Anda di halaman 1dari 21

Dinamika Pendidikan Nomor 01/Th.

XXI/Mei 2014

POLA PERILAKU BERMASALAH DAN RANCANGAN INTERVENSI


PADA ANAK TUNALARAS TIPE GANGGUAN PERILAKU (CONDUCT
DISORDER) BERDASARKAN FUNCTIONAL BEHAVIOR ASSESSMENT

Aini Mahabbati
Universitas Negeri Yogyakarta
aini@uny.ac.id; ainimahabbati33@gmail.com

Abstrak
Anak dengan gangguan perilaku (conduct disorder) sering bermasalah
perilaku seperti menentang, melanggar, agresif, berkelahi, dan sebagainya.
Asesmen perilaku bermasalah perlu dilakukan sebagai dasar intervensi. Penelitian
ini bertujuan untuk memaparkan prosedur Functional Behavior Assessment (FBA)
sebagai salah satu pendekatan asesmen perilaku, menemukan pola perilaku
bermasalah anak dengan gangguan perilaku hasil FBA, dan merumuskan
rancangan intervensi berdasarkan hasil FBA. Penelitian studi kasus ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik analisa data diskriptif analitik.
Prosedur FBA berdasarkan hasil penelitian adalah (1) mendeskripsikan profil dan
karakteristik gangguan perilaku anak, (2) observasi dan analisa ABC perilaku
bermasalah, dan (3) pengisian skala motivasi perilaku bermasalah yang
menunjukkan perilaku agresif subjek karena tangible dan escape. Perilaku menolak
pembelajaran subjek karena escape dan tangible. Pola perilaku bermasalah
menunjukkan seluruh subjek sering melakukan agresif fisik dan verbal; pemicunya
situasi tidak terstruktur, tidak diperhatikan, dan menginginkan sesuatu; dan
konsekuensinya adalah terhindar dari tugas, diperhatikan, dan mendapatkan
keinginan. Perilaku melanggar aturan pembelajaran/guru; pemicunya adalah situasi
tidak terstruktur dan tidak menarik, serta menginginkan sesuatu; dan
konsekuensinya adalah terhindar dari tugas, diperhatikan, dan mendapatkan
keinginan. Rancangan intervensi adalah keterampilan sosial, manajemen diri, dan
mengatasi masalah di sekolah sebagai target behaviors; strategi antecedents berupa
pengaturan perilaku, pengaturan dan konsistensi kegiatan dan aturan di sekolah dan
pemberian materi ajar yang kontekstual dan sesuai kemampuan anak; dan strategi
consequences berupa penerapan konsekuensi perilaku yang ditetapkan pada
strategu antecedents.

Kata kunci: asesmen perilaku bermasalah, anak tunalaras tipe gangguan perilaku,
functional behavior assessment

Abstract
Children with conduct disorders have problem behaviors such as opposing and
breaking instructional rules, and aggressive behaviors. Assessment of problem
behaviors needs as basic of intervention plann. This research aims to: (1) describe
the procedure of Functional Behavior Assessment (FBA), (2) find patterns of
problem behaviors of children with conduct disorders based on FBA results, and
(3) formulate the design of interventions based on the results of the FBA. This
research used a qualitative approach with descriptive analytic techniques of data
analysis. FBA procedures on this research were: (1) describe the profile and
characteristics of children behavior disorders, (2) observe and analyse children
problem behavior based on ABC intervention plan, and (3) charge behavior
motivation scale of problem behaviors that showed that the cause of aggressive and
instructional rules breaking behavior were tangible, escape, and to get attention.

1
Dinamika Pendidikan Nomor 01/Th.XXI/Mei 2014

ABC pattern of problem behavior showed that the antecedents of aggressive and
instructional rules breaking behavior of subject are unstructured situations, need to
attention, and want to get things or activities. The consequences of these problem
behavior was get attention, being free from school task, and get the activities or
things that they desire on. The intervention plann of these problem behaviors was
started from defining target/replacement behavior (social skills, self-management,
and problem solving skills at school setting); determning strategy antecedents that
consist of implementing behavior modification sistematically in school, organize
activities and school rules consistently, giving contextual teaching materials
according to children competence; and determining strategy consequences that
consist of applying contract and consequences behavior which has been arranged
before.

Key words: problem behavior assessments, children with conduct disorders,


functional behavior assessment

Pendahuluan seusianya, frekuensi yang lebih sering,


Anak tunalaras termasuk dari anak dan durasi yang lebih lama (Shepherd,
berkebutuhan khusus. Kebutuhan khusus- 2010). Perilaku bermasalah pada anak
nya terletak pada hambatan mereka dengan gangguan perilaku meliputi
dalam mengontrol emosi dan perilaku, perilaku agresif, merusak (destruktif),
sehingga menghambat hubungan sosial. menipu, dan atau berbohong sebelum
Pada istilah internasional, anak tunalaras berusia 18 tahun (Glicken, 2009). Pola
disebut sebagai Children with BESD perilaku tersebut menetap selama 6-12
(Behavioral, Emotional, and Social bulan. Prevalensi anak dengan gangguan
Disorder) (Cole & Knowless, 2011). perilaku cukup banyak. Pada Januari-Juli
Istilah tersebut menggambarkan kondisi 2011, Di Sleman DIY, terdapat 37,4%
emosi dan perilaku yang bermasalah anak dengan gangguan perilaku dari
tampak dalam hubungan interpersonal, 12.702 pasien anak Psikolog Puskesmas
hubungan sosial, dan bahkan se-Kabupaten Sleman (Dinas Kesehatan
menggambarkan masalah mereka dalam Kabupaten Sleman dengan Center of
mengelola diri sendiri. Public Mental Health Psikologi UGM,
Salah satu tipe gangguan tunalaras 2011).
adalah gangguan perilaku (conduct Gangguan perilaku akan menjadi
disorder). Gangguan perilaku berbeda masalah berat terutama pada usia
dari perilaku kenakalan biasa berdasarkan akademik. Hal ini karena adanya situasi
beberapa kriteria, yakni pola dan bentuk akademik dan sosial di sekolah
perilaku yang khas dan berbeda dari anak membutuhkan kontrol emosi dan

