Anda di halaman 1dari 2

NAMA : NIKE HERFI LELYTA

NIM : 850049381
SEMESTER :7
POKJAR : ASAHAN

Assalamualaikum warahmatullahi wabaraatuh perkenalkan saya Nike herfi lelyta. Nah


disini saya akan menceritakan pengalaman saya selama mengikuti di masa pandemi yang
kita ketahui sudah cukup lama ada di negara ini, awal daring dimulai dua minggu setelah
pemberitahuan dari pemerintah, yang awalnya anjuran dari pemerintah untuk melakukan
daring dahulu selama dua minggu.

PANDEMI Corona telah mengubah semua sendi kehidupan. Semua aktivitas


dilakukan secara online, karena adanya larangan keluar rumah guna memutus mata rantai
penyebaran virus yang telah menelan banyak korban. Konsep pendidikan juga berubah,
tadinya proses belajar mengajar dilakukan secara tatap muka, sekarang menggunakan
berbagai aplikasi jejaring sosial. Hal ini ternyata sangat membosankan dirasakan sebagian
besar mahasiswa Universitas Terbuka.

Saya mulai mengeluarkanproses perkulihan dilakukan secara daring. Mulai adanya


kebosanan dengan sistem ini, banyaknya tugas yang diberikan dosen, dan adanya kerinduan
untuk berjumpa dengan kawan-kawan serta ingin merasakan kuliah tatap muka yang
menurut saya sangat membantu dalam memahami ilmu secara efektif. Saya kebingungan
apabila mendapat tugas dari dosen, karena semua dosen kasih tugas dan tugasnya itu
sangat banyak. Tambahnya, yang lebih membingungkan lagi, kadang-kadang tugas
diberikan sudah melebihi kapasitas. "Belum siap tugas yang satu, saya sudah mendapatkan
tugas yang lain, itu belum lagi tugas saya di rumah. Di rumah saya harus disiplin membagi
waktu antara membuat tugas perkuliahan dan membantu pekerjaan orang tua di rumah
hehe. Berbeda dengan teman sekelas saya diantara salah satu dari mereka malah
mengeluhkan sinyal internet yang tidak stabil ketika sedang mengikuti perkuliahan secara
daring, sehingga banyak materi yang tidak dipahaminya akibat terputusnya jaringan
internet.Tempat saya agak susah sinyal, makanya banyak meteri kadang-kadang tidak jelas,
tambah lagi saya harus menyediakan kuota tiap harinya, kadang saya membeli kuota tiap
minggu, kadang juga tiap hari, karena kuliah online itu memakan kuota lumayan banyak dan
kami mahasiswa harus meminta uang kepada orang tua. Sementara beberapa teman yang
lain mengatakan kuliah daring ada kalanya sangat menyenangkan dan kadang sangat
membosankan. Namun karena kuliah online tidak mengharuskan bertatap muka secara
langsung membuatnya sedikit lebih rileks dalam belajar.

"Saya tidak perlu mengenakan baju yang rapi dan duduk tegak mendengarkan materi
yang dosen berikan. Namun yang kurang menyenangkan yaitu terkadang dalam kemudahan
belajar online terasa sulit dikarenakan susah mengakses e-learning yang disebabkan
susahnya jaringan dan servernya yang down. Tugas juga terasa lebih banyak diberikan
sehingga saya sedikit repot. Sudah hampir satu tahun perkuliahan daring ini berjalan, tapi
saya merasa hal ini justru membuat kami para mahasiswa merasa tertekan.

Tugas yang terus dikasih dosen, tetapi dalam pembelajarannya hanya sedikit yang dapat
kami ketidak hanya itu banyak problem lain, terutama dari segi kuota internet. Perkuliahan
daring memanfaatkan beberapa via aplikasi yang menurutnya membutuhkan begitu banyak
kuota bahkan untuk sekali meeting di Zoom bisa menghabiskan 1,5 GB lebih untuk satu
mata kuliah.Bayangkan jika dalam satu minggu semua mata kuliah melakukan meeting pasti
sangat sangatlah boros pemakaian kuota internet.
Harapan saya semoga pandemi Covid-19 ini segera berakhir dan kami dapat kembali
melakukan perkuliahan tatap muka yang lebih eketif dan efesien.Kondisi belajar dari rumah
tentu tidaklah sama saat di kampus. Kampus memang disediakan sebagai wadah untuk
belajar, bersosialisasi dan berorganisasi untuk mengembangkan segala potensi. Akan tetapi,
kalau rumah tentu tidaklah seperti demikian. Lingkungan rumah akan dihadapkan dengan
suasana yang banyak pekerjaan. Baik pekerjaan di dalam rumah itu sendiri maupun
pekerjaan membantu orangtua di luar rumah.

Oleh karena itu, selama pandemi menyerang, maka pengalaman dan tantangan yang
saya alami mungkin bisa dikatakan agak sulit. Pertama, harus dapat mengikuti perkuliahan
dengan baik meski dalam kondisi terbatas dengan akses jaringan, di sisi lain juga harus
dapat ikut dalam pembuatan gula merah membantu orangtua, ditambah dengan kondisi
orangtua yang sudah tidak sehat-sehat lagi.

Maka mau tidak mau, itulah risiko hidup yang harus saya lalui dan jalani dengan
penuh semangat.

Anda mungkin juga menyukai