Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PENYIMPANAN DAN PENGEMASAN

OLEH :

Petrus H Lumbanraja (J1A115090)

THP’15 R-003

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
menganugrahkan banyak nikmat sehingga kami dapat menyusun laporan akhir
praktikum pengemasan ini dengan baik. Laporan ini berisi tentang uraian hasil
praktikum yang telah dilakukan.
Laporan ini kami susun secara cepat dengan bantuan dan dukungan berbagai
pihak. Oleh karena itu kami sampaikan terima kasih atas waktu, tenaga dan
fikirannya yang telah diberikan.
Dalam penyusunan laporan ini, kami menyadari bahwa hasil laporan
praktikum ini masih jauh dari kata sempurna. Sehingga kami selaku penyusun
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian.
Akhir kata Semoga laporan praktikum ini dapat memberikan manfaat untuk
kelompok kami khususnya, dan masyarakat.

Jambi, November 2017

Penulis
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN

(BAHAN PENGISI DA BAHAN ANTI GETAR)

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI

2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengemasan disebut juga pembungkusan, pewadahan atau pengepakan,
memegang peranan penting dalam pengawetan bahan hasil pertanian. Adanya
wadah atau pemungkus dapat membantu mencegah atau mengurangi kerusakan,
melindungi bahan pangan yang ada didalamnya, melindungi dari bahaya
pencemaran serta gangguan fisik (gesekan, benturan, getaran). Disamping itu
pengemsan berfungs untuk menenpatkan suatu hasil pengolahan atau produk
industri agar mempunyai bentuk-bentuk yasng memudahkan dalam penyimpanan,
pengangkutan dan distribusi. Dari segi promosi wadah atau pembungkus
berfungsi sebahgai peranhgsang atau daya tarik pembeli. Karena itu bentuk, warna
dan dekorasi dari kemasan perlu diperhatikan dalam perencanaannya.
Sebelum manusia membuat kemasan, alam sendiri telah menyajikan
kemasan, seperti jangung yang telah dibungkus seludang, buah-buahan
terbungkus kulitnya, buah kelapa yang terlndung baik dengan sabut dan temprung,
polong-polongan terbungkus kulit polong. Menurut catatan sejarah, pengemasan
telah ada sejak 4000 SM. Pada waktu itu peradaban manusia telah tinggi dengan
disertai adanya pertukaran barang niaga antara Mesir dan Mesopotamia, serta
Cina dan India.
Kemasan adalah media atau wadah yang dipergunakan untuk
membungkus bahan hasil pertanian sebelum bahan tersebut disimpan dalam ruang
penyimpanan. Maksudnya adalah untuk mempermudah pengaturan,
pengangkutan, penempetan dari dan ke tempat penyimpanan, serta memberi
perlindungan pada bahan secara awal. Pada umumnya, kondisi bahan hasil
pertganian akan terjaga baik bila disimpan dalam keadaan dikemas. Namun, tidak
semua hasil pertanian akan member akibat yang sama jika disimpan dalam bentuk
kemasan. Kemasan ini hanya cocok diterapkan untuk komoditas pertanian berupa
bahan yang telah dikeringkan.
Semua bahan pangan mudah rusak. Dan ini berarti bahwa setelah jangka
waktu penyimpanan tertentu ada kemungkinan untuk membedakan antara bahan
pangan segar dengan bahan pangan yang telah disimpan dalam jangka waktu
tersebut diatas. Perubahan yang terjadi merupakan suatu kerusakan. Meskipun
demikian, sebagian bahan pangan menjadi matang atau tua setelah dikemas dan
memang ada perbaikan dalam waktu singkat dan kemudian diikuti oleh kerusakan.
Pengemasan hasil pertanian sangat penting dilakukan guna
penyediaan produksi untuk keperluan pasar dan distribusi untuk masing-
masingnya diperlukan persyaratan khusus. Lama penyimpanan, jenis komoditas
dan model fasilitas penyimpanan untuk tiap-tiap tingkat beragam menurut fungsi
dan kebutuhannya.
Jauh sebelum manusia mengenal teknik budi daya dan cara menyimpan
hasil panen, organism hidup, terutama dari kelompok serangga (insekta) telah
dikenal sebagai pengganggu yang merugikan manusia. Namun, tidak ada catatan
yang lengkap mengenai tingkat gangguan yang dialami oleh manusia pada jaman
itu.
Ham (pest) menurut kamus oxford diartikan sebagai sesuatu yang
menyusahkan atau merusak manusia dan makhluk lain. Dalam bahasa prancis
hama disebut sebagai peste yang berarti wabah. Menurut konsep klasik, hama
mencakup semua organism hidup yang dapat menimbulkan kerusakan. Dalam
perkembangan selanjutnya, pengertian hama lebih dikhususkan pada hewan atau
binatang perusak, baik yang memiliki ukuran tubuh besar hingga yang berukuran
kecil. Jasad perusak yang berwujud tanaman dimasukkan dalam kelompok
tanaman pengganggu (gulma), sedangkan organism jasad renik, seperti cendawan,
bakteri, virus, dan amuba masuk ke dalam kelompom pathogen. Namun, tidak
semua organism tersebut dikategorikan sebagai organism perusak
Mengingat teknologi pengemasan dan penyimpanan sangat penting bagi
upaya ketahanan pangan nasional, maka perlu diadakan praktikum untuk
menguasai lebih jauh tentang teknik pengemasan bahan pangan maupun produk
pangan yuang sudah siap untuk dipasarkan.
1. 2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk ntuk mengetahui jenis kemasan bahan anti
getar dan bahan pengisi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengemasan
Polypropylene mengandung bahan yang serba guna karena keras dan kuat
namun masih memiliki fleksibilitas. Polypropylene juga memberikan daya
resistensi kimiawi yang kuat. Polypropylene digunakan untuk membuat tempat
menyimpan roti dan tas pakaian..PP memiliki densitas terendah dan titik leleh
(1500C) tertinggi diantara semua jenis termoplastik. Dalam pengemasan, jenis
plastik ini dapat digunakan dalam bentuk film fleksibel ataupun bentuk rigid.
Selain itu, PP memiliki permukaan yang halus dan karakteristik leleh yang baik
(Anonymous.2013).
Pengertian umum dari kemasan adalah suatu benda yang digunakan untuk
wadah atau tempat dan dapat memberikan perlindungan sesuai dengan tujuannya.
Adanya kemasan dapat membantu mencegah/mengurangi kerusakkan, melindungi
bahan yang ada di dalamnya dari pencemaran serta gangguan fisik seperti
gesekan, benturan atau getaran. Dari segi promosi kemasan dapat berfungsi
sebagai perangsang atau daya tarik pembeli (Esti, 2007).
2.2 Bahan Pengisi
Selama transformasi dan penyimpanan, kemasan dan bahan segar akan
menghadapi beberapa kerusakan, baik dari segi mekanis, lingkungan ataupun
biologis. Kerusakan mekanis dapat dinyatakan sebagai kerusakan yang
disebabkan oleh tumbukan getaran kompresi dan tusukan. Kerusakan tumbukan
dapat terjadi jika kemasan jatuh atau terlempar. Buah didalamnya akan bergerak
dan bersentuhan antara sesama buah dan antara buah dengan kemasan yang
mengakibatkan kerusakan (Efendi, 2013)
Untuk mengurangi efek tersebut pada produk, kemasan harus dibuat tidak
bergerak dan membagi beban yang ada pada setiap bagian dan memberikan
bantalan. Efek merugikan dari getaran termasuk luka lecet yang disebabkan
karena perpindahan relatif produk dan kemasan dan dari produk yang lain bisa
dikurangi dengan menahan setiap bagian produk. Kerusakan kompresi terjadi
selama penumpukan kemasan. (Efendi, 2013)
2.3 Bahan Anti Getar
Bahan anti getar adalah bahan yang dapat menanggulangi kerusakan bahan
atau kemasan terutama pada perjalanan atau distribusi tumpukan barang atau
kemasan. Jenis barang yang membutuhkan macam perlindungan yagn harus
diberikan untuk mencegah hancurnya bahan. Beberapa bahan pangan misalnya
pada buah buahan segar, telur dan biskuit menempatkan produk yang tahan
terhadap kerusakan` sehingga memerlukan tingkat pengamanan yang lebih tinggi
utnuk mencegah gesekann antara bahan dengan menggunakan kertas tisue,
lembaran plastik kertas yang dibentuk kemasan terlebih karton untuk tidur, wadah
buah dan lain- lain. (Alfa, 2005)
Bahan pangan lain yang dilindungi dengan mengemas dengan kemasan
yang kaku dan pergerakannnya dibatasi dengan ketat, peti kayu atau drum yang
biasanya digunakan sebagai perlindungan yang baik, sekarang buah digunakan
dengan bahan yang lebih murah dan ringan. (Alfa,2005)
2.4 Jenis-Jenis Bahan Pengisi Dan Anti Getar
2.4.1 Styrofoam
Styrofoam adalah kemasan makanan yang berbahan dasar dari
polistiren yaitu suatu jenis plastik yang sangat ringan, tertembus cahaya dan
murah tetapi cepat rapuh. Karena kelemahannya tersebut, polistiren
dicampur dengan beberapa bahan tambahan seperti plastizer yaitu dioktil
ptalat (DOP) , dan blowning agud berupa gas kaklorofluoro karbo.
(Manurung,1996)
2.4.2 Bubble Wrap
Bubble wrap adalah suatu alat pelindung yang dapat digunakan untuk
membungkus sekaligus melindungi suatu barang dari benturan dan tekanan.
Bubble wrap sangat banyak jumlahnya. Menurut anonim, bubble wrap
mempunyai 2 kerja penting yakni : sebagai bantalan semi iyang tampak, dan
mengisi ruangkosong, memcegah gesekan yang tidak digunakan pada
kemasan. Untuk alasan ini mengapa bubble wrap digunakan sebagai pilihan
untuk pembatas dan sebagai bahan pengisi.
2.4.3 Sekam Padi
Sekam padi adalah bagian dari padi berupa lembaran yang kering dan
tidak dapat digunakan yang melindungi bagian dalam. Sekam padi dapat
digunkan sebagai bahan pengisi pada saat psoses pengemasan. Sekam padi
memiliki tekstur yang baik dan beragam. (julianto,2003)
2.4.4 Serbuk Kayu
Serbuk kayu merupakan jenis media yang sering digunakan pada
transportasi ulang hidup tanpa air. Serbuk kayu digunakan sebagai media
pengisi karena mempunyai panas jenis yang lebih besar dari sekam. Selain
itu, serbuk kayu juga memliki tekstur yang baik dari serrangan.
(Julianto,2003)
2.2.5 Egg Tray
Egg tray atau baki telur adalah alat yang berfungsi sebagai tempat
untuk menata telur, sehingga telur menjadi rapi dan dapat dikemas dalam
jumlah yang banyak tanpa perlu khawatir akan mengalami kerusaakan atau
pecah. (Pertiwi,2017)
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu Dan Tempat


