Anda di halaman 1dari 8

policy paper

INTERVENSI STUNTING DI DESA


DI MASA PANDEMI COVID-19
Pusat Penelitian dan Pengembangan Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi

KEY MESSAGE (PESAN KUNCI)

Perubahan kebijakan alokasi anggaran untuk penanganan permasalahan pandemic covid-19


merubah tatanan pengalokasian anggaran refocusing dana desa, disisi lain pemerintah desa mempunyai
komitmen intervensi pencegahan stunting terintegrasi lintas sektor dengan mengalokasikan anggaran
untuk mendanai koordinasi intervensi tersebut. Selain itu tantangan dihadapi dalam pencegahan stunting
di masa Covid-19, adanya protokol kesehatan pandemi covid-19 untuk menjaga jarak secara fisik
(Physical Distancing) mengakibatkan fenomena perubahan pratik kegiatan pencegahan stunting
terintegrasi.
Perubahan penyesuaian alokasi dana desa untuk penanganan covid-19 berpotensi adanya
pergeseran peruntukkan dana desa pencegahan stunting, walaupun desa mengetahui adanya komitmen
bahwa pencegahan stunting tetap dilakukan dengan tidak melakukan pergeseran dana desa, kondisi ini
berpotensi menghambat pelaksanaan intervensi pencegahan stunting terutama pada desa-desa yang berada
di daerah tertinggal dengan status desa sangat tertinggal dan tertinggal yang masih cukup banyak
jumlahnya.

REKOMENDASI

1. Pengonsentrasian penggunaan dana desa, terutama untuk BLT Dana Desa yang menyerap dana cukup
besar, upaya pencegahan stunting di desa-desa prioritas berpotensi terabaikan. Sedangkan BLT Dana
Desa ditujukan pada pemanfaat penduduk miskin, kehilangan pekerjaan, atau menanggung anggota
keluarga dengan penyakit kronis sebagai upaya penanganan dampak ekonomi dari Covid-19 di desa,
2. Bantuan sosial di desa-desa lokasi prioritas stunting sebaiknya diberikan dalam bentuk yang
mendukung upaya produktif, terintegrasi dengan intervensi stunting, dan sensitif jender untuk
memastikan perempuan desa dapat berpartisipasi dan memperoleh manfaat dari intervensi bantuan
sosial.
3. Perlu ada upaya ekstra oleh Kader Kesehatan (Kader Pembangunan Manusia) bersama pemerintah
desa untuk memastikan upaya pencegahan stunting di desa-desa prioritas terus berjalan. Disarankan
agar bantuan sosial untuk penduduk miskin di desa diberikan secara terintegrasi dengan upaya
intervensi pencegahan stunting, peningkatan ekonomi masyarakat, serta melibatkan perempuan agar
dapat berpartisipasi dan memperoleh manfaat bantuan sosial.
4. Pengamatan alokasi peruntukan dana desa untuk pencegahan stunting pada lokasi fokus intervensi
penurunan jumlah angka stunting, di 18 kabupaten (3 provinsi) diantaranya NTT (13 kabupaten, 684
desa), Papua (4 kabupaten,70 desa) dan NTB (1 kabupaten, 16 desa). Jumlah desa prioritas pada 18
kabupaten tersebut sebanyak 770 desa, atau sebesar 34,64% dari jumlah desa prioritas percepatan
stunting (2.223 desa pada 67 Lokus Intervensi),
I. PENDAHULUAN

Tingginya prevalensi anak balita stunting di Indonesia menjadi salah satu masalah gizi yang
mendapat perhatian pemerintah Indonesia saat ini, dan Pemerintah menetapkan penanganan dan
pencegahan stunting sebagai program prioritas nasional. Hasil Riskesdas Tahun 2018 (dalam Izwardy,
2019) menunjukkan bahwa Balita yang menderita stunting mencapai 30,8% (7 juta Balita). Kondisi ini
jauh di atas batas ambang standar WHO yaitu 20%. Data Riskesdas 2018 juga memperlihatkan bahwa
angka prevalensi stunting di perdesaan (42,1%) jauh lebih tinggi dibandingkan perkotaan (32,5%).
Kondisi balita stunting apabila tidak ditangani dengan baik akan mengancam upaya mewujudkan generasi
bangsa yang memiliki daya saing di masa depan. Kebijakan nasional penanganan dan pencegahan
stunting merupakan komitmen Pemerintah dalam pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs).
Terjadinya pandemi Covid-19 telah berimplikasi pada aspek sosial, ekonomi dan kesejahteraan
masyarakat. Untuk itu Pemerintah menetapkan kebijakan penanganan Covid-19 beserta dampak yang
ditimbulkannya. Diantaranya adalah diberlakukannya kebijakan desa tanggap Covid-19 melalui
Peraturan Menteri Desa PDTT No. 6 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Desa PDTT
No. 11 Tahun 2019 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2020, yang meminta desa
memprioritaskan penggunaan Dana Desa untuk pencegahan dan penanganan Covid-19, Padat Karya
Tunai Desa (PKTD), dan Bantuan Langsung Tunai Dana Desa (BLT-Dana Desa). Permen No. 11 Tahun
2019 tersebut baru-baru ini telah diubah lagi melalui Peraturan Menteri Desa PDTT No. 7 Tahun 2020
tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Desa PDTT No. 11 Tahun 2019 Tentang Prioritas
Penggunaan Dana Desa Tahun 2020. Dengan adanya realokasi anggaran pada Dana Desa untuk penangan
Covid-19, dikhawatirkan akan menghambat upaya-upaya intervensi stunting baik di desa.

Kajian ini membahas apakah pelaksanaan kebijakan pencegahan dan penanganan Covid-19 beserta
implikasinya di desa berpotensi menghambat upaya pencegahan stunting di desa? Bagaimanakah strategi
desa dalam melaksanakan intervensi stunting pada masa pandemi Covid-19? Analisis pada kajian ini
didasarkan pada data sekunder, analisis konten media massa, serta Focus Group Discussion (FGD)
dengan desa.

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1. Gambaran Lokasi (Kabupaten) Fokus Intervensi Penurunan Stunting dan Desa Prioritas

Untuk tahun 2020 Pemerintah mentargetkan sebanyak 260 kabupaten/kota fokus intervensi
stunting. Merujuk pada data yang dikeluarkan oleh Ditjen Bina Pembangunan Daerah Kementerian

Puslitbang
1
Dalam Negeri, dari 260 Kabupaten/Kota tersebut, sebanyak 67 Kabupaten di 18 Provinsi telah menyusun desa
prioritas tahun 2020 berdasarkan pelaksanaan Aksi Konvergensi Pemerintah Daerah. Berikut ini adalah gambaran
lokasi prioritas percepatan pencegahan stunting berdasarkan status perkembangan desa, serta keberadaannya di
kabupaten Daerah Tertinggal.

Pada 67 Kabupaten fokus intervensi stunting, terdapat 2.223 desa prioritas stunting (Surat Ditjen Bangda
No. 440/3294/Bangda tanggal 17 Juli 2019). Fenomena stunting ditemui pada semua status perkembangan desa
(desa Sangat Tertinggal hingga desa Mandiri). Sebanyak 414 desa prioritas tidak teridentifikasi status
perkembangannya. Proporsi terbesar ditemui pada Desa Berkembang (38,60%) dan Desa Tertinggal (32,70%).
Desa-desa pada kedua jenis status perkembangan tersebut masing-masing memiliki kasus stunting mencapai
sepertiga dari jumlah desa prioritas yang ditetapkan. Gambaran desa prioritas tersebut berdasarkan status
perkembangan desa disajikan pada Tabel 1.

Berdasarkan Peraturan Presiden No. 63 Tahun 2020


Tabel 1. Desa Prioritas Penurunan Stunting Th 2020
tentang Penetapan Daerah Tertinggal Tahun 2020-2024, menurut Status Perkembangan Desa Th 2019
ditetapkan sebanyak 62 kabupaten masuk kategori Daerah
No Status Perkembangan Desa Prioritas
Tertinggal.
Desa
Jumlah %
Sebanyak 18 kabupaten (3 provinsi) diantaranya
merupakan Lokasi Fokus Intervensi Penurunan Stunting, 1 Sangat Tertinggal 103 4,63
dengan urutan terbanyak yaitu NTT (13 kabupaten, 684 2 Tertinggal 727 32,70
desa). Selanjutnya adalah Papua (4 kabupaten,70 desa)
3 Berkembang 858 38,60
dan NTB (1 kabupaten, 16 desa). Jumlah desa prioritas
pada 18 kabupaten tersebut sebanyak 770 desa, atau 4 Maju 116 5,23
sebesar 34,64% dari jumlah desa prioritas percepatan 5 Mandiri 5 0,22
stunting (2.223 desa pada 67 Lokus Intervensi),
6 Tidak Ada Status (IDM) 414 18,62
sebagaimana disajikan pada Tabel 2 berikut ini.
Jumlah 2223 100
Tabel 2. Kabupaten/Lokus Intervensi Penurunan Stunting dan Desa Prioritas Th 2020
Keterangan:
Diolah dari IDM Tahun 2019 (Permendesa PDTT),
No Provinsi Kabupaten (jumlah lokasi/desa
dan Ditjen prioritas) Daerah Kementerian
Bina Pembangunan
1 NTT Lembata (41) Dalam Negeri
Manggarai Timur (54) (2019)
Rote Ndao (65)
(13 kab, Sumba Barat Sumba Barat Daya (48) Sumba Tengah (27)
684 ds) (36)
Sumba Timur Sabu Raijua (39) Alor (32)
(30)
Belu (46) Kupang (70) Malaka (76)
Timor Tengah Selatan (120)
2 Papua Jayawijaya (20) Boven Digoel (26) Mamberamo Raya (11)
(4 kab, 70 Mamberamo Tengah (13)
ds)
3 NTB Lombok Utara (16)
(1kab, 16
ds)
Keterangan:
Diolah dari Peraturan Presiden No. 63 Tahun 2020 tentang Penetapan Daerah Tertinggal Tahun
2020-2024 dan Ditjen Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri (2020).

2 Puslitbang
Fenomena stunting di Daerah Tertinggal Kementerian Dalam Negeri meminta pemerintah
ditemui pada semua desa dalam berbagai provinsi (Pemprov) dan pemerintah daerah
tingkatan status perkembangan desa, kecuali (Pemda) untuk tidak merealokasi anggaran
desa Mandiri. Sebagian besar lokasi merupakan program prioritas nasional termasuk anggaran
desa-desa dengan status perkembangan untuk mengatasi stunting pada anak. Kebijakan
Tertinggal (38,05%), desa Berkembang (20%), merealokasi anggaran stunting bisa beresiko
dan desa-desa yang tidak teridentifikasi status timbulnya lost generation (generasi hilang) dalam
perkembangannya (34,55%). Desa prioritas di jangka panjang. Namun apabila tetap akan
Daerah Tertinggal yang terkonsentrasi pada desa direalokasikan, dana tersebut harus tetap
Tertinggal dan desa Berkembang, menunjukan digunakan untuk stunting.
pola yang sama dengan wilayah lainnya di Berbagai informasi tersebut
Indonesia. mengindikasikan adanya tantangan yang harus
2.2. Ancaman Kebijakan Penanganan Covid dihadapi dalam pencegahan stunting di masa
terhadap Intervensi Stunting di Desa Covid-19. Di antaranya, realokasi anggaran
2.2.1. Ancaman Pandemi Covid-19 terhadap mengatasi stunting untuk penanganan pandemi
Program Intervensi Stunting Covid-19 meskipun Pemerintah telah menyatakan
Ancaman Pandemi Covid-19 terhadap bahwa anggaran untuk mengatasi stunting tidak
program percepatan pencegahan stunting di realokasi. Pencegahan stuning tetap harus
diperbincangkan di media massa. Diantaranya, dilakukan.
Bisnis.com (18 April 2020) memberitakan
bahwa diperlukan upaya untuk memastikan
2.2.2. Realokasi Dana Intervensi Stunting di
program gizi tetap berjalan di tengah pandemic Desa
Covid-19, dan agar penanggulangan persoalan Berdasarkan FGD yang dilaksanakan untuk
stunting tetap menjadi perhatian pemerintah dan menggali informasi apakah telah terjadi realokasi
masyarakat. Bisnis.com (19 Mei 2020) juga anggaran intervensi stunting untuk penanganan
menginformasikan bahwa dengan pandemi Covid-19 di desa, serta strategi desa
dilaksanakannya kebijakan PSBB, semua dalam melaksanakan intervensi stunting di masa
kegiatan dibatasi untuk memutus rantai pandemi Covid-19. FGD diikuti oleh 10 (sepuluh)
penyebaran Covid-19, termasuk mengurangi desa, dengan peserta meliputi unsur Kepala Desa,
pelayanan rawat jalan di rumah sakit dan KPM, Pendamping Desa. Adapun kesimpulan hasil
pemeriksaan untuk anak dan ibu hamil, FGD adalah sebagai berikut.
imunisasi dan penanganan stunting. Bahkan pada
beritasatu.com (14 Mei 2020), seorang pakar 1. Ditemui adanya fenomena pengurangan alokasi
kesehatan mengatakan bahwa kebijakan ‘di dana stunting yang bersumber dari Dana Desa.
rumah saja’ dan ‘jaga jarak fisik’ menyulitkan Hal ini tidak sejalan dengan kebijakan
pemantauan pertumbuhan balita di posyandu. pemerintah untuk tidak merealokasi dana
Media beritasatu.com (30 April 2020), penanganan dan pencegahan stunting karena
menginformasikan tentang opsi realokasi merupakan program prioritas nasional.
(refocusing) dana.

Puslitbang
3
d. Mengingat kondisi status pandemi Covid-19 pada
2. Dengan adanya pengurangan Dana Desa untuk
masing-masing desa berbeda-beda, desa-desa pada
pencegahan stunting, kegiatan yang
wilayah aman pandemi Covid-19 (zona hijau)
dilaksanakan desa berupa penyuluhan,
mengusulkan agar BLT Dana Desa, khusus
pencatatan perkembangan berat badan dan
tahap II (4, 5, 6) dipertimbangkan kembali
tinggi badan anak, pemeriksaan ibu hamil,
supaya program stunting dapat berjalan.
yang dilaksanakan dengan cara jemput bola
(door to door), serta pelaksanaan monev (via 2.2.3. Potensi Ancaman Anggaran Intervensi
WA group). Sementara untuk intervensi PMT, Stunting Pada Desa Prioritas
Pencegahan Stunting
imunisasi, pemberian KEK untuk Ibu Hamil
tidak bisa dilaksanakan.
3. Adanya inisiatif lokal yang dilakukan FAO (2020) mengatakan bahwa, adanya
beberapa desa dalam pencegahan stunting, kebijakan pembatasan pergerakan orang dan barang
seperti: di banyak negara dalam upaya melawan pandemi
a. Menggunakan sumber dana lain, seperti Covid-19 telah menyebabkan banyak petani
Desa Punggul di Badung (Bali) yang berlahan sempit/tanpa lahan, pekerja miskin dan di
menggunakan dana bersumber dari Pajak sektor informal kehilangan mata pencaharian atau
dan PAD untuk intervensi stunting; Desa pekerjaan. Begitu pula dengan penutupan sekolah,
Keramat di Boalemo (Gorontalo) yang menyebabkan anak-anak bekerja pada tempat-
menggunakan PAD. tempat yang dapat membahayakan diri mereka.
b. Memanfaatkan sumberdaya lokal sebagai Begitu pula uang kiriman pekerja migran (migrant
sumber pangan dan gizi, seperti Desa remittances) juga ikut terdampak dengan kebijakan
Keramat di Boalemo (Gorontalo) yang tersebut. Hal ini menimbulkan masalah
menggunakan dana PAD untuk pembelian berkurangnya bahkan hilangnya sumber pendapatan
ikan sebanyak 1 ton dan sayur dari produksi bagi rumah tangga di pedesaan. Kondisi ini dapat
setempat untuk dibagikan kepada berdampak terhadap pencapaian Sustainable
masyarakat miskin dan rumah tangga Development Goals (SDGs) hingga tahun 2030,
dengan balita stunting. Pembelian khususnya SDG1 (End poverty in all its forms
dilaksanakan bekerjasama dengan everywhere). Oleh karenanya sangat penting untuk
BUMDesa. memberikan dukungan yang mencukupi bagi
c. Mengintegrasikan program intervensi penduduk desa yang rentan menjadi miskin atau
stunting dengan program lainnya, seperti kehilangan pekerjaan karena dampak Covid-19.
di Desa Kaaruyan (Gorontalo), yang Fenomena stunting di desa-desa yang menjadi
memadukan intervensi stunting dengan lokasi prioritas pencegahan stunting ditemui pada
Program PKTD; dan Desa Punggul dengan berbagai tingkatan status perkembangan desa, dari
edukasi ketahanan pangan melalui desa Sangat Tertinggal hingga desa Mandiri.
pemanfaatan lahan pekarangan. Intervensi stunting pada desa-desa tersebut
berpotensi terancam dengan adanya realokasi
anggaran stunting di desa.

4 Puslitbang
Pada desa-desa dengan status Dengan demikian dalam mendukung negara-
perkembangan Sangat Tertinggal, dan Tertinggal negara yang sedang mengalami guncangan
serta berada di Daerah Tertinggal, akan memikul (schocks) di perdesaan, FAO menggunakan
beban berat dalam melakukan pencegahan kerangka kerja perlindungan sosial yang
stunting, karena faktor ekonomi dan non ekonomi mencakup tiga pilar: bantuan sosial, jaminan
sekaligus mempengaruhi fenomena stunting pada sosial, dan regulasi pasar kerja.
desa-desa tersebut. Terlebih lagi dengan Bantuan sosial di desa-desa lokasi prioritas
ditetapkannya pandemi Covid-19 sebagai stunting sebaiknya diberikan dalam bentuk yang
bencana non alam, serta diberlakukannya mendukung upaya produktif, terintegrasi dengan
kebijakan PSBB di Indonesia sebagai upaya intervensi stunting, dan sensitif jender untuk
melawan dan mencegah penyebaran Covid-19 memastikan perempuan desa dapat berpartisipasi
telah berdampak pada berkurangnya sumber dan memperoleh manfaat dari intervensi bantuan
pendapatan masyarakat di desa. sosial. Bantuan sosial tidak harus dalam program
Hal ini memerlukan perhatian serius, mengingat baru tersendiri, tetapi dapat memanfaatkan,
sebanyak 34,64% dari jumlah desa prioritas intervensi memodifikasi, atau mengembangkan dari
stunting tahun 2020 berada di Daerah Tertinggal. program yang telah ada, seperti Padat Karya
Apalagi dengan adanya pengonsentrasian penggunaan Tunai Desa (PKTD), Program Keluarga Harapan
Dana Desa, terutama untuk BLT-Dana Desa, upaya
(PKH), program makanan tambahan untuk anak
pencegahan stunting di desa-desa prioritas berpotensi
sekolah, pelatihan dan pengembangan kelompok
terabaikan. Hal ini menambah kerumitan dalam
usaha dll. Disamping itu upaya memberikan
pencegahan stunting di desa-desa lokasi prioritas
tersebut. advokasi dan mendorong agar gizi menjadi
prioritas dalam usaha respons dan pemulihan
III. SARAN KEBIJAKAN
Covid-19, perlu terus dilakukan. Berikut ini
Pengarusutamaan penggunaan Dana Desa adalah contoh bantuan sosial integratif dimaksud.
sebagaimana dimaksud dalam Perppu No. 1 tahun
Tabel 3. Bantuan Sosial di Desa Terintegrasi
2020 sejatinya merupakan upaya pemerintah dengan Intervensi Stunting dan
dalam memberikan perlindungan bagi penduduk Peningkatan Ekonomi Masyarakat
miskin desa. BLT-Dana Desa merupakan salah
No Intervensi Bantuan Sosial
satu bentuk perlindungan sosial yang diberikan Stunting/Kegiatan Terintegrasi
melalui jaring pengaman sosial. Ini berarti jaring 1 Pelayanan • Penyediaan makanan
pengaman sosial dapat dilakukan dalam bentuk Peningkatan Gizi bergizi dengan bahan
Keluarga di lokal bagi ibu hamil,
bantuan sosial lainnya. Posyandu ibu menyusui, anak
usia 0-6 bulan, 7-23
FAO (2017, 2020) menggunakan kerangka bulan, balita, dan anak
kerja perlindungan sosial sebagai serangkaian sekolah dasar
melalui kelompok
kebijakan dan program untuk memberikan solusi
usaha perempuan
terhadap permasalahan ekonomi, lingkungan, dan • Pelatihan pengolahan
kerentanan sosial dalam menghadapi food makanan bergizi bagi
keompok usaha
insecurity dan kemiskinan melalui perlindungan perempuan
dan promosi livelihoods.

Puslitbang
5
No Intervensi Bantuan Sosial IV. KESIMPULAN
Stunting/Kegiatan Terintegrasi
2 Menyediakan dan • PKTD membangun Adanya pengonsentrasian penggunaan Dana
memastikan akses instalasi air bersih Desa, terutama untuk BLT Dana Desa yang menyerap
terhadap air bersih • PKTD membangun
dan sanitasi sarana Mandi, Cuci dana cukup besar, upaya pencegahan stunting di desa-
(jamban keluarga) dan Kakus (MCK) desa prioritas berpotensi terabaikan. Pemerintah telah
3 Menyediakan akses • Penyediaan herbal
kepada layanan
menyalurkan BLT Dana Desa kepada penduduk
local untuk
kesehatan dan meningkatkan daya miskin, kehilangan pekerjaan, atau menanggung
Keluarga tahan tubuh melalui anggota keluarga dengan penyakit kronis sebagai
Berencana (KB); kelompok usaha
perempuan upaya penanganan dampak ekonomi dari Covid-19 di
• PKTD membangun desa. Artinya, investasi jangka panjang untuk
pondok bersalin desa
membentuk SDM yang berdaya saing berpotensi
(Polindes)
• PKTD membangun terabaikan. Sementara itu penanganan dan
Pos Pelayanan pencegahan Covid-19 bersifat temporer namun
Terpadu (Posyandu)
• PKTD membangun menguras seluruh dana dan tenaga yang sangat besar.
sarana PAUD Untuk itu, perlu ada upaya ekstra untuk memastikan
4 Meningkatkan • Bantuan bibit/benih upaya pencegahan stunting di desa-desa prioritas terus
ketahanan pangan sayur, buah dan
dan gizi di desa pelatihan intensifikasi berjalan. Disarankan agar bantuan sosial untuk
lahan pekarangan penduduk miskin di desa diberikan secara terintegrasi
• Pelatihan budidaya
dan pengolahan dengan upaya intervensi pencegahan stunting,
tanaman herbal peningkatan ekonomi masyarakat, serta melibatkan
• Bantuan benih/bibit perempuan agar dapat berpartisipasi dan memperoleh
kacang-kacangan,
ikan, ternak unggas dll manfaat bantuan sosial.
untuk sumber protein
• Pengembangan
pertanian dan
Disusun oleh:
peternakan untuk Saraswati Soegiharto, Etty Diana, Siti Fatimah,
memenuhi kebutuhan Enny Ariani, Retno Anggraini, Fauzi Rahmawati,
pangan dan gizi di Merryanty Lestari P
rumah tangga Puslitbang Kemendesa PDTT, Juni 2020.
5 Pelayanan • PKTD penyediaan
kesehatan tempat cuci tangan di
lingkungan sekolah, tempat Mengetahui,
ibadah, tempat
Plt. Kepala Pusat
pelayanan umum.
Penelitian dan Pengembangan
• PKTD penataan air
limbah dll
• Pelatihan pembuatan
sabun, sanitizer,
disinfectant dengan Sumarlan
bahan local NIP. 19690305 199503 1 003

6 Puslitbang
Referensi:

Beritasatu.com. (30 April, 2020). Program Pencegahan Stunting Harus Terus Didorong di Masa
Covid-19. https://www.beritasatu.com/nasional/627073-program-pencegahan-stunting-harus-
terus-didorong-di-masa-pandemi-covid19. Diunduh 28 Mei 2020.
Beritasatu.com. (14 Mei 2020). Pandemi Covid-19 Ancam Terhambatnya Target Penurunan Angka
Stunting Nasional. https://www.beritasatu.com/kesehatan/632857/pandemi-covid19-ancam-
terhambatnya-target-penurunan-angka-stunting-nasional. Diunduh 28 Mei 2020.
Bisnis.com. 18 April 2020. Pandemi Covid-19 Mengancam Program Kesehatan Nasional.
https://lifestyle.bisnis.com/read/20200418/106/1228952/pandemi-covid-19-mengancam-
program-kesehatan-nasional. Diunduh 28 Mei 2020.
Bisnis.com. 19 Mei 2020. Imunisasi & Stunting, Masalah Kesehatan Dasar yang Terlupakan.
https://lifestyle.bisnis.com/read/20200519/106/1242652/imunisasi-stunting-masalah-kesehatan-
dasar-yang-terlupakan. Diunduh 28 Mei 2020.
FAO. (2017). FAO Position Paper. Social protection and resilience Supporting livelihoods in
protracted crises and in fragile and humanitarian contexts. The Food and Agriculture
Organization of the United Nations and the Institute of Development Studies
FAO. (2020). Social protection and COVID-19 response in rural areas. Food and Agriculture
Organization of the United Nations. 8 April 2020.
Izwardy, Doddy. (2019). Kebijakan dan Strategi Penanggulangan Stunting di Indonesia. Bahan
presentasi pada FGD Skrining Malnutrisi Pada Anak Di Rumah Sakit, 22 Februari 2019.
Peraturan Menteri Desa PDTT No. 6 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Desa
PDTT No. 11 Tahun 2019 tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2020.
Peraturan Menteri Desa PDTT No. 7 Tahun 2020 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri
Desa PDTT No. 11 Tahun 2019 Tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2020.
Peraturan Presiden No. 63 Tahun 2020 Tentang Penetapan Daerah Tertinggal Tahun 2020-2024.

Anda mungkin juga menyukai