2
Dinamika Pendidikan Nomor 01/Th.XXI/Mei 2014

perilaku. Walker, dkk. menyatakan membantah guru, menolak tugas, dan


bahwa beberapa perilaku bermasalah melanggar peraturan. Selain itu mereka
anak tunalaras tipe gangguan perilaku di bermasalah dalam hubungan sosial
sekolah yang menghambat pembelajaran dengan guru dan teman, dengan perilaku
adalah selalu gelisah dan tidak tenang berupa tidak sopan terhadap guru;
saat pembelajaran, agresif, dan merusak membantah; menentang; mengganggu
(Reinke & Herman, 2002). US. Depar- teman; berkelahi; dan berkerjasama
tment of Education juga menyebutkan melakukan kenakalan. Temuan tersebut
pengertian gangguan perilaku dalam sesuai dengan penyataan Shepherd
hubungannya dengan akademik yakni (2010) serta Cohen dan Strayer, yakni
ketidakmampuan adaptasi dalam anak dengan gangguan perilaku sulit
interaksi sosial di sekolah dan perilaku berempati, sulit mengidentifikasi perilaku
yang tidak mendukung pembelajaran positif dalam hubungan interpersonal dan
(Shepherd, 2010). sosial, sulit berinisiatif melakukan kontak
Karakteristik gangguan perilaku me- sosial sesuai usia, dan cenderung meng-
nyebabkan mereka mengalami masalah atasi masalah dengan cara berperilaku
dalam hubungan sosial dengan teman dan agresif (Burke, dkk., 2002).
guru, masalah dalam rutinitas pem- Gangguan perilaku apabila tidak
belajaran, dan berisiko mengalami keru- segera diatasi dapat menyebabkan anak
gian atau kecelakaan fisik karena peri- berperilaku keras atau kejam serta
laku bermasalah yang mereka lakukan. mengalami problem interpersonal,
Khusus di sekolah, Koyangi & Gaines, mental, dan fisik. Bahkan, apabila
mereka berisiko sela-lu mendapat nilai menetap sampai usia dewasa mereka
rendah, underachiever, gagal memahami akan rentan terhadap masalah adaptasi,
pelajaran, sering tidak naik kelas, dan menyalahgunakan obat terlarang, sulit
berada pada batas kesulitan terbawah mendapatkan pekerjaan, dan dapat
(Landrum, 2003). berkembang menjadi gangguan kepri-
Pengamatan penulis di SLB untuk badian antisosial (Gardner & Moore,
anak tunalaras pada Januari sampai 2008; Loeber, dkk., 2000).
Februari 2012 menunjukkan bahwa anak Mempertimbangkan karakteristik
dengan gangguan perilaku di sana sulit perilaku bermasalah dan risikonya bagi
untuk diberi arahan pembelajaran, sering anak serta lingkungan, maka intervensi

3
Dinamika Pendidikan Nomor 01/Th.XXI/Mei 2014

perilaku bermasalah penting untuk proses pengumpulan data tentang


diterapkan di sekolah. Intervensi yang seseorang, yang akan digunakan untuk
dilaksanakan diharapkan merupakan mengambil keputusan tentang layanan
intervensi yang terprogram dan yang akan diberikan terhadap orang
terencana. Hasil penelitian Medley, dkk. tersebut. Lerner & Kline (2006) juga
(2008) menyatakan bahwa intervensi mengemukakan bahwa asesmen dalam
gangguan perilaku dengan teknik pendidikan khusus mempunyai 2 tujuan,
Positive Behavior Support (PBS) yang yaitu klasifikasi dan perencanaan
terencana, tersistem, dan melibatkan program. Pada asesmen kasus gangguan
seluruh komponen sekolah, serta dengan perilaku, fungsi klasifikasi di sini
teknik-teknik modifikasi perilaku yang dimaksudkan untuk mendiagnosis tipe
sesuai lebih berhasil menangani khusus perilaku bermasalah anak, dan
gangguan perilaku siswa di sekolah bagaimana tingkatannya. Pemahaman
dibanding dengan sekolah yang tidak mengenai perilaku bermasalah anak
menerapkan program intervensi merupakan syarat untuk memberikan
prosedural seperti PBS tersebut. intervensi yang sesuai karakteristik khas
Intervensi perilaku yang prosedural perilaku bermasalah. Adapun fungsi
meliputi kegiatan identifikasi dan perencanaan program dalam asesmen
asesmen kasus dan pola perilaku dimaksudkan untuk merencanakan
bermasalah, konferensi kasus yang program untuk mengatasi perilaku
melibatkan peran tim ahli terkait (guru bermasalah anak berdasarkan hasil
pendidikan khusus, psikolog, psikiater, asesmen. Asesmen dan intervensi
orangtua anak), serta penyusunan perilaku bermasalah merupakan bagian
rancangan intervensi sesuai hasil yang tidak terpisahkan pada pendekatan
asesmen. pembelajaran anak dengan gangguan
Asesmen merupakan tahap yang perilaku di sekolah.
penting dalam penyusunan intervensi Steege & Watson mengemukakan
perilaku bermasalah karena menjadi bahwa salah satu pendekatan asesmen
dasar untuk mengetahui karakteristik perilaku yang sistematis dan prosedural
gangguan perilaku dan perencanaan untuk memahami karakteristik gangguan
intervensi. Lerner & Kline (2006) perilaku adalah Functional Behavior
menyatakan bahwa asesmen adalah Assessment (FBA). FBA merupakan

4
Dinamika Pendidikan Nomor 01/Th.XXI/Mei 2014

pendekatan asesmen perilaku multi- perilaku bermasalah. Dengan demikian,


metode dan multi-sumber untuk hasil FBA sangat penting sebagai dasar
mengetahui hubungan perilaku dengan untuk melaksanakan intervensi yang
faktor pemicu atau yang menyebabkan sesuai dengan karakter khas gangguan
perilaku tersebut dilakukan (Hawkins & perilaku dan kontekstual terhadap kondisi
Axelrod, 2008). Disebut multi-metode lingkungan. FBA penting untuk
dan multi-sumber karena FBA mengga- dilaksanakan secara berkala dalam
bungkan metode langsung dan metode pendidikan anak berkebutuhan khusus.
tidak langsung. Metode langsung berupa Hal ini karena hasil FBA akan
observasi dengan menggunakan pola memperbarui informasi mengenai per-
antecedents, behaviors, dan consequen- kembangan perilaku anak dan dapat
ces (ABC) terhadap perilaku bermasalah menjadi pijakan bagi intervensi perilaku
anak yang terjadi pada kegiatan yang berkelanjutan.
keseharian di sekolah. Adapun metode FBA yang diterapkan dalam pene-
tidak langsung berupa wawancara litian Love, dkk. (2008) menemukan
terhadap pihak-pihak yang dekat dengan perilaku bermasalah anak autism bertu-
anak, dokumentasi berupa rekaman atau juan mendapatkan reinforcement sosial
hasil kegiatan pembelajaran dan kegiatan (memperoleh perhatian), yang menan-
anak di sekolah, serta melalui pengisian dakan bahwa sebelumnya anak kurang
skala motivasi perilaku yang bertujuan mendapatkan social reinforcement yang
menemukan motif perilaku bermasalah tidak sesuai. Penelitian juga menemukan
yang dilakukan anak. bahwa perilaku bermasalah pada anak
Individuals with Disabilities Edu- autism hampir sama dengan perilaku
cation Act (IDEA) yang mengatur bermasalah pada anak dengan gangguan
pelaksanaan pendidikan anak berkebu- perkembangan. Sejauh ini penulis belum
tuhan khusus di USA telah merekomen- menemukan penelitian FBA di Indonesia
dasikan penerapan FBA sejak tahun 1997 untuk asesmen perilaku bagi anak dengan
(Alter dkk., 2008). Hasil FBA dapat gangguan perilaku.
menerangkan kondisi perilaku berma- Berdasarkan kajian fakta, teori, dan
salah, latar belakang atau penyebab penelitian tersebut di atas, penelitian ini
perilaku bermasalah, dan dapat menje- bertujuan untuk mengetahui prosedur
laskan konteks lingkungan terhadap pelaksanaan FBA untuk asesmen