Praktikum ini dilaksankan pada hari rabu, 27 september 2017 pada pukul
09.20-11.10 WIB, dilaksankan dilaboratorium Pengolahan Fakultas Teknologi
Pertanian, Universitas Jambi
3.2 Alat dan Bahan
Pada praktikum kali ini digunakan alat dan bahan yaitu bahan anti gertar dan
bahan pengisi berupa sekam padii, egg tray, bubble wrap, styrofoam, dan tray
biskuit
3.3 Prosedur Kerja
Pada praktikum kali ini masing-masing kelompok membawa bahan-bahan
berupa bahan anti getar dan bahan pengisi. Setelah itu setiap kelompok diminta
maju mempersentasikan bahan yang dibawah. Dari setiap kelompok, masing-
masing anggota mejelaskan, defenisi, kegunaan, dan jenis bahan yang dibawa.
Kemudian dilakukan diskusi dengan kelompok lain tentang bahan anti getar dan
bahan pengisi tersebut jika ada yg kurang mengerti dipersilakan untuk bertanya.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Tabel 1. bahan anti getar dan bahan pengisi


No Nama dan gambar kemasan Jenis Fungsi kemasan
kemasan
1 Bahan 1. untuk melindungi bahan
pengisi dari kerusakan fisik,
misalnya benturan
2. untuk mengisi ruang
kosong pada kemasan
yang berisi produk
3. menyerap udara/ panas
Sekam padi
yang ada pada bahan
2 Bahan anti 1. menjaga agar biskuit
Getar tidak berbenturan dengan
yang lain
2. mencegah biskuit agar
tidak mudah pecah atau
hancur

Tray biskuit
3 Bahan 1. menjaga agar biskuit
pengisi tidak berbenturan dengan
biskuit lain
2. agar terciptanya
susunan yang efesien pada
roti
3. menjaga agar biskuit
Kertas pembungkus biskuit
tetap berada ditempat
4 Bahan 1. meredam benturan atau
pengisi goncangan saat
dipindahkan atau saat
melalui proses pengiriman
2. melindungi barang dari
Bubble wrap benturan agar tidak adanya
kerusakn
5 Bahan anti 1. mencegah terjadinya
getar benturan antara telur yang
satu dengan yang lain
2. memudahkan dalam
proses pengangkutan

Egg tray

4.2 Pembahasan
Pengemasan merupakan kegiatan pengepakan,pewadahan yang didesain
berfungsi untuk melindungi produk agar tidak terkontaminasi sehingga membuat
produk tetap terjaga higienisnya dan tidak mudah rusak, pengemasan juga
berfungsi untuk menarik minat konsumen dalam pemasaran produk produk
pangan atau produk lainnya.
Bahan – bahan kemasan yang biasa dipakai dipasaran ada lima jenis yaitu
kemasan plastik,kemasan logam, kemasan kayu, kemasan kertas dan kemasan
gelas dan kaca, untuk produk pangan biasanya menggunakan kemasan primer
yang terbuat dari plastik atau aluminium foil, sedangkan kemasan sekundernya
biasa menggunakan kemsan kertas kertas contohnya dus. Untuk kemasan kayu
biasa dipakai di penjualan atau pemasaran yang menggunakan jasa antar pulau
atau produk harus diantar ke tempat jauh itu harus menggunakan kemasan kayu.
Macam – macam bahan anti getar dan bahan pengisi pada praktikum ini
antara lain :
4.2.1 Sekam Padi
Sekam padi adalah bagian dari padi berupa lembaran yang kering dan
tidak dapat dimakan yang melindungi bagian dalam. Sekam padi memiliki
tekstur yang baik dari serangan, sekam padi memiliki bentuk yang
menyerupai kantong yang dapat berfungsi untuk menyimpan air.
4.2.2 Tray Biskuit
Tray biskuit atau wadah biskuit merupakann bahan anti getar yang
terbuat dari plastik. Kemasan ini hanya digunakan untuk sekali pakai saj dan
hanya digunakan untuk jenis bahan pangan tersebut, karena kemasan
tersebut telah didesain mengikuti atau seukuran dengan biskuit
4.2.3 Kertas Pembatas Biskuit
Kertas ini terbuat dari bahan yang tidak berbahaya dan aman bagi produk
pangan tersebut. Kertas tersebut diletakan ditengah yang memisahkan antara
kemasan atas dan kemasan bawah dan berfungsi untuk menghindari terjadi
getaran atau gunjangan.
4.2.4 Bubble Wrap
Bubble wrap merupakan produk bantalan yang terbuat dari
pembungkus yang digunkan untuk membungkus dan melindungi suatu
barang dari benturan dan tekanan. Bubble wrap atau plastik gelembung ini
terwujud plastik tranparan namun memiliki kantung udara atau gelembung
yang sangan banyak
4.2.5 Egg Tray
Egg tray atau baki telur adalah alat yang berfungsi sebagai tempat
untuk menata telur sehingga telur menjadi rapi dan dapat dibawa dalam
jumlah banyak tanpa perlu khawatir akan mengalami kerusakan.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa praktikan sudah dapat
mengenali jenis-jenis dan kegunaan dari bahan anti getar dan bahan pengisi yang
dibawa masing masing kelompok`
5.2 Saran
Sebaiknya sebelum memulai praktikum masing masing kelompok telah
mengetahui materi dan bahan bahan anti getar yang dibawa dari fungsi sampai
kegunaan.
DAFTAR PUSTAKA

Efendi, M, I, R. 2003. Pengaruh Bahan pengisi kemasan terhadap kerusakan


mekanis. Departemen Teknik Mesin dan Biosistem. Fakultas Teknologi
Pertanian.IPB Press.

