Anda di halaman 1dari 56

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn.

JSN
DENGAN BPH POST TURP PROSTAT
TANGGAL 27-28 MARET 2021
DI RUANG HIGH CARE UNIT

OLEH:
NI KADEK HANDAYANI RASMANA, S.KEP
NIM. C2221025

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES BINA USADA BALI
2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn.


JSN DENGAN BPH POST TURP PROSTAT TANGGAL 27-28 MARET 2021 DI
RUANG HIGH CARE UNIT

Diajukan Oleh :
Ni Kadek Handayani Rasmana, S.Kep
NIM. C2221025

Telah Disahkan Sebagai Laporan Praktik


Stase Konsep Dasar Keperawatan di Minggu Pertama

Preseptor Klinik Preseptor Akademik

Ns. Ika Tona Sulistyorini, S.Kep. Ns. I Putu Artha Wijaya, S.Kep., M.Kep.
NIP : 2002.10.0234 NIDN : 0821058603

Mengetahui
STIKES Bina Usada Bali
Profesi Ners
Ketua

(Ns. I Putu Artha Wijaya, S.Kep., M.Kep)


NIK. 11.01.0045
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. JSN
DENGAN BPH POST TURP PROSTAT
TANGGAL 27-28 MARET 2021
DI RUANG HIGH CARE UNIT

OLEH:
NI KADEK HANDAYANI RASMANA, S.KEP
NIM. C2221025

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES BINA USADA BALI
2021
A. Konsep Dasar Medis

1. Pengertian

Benigna Prostate Hiperplasia (BPH) adalah suatu kondisi yang

sering terjadi sebagai hasil dari pertumbuhan dan pengendalian hormon

prostat (Kardiyudiani & Susanti, 2019).

Hipertropi prostat merupakan kelainan yang sering ditemukan.

Istilah hipertrofi sebenarnya kurang tepat karena yang terjadi sebenarnya

adalah hiperplasia kelenjar periuretral yang mendesak jaringan prostat

asli ke perifer dan menjadi simpai bedah (Sjamsuhidajat, 2012).

Benigna prostat hyperplasia adalah pertumbuhan nodul-nodul

fibriadenomatosa majemuk dalam prostate, pertumbuhan tersebut dimulai

dari bagian periuretral sebagai proliperasi yang terbatas dan tumbuh

dengan menekan kelenjar normal yang tersisa (Guyton & Hall, 2016)

Benigna prostate hyperplasia adalah kondisi patologis yang paling

umum pada pria lansia dan penyebab kedua yang paling sering

untuk intervensi medis pada pria di atas usia 60 tahun (Brunner &

Suddarth, 2017)

Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa BPH

adalah suatu kondisi dimana sistem perkemihan mengalami gangguan

yang disebabkan oleh terjadinya pertumbuhan kelenjar prostat

mengelilingi saluran kemih pada pria dengan usia diatas 50 tahun yang

mengakibatkan kurang lancarnya berkemih.


2. Anatomi & Fisiologi

a. Anatomi Prostat

Menurut Guyton & Hall (2016), Kelenjar prostat berada dibawah

kandung kemih, mengelilingi uretra posterior dan disebelah proksimalnya

berhubungan dengan buli-buli, sedangkan bagian distalnya kelenjar prostat

ini menepmpel ada diafragma urogenital yang sering disebut sebagai otot

dasar panggul.

Gambar 2.1 Letak Anatomi Prostat ( Hidayat, 2009 )

b. Fisiologi prostat

Menurut Guyton & Hall (2016) fisiologi prostat adalah suatu

alat tubuh yang tergantung kepada pengaruh endokrin. Pengetahuan

mengenai sifat endokrin ini masih belum pasti. Bagian yang

pekaterhadap estrogen adalah bagian tengah, sedangkan bagian tepi

peka terhadap androgen. Oleh karena itu pada orang tua bagian

tengahlah yang mengalami hiperplasi karena sekresi androgen

berkurgan sehingga kadar estrogen relatif baertambah. Sel-sel

kelenjar kelenjar prosta dapat membentuk enzim asam fosfatase

yang paling aktif bekerja.