5
Dinamika Pendidikan Nomor 01/Th.XXI/Mei 2014

perilaku bermasalah pada anak tunalaras hendak memahami pola dan dinamika
tipe gangguan perilaku; untuk mene- perilaku bermasalah pada anak dengan
mukan pola dan dinamika perilaku gangguan perilaku.
bermasalah pada anak tunalaras tipe Pendekatan diskriptif naturalistik
gangguan perilaku, serta rancangan ditandai dari langkah penelitian yang
intervensi pengelolaan perilaku bagi anak berurutan dan alamiah, yakni mendalami
tunalaras tipe gangguan perilaku kasus yang ditemukan dari fakta di
berdasarkan analisa hasil FBA. Hasil lapangan yang akan diteliti; perlakuan
penelitian berupa penjelasan diskriptif penelitian berupa pencatatan fakta secara
analitis mengenai prosedur FBA, pola holistik dan alamiah; interpretasi dan
perilaku bermasalah pada anak dengan pemahaman fakta; mendeskripsikan
gangguan perilaku, dan rancangan amatan; dan perumusan preposisi teoritik
intervensi berdasarkan hasil FBA. (Burhan Bungin, 2003). Awal dari
penelitian ini adalah fakta anak dengan
Metode Penelitian
gangguan perilaku di sekolah yang
Penelitian ini menggunakan pende-
kemudian diteliti menurut prinsip
katan diskriptif naturalistik. Penelitian
asesmen perilaku FBA untuk kemudian
didasarkan pada sisi alamiah suatu kasus
dirumuskan rancangan intervensi
yang menghasilkan data deskriptif dari
berdasarkan paparan hasil asesmen
responden atau perilaku dan situasi yang
perilaku bermasalah anak.
diamati (Agus Salim, 2001). Pendekatan
Lebih jelasnya, proses penelitian
ini sesuai dengan tujuan penelitian yang
digambarkan dalam bagan berikut.

6
Dinamika Pendidikan Nomor 01/Th.XXI/Mei 2014

Gambar 1.
Bagan Alir Penelitian

Subjek penelitian dipilih berdasarkan sekolah yang menunjukkan interaksi


purposive sample atau berdasarkan tujuan subjek bersama teman dan orang dewasa.
penelitian dengan berbagai pertimbangan Penelitian deskriptif kualitatif
teknis (Suharsimi Arikunto, 1998). membutuhkan pengumpulan dan analisa
Adapun subjek penelitian ini adalah tiga data yang bersifat holistik (Burhan
orang siswa SLB E yang mengalami Bungin, 2003), sehingga memerlukan
gangguan perilaku. Pemilihan subjek metode yang bervariasi dan representatif.
dilakukan berdasarkan rekomendasi guru Metode yang digunakan sebagai berikut.
kelas yang diperkuat dengan penegakan 1. Wawancara mendalam terhadap
diagnosis dengan instrumen diagnosis informan kunci subjek yakni guru
tunalaras tipe gangguan perilaku (conduct kelas mengenai karakteristik subjek,
disorder) adaptasi DSM IV. Adapun latar belakang keluarga, perilaku
seting penelitian ini adalah lingkungan bermasalah, penyebab perilaku
sekolah subjek dan lingkungan di luar bermasalah, dan respon lingkungan
terhadap perilaku bermasalah.

7
Dinamika Pendidikan Nomor 01/Th.XXI/Mei 2014

2. Observasi, berupa observasi terstruk- 4. Telaah atas dokumentasi pendukung,


tur terhadap perilaku subjek dengan berupa analisa hasil tes grafis (Tes
pola pengamatan ABC (antecedents, DAP, Tes BAUM, dan Tes HTP) oleh
behaviors, dan consequences), serta psikolog Puskesmas setempat pada 1
observasi tidak terstruktur terhadap Februari 2012.
kegiatan insidental subjek. Data temuan dalam penelitian ini
3. Pengisian skala MAS (Motivation kemudian dianalisa meliputi penelaahan,
Assessment Scale) Durand dan pengategorian, penyisteman, penafsiran,
Crimmins; MAS berisi 16 item skala dan verifikasi data. Analisis data dila-
Likert dengan skor 0-6, yakni 0 (tidak kukan secara berkesinambungan semen-
pernah), 1 (pernah), 2 (jarang), 3 jak menetapkan masalah, mengumpulkan
(kadang-kadang), 4 (biasa dilakukan), data, hingga data terkumpul (Suprayogo
5 (hampir selalu), dan 6 (selalu). & Imam Tobroni, 2001).
Motivasi berperilaku dalam MAS
Hasil Penelitian dan Pembahasan
tergambar dari empat (4) aspek sub-
Prosedur Pelaksanaan Functional
skala yakni: (1) mendapatkan perha-
Behavior Assessment pada Anak
tian (attention), (2) mendapatkan Tunalaras Tipe Gangguan Perilaku
(Conduct Disorder)
imbalan benda atau aktivitas
(tangible), (3) mendapatkan imbalan Functional Behavior Assessment

sensasi yang berhubungan dengan (FBA) dilaksanakan dalam beberapa ta-

penginderaan (sensory), dan (4) hap. Kegiatan pertama adalah memper-

menghindar (escape) dari perhatian, siapkan instrumen FBA dan menentukan

aktivitas, dan sensasi tidak diinginkan subjek penelitian berdasarkan rekomen-

(Joosten & Bundy, 2008). Masing- dasi guru di sekolah dan penegakan

masing aspek tersebut terdiri dari diagnosis conduct disorder berdasarkan

empat (4) item, sehingga skor tertinggi DSM IV. Tahap berikutnya adalah

pada masing-masing aspek motivasi pelaksanaan prosedur FBA dipaparkan

perilaku adalah 24 (6x4), dan skor secara singkat dalam bagan berikut ini.

terendah adalah 0 (0x4).

8
Dinamika Pendidikan Nomor 01/Th.XXI/Mei 2014

Gambar 2.
Prosedur Functional Behavior Assessment (FBA)

Data profil dan karakteristik gang- 1. Profil dan Karakteristik Gangguan


Perilaku Subjek
guan perilaku subjek berguna untuk
mengetahui tipe dan intensitas gangguan Penjelasan mengenai profil dan
perilaku pada subjek. Prosedur selan- karakteristik gangguan perilaku subjek
jutnya adalah observasi perilaku menggu- terdiri dari diskripsi mengenai karak-
nakan pendekatan ABC (antecedent- teristik dan masalah kemampuan fung-
behavior-consequence) yang dilakukan sional subjek (komunikasi, adaptasi,
oleh peneliti dalam tujuh sampai interaksi sosial, dan akademik), ciri-ciri
sembilan series pengamatan partisipatif. dan penegakan diagnosis conduct
Hasil pengamatan ABC perilaku disorder berdasarkan DSM IV, dan
kemudian dikonfirmasi dengan pengisian analisa hasil Tes Grafis. Secara lebih
Skala Motivasi Perilaku Durrand & singkat, hasil dari asesmen profil dan
Crimmins oleh guru dengan didampingi karakteristik gangguan perilaku subjek
peneliti. dipaparkan dalam tabel berikut ini.

9
Dinamika Pendidikan Nomor 01/Th.XXI/Mei 2014

Tabel 1. Hasil Asesmen Profil Subjek


Subjek AJ Subjek JAR Subjek DI
Usia/Kelas 13 thn / V 11 thn / IV 9 thn / I
Pindah III II I
kelas/ Sulit mengikuti aturan sekolah Tidak mematuhi aturan sekolah, Tidak mematuhi aturan
masalah Kemajuan akademik buruk Agresif terhadap teman sekolah,
Agresif terhadap teman
Kemampu Komunikasi lancar tetapi kasar Komunikasi lancar tapi Komunikasi sederhana, fokus
an mendominasi dan kasar pada diri sendiri, dan kasar
fungsional Adaptasi lamban dan memilih Adaptasi lamban untuk Mau beradaptasi hanya pada
yang menarik baginya kegiatan yang tidak disukai situasi yang disukai
Interaksi sosial: interaksi dua Interaksi sosial lancar tapi Interaksi kurang, sering
arah tetapi sering membantah, mementingkan diri sendiri, tidak dikucilkan teman-teman,
kasar, merasa paling benar, sopan dan membantah orang kasar terhadap orang dewasa
emosi dan perilaku meledak- dewasa, mengejek teman, dan teman, membantah
ledak saat marah kurang bisa mengendalikan diri arahan, emosi marah
saat marah. meledak-ledak, ngambeg
Akademik terhambat pada Akademik terhambat pada Akademik terhambat pada
tugas membaca, menulis, dan tugas membaca, menulis, dan tugas membaca, menulis, dan
berhitung sesuai kelasnya. berhitung sesuai kelasnya berhitung sesuai kelasnya
Ciri CD Agresif, merusak, curang, Agresif, merusak, curang, Agresif, merusak, curang,
melanggar aturan melanggar aturan melanggar aturan
Ciri ODD Sukar menahan amarah, sukar menahan marah, hilang kendali saat marah,
membantah atau mendebat membantah atau mendebat membantah atau mendebat,
orang dewasa, terang-terangan orang dewasa, menolak atau menentang atau menolak
menentang dan menolak aturan, menentang saran dan aturan, saran dari orang yang lebih
sengaja mengganggu orang lain, sengaja mengganggu, others tua, sengaja mengganggu
dan others blaming. blaming, mudah tersinggung, orang lain, others blaming,
sering bersikap marah atau mudah tersinggung, bersikap
membenci orang lain, serta marah atau membenci orang
bersifat pendendam dan lain, dan bersikap
pendengki. mendendam atau mendengki.
Analisa Hambatan mengontrol emosi Kontrol emosi buruk dan terlalu Tidak mampu mengontrol
Hasil Tes karena ingin menjadi pusat sensitif terhadap stimulus dari emosi sehingga tindakannya
Grafis perhatian luar, sehingga meledak-ledak meledak-ledak dan impulsif,
Konsep diri kabur dan dan agresif. merasa inferior sehingga
menganggap dirinya tidak Bersikap melawan aturan. bertindak ragu-ragu, merasa
mampu Konsep diri buruk, sehingga tidak mampu dan kurang
Memusuhi lingkungan dengan sering memandang dirinya tidak berharga, serta menarik diri
perilaku agresif dan sikap mampu, motivasi lemah. dari lingkungan.
melawan aturan Ingin diakui lingkungan Mencoba terbuka pada
Punya keinginan untuk menjalin sosialnya dan ingin menjadi lingkungan.
relasi dengan lingkungan pusat perhatian sehingga sering
berperilaku negatif untuk
menarik perhatian.
Hambatan dalam kontak sosial
karena mendominasi dan
bertindak semaunya

2. Hasil Observasi dan Analisa dan akibat yang mengikuti (consequen-


Perilaku Pola ABC
ces). Observasi dilakukan sebanyak 7-8
Observasi perilaku dengan pola ABC kali oleh peneliti. Analisa terhadap
dilakukan dengan mengamati aktivitas observasi ABC Perilaku menemukan
anak dan mencatat perilaku bermasalah seting, pemicu perilaku bermasalah serta
yang muncul (behavior), pemicu terjadi- fungsi perilaku. Masing-masing subjek
nya perilaku bermasalah (antecedents),

10
Dinamika Pendidikan Nomor 01/Th.XXI/Mei 2014

menunjukkan dinamika perilaku yang Pengamatan dilakukan pada seting kelas,


berbeda. istirahat tanpa kegiatan terstruktur,
Pengamatan ABC Perilaku kepada pelajaran ekstrakurikuler kelompok besar,
Subjek AJ dilakukan sebanyak tujuh kali dan olahraga.
dalam rentang waktu dua minggu.

Tabel 2. Analisa Hasil Observasi Perilaku ABC Subjek AJ


Subjek AJ
A. Perilaku Agresif Verbal dan Fisik
SELAMA : KETIKA : PERILAKU FUNGSI PERILAKU
1 Istirahat atau 1 Kehadiran teman yang rentan SUBJEK 1 mendapatkan perhatian
kegiatan tidak menjadi korban 1. Agresif verbal teman
terstruktur 2 Diejek teman 2. Agresif fisik 2 mendapat perhatian
2 Kegiatan dalam 3 Teman berperilaku tidak disukai guru
kelompok besar 4 Tidak diperhatikan teman atau 3 mendapat benda atau
guru (orang dewasa) kegiatan yang
5 Menginginkan benda diinginkan
B. Perilaku Bermasalah dalam Pembelajaran
SELAMA : KETIKA : PERILAKU FUNGSI PERILAKU
1. Pembelajaran 1. Ingin melakukan aktivitas yang SUBJEK 1. mendapatkan perhatian
2. Kegiatan dalam tidak pantas saat pembelajaran 1. Melanggar aturan guru dan teman
kelompok besar 2. Guru menyampaikan tugas pembelajaran 2. menghindari tugas atau
yang harus dikerjakan 2. Menolak tugas aktivitas pembelajaran
3. Guru menerangkan materi baru 3. Membantah 3. mendapatkan kegiatan
4. Guru memberi koreksi atau arahan guru yang diinginkannya
arahan

Pengamatan ABC perilaku dilaku- kegiatan tidak terstruktur, dan kegiatan


kan pada Subjek JAR sebanyak tujuh kali ekstrakurikuler bersama seluruh teman-
pada seting kegiatan yang berbeda, yakni nya.Hasil Pengamatan ABC perilaku
saat pembelajaran di kelas, pembelajaran pada Subjek JAR sebagai berikut.
olahraga di lapangan, istirahat atau

11
Dinamika Pendidikan Nomor 01/Th.XXI/Mei 2014

Tabel 3. Analisa Hasil Observasi Perilaku ABC Subjek JAR


Subjek JAR
A. Perilaku Agresif Verbal dan Fisik
SELAMA : KETIKA : PERILAKU FUNGSI PERILAKU
1. Kegiatan tidak 1. Tidak diperhatikan teman SUBJEK 1. mendapatkan perhatian
terstruktur atau guru 1. Agresif verbal teman
2. kegiatan olahraga 2. Keinginannya untuk 2. Agresif fisik 2. mendapat perhatian
dalam kelompok mendapatkan kegiatan guru
besar atau benda yang disukai 3. mendapat benda atau
dihalangi atau diganggu kegiatan yang
3. Ada teman berperilaku diinginkan
yang tidak disukai
B. Perilaku Bermasalah dalam Pembelajaran
SELAMA : KETIKA : PERILAKU FUNGSI PERILAKU
1. Pembelajaran 1. Ada aktivitas atau benda SUBJEK 1. mendapatkan perhatian
2. Kegiatan sekolah yang diinginkan 1. Off task behavior 2. menghindari tugas atau
dalam kelompok 2. Guru menugasi 2. Melanggar aturan aktivitas pembelajaran
besar 3. Guru menerangkan pembelajaran 3. mendapatkan kegiatan
4. Guru mengoreksi 3. Membantah yang diinginkannya
5. Bosan arahan guru

Adapun pengamatan ABC Perilaku ekstrakurikuler kelompok besar, dan


terhadap Subjek DI dilakukan sebanyak olahraga. Analisa hasil pengamatan ABC
enam kali pada seting kelas, istirahat Perilaku sebagai berikut.
tanpa kegiatan terstruktur, pelajaran

Tabel 4. Analisa Hasil Observasi Perilaku ABC Subjek DI


Subjek DI
A. Perilaku Agresif Verbal dan Fisik
SELAMA : KETIKA : PERILAKU SUBJEK FUNGSI PERILAKU
1. kegiatan tidak 1. Terganggu oleh teman 1. Agresif verbal 1. mendapatkan perhatian
terstruktur 2. Gagal mendapatkan aktivitas 2. Agresif fisik teman
2. Kegiatan atau tujuan yang disenangi 2. mendapat perhatian
kelompok besar guru
3. Di kelas
B. Perilaku Bermasalah dalam Pembelajaran

SELAMA : KETIKA : PERILAKU SUBJEK FUNGSI PERILAKU


1. Pembelajaran 1. Guru menerangkan materi 1. Melanggar aturan 1. mendapatkan perhatian
2. Kegiatan baru pembelajaran 2. menghindari tugas atau
sekolah dalam 2. Guru menyampaikan tugas 2. Menolak dan aktivitas pembelajaran
kelompok besar 3. Guru memberi koreksi membantah arahan 3. mendapatkan kegiatan
4. Situasi kurang teratur guru yang diinginkannya
5. Menginginkan benda atau
kegiatan

3. Motivasi Perilaku Bermasalah pada Motivasi perilaku diukur menggunakan


Subjek
Skala Motivasi Perilaku Durrand &
Pengukuran motivasi perilaku Crimmins. Pengukuran skala motivasi
dilakukan untuk mengetahui dasar atau perilaku dilakukan untuk mengkonfirmasi
latar belakang perilaku bermasalah. temuan observasi perilaku ABC.

12
Dinamika Pendidikan Nomor 01/Th.XXI/Mei 2014

Hasil pengukuran Skala Motivasi escape (menghindar tugas). Motivasi


Perilaku menunjukkan motivasi perilaku perilaku bermasalah berikutnya adalah
bermasalah yang paling dominan pada attention (mencari perhatian). Rincian
subjek adalah tangible (mendapatkan motivasi perilaku bermasalah terdapat
benda atau aktivitas yang disukai) dan pada tabel berikut.

Tabel 5. Motivasi Perilaku Bermasalah Subjek


Subjek Perilaku Bentuk khusus perilaku Motivasi I Skor I Motivasi II Skor II
Bermasalah
AJ Agresif fisik, Menyakiti teman berupa Tangible 14 dari Attention 10 dari
agresif verbal suka memukul, menendang, 24 24
atau melakukan tindakan
agresif lain, memaki.
Mengabaikan/m Mengabaikan tugas pembel- Escape, 18 dari Attention 17 dari
embantah/melan ajaran (tidak mematuhi arah- tangible 24 24
ggar guru atau an pembelajaran dan tidak
aturan sekolah mengerjakan tugas atau PR)
JAR Agresif fisik, Perilaku agresif berupa me- Tangible 19 dari Attention 7 dari
agresif verbal nendang, memukul, mendo- 24 24
rong teman secara beruntun,
memaki, bicara kotor
Mengabaikan/m Tidak memperhatikan ketika Tangible 18 dari Escape 17 dari
embantah/melan diajar (mengerjakan aktivitas 24 24
ggar guru atau lain yang tidak berkaitan de-
aturan sekolah ngan kegiatan pembelajaran
dan sering keluar kelas saat
pembelajaran)
DI Agresif fisik, Mengganggu teman (usil, Escape 20 dari Tangible, 17 dari
agresif verbal menendang, menampar 24 attention 24
dengan sengaja), mengumpat
Mengabaikan/m Menolak arahan pembelajar- Escape 21 dari Tangible, 14 dari
embantah/melan an (membantah instruksi 24 attention 24
ggar guru atau guru, tidak mau melaksana-
aturan sekolah kan tugas, berkata-kata
kasar)

Pola Perilaku Bermasalah dan hal yang terjadi atau respon ling-
Berdasarkan Hasil Functional
kungan terhadap perilaku bermasalah
Behavior Assessment
yang dilakukan (consequences). Pengisi-
Berdasarkan prosedur FBA, ditemu-
an skala motivasi yang menemukan latar
kan pola perilaku bermasalah pada ketiga
belakang perilaku dapat mempertegas
subjek. Pola perilaku disimpulkan dari
antecendent perilaku bermasalah yang
pengamatan berulang pada perilaku
sering dilakukan subjek. Berikut adalah
bermasalah (behavior), identifikasi pemi-
pola perilaku bermasalah pada subjek dari
cu perilaku bermasalah (antecendent),
hasil FBA.

13
Dinamika Pendidikan Nomor 01/Th.XXI/Mei 2014

Tabel 6. Pola Perilaku Bermasalah Masing-masing Subjek


Pola Perilaku Subjek AJ
ANTECENDENT BEHAVIOR CONSEQUENCE
Situasi tidak terstruktur Agresif verbal Mendapat benda atau aktivitas
Saat tidak diperhatikan Agresif fisik yang disukai
Menginginkan sesuatu Mendapatkan perhatian
Menghindar tugas
Menginginkan kegiatan lain Melanggar, menentang Mendapatkan kegiatan yang
Guru memberi tugas aturan belajar/guru diinginkan
Guru memberi koreksi Menghindari tugas
Mendapatkan perhatian
Pola Perilaku Subjek JAR
ANTECENDENT BEHAVIOR CONSEQUENCE
Situasi tidak terstruktur Agresif verbal Mendapat benda atau aktivitas
Saat tidak diperhatikan Agresif fisik yang disukai
Keinginan terhambat Mendapatkan perhatian
Ada aktivitas yang diinginkan Melanggar, menentang Mendapatkan kegiatan yang
Guru menerangkan aturan belajar/guru, diinginkan
Guru memberi tugas Menghindari tugas
Guru memberi koreksi Mendapatkan perhatian
Bosan
Pola Perilaku Subjek DI
ANTECENDENT BEHAVIOR CONSEQUENCE
Situasi tidak terstruktur Agresif verbal Mendapatkan perhatian
Situasi yang tidak disukai Agresif fisik
Keinginan terhambat
Guru menerangkan materi baru Melanggar, menentang Mendapatkan kegiatan yang
Guru memberi tugas aturan belajar/guru diinginkan
Guru memberi koreksi Menghindari tugas
Situasi tidak terstruktur Mendapatkan perhatian

Perilaku bermasalah yang sering perilaku tersebut juga berpola sama.


muncul dan merupakan ciri gangguan Secara lebih singkat, gambaran pola
perilaku pada ketiga subjek sama, yakni perilaku ketiga subjek menurut ABC
perilaku agresif dan perilaku menentang. Perilaku adalah sebagai berikut.
Antecedents dan consequences dari kedua

Tabel 7. Ringkasan Pola Perilaku Bermasalah Subjek


ANTECENDENT BEHAVIOR CONSEQUENCE
Situasi tidak terstruktur Agresif verbal Mendapat benda atau aktivitas
Situasi yang tidak disukai Agresif fisik yang disukai
Saat tidak diperhatikan Mendapatkan perhatian
Menginginkan sesuatu Menghindar tugas
Situasi tidak terstruktur Melanggar, menentang Mendapatkan kegiatan yang
Ada aktivitas lain yang belajar/guru diinginkan
diinginkan Menghindari tugas
Guru menerangkan, memberi Mendapatkan perhatian
tugas, memberi koreksi
Bosan

14
Dinamika Pendidikan Nomor 01/Th.XXI/Mei 2014

Hasil Functional Behavior Assess- itu, keadaan anak yang mudah ter-
ment (FBA) menunjukkan bahwa ketiga singgung, rendah estimasi diri, marah
subjek memiliki ciri gangguan perilaku yang meledak-ledak juga memacu terja-
(conduct disorder). Semua kriteria gang- dinya perilaku agresif (Glicken, 2009).
guan perilaku ada pada ketiga subjek, Selain itu anak dengan gangguan perilaku
yakni agresif, merusak, curang, dan kesulitan berempati, sulit mengidentifika-
melanggar aturan. Subjek juga memiliki si perilaku yang benar dalam hubungan
karakter perilaku yang menunjukkan sosial dan situasi yang sesuai, dan
gangguan sikap menentang (oppositional seringkali mengatasi masalah dengan cara
deviant disorder) berupa bandel, keras berperilaku agresif (Shepherd, 2010).
kepala, tidak patuh, dan melanggar atur- Perilaku bermasalah berikutnya pada
an. Wenar dan Kerig (2005) menyebutkan tiga subjek adalah perilaku melanggar
bahwa pada kanak-kanak pertengahan atau menolak aktivitas pembelajaran
(sesuai usia subjek), gangguan perilaku dilakukan saat pembelajaran di kelas
biasanya komorbid dengan gangguan maupun pembelajaran dalam kelompok
sikap menentang. yang besar. Motif perilakunya adalah
Perilaku bermasalah yang paling tangible, attention, dan escape. Pelang-
sering terjadi adalah perilaku agresif garan terhadap aktivitas pembelajaran
verbal dan fisik. Perilaku tersebut terjadi yang sering dilakukan subjek sesuai
karena subjek terhalang keinginannya dengan pengertian anak dengan gangguan
untuk mendapatkan benda atau aktivitas perilaku menurut The Federal Definiton,
yang disukai (tangible), tidak mendapat Individual with Disabilities Education Act
perhatian (attention) dari guru atau (IDEA) yakni, ketidakmampuan untuk
teman, dan untuk menghindari tugas belajar yang tidak dapat dijelaskan
(escape). Perilaku agresif kerap muncul berdasarkan keadaan intelektual, sensori,
pada kegiatan yang tidak terstruktur atau dan faktor kesehatan; ketidakmampuan
kegiatan dalam kelompok yang besar. memulai atau menjaga kepuasan interaksi
Rusdi Maslim (2003) menyatakan bahwa sosial dengan teman dan guru; dan
perilaku agresif pada gangguan perilaku kecenderungan menghindari masalah
terjadi karena anak memiliki kecen- personal atau masalah akademik
derungan untuk mudah marah atau (Hallahan, dkk., 2011).
tempertantrum yang tidak biasa. Selain

15
Dinamika Pendidikan Nomor 01/Th.XXI/Mei 2014

Intervensi perilaku agresif dan me- dinilai tepat karena mereka memiliki
langgar aturan pembelajaran diarahkan karakteristik keterampilan sosial yang
untuk mengurangi dampak negatif dalam terbatas (Shepherd, 2010). Sorias
pembelajaran. Pada pendekatan FBA, menyebut keterampilan sosial penting
intervensi perilaku dirancang menurut karena berfungsi agar anak mampu
pendekatan ABC (antecedents, behaviors, mengekspresikan emosi yang sesuai
consequences). Respon intervensi meli- dengan konteks sosial, memperoleh hak
puti memilih perilaku pengganti (target dengan cara yang baik dan tidak
behavior), serta menetapkan strategi mengganggu hak orang lain, meminta
antecedents dan strategi consequences bantuan orang lain apabila membutuhkan,
(Loman & Borgmeier, 2010; Sparzo & dan menolak permintaan atau ajakan yang
Walker, 2004). Shepherd (2010) menye- tidak baik (Samanci, 2010). Walker dan
butkan perilaku target yang disebut juga Mc.Connell menyebutkan tiga kategori
sebagai future alternative/replacement perilaku yang menjadi indikator
behavior merupakan perilaku yang keterampilan sosial di sekolah, yaitu: (1)
memiliki fungsi sama dengan perilaku perilaku sosial dasar dalam interaksi
bermasalah yang ingin diperbaiki. Sesuai sosial dan perilaku mengatasi masalah;
temuan penelitian ini, perilaku yang akan (2) interaksi berteman di luar pembel-
diperbaiki adalah perilaku agresif fisik ajaran meliputi penerimaan teman,
dan verbal dengan perilaku keterampilan perilaku interaksi berteman, adaptasi,
sosial, mengelola kemarahan, manajemen perilaku membantu, inisiatif, dan bakat
diri, dan problem-solving. Sesuai dengan positif yang ditunjukkan; dan (3) atau
pandangan Curtiss, dkk., bahwa perilaku penyesuaian diri terhadap aktivitas
melanggar pembelajaran dapat diganti pembelajaran, meliputi kemampuan
dengan replacement behavior berupa ke- manajemen waktu, mengikuti arahan
terampilan sosial, perilaku manajemen pembelajaran, kemampuan berkarya, dan
diri dan problem-solving dalam mengha- respon terhadap pembelajaran (Merrell,
dapi tugas pembelajaran (Shepherd, 2001).
2010). Setelah menetapkan perilaku target,
Keterampilan sosial menurut yang ditetapkan berikutnya adalah stra-
Gresham, dkk., sebagai perilaku target tegi antecedents dan strategi consequen-
untuk anak dengan gangguan perilaku ces. Strategi antecedents merupakan cara

16
Dinamika Pendidikan Nomor 01/Th.XXI/Mei 2014

untuk untuk mencegah terjadinya perilaku dikurangi dengan modifikasi dan


bermasalah dan strategi consequences pemberian tugas yang sesuai kemampuan
merupakan respon yang dirancang sis- anak dan fungsional.
tematis atas perilaku bermasalah yang Strategi consequence berupa contract
biasanya dilakukan anak. Penerapan Stra- behavior yang diikuti dengan penerapan
tegi antecedents dan dan strategi conse- konsekuensi atas perilaku negatif atau
quences ditujukan untuk mengajarkan positif yang dilakukan. Anak dengan
perilaku target dan untuk mengurangi gangguan perilaku seringkali tergantung
kemunculan perilaku bermasalah. pada penguat yang tangible (Shepherd,
Strategi antecendent dilakukan 2010). Berbagai penelitian menyatakan
dengan pengaturan aktivitas sehari-hari di bahwa metode penguat berupa benda atau
sekolah secara terstruktur dan konsisten kegiatan kesenangan untuk anak
agar kondusif untuk perkembangan bermasalah perilaku akan berpengaruh
keterampilan sosial anak. Gresham positif terhadap prestasi akademik dan
(1981) menyebutnya sebagai situasi nyata perilaku anak (Shepherd, 2010; Gresham,
yang berfungsi untuk live modeling yang 1981).
menjadi cara tepat untuk pembinaan
Rancangan Intervensi Perilaku
keterampilan sosial (Shepherd, 2010).
Berdasarkan Hasil Functional
Rendahnya keterampilan sosial keba- Behavior Assessment
nyakan anak berkebutuhan khusus sering-
Rancangan intervensi perilaku diru-
kali karena lingkungan yang kurang
muskan sesuai dengan pola perilaku ber-
memberi pengalaman langsung pada anak
masalah yang ditemukan melalui proses
(Gresham, 1981; Shepherd, 2010).
FBA yakni agresif fisik dan verbal, serta
Memberikan materi atau tugas pembela-
melanggar; menentang/membantah tugas
jaran sesuai level kemampuan anak
pembelajaran. Perilaku bermasalah dapat
serta,enerapkan metode dan strategi
diperbaiki dengan mengajarkan anak
pembelajaran yang menarik, individual,
perilaku target berdasarkan deskripsi
dan kontekstual-fungsional juga termasuk
lengkap pola perilaku bermasalah (Loman
strategi antecendent. Sparzo & Walker
& Borgmeier, 2010). Perilaku target
(2004) mengungkapkan perilaku berma-
dikondisikan dengan menerapkan strategi
salah kerap dilakukan sebagai wujud dari
antecendent dan strategi consequence.
perilaku menghindari pembelajaran dapat

17
Dinamika Pendidikan Nomor 01/Th.XXI/Mei 2014

Rancangan intervensi ABC untuk temuan penelitian ini dipaparkan dalam


kasus perilaku bermasalah agresif dan tabel berikut.
perilaku menentang pembelajaran sesuai

Tabel 8. Rancangan ABC untuk Perilaku Agresif


pemicu (antecedent) perilaku bermasalah akibat/fungsi perilaku
(behavior) (consequence)
1
Situasi tidak terstruktur Agresif verbal Mendapat benda atau aktivitas yang
Situasi yang tidak disukai Agresif fisik disukai
Saat tidak diperhatikan Mendapatkan perhatian
Menginginkan sesuatu Terhindar dari tugas
Keinginan terhambat

STRATEGI ANTECEDENT TARGET BEHAVIOR STRATEGI CONSEQUENCE


(Sparzo & Walker, 2004) 1 (Sparzo & Walker, 2004)
1. Perubahan situasional (membuat 1. Privat talk (guru berbicara
aturan spesifik yang merespon  Keterampilan sosial mengenai sebab-akibat perilaku
perilaku agresif verbal muncul. dan komunikasi agresi verbal siswa, dan
2. Meningkatkan keberhasilan dalam pembelajaran mengarahkan siswa untuk
akademis (terutama untuk perilaku menyelesaikan persoalan dengan
agresif fisik) anak, karena menurut  Keterampilan perilaku positif)
penelitian, anak yang sering manajemen diri 2. Menerapkan kesepakatan
melakukan perilaku agresif dalam pembelajaran konsekuensi atas perilaku negatif
memiliki masalah/buruk dalam dan positif yang dilakukan anak
prestasi akademik.  Keterampilan (contract behavior) yang realistis
menyelesaikan dan konsisten.
TERUTAMA UNTUK PERILAKU masalah dalam 3. Memperkuat perilaku target
AGRESIF FISIK: Pembelajaran dengan penguat (bisa dengan
3. Schoolwide policy¸ kebijakan sistem tocen economy)
sekolah untuk penetapan aturan 4. Perkuat ketidakmunculan
disiplin yang tersistem dan perilaku agresif dengan
konsisten. pemberian penguat.
4. Mengurangi hukuman, melainkan 5. Mengabaikan agresif verbal yang
mengantisipasi pemicu agresivitas. dilakukan anak secara konsisten
5. Menajemen pembalajaran secara dan melibatkan seluruh anggota
efektif, meliputi penataan ruang kelas/kelompok (untuk ikut
kelas, membangun iklim belajar mengabaikan).
yang positif, perencanaan yang 6. Response cost atau kesepakatan
preventif, model pembelajaran mengurangi penguat token yang
kolaboratif, dan rencana disiplin telah dikumpulkan anak.
kelas. 7. Time out atau meminta anak
6. Partisipasi sekolah dengan untuk keluar dari aktivitas
mengadakan kegiatan-kegiatan bersama yang menyenangkan,
positif yang menuntut siswa aktif. sebagai alternatif terakhir.
7. Pelatihan keterampilan sosial dan 8. Teguran dengan berdasarkan
peningkatan rasa kepercayaan diri, aturan yang telah ditetapkan
serta resolusi konflik. bersama.
8. Konseling profesional 9. Overcorrection, dengan cara
9. Pelibatan orangtua meminta maaf berulangkali
kepada teman/orang lain yang
menjadi korban dan yang
menyaksikannya.

18
Dinamika Pendidikan Nomor 01/Th.XXI/Mei 2014

Tabel 9. Rancangan ABC untuk Perilaku Melanggar Pembelajaran


pemicu (antecedent) perilaku bermasalah akibat/fungsi perilaku
(behavior) (consequence)
1
Situasi tidak terstruktur Melanggar, Mendapatkan kegiatan yang
Ada aktivitas lain yang lebih menarik menolak/menentang diinginkan
Ada aktivitas yang diinginkan aturan Terhindar dari tugas
Guru menerangkan, memberi tugas, belajar/tugas/arahan Mendapatkan perhatian
memberi koreksi guru,
Bosan

STRATEGI ANTECEDENT TARGET BEHAVIOR STRATEGI CONSEQUENCE


(Sparzo & Walker, 2004) 1 (Sparzo & Walker, 2004)
1. Menerapkan kesepakatan
1. Mengatur jadwal kegiatan  Keterampilan sosial konsekuensi atas perilaku negatif
sekolah secara terstruktur dan dan komunikasi dan positif yang dilakukan anak
konsisten dalam pembelajaran (contract behavior) yang realistis
2. Membuat kesepakatan dan konsisten.
konsekuensi atas perilaku negatif  Keterampilan 2. Memperkuat perilaku target
dan positif yang dilakukan anak manajemen diri dengan penguat (bisa dengan
(contract behavior) yang realistis dalam pembelajaran sistem tocen economy)
dan konsisten. 3. Perkuat ketidakmunculan
3. Menciptakan situasi sekolah yang  Keterampilan perilaku agresif dengan
kondusif terhadap perkembangan menyelesaikan pemberian penguat.
keterampilan sosial siswa dan masalah dalam 4. Response cost atau kesepakatan
warga sekolah lainnya. Pembelajaran mengurangi penguat token yang
4. Memberikan materi atau tugas telah dikumpulkan anak.
pembelajaran sesuai level  Adaptasi terhadap 5. Time out atau meminta anak
kemampuan anak. tugas pembelajaran untuk keluar dari aktivitas
5. Menerapkan metode dan strategi bersama yang menyenangkan,
pembelajaran yang menarik,  Peningkatan prestasi sebagai alternatif terakhir.
individual, dan kontekstual- sesuai potensi dan 6. Teguran dengan berdasarkan
fungsional kemampuan anak aturan yang telah ditetapkan
bersama.
7. Overcorrection, dengan
memperbaiki perilaku yang
dilebihkan perbaikannya.

Kesimpulan pencetus, dan konsekuensi perilaku; serta

FBA (Functional Behavior Assess- menemukan motif perilaku bermasalah

ment) merupakan pendekatan asesmen yakni tangible, escape, dan get attention.

perilaku yang sistematis karena hasilnya Rancangan intervensi yang dirumus-

dapat mendiskripsikan dengan jelas profil kan berdasarkan temuan FBA juga

dan karakteristik ketunalasaran (ganggu- bersifat sistematis dan sesuai dengan pola

an perilaku) subjek; pola perilaku berma- perilaku yang ditemukan. Perilaku berma-

salah subjek yang terdiri dari bentuk salah akan diganti dengan replacement

perilaku yakni perilaku agresif dan behaviors berupa keterampilan sosial,

melanggar aturan guru/pembelajaran, manajemen diri, dan mengatasi masalah

19
Dinamika Pendidikan Nomor 01/Th.XXI/Mei 2014

di sekolah. Pencetus perilaku bermasalah with Complex Behavioral Difficul-


ties. London: Jessica Kingsley.
dikurangi dengan strategi antecedents
Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman
berupa pengaturan perilaku, pengaturan dengan Center of Public Mental
dan konsistensi kegiatan dan aturan di Health (CPMH) (2011). Data Pasien
Psikolog Puskesmas se-Kabupaten
sekolah dan pemberian materi ajar yang Sleman 2011. Yogyakarta:
kontekstual dan sesuai kemampuan anak. Kerjasama Dinas Kesehatan
Kabupaten Sleman Provinsi DIY
Kemudian strategi consequences dengan Center of Public Mental
dirancang untuk mengatasi perilaku Health (CPMH) Fakultas Psikologi
UGM. Tidak diterbitkan.
bermasalah dan memberi respon akan
Gardner, F. &. Moore, Z.E. (2008).
perilaku positif, berupa penerapan Understanding clinical anger and
konsekuensi perilaku yang ditetapkan violence: the anger avoidance model.
Behavior Modification, 32, 897-912.
pada strategi antecedents.
Glicken, M. D. (2009). Evidence-Based
Practise with Emotionally Troubled
Daftar Pustaka Children and Adolescents. London:
Elsevier Inc.
Agus Salim. (2001). Teori dan Gresham, F. M. (1981). Social skills
Paradigma Penelitian Sosial. Tiara training with handicapped children: a
Wacana: Yogyakarta. review. Review of Educational Rese-
arch, 51 (1), 139-176.. Stable URL:
Alter, P. J., Conroy, M. A., Mancil, R. R., http://www.jstor.org/stable/1170253
& Haydon, T. (2008). A comparison
of functional behavior assessment Hallahan, D. P., Kauffman, J. M., &
methodologies with young children: Pullen, P. G. (2011). Exceptional
descriptive methods and functional Learners, an Introduction to Special
analysis. Journal Behavior Education. New Jersey: Pearson
Education, 17 (2), 200-219. DOI: Education Inc.
10.1007/s10864-008-9064-3. Hawkins, R. O., & Axelrod, M. I. (2008).
Burhan Bungin. (2003). Metode Increasing the on-task homework
Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT. behavior of youth with behavior
Raja Grafindo Persada. disorders using functional behavioral
assessment. Behavior Modification,
Burke, J. D., Loeber, R., & Birmaher, B. 32 (6), 840-859.
(2002). Oppositional defiant disorder
and conduct disorder: a review of the Joosten, A. V., & Bundy, A. C. (2008).
past 10 years, Part II. Journal The motivation of stereotypic and
American Academy of Child and repetitive behavior: examination of
Adolescent Psychiatry, 41 (11), construct validity of the motivation
1275-1293. DOI: 10.1097/01. assessment scale. Journal Autism
CHI.0000024839.60748.E8. Developmental Disorder, 38, 1341-
1348.
Cole, T., & Knowles, B. (2011). How to
Help Children and Young People Landrum, T. (2003). What is special
about special education for students

20
Dinamika Pendidikan Nomor 01/Th.XXI/Mei 2014

with emotional or behavioral new directions. Exceptionality, 9


disorder? The Journal of Special (1&2), 3-18.
Education, 37 (3), 148-156. DOI: Rusdi Maslim, R. (2003). Diagnosis
10.1177/00224669030370030401. Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas
Lerner J.W., & Kline F. (2006). Learning dari PPDGJ - III. Jakarta: PT. Nuh
Disabilities and Related Disorders. Jaya.
Michigan: Houghton Mifflin. Reinke, W. M., & Herman, K. C. (2002).
Loeber, R., Burke, J. D., Lahey, B. B., Creating school environments that
Winster, A., & Zera, M. (2000). deter antisocial behaviors in youth.
Oppositional defiant and conduct Psychology in the Schools, 39 (5),
disorder: a review of the past 10 549-559. DOI: 10.1002/pits.10048.
years, Part I. The American Academy Samanci, O. (2010). Teacher views on
of Child and Adolescent Psychiatry, social skills development in primary
39 (12), 1468 - 1484. DOI: 0890- school students. Education, 131 (1),
8567/00/3912-1468. 147-157.
Loman, S., & Borgmeier, C. (2010). Shepherd, T. (2010). Working with
Practical Functional Behavioral Students with Emotional and
Assessment Training Manual for Behavior Disorders Characteristik
School-Based Personal: Participant's and Behavior Disorder. New Jersey:
Guidebook.. Diunduh pada tanggal Pearson Education Inc.
18 November 2011, dari Portland,
OR: Portland State University: Sparzo, F.J. & Walker, S.C. (2004).
www.pbis.org/common/pbisresource Managing Behavior in Inclusive
s/publication/PracticalFBA_Training Class. Dalam Choate, J.S. (Ed.). In
Manual.pdf. Successful Inclusive Teaching
Proven Ways to Detect and Correct
Love, J.R., Carr, J.E., & LeBlanc,L.A. Special Needs 4th. Terjemahan Helen
(2009) Functional Assessment of Keller International (2013).
Problem Behavior in Children with Pengajaran Inklusif yang Sukses
Autism Spectrum Disorder: A
Cara Handal untuk Mendeteksi dan
Summary of 32 Outpatiens Cases. Memperbaiki Kebutuhan Khusus.
Journal of Autism Development Indonesia: Helen Keller Indonesia.
Disorder, 39. 363-372.
Suharsimi Arikunto. (1998). Prosedur
Medley, N. S., Little, S. G., & Akin- Penelitian Suatu Pendekatan
Little, A. (2008). Comparing Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
individual behavior plans from
schools with and without schoolwide Suprayogo & Imam Tobroni. (2001).
positive behavior support: a Metodologi Penelitian. PT. Raja
preliminary study. Journal Behavior Grafindo Persada : Jakarta.
Education, 17, 93-110. DOI: Wenar, C., & Kerig, P. (2005).
10.1007/s10864-007-9053-y Developmental Psychopathology
Merrell, K. W. (2001). Assessment of from Infancy through Adolescent
children‟s social skills: recent (10th Edition ed.). New York:
developments, best practices, and McGraw-Hill Companies Inc.

21

Anda mungkin juga menyukai