Alfa, A, A. 2005. Bahan kimia untuk komponen karet.Balai Penelitian Teknologi


Karet.Bogor Julianti.2006. teknologi pengemasan.jakarta:gramedia

Manurung. 1996. Penggunaan styrofoam pad bahan pangan. Yogyakarta: graha


ilmu

Kusuma. 2010. Teknologi pengemasn pangan. PAU Pangan dan Ilmu Gizi.
IPB.Bogor
LAMPIRAN

Gambar 1: sekam padi Gambar 2: tray biskuit Gambar 3: kertas

Pembungkus biskuit

Gambar 4: bubble wrap Gambar 5: Egg tray Gambar 6: styrofoarm


LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN

(UJI BAKAR PLASTIK)

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI

2017
BAB I
PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang
Pengemasan memegang peranan penting dalam pengawetan bahan pangan
hasil pertanian yang pada umumnya mudah rusak, karena dengan pengemasan
dapat membantu mencegah atau mengurangi kerusakan yang disebabkan faktor
lingkungan dan sifat alamiah produk. Kerusakan yang disebabkan faktor
lingkungan yaitu : kerusakan mekanis, perubahan kadar air bahan pangan,
absorbsi dan interaksi dengan oksigen, kehilangan dan penambahan cita rasa yang
tidak diinginkan, sedangkan kerusakan yang disebabkan oleh sifat alamiah produk
yang dikemas, yaitu perubahan-perubahan fisik seperti pelunakan, pencoklatan,
dan pemecahan emulsi.
Plastik mempunyai keunggulan dibanding material yang lain diantaranya
kuat, ringan, fleksibel, tahan karat, tidak mudah pecah, mudah diberi warna,
mudah dibentuk, serta isolator panas dan listrik yang baik. Akan tetapi plastik
yang sudah menjadi sampah akan berdampak negatif terhadap lingkungan karena
tidak dapat terurai dengan cepat menurunkan kesuburan tanah. Sampah plastik
yang dibuang sembarangan juga dapat menghambat drainase,
Pengertian umum dari kemasan adalah suatu benda yang digunakan untuk
wadah atau tempat yang dikemas dan dapat memberikan perlindungan sesuai
dengan tujuannya. Adanya kemasan yang dapat membantu mencegah atau
menguranggi kerusakan, melindungi bahan yang ada didalamnya dari pencemaran
serta gangguan fisik seperti gesekan, benturan, dan getaran. Dari segi promosi
kemasan yang berfungsi sebagai perangsang atau daya tarik pembeli. Bahan
kemasan yang umum digunakan untuk pengemasan produk hasil pertananian
untuk tujuan pengangkutan atau distribusi adalah kayu, serat goni, plastik, kertas,
dan gelombang karton.
1. 2 Tujuan
Untuk mengetahui ada tidaknya unsur halogen pada plastik yang diuji dan
mengetahui sifat sifat daya tahan pelastik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Kemasan Plastik
Penemuan dan pembuatan plastik, pertama kali dilaporkan oleh Dr.
Montgomerie pada tahun 1843, yaitu oleh penduduk Malaya dengan cara
memanaskan getah karet, kemudian dibentuk dengan tangan dan dijadikan sebagai
ganggang pisau. Pada tahun 1845 J Peluze berhasil mensintesa selulosa nitrat.
Cetakan ini kemudian digunakan secara luas untuk membentuk bahan-bahan
plastik yang terdiri dari bahan-bahan plastik yang terdiri dari campuran getah
karet dengan berbagai bahan pengisi, humektan dan pemplastik.
Sejak ditemukan pertama kali pada tahun 1907, pengunaan plastik dan
barang-barang berbahan dasar plastik semakin meningkat. Peningkatan
penggunaan plastik ini merupakan konsekuensi dari berkembangnya teknologi,
industri dan juga jumlah populasi penduduk. Di Indonesia, kebutuhan plastik terus
meningkat hingga mengalami kenaikan rata-rata 200 ton per tahun (Syarief, 1989)
Kemasan plastik saat ini mendominasi industri makanan di Indonesia,
menggeser penggunaan logam. Hal ini disebabkan karena kelebihan dari kemasan
plasti yang ringan, fleksibel, multiguna, kuat, tidak bereaksi, tidak karatan dan
bersifat termoplastis (head seal), dapat diberi warna dan harganya yang murah.
Akan tetapi, kemasan plastik memiliki kelemahan karena adanya zat monomer
dan molekul kecil dari p;astik yang mungkin bermigrasi ke dalam bahan pangan
yang dikemas (Winarno, 1982)
Plastik yang sering dibedakan dengan resin, karena antara plastik dan resin
tidak jelas perbedaannya. Secara alami, resin dapat berasal dari tanaman seperti
balsam, damar, terpentin, oleoresin dan lain-lain. Tapi kini resin sintesis sudah
dapat diproduksi misalnya selofan, akrilik, seluloid, formika, nilon, fenol,
formaldehida resin dan sebagainya.
Plastik dibuat dengan cara polimerisasi yaitu menyusun dan membentuk
secara sambung bahan-bahan dasar plastik yang disebut monomer. Misalnya,
plastik jenis PVC (Polivinil Chlorida), sesunguhnya adalah monomer dari vinil
klorida. Disamping bahan dasar berupa monomer, di dalam plastik juga terdapat
bahan non plastik yang diperlukan untuk memperbaiki sifat-sifat plastik itu
sendiri. Bahan aditif tersebut berupa zat-zat dengan berat molekul yang rendah,
yang dapat berfungsi sebagai pewarna, antioksidan, penyerap sinar ultraviolet,
anti lengket, dan masih banyak lagi (Erliza, 1987)
Bahan pembuat plastik dari minyak dan gas sebagai sumber alami, dalam
perkembangannya digantikan oleh bahan-bahan sintesis sehingga dapat diperoleh
sifat-sifat plastik yang diinginkan dengan cara kopolimerisasi, laminasi, dan
ekstruksi (Syarief, 1989)
2. 2 Jenis-jenis Plastik
Syarief et al (1989) membagi plastik menjadi dua berdasarkan sifat-sifatnya
terhadap perubahan suhu, yaitu : a) termoplastik yaitu meleleh pada suhu tertentu,
melekat mengikuti perubahan suhu dan mempunyai sifat dapat balik (reversible)
kepada sifat aslinya, yaitu kembali mengeras bila diinginkan, b) termoset yaitu
tidak dapat mengikuti perubahan suhu (reversible). Bila sekali pengerasan telah
terjadi maka bahan tidak dapat dilunakan kembali. Pemanasan yang tinggi tidak
akan melunakkan termoset melainkan akan membentuk arang dan terurai karena
sifatnya yang demikian sering digunakan sebagai tutup ketel seperti jenis-jenis
melamin.
Plastik-plastik jenis termoset tidak terlalu begitu menarik dalam proses daur
ulang karena selain sulit penangananya juga volumenya jauh lebih sedikit. (sekitar
10%) dari volume jenis plastik yang bersifat termoplastik (Syarief, 1989)
Plastik adalah salah satu jenis makromolekul yang dibentuk dengan proses
polimerisasi. Polimerisasi adalah proses pengabungan beberapa molekul
sederhana (monomer)melaui proses kimia menjadi molekul besar (makromolekul
atau polimer). Plastik merupakan senyawa polimer yang unsur penyusun
utamanya adalah karbon dan hidrogen. Untuk membuat plastik, salah satu bahan
baku yang sering digunakan adalah Naphta, yaitu yang dihasilkan dari
penyulingan minyak bumi atau gas alam (Winarno, 1982)
Berdasarkan kedua sifat kelompok plastik diatas, jenis plastik yang dapat di
daur ulang diberi kode berupa nomor untuk memudahkann dalam
mengidentifikasi dan penggunaanya. Jenis-jenis plastik pengemas diantaranya
adalah plastik Low Density Polyethylene (LDPE), High Density Polyethylene
(HDPE), Polypropylene (PP), Polyvinyl Chloride (PVC), Polyethylene
Terephthalate (PET), Polystyrene (PS) dan Other (O) (Winarno, 1982)
2.2.1 Polyethylene Terephthalate (PET)
Biasanya digunakan untuk kemasan kering, makanan beku dan
permen. Sifat umumnya antara lain transparan, bersih, jernih, adaptasi suhu
tinggi (suhu 3000C) sangat baik :permeabilitasuap air dengan gas sangat
rendah, tahan pelarut organik : serta tidak tahan asam kuat, phenol, benzoil
alkohol (Julianti, 2006)
2.2.2 High Density Polyethylene (HDPE)
Pada penelitian jenis Low Density terdapat sedikit cabang pada rantai
antara molekulnya yang menyebabkan plastik ini memiliki densitas yang
rendah, sedangkan high density mempunyai jumlah rantai cabang yang lebih
sedikit dibanding jenis Low density. Dengan demikian, High Density
memiliki sifat bahan yang kuat, keras, buram dan lebih tahan terhadap suhu
tinggi. Ikatan hidrogen antar molekul juga berperan dalam menetukan titik
leleh plastik.(Harper, 1975)
2.2.3 Polypropylene (PP)
Polypropylene sangat mirip dengan polietilen dan sifat-sifat
penggunaanya juga serupa (Brody, 1972). Polypropylene lebih kuat dan
ringan dengan daya tembus uap yang rendah, ketahanan yang baik terhadap
lemak, stabil terhadap suhu tinggi dan cukup mengkilap (Winarno dan
Jenie, 1983). Monomer polypropylene diperoleh dengan pemecahan secara
thermal naphtha (distilasi minyak kasar) etilen, proture rendah. Dengan
mmenggunakan katalis Natta-Ziegler polypropylene dapat diperoleh dari
propilen (Birley, et al, 1988)
2.2.4 Low Density Polyethylene (LDPE)
Sifat mekanis jenis plastik LDPE adalah kuat, agak tembus cahaya,
fleksibel dan permukaan agak berlemak. Pada suhu dibawah 600C sangat
resisten terhadap senyawa kimia, daya proteksi terhadap uap air tergolong
baik, akan tetapi kurang baik gas-gas yang lain seperti oksigen, sedangkan
jenis plastik HDPE mempunyai sifat lebih kaku, lebih keras, kurang tembus
cahaya dan kurang terasa berlemak (Erliza, 1987)
2.2.5 Polyvinyl Chloride (PVC)
Reaksi polimerisasi vinil klorida ditemukan pada tahun 1835 oleh
Regnault fabrikasinya dimulai pada tahun 1931. Nama-nama dagang PVC
adalah : Plasticized Vinyl Chlorids, Vinyl Copolymer, Oriented film, Saran
atau poliviniliden klorida (PVDC) (Milliati, 2010)
2.2.6 Polystyrene (PS)
Sifat utamanya adalah kekuatan tarik dan tidak mudah sobek, titik
lebur rendah (800C), tahan asam basa, terurai dengan alkohol, ester, keton,
klorin, hidrokarbon, aromatik, permeabilitas uap air dan gas sangat tinggi,
mudah menyerap pemplastik, afinitas tinggi terhadap debu dan kotoran,
serta baik untuk bahan dasar laminasi dan logam (Julianti, 2006)
2.2.7 Other (O)
Biasanya didapatkan ditempat makanan dan minuman seperti botol
minuman olahraga, dan biasanya digunakan pada botol susu bayi, plastik
kemasan, galon air minum, sikat gigi dan lain-lain. Polycarbonate bisa
mengeluarkan bahan utamanya yaitu Bisphenol-A ke dalam makanan dan
minuman yang berpotensi merusak sistem hormon. Hindari bahan plastik
Polycarbonate (Milliati, 2010)
2. 3 Uji Bakar Plastik
Uji bakar plastik merupakan suatu bentuk pengujian yang dapat digunakan
untuk mengidentifikasi jenis polimer dari suatu plastik dengan pembakaran plastik
pada nyala api. Uji bakar plastik terdiri dari pengujian kemudahan terbakar,
kecepatan rambat, warna nyala api, peembentukan asap, warna asap dan bau saat
terbakar. Satu lembar contoh plastik digulung dan dibakar pada salah satu
ujungnya.pengamatan dilakukan terhadap kemudahan terbakar pada berbagai jenis
plastik (Erliza, 1987)
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3. 1 Waktu dan Tempat