Prostat bersifat difus dan bermuara ke dalam pelksus

santorini. Persarafan prostat terutama berasal dari simpatis pleksus

hipoglaktikus dan serabut yang berasal dari nervus sakralis ketiga

dan keempat melalui pleksus sakralis. Drainase limfe prostat ke nodi

limfatisi obturatoria, iliaka eksterna dan pre sakralis, serta sangat

penting dalam mengevaluasi luas penyebaran penyakit dari prostat

(Purwanto, 2016). Sedangkan menurut Smeltzer & Barre (2017),

sewaktu perangsangan seksual, prostat mengeluarkan cairan encer

seperti susu yang mengandung berbagai enzim dan ion ke dalam

duktus ejakulatorius. Cairan ini menambah volume cairan vesikula

seminalis dan sperma. cairan prostat bersifat basa (alkalis). Sewaktu

mengendap di cairan vagina wanita, bersama ejakulat yang lain,

cairan ini dibutuhkan karena motilitas sperma akan berkurang dalam

lingkungan dengan pH rendah.

3. Etiologi

Menurut Sjamsuhidajat (2012), dengan bertambahnya usia, akan

terjadi perubahan keseimbangan testosteron dan estrogen karena produksi

estrogen menurun dan terjadi konversi testosteron menjadi estrogen pada

jaringan adiposa di perifer. Perubahan mikroskopik pada prostat telah

terjadi pada pria usia 30-40 tahun. Bila perubahan mikrokopik ini

berkembang, akan terjadi perubahan patologik anatomi yang ada pada

pria usia 50 tahun angka kejadiannya sekitar 50%, dan pada usia 80 tahun

80%. Sekitar 50% dari angka tersebut menyebabkan gejala dan tanda
klinis.

Menurut Nursalam (2016), hingga sekarang belum diketahui

secara pasti penyebab prostat hiperplasi, tetapi beberapa hipotesis

menyebutkan bahwa hiperplasi prostat erat kaitannya dengan

peningkatan kadar dehidrotestosteron (DHT) dan proses penuaan.

Beberapa hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya hiperplasi

prostat adalah:

a. Adanya perubahan keseimbangan antara hormon testosteron

dan estrogen pada usia lanjut.

b. Peranan dari growth factor (faktor pertumbuhan) sebagai

pemicu pertumbuhan stroma kelenjar prostat.

c. Meningkatnya lama hidup sel-sel prostat karena berkurangnya

sel yang mati. Diduga hormon androgen berperan menghambat

proses kematian sel karena setelah dilakukan kastrasi, terjadi

peningkatan aktivitas kematian sel kelenjar prostate. Estrogen

diduga mampu memperpanjang usia sel-sel prostate.

d. Teori sel stem, menerangkan bahwa terjadi proliferasi

abnormal sel stem sehingga menyebabkan produksi sel stroma

dan sel epitel kelenjar prostat menjadi berlebihan.

4. Pathofisiologi
Menurut Sjamsuhidajat (2012), menyebutkan bahwa pada

umumnya gangguan ini terjadi setelah usia pertengahan akibat perubahan

hormonal. Bagian paling dalam prostat membesar dengan terbentuknya

adenoma yang tersebar. Pembesaran adenoma yang progresif menekan


atau mendesakn jaringan jaringan prostat yang normal ke kapsula sejati

yang menghasilkan kapsula bedah. Kapsula bedah ini menahan

perluasannya dan adenoma cenderung tumbuh ke dalam lumennya, yang

membatasi pengeluaran urin. Akhirnya diperlukan peningkatan

penekanan untuk mengosongkan kandung kemih. Serat – serat muskulus

destrusor berespon hipertropi, yang menghasilkan trabekulasi di dalam

kanndung kemih. Pada beberapa kasus jika obstruksi keluar terlalu hebat,

terjadi dekompensasi kandung kemih menjadi struktur yang flasid

(lemah), berdilatasi dan sanggup berkontraksi secara efektif. Karena

terdapat sisa urin, maka terdapat peningkatan infeksi dan batu kandung

kemih. Peningkatan tekanan balik dapat menyebabkan hidronefrosis.

