Anda di halaman 1dari 2

Raden Patah

Raden Patah (bahasa Jawa: ꦫꦢꦺꦤ꧀ꦦꦠꦃ, nama Arab: Hasan) adalah pendiri dan pemimpin pertama
Kesultanan Demak dari tahun 1478/1500 hingga 1518.[a] Raden Patah mengambil gelar
Panembahan Jimbun setelah melegitimasi Kesultanan Demak sebagai penerus Majapahit dan
pengangatakannya sebagai sultan Demak oleh Wali Songo.

Sejarawan Merle Calvin Ricklefs membedakan Raden Patah dari muslim yang bernama Cek-ko-
po. Ia mengatakan bahwa Cek-ko-po adalah orang luar, mungkin dari Tiongkok, yang tampaknya
mendirikan Kesultanan Demak dan memiliki anak yang mungkin bernama "Rodim", yang disebut
demikian oleh orang Portugis.[6] Sementara Tomé Pires, dalam bukunya Suma Oriental,
mengatakan bahwa "Pate Rodim" adalah penguasa Demak yang memiliki wilayah Palembang.[7]
Kemudian, satu sumber mengatakan bahwa dipercaya luas Kesultanan Demak didirikan pada
tahun 1500 oleh Muslim Tionghoa bernama Cek-ko-po atau anaknya, Raden Patah.

Raden Patah memiliki banyak nama, diantaranya Praba atau Raden Bagus Kasan (Hasan), yang
memiliki nama Tionghoa Jin Bun (Hanzi: 靳文, Pinyin: Jìn Wén) sehingga disebut juga Senapati
Jimbun[9] atau Panembahan Jimbun,[10] bergelar Sultan Syah Alam Akbar al-Fatah (1455–1518).
Menurut kronik Tiongkok dari Kuil Sam Po Kong Semarang, ia memiliki nama Tionghoa yaitu Jin
Bun tanpa nama marga di depannya, karena hanya ibunya yang berdarah Tionghoa. Jin Bun
artinya orang kuat.[11] Nama tersebut identik dengan nama Arabnya "Fatah (Patah)" yang berarti
kemenangan.

Terdapat berbagai versi tentang asal usul pendiri Kerajan Demak.

Menurut Babad Tanah Jawi, Raden Patah diduga adalah putra Brawijaya V raja terakhir Majapahit
(versi babad) dari seorang selir Tionghoa. Selir Tionghoa ini putri dari Kyai Batong (alias Tan Go
Hwat). Karena Ratu Dwarawati sang permaisuri yang berasal dari Campa merasa cemburu, Bhre
Kertabhumi terpaksa memberikan selir Tiongkok kepada adipatinya di Palembang, yaitu Arya
Damar. Setelah melahirkan Raden Patah, putri Tionghoa dinikahi Arya Damar (alias Swan Liong),
melahirkan Raden Kusen (alias Kin San).

Menurut Purwaka Caruban Nagari, nama asli selir Tionghoa adalah Siu Ban Ci, putri Tan Go
Hwat dan Siu Te Yo dari Gresik. Tan Go Hwat merupakan seorang saudagar dan juga ulama
bergelar Syaikh Bantong (alias Kyai Batong).

Menurut Suma Oriental karya Tome Pires, pendiri Demak bernama Pate Rodin, cucu seorang
masyarakat kelas rendah di Gresik.

Menurut kronik Tiongkok dari kuil Sam Po Kong, nama panggilan waktu Raden Patah masih
muda adalah Jin Bun, putra Kung-ta-bu-mi (alias Bhre Kertabhumi alias Brawijaya V) raja
Majapahit (versi Pararaton) dari selir Tiongkok. Kemudian selir Tionghoa diberikan kepada
seorang berdarah setengah Tionghoa bernama Swan Liong di Palembang. Swan Liong merupakan
putra Yang-wi-si-sa (alias Hyang Purwawisesa) dari seorang selir Tiongkok. Dari perkawinan
kedua itu lahir Kin San (alias Raden Kusen). Kronik Tiongkok ini memberitakan tahun kelahiran
Jin Bun adalah 1455. Mungkin Raden Patah lahir saat Bhre Kertabhumi belum menjadi raja
(memerintah tahun 1474-1478). Menurut Slamet Muljana (2005), Babad Tanah Jawi teledor dalam
mengidentifikasi Brawijaya V sebagai ayah Raden Patah sekaligus ayah Arya Damar, yang lebih
tepat isi naskah kronik Tiongkok Sam Po Kong terkesan lebih masuk akal bahwa ayah Swan
Liong (alias Arya Damar) adalah Yang-wi-si-sa, berbeda dengan ayah Jin Bun (alias Raden Patah)
yaitu Kung-ta-bu-mi atau Kertabhumi alias Brawijaya V.[11]

Menurut Sejarah Banten, Pendiri Demak bernama Cu Cu (Gan Eng Wan?), putra (atau bawahan)
mantan perdana menteri Tiongkok (Haji Gan Eng Cu?) yang pindah ke Jawa Timur. Cu Cu
mengabdi ke Majapahit dan berjasa menumpas pemberontakan Arya Dilah bupati Palembang.
Berita ini cukup aneh karena dalam Babad Tanah Jawi, Arya Dilah adalah nama lain Arya Damar,
ayah angkat Raden Patah sendiri. Selanjutnya, atas jasa-jasanya, Cu Cu menjadi menantu raja
Majapahit dan dijadikan bupati Demak bergelar Arya Sumangsang (Aria Suganda?).

Meskipun terdapat berbagai versi, namun diceritakan bahwa pendiri Demak memiliki hubungan
dengan Majapahit, Tiongkok, Gresik, dan Palembang.

Anda mungkin juga menyukai