Praktikum uji bakar plastik ini dilaksanakan pada hari Rabu, 09.20 – 11.10
WIB yang dilakukan di Laboratorium Pengolahan Pangan (B106), Fakultas
Teknologi Pertanian, Universitas Jambi.
3. 2 Alat dan Bahan
Pada praktikum uji bakar plastik ini alat yang digunakan yaitu lilin, mancis,
dan tissue. Sedangkan bahan yang digunakan adalah botol teh javana (PET), botol
calpico (HDPE), botol susu Indomilk (PVC), botol vaseline (LDPE), kemasan
minuman gelas citra (PP), mangkuk ice cream walls (PS) dan kemasan minyak
makan sovia (Other).
3. 3 Prosedur Kerja
Pertama dinyalakan api pada lilin menggunakan mancis atau korek. Lalu
dilakukan uji bakar pada berbagai macam jenis plastik nomor 1 sampai 7.
Kemudian diamati dan dicatat kemudahan terbakar, kecepatan merambat, warna
nyala api, pembentukan asap, warna asap dan bau dari masing-masing jenis
plastik tersebut.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4. 1 Hasil Pengamatan

Tabel 1. Hasil Uji Bakar Pada Jenis-jenis Plastik


NO Nama Kemuda Kecep Warna Pembentukan War Bau
Produk han atan Nyala Asap na
Terbaka Mera Api Asap
r mbat
1 Teh Tidak
Javana Agak Lamba Hijau Sedikit putih terlalu
(PET) lambat t menyengat
2 Calpico Tidak
(HDPE) Sulit Lamba Bau Banyak Putih menyengat
t
3 Indomil
k Mudah Cepat Merah Sedikit Putih Menyengat
(PVC)
4 Vasellin Tidak terlalu
e Mudah Cepat Biru banyak Putih Menyengat
(LDPE)
5 Minum
an citra Mudah Cepat Biru Banyak Putih Menyengat
(PP)
6 Walls Tidak
(PS) Mudah Cepat Merah Banyak Hita menyengat
m
7 Minyak
sovia Sulit Lamba Biru Banyak Abu- Tidak
(Other) t abu menyengat
4. 2 Pembahasan
Pada uji bakar plastik ini digunakan berbagai macam jenis plastik dengan
kode nomor yang berbeda-beda. Adapun 7 jenis plastik yang digunakan adalah
Low Density Polyethylene (LDPE), High Density Polyethylene (HDPE),
Polypropylene (PP), Polyvinyl Chloride (PVC), Polyethylene Terephthalate
(PET), Polystyrene (PS) dan Other (O).
Plastik adalah senyawa polimer tinggi yang dicetak dalam lembaran-
lembaran dan mempunyai ketebalan yang berbeda-beda. Plastik dibuat dari resin
baik alami atau sintetik yang tersusun dari banyak monomer, yaitu rantai paling
pendek sehingga terbentuk suatu polimer. Plastik dapat diklasifikasikan menjadi 2
jenis berdasarkan struktur kimianya yaitu linear bila monomernya membentuk
rantai polimer yang lurus, dan jaringan tiga dimensi bila monomernya berbentuk 3
dimensi akibat polimerisasi berantai. Jenis-jenis plastik yang digunakan pada
praktikum adalah :
Teh javana adalah kemasan botol plastik jenis Polyrthylene Terephthalate
(PET) yang mempunyai kode angka 1 pada kemasannya. PET bersifat sangat inert
terhadap reaksi-reaksi kimia polimer ini bersifat halus, berlemak dan umumnya
berwarna abu-abu, koefisien gesekannya sangat rendah sehingga menghasilkan
permukaan yang tidak mudah lengket serta bertahan pada daerah suhu kerja yang
luas.
Calpico adalah kemasan botol plastik jenis High Density Polyethylene
(HDPE) yang mempunyai kode angka 2 pada kemasannya. HDPE mempunyai
jumlah rantai cabang yang lebih sedikit dibanding jenis Low Density. Dengan
demikian, High Density Polyethylene mempunyai sifat bahan yang lebih kuat,
keras, buram dan lebih tahan terhadap suhu tinggi. Ikatan hidrogen antar molekul
juga berperan dalam menentukan titik leleh plastik. Jenis plastik calpicco ini
kemudahan terbakar bahannya sulit, kecepatan merambat lambat, warna nyala api
biru, pembentukan asap sedikit, warna asap putih dan baunnya tidak menyengat.
Indomilk adalah kemasan botol plastik jenis Polivinyl Chloride (PVC)
dengan kode angka 3 pada kemasannya. PVC dibuat dari monomer yang
mengandung gugus vinil. Mempunyai sifat kaku, keras, namun jernih dan
lengkap, sangat sukar ditembus air dan permeabilitas gasnya rendah. Pemberian
plasticizers (biasanya ester aromatik) dapat melunakkan film yang membuatnya
lebih fleksibel tetapi rengang putusnya rendah. Tergantung jumlah plasticizers
yang ditambahkan. Pada uji bakar kemasan ini memiliki kemudahan terbakar yang
mudah, kecepatan merambat cepat, warna nyala api merah, pembentukkan asap
sedikit, warna asap putih dan baunya menyengat.
Botol vaselline adalah kemasan botol jenis Low Density Polyethylene
(LDPE) dengan kode angka 4 pada kemasannya. Sifat mekanis jenis plastik LDPE
adalah kuat, agak tembus cahaya, fleksibel, dan permukaan agak berlemak. Pada
suhu dibawah 600C sangat resisten terhadap senyawa kimia, daya proteksi
terhadap uap air tergolong baik, akan tetapi kurang baik bagi gas-gas lain seperti
oksigen. Pada uji bakar jenis plastik ini memiliki kemudahan terbakar yang
mudah, kecepatan merambat cepat, warna nyala api biru, pembentukkan asap
tidak terlalu banyak, warna asap putih dan baunya menyangat.
Aqua gelas citra adalah kemasan plastik jenis Polypropylene (PP)bdengan
kode angka 5 pada kemasannya. PP sangat mirip dengan polietilen dan sifat-sifat
penggunaannya juga serupa. Polipropilen lebih kuat dan ringan dengan daya
tembus uap yang rendah, ketahanan yang baik terhadap lemak, stabil terhadap
suhu tinggi dan cukup mengkilap, polypropylene diperoleh dengan pemecahan
secara termal naphtha (distalasi minyak kasar) etilen, propylene dan homologues
yang lebih tinggi dipisahkan dengan distilasi pada temperatur rendah. Pada uji
bakar jenis plastik ini memiliki kemudahan terbakar yang mudah, kecepatan
merambat cepat, warna nyala api biru, pembentukan asap banyak,warna asap
putih dan baunya menyengat.
Mangkuk ice cream walls adalah kemasan plastik jenis Polystyrene (PS)
dengan kode angka 6 pada kemasannya. PS bersifat sangat amorphus dan tembus
cahaya, mempunyai indeks refraksi tinggi, sukar ditembus oleh gas kecuali uap
air. Dapat larut dalam alkohol rantai panjang kitin, ester hidrokarbon yang
mengikat khlorin. Polimer ini mudah rapuh, sehingga banyak dikopolimerisasikan
dengan batu diena atau akrilontril. Pada uji bakar plastik yang dilakukan jenis
plastik ini memiliki kemudahan terbakar yang mudah, kecepatan rambatnya cepat,
warna nyala api merah, pembentukan asap banyak, warna asap hitam dan baunnya
tidak menyengat.
Kemasan minyak makan Sovia adalah kemasan plastik jenis OTHER (O)
dengan kode angka 7 pada kemasannya. Other biasanya digunakan pada minuman
olahraga. Pada uji bakar plastik yang dilakukan jenis plastik ini memiliki
kemudahan terbakar yang sulit, kecepatan rambatnya lambat, warna nyala apinya
biru, pembentukan asap banyak, warna asap yang dihasilkan berwarna abu-abu
dan baunya tidak menyengat.
Pada uji bakar plastik ini merupakan suatu bentuk pengujian yang dapat
digunakan untuk mengidentifikasi jenis polimer dari suatu plastik dengan
pembakaran plastik pada nyala api. Kemudahan terbakar dari plastik tergantung
dari ketebalan bahan yang digunakan untuk mengemas suatu bahan.
Kemudahan merambat dari plastik tergantung dari kerapatan unsur
penyusun plastik tersebut. Kemasaan plastik dengan kerapatan penyusun rendah
akan sangat mudah sobek dan kecepatan rambat nyala api tinggi. Sedangkan
kemasan yang kecepatan rambatnya sedang atau lambat memiliki kerapatan yang
baik sehingga tidak mudah pecah.
Warna nyala api dari uji bakar ini beragam, ada yang berwarna hijau, biru
dan merah. Pada praktikum uji bakar pada berbagai jenis plastik ini, jenis
kemasan PET pada kemasan botol teh javana menhasilkan warna nyala api
berwarna hijau. Pada jenis plastik ini terdapat unsur halogen, karena warna nyala
api yang dihasilkan berwarna hijau.
Pembetukkan asap terjadi pada semua jenis plastik, yang membedakannya
adalah jenis plastik atau produk yang memiliki bentuk padat pembentukkaan
asapnya banyak. Untuk pengamatan warna asap dari ke 7 jenis kemasan plastik
rata-rata menunjukkan warna yang sama yaitu putih, tetapi yang berbeda pada
jenis plastik PS dan OTHER yaitu berwarna hitam dan abu-abu. Hal ini mungkin
dipengaruhi oleh kandungan bahan suatu plastik. Bau yang dihasilkan dari jenis
plastik yaitu berbeda-beda, ada yang menyengat dan ada yang tidak menyengat.
Dari hasil percobaan terlihat bahwa yang paling mudah terbakar dari semua
jenis bahan plastik yang diuji adalah jenis polyetilen (LDPE), bahkan pada LDPE
ini, saat sumber api dijauhkan tidak mati. Hal ini sesuai dengan tinjauan literatur
dari Christopher (1981) yang menyatakan bahwa PE dengan plastik ini
mempunyai daya penghantar panas yang lebih tinggi.
BAB V
PENUTUP

5. 1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum uji bakar pada berbagai jenis plastik yaitu
Polyethylene Terephthalate (PET), Polyvinyl Chloride (PVC) , High Density
Polyethylene (HDPE), Low Density Polyethylene (LDPE), Polypropylene (PP),
Polystyrene (PS) dan Other (O) memiliki bahan penyusun dan struktur yang
berbeda tergantung dari bahan polimer penyusunnya. Dari uji yang dilakukan
jenis plastik yang mengandung unsur halogen dari ke 7 jenis plastik tersebut
adalah jenis plastik Polyethylene Terephthalate (PET) pada kemasan teh javana
yang menghasilkan warna nyala api berwarna hijau.
5. 2 Saran
Sebaiknya pada saat praktikum dilakukan praktikan harus lebih teliti dan jeli
mengamati jenis plastik yang dibakar, agar mendapatkan hasil yang baik dan
benar.
DAFTAR PUSTAKA

Birley, A. W, R. J. Heat and M. J. Scott. 1988. Plastik Materials Properties and


Aplications. Cations. Chapman and Hall Publishing, New York.

Christopher. H. 1981. Polymer Materials. Mac Millan Publishers LTD. London.

Erliza dan Sutedja. 1987. Pengantar Pengemasan. Laboratorium Pengemasan.


Jurusan TIP. IPB. Bogor.

Harper. 1975. Handbook of Plastic and Elastomer. Westing House Electric


Corporation. Baltimore. Maryland.

Julianti, E dan Mimi, N. 2006. Buku Ajar Teknologi Pengemasan. Departemen


Teknologi Pertanian. Fakultas Teknologi Pertanian. USU

Milliati, Tanwirul, dkk. 2010. Penuntun Praktikum Teknologi Pengemasan dan


Penyimpanan. Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Lambung
Mangkurat. Banjarbatu.

Syarief.R., S. Santausa dan Isyana. 1989. Teknologi Pengemasan Pangan, PAU


Pangan dan Gizi, IPB Bogor.

Winarno, F.G. dan Jennie. 1982. Kerusakan Bahan Pangan dan Cara
Pencegahannya. Ghalia Indonesia. Jakarta.
LAMPIRAN

GAMBAR 1. JENIS PLASTIK PET GAMBAR 2. JENIS PLASTIK HDPE

GAMBAR 3. JENIS PLASTIK PVC GAMBAR 4. JENIS PLASTIK LDPE

GAMBAR 5. JENIS PLASTIK PP GAMBAR 6. JENIS PLASTIK PS

GAMBAR 7. JENIS PLASTIK OTHER


LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PENGEMASAN DAN PENYIMPANAN

(UJI MUTU KERTAS)

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI

2017
BAB I
PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang
Pengemasan merupakan suatu usaha yang bertujuan untuk melindungi
bahan pangan dari penyebab-penyebab kerusakan baik fisik, kimia, maupun
mekanis, sehingga dapat sampai ke tangan konsumen dalam keadaan baik dan
menarik. Bahan kemasan yang digunakan bervariasi dari kemasan plastik, kertas,
logam, fiber, gelas hingga bahan-bahan yang dilaminasi. Bentuk dan teknologi
kemasan yang digunakan juga bervariasi dari kemasaan botol, kaleng, tetrapak,
corrugated box, kemasan vakum, kemasan aseptik, kemasan bertekanan, kemasan
tabung hingga kemasan aktif dan pintar (active and intellegent packaging) yang
dapat menyesuaikan kondisi lingkungan didalam kemasan dengan kebutuhan
produk yang dikemas. Fungsi dari kemasan yang paling mendasar adalah untuk
mewadahi dan melindungi produk dari kerusakan-kerusakan, sehingga lebih
mudah disimpan, diangkut dan dipasarkan.
Pengertian umum dari kemasan adalah suatu benda yang digunakan untuk
wadah atau tempat yang dikemas dan dapat memberikan perlindungan sesuai
dengan tujuannya. Adanya kemasan yang dapat membantu mencegah/mengurangi
kerusakan, melindungi bahan yang ada di dalamnya dari pencemaran serta
gangguan fisik seperti gesekan, benturan dan getaran. Dari segi promosi kemasan
berfungsi sebagai perangsang atau daya tarik pembeli. Bahan kemasan yang
umum untuk pengemasan produk hasil pertanian untuk tujuan pengangkutan atau
distribusi adalah kayu, serat goni, plastik, kertas dan gelombang karton.
Industri kertas di Indonesia semakin berkembang seiring perkembangan
teknologi dewasa ini. Kertas khusus merupakan salah satu kertas yang telah
diproduksi di samping kertas budaya dan kertas industri, walaupun dalam jumlah
yang masih terbatas..
1. 2 Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui mutu kertas dari beberapa jenis
kertas yang ada. Mulai dari ketebalan kertas, formasi kertas, ketahanan terhadap
terhadap air, ketahanan terhadap minyak, dan ketahanan terhadap llipatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Kemasan
Kemasan adalah suatu benda yang digunakan untuk wadah atau tempat yang
dikemas dan dapat memberikan perlindungan sesuai dengan tujuannya. Adanya
kemasan yang dapat membantu mencegah/mengurangi kerusakan, melindungi
bahan yang ada di dalamnya dari pencemaran serta gangguan fisik seperti
gesekan, benturan dan getaran. Dari segi promosi kemasan berfungsi sebagai
perangsang atau daya tarik pembeli. Bahan kemasan yang umum untuk
pengemasan produk hasil pertanian untuk tujuan pengangkutan atau distribusi
adalah kayu, serat goni, plastik, kertas dan gelombang karton (Mimi Nurminah.
2002).
Teknologi pengemasan berkembang pesat sejalan dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan peradaban manusia. Revolusiindustri yang telah mengubah
tatanan hidup manusia ke arah kehidupanyang lebih modern, telah pula mengubah
teknologi kemasan hinggamencakup aspek perlindungan pangan (mutu nutrisi,
cita rasa, kontaminasidan penyebab kerusakan pangan) dan aspek pemasaran
(mempertahankanmutu, memperbaiki tampilan, identifikasi produk, informasi
komposisi dan promosi) (Dewi Anggriani, 2010)
Didalam pengemasan bahan pangan terdapat dua macam wadah, yaitu
wadah utama atau wadah yang langsung berhubungan dengan bahan pangan dan
wadah kedua atau wadah yang tidak langsung berhubungan dengan bahan pangan.
Wadah utama harus bersifat non toksik dan inert sehingga tidak terjadi reaksi
kimia yang dapat menyebabkan perubahan warna, flavour dan perubahan lainnya.
Selain itu, untuk wadah utama biasanya diperlukan syarat-syarat tertentu
bergantung pada jenis makanannya, misalnya melindungi makanan dari
kontaminasi, melindungi kandungan air dan lemaknya, mencegah masuknya bau
dan gas, melindungi makanan dari sinar matahari, tahan terhadap tekanan atau
benturan dan transparan (Winarno, 1983).
2. 2 Kemasan Kertas
Kertas merupakan struktur lembaran yang terbuat dari pulp dan bahan lain
sebagai bahan tambahan dengan fungsi tertentu. Bagian terbesar kertas adalah
pulp, sedangkan bahan lain sebagai bahan tambahan hanya sedikit karena
digunakan hanya untuk mendapat sifat tertentu (Syarief, 1989).
Kertas banyak digunakan sebagai pembungkus utama. Berdasarkan cara
pembuatannya, kertas mempunyai kekuatan yang berbeda-beda, minsalnya
terhadap air minyak dan sebagainya. Pelasipisan dengan menggunakan lilin akan
menghasilkan kertas yang lebih kuat dan tahan terhadap air, sehingga mempunyai
peranan yang sangat penting dalam pembungkusan bahan-bahan yang sangat
seperti gula, mentega dan lainya (Casey, 1981).
Kertas dibagi dua dalam klasifikasi yang luas, ialah cultural papers atau fine
paper dan industrial paper atau coarse papers. Cultural paper yaitu antara lain
printing paper, litho paper, artpaper dan lain-lain. Untuk keperluan kemas
fleksible, selain menggunakan kertas industri seperti kraft paper dan glassine
paper juga digunakan cultural paper, seperti litho paper dan art paper. Kraft paper,
karena sifatnya yang kuat, banyak digunakan dibidang kemas fleksible, terutama
sebagai shopping bag (Syarief, 1989).
Jenis kertas sebagian besar dapat diberi lilin dalam jumlah sedikit dalam
proses pembuatan kertas atau dapat ditambahkan pada lembaran akhir dengan
perlakuan lilin atau kertas wax atau kertas lilin adalah salah satu penghambat air
dengan biaya rendah dan mempunyai ketahanan yang baik terhadap lemak, dan
karakteristik daya rekat panas yang baik, sangat berguna untuk mengemas benda
seperti makanan, sabun tembakau dan produk-produk sejenisnya (Winarno, 1983).
Kemasan kertas yang berupa kemasan fleksibel adalah kertas kraft, kertas
glasin dan kertas lilin. Wadah- wadah kertas kaku terdapat dalam bentuk karton,
kotak dan box yang terbuat dari paper board , kertas laminasi, corrugated board
dan berbagai jenis board dari kertas khusus. Kemasan kertas bisa berfungsi
sebagai kemasan primer yang kontak langsung dengan produk atau sebagai
kemaasan sekunder, tersier bahkan kuartener yang pada pokonya adalah berfungsi
melindungi produk dari kerusakan (Millati, 2010)
2. 3 Jenis – jenis Kertas
Ada dua jenis kertas utama yang digunakan, yaitu kertas kasar dan kertas
lunak. Kertas yang digunakan sebagai kemasan adalah jenis kertas kasar,
sedangkan kertas halus digunakan untuk kertas tulis yaitu untuk buku dan kertas
sampul. Kertas kemasan yang paling kuat adalah kertas kraft dengan warna alami,
yang dibuat dari kayu lunak dengan proses sulfat (Nurminah dkk, 2006)
2.3.1 Kertas glasin dan kertas tahan minyak (grease proof)
Kertas glasin dan kertas tahan minyak dibuat dengan cara
memperpanjang waktu pengadukan pulp sebelum dimasukkan ke mesin
pembuat kertas. Penambahan bahan-bahan lain seperti plastisizer bertujuan
untuk menambah kelembutan dan kelenturan kertas, sehingga dapat
digunakan untuk mengemas bahan-bahan yang lengket. Penambahan
antioksidan bertujuan unttuk memperlambat ketengikan dan menghambat
pertumbuhan jamur atau khamir. Kedua jenis kertas ini mempunyai
permukaan seperti gelas dan transparan, mempunyai daya tahan yang tinggi
terhadap lemak, oli dan minyak, tidak tahan terhadap air walaupun
permukaan dilapisi dengan bahan tahan air seperti lak dan lilin. Kertas
glasin digunakan sebagai bahan dasar laminat (Nurminah dkk, 2006)
2.3.2 Kertas Perkamen
Kertas perkamen digunakan untuk mengemas bahan pangan seperti
mentega, margarine, biskuit yang berkadar lemak tinggi, keju, ikan (basah,
kering atau digoreng), daging (segar, kering, diasap atau dimasak), hasil
ternak lain, the dan kopi. Sifat-sifat kertas perkamen adalah : mempunyai
ketahanan lemak yang baik, mempunyai kekuatan basah (wet strength) yang
baik walaupun dalam air mendidih, permukaannya bebas serat, tidak berbau
dan tidak berasa, transparan dan translusid, sehingga sering disebut kertas
glasin, tidak mempunyai daya hambat yang baik terhadap gas, kecuali jika
dilapisi dengan bahan tertentu (Winarno, 1983)
2.3.3 Kertas Lilin
Kertas lilin adalah kertas yang dilapisi dengan lilin yang bahan
dasarnya adalah lilin parafin dengan titik cair 46-74oC dan dicampur
polietilen (titik cair 100 124oC) atau petrolatum (titik cair 40- 52oC). Kertas
ini dapat menghambat air, tahan terhadap minyak/oli dan daya rekat
panasnya baik. Kertas lilin digunakan untuk mengemas bahan pangan,
sabun, tembakau dan lain lain (Nurminah dkk, 2006)
2.3.4 Daluang (Container board)
Kertas daluang banyak digunakan dalam pembuatan kartun beralur.
Ada dua jenis kertas daluang, yaitu : (Nurminah dkk, 2006). Line board
disebut juga kertas kraft yang berasal dari kayu cemara (kayu lunak).
Corrugated medium yang berasal dari kayu keras dengan proses sulfat.
2.3.5 Chipboard
Chipboard dibuat dari kertas koran bekas dan sisa-sisa kertas. Jika
kertas ini dijadikan kertas kelas ringan, maka disebut bogus yaitu jenis
kertas yang digunakan sebagai pelindung atau bantalan pada barang pecah
belah. Kertas chipboard dapat juga digunakan sebagai pembungkus dengan
daya rentang yang rendah. Jika akan dijadikan karton lipat, maka harus
diberi bahan bahan tambahan tertentu (Nurminah dkk, 2006)
2.3.6 Tyvek
Kertas tyvek adalah kertas yang terikat dengan HDPE (high density
polyethylene). Dibuat pertama sekali oleh Du Pont dengan nama dagang
Tyvek. Kertas tyvek mempunyai permukaan yang licin dengan derajat
keputihan yang baik dan kuat, dan sering digunakan untuk kertas foto.
Kertas ini bersifat : no grain yaitu tidak menyusut atau mengembang bila
terjadi perubahan kelembaban, tahan terhadap kotoran, bahan kimia, bebas
dari kontaminasi kapang, mempunyai kemampuan untuk menghambat
bakteri ke dalam kemasan (Nurminah dkk, 2006)
2.3.7 Kertas Soluble
Kertas soluble adalah kertas yang dapat larut dalam air. Kertas ini
diperkenalkan pertama sekali oleh Gilbreth Company, Philadelphia dengan
nama dagang Dissolvo. Digunakan untuk tulisan dan oleh FDA (Food and
Drug Administration) tidak boleh digunakan untuk pangan. Sifat-sifat kertas
soluble adalah kuat, tidak terpengaruh kelembaban tetapi cepat larut di
dalam air (Nurminah dkk, 2006)
2.3.8 Kertas Plastik
Kertas plastik dibuat karena keterbatasan sumber selulosa. Kertas ini
disebut juga kertas sintetis yang terbuat dari lembaran stirena, mempunyai
sifat-sifat sebagai berikut : daya sobek dan ketahanan lipat yang baik, daya
kaku lebih kecil daripada kertas selulosa, sehingga menimbulkan maslaah
dalam pencetakan label, tidak mengalami perubahan bila terjadi perubahan
kelembaban (RH), tahan terhadap lemak, air dan tidak dapat ditumbuhi
kapang, Dapat dicetak dengan suhu pencetakan yang tidak terlalu tinggi,
karena polistirena akanlunak pada suhu 800C (Nurminah dkk, 2006)
2. 4 Uji Mutu Kertas
Pengujian terhadap kualitas kertas perlu dilakukan untuk menentukan jenis
kertas yang cepat pada penggunaannya.Sebelum melakukan pengujian terhadap
kertas ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu kalibrasi alat, pengambilan
contoh dan kondisi pengujian (Syarief, 1998). Adapun pengujian yang sering
dilakukan :
2.4.1 Uji ketebalan kertas
Ketebalan didefenisikan sebagai jarak antara dua permukaan yang
sejajar yang tegak lurus setelah dilakukan penekanan. Ketebalan lembaran
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya jenis serat, adanya bahan lain
selain serat, gramatur, tingkat penekanan, dan calendring (Prayekti dkk,
2016)
Ketebalan kertas pada setiap lembaran tidak selalu sama. Setiap
lembaran kertas yang diproduksi memiliki ketebalan yang berbeda-beda.
Ketidak teraturan ketebalan lembaran kertas sangat berhubungan dengan
bahan baku dan proses produksi (Winarno, 1983).
Menurut Darmawati (1994) kertas kardus mempunyai ketebalan
0,3 mm, kertas HVS mempunyai ketebalan 0,05 mm,dan kertas roti
mempunyai ketebalan 0,04 mm. Kertas dengan ketebalan 0-3 mm
digolongkan dalam kemasan lentur (fleksibel )
2.4.2 Formasi kertas
Formasi kertas atau disebut juga watermark kualiatas khas yang dapat
ditemukan dalam setiap kertas. Watermark adalah desain anyaman serat
yang ditemukan di kertas. Watermark dapat dilihat dengan memegang
sebuah kertas di depan sebuah sumber cahaya ( Casey, 1980).
2.4.3 Ketahanan kertas terhadap Minyak dan Air
Pengujian daya serap dimaksudkan untuk mengetahui tingakat
penetrasi cairan ke dalam kertas.Daya penetrasi lemak pada kertas adalah
kemampuan untuk melewati mengisi bagian pori-pori kertas. Pengertian
penetrasi adalah besaran yang menyatakan sifat penyerapan kertas dan
karton terhadap zat cair standard ( Satiawihardja, 1985).
2.4.4 Ketahanan terhadap lipatan

Ketahanan terhadap lipatan dapat dilakukan untuk melihat pola dan


daya sobek dari kertas. Setiap kemasan memiliki pola kemasan yang
berbeda-beda karena harus disesuaikan dengan fungsi kemasan tersebut
apakah sebagai kemasan primer maupun kemasan sekunder (Mimi,2002)
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksankan pada Rabu, 24 oktober 2017, pukul 09.20 – 11.
10 WIB,di laboratorium Pengolahan Pangan ,Fakultas Teknologi Pertanian
,Universitas Jambi.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini yaitu gunting,
penggaris,2 buah cup plastic,jangka sorong ,dan bahan yang digunakan yaitu
kertas roti , kertas HVS, kertas kardus, minyak sayur,dan air.
3.3 Prosedur Kerja
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Untuk parameter
ketebalan kertas, diukur dengan menggunakan mikrometer sekrup pada semua
jenis kertas kemudian dicatat hasilnya. Untuk parameter formasi kertas ,dilihat
kertas dengan cara menerawang ke cahaya kemudian diamati ada tidaknya serat
pada kertas. Selanjutnya dicatat hasilnya. Untuk pemgamatan ketahanan kertas
terhaap air, diletakkan kertas dalam air dan dicatat waktu tembus air.Sama halnya
dengan pengamatan ketahanan kertas terhadap minyak, diletakkan kertas di atas
minyak dan dicatat waktu tembus minyak. Selanjutnya untuk ketahanan kertas
terhadap lipatan, dilipat kertas sampai sampai kertas tidak dapat dilipat lagi dan
diamati ketahanan terhadap lipatan pada kertas tersebut
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4. 1 HASIL PENGAMATAN

Tabel 1. Hasil Pengamatan Uji Mutu Kertas


N Jenis Ketebala Ketahan Ketahana Ketaha
o kertas n kertas Formasi an n nan
kertas terhadap terhadap terhada
minyak air p
lipatan
1 Bufaallo 0,02 mm Tidak 3,8 sekon 29,2 sekon Tidak
berserat sobek
2 Pembungku 0,01 mm Berserat 1,7 sekon 19,9 sekon Tidak
-s Nasi dan sobek
teratur
3 Jagung 0,001 mm Berserat 1,6 sekon 1 sekon Tidak
dan sobek
teratur

4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini dilakukan uji mutu kertas, kertas yang digunakan adalah
kertas bufallo, kertas pembungkus nasi, dan kertas jagung. Pada uji mutu kertas
ini parameter yang diamati yaitu ketebalan kertas, formasi kertas, ketahanan
terhadap air, ketahanan terhadap minyak, dan ketahanan terhadap lipatan.
Pada pengukuran ketebalan kertas digunakan jangka sorong untuk
mengukur tebal kertas, dimana salah satu bagian sisi dari masing-masing kertas
yang diuji diukur. Ketiga jenis kertas yang diukur yaitu kertas bufallo, kertas
pembungkus nasi, dan kertas jagung. Jika dilihat secara kasat mata ketiga jenis
kertas tersebut memiliki ketebalan yang tidak jauh berbeda. Dari data hasil
pengamatan setelah dilakukan pengukuran diperoleh ketebalan kertas bufallo 0,
02 mm, ketebalan kertas pembungkus nasi 0, 01 mm, dan ketebalan kertas jagung
yaitu 0, 001 mm. Perbedaan ketebalan kertas dipengaruhi oleh komposisi, metode
pembuatan atau percetakan kertas dan pemberian tekanan pada saat pembuatan
kertas.
Pada pengamatan formasi kertas adalah salah satu ciri khas yang dapat
ditemukan dalam kertas. Identifikasi watermark (formasi) dilakukan dengan
memegang kertas di depan sebuah sumber cahaya. Kemudian anyaman seratnya
(kerapatan serat) diamati. Dari hasil percobaan diperoleh formasi kertas bufallo
tidak ada, formasi kertas pembungkus nasi berserat dan susunannya beraturan, dan
pada kertas jagung formasi nya berserat dan susunanya beraturan.
Pengamatan ketahanan kertas terhadap air adalah untuk penentuan daya
serap kertas terhadap air. Dengan adanya uji ini kita dapat mengetahui jenis kertas
apa yang akan kita gunakan untuk mengemas suatu bahan agar bahan yang kita
kemas dapat terjaga dan terlindung dari segi mutu atau kualitas bahan tersebut.
Dari hasil percobaan diperoleh ketahanan kertas bufallo terhadap air yaitu 29, 2
sekon, ketahanan kertas pembungkus nasi terhadap air yaitu 19, 9 sekon, dan
ketahanan kertas jagung terhadap air yaitu 1 sekon. Berdasarkan data diatas dapat
diketahui bahwa kertas jagung memiliki waktu yang paling cepat untuk menyerap
air daripada kertas bufallo dan kertas pembungkus nasi. Terjadinya perbedaan
daya serap air terdapat proses sizing yaitu penambahan sizer yang merupakan
bahan yang memberikan resistensi terhadap air.
Pengamatan pada ketahanan kertas terhadap minyak disebabkan proses
pembuatannya dengan sulfat sehingga tahan terhadap minyak ( Setyawati., 2000).
Dari hasil yang diperoleh ketahanan kertas bufallo terhadap minyak yaitu 3, 8
sekon, ketahanan kertas pembungkus nasi terhadap minyak yaitu 1, 7 sekon, dan
ketahanan kertas jagung terhadap mminyak yaitu 1, 6 sekon. Kertas yang
memiliki daya serap paling rendah terhadap minyak yaitu kertas bufallo.
Pada pengamatan kertas terhadap lipatan yaitu ketahanan kertas terhadap
robek atau koyak kertas. Faktor yang mempengaruhi ketahanan koyak adalah
jumlah serat yang mengalami rupture kertas.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa uji
mutu kertas dilakukan dengan beberapa parameter yaitu ketebalan kertas, formasi
kertas, ketahanan kertas terhadap air, ketahanan terhadap mminyak, dan
ketahanan kertas terhadap lipatan. Dari ketiga jenis kertas dapat diketahui bahwa
jenis kertas yang memiliki daya serap terhadap air dan minyak yang paling tinggi
adalah kertas bufallo.
5.2 Saran.
Sebaiknya dalam praktikum ini dilakukan pengulangan pada setiap
perlakuan, agar hasil yang didapat lebih akurat.
DAFTAR PUSTAKA

Casey, J.P. 1981. Pulp and Paper, vol.II Second Ed. International Publisher Inc.
NewYork

Dewi Anggriani, dkk. 2010. Identifikasi Kemasan Pangan. Supervisor Jaminan


Mutu Pangandirektorat Program Diplomainstitut Pertanian Bogor 2010

Erliza. 1987. Pengantar Kemasan. Laboratorium Pengemasan. Jurusan TIP.


Bogor

Millati, Tanwirul, dkk. 2010. Penuntun Praktikum Teknologi Pengemasan dan


Penyimpanan. Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat.
Banjarbaru

Mimi, Numinah, 2002. Penelitian sifat berbagai bahan kemasa plastic dan kertas
serta pengaruhnya terhadap bahan yang dikemas, Medan, USU.

Nurminah, M dan Elisa Julianti. 2006. Buku Ajar Teknologi Pengemasan.


Departemen Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera
Utara

Prayekti dkk. 2016. Pengujian Tingkat Kelembaban Lembaran Kertas Setelah


Melalui Tahap Pengeringan. Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Malang

Setiawihardja,B. 1985. Pengemasan bahan pangan,Bogor. IPB

Syarief, R., S.Santausa, St.Ismayana B. 1989. Teknologi Pengemasan Pangan.


Laboratorium Rekayasa Proses Pangan, PAU Pangan dan Gizi, IPB.

Winarno, F.G. 1983. Gizi Pangan, Teknologi dan Konsumsi. Penerbit


Gramedia.Jakarta.
LAMPIRAN

Gambar 1: kertas buffalo Gambar 2: kertas jagung Gambar 3: kertas nasi

Gambar 4: serat pada Gambar 5: serat pada Gambar 6: serat pada

kertas jagung kertas bffalo kertas nasi

Gambar 7: Uji ketahanan Gambar 8: Uji ketahanan Gambar 9: Uji

Kertas buffalo terhadap Kertas jagung terhadap ketahanan kertas

Minyak minyak nasi terhadap minyak


Gambar 10: uji ketahanan Gambar 11: uji ketahanan Gambar 12: uji

air terhadap kertas nasi air terhadap kertas buffalo ketahanan air

terhadap kertas

jagung

Gambar 13: Ketahanan Gambar 14: ketahanan Gambar 15:

kertas nasi terhadap daya kertas jagung terhadap ketahanan kertas

lipatan daya lipatan buffalo terhadap

daya lipatan

Anda mungkin juga menyukai