Retensi progresif bagi air, natrium, dan urea dapat menimbulkan edema

hebat.

Menurut (LeMone et al., 2016), pembesaran prostat terjadi secara

perlahan-lahan pada traktus urinarius, terjadi perlahan-lahan. Pada tahap

awal terjadi pembesaran prostat sehingga terjadi perubahan fisiologis

yang mengakibatkan resistensi uretra daerah prostat, leher vesika

kemudian detrusor mengatasi dengan kontraksi lebih kuat. Sebagai

akibatnya serat destrusor akan menjadi lebih tebal dan penonjolan serat

destrusor ke dalam mukosa buli-buli akan terlihat sebagai balok-balok

yang tampai (trabekulasi). Jika dilihat dari dalam vesika dengan

sitoskopi, mukosa vesika dapat menerobos keluar di antara serat destusor

sehingga terbentuk tojolan mukosa yang apabila kecil dinamakan sekula


dan apabila besar disebut diverkel. Fase penebalan destrusor adalah fase

kompensasi yang apabila berlanjut destrusor akan menjadi lelah dan

akhirnya akan mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk

kontraksi, sehingga terjadi retensi urin total yang berlanjut pada

hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih atas.

Pembesaran prostat menyebabkan penyempitan lumen uretra

prostatika dan menghambat aliran urine. Keadaan ini menyebabkan

peningkatan tekanan intravesikal. Untuk dapat mengeluarkan urine, buli–

buli harus berkontraksi lebih kuat guna melawan tekanan itu. Kontraksi

yang terus menerus ini menyebabkan perubahan anatomik buli–buli

berupa hipertropi otot destrusor, trabekulasi, terbentuknya selula, sakula,

dan divertikel buli–buli. Perubahan struktur pada buli-buli tersebut yang

oleh pasien dirasakan sebagai keluhan pada saluran kemih sebelah bawah

atau lower urinary tract symptom (LUTS) yang dahulu dikenal dengan

gejala prostatismus (Nursalam, 2016).

5. Manifestasi Klinik

Menurut Purwanto (2016), pasien BPH dapat menunjukkan

berbagai macam tanda dan gejala. Gejala BPH berganti-ganti dari waktu-

kewaktu dan mungkin dapat semakin parah, menjadi stabil, atau semaki

buruk secara spontan. Berbagai tanda dan gejala dapat dibagi dalam dua

kategori: obstruktif (terjadi ketika faktor dinamik/atau faktor static

mengurangi pengosongan kandung kemih) dan iritatif (hasil dari

obstruksiyang sudah berjalan lama pada leher kandung kemih).


Menurut Toisutta (2018), timbulnya gejala LUTS (lower urinary

tract symptom) merupakan manifestasi kompensasi otot buli-buli untuk

untuk mengeluarkan urine. Pada suatu saat, otot buli- buli mengalami

kepayahan (fatique) sehingga jatuh kepada fase dekompensasi yang

diwujudkan dalam bentuk retensi urine akut. Adapun gejala dan tanda

yang nampak pada pasien dengan BPH:

a. Retensi urine

b. Kurangnya atau lemahnya pancaran kencing

c. Miksi yang tidak puas

d. Frekuensi kencing bertambah terutama malam hari (nocturia)

e. Miksi harus mengejan

f. Terasa panas, nyeri atau sekitar waktu miksi (disuria)

g. Massa pada abdomen bagian bawah (hematuria)

h. Kesulitan mengawali dan mengakhiri miksi

i. Kolik renal

j. Berat badan turun

Menurut LeMone et al (2016), mengatakan bahwa obstruksi dini pada

saluran keluar yaitu:

a. Pancaran lemah, hesistansi, intermitensi, menetes/dribbling,

mengejan saat berkemih, retensi urin akut.

b. Frekuensi, urgensi, nokturia, disuria, inkontinensia.

c. Kandung kemih yang teraba (atau dapat diperkusi) inkontinensia.

d. Pembesaran prostat yang licin pada pemeriksaan RT.


6. Klasifikasi BPH

Tabel 2.1 Kategori keparahan BPH berdasarkan gejala dan tanda

Keparahan penyakit Kekhasan gejala dan tanda


Ringan Asimtomatik
Kecepatan urinary puncak<10mL/s
Volume urin residual setelah pengosongan >25-50 mL
Peningkatan BUN dan kreatinin serum
Sedang Semua tanda diatas ditambah obstruktif penghilangan gejala dan
iritatif penghilangan gejala 9tanda dari destrusor yang tidak stabil)
Parah Semua tanda diatas ditambah satu atau dua lebih komplikasi BPH
Sumber: ISO farmakoterapi 2 hal: 146

Derajat berat BPH menurut Sjamsuhidajat (2012), dibedakan

menjadi 4 tingkat seperti terlihat dalam tabel 2.1 yang dinilai berdasakan

pemeriksaan fisik dengan colok dubur dan pemeriksaan sisa volume

urin/atau residu urin yang ada di kandung kemih setelah pasien berkemih

dengan menggunakan kateter

Tabel 2.2 Derajat berat hipertrofi prostat


Derajat Colok Dubur Sisa Volume Urin
I Penonjolan prostat, Batas atas dapat diraba < 50 ml
II Penonjolan prostat jelas, batas atas dapat dicapai 50 – 100 ml
III Batas atas prostat tidak dapat diraba > 100 ml
IV Batas atas prostat tidak dapat diraba Retensi urin total

Menurut Sjamsuhidajat (2012):

a. Derajat satu biasanya belum memerlukan tindakan tindakan bedah,

diberi pengobatan konservatif.

b. Derajat dua merupakan indikasi untuk melakukan pembedahan

biasanya dianjurkan reseksi endoskopik melalui uretra (trans urethral

resection / tur).

c. Derajat tiga reseksi endoskopik dapat dikerjakan, bila diperkirakan

prostate sudah cukup besar, reseksi tidak cukup 1 jam sebaiknya


dengan pembedahan terbuka, melalui trans retropublik/perianal.

d. Derajat empat tindakan harus segera dilakukan membebaskan klien

dari retensi urine total dengan pemasangan kateter.

7. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Purwanto (2016), pemeriksaan penunjang yang

seharusnya dilakukan pada pasien dengan BPH adalah:

a. Pemeriksaan colok dubur (Rectal Toucher)

Pemeriksaan colok dubur adalah memasukkan jari telunjuk

yang sudah diberi pelicin ke dalam lubang dubur. Pada pemeriksaan

colok dubur dinilai:

1) Tonus sfingter ani dan refleks bulbo-kavernosus (BCR).

2) Mencari kemungkinan adanya massa didalam lumen rectum.

3) Menilai keadaan prostate.

b. Laboratorium

1) Urinalisa untuk melihat adanya infeksi, hematuria.

2) Ureum, creatinin, elektrolit untuk melihat gambaran fungsi

ginjal.

c. Pengukuran derajat berat obstruksi

1) Menentukan jumlah sisa urin setelah penderita miksi spontan

(normal sisa urin kosong dan batas intervensi urin lebih dari 100

cc).

2) Pancaran urin (uroflowmetri) syarat : jumlah urin dalam vesika


125 s/d 150 ml. angka normal rata-rata 10 s/d 12 ml/detik,

obstruksi ringan 6-8 ml/detik.

d. Pemeriksaan lain

1) BNO/IVP untuk menentukan adanya divertikel, penebalan

bladder

2) USG dengan transuretral ultrasonografi prostat (TRUS P) untuk

menentukan volume prostate

3) Trans-abdominal USG : untuk mendeteksi bagian prostat yang

menonjol ke buli-buli yang dapat dipakai untuk meramalkan

derajat berat obstruksi apabila ada batu dalam vesika.

4) Cystoscopy untuk melihat adanya penebalan pada dinding

bladder.

Menurut Sjamsuhidajat (2012), dengan pemeriksaan

radiologik, seperti foto polos perut dan pielografi intravena, dapat

diperoleh keterangan mengenai penyakit ikutan, misalnya batu

saluran kemih, hidronefrosis, atau divertikulum kandung kemih.

kalau dibuat foto stelah miksi, dapat dilihat sisa urin. Pembesaran

prostat dapat dilihat sebagai lesi defek isian kontras pada dasar

kandung kemih. Secara tidak langsung, pembesaran prostat dapat

diperkirakan apabila dasar buli- buli pada gambaran sistogram

tampak terangkat ujung distal ureter membelok ke atas berbentuk

seperti mata kail. Apabila fungsi ginjal buruk sehingga ekskresi

ginjal kurang baik atau penderita sudah dipasang kateter menetap,

dapat dilakukan sitogram retrograd.


8. Penatalaksanaan Medis

Menurut Sjamsuhidajat (2012) dalam penatalaksanaan pasien

dengan BPH tergantung pada stadium-stadium dari gambaran klinis,

yaitu :

a. Stadium I

Pada stadium ini biasanya belum memerlukan tindakan

bedah, diberikan pengobatan konservatif, misalnya menghambat

adrenoresptor alfa seperti alfazosin dan terazosin. Keuntungan obat

ini adalah efek positif segera terhadap keluhan, tetapi tidak

mempengaruhi proses hiperplasi prostat. Sedikitpun kekurangannya

adalah obat ini tidak dianjurkan untuk pemakaian lama.

b. Stadium II

Ada stadium II merupakan indikasi untuk melakukan

pembedahan biasanya dianjurkan reseksi endoskopi melalui uretra

(trans uretra).

c. Stadium III

Pada stadium III reseksi endoskopi dapat dikerjakan dan

apabila diperkirakan prostat sudah cukup besar, sehinga reseksi tidak

akan selesai dalam 1 jam. Sebaiknya dilakukan pembedahan terbuka.

Pembedahan terbuka dapat dilakukan melalui trans vesika,

retropubik dan perineal.

d. Stadium IV

Pada stadium IV yang harus dilakukan adalah membebaskan


penderita dari retensi urin total dengan memasang kateter atau sistotomi.

Setelah itu, dilakukan pemeriksaan lebih lanjut amok melengkapi

diagnosis, kemudian terapi definitive dengan Transurethral Resection

(TUR) atau pembedahan terbuka.

Pada penderita yang keadaan umumnya tidak memungkinkan

dilakukan pembedahan dapat dilakukan pengobatan konservatif dengan

memberikan obat penghambat adrenoreseptor alfa. Pengobatan konservatif

adalah dengan memberikan obat anti androgen yang menekan produksi

LH.

Menurut Purwanto (2016), penatalaksanaan pada BPH dapat

dilakukan dengan:

a. Observasi

Kurangi minum setelah makan malam, hindari obat

dekongestan, kurangi kopi, hindari alkohol, tiap 3 bulan kontrol

keluhan, sisa kencing dan colok dubur.

b. Medikamentosa

Terapi medikamentosa pada penanganan BPH antara lain :

1) Mengharnbat adrenoreseptor alfa

2) Obat anti androgen

3) Penghambat enzim alfa 2 reduktase

4) Fisioterapi

c. Terapi Bedah

Prostatectomy merupakan tindakan pembedahan bagian

prostate (sebagian/seluruh) yang memotong uretra, bertujuan untuk


memeperbaiki aliran urin dan menghilangkan retensi urinaria akut.

Prostatektomy diindikasikan untuk hiperplasia dan kanker

prostat. Prostatektomi mencakup bedah pengangkatan sebagian atau

keseluruhan kelenjar prostat. Pendekatan pembedahan dapat

transuretra (melalui uretra), atau melalui suprapubis (abdomen bawah

dan leher kandung kemih), perineal (anterior rektum), atau insisi

retropubis (abdomen bawah, tidak dilakukan reseksi leher kandung

kemih) (Putri & Ayu, 2018)

Menurut Smeltzer & Barre (2017), jenis Prosratektomy,

yaitu :

1) Trans Uretral Resection Prostatectomy (TURP)

Yaitu pengangkatan sebagian atau keseluruhan

kelenjar prostat melalui sitoskopi atau resektoskop yang

dimasukkan melalui uretra.

2) Prostatektomi Suprapubis (Suprapubic/Open rostatectomy)

Yaitu pengangkatan kelenjar prostat melalui insisi

yang dibuat pada kandung kemih.

3) Prostatektomi retropubis (Retropubik Prostatectomy)

Yaitu pengangkatan kelenjar prostat melalui insisi

pada abdomen bagian bawah melalui fosa prostat anterior

tanpa memasuki kandung kemih.

4) Prostatektomi Peritoneal (Perineal Prostatectomy)

Yaitu pengangkatan kelenjar prostat radikal melalui

sebuah insisi diantara skrotum dan rektum.


d. Terapi Invasif Minimal

Terapi invasif minimal dalam penatalaksanaan Benign

Prostatic Hyperplasia (BPH), antara lain :

1) Trans Uretral Mikrowave Thermotherapy (TUMT)

Yaitu pemasangan prostat dengan gelombang mikro

yang disalurkan ke kelenjar prostat melalui antena yang

dipasang melalui/pada ujung kateter.

2) Trans Uretral Ballon Dilatation (TUBD)

3) High Intensity Focused Ultrasound

4) Ablasi Jarum Transuretra (TUNA)

5) Stent Prostat

Menurut Smeltzer & Barre (2017) dalam pemilihan

prosedur pembedahan prostatektomy bergantung pada :

1) Ukuran kelenjar

2) Keparahan obstruksi

3) Usia dan kondisi pasien

4) Adanya Penyakit berkaitan

9. Komplikasi

Menurut Kardiyudiani & Susanti (2019), komplikasi yang dapat

terjadi pada hipertropi prostat adalah :

a. Retensi kronik dapat menyebabkan refluks vesiko-ureter,

hidroureter, hidronefrosis, gagal ginjal.

b. Proses perusakan ginjal dipercepat bila terjadi infeksi pada waktu


miksi.

c. Hernia/hemoroid

d. Hematuria.

e. Sistitis dan Pielonefritis

Kerusakan traktus urinarius bagian atas akibat dari obstruksi

kronik mengakibatkan penderita harus mengejan pada miksi yang

menyebabkan peningkatan tekanan intraabdomen yang akan

menimbulkan hernia dan hemoroid. Stasis urin dalam vesiko

urinaria akan membentuk batu endapan yang menambah keluhan

iritasi dan hematuria. Selain itu, stasis urin dalam vesika urinaria

menjadikan media pertumbuhan mikroorganisme, yang dapat

menyebabkan sistitis dan bila terjadi refluks menyebabkan

pyelonefritis (Sjamsuhidajat, 2012).

B. Konsep Dasar Keperawatan

Dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang

membutuhkan perawatan tidak terlepas dari pendekatan dengan proses

keperawatan. Proses keperawatan yaitu suatu proses pemecahan yang dinamis

dalam usaha untuk memperbaiki dan melihat pasien sampai ketaraf optimum

melalui suatu pendekatan yang sistematis untuk mengenal, membantu

memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan langkah-langkah yaitu perencanaan,

pelaksanaan tindakan, dan evaluasi keperawatan yang berkesinambungan.


1. Fokus Pengkajian

Pengkajian pada pasien BPH dilakukan dengan pendekatan proses

keperawatan. Menurut Wilkinson & Ahern (2013), fokus pengkajian

pasien dengan BPH adalah sebagai berikut:

a) Sirkulasi

Pada kasus BPH sering dijumpai adanya penurunan tekanan

darah. Peningkatan nadi sering dijumpai pada kasus postoperasi BPH

yang terjadi karena kekurangan volume cairan.

b) Integritas Ego

Pasien dengan kasus penyakit BPH seringkali terganggu

integritas egonya karena memikirkan bagaimana akan menghadapi

pengobatan yang dapat dilihat dari tanda-tanda seperti kegelisahan,

kacau mental, perubahan perilaku.

c) Eliminasi

Pada kasus post operasi BPH terjadi gangguan eliminasi yang

terjadi karena tindakan invasif serta prosedur pembedahan sehingga

perlu adanya obervasi drainase kateter untuk mengetahui adanya

perdarahan dengan mengevaluasi warna urin. Evaluasi warna urin, contoh:

merah terang dengan bekuan darah, perdarahan dengan tidak ada bekuan,

peningkatan viskositas, warna keruh, gelap dengan bekuan. Selain terjadi

gangguan eliminasi urin, juga ada kemugkinan terjadinya konstipasi.

d) Makanan dan cairan

Terganggunya sistem pemasukan makan dan cairan yaitu

karena efek penekanan/nyeri pada abomen (pada preoperasi),


maupun efek dari anastesi pada postoperasi BPH, sehingga terjadi

gejala: anoreksia, mual, muntah, penurunan berat badan. Tindakan

yang perlu dikaji adalah awasi masukan dan pengeluaran baik cairan

maupun nutrisinya.

e) Nyeri dan kenyamanan

Menurut hierarki Maslow, kebutuhan rasa nyaman adalah

kebutuhan dasar yang utama. Karena menghindari nyeri merupakan

kebutuhan yang harus dipenuhi. Pada pasien post operasi biasanya

ditemukan adanya nyeri suprapubik, pinggul tajam dan kuat, nyeri

punggung bawah.

f) Keselamatan/ keamanan

Pada kasus operasi terutama pada kasus penyakit BPH faktor

keselamatan tidak luput dari pengkajian perawat karena hal ini

sangat penting untuk menghindari segala jenis tuntutan akibat

kelalaian paramedik, tindakan yang perlu dilakukan adalah kaji

adanya tanda- tanda infeksi saluran perkemihan seperti adanya

demam (pada pre operasi), sedang pada postoperasi perlu adanya

inspeksi balutan dan juga adanya tanda-tanda infeksi baik pada luka

bedah maupun pada saluran perkemihannya.


2. Pathway Keperawatan (Terlampir)

Pathway Pre Operasi


Perubahan usia (usia lanjut)

Ketidakseimbangan produksi estrogen dan testosteron

Pertumbuhan sel kelenjar jaringan adipose BPH

DHT dan enzim alfa reduktase obstruksi

Memacu m-RNA iritasi

Pertumbuhan kelenjar pengosongan yang destrusor


Prostate tidak sempurna berkontraksi

Resistensi vesika Disuria


rasa tidak puas
saat miksi
Nyeri Inkontinensia urin
Destrusor menebal
Nyeri supra pubik

Retensi urin Perubahan status kesehatan


Hidroureter, kemungkinan prosedur operasi
Hidronefrosis, dan
Gagal ginjal Ansietas

Kerusakan pola eliminasi urin

Distensi kandung kemih Kurang terpajan informasi


Diuretik proses penyakit dan
Refluks vesiko ureter pengobatan

Resiko Infeksi

Resiko ketidakseimbangan Kurang pengetahuan

volