yang dikerjakan oleh para karyawan, dan

selebihnya untuk menghadapi para karyawan-karyawan yaitu saya lakukan

sendiri. Hari pertama melakukan penelitian, melihat, mengamati kegiatan

karyawan harvest. Pada saat itu kebetulan sedang waktu berkumpul di TPH (

tempat pemungutan hasil ), kemudian saya berkenalan dengan salah seorang

karyawan tersebut bernama M Dedy Surya Fajar, kemudian menjelaskan maksud

untuk bertanya mengenai topik penelitian saya. Kemudian beliau menjawab sesuai

dengan apa yang telah saya pertanyakan.

Pada tanggal 7 juli 2017 pukul 11.00 wib, peneliti kembali melakukan

penelitian , akan tetapi kali ini saya hanya datang kekantor untuk meminta data-

data karyawan yang bekerja di perkebunan. Dan melihat serta memfoto data-data

profil perusahaan serta menegnai peraturan keselamatan dan kesehatan kerja di

perkebunan milik Tolan Estate tersebut. setelah mengambil data-data sebagi

penunjang isi di bab 2 tentang gambaran lokasi penelitian, kemudian peneliti

meminta izin untuk melihat,mengati dan mewawancara para pekerja yang berada

digudang tempat penyimpanan pupuk abu. Pada saat itu ada beberapa orang

karyawan yang pekerjannya perempuan semua, pada saat itu pekerjaan yang

mereka lakukan adalah mengemas pupuk abu kedalam plastik putih yang diisi

23
pupuk abu dengan takaran 1 kg. Di bungkus seperti itu gunanya mempermudah

karyawan yang bekerja menebar pupuk tersebut pada pohon kelapa sawit yang

akan diberi pupuk. Sepanjang, melihat dan mengamati kegiatan tersebut,

kemudian peneliti meminta izin kepada salah satu informan yaitu bernama

Dahniar br Ritonga, beliau bersedia menjawab atas apa yang peneliti wawancarai.

Sepanjang melakukan wawancara, sikap dan respon yang diberikan oleh informan

kepada peneliti, membuat peneliti dengan senang mendengar dari apa yang

infroman berikan. Beliau selalu menjawab pertanyaan yang saya berikan. Setelah

dirasa cukup atas informasi tersebut. Peneliti pun meminta izin untuk kembali

pulang.

Keesokan harinya tanggal 10 juli 2017, mulai mencari kegiatan karyawan

Manuring ( Pemupukan ), hari itu sangat-sangat disayangkan, disepanjang

perjalanan mengelilingi perkebunan tidak menjumpai karyawan sedang bekerja.

Setibanya diperjalan, di ujung persimpangan jalan terlihat dari kejauhan seperti

ada kegiatan memupuk. Saya beserta Rudi sang assisten yang selalu setia

mengantarkan saya, langsung menjumpai para karyawan manuring. Sikap dan

tanggapan karyawan ada yang merespon, dan ada yang biasa-biasa saja. Ketika

saya akan melakukan wawancara mengenai topik saya, terdapat penolakan dari

karyawan bahwa mereka tidak mampu untuk menjawab dari pertanyaan saya.

Kemudian menyuruh saya untuk menunggu Assisten mereka untuk menjawabnya.

Kemudian tercetus dari ucapan salah seorang karyawan, “jumpain saya buk,

bapak Assisten yang pakai baju putih itu, tanya-tanya saja tentang topik yang akan

ibu tanyakan’’. Ucap beliau.

24
Kemudian datanglah seorang laki-laki mengenakan pakaian baju putih,

celana hitam dan mengenakan sepatu AP dengan mengendarai sepeda motor merk

Honda Mega Pro. Setibanya beliau datang ke lokasi tersebut, kemudian saya

memperkenalkan nama serta maksud dan tujuan saya datang ke lokasi tersebut.

Hari itu lokasi penelitian saya di Divisi 2. Dan kebutulan, yang bertanggung

jawab atas lapangan di Divisi 2 yaitu bapak Ade. Pada saat itu, langsung saja

bertanya seputar topik saya. Dan pada saat proses wawancara sedikit ada

perdebatan kecil mengenai aturan ketika akan melakukan wawancara dengan

karyawan. Pada saat itu, sebelumnya peneliti belum meminta ijin untuk mengikuti

kegiatan manuring di Divisi 2, jadi perdebatan tersebut soal aturan masuk serta

menyinggung tentang penggunaan APD sang peneliti juga ditegur karena

memasuki wilayah perkebunan tidak menggunakan sepatu yang sesuai dengan

peraturan perkebunan. Memang sebelumnya sudah ada himbauan bagi tamu yang

berkenan dan terjun langsung dilapangan yang berada disekitaran perkebunan

diwajibkan memakai sepatu AP. Agar para tamu terhindar dari gangguan-

gangguan kecelakaan yang dapat melukai kaki. Dan atas kesalahan dan

ketidaktahuan peneliti atas prosedur yang ditetapkan oleh pihak perusahaan bagi

tamu, maka peneliti pun langsung meminta maaf. Setelah perdebatan atas

prosedur penggunaan APD selesai, kemudian saya pun langsung meminta izin

untuk istirahat di rumah kerabat peneliti.

Keesokan harinya tanggal 11 juli 2017 jam 10.00 wib, peneliti melakukan

penelitian dengan melihat kegiatan manuring di Divisi 3. Pada dividi tersebut,

Assisten Lapangannya yaitu buk Eldira, peneliti sebelum pergi kelapangan

25
menghubungi buk Eldira terlebih dahulu agar mendaptkan izin untuk, melihat,

megamati serta mewancarai para karyawan yang bekerja manuring. Setalah

mendapatkan izin, penelitian diberikan lokasi mana yang akan dituju ketika akan

mengamati proses pemupukan secara manual. Pada saat itu pemupukan dilakukan

di Blok F/31 yang lokasi berbatasan dengan perkebunan PTPN III Desa S-6.

Jaraknya lumayan cukup jauh, pada saat itu, di penghujung musim hujan.

Perjalanan untuk menuju di blok tersebut sangatlah sulit, kondisi jalanan yang

dipenuhi lumpur basah, dan lengket. Membuat peneliti tidak patah semagat demi

menempuh perjalanan demi berjumpa dengan dengan karyawan, karena jalanan

pada saat itu sangat disayangkan, jadi perjalanan menuju lokasi penelitian

lumayan cukup lama.

Setelah tiba di lokasi lapangan, peneliti hanya berjumpa dengan seorang

lelaki yang membawa angkong yang berisi pupuk. Karyawan laki-laki tersebut

bertugas mengangkat pupuk-pupuk yang sudah ditakar dengan plastik ukuran 1

kg. Dan dikumpulkan pada titik tertentu yang sulit dijangkau ketika malas

kembali ke blok lain untuk menagmbil pupuk tersebut. Peneliti pun kemudian

bertanya, dimana lagi karaywan yang lainnya. Kemudia beliau pun memberikan

tempat dimana karyawan lain yang bekerja menyebar pupuk. Peneliti pun

langsung bergegas mendatangi lokasi yang banyak karyawan bekerja memupuk,

sampai berjumpa dengan ibu Irusiana. Sebelumnya, peneliti memperkenalkan diri

serta maksut dan tujuan datang kelapangan tersebut. Setelah memberikan

penjelasan, beliau menyarankan agar saya berjalan dan melakukan penelitian

didepan beliau, karena jika dibelakang beliau, saya kan terkena debu dari

26
penyebaran pupuk abu tersebut. Sepanjang perjalan mengikuti kegiatan

pemupukan, sambil bertanya bagaimana proses pemupukan yang dilakan,

bertanya seputar penggunaan apd dan yang lainnya sesuai dengan daftar

pertanyaan yang dibawa oleh peneliti. Sambil mengikuti, peneliti pun

menyempatkan memfoto kegiatan pemupukan tersebut, akan tetapi dengan jarak

jauh, karena debu dari pupuknya sangat tebal dan mengganggu pernafasan apabila

terhirup. Pada saat itu, saya mengikuti kegiatan mempuk kurang lebih waktu 2

jam sampai di jam pulangnya karyawan. Setibanya waktu pulang, para karyawan

manuring tidak langsung berbegegas pulang. Akan tetapi membersihkan diri

terlebih dahulu di parit-parit dengan aliran sungai yang cukup deras. Dengan

membersihkan sepatu, kaos kaki, baju atau celana yang terkena dari pupuk abu

tersebut. karena pada saat itu dimusim penghujan, yang buat rumput-rumput

tinggi disekitaran jalan membuat celana, maupun baju terkena lengketan dari

pupuk abu tersebut. setelah dirasa cukup bersih, kemudian masing-masing

karyawan pun langsung bergegas pulang kerumah masing-masing. Karena dirasa

penelitian hari itu cukup, peneliti pun juga bergegas pulang kerumah.

Kemudian keesokan harinya, 12 Juli 20017 peneliti melakukan

serangkaian proses pencarian data lapangan. Pada saat itu, peneliti merencanakan

untuk melihat, mengawasi serta mewancara informan yang bekerja Spraying.

Sebelum untuk terjun kelapangan, terlebih dahulu peneliti menelpon mandor

spraying untuk meminta izin melakukan penelitian. Setelah mendapatkan izin

kelapangan, mandor spraying pun memberikan lokasi tempat para karyawan

spraying bekerja.

27
Setelah mendapatkan izin, saya pun mulai melihat, mengamati salah

seorang informan yang usia sudah cukup berumur jika dibandingkan dengan

karyawan lainnya. Seiring proses penyemprotan, peneliti tidak diperbolehkan

mengikuti kegiatan menyemprot tersebut, karena takut akan terhirup atas bahan

kimia pada saat penyemprotan berlangsung. Peneliti hanya mengati dari kejauhan

saja. Setelah di jam istirahat sekitar 15 menit untuk menghilangkan rasa lelah,

barulah peneliti mulai berbincang-bincang dengan informan mengenai

keselamatan kerja pada saat bekerja, khususnya bagi karyawan spraying.

Kemudian dengan cerita yang santai, sambil duduk di tanah yang sedikit lembab

dengan alas rumput-rumput, peneliti pun mulai mewanwancarai beliau. Menurut

pengalaman beliau, bahwa dalam menjaga keselamatan kerja pada saat kerja, hal

utama penggunaan apd yang lengkap. Dalam menyemprot ini yang sangat-sangat

penting yaitu penggunaan masker, karena masker ini sangat-sangat berpengaruh

dalam kesehatan karyawan. Apabila tidak menggunakan masker, maka

dampaknya dalam jangka panjang, jadi sangat disayangkan jika mengabaikan

keselamatan diri pada saat bekerja.

Selain dari penggunaan APD saat bekerja, kemudian informan pun

memberikan pengetahuannya tentang teknik-teknik menyemprot untuk

menghindari dari kecelakaan kerja yang diakibatkan oleh lalainya seorang

karyawan dalam menjaga keselamatannya. Sikap dan perilaku beliau sangat

ramah , dan baik dalam menjawab dari beberapa pertanyaan peneliti. Setalah

dirasa cukup dan mendapatkan hasil dari wawancara tersebut, peneliti pun

mengucapkan terima kasih karena sudah diberi izin untuk melakukan wawancara.

28
Kemudian tak jauh dari lokasi waktu mewancarai bapak sutikno, terlihat

beberapa gerombolan karyawan spraying lainnya yang sedang istirahat. Dalam

istirahatnya, para karyawan meluangkan waktu untuk bermain game Ludho di

Smartphone salah seorang informan, canda tawa terjadi ketika ada salah seorang

karyawan, yang tidak berhasil dalam memecahkan misi dalam permainan ludho

tersebut, karyawan yang lainnya pun mengejek si karyawan tersebut karena tidak

berhasil keluar dari kandang, karena pemain yang lainnya saja sudah hampir

selesai. Pada saat bermain game ludho tersebut, Assisten lapangan pun juuga ikut

bergabung melihat permainan tersebut. Kedekatan antara asisten seperti ini

sangat-sangat perlu diterapkan bagi asisten yang lainnya. Agar kesan seorang

asisten yang kejam, sekan luntur jika berbaur dan bergaul dengan para karyawan

yang lainnya. Pada saat itu, tak lupa peneliti meminta izin untuk foto bareng

bersama karyawan-karyawan spraying lainnya guna dokumentasi untuk data-data

di lapangan.

Tanggal 15 juli 2007, peneliti menghubungi kembali mandor spraying

untuk mengikuti kegiatan apel pagi yang dilakukan di Divisi 2. Pada saat itu, yang

mengikuti apel pagi yaitu karyawan spraying dan karyawan harvest. Kegiatan apel

pagi dilakukan pada pukul 06.15 – 07.00 wib. Peneliti berangkat dari rumah

sekitar jam 05.30 pagi hari ditemani dengan saudara sepupu peneliti untuk

menenami peneliti ketika sedang diperjalanan. Karena jarak tempuhnya cukup

jauh kira-kira 3 km dari rumah peneliti melewati perkebunan karet milik

perorangan dan perkebunan milik Tolan Estate.

29
Setelah setibanya dilokasi apel pagi, hanya ada beberapa orang karyawan

yang baru datang, kemudian setalah menunggu waktu sekitar 30 menit dan semua

karyawan sudah hadir, maka serangkaian kegiatan apel pagi pun dilakukan.

Pertama yaitu, mandor Spraying membuka acara apel pagi dengan mengabsen

kehadiran. Setelah siap mengabsen, kemudian asisten lapangan divisi 2

memberikan arahan seputar perkebunan, seperti mamanen dengan tepat,

pengarahan atas menjaga keselamatan pada saat bekerja, dan penutupan dari

kegiatan apel pagi tersebut adalah doa bersama yang dipimpin oleh mandor

spraying. Pada doa tersebut, tentunya mengharapakan rido dari Tuhan Yang Maha

atas perlindungan dari terhindarnya kejadian kecelakaan akibat pekerjaan.

Setelah selesai apel pagi, peneliti kemudian mengikuti mandor spraying

untuk meracik bahan kimia untuk penyemprotan. Pada saat itu, melihat bagaimana

yang dilakukan mandor ketika sedang melakukan pencampuran bahan kimia. Pada

tahap inilah, hal sangat diperhatikan. Karena jika salah memberikan dosis pada

cairan bahan kimia tersebut, maka sama saja penyemprotan tidak ada hasilnya.

Dan tidak lupa, mandor spraying pun langsung menggunakan APD yang sesuai

pada saat pencampuran pestisida berlangsung.

Pada hari itu, merupakan hari dimana sudah merasa cukup mendapatkan

data-data yang dibutuhkan, maka peneliti pun meminta izin untuk kemali pulang

dan megucapkan terima kasih karena sudah bersedia diberikan izin untuk

mengikuti serangakaian kegiatan karyawan. Selang beberapa hari dari penelitian

tersebut, kemudian peneliti kembali ke perkebunan tersebut untuk meminta surat

balasan dari pihak perusahaan.

30
Akan tetapi sebelum mendapatkan surat balasan, tentunya harus

melengkapi syarat-syaratnya terlebih dahulu. Syarat tersebut harus membawa

fotocopy BPJS, Kartu Asuransi Wana Green Life, dan Kartu Tanda Penduduk.

Sebelumnya peneliti tidak memiliki kartu Asuransi Wana Green Life, dan BPJS,

maka peneliti langsung pergi ke Kota Pusat yaitu Kota Rantau Prapat untuk

mendapatakan kartu-kartu tersebut.

Mengurus Kartu Asuransi Wana Green Life bisa siap dalam satu hari, akan

tetapi dalam mengurus surat Kartu BPJS membutuhkan waktu 14 hari. Waktu

yang lama tersebut, memberikan kesempatan pagi peneliti untuk kembali ke

medan untuk mengerjakan skripsi ini. Dalam mengerjakannya tentu banyak suka

dan duka. Timbullah rasa jenuh dan malas ketika akan memulai mengerjakan

skripsi ini. Kejenuhan itu membuat peneliti fakum dalam mengerjakannya. Dalam

penulisan skripsi ini, penulis sempat fakum dalam beberapa bulan karena bingung

mau mulai darimana untuk mengerjakannya. Selama fakum mengerjakannya,

beberapa kendala pun dihadapi oleh peulis. Laptop pun mengulah, dengan tiba-

tiba laptop kondisi padam. Tidak mau dihidupkan sama sekali. Tiba hidup,

bertahan hanya beberapa menit saja. Pada saat itu semua file-file, dokumen

penunjang penelitian skripsi di dalam laptop dan belum sempat tersimpan ke

flashdisk. Sehingga membuat kepanikan penulis untuk mengerjakannya kembali.

Akhirnya pun laptop dibiarkan begitu saja dengan kondisi padam dan di charger,

setelah semalam di cas akhirnya mau hidup 5 menit, itupun digunakan untuk

memindahkkan file-file yang belum sempat tersimpan. Setelah siap dipindahkan

akhirnya laptop pun sempat padam kembali.

31
Timbul keputus asaan untuk berhenti mengerjakannya, karena dengan

kondisi laptop padam seperti itu. Keesokan harinya, akhirnya laptop pun hidup

kembali. Jadi dengan itu, penulis memulai kembali mengerjakan skripsi hingga

sampai selesai.

32
BAB II

GAMBARAN UMUM TENTANG PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Singkat Perusahaan

PT. Tolan Tiga Indonesia merupakan anak perusahaan S.A SIPEF-Belgia,

dengan status usaha Penanaman Modal Asing ( PMA ) yang didirikan pada tahun

1921, memiliki lingkup usaha bidang komoditas perkebunan antara lain, kelapa

sawit, karet, dan kakao. Kemudian pada tahun yang sama berdiri juga perusahaan

asing bernama PT. ANGLO yang didirikan oleh Kebangsaan English Dutch

Agency Belanda. Kemudian kedua perusahaan mengadakan penggabungan kerja

sama, yaitu menjadi PT. ANGLO DUTCH.

Pada tahun 1964 terjadi kerja sama antara Indonesia dengan Inggris, dan

kemudian menjadi nama PT. PP ANGLO DUTCH lalu dikemudian diganti

menjadi PT. PP DULU KARYA TIGA. Pada tahun 1971 di bulan Desember

terjadi lagi penggantian nama yakni PT. SIPEF MEDAN INDONESIA, dan

kemudian mengganti nama lagi di bulan Desember 1978 nama tersebut menjadi

PT. TTI ( TOLAN TIGA INDONESIA ).

Usaha perusahaan ini dibidang perkebunan dan mengolah hasil sendiri

karena perusahaan ini mempunyai pabrik sendiri dan tidak menerima buah atau

hasil dari pihak ketiga. Perusahaan ini mempunyai kantor pusat di Jl. Imam

Bonjol No. 18 Medan. Lokasi perkebunan PT. SIPEF- TOLAN ESTATE berada

di Provinsi Sumatera Utara dengan Perencian;

33
Desa : Kebun Perlabian

Kecamatan : Kampung Rakyat

Kabupaten : Labuhan Batu Selatan

Luas area perkebunan PT. SIPEF-TOLAN ESTATE sesuai dengan hak

guna yaitu 3.672 Ha yang terbagi menjadi V divisi untuk lapangan dan Tiga lokasi

daerah perumahan. Div I terdiri dari 702,31 Ha, Div II terdiri dari 737,66 Ha, Div

III terdiri dari 745,27 Ha, Div IV terdiri dari 662,96 Ha, dan DIV V terdiri dari

765,95 Ha.

2.2.Visi dan Misi PT. Tolan Tiga Indonesia ( Tolan Estate )

2.2.1. Visi Perusahaan

Kami, pihak manajemen dan karyawan berjanji dengan sepenuh hati untuk

menjadikan perusahaan kami menjadi Perusahaan Perkebunan terbaik, yang akan

memberikan keuntungan bagi pemangku kepentingan perusahaan.

2.2.2. Misi Perusahaan

Manejemen dan karyawan berusaha berjanji dengan sepenuh hati agar

kegiatan-kegiatan perusahaan;

 Tidak mengakibatkan adanya kerusakan lingkungan

 Tercapainya nihil kecelakaan kerja

 Tidak menimbulkan permasalahan sosial

 Serta sesuai dengan kebijakan perusahaan.

34
2.3. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur Organisasi Perusahaan


PT. TOLAN TIGA INDONESIA ( TOLAN ESTATE )

Estate Manager

Askep ( FHA )

( Field Head Assistent )

OA FA-DIV 1 FA-DIV II FA-DIV III FA-DIV IV FA-DIV


Trainee ( ( Field ( Field V ( Field
( Field ( Field Assistent )
Office Assistent ) Assistent )
Assistent ) Assistent )
Assistent )

Mandor Pest & Mandor Mandor Mandor Mandor Mandor Mandor


Harvester Diseases Harvester Spraying Harvester Manuring Harvester Harvester
er

Krani Karyawan Karyawan Spraying Karyawan Karyawan Karyawan Karyawan


Harvester

Karyawan

35
2.4. Tenaga Kerja

Dalam melaksanakan setiap kegiatan perusahaan,sudah tentu perusahaan

membutuhkan tenga kerja untuk melakukan kegitan kerja di perusahaan tersebut.

Tenaga kerja berperan penting dalam menjalankan dan menggerakkan seluruh

proses administrasi maupun produksi yang ada di dalam perusahaan. Bisa

dikatakan bahwa karyawan merupakan ujung tombak penting dalam suatu

perusahaan untuk berkembang dan meraih keuntungan. jumlah tenaga kerja

karyawan padaPT. ToLan Tiga Indonesia ( Tolan Estate) berdasarkan jabatan

dapat dilihat pada tabel 2.4 berikut.

Tabel 2.4
Jumlah Karyawan Kerja Lapangan dan Staff di PT. Tolan Tiga
Indonesia ( Tolan Estate ) berdasarkan Tingkat Jabatan tahun 2017

No Jabatan Jumlah Persentasi ( % )


1 Harvester 149 48
2 Mandor Harvester 8 2.26
3 Krani Harvester 8 2.58
4 Spraying 14 4.20
5 Mandor Spraying 1 0.32
6 Manuring 35 11.32
7 Mandor Manuring 2 0.64
8 Mandor Transport 1 0.32
9 Pest & Diseases 7 4.53
10 Krani Divisi 1 0.32
11 Operator JCB 1 0.32
12 Helper JCB 1 0.32
13 Helper DT 21 6.47
14 Operator MF 03 1 0.32
15 Operator MF 04 1 0.32
16 Operator Greder 1 0.32
17 Helper Greder 1 0.32
18 Driver DT 14 4.53
19 Driver Jeep 2 0.64

36
20 Driber Bus Sekolah 1 0.32
21 Payroll 1 0.32
22 Carpenter 5 1.61
23 Office Clerk 2 0.64
24 Krani Produksi 1 0.32
25 Opr. Sakai 1 0.32
26 Act. OA 1 0.32
27 Baby Nurses 3 0.97
28 Guru SD 10 2.58
29 Guru TK 2 0.64
30 Bidan 1 0.32
31 Waterman 3 0.97
32 Mudin 1 0.32
33 Mantri 1 0.32
Sumber : Soft Copy file milik perkebunan Tolan Estate

Berdasarkan tabel diatas jumlah karyawan berdasarkan tingkat jabatan

yang paling banyak adalah Harvester sebanyak 149 orang atau sekitar 48 %,

sedangkan yang paling sedikit adalah Mandor Spraying, Mandor Transport, Krani

Divisi, Operator JCB, Helper JCB, Operator MF 03, Operator MF 04, Operator

Greader, Helper Greader, Driver Bus Sekolah, Payroll, Krani Produksi, Opr.

Sakai, Act. OA, Bidan, Mudin, dan Mantri yaitu masing-masing hanya 1 orang

saja atau sekitar 0,32 %.

2.5. Jam Kerja

Setiap perusahaan tentu perlu untuk mengatur waktu kerja untuk para

karyawan sehingga target kerja yang telah ditentukan dapat tercapai secara tepat

waktu. Waktu kerja juga diperlukan untuk menjaga kedispilinan para karyawan

dalam menjalankan tugas-tugasnya. Perusahaan telah mengatur waktu kerja untuk

para karyawan.

37
Tabel 2.5

Berikut jadwal jam kerja para karyawan yang bekerja


dilapangan perkebunan PT. Tolan Tiga Indonesia ( Tolan Estate );

No Hari Apel Pagi Jam Kerja

1 Senin Pukul 06.15 – 7.30 wib Pukul 7.30- 13.00 wib

2 Selasa Pukul 06.15 – 7.30 wib Pukul 7.30- 13.00 wib

3 Rabu Pukul 06.15 – 7.30 wib Pukul 7.30- 13.00 wib

4 Kamis Pukul 06.15 – 7.30 wib Pukul 7.30- 13.00 wib

5 Jum’at Pukul 06.15 – 7.30 wib Pukul 7.30- 13.00 wib

6 Sabtu Pukul 06.15 – 7.30 wib Pukul 7.30- 13.00 wib

Minggu Libur

Sumber; Soft Copy data milik Perkebunan PT. Tolan Tiga Indonesia ( Tolan Estate )

2.6. Sistem Pembagian Gaji Karyawan

Gaji adalah sejumlah pembayaran kepada karyawan yang diberi petugas

administratif dan manajemen yang biasanya ditetapkan secara bulananan. Gaji

tersebut diterapkan pada perusahaan PT. Tolan Tiga Indonesia ( Tolan Estate ) ini

digolongkan berdasarkan dari jabatan masing-masing karyawan. Berikut adalah

daftar gaji pokok karyawan perkebunan PT.Tolan Tiga Indonesia ( Tolan Estate )

pada tahun 2017.

38
Tabel 2.6
Jumlah Gaji Pokok Karyawan pada PT. Tolan Tiga Indonesia
( Tolan Estate ) berdasarkan Jabata pada tahun 2017
N0 Jabatan Jumlah Gaji Pokok
1 Harvester Rp 2.182.500
2 Mandor Harvester Rp 2.3.26.500
3 Krani Harvester Rp 2.315.500
4 Spraying Rp 2.348.500
5 Mandor Spraying Rp 2.184.500
6 Manuring Rp 2.315.500
7 Mandor Manuring Rp 2.184.500
8 Mandor Transport Rp 2.382.500
9 Pest & Diseases Rp 2.315.500
10 Krani Divisi Rp 2.348.500
11 Operator JCB Rp 2.315.500
12 Helper JCB Rp 2.180.500
13 Helper DT Rp 2.180.500
14 Operator MF 03 Rp 2.182.500
15 Operator MF 04 Rp 1. 326.500
16 Operator Greder Rp 2.180.500
17 Helper Greder Rp 2.315.500
18 Driver DT Rp 2.184.500
19 Driver Jeep Rp 2.315.500
20 Driber Bus Sekolah Rp 2.370.500
21 Payroll Rp 2.370.500
22 Carpenter Rp 2.184.500
23 Office Clerk Rp 2.359.500
24 Krani Produksi Rp 2.180.500
25 Opr. Sakai Rp 2.182.500
26 Act. OA Rp 2.315.500
27 Baby Nurses Rp 2.180.500
28 Guru SD Rp 2.180.500
29 Guru TK Rp 2.180.500
30 Bidan Rp 2.862.500
31 Waterman Rp 2.315.500
32 Mudin Rp 2.315.500
33 Mantri Rp 3.090.500
Sumber : SoftCopy data gaji karyawan PT. Tolan Tiga Indonesia ( Tolan Estate )

39
Berdasarkan dari data diatas adalah bahwa sistem Gaji yang diberikan bagi

masing-masing karyawan dengan jenjang jabatan kerja tentu sangat berbeda-beda.

Dapat diketahui dari daftar tabel diatas bahwa daftar gaji bulanan karyawan yang

paling tinggi adalah karyawan dengan jabatan sebagai karyawan spraying dengan

gaji pokok mencapai Rp 2.348.500/ bulan, sedangkan gaji pokok karyawan yang

paling sedikit yaitu karyawan dengan jabatan sebagai Operator MF 04 yaitu

dengan gaji pokok sebesar Rp 1.326.500/bulan.

2.7. Keberagaman Jenis Budaya, Agama, dan Gender

Di setiap instansi perusahaan, khususnya dibidang perkebunan tentunya

memiliki latar belakang budaya yang berbeda-beda. Keberagaman tersebut

merupakan suatu kondisi pada kehidupan masyarakat. Perbedaan seperti itu ada

pada suku bangsa, ras, agama budaya dan gender. Maka dalam hal ini, dapat

diuraikan keberagaman jenis latar belakang budaya, agama dan gender

berdasarakan persentasi dari data karyawan PT. Tolan Tiga Indonesia ( Tolan

Estate ). Berikut adalah persentasi jumlah karyawan berdasarkan latar belakang

budaya.

40
2.7.1. Jumlah Karyawan Berdasarkan Latar Belakang Budaya

Tabel 2.7.1

Jumlah Karyawan pada PT. Tolan Tiga Indonesia ( Tolan Estate ) berdasarkan

Latar Belakang Budaya tahun 2017

No Latar Belakang Budaya Jumlah Persentasi ( % )


1 Aceh 4 1,3
2 Batak 47 15,2
3 Jawa 255 82,5
4 Melayu 2 0,7
5 Nias 1 0,3
Jumlah 309 100
Sumber : Database File Microsof Excel milik PT. Tolan Tiga Indonesia ( Tolan Estate )

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa latar belakang budaya

karyawan perkebunan pada PT. Tolan Tiga Indonesia ( Tolan Estate ) yang paling

besar adalah suku Jawa sebanyak 255 orang atau sekitar 82,5 %. Dan yang paling

sedikit adalah suku Nias dengan jumlah 1 orang atau sekitar 0,3 %. Dengan latar

belakang budaya berbeda maka para karyawan tentu juga memiliki pandangan

yang berbeda tentang keselamatan dan kesehatan kerja.

2.7.2. Jumlah Karyawan Berdasarkan Agama

Tabel 2.7.2

Jumlah Karyawan pada PT. Tolan Tiga Indonesia ( Tolan Estate )

berdasarkan Agama tahun 2017

No Agama Jumlah Persentasi ( % )


1 Islam 284 92
2 Kristen 25 8
Jumlah 309 100
Sumber : Database File Microsof Excel milik PT. Tolan Tiga Indonesia ( Tolan Estate )

41
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa latar agama di

perkebunan PT. Tolan Tiga Indonesia ( Tolan Estate ) yang paling banyak adalah

beragama Islam yaitu mencapai 284 orang atau sekitar 92 % sedangkan yang

beragama Kristen yaitu mencapai 25 orang atau sekitar 8 %. Dengan persentasi

tersebut, maka agama Islam yang paling banyak pada perkebunan PT. Tolan Tiga

Indonesia ( Tolan Estate ).

2.7.3. Jumlah Karyawan Berdasarkan Gender ( Jenis Kelamin )

Tabel 2.7.3

Jumlah Karyawan pada PT. Tolan Tiga Indonesia ( Tolan Estate ) berdasarkan

Jenis Kelamin tahun 2017

No Jenis Kelamin Jumlah Persentasi ( % )


1 Laki-Laki 275 89
2 Perempuan 34 11
Jumlah 309 100
Sumber : Database File Microsof Excel milik PT. Tolan Tiga Indonesia ( Tolan Estate )

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa latar jenis kelamin

karyawan perkebunan pada PT. Tolan Tiga Indonesia ( Tolan Estate ) yang paling

banyak adalah jenis kelamin Laki-laki yaitu mencapai 275 orang atau sekitar 89 %

sedangkan jenis kelamin Perempuan sebanyak 34 orang atau sekitar 11 %.

Dengan persentasi tersebut, maka jenis kelamin Laki-laki adalah yang paling

banyak pada perkebunan PT. Tolan Tiga Indonesia ( Tolan Estate ).

42
2.8. Fasilitas Yang Disediakan Perusahaan Untuk Karyawan

Perusahaan juga memberikan beberapa fasilitas ketika karyawan telah

menjadi karyawan tetap. Fasiltas tersebut ialah;

1. Peralatan dan Perlengkapan Kerja

Perusahaan menyediakan peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan

untuk menunjang pada saat bekerja yaitu demi menjaga keselamatan dan

kesehatan para karyawan. Seperti; dodos, enggerek, angkong, serta Alat

Pelindung Diri. Alat Pelindung Diri tersebut berupa; Sepatu AP, Sarung

Tangan Kain dan Sarung Tangan Karet, Masker, Baju Pelindung ( Clemet

), Kacamata.

2. Rumah Karyawan

Rumah Karyawan adalah tempat tinggal karyawan tetap selama mereka

masih memilki ikatan kerja terhadap suatu perusahaan perkebunan.

Apabila masa bekerja para karyawan habis, wajib meninggalkan dan harus

pindah dari perumahan tersebut.

3. Jaminan Kesehatan Karyawan

Perusahaan Perkebunan PT. Tolan Tiga Indonesia ( Tolan Estate )

memberikan jaminan Kesehatan Kerja bagi bagi Karyawan. Jaminan

tersebut berupa ( BPJS Kesehatan ).

4. Jaminan Hari Tua ( Dana Pensiun )

Jaminan Hari Tua ( Dana Pensiun ) diberikan perusahaan kepada

karyawan apabila para karyawan sudah mengabdikan dirinya untuk

bekerja di perusahaan selama kurun waktu 20 tahun. Selama 20 tahun

43
bekerja para karyawan berhak mendaptkan dana pensiun yang dapat

meringankan para karyawan apabila sudah tidak bekerja di perusahaan

perkebunan lagi.

5. Mesjid

Mesjid digunakan tempat beribadah bagi para penduduk di wilayah

perkebunan.

6. Pajak Babu ( Tempat Penitipan Anak )

Keberadaan Pajak Babu ialah sangat membantu para karyawan, karena

pada saat bekerja dapat menitipkan anak-anak yang masih membutuhkan

perhatian khusus.

7. Bus Sekolah

Pihak perusahaan memberikan layanan transportasi seperti bus

sekolah.gunan memudahkan anak merkea untuk pergi sekolah. Sehingga

tidak menghambat waktu para orangtua.

8. Perusahaan juga memberikan Tunjangan Hari Raya (THR) dan bonus

yang telah ditentukan perusahaan berdasarakan kinerja dan pencapaian

kerja para Karyawan.

9. Poliklinik

Keberadaan Poliklinik juga dapat membantu bagi karyawan untuk

melakukan perawatan kesehatan. Apabila para karyawan sakit akibat kerja

atau sakit mendadak, dapat berobat di Poliklinik tersebut dengan gratis.

Poliklinik yang disediakan perusahaan, memberikan fasilitas kesehatan

untuk mengobati para karyawan-karyawan yang mengalami kecelakaan

44
pada saat bekerja. Dalam satu bulan, terdapat satu atau dua orang

mengalami kecelakaan pada saat bekerja. Kecelakaan tersebut, dimulai

dari kecelakaan kerja yang ringan seperti , gatal-gatal karena iritasi pada

saat proses pemupukan atau iritasi pada saat penyemprotan. Kecelakaan

kerja yang paling parah yaitu Kesetrum Listrik pada saat bekerja, yang

mengakibatkan pekerja mengalami luka bakar di kaki, jari-jari di kaki

serta kedua telapak tangan dan perut arah pinggang kiri.

2.9. Gambar atau Logo Perusahaan

Sumber: Goggle.com

45
2.10. Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja Karyawan Pada Perusahaan
PT. Tolan Tiga Indonesia ( Tolan Estate )

2.10.1. Komitmen dan Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Karyawan pada PT. Tolan Tiga Indonesia ( Tolan Estate )

Pernyataan Komitmen manajemen PT. Tolan Tiga Indonesia atas

Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

PT. Tolan Tiga Indonesia dimanifestasikan melalui penyusunan, pengembangan

dan perbaikan berkelanjutan Sistem Manajemen K3 ( SMK3 ), untuk memelihara

pelaksanaan K3 secara menyeluruh, konsisten dan berkesinambungan.

Manajemen PT. Tolan Tiga Indonesia menetapkan personil yang bertanggung

jawab atas pengelolaan K3 didalam ruang lingkup usaha PT. Tolan Tiga

Indonesia, yang selanjutnya disebut sebagai P2K3.

PT. Tolan Tiga Indonesia menetapkan tugas, tanggung jawab dan

wewenang personil P2K3 berkaitan dengan pelaksanaan K3 di perusahaan dalam

bentuk uraian tugas, tanggung jawab dan wewenang personil pengurus P2K3. PT.

Tolan Tiga Indonesia mensyaratkan kepada seluruh pekerja pada seluruh unit

usaha dibawah manajemen PT. Tolan Tiga Indoenesia dan orang lain yang berada

di tempat kerja untuk mematuhi dan melaksanakan prinsip persyaratan K3.

2.10.2. Pemeliharaan dan Komunikasi Kebijakan K3

Kebijakan K3 pada PT. Tolan Tiga Indonesia dan pelaksanaannya ditinjau

ulang secara berkala, bertujuan untuk melakukan landasan yang kokoh bagi

pelaksanaan SMK3 secara menyeluruh, konsisten, dan berkesinambungan.

Tinjauan ulang kebijakan K3 dilaksanakan minimal satu kali dalam 3 tahun.

46
Revisi atau perbaikan kebijakan SMK3 dilakukan bila diperlukan, dengan

mempertimbangkan kebutuhan dan perubahan situsasi dan kondisi internal dan

eksternal, serta perubahan perundanggan dan peraturan K3. Tinjauan ulang dan

revisi kebijakan K3 dilakaukan oleh Dewan Direksi ( BOD ).

Kebijakan K3 pada PT. Tolan Tiga Indonesia dikomunikasikan kepada

seluruh karyawan maupun pihak eksternal perusahaan untuk memastikan

kebijakan K3 perusahaan diketahui, dipahami dan dilaksanakan dengan sebaik-

baiknya. Maka dalam hal ini perusahaan juga memberikan tentang komunikasi

kebijakan K3 yang melalui berbagai media komunikasi antara lain:

a. Sosialisasi mengenai K3

b. Pelatihan mengenai K3

c. Brosur dan Poster K3 yang dipasang pada tempat-tempat yang

startegis yang mudah diketahui dan mudah dibaca oleh seluruh

karyawan.

2.10.3. Penerapan K3 Bagi Karyawan

PT. Tolan Tiga Indonesia menunjuk dan menetapkan, mendokumentasikan,

mempublikasikan penanggungj jawab K3 berikut wewenang untuk bertindak

dalam ruang lingkup kapasitasnya, serta hubungan koordinasi dan pelaporan

didalam struktur organisasi P2K3 Perusahaan. Perubahan atas tanggung jawab dan

tanggung gugat K3 yang berpengaruh terhadap pelaksanaan progam K3 di

Perusahaan sennatiasa dicatat dan cacatan tersebut dipelihara.

47
PT. Tolan Tiga Indonesia juga melaksanakan pembinaan kesadaran K3

melalui Konsultsi, motivasi, penyuluhan, sumbang saran maupun kotak saran K3

dan pelatihan terhadap seluruh elemen pekerja maupun pihak yang terkait.

Perusahaan menetapkan prosedur konsultasi penyelesaian masalah dan sumber

bahaya di tempat kerja, dan memastikan bahwa karyawan diberi informasi

mengenai prosedur tersebut.

Pelatihan K3 kepada karyawan dilaksanakan berdasarkan kebutuhan atas

pengetahuan dan keterampilan ( kompetensi ) umum maupun kompetensi K3 yang

relevan dengan tugas, fungsi, tanggung jawab, dan jabatan karyawan. Karyawan

dengan pekerjaan yang memerlukan pengetahuan dan keterampilan khusus,

mendapatkan pelatihan khusus sesuai dengan persyaratan dan keterampilan

tersebut.

2.10.4. Tindakan Pengendalian Bahaya dan Potensi Resiko Kecelakaan

Kerja

Tindakan pengendalian bahaya dan potensi resiko yang telah teridentifikasi

di seluruh aktifitas, bahan dan peralatan, serta lokasi kerja, dan pemakaian alat

pelindung diri, untuk meniadakan atau mengurangi bahaya dan penyakit akibat

kerja ditempat kerja, korban nyawa, kerusakan properti, dan terganggunya proses

produksi. Dalam upaya pengendalian bahaya dan potensi kecelakaan dalam

bekerja, seluruh Assisten dan mandor masing-masing divisi / bagian / stasiun juga

bertanggung jawab mengidentifikasi sumber bahaya di areal kerjanya dan menilai

tingkat resiko serta menetapkan tindakan pengendaliannya yang diperlukan guna

48
mencegah dan mengendalikan resiko yang ada. Selain itu juga berupaya

menciptakan kondisi lingkungan kerja, mesin / peralatan, bahan, proses dan

pelaksanaan pekerjaan dalam kondisi aman dan menjamin bahwa pekerjaan yang

beresiko tinggi dilaksanakan setelah mendapat izin kerja khusus dan diawasi

pelaksanaannya guna mencegah kemungkinan bahaya yang timbul.

Kemudian bagi Mandor atau Kepala Kerja terkait melaksanakan

pengawasan kepada setiap tenaga kerja dalam melaksanakan pekerjaan dengan

mengacu pada prosedur dan intruksi kerja yang telah ditetapkan agar terhindar

dari bahaya dan yang berwenang menghentikan pekerjaan yang sedang

dilaksanakan apabila dinilai mempunyai resiko bahaya yang tinggi sampai resiko

kerja tersebut dapat dikendalikan sampai kepada tingkat yang dapat ditoleransi.

Selain itu juga setiap karyawan bertanggung jawab untuk memberikan saran

tentang kondisi dan proses kerja yang berkaitan dengan potensi bahaya yang

terdapat di areal kerjanya serta mematuhi seluruh langkah kerja yang aman sesuai

dengan panduan SOP atau Instruksi Kerja.

Maka dalam hal ini, untuk menciptakan rendahnya resiko kecelakaan kerja

PT. Tolan Tiga Indonesia menetapkan suatu prosedur saat bekerja, yaitu dengan

pemakaian alat pelindung diri pada saat bekerja ( APD ). Pemakaian alat

pelindung diri yang standar oleh pekerja, pengunjung, dan kontraktor, ditetapkan

sebagai prasyarat dalam setiap kontrak pekerjaan dan apabila memasuki areal

kerja.

49
Alat pelindung diri yang disediakan menurut standar atau peraturan yang

berlaku, dan senantiasa dipelihara dalam keadaan baik dan layak dipakai. Alat

pelindung diri dipelihara keberadaannya pada tempat yang aman dan mudah

dijangkau, agar senantiasa ada pada saat diperlukan. Jika terjadi kerusakan atau

kehilangan, Mandor dan Assisten harus membuat laporan kepada Manager.

Apabila kerusakan atau kehilangan yang disebabkan kelalaian pekerja menjadi

tanggung jawab pekerja yang bersangkutan. Untuk meyakinkan Alat Pelindung

Diri telah digunakan sebagaimana mestinya, maka harus dilakukan pengawasan.

Pengawasan Rutin, pengawasan tersebut dilaksanakan oleh Mandor atau

Assisten terhadap kepatuhan para pekerja dalam penggunaan Alat Pelindung Diri

pada waktu mereka melaksanakan pekerjaan masing-masing. Penggunaan Alat

Pelindung Diri harus sesuai dengan jenis pekerjaan masing- masing dan resiko

yang mungkin ditimbulkan.

50
BAB III

PENGETAHUAN KARYAWAN TENTANG KESELAMATAN DAN

KESEHATAN KERJA

Di dalam suatu lembaga atau perusahaan yang menjadikan perusahaannya

menjadi lebih baik dan sukses dalam menjalankannya, tentunya memiliki aturan-

aturan yang dimiliki oleh pihak perusahaan yang harus wajib di patuhi oleh semua

karyawannya. Aturan-aturan tersebut berupa kedisiplinan, kepatuhan serta

tanggung jawab yang harus diterapkan bagi seluruh karyawan. Lembaga atau

perusahaan memiliki artian institusi atau pranata yang didalamnya terdapat

seperangkat norma-norma, nila-nilai, keyakinan-keyakinan yang nyata yang

berpusat kepada berbagai kebutuhan sosial serta serangkaian tindakan yang

penting dan berulang. Norma-norma atau aturan-aturan tersebut tentunya masing-

masing perusahaan memiliki aturan yang berbeda satu sama lain, maka dalam hal

ini perlu adanya budaya organisasi yang mengatur suatu perusahaan tersebut.

Budaya organisasi yaitu sebuah sistem makna bersama yang dianut oleh para

anggota yang membedakan suatu organisasi dari organisasi-organisasi lainnya.

Maka dalam hal ini dengan adanya norma-norma yang dimiliki oleh pihak

perusahaan, mewajibkan para karyawan agar mematuhi peraturan tersebut.

Menurut Robbins (1996 : 294), fungsi budaya organisasi sebagai berikut :

 Budaya menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dan

yang lain.

 Budaya membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi.

51
 Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih luas

daripada kepentingan diri individual seseorang.

 Budaya merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan

organisasi itu dengan memberikan standar-standar yang tepat untuk

dilakukan oleh karyawan.

 Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu

dan membentuk sikap serta perilaku karyawan.

Dengan adanya budaya organisasi di dalam suatu perusahaan diharapkan

sikap dan tingkah laku karyawan dapat terarah demi menjalankan suatu

aktifitasnya guna menjaga keselamatan dan kesehatan kerja para karyawan. Guna

menjaga keselamatan kerja karyawan, masing-masing karyawan tentunya

memiliki pengetahuan yang berbeda-beda demi menjaga keselamatan kerjanya.

Pengetahuan sendiri memiliki artian yaitu hasil “tahu” seseorang dan ini terjadi

setelah orang melakukan penginderaan terhadap sutau objek tertentu.

Pengeinderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu; indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga. Maka dalam hal ini demi suatu pengetahuan

tentang Keselamatan kerja merupakan kunci utama bagi para karyawan yang jenis

pekerjannya memiliki tingkat resiko yang berbeda-beda. Keselamatan tersebut

mencakup kedua istilah yaitu resiko keselamatan dan resiko kesehatan.

Kedua istilah tersebut dibedakan menjadi dua bagian, yang pertama yaitu

Keselamatan kerja menunjukan kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan,

kerusakan atau kerugian ditempat kerja, sedangkan yang kedua yaitu Resiko

52
kesehatan merupakan aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan

kebakaran, ketakutan aliran listrik, terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang,

kerugian alat tubuh, penglihatan, dan pendengaran.

Maka dalam hal ini dengan mencegah terjadinya kecelakaan akibat kerja

yang paling diperlukan adalah pengetahuan yang kuat tentang keselamatan kerja

itu sendiri. Pengetahuan tersebut tentulah sangat berbeda-beda bagi setiap

karyawan yang bekerja di perkebunan kelapa sawit milik PT. Tolan Tiga

Indonesia ( Tolan Estate ).

Faktor dari berbeda-beda pengetahuan akan Keselamatan Kerja tersebut

tentunya dapat dipengaruhi oleh faktor dari pola pikir atau cara pandang dari

setiap masing-masing karyawan yang bekerja, selain itu juga pengalaman para

karyawan selama bekerja juga sangat berpengaruh dalam melakukan suatu

pekerjaan. Pengetahuan karyawan dalam menjaga keselamatan diri mereka pada

saat bekerja sangat diperlukan, agar terhindar dari keadaan atau kecelakaan kerja

yang tidak diinginkan. Dari Pengetahuan tersebut, tentunya dapat diterapkan di

dalam lingkungan pada saat bekerja.

Maka dalam hal ini penulis melihat dari beberapa karyawan perkebunan,

seperti Karyawan Memanen ( Harvest ), Memupuk ( Manuring ), Menyemprot (

Spraying ). Dalam menghindari suatu kejadian kecelakaan pada saat bekerja hal

yang paling utama yang perlu dilakukan para karyawan ialah dengan adanya

kesadaran dari diri sendiri tentang pentingnya atas penggunaan Alat Pelindung

Diri. Seperti yang telah dikemukakan oleh salah seorang informan yaitu karyawan

pemanen ( Harvest ), beliau mengungkapkan bahwa;

53
“iya kalau waktu bekerja seperti pemanen ini yang paling
penting itu pertama penggunanaan APD ( Alat Pelindung
Diri ). Karena kalau tidak pakai alat pelindung diri itu
namanya melukai diri kita sendiri secara langsung. ( Bapak
Raswin, 33 tahun ).

Menurut bapak Raswin bahwa hal yang terpenting atau yang paling utama

dalam rangka menjaga keselamatan kerja yaitu pertama memahami atas

penggunaan Alat Pelindung Diri. Dengan langkah awal tersebut, sebagai seorang

karyawan yang bekerja di lapangan secara langsung, dapat mecegah terjadinya

suatu kecelakaan yang diakibatkan dari kecelakaan kerja secara tidak langsung.

3.1. Konsep Keselamatan Kerja Menurut Karyawan

Keselamatan Kerja merupakan sebuah sarana yang dilakukan untuk

melakukan upaya pencegahan terhadap adanya kecelakaan, cacat ataupun

kematian sebagai bentuk akibat kecelakaan kerja. Bagi para pekerja, keselamatan

kerja merupakan hal yang paling utama ketika akan melakukan suatu pekerjaan.

Dalam keselamatan kerja tersebut sasaran utamanya adalah terletak pada

lingkungan kerja serta teknik kerja. Lingkungan kerja merupakan keseluruhan

perkakas yang dihadapi, lingkungan sekitarnya dimana seorang bekerja, metode

kerjanya, sebagai pengaruh kerjanya baik sebagai perorangan maupun sebagian

kelompok. Maka dalam hal ini lingkungan kerja yang kondusif memberikan rasa

aman dan memungkinkan karyawan untuk bekerja dengan tenang. Selain itu juga

dari masing-masing karyawan tentunya memiliki konsep berbeda-beda mengenai

keselamatan kerja itu sendiri.

54
Konsep yang berbeda tersebut berbeda-beda disebabkan karena

pengetahuan dan pengalaman yang dialami karyawan selama bekerja berbeda

antara karyawan satu dengan karyawan yang lain. Beberapa karyawan perkebunan

PT. Tolan Tiga Indonesia ( Tolan Estate ) mengartikan bahwa keselamatan kerja

merupakan selamat dalam bekerja dengan upaya tidak adanya kecelakaan pada

saat bekerja. Hal tersebut sesuai dengan beberapa pendapat yang diungkapan oleh

informan.

( Bapak Sutikno, 35 tahun) mulai bekerja di perkebunan sebagai pemanen

( Harvest ) pada tahun 2008, beliau mengungkapkan bahwa;

Foto 3.1 Karyawan Pemanen

Sumber : Dokumen Pribadi

55
“ Keselamatan kerja itu iya selamat dalam kerja, iya kalau
tugas bapak kan seorang pemanen yang paling utama di
perhatikan saat bekerja pertama pakai APD jikalau sudah
menggunakan APD apabila terkena segala sesuatu yang tidak
diinginkan tidak langsung melukai badan, lalu harus
mengetahui kondisi pohon yang akan dipanen. Terus melihat
buah yang akan dipanen, kondisi pelepah yang akan
dienggerek, jaga jarak sama pohon kira-kira 1 meter, biar tidak
terkena pelepah sawit yang jatuh”.

Pernyataan ini menyebutkan bahwa bapak Sutikno beranggapan bahwa

demi menjaga keselamatan kerja ialah hal yang paling utama adalah dengan

menggunkaan Alat Pelindung Diri dulu, dengan penggunaan Alat Pelindiri Diri

maka dapat terhindar secara tidak langsung apabila terjadi suatu kejadian atau

kecelakaan kerja yang tidak diinginkan. Selain itu juga bapak Sutikno juga

mengungkapan bahwa selain APD yang digunakan juga harus pandai melihat

situasi buah yang akan dipanen, dengan menjaga jarak antara pemanen dengan

pohon kira-kira 1 meter dari pohon yang akan di panen. Maka dalam hal ini dapat

dijelaskan keselamatan kerja di bidang Harvest ( Pemanen ) serta proses kerja

yang dilakukan:

a. Bahan dan Peralatan kerja yang digunakan untuk pemanen;

No NAMA ALAT SPESIFIKASI PENGGUNAAN

1 Dodos Kecil Lebar mata 8 cm, lebar tengah 7 Potong buah tanaman
cm, tebal tengah 0,5 cm, tebal umur 3-4 tahun
pangkal 0,7 cm, diameter gagang
4,5 cm, panjang total 18 cm
2 Dodos Besar Lebar mata 14 cm, lebar tengah Potong buah tanaman
12 cm, tebal tengah 0,5 cm, tebal umur 5-8 tahun
pangkal 0,7 cm, diamter gagang
4,5 cm, panjang total 18 cm
3 Pisau Egrek Berat 0,5 kg, panjang pangkal 20 Potong buah tanaman
cm, panjang pisau 45 cm. umur > 9 tahun

56
4 Goni Bekas Wadah transport TBS
Pupuk ke TPH, memuat
brondolan ke alat
transpor

5 Angkong Wadah transport TBS


ke TPH
6 Tali Nilon 5 cm, pilin 3,1 kg = 43 m = 5 Pengikat pisau egrek
egrek
7 Batu Asah Pengasah dodos dan
egrek
8 Bambu egrek Panjang 10-11 m, tenal 1-1,5 m, Gagang pisau egrek
berat 2,5-3 kg per meter,
diameter ujung 4-5 cm, diamter
5-7 cm
9 Kampak Pisau berbentuk segitiga, lebar Memotong pelepah,
12-15 cm gagang buah
10 Harvesting Pole Aluminium ukura 6 m dan Galah pisau egrek
12 m
11 Gancu Besi beton 3/8”, panjang sesuai Memuat /
kebiasaan setempat membongkar TBS ke
/ dari alat transport
12 Tojok / tombak Sesuai kebiasaan setempat Memuat /
membongkar TBS ke
/ dari alat transport

b. Kegiatan yang harus dilakukan atau dilaksanakan untuk karyawan

pemanen

 Pagi hari diadakan apel pagi sekitar 06.15, dimana mandor panen

dan assistent divisi mengabsen melalui format master chit

memberikan pengarahan dan instruksi kerja, penyampaian mutu

kerja pekerja hasil kontrol Mandor F. Assistent pada hari kerja

sebelumnya dan penyampaian pinalti akibat kesalahan kerja.

Mandor panen mempunyai 10-2- pemanenan.

 Pemeriksaan APD yang dibawa atau yang digunakan oleh masing-

masing karyawan, apabila terdapat dari karyawan yang tidak

57
memakai APD yang sudah ditetapka, maka seorang mandor tidak

segan-segan untuk menyuruh karyawan pulang kerumah demi

mengambil APD yang lupa dibawa atau digunakan. APD yang

digunakan sepatu AP boots dan Kacamata

 Pembagian lokasi atau bagian yang akan dikerjakan oleh masing-

masing karyawan. Pembagian lokasi atau ancak di arahkan oleh

asisten ataupun mandor yang bertugas di setiap divisi.

 Pembacaan Doa sesuai ajaran dan kepercayaan masing-masing

karyawan yang dipimpin oleh masing-masing mandor di tempat

apel pagi setiap divisi.

 Setelah apel, pekerja diantar kelokasi kerja dengan Dump Truck

atau menggunakan kendaraan pekerja sendiri bagi yang telah

memiliki.

58
(Ibu Irusiana usia 31 tahun ) mulai bekerja sebagai karyawan Manuring

(pemupuk ) pada tahun 2011, beliau mengungapkan bahwa;

Foto 3.2 Karyawan Pemupuk

Sumber : Dokumen Pribadi

“ iya kalau keselamatan kerja menurut ibu ya selamat bekerja,


tidak ada gangguan selama bekerja, kemudian pakai APD yang
benar. Kalau pekerjaan seperti memupuk ini ya harus pakai APD
lah mbak, kayak pakai masker ini paling penting. Karena nanti
debu dari pupuk masuk kehidung kan jadi bahaya, kalau kita
hirup abunya bisa masuk kehidung terus menggangu pernafasan.
Kalau terhirup, kalau sakit , saya juga yang repot gak bisa kerja.

Dari Pernyataan diatas, bahwa tidak lain dan tidak bukan memang

penggunaan alat pelindung diri lah yang penting saat bekerja demi menjaga

keselamatan pada saat bekerja, bahwa mereka juga takut apabila terkena suatu

penyakit apabila tidak menggunakannya. Para karyawan juga sadar dalam

menjaga keselamatan dan kesehatan diri mereka pada saat bekerja. Kesadaran

menggunakan APD demi keberlangsungan hidup sehat bagi mereka.

59
Maka dalam hal ini dapat dijelaskan keselamatan kerja di bidang

Manuring (Pemupukan) serta proses kerja yang dilakukan:

a. Peralatan kerja yang digunakan seperti;

 Mangkok : Digunakan untuk mempermudah pada saat penaburan

pupuk, mangkok tersebut disediakan sudah sesuai dengan takaran

yang sudah ditentukan oleh pihak perkebunan.

 Ember : Digunakan sebagai wadah dari pupuk yang akan di tebar,

sehingga pada saat penebaran lebih mudah mengambilnya jika

dibandingkan harus mengangkat dengan karungnya secara

langsung.

 Angkong : Digunakan untuk mengangkut karung goni yang berisi

pupuk yang masih penuh yang masih diletakkan di pinggir jalan,

dan memudahkankan pengangkutan ika akan proses penebaran

pupuk.

b. Proses atau Kegiatan Pada Saat Bekerja Untuk Karyawan Pemupuk

 Mengikuti kegiatan Apel pagi : Pada kegiatan apel pagi tersebut,

masing-masing karyawan di setiap divisi, baik divisi satu hingga

divisi lima wajib mengikuti apel pagi. Pada kegaiatan apel pagi

tersebut, adalah dengan mendata siapa saja karyawan yang masuk

dan siap ketika akan melakukan pekerjaan. Kegiatan apel pagi ini

dihadiri satu assisten lapangan, dan dua mandor lapangan yang

bertugas mengawasi pekerjaan para karyawannya.

60
 Pemeriksaan APD yang dibawa atau yang digunakan oleh masing-

masing karyawan, apabila terdapat dari karyawan yang tidak

memakai APD yang sudah ditetapka, maka seorang mandor tidak

segan-segan untuk menyuruh karyawan pulang kerumah demi

mengambil APD yang lupa dibawa atau digunakan. APD yang

digunakan sepatu AP boots dan Kacamata.

 Pembagian lokasi atau bagian yang akan dikerjakan oleh masing-

masing karyawan. Pembagian lokasi atau ancak di arahkan oleh

asisten ataupun mandor yang bertugas di setiap divisi.

 Pembacaan Doa sesuai ajaran dan kepercayaan masing-masing

karyawan yang dipimpin oleh masing-masing mandor di tempat

apel pagi setiap divisi.

 Setelah siap apel pagi, masing-masing karyawan Manuring

mengambil kendaraan masing-masing atau menunggu mobil yang

membawa mereka untuk sampai ketujuan tempat bekerja. Tenaga

kerja diangkut terpisah dengan pupuk.

61
( Bapak Rukimin, 41 tahun ) mulai bekerja sebagai karyawan

Menyemprot ( Spraying ) tahun 2007 ) juga mengungkapkan bahwa;

Foto 3.3 Karyawan Penyemprot

Sumber : Dokumen Pribadi

“ iya kalau menurut saya mbak, keselamatan kerja itu


selamat bekerja, tidak ada gangguan di lapangan waktu
kerja. Sebelum bekerja, menurut kepercayaan saya, bahwa
segala sesuatu pekerjaan harus diawali dengan berdoa,
memohon ridho dan keselamatan pada saat bekerja. Agar
terhindar dari segala macam marabahaya, apabila sudah
berdoa dan masih terjadi kecelakaan, ya mau bagaimana
lagi. Sudah apesnya, tidak bisa berbuat atau berkata-kata
lagi. Apalagi ketika mendapatkan ancak yang bersebelahan
dengan kawasan hutan lindung atau sering masyarakat sebut
ialah Kelopo Setumpuk , tempat itu sangat tidak asing lagi
bagi masyarakat wilayah perkebunan. Banyak orang
kesurupan atau pernah mengalami dijumpai oleh makluk
halus, jadi ketika sedang menyemprot di dekat wilayah
tersebut, harus banyak-banyak berdoa dan jangan memiliki
pikiran kosong. Cerita yang tersebar dikalangan masyarakat

62
di perkebunan maupun masyarakat diluar perkebunan,
bahwa pada zaman dahulu terdapat satu rombongan bus
yang membawa karyawan untuk bekerja di kawasan dekat
dengan hutan lindung tersebut, menghilang begitu saja dan
tidak kembali lagi. Jadi dengan adanya cerita-cerita seperti
itu, setiap karyawan tentunya memiliki keberanian serta
kepercayaan masing-masing dari setiap individu karyawan.
Bagi yang percaya akan hal itu, maka terlebih dahulu
sebelum akan bekerja di dekat kawasan hutan tersebut
meminta izin dengann tujuan, bahwa kedatangan saya disini
untuk bekerja, bukan untuk merusak ataupun mengganggu.”

Pernyataan ini menyebutkan bahwa, dalam melakukan pekerjaan khusunya

karyawan Spraying ( Meyemprot ), terlebih dahulu berdoa menurut ajaran dan

kepercayaan agamanya sebelum melakukan pekerjaan dan memasuki wilayah atau

ancak yang akan dikerjakan. Seperti yang telah diungkapkan dari kasus ancak

yang bersebelahan dengan kawasan hutan lindung, atau warga sekitar memberi

nama kelopo setumpuk. Kawasan tersebut lebarnya -+ 3 Ha, yang menjadikan

kawasan tersebut tidak boleh dimasukin oleh siapa pun, bahkan mengambil kayu,

memanen buah atau menembak serta mengambil hewan-hewan yang berada

dikawasan hutan larangan tersebut. Dengan adanya cerita-cerita yang membuat

seorang karyawan merasa ketakutan jika berada di kawasan tersebut,

mengharusnkan setiap individu karyawan yang bekerja berdoa serta meminta izin

dengan tujuan bekerja bukan untuk mengganggu ataupun merusak wilayah

tersebut sesuai dengan ajaran dan kepercayaan mereka masing-masing.

63
Maka dalam hal ini dapat dijelaskan keselamatan kerja di bidang Spraying

(Penyemprotan) serta proses kerja yang dilakukan:

a. Peralatan kerja yang digunakan seperti:

 Ember : Digunakan untuk mengambil cairan bahan penyemprotan

yang sudah disediakan di dalam galon yang sudah berisi cairan

pestisida, yang berguna untuk memudahkan pada saat pemasukan

ke dalam alat penyemprotan.

 Gelas Ukur : Digunakan untuk mengukur dosis bahan kimia yang

akan dicampur ke dalam galon yang sudah berisikan air bersih.

 Knapsack Sprayer ( Alat Penyemprotan ): Alat penyemprotan ini

digunakan karyawa untuk penyemprotan rumput, atau hama-hama

yang mengganggu di wilayah perkebunan.

b. Proses atau Kegiatan Pada Saat Bekerja Untuk Karyawan Spraying

 Mengikuti kegiatan Apel pagi : Pada kegiatan apel pagi tersebut,

masing-masing karyawan di setiap divisi, baik divisi satu hingga

divisi lima wajib mengikuti apel pagi. Pada kegaiatan apel pagi

tersebut, adalah dengan mendata siapa saja karyawan yang masuk

dan siap ketika akan melakukan pekerjaan. Kegiatan apel pagi ini

dihadiri satu assisten lapangan, dan dua mandor lapangan yang

bertugas mengawasi pekerjaan para karyawannya.

 Selama bekerja dengan pestisida: mencampur, mengencerkan,

menyemprot, memindahkan, menyimpan, memusnahkan kemasan

pestisida gunakakn alat pelindung diri berupa baju khsusus

64
dengan lengan panjang, penutup kepala, masker, dan kacamata

pelindung, celana panjang, sarung tangan, sepatu boot AP..

 Setelah siap apel pagi para pekerja kembali ke gudang tempat

penyimpanan peralatan untuk menyemprot.

 Sebelum memulai kerja, periksa alat kerja terlebih dahulu, agar

tidak ada kebocoran pada saat penyemprotan

3.2. Konsep Kesehatan Kerja Bagi Karyawan

Kesehatan kerja adalah merupakan aplikasi kesehatan masyarakat di dalam

suatu tempat kerja ( perusahaan, pabrik, kantor, dan sebagainya) dan yang

menjadi pasien dari kesehatan kerja ialah masyarakat pekerja dan masyarakat

sekitar perusahan tersebut.

Hal ini berarti kesehatan kerja dalam suatu perusahaan, meskipun upaya

pokoknya pencegahan penyakit dan kecelakaan akibat kerja, serta promosi

kesehatan kerja, namun perlu dilengkapi dengan pelayanan pemeriksaan dan

pengobatan penyakit atau kecelakaan yang terjadi pada pekerja atau keluarganya.

Keluarga pekerja memang bukan secara langsung menjadi anggota masyarakat

pekerja, namun peranan keluarga ( suami-istri ) sangat penting dalam mencegah

penyakit dan kecelakaan kerja serta peningkatan kesehatan kerja. Kesehatan kerja

bertujuan untuk memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik,

mental, dan sosial bagi masyarakat pekerja dan masyaakat lingkungan perusahaan.

65
Berbicara mengenai kesehatan kerja karyawan, kesehatan itu sendiri jika

dilihat dari segi Antropologi dapat dilihat daris segi aspek-aspek biologis dan

sosiologis budaya dari tingkah laku manusia. Tingkah laku seseorang tersebut

dapat mempengaruhi kesehatannya baik itu baik maupun buruk.

Hal tersebut sesuai dengan beberapa pendapat yang diungkapan oleh

informan. ( Bapak Jumawan usia 36 tahun ) bekerja sebagai karyawan Harvest (

Pemanen ) pada tahun 2008, beliau mengungkapkan bahwa;

“ kesehatan kerja adalah sehat dalam bekerja, dalam artian,


sebelum berangkat kerja harus menyiapkan bekal diri untuk
siap bekerja. Bekal tersebut yaitu, makan pagi atau sarapan.
Dan tidak lupa berdoa dalam hati agar selama bekerja selalu
dilindungi oleh Allah SWT. Berserah diri bahwa semua yang
terjadi adalah kehendak Allah SWT”. Keadaan fisik yang
sehat tentunya membuat saya akan menjadi percaya diri
untuk menjalankan pekerjaan saya.” Apalagi, untuk saya
pribadi

Penyataan diatas menyebutkan bahwa, dalam menjaga kesehatan kerja

pada seorang karyawan, hal yang utama adalah menyiapkan bekal buat diri

mereka agar dalam menjalankan suatu pekerjaan lebih semangat dan tidak

merasakan sakit apabila tidak mengutamakan kesehatan mereka. Selain dari bekal

tersebut, selalu berdoa dan berserah diri kepada Allah SWT, bahwa segala sesuatu

yang akan dikerjakan selalu berdoa memohon pertolongan dan pertolongannya.

Keadaan fisik yang prima membuat seorang karyawan akan percaya diri

dalam menjalankan suatu pekerjaan. Dan apabila dalam di dalam menjalankan

pekerjaan, seorang karyawan padaa saat bekerja tiba-tiba sakit mendadak pada

saat bekerja, maka seorang mandor Harvest ( pemanen ) memberikan pertolongan

66
pertama. Mandor harvest bertugas mengawasi para pemanen untuk bekerja agar

buah-buah yang siap dipanen tidak tertinggal pada pohonnya.

Selain mengawasi para pemanen, seorang mandor harvest siap siaga

dalam memberikan pertolongan pertama pada karyawan apabila sakit mendadak

pada saat bekerja. Ketika sudah memberikan pertolongan pertama, mandor

harvest segara membawa karyawan ke Poliklinik yang ada di lingkungan

perkebunan. Kemudian para Bidan memeriksa keluhan apa yang dirasakan

seorang karyawan yang merasakan sakit tersebut. Setalah diperiksa dan dirasa

cukup, kemudian bidan memberikan obat dan surat izin bahwanya sedang sakit,

sehingga karyawan dapat istirahat dirumah untuk memulihkan keadaannya.

Kehadiran Poliklinik tentu sangat membantu bagi siapa saja karyawan

yang mengalami gangguan kesehatan baik itu gangguan kesehatan pada saat

bekerja, atau ganguguan kesehatan diluar pekerjaan. Poliklinik bersedia

membantu meringankan sakit para karyawan dengan biaya gratis yang difasilitasi

oleh pihak perusahaan. Sebagai seorang karyawan yang aktif bekerja di

perusahaan, senantiasa diberikan fasilitas kesehatan gratis bagi karyawan, istri dan

anak-anaknya yang akan membutuhkan pertolongan ketika sedang sakit.

Berdasarkan dari wawancara bersama beberapa informan, dapat

disimpulkan bahwa pandangan para karyawan mengenai pegetahuan tentang

keselamatan dan kesehatan kerja karyawan yaitu bahwa keselamatan kerja bagi

seorang karyawan adalah keadaan selamat saat bekerja. Dalam artian selamat dari

gangguan-gangguan kecelakaan kerja yang tidak diinginkan.

67
Seperti kejatuhan buah, tersambar pelepah sawit, terkena cairan kimia,

terkananya bahan-bahan kimia pada saat pemupukan, terserang hewan-hewan

kecil seperti ular, serangga dan yang lainnya.

Sedangkan kesehatan kerja bagi seorang karyawan adalah keadaan sehat

lahir dan batin ketika akan melaksanakan suatu pekerjaan. Sehat tersebut dalam

artian, tidak sakit jika akan melakukan pekerjaan. Maka dalam hal ini, seorang

karyawan dalam menjaga kesehatannya senantiasa tidak lupa memberi bekal

dalam diri meraka ketika akan berangkat bekerja, dengan sarapan atau minum teh

atau yang lainnya yang dapat menambah energi mereka ketika akan menjalankan

pekerjaan. Dan tidak lupa pula, seorang karyawan yang beragama, baik agama

islam, kristen, budha, hindu dan katolik, senatiasa selalu berdoa dan berserah diri

kepada Tuhan Yang Maha Esa bahwa segala sesuatu yang mereka kerjakan

mendapat pertolongan dan perlindungan dari Tuhan.

3.3. Pengetahuan Karyawan dalam Menggunakan Peralatan Alat Pelindung

Diri

Dalam melaksanakan suatu pekerjaan, khususnya pekerjaan yang memiliki

resiko yang dapat membahayakan keselamatan dan kesehatan kerja mereka, yaitu

hal terpenting yang perlu diperhatikan adalah pengetahuan akan alat pelindung

diri tersebut. Maka dalam hal ini terlebih dahulu akan diperkenalkan alat-alat

pelindung diri yang digunakan karyawan pada saat bekerja.

68
Berikut adalah jenis-jenis alat pelindung diri dan kegunaannya serta

pandangan karyawan atas penggunaannya. Berikut adalah jenis-jenis APD yang

digunakan karyawan selama mereka sedang bekerja di perkebunan.

3.3.1. Jenis-jenis Alat Pelindung Diri dan Pandangan Karyawan Dalam

Penggunannya

1. Helm Pelindung kepala ( Safety Helmet

Foto 3.3.1. Helm Pelindung Kepala ( Safety Helmet )

Sumber : Dokumen Pribadi

Helm pelindung kepala ( Safety Helmet ) yaitu berguna sebagai pelindung

kepala yang dapat melindungi dari terkenanya benda keras, pukulan, serta

benturan, terjatuh dan terkena sengatan arus listrik. Pada penggunaan Safety

Helmet tersebut digunakan bagi karyawan yang bekerja sebagai karyawan Harvest

dan Mandor Spaying. Dari kedua karyawan tersebut tentunya memiliki tingkat

resiko pekerjaan yang beda-beda berdasarkan pekerjaannya di lapangan.

69
Pihak perusahaan tentunya memiliki alasan tersendiri dengan memilih topi

berwarna kuning tersebut. Seperti yang sudah diamati sesuai dengan kenyataan

dilapangan, maka penulis mengukutip dari hasil pengamatan serta pernyataan dari

informan mengenai penggunaan APD pada saat bekerja yang menyangkut dengan

Keselamatan dan Kesehatan Pada Saat Bekerja. Berikut adalah kutipan dari

informan, beliau adalah Bapak Suprianto usia 34 tahun bekerja sebagai Mandor

Spraying ( Mandor Menyemprot ), beliau mengungkapkan bahwa;

“ Penggunaan Safety Helmet ( Helm Pelindung ) ini tentu


sangat berarti bagi karyawan yang bertugas sebagai mandor
spraying seperti ini. Karena helm ini berfungsi melindungi
kepala dari gangguan yang tidak diinginkan ketika sedang
meracik bahan kimia. Meskipun dalam penggunaannya agak
merepotkan karena ada yang mengganjal dibagian kepala
yang senantiasa dipakai ketika bekerja, haruslah juga
menghargai kepala yang senantiasa dijaga agar terhindar dari
kejadian yang tidak diinginkan”. Apalagi dalam pekerjaannya
spraying, tentunya memiliki seragam tersendiri jika
dibandingkan dengan karyawan yang lainnya. Untuk
karyawan spraying, dengan menggunakan baju,celana, apron,
serta helm dengan warna yang senada yaitu warna orange.
Pemilihan warna orange ini guna sebagai pembeda dengan
karyawan yang lainnya, sehingga memudahkan karyawan
yang lain untuk mencari karyawan yang lainnya ketika
kehilangan jejak jika berada di tempat kerja dan Jika dilihat
dari kejauhan, warna orang pada helm, baju, celana serta
apron memberikan kesan yang terang sehingga memudahkan
karyawan yang lainnya untuk menemukan atau mencari
karyawan yang lainnya.”

70
2. Kacamata ( Gogles )

Foto 3.3.2 Kacamata ( Gogles )

Sumber : Dokumen Pribadi

Kacamata ( Gogles ) tersebut berguna sebagai pelindung mata yang dapat

melindungi mata dari terkenanya sesuatu benda kecil seperti debu, dan yang

lainnya yang dapat melukai cedera pada mata, terkena cahaya, percikan cairan

berbahaya. Kacamata yang digunakan yaitu dengan jenis kacamata yang menutupi

seluruh permukaan pada mata dan kacamata anti pecah ketika jatuh dan

menghindari mata ketika suatu saat terjadi dari kejatuhan butiran-butiran buah (

brondolan ), kejatuhan dari serbuk-serbuk pelepah sawit yang jatuh tidak

membuat kacamat tersebut pecah dan aman bagi mata. Pada penggunaan

kacamata ( Gogles ) tersebut digunakan bagi karyawan Spraying dan Harvest.

Karena dari kedua karyawan tersebut memiliki resiko cedera yang dapat merusak

bagian mata apabila bekerja tidak menggunakan kacamata ( Gogles ).

71
Seperti yang telah diamatai dan dikuti dari hasil pengamatan di lapangan,

dapat dijelaskan dari berbagai pendapat beberapa informan, beliau yaitu bapak

Rukimin, usia 41 tahun mulai bekerja sebagai karyawan Menyemprot ( Spraying )

tahun 2007 , mengungkapkan bahwa;

“ Penggunaan kacamata ( Gogles ) ini sebetulnya sangat


membantu melindungi mata agar terhindar dari terkenanya
cairan bahan kimia yang telah disemprotkan ke daun, yang
bisa saja akan naik ke udara ketika terhembusnya angin di
udara. Akan tetapi, dalam penggunaannya kacamata tersebut
agak sedikit sulit bagi saya, karena kacamata yang digunakan
akan mudah berembun dan membuat pandangan kabur
sehingga menghambat mata untuk melihat pada saat bekerja.
Maka dengan menyikapi kacamata yang mudah berembun,
sebentar-sebentar kadang sesekali juga tidak memakai
kacamata ketika saat menyemprot rumput sedang
berlangsung. Meskipun dapat membahayakan mata, tidak
apalah jika sekali-sekali. Menyikapi hal tersebut, terkadang
saya merasa tidak perlu menggunakannya dalam bekerja
spraying seperti ini, yang ada malah memperlama pekerjaan
saya. Jadi dalam menyikapi mata agar terhindar dari bahaya
yang tidak diinginkan, saya memutar kepala saya kesamping
dengan alasan menghindari dari percikan cairan kimia
tersebut.”

3. Masker ( Respirator )

Foto 3.3.3

Sumber : Dokumen Pribadi

72
Masker ( Respirator ) tersebut berguna untuk melindungi hidung dari

tekenanya atau masuknya udara yang buruk seperti misalnya : debu pupuk pada

saat pemupukan, penguapan dari obat racun pada saat penyemprotan dan

sebagainya. Pada masker tersebut, terdapat kancing pembuka yang memudahkan

karyawan pada saat memakainya. Dipilihnya masker berwarna hitam ini, karena

warna hitam itu sendiri membuat kesan tidak terlihat jorok apabila terkena noda.

Pada penggunaan masker tersebut digunakan untuk karyawan yang bekerja

sebagai karyawan Pemupuk ( Manuring ) dan Penyemprot ( Sparying ) yang

memiliki resiko cedera yang dapat melukai saluran pernafasan apabila tidak

menggunakan masker pada saat bekerja.

Seperti yang dikutip dari hasil wawancara dengan salah seorang informan

yang bekerja sebagai karyawan Pemupuk ( Manuring ), beliau mengungkapkan

bahwa;

“ pada penggunaan masker ini sangat perlu digunakan,


apalagi pada saat melakukan pemupukan abu. Karena abu
pupuk tadi sangat mebahayakan pernafasan yang membuat
pekerja dapat terkena dari keracunan pupuk abu tersebut.
Meskipun dalam penggunaannya susah untuk bernafas
karena hidung dan mulut tertutup kain, dalam hal ini apa
boleh buat, daripada diri sendiri yang sakit, lebih baik
memakai masker. Pada masker ini sebetulnya sangat kecil
jika untuk menutupi bagian hidung saja, terkadang saya
membawa kain ( jilbab ) untuk menutupi hidung dan mulut
saya. karena dalam penggunaannya lebih mudah dan
peraktis pakai kain jilbab dan lebih mudah untuk bernafas
jika dibandingkan dengan masker hitam yang kecil yang
dibagikan oleh pihak perusahaan. ( Ibu Yani Suyani, 40
tahun).

73
4. Sepatu Karet ( Boots )

Foto 3.3.4 Sepatu Karet ( Boots )

Sumber : Dokumen Pribadi

Sepatu Karet ( Boots ) yaitu berguna untuk melindungi kaki dari bahaya

yang dapat melukai kaki, seperti terkena duri, terkena serangan hewan, terkenanya

benda tajam dan yang lainnya. Selain dapat melindungi kaki dari terkenanya

benda-benda tajam yang dapat melukai kaki, juga dapat mempermudah para

karyawan pada saat bekerja dengan kondisi tempat kerja yang becek maupun

berlumpur. Sepatu AP tersebut terbuat dari jenis karet yang bersifat anti dengan

segala gangguan yang dapat melukai kaki. Sepatu jenis AP ini sangat awet dan

tidak mudah koyak meskipun seudah bertahun-tahun digunakan. Untuk sepatu AP

berwarna hijau seperti ini, digunakan bagi karyawan, baik mandor serta assisten

lapangan juga memakai sepatu AP berwarna hijau seperti ini.

74
Atas penggunaan sepatu AP tersebut, dapat dijelaskan dari hasil kutipan

wawancara oleh salah seorang informan, beliau mengungkapkan bahwa;

“untuk penggunaan sepatu AP boots seperti ini memang


sangat dianjurkan bagi setiap karyawan ketika akan bekerja
dilapangan. Jenis sepatu AP seperti ini tentu bagi pengguna
yang tidak terbiasa pada saat bekerja, akan merasa kerepotan
atau kesusahan untuk berjalan. Jika dengan kenyataannya,
saya sebagai pekerja sebenarnya setuju dengan peraturan
yang mengaharuskan karyawan menggunakan sepatu untuk
menghindari dari kecalakaan-kecelakaan yang terjadi, akan
tetapi terkadang ada rasa timbul kemalasan tersendiri dari
dalam hati untuk tidak menggunakannya. Karena sepatu
tersebut sedikit merepotkan dan malah menghambat
pekerjaannya saya. Sesekali saya menggunakan sepatu jenis
yang lain yang sangat mudah untuk dibuat berjalan.
Terkadang jika sedang diawasi oleh mandor saya, baru
menggunakan sepatu yang diperintahkan oleh perusahaan,
jika tidak ada mandor baru memilih sepatu jenis yang lainnya
yang terbuat dari karet juga. Karena sepatu yang ini lebih
mudah untuk digunakan pada saat berjalan dan bisa kerja
memenuhi target yang dicapai.”

5. Baju Pelindung ( Apron )

Foto 3.3.5 Baju Pelindung ( Apron )

Sumber : Dokumen Pribadi

75
Baju pelindung ( Apron ) yaitu berguna melindungi bagian badan dari

kemungkinan percikan dari bahan kimia pada saat pencampuran pestisida atau

pada saat penyemprotan. Dengan menggunakan baju pelindung ( Apron ) tersebut

dapat meminimalis dari terkontaminasi percikan pestisida kedalam bagian anggota

tubuh. Baju apron ini terbuat dari bahan plastik yang tebal yang berfungsi apabila

terkena percikan atau tumpahan dari bahan kimia, tidak lengket pada permukaan

baju. Atas penggunaan Baju Pelindung ( Apron ) ini dapat dijelaskan dari kutipan

hasil wawancara dengan salah seorang informan, beliau mengungkapkan bahwa;

“penggunaan apron ( baju pelindung ini ) seperti ini, berguna


bagi karyawan spraying untuk tubuh tidak terkena cairan atau
percikan dari bahan pestisida pada saat penyemprot. Untuk
karyawan spraying jenis apron yang dipilih yaitu tidak
dilengkapi dengan baju apron lengan panjang, dikarenakan
untuk karyawan spraying sendiri sudah memiliki baju khusus
ketika sedang bekerja. Kondisi baju khusus yang digunakan
bagi karyawan spraying sudah baju lengan panjang, jadi jika
sudah pakai baju panjang, kenapa mesti pakai apron panjang
lagi, yang ada malah menyusahkan untuk beraktifitas dan
membuat saya merasa kegerahan atau kepanasan serta mudah
lelah pada saat bekerja.”

6. Sarung Tangan ( Hand Glove )

Sarung tangan ( glove ) yaitu berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada

saat bekerja dengan tempat atau kondisi yang dapat mengakibatkan cedera pada

tangan. Seperti misalnya, terkena cairan pestisida pada saat pencampuran, atau

pada saat penyemprotan sedang berlangsung, terkena benda-benda tajam, terkena

dari bahan-bahan kimia yang berbahaya yang lainnya.

76
Sarung tangan ( Hand Glove ) tersebut terdapat dua jenis sarung tangan.

Yaitu sarung tangan yang terbuat dari bahan karet atau kulit dan kain katun.

Dari berbeda-beda jenis sarung tangan tersebut maka berbeda-beda pula

kegunaannya untuk bekerja. Berikut beberapa kegunaan dari kedua jenis sarung

tangan tersebut.

a. Sarung Tangan ( Hand Glove ) Karet

Foto 3.3.6 Sarung Tangang Karet ( Hand Glove )

Sumber : Dokumen Pribadi

Jenis sarung tangan ( Hand Glove ) ini kegunaannya yaitu melindungi

tangan dari benda-benda tajam dan mencegah cidera saat bekerja. Sarung tangan

jenis kulit ini sangat membantu untuk para karyawan yang bekerja sebagai

karyawan Spraying dan Mandor spraying.

77
Jenis dari sarung tangan karet ini tentunya tidak dapat menyerap langsung

dari cairan bahan kimia tersebut, sehingga jika terkena di tangan dapat

menghindari tangan terkena langsung oleh cairan bahan kimia pada saat

penyemprotan. Dalam penggunaan sarung tangan jenis karet seperti ini dapat

dikutip dari hasil wawancara oleh informan, atas penggunaan sarung tangan karet,

beliau mengungkapkan bahwa:

“penggunaan sarung tangan jenis karet seperti ini selain


melindungi tangan dari terkenanya cairan bahan kimia, juga
membantu terhindar dari benda-benda tajam, karena jenis
sarung tangan ini tidak mudah robek dan awet. Akan tetapi
terkadang, dalam penggunannya membuat saya tidak nyaman
ketika sedang melaksanakan pekerjannya. Terkadang sudah
pakai sarung tangan jenis ini, masih saja terdapat iritasi di
jari-jari tangan. Karena pakai sarung tangan karet itu mudah
membuat tangan keringatan, dan malah iritasi akibat keringat
yang lengekt ditangan.” Bahkan sesekali jika tidak diawasi
oleh mandor, saya lepas saja sarung tangan ini, karena malah
merepotkan pekerjaan.”

b. Sarung Tangan Kain

Foto 3.3.7 Sarung Tangan Kain

Sumber : Dokumen Pribadi

78
Sarung tangan jenis kain ini kegunaanya yaitu dapat melindungi tangan

dari terkenanya benda-benda tajam, maupun benda-benda yang lainnya yang

dapat merusak tangan. Sarung tangan jenis kain ini bersifat tebal, berserat tebal,

dan mudah menyerap keringat ditangan. Sarung tangan ini digunakan karyawan

yang pekerjannya mengangkat atau mengambil benda-benda yang dapat melukai

tangan mereka, seperti pada saat pemupukan, pengangukutan pupuk, dan yang

lainnya. Maka dalam hal ini, penggunaan sarung tangan kain ini dapat

dikemukakan oleh salah seorang informan, yaitu beliau mengungkapkan bahwa;

“Dalam penggunaan sarung tangan ini selain memudahkan


karyawan dalam beraktifitas guna melindungi tangan agar
tangan tidak terluka. Apalagi pada saat mengutip brondolan
(butir-butir buah kelapa sawit yang terpisah dari tandan
buah), sangat membantu mengambilnya, karena pada saat
mengambil brondolan, bisa saja ada benda-benda seperti duri
yang beserakan atau hewa-hewan seperti semut bisa saja
dengan mudah melukai tangan. Dan apalagi pada saat
pemupukan misalnya, jikalau memupuk abu tidaklah terlalu
membahayakan tangan. Coba saja pada saat memupuk jenis
pupuk urea atau yang mengandung bahan kimia tidak
menggunakan sarung tangan, yang ada tangan malah iritasi
atau gatal-gatal akibat tidak memakai sarung tangan pada saat
pemupukan. Jadi penggunaan sarung tangan jenis kain ini
sangat mudah, nyaman dan menyerap keringat ketika
digunakan pada saat bekerja.

Dari hasil wawancara dari beberapa informan mengenai pengunaan APD

dapat disimpulkan bahwa, sejatinya setiap karyawan sudah sadar diri akan

penggunan APD tersebut yaitu demi menjaga keselamatan dan kesehatan mereka

pada saat bekerja. Meskipun pada kenyataannya, para karyawan merasa sedikit

terganggu dalam penggunannya.

79
Meskipun perintah perusahaan harus menggunkan APD yang benar, dalam

prakteknya masih ada karyawan yang tidak mau menggunakannya dengan alasan

menghambat suatu pekerjaan, dan memperlama proses pekerjaan yang mereka

lakukan.

3.3.2. Pengetahuan Karyawan Mengenai Teknik Pada Saat Bekerja

3.3.2.1. Teknik Memanen Buah Kelapa Sawit Menurut Karyawan

Harvest ( pemanen )

Sebagai seorang karyawan, khususnya bagi karyawan Harvest ( pemanen )

sebelum diutus sebagai karyawan tetap, tentunya harus mempunyai keahlian

dalam hal memanen buah. Keahlian tersebut sangat diperlukan bagi perusahaan

karena dapat mempermudah perusahaan untuk mengahasilkan buah yang

berlimpah sesuai dengan harapan perusahaan. Selain dari keahlian karyawan,

pihak perusahaan yang diwakili oleh Field Asssisten juga memberikan pengarahan

kepada seluruh karyawan Harvest agar memperhatikan kriteria-kriterian buah

yang siap dipanen. Serta memberikan pengarahan sebelum melakukan pekerjaan

untuk menggunakan APD serta memperhatikan Keselamatan dan Kesehatan Keja.

Maka dalam hal ini, dapat dijelaskan cara atau kegiatan yang harus dilakukan oleh

karyawan pemanen sebelum proses memanen buah sawit;

 Pada saat memanen, para pekerja sudah mendapatkan bagian ancak yang

akan diambil buahya. Ancak dibagikan pada pemanen setiap pagi sesuai

dengan sistem ancak panen. Sistem ancak panen terdiri dari ancak giring,

ancak tetap dan sncsk giring tetap.

80
 Ketika akan memanen, para pemanen berjalan di areal yang di panen

sambil mencari buah yang masak dengan menggabungkan dua cara yaitu

melihat warna buah dan jumlah brondolan di tanah. Untuk jenis tanah

yang berbukit 5 brondolan yang jatuh ke tanah baru buah tersebut layak

untuk dipanen, tanah yang gambut 3 brondolan yang jatuh di tanah, untuk

tanah yang datar 2 brondolan.

 Untuk tanaman mature tahun pertama, paling sedikit 5 brondolan

perjanjang dengan interval 8-10 hari.

 Untuk tanaman yang tua, standar kematangan minimum adalah 10-15

brondolan per janjang sebelum panen dengan interval 8-10 hari.

 Jika interval panen tidak dapat dihindari lebih dari 14 hari, buah harus

dipanen dengan standar minimum satu brondolan per janjang sebelum

panen.

 Untuk tanaman muda pemanen memotong buah harus memperhatikan

susunan pelepah di bawah buah. Harus tetap dijaga 2 pelepah berada di

bawah buah ( songgu dua ). Sehingga pemanen terkadang hanya

mengambil buahnya saja tanpa membuang pelepahnya. Untuk tanaman

tua, pemanen harus menurunkan pelepah terlebih dahulu sehingga pelepah

tidak menjadi sengkleh atau tergantung penurunan pelepah secara

bertahap ketika panen mengurangi beban pekerjaan pruning.

 Gagang buah harus dipotong mepet dan membentuk hruuf “V”

 Pelepah hasil panen harus dipotong menjadi tiga bagaian untuk

memudahkan perumpukan dan mutu rumpukan akan lebih baik.

81
 Untuk areal berbukit non teras, pemanen harus bekerja dari pohon yang

paling bawah menuju diatasnya. Karena akan memudahkan pekerja agar

tidak mudah kelelahan pada saat memanen buahnya.

 Untuk areal berbukit berteras, pekerja bekerja dari teras yang paling

bawah menuju teras yang diatasnya, agar tidak adanya tertinggah buah

yang akan di panen.

 Atur jarak antara pohon yang diambil buahnya kepada seorang pemanen,

jarak pemanen dengan pohon minimal 1 meter. Agar buah yang dipanen

tidak terkena dengan pemanen apabila berada di bawahnya.

 Tandan buah segar ( TBS ) hasil panen di angkat ke TPH secara berangsur

dengan meggunakan angkong, sepeda atau dipikul dan dikumpulkan di

suatu tempat yang dinakaman tempat pemungutan hasil ( TPH ).

Dari serangkaian kegiatan diatas, seorang karyawan pemanen harus benar-

benar memperhatikan apa yang semestinya mereka lakukan sebelum atau pada

saat bekerja, guna mendapatkan hasil panen yang baik serta juga demi menjaga

keselamatan kerjanya, hal ini juga dapat diungkapkan oleh bapak Edi Suraten usia

41 tahun bekerja sebagia karyawan Harvest sejak 2011, beliau mengungkapkan

bahwa;

“untuk memanen buah kelapa sawit yang siap dipanen, harus


memperhatikan kriteria-kriteria buah yang siap panen. Selain
itu, pada saat memanen juga harus mengetahui arah mana
buah tersebut akan jatuh. Posisi jarak antara orang yang
memanen terhadap pohon yang buahnya akan dipanen kira-
kira jaraknya 1 meter dari pohon tersebut. Posisi kaki dalam
keadaan satu kaki di depan, dan 1 kaki lagi dibelakang, agar
kedaan tubuh seimbang untuk mengegrek buah tersebut.
Untuk mengindari tersambarnya pelepah sawit yang dapat
melukai badan, maka hal yang perlu dilakukan yaitu dengan

82
posisi pelepah di depan orang yang memanen dan dengan
jarak minimal 1 meter”.

Dari pernyataan tersebut, bahwa untuk memanen buah kelapa sawit yang

siap untuk dipanen harus memperhatikan kritera-kriteria buah kelapa sawit

tesebut. Hal pertama yaitu, jatuhnya butiran buah yang jatuh dari tandan buah

minimal 10 butir, baru dikatakan buah siap untuk dipanen.

Selain ditandai bahwa adanya butir buah sudah jatuh, selain itu jika buah

sudah berwarna merah keemasan, maka dapat dikatakan buah sudah layak untuk

dipanen. Sikap seorang pemanen dalam memanen juga harus diperhatikan, jarak

antara orang yang memanen terhadap pohon yang akan dipanen buahnya, kira-

kira memberikan jarak antara 1 meter dari pohon tersebut. Dengan memberikan

jarak terdapat buah yang akan dipanen, diharapkan orang yang memanen buah

terhindar dari tersambarnya dari pelepah daun sawit, terkena jatuhnya butiran-

butiran dari sisa pemotongan pelepah, terjatuhya butiran buah sawit, atau

kejatuhan tandan buah sawit. Selain itu juga, seorang pemanen harus

memperkirakan kemana jatuhnya buah tersebut agar tidak melukai yang

memanen, dengan begitu karyawan terhindar dari kecelakaan kerja yang

disebabkan pada saat pemanenan sedang berlangsung.

83
3.3.2.2. Teknik Menyemprot Menurut Karyawan Spraying ( Penyemprot )

Bagi seorang karyawan, khususnya karyawan Spraying ( Penyemprot )

yang bertugas membasmi hama maupun mematikan rumput-rumput liar, hal yang

perlu diperhatikan yaitu harus benar-benar memahami bagian mana yang akan

disemprotkan bahan pestisida. Hal ini harus sejalan dengan harapan perusahaan

agar apa yang diharapkan perusahaan berjalan dengan semestinya.

Dapat dijelaskan ke dalam poin-poin hal yang harus dihindari oleh seorang

karyawan spraying pada saat bekerja, yaitu;

 Hal utama yaitu dengan mempersiapkan peralatan kerja yang

digunakan, seperti; Knapsack Sprayer ( Alat Penyemprotan ),

Sarung Tangan Karet, Apron ( Baju Pelindung ), Masker, dan

Sepatu AP Boots.

 Sebelum memulai kerja, periksa alat kerja terlebih dahulu agar

tidak ada kebocoran pada saat penyemprotan.

 Sebelum bekerja dengan pestisida, jika terdapat luka di kulit tutup

terlebih dahulu luka tersebut dengan baik. Pestisida akan mudah

masuk ke dalam tubuh melalui kulit yang luka atau sela-sela kuku

jari.

 Sebelum bekerja, pastikan pekerja sudah sarapan. Jangan makan,

minum, merokok pada saat bekerja dengan pestisida.

 Gunakan pestisida yang terdaftar dan memperoleh izin Menteri

Pertanian Republik Indonesia.

84
 Pilih pestisida yang sesuai dengan hama atau penyakit tanaman

serta jasad sasaran yang akan dikenakan.

 Pekerjaan menakar, mengencerkan, atau mencampur pestisida

harus dilakukan di tempat pencampuran pestisida atau di gudang

penyimpnana pestisida yang mempunyai lokasi pencampuran dan

mempunyai ventilasi yang baik.

 Bila terjadi pestisida atau larutan semprot tumpah atau terpercik

kepakaian atau bagian tubuh segera bilas dengan air bersih yang

mengalir dan dengan sabun. Bila larutan semprot menetes, tercecer

atau tumpah dilantai segera tutupi dengan penyerap/absorben

seperti serbuk gergaji, pasir, atau kain pel, dan kemudian bilas

dengan deterjen dan bilas dengan air.

 Gunakan sarung tangan, wadah, alat pengaduk, alat penakar,

masker,dan topi khusus digunakan untuk pestisida saja.

 Gunakan pestisida sesuai dengan takaran yang dianjurkan.

 Sebelum melakukan penyemprotan, terlebih dahulu amati terlebih

dahulu kondisi cuaca. Jangan menyemprot jika aka turun hujan

atau segera setelah hujan, saat angin bertiup kencang, cuaca panas

dan terik.

 Jangan menyemprot berlawanan dengan arah angin.

 Hindari menyemprot tanaman yang terbias oleh cahaya

85
 Hindari semprotan pestisida terbawa angin ke tempat lain, agar

tidak mengenai tempat tinggal penduduk, kolam, atau sumber air

lainnya untuk tujuan pengendalian hama tanaman.

 Bekerjalah sedemikian rupa sehingga tanaman yang telah

disemprot tidak dilalui lagi untuk menghindari kontak atau

sentuhan yang terkena dengan larutan pestisida.

 Untuk keselamatan dan kesehatan pekerja, hindari pemaparan

terhadap pestisida lebih dari 5 jam per hari dan 30 jam seminggu.

 Jika merasa kurang enak badan pada saat penyemprotan, segera

berhenti bekerja dan untuk beristirahat. Bila terdapat tanda-tanda

keracunan pestisida; pening, mual, muntah, kejang atau pingsan,

segera pekerja ke klinik dengan membawa label pestisida yang

sedang digunakan.

 Bersihkan segera tangan dan muka dengan air bersih dan sabun

sebelum beristirahat, makan, minum dan merokok.

Hal ini seperti yang sedang dikemukakan oleh salah seorang karyawan

spraying, beliau adalah bapak Nunung Bastiar usia 27 tahun bekerja sebagai

karyawan spraying pada tahun 2011 bahwa;

“ketika pada saat proses penyemprotan sedang berlangsung,


hal yang perlu diperhatikan yaitu, senantiasa menggunakan
Alat Pelindung Diri, seperti penggunaan masker penutup
hidung dan mulut menjadi hal yang utama bagi karyawan
spraying. Apalagi sebelum bekerja, dicek atau diperiksa dulu
alat peneyemprotnya ada yang bocor atau tidak, jadi demi
menghindari kebocoran yang dapat melukai para pekerja.
Selain penggunaan apd yang benar, juga harus melihat
kondisi angin yang berhembus, sebaiknya hal yang perlu

86
diperhatikan yaitu jangan melawan angin, agar atas apa yang
kita semprotkan tidak mengenai yang menyemprot, selain itu
juga harus menghindari matahari ketika pada saat
penyemprotan, karena pembiasan dari sinar matahari, cairan
yang disemprotkan akan membal dan tidak menempel pada
objek yang akan disemprotkan. Ketika pada saat sedang
menyemprot usahakan jangan ad aktifitas seperti makan,
minum atau merokok. Ketika akan istirahat untuk meminum,
usahan cuci tangan terlebih dahulu. Agar racun-racun yang
menempel tidak terlelan seiringnya pada saat meminum.
Hasil yang telah kita semprot tadi tidak boleh kita lewatin
lagi, karena sudah dipenuhi dengan bahan pestisida”.

Dari penjelasan diatas, sikap serta tingkah laku karyawan dalam bekerja

sangat mempengaruhi kualitas keselamatan serta kesehatan kerja mereka. Hal ini

seorang karyawan khsusus pekerja penyemprot harus memperhatikan hal-hal yang

dihindari agar terhindar dari terkena atau keracunan dari bahan pestisida tersebut.

3.3.2.3. Teknik Memupuk Menurut Karyawan Manuring

Pada saat proses pemupukan, seorang karyawan manuring tentunya sudah

memahami beberapa teknik yang harus mereka lakukan pada saat pemupukan

agar pupuk yang mereka sebar dapat memberikan hasil yang bagus buat tanaman

kelapa sawit. Pupuk yang disebarkan sudah sesuai dosis yang ditentukan oleh

pihak perusahaan, maka dalam hal ini karyawan manuring diharapkan benar-benar

memahami bagian mana saja yang diberi pupuk. Hal ini dapat dijelaskan berupa

poi-poin sederhana yang dilakukan pada saat pemupukan;

 Hal utama yaitu dengan menyediakan peralatan pada saat pemupukan,

seperti: Ember, untuk menampung pupuk yang sudah dibungkus palstik,

87
Kain gendong, untuk mengendong pupuk agar lebih mudah dan tidak

bolak-balik untuk mengambil satu-satu pupuk tersebut.

 Pengeceran dan pembagian pupuk diupayakan dalam piringan

 Pupuk yang membongkah harus dipecah dan diserak di piringan dengan

membantingkannya ke batang atau luar piringan

 Pupuk ditabur merata disekelilingan piringan sesuai dosis

 Daerah penempatan pupuk pada tanaman menghasilkan yaitu;

Daerah tebaran pupuk 0,2 – 1 m

Daerah bebas pupuk 1 – 1,5 m

Lebar piringan 1,5 – 2 m

Lebar tebaran pupuk dalam piringan 0,2 – 0,5 m

Lebar tebaran pupuk terluar, luar piringan 0,3 – 0,5 m

 Simpan bekas – bekas pemupukan secara aman, tangani dan gunakan

pupuk sesuai prosedur ( ikuti rekomendasi pada label ).

 Hindari melewati bagian tanaman yang sudah diberi pupuk guna

mencegah terjadinya keracunanan.

Dari poin-poin diatas juga dapat dijelaskan dari salah seorang informan, beliau

mengungkapkan bahwa;

“ketika akan memberikan pupuk, hal yang perlu diperhatikan


yaitu, pupuk yang disebar berada di pinggir piringan dengan
jarak kurang lebih 1-2 meter pada tanaman pohon kelapa
sawit. Untuk jenis pupuk abu seperti ini dosis yang diberikan
pada satu pohon yaitu 1 kg. Dalam prakteknya, pemupukan
abu harus berjalan dengan cepat dan mengindari dari uap abu
tersebut agar tidak mudah terhirup oleh hidung”. Kemudian,
hindari melewati bagian tanaman yang sudah diberi pupuk,
guna mencegah terhirupnya pupuk yang telah disebar”.

88
3.4. Kepercayaan Karyawan terhadap Upacara-upacara atau Tradisi-tradisi

Agar Keselamatannya Dalam Bekerja Terjaga

Kepercayaan adalah kemauan seseorang untuk bertumpu pada orang lain

dimana kita memiliki keyakinan padanya. Menurut Dananjaya ( 153 )

kepercayaan pada intinya bukan mencakup kelakukan ( behavior ) tetapi juga

pengalaman ( experiences ) juga alat. Jadi kepercayaan adalah anggapan atau

keyakinan terhadap sesuatu yang mempengaruhi sifat mental yang diyakininya.

Sistem kepercayaan yang mengandung keyakinan serta bayangan-

bayangan manusia tentang sifat-sifat Tuhan serta tentang wujud dari alam gaib.

Dalam keadaan demikian manusia dapat berdoa dengan khidmat sambil

membayangkan Tuhan, dewa, roh atau lainnya yang merupakan wujud keyakinan

religius. Sistem kepercayaan dalam suatu religi dijiwai oleh emosi keagamaan,

tetapi sebaliknya emosi keagamaan juga bisa dipengaruhi oleh sistem

kepercayaan. Emosi keagamaan muncul karena adanya sentimen kemasyarakatan,

yang membutuhkan suatu objek. Objek yang menjadi tujuan emosi keagamaan itu

juga bersifat keramat, bersifat sacre ( sakral ).

Pada masyarakat atau karyawan di perkebunan PT. Tolan Tiga Indonesia (

Tolan Estate ) yang memiliki latar belakang agama dan budaya yang berbeda-beda

tentunya memiliki pandangan serta kepercayaan-kepercayaan yang mereka anut

dan dipercaya. Apalagi mengenai kepercayaan tentang tradisi-tradisi yang

membuat seorang karyawan agar keselamatannya senantiasa terjaga. Seperti yang

dijelaskan oleh informan yang tidak mau disebut identitasnya. Beliau percaya dan

memiliki amalan ( rapalan ) yang akan dibaca ketika akan berangkat bekerja.

89
Amalan tersebut berupa tulisan arab yang dibaca ketika akan berangkat

kerja dengan tujuan agar selalu terjaga keselamatannya dan ketika bekerja tidak

akan merasakan lelah. Hal ini dapat dijelaskan oleh salah seorang informan, beliau

mengungkapkan bahwa:

“ Bagi saya pribadi, menjaga keselamatan itu sangat penting.


Apalagi pekerjaan saya sebagai pengangkut TBS ( tandan buah
segar ) yang membutuhkan tenaga yang kuat untuk
mengangkut buah yang dimasukkan ke dalam truk. Saya
sendiri, memiliki atau mempunyai rapalan ( amalan ) yang
saya miliki dengan meminta kepada orang pintar yang mampu
memberikan amalan tersebut. Untuk memiliki amalan ini
tentunya tidak mudah, saya pergi ke Kisaran yang merupakan
tempat asal tinggal saya, dan menjumpai orang pintar atau
sering disebut mbah dukun. Untuk mendapatkan amalan
tersebut tentunya memiliki syarat serta mahar. Pada saat itu
syarat untuk mendaptkan amalan tersebut, dilarang memakan
nasi kenduri orang yang sudah meninggal. Apabila kita lupa
memakan nasi kenduri tersebut, maka yang dirasakan seluruh
anggota badan akan merasakan sakit seperti badan rasanya
lelah atau badan terasa di tususin jarum. Maka dari itu, bagi
saya yang mempunya amalan tersebut dilarang memakan nasi
hasil eknduri orang yang sudah meninggal. Pada saat itu, untuk
mendapatkan amalan tersebut saya harus mempunyai mahar
berupa uang sebesar Rp 500.000 untuk membeli dan
mendapatkan amalan ( rapalan ) tersebut. Setelah
mendapatkannya, langsung setiap saya akan pergi bekerja dan
menginjakkan kaki keluar rumah, di awali dengan kaki kanan
dan membaca amalan ( rapalan ) yang berupa tulisan arab.
Dengan tujuan, saya percaya bahwa keselamatan kerja dan
merasakan enak dan tidak mudah lelah pada saat bekerja.”

Dari pernyataan di atas dapat dijelaskan bahwa menurut kepercayaan akan

ritual-ritual sebelum berangkat bekerja dari informan, beliau percaya dan yakin

bahwa atas memiliki amalan ( rapalan ) jiwa keselamatannya terjaga dengan

adanya amalan tersebut.

90
Amalan tersebut beruba tulisan arab yang akan dibaca sebelum berangkat

bekerja, dengan melangkahkan kaki sebelah kanan dan sambil membacakan

rapalan tersebut dengan harapan terjaga keselamatan pada saat bekerja dan tidak

merasakan lelah yang berlebihan.

Anggapan mengenai kepercayaan akan hal-hal gaib tersebut yang

menjadikan objek dari sentimen kemasyarakatan yaitu dengan adanya benda-

benda keramat yang berupa rapalan ( amalan ) yang mereka percayai dapat

menjaga seseorang agar terhindar dari gangguan-gangguan mahkluk-mahkluk

gaib lainnya.

91
BAB IV

FAKTOR – FAKTOR KARYAWAN MENGEDAPANKAN

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Pada umumnya, semua jenis pekerjaan tentunya memiliki tingkat resiko

kecelakaan kerja yang berbeda-beda sesuai dengan jenis pekerjaannya. Dengan

itu, langkah awal dalam pencegahan atas resiko kecelakaan kerja yaitu dengan

memperhatikan keselamatan serta kesehatan pada saat bekerja. Hal yang paling

utama dalam menjaga keselamatan pada saat bekerja adalah dengan

memperhatikan segala sesuatu yang membuat pekerjaan mereka aman dan

nyaman dari gangguan resiko kecelakaan kerja.

Dalam hal ini hal yang utama mesti dilakukan ialah tentang penggunaan

alat pelindung diri yang benar. Dengan langkah awal tentang penggunaan Alat

Pelindung Diri tersebut dapat mengurangi cedera secara tidak langsung yang

dapat melukai anggota tubuh yang terluka.

Selain atas penggunaan alat pelindung diri yang benar, hal yang paling

penting adalah pengetahuan lokal karyawan pada saat menghadapi situasi kondisi

di tempat kerja. Pengetahuan tersebut tentunya pada tiap-tiap karyawan berbeda-

beda tergantung pada pengalaman mereka masing-masing. Dari tiap-tiap

karyawan juga memiliki tanggapan yang berbeda-beda dalam mengutamakan

keselamatan kerja.

92
Tentunya dalam menyikapi hal tersebut, ada beberapa faktor yang

membuat para karyawan dalam mengutamakan keselamatan dan kesehatan pada

saat bekerja. Berikut akan penulis jelaskan faktor-faktor seorang karyawan harus

mengutamakan keselamatan kerja pada saat bekerja.

4.1 Faktor Keamanan Diri

Dalam suatu pekerjaan tentunya hal yang paling diharapkan seorang

pekerja adalah rasa aman dan nyaman ketika sedang bekerja. Baik jenis pekerjaan,

tepat kerja, lingkungan kerja, antara sesama teman kerja dan yang lainnya.

Keamanan adalah dimana seseorang merasa terlindungi, tidak merasa takut,

gelisah atau resah dari suatu gangguan atau suatu kecelakaan secara fisik maupun

non fisik. Rasa aman tersebut menjadikan seorang bekerja menjadi percaya diri

dalam menjalankan suatu aktifitas dan kegiatannya.

Maka dalam hal ini, seorang karyawan dalam menciptakan rasa aman dan

nyaman pada saat bekerja ialah dengan penggunaan perlengkapan APD ( Alat

Pelindung Diri ) yang digunakan pada semua karyawan ketika akan bekerja.

seperti yang dikemukanan oleh salah seorang karyawan ketika sedang bekerja

yang telah menggunakan APD saat pekerjaan sedang berlangsung, beliau adalah

bapak Raswin bekerja sebagai karyawan Harvest ( Pemanen ) usia 33 tahun,

beliau mengungkapkan bahwa;

“Hal yang dapat mengutamakan keselamatan kerja iya , aman saat


kerja. Karena kalau aman, bekerja pun akan lebih mudah, apalagi
tidak ada kendala pada saat bekerja, pekerjaaan juga akan lebih
cepat terselesaikan”. Dan apabila sudah merasa aman, akan tetapi
masih terjadi kecelakaan juga, ya mau bagaimana lagi. Namanya
sudah apes nya disitu, gak bisa bekata-kata lagi lah. Sudah terima
nasibnya saja lah.”

93
Maka dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa, dalam suatu

pekerjaan dalam mengutamakan keselamatan dan kesehatan pada saat bekerja

yaitu adanya faktor rasa keamanan pada saat bekerja, ketika telah merasa aman,

seorang pekerja akan lebih percaya diri dalam menjalankan suatu pekerjaannya.

Serta pekerjaan tersebut akan lebih cepat terselasaikan. Maka dalam hal ini, rasa

keamanan tersebut bisa kita ciptakan dengan menaati segala perlengakapan yang

dapat melindungi diri dari gangguan atau kecelakaan pada saat bekerja. Jika sudah

menaanti penggunaan APD dan masih terjadi kecelakaan kerja, meraka pasrah

karena sudah apes atau nasib nya tidak baik pada saat itu.

4.2 Faktor Pekerjaan

Di dalam suatu lapisan masyarakat, golongan dan yang lainnya pastinya

suatu pekerjaan menjadi hal yang paling mereka inginkan demi mendapatkan

suatu imbalan/ uang yang dapat dihasilkan dari pekerjaan tersebut. Pekerjaan

merupakan suatu kegiatan yang wajib dilakukan oleh setiap orang demi

kelangsungan hidupnya atau untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan

hidupnya. Pekerjaan juga merupakan kegiatan yang harus dilakukan orang untuk

memenuhi kebutuhan pokok yang harus dipenuhi. Kebutuhan pokok tersebut

merupakan kebutuhan yang harus segera dipenuhi dan tidak bisa ditunda-tunda.

94
Kebutuhan pokok tersebut merupakan, kebutuhan sandang, pangan dan

papan. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka seseorang harus mendapatkan

uang demi keberlangsungan hidupnya. Pada hakekatnya seseorang bekerja tidak

hanya untuk mempertahankan hidupnya, akan tetapi juga bertujuan untuk

mencapai taraf hidup yang lebih baik.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa bekerja adalah bentuk aktifitas

yang bertujuan untuk mencapai kepuasan bagi setiap individu masyarakat.

Kepuasan dari bekerja tersebut ialah mendapatkan gaji yang sesuai dengan jenis

pekerjaannya masing-masing. Gaji yang diberikan nantinya dapat berguna demi

memenuhi kebutuhan hidup bagi karyawan.

Selain itu juga, dalam menjalankan suatu pekerjaan juga harus berhati-hati

demi keselamatan dan kesehatan kerja mereka. Menjaga keselamatan dan

kesehatan pada saat bekerja merupakan hal penting demi lancarnya suatau

pekerjaan. Seseorang akan berhasil jika menghargai pekerjaannya demi menjaga

keselamatan dan kesehatannya pada saat bekerja.

Jika suatu karyawan lalai akan menjaga keselamatan dan kesehatan

kerjanya, maka dengan otomatis pekerjaan tersebut akan menjadi terkendala bagi

karyawan. Kendala tersebut bukan hanya terjadi secara fisik dan materi saja, akan

tetapi juga bisa kehilangan suatu pekerjaan tersebut apabila tidak

memperhatikannya secara benar. Seperti yang dikutip dari hasil wawancara dari

salah seorang informan, yaitu ibu Dahniar br Ritonga, usia 34 tahun bekerja

sebagai karyawan Manuring ( Pemupuk ) , beliau mengungkapkan bahwa;

95
“ suatu pekerjaan bukanlah semata-mata hanya untuk
mendapatkan imbalan/uang saja. Akan tetapi suatu pekerjaan
menjadikan hidup lebih baik demi menjaga keberlangsungan
hidup. Maka dari itu, memperhatikan keselamatan dan
kesehatan kerja hal yang penting yang harus diperhatikan.
Mendapatkan pekerjaan itu sulit mbak, jadi apabila sudah
mendapatkan pekerjaan, harus menghargai pekerjaan
tersebut. kita bekerja bukan hanya satu, dua, atau tiga hari
saja. Melainkan seumur hidup selagi masih mampu
melaksanakan suatu pekerjaan. Dengan menghargai suatu
pekerjaan tersebut, menjaga keselamatan dan kesehatan kerja
merupakan pedoman hidup saya”.

Dari pernyataan diatas dapat dijelaskan bahwa hal yang mendasari seorang

pekerja khususnya bagi seorang karayawan di perkebunan, dalam faktor

mengutamakan keselamatan dan kesehatan saat bekerja yaitu selain rasa

keamanan pada saat bekerja, juga faktor pekerjaanlah yang membuat para

karyawan menjadi lebih menghargai keselamatan dan kesehatan kerja sendiri.

Mereka berpendapat bahwa, faktor pekerjaan merupakan hal yang penting.

Karena jika lalai dalam menjalankan suatu pekerjaan tidak mengutamakan

kesemalatan dan kesehatan kerja itu sendiri. Dengan otomatis mereka akan

kehilangan pekerjaan tersebut, sejatinya dalam mendaptkan suatu pekerjaan itu

tidaklah mudah. Maka dalam hal itu menghargai suatu pekerjaan akan lebih baik

jika memperhatikan segala sesuatu yang tidak ingin terjadi yang dapat melukai

dan menghambat suatu pekerjaan tersebut. Menjalankan suatu pekerjaan bukanlah

satu, dua atau tiga hari saja, melainkan seumur hidup. Jika masih bisa mampu

menjalankan suatu pekerjaan tersebut.

96
4.3. Faktor Penghasilan

Di dalam suatu pekerjaan, apapun jenis pekerjaannya hal yang akan

dicapai oleh semua orang pasti adalah penghasilan dari pekerjaan tersebut atau

yang sering disebut gaji atau upah. Penghasilan merupakan tambahan pemasukan

atau keungan yang diterima oleh seseorang dalam suatu pekerjaannya yang telah

menyelesaikan suatu pekerjaannya dengan imbalan yang sesuai dengan jenis

pekerjannya. Pengasilan tersebut didapatkan dari adanya hubungan kerja antara

para pekerja atau karyawan dengan instansi pemereintaha, instansi perusahan,

lembaga dan yang lainnya. Dari adanya hubungan kerja tersebut diharapkan para

pekerja mendapatkan imbalan berupa gaji atau upah yang dapat menambah

keungan para karyawan.

Dari hasil gaji tersebut, nantinya para karyawan dapat memenuhi segala

kebutuhan hidupnya. Kebutuhan hidup tersebut berupa kebutuhan makan, minum,

pakaian, sekolah anak dan yang lainnya. Bekerja di dalam suatu perusahaan

tentunya gaji atau upah para karyawan sudah di tentukan bagi masing-masing

karyawan sesuai dengan jenis pekerjannya. Hasil tersebut akan sesuai dengan

yang ditentukan apabila para karyawan senantiasa selalu hadir dalam waktu

bekerja yang sudah ditentukan.

Waktu bekerja para karyawan perkebunan adalah dari hari Senin- Sabtu.

Dan liburnya para karyawan yaitu tanggal merah dan libur nasional. Dengan

ditetapkannya hari kerja tersebut, diharapkan para karyawan senantiasa hadir

dalam bekerja agar hasil dari pekerjannya dapat diberikan secara utuh sesuai

dengan yang sudah ditetapkan oleh pihak perusahaan.

97
Apabila dalam satu hari para karyawan di dapatkan tidak dapat hadir

dalam pekerjaannya, tanpa memberi alasan terlebih dahulu, maka dari

ketidakhadiran tersebut akan dipotong sekian % dari jumlah yang sudah

ditetapkan.

Dalam hal ini, para karyawan akan merasa rugi jiika tidak hadir dalam

menjalankan suatu pekerjannya. Dengan kata lain, penghasilan karyawan akan

berkurang. Maka dalam hal ini, para karyawan dalam mengutamakan keselamatan

dan kesehatan mereka selain faktor keamanan, faktor pekerjaan, juga faktor

penghasilan juga berpengaruh dalam hal mengutamakan keselamatan dan

kesehatan kerja itu sendiri. Dalam hal ini telah dikutip dari hasil wawancara dari

salah seorang karyawan, beliau yaitu ibu Elmiati usia 34 tahun bekerja sebagai

karyawan manuring sejak 2011. Beliau mengungkapkan bahwa;

“ iya faktor dari mengutamakan keselamatan kerja, selain dari


faktor rasa keamanan pada saat bekerja, faktor dari
bertahannya suatu pekerjaa, juga faktor penghasilan atau gaji
juga berpengaruh satu sama lain. Karena jika di dalam suatu
pekerjaan tidak megutamakan keselamtan kerja, dengan
otomatis kita akan merasa kehilangan segala sesuatu, selain
kecelakaan fisik yang disebabkan karena lalai dalam menjaga
keselamatan kerja, juga dapat kehilangan pekerjaan dan tidak
mendapatkan penghasilan atau gaji lagi. Jadi mau
menyambung hidup dari mana, kalau kita tidak
memperhatikan keselamatan nyawa kita sendiri”.

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa faktor seorang karyawan

dalam mengutamakan suatu keselamatan kerja, selain dalam menjaga keamanan

diri dari gangguan kecelakaan akibat pekerjaan, faktor takut kehilangan suatu

pekerjaan karena lalai dalam bekerja, juga faktor pengahasilan atau gaji juga

berpengaruh dalam kehidupan karyawan.

98
Jika seorang karyawan tidak dapat bekerja satu hari, satu minggu, satu

bulan dan seterusnya, dengan otomatis gaji yang didapatkan seorang karyawan

akan berkurang seiiring panjangnya masa cuti tersebut. Maka dalam hal ini, demi

menjaga ke stabilan dari pengahsilan tersebut, para karyawan juga senantiasa

menjaga keselamatan kerja mereka saat bekerja, baik secara jasmani maupun

rohani demi keberlangsungnya suatu keamanan diri pada saat bekerja, berhasilnya

sutau pekerjaan dan tetap utuhnya suatu pengahasilan atau gaji tersebut.

4.4. Faktor Keluarga

Hidup di dunia ini tidak terlepas dengan adanya dorongan untuk hidup

lebih maju yang didapatkan dari sebuah keluarga. Keluarga merupakan adanya

suatu ikatan yang melekat dari susunan ayah, ibu, anak dan saudara. Peran

keluarga paling berpengaruh dan membutuhkan satu sama lain. Didalam sebuah

keluarga juga memiliki fungsi yang sangat berarti didalam kehidupan sebagai

seorang keluarga. Fungsi tersebut meliputi;

 Fungsi pendidikan moral dan juga akhlak bagi anak-anak

 Fungsi sosialiasi kehidupan untuk anak

 Fungsi perlindungan untuk setiap anggota keluarga

 Fungsi perasaan dan pemberi kasih sayang antar sesama anggota

keluarga

 Fungsi pendidikan dan juga penanaman ilmu dan praktik agama

 Fungsi penyedia kebutuhan ekonomi untuk anggota keluarga yang

belum dapat memenuhi kebutuhannya sendiri.

99
Dari adanya fungsi keluarga tersebut, diharapkan adanya rasa saling

memiliki satu sama lain didalam kehidupan berkeluarga. Maka dalam hal ini, hal

yang berpengaruh demi menjaga keberlangsungnya kehidupan berkeluarga adalah

peran seorang ayah maupun ibu. Peran ayah dan ibu yaitu mencari nafkah untuk

menghidupi kebutuhan hidup keluarganya. Maka dalam hal ini, sebagai seorang

ayah maupun ibu yang bekerja senantiasa memikirkan satu sama lain. Bukan

hanya memikirkan pekerjaannya saja, juga memikirkan keluarga yang sedang ada

dirumah.

Keluarga yang menunggu di rumah adalah istri serta anak yang tidak

bekerja, mereka mengharapkan para orangtua yang sedang melakukan pekerjaan

senantiasa sehat lahir dan batin. Sehat lahir dan batin tersebut adalah tidak

terjadinya suatu kecelekaan yang dapat melukai fisik dan hatinya. Kecelakaan

fisik tersebut adalah kecelakaan yang dapat terjadi ketika sedang melakukan suatu

pekerjaan. Maka dalam hal ini para karyawan senantiasa mengutamakan

keselematan dan kesehatan pada saat bekerja. Dengan mengutamakan

keselamatan dan kesehatan bekerja, selain demi menjaga keamanan diri pada saat

bekerja, terhindarnya dari suatu kecelakaan, takut kehilangannya suatu pekerjaan,

berkurangnya pendapatan dari hasil bekerja atau gaji, juga faktor keluargalah

senantiasa membuat seorang karyawan lebih hati-hati dalam melaksanakan suatu

pekerjaan.

Keluarga yang sedang dirumah mengharapkan baik ayah maupun ibu yang

sedang bekerja senantiasa berharap pulang bekerja dalam keadaan sehat.

100
Ketika pergi bekerja sehat, setalah pulang bekerja pun juga dalam

keadaan sehat dan tidak terjadi suatu kecelekaan akibat pekerjaan. Maka dalam

hal ini akan di kutip dari pernyataan salah seorang informan, beliu adalah bapak

Sutikno usia 35 tahun bekerja sebagai karyawan Harvest ( pemanen ) sejak 2008,

beliau mengungkapkan bahwa;

“dalam hal pekerjaan hal yang menjadikan seseorang


mengutamakan keselamatan dan kesehatan pada saat bekerja,
ya selain demi keamanan buat diri sendiri, juga memikirkan
keluarga yang sedang berada dirumah. Sebagai seorang
pekerja, khususnya karyawan harvest seperti ini. Sangat
dituntut untuk lebih hati-hati pada saat bekerja. Jika tidak
memperhatikan keselmatan pada saat bekerja, maka bisa saja
nyawa kita yang terancam. Bekerja bukan semata-mata hanya
mengandalkan dari hasilnya saja, juga memeikirkan nyawa
dan keselamatan diri juga. Jadi istri dan anak yang sedang
ada dirumah tidak khawatir dengan ayah atau ibunya yang
sedang bekerja, dengan pulang dengan keadaan sehat seperti
pada saat akan berangkat bekerja”.

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa, pada dasarnya keinginan

setiap karyawan tentunya sama dalam mengutamakan keselamatan dan kesehatan

mereka pada saat bekerja. Faktor seorang karyawan dalam mengutamakan

keselamatan dan kesehatan pada saat bekerja, selain karena rasa keamanan buat

diri, faktor takut kehilangan pekerjaan, faktor takut berkurangnya suatu

pendapatan atau pengasilan, selain itu juga karena memikirkan keluarga yang

sedang menunggu dirumah.

101
Para karyawan bekerja di suatu perusahaan bukan semata-mata hanya

bekerja hanya sebagai tuntutan untuk perusahaan saja, juga bekerja demi

menghidupi dan membahagiakan istri serta anak-anak mereka. Maka dalam hal

ini, demi terjaganya suatu keadaan dimana sang ayah maupun ibu yang bekerja

senantiasa mengutamakan keselamtan dan kesehatan diri mereka pada sat bekerja,

agar hidup lebih aman, damai serta sejahtera.

102
BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

5.1.1. Kesimpulan Subtantif

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang keselamatan

kerja karyawan pada PT. Tolan Tiga Indonesia ( Tolan Estate ), maka terjawablah

kedua pertanyaan penelitian seperti yang dingkapkan di rumusan masalah.

Pertanyaan pertama yaitu dapat dijabarkan bahwa pengetahuan karyawan dalam

menjaga keselamatan kerja karyawan pada saat bekerja yaitu dengan adanya

langkah awal atas penggunaan Alat Pelindung Diri pada saat bekerja. Jenis alat

pelindung diri yang disediakan oleh pihak perusahaan berupa Helm Pelindung (

Safety Helmet ), Sepatu AP, Kacamata, Sarung tangan berbahan Jenis Karet dan

Sarung Tangan kain, Masker, Baju Pelindung ( Apron ). Pada penggunaan alat

pelindung diri tersebut karyawan dapat terhindar dari kecelakaan yang dapat

melukai karyawan secara tidak langsung jika menggunaan APD tersebut.

Pengetahuan Karyawan demi menjaga keselamatan pada saat bekerja juga

dapat diketahui dari pengetahuan karyawan memahami teknik-teknik pada saat

melakukan pekerjaan. ada 3 teknik jenis pekerjaan menurut masing-masing

karyawan. Yang pertama yaitu teknik memanen menurut karyawan Harvest.

103
Dapat disimpulkan dari penjelasan di bab 3 bahwa, pada teknik memanen

ini tentunya jarak antara karyawan pemananen dengan pohon kelapa sawit yang

akan dipanen buahnya dengan jarak aman 1 meter dari pohon. Dari jarak tersebut

diharapkan karyawan pemanen terhindar dari kejatuhan dari tandan buah segar

yang dipanen, kejatuhan dari butiran-butiran buah ( brondolan ), butiran-butiran

pada saat mengeeggrek pelepah sawit, dan terhindar dari tersambarnya dari

pelepah sawit pada saat pemanenan.

Yang kedua yaitu teknik menyemprot menurut karyawan Spraying. Pada

teknik tersebut yang dilakukan karyawan dalam menjaga keselamatan kerjanya

agar terhindar dari kecelakaan kerja akibat terkena racun pada saat penyemprotan.

Teknik yang dilakukan yaitu, pada saat penyemprotan hindari menyemprot ketika

angin berhembus kencang, ketika menyemprot ada hembusan angin jangan

melawan dari arah angin berhembus, karena jika melawan arah angin dengan

otomatis, hasil yang disemprotkan akan kembali mengenai orang yang

menyemprot. Dengan teknik tersebut, seorang penyemprot terhindar dari

terkenanya percikan dari cairan bahan kimia tersebut.

Yang ketiga yaitu teknik memupuk menurut karyawan Manuring. Pada

teknik ini yang dilakukan karyawan dalam menjaga keselamatan kerjanya agar

terhindar dari kecelakaan kerja akibat dari terhirupnya abu pada saat proses

penyebaran pupuk. Teknik yang dilakukan yaitu, pada saat pemupukan, karyawan

manuring dilarang melintasi areal pohon yang diberi pupuk abu, karena pada saat

pemupukan abu yang terurai masih menguap dan dapat membahayan karyawan

apabila kembali lagi ke arela yang sudah ditebar pupuk.

104
5.1.2. Kesimpulan Analisis

Dalam penelitian ini dapat dilihat bahwa menyikapi tentang keselamatan

kerja pada saat bekerja membutuhkan perilaku-perilaku yang ditunjukan oleh

masing-masing karyawan demi menjaga keselamatannya. Perilaku keselamatan

tersebut ialah dengan adanya kesadaran diri tersebut terlihat atas adanya

kesadaran karyawan atas penggunaan alat pelindung diri pada saat bekerja, dan

memahami teknik-teknik bekerja agar terhindar dari kecelakaan kerja. Hal ini

sejalan dengan kutipan yang dikutip ( Griffin dan Neal, 2000) bahwa Perilaku

Keselamatan yaitu perilaku kerja yang relevan dengan keselamatan dapat

dikonseptualisasikan dengan cara yang sama dengan perilaku-perilaku kerja lain

yang membentuk perilaku kerja. Perilaku keselamatan merupakan aplikasi dari

perilaku tugas yang ada di tempat kerja.

Kemudian dalam menyikapi menghindari dari resiko-resiko kecelakaan

pada saat bekerja juga sejalan dengan yang dikutip dari pendapat pendapat ( Leon

C Meggison yang dikutip oleh Prabu Mangkunegara,2000:161) bahwa istilah

keselamatan mencakup kedua istilah yaitu resiko keselamatan dan resiko

kesehatan. Kedua istilah tersebut dibedakan, yaitu Keselamatan kerja menunjukan

kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian

ditempat kerja, sedangkan Resiko kesehatan merupakan aspek-aspek dari

lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kebakaran, ketakutan aliran listrik,

terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang, kerugian alat tubuh, penglihatan,

dan pendengaran.

105
a. Saran

b. Bagi para Assiten Lapangan di setiap Divisi hendaknya lebih tegas dalam

menyikapi karyawan yang masih saja tidak menggunakan perlengkapan alat

pelindung diri yang tidak sesuai dengan prosedur perusahaan.

c. Bagi Mandor senantiasa mengawasi para karyawan apabila karyawan

mengalami suatu kendala atau terjadi kecelakaan pada saat bekerja. Usahan

Kotak Pertolongan Pertama senantiasa dibawa pada saat proses pekerjaan

sedang berlangsung

d. Bagi Para Karyawan Lapangan, Khsususnya Karyawan Harvest, Spraying

dan Manuring senantiasa selalu menjaga keselamtan dan kesehatan pada saat

bekerja. Tetap mengutamakan Keamanan diri demi untuk menjaga hidup

yang lebih baik yang terhindar dari kecelakaan akibat pekerjaan.

106
DAFTAR PUSTAKA

Dari Sumber Buku


Depdikbud, Direktorat pendidikan dan menengah kejuruan 1980,
Staff Bagian proyek pengadaan buku pendidikan teknologi.
Griffin, M, A & Neal. 2000. Perception of Safety at work. A Framework
Forlinking Safety Climate to Safety Performance, Knowledge and
Motivasion.
Hasibuan, Melayu S.P. 2002, Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi,
Jakarta: Bumi Aksara.
Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia, 1996.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomer: PER.05/MEN/1996 tentang
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Jakarta: Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia
Koentjaraningrat, 1996 : 72. Pengantar Ilmu Antropologi. Jilid I.
Jakarta: Rineka Cipta.
Lexy J. Moleong. 1990 : 135. Metode Penelitian Kualitatif.
Bandung: Remaja Rosadakarya
Mangkunegara, Anwar Prabu, 2000:161. Manajemen Sumber Daya Manusia.
Perusahaan, Cetakan Ke-2. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
2002:161. Manajemen Sumber Daya Manusia.
Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Meily, Kurniawijaja. 2010: 72-73. Teori dan Aplikasi Kesehatan Kerja.
Jakarta: UI Press
M. Manullang. 2002. Dasar-dasar Manajemen. Cetakan 16.
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta
Suma’ mur, PK. 1992. Higine Perusahaan dan Keselamatan Kerja.
Jakarta: PT. Toko Gunung Agung.

107
Spradley, James P. 1997:3. Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.
2007. Metode Etnografi, ter.L Riansyah. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Stephen P. Robbins, 1996: 294. Perilaku Organisasi, Konsep Kontroversi dan
Aplikasi. Alih Bahasa : Hadyana Pujaatmaka. Edisi Keenam.
Jakarta : PT.Bhuana Ilmu Populer
Z. Syaff Ridwan, 2007. Occupational Healt And Safety Behavior dalam Modul
Kuliah, Departemen K3 FKM Universitas Indonesia, Depok .

Sumber Jurnal dan Skrispi

Erlin, Trisyulianti & Lestari, T. “Hubungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja


( K3 ) dengan Produktivitas Kerja Karyawan ( Studi Kasus: Bagian
Pengolahan PTPN VIII Gunung Mas, Bogor ( Januari 2009 ).
Busyairi, Muhammdad. Syafar Tosengku, La Ode Amad dan Oktaviani Ayu.
“Pengaruh Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja Terhadap
Produktivitas Kerja Karyawan. ( Desember 2014 )

Dari Sumber Internet

www.pengertianpakar.com/2014/12/pengertian-efiseinsi-efektivitas-dan.html.
Diakses pada 22 desember 2017

108

Anda mungkin juga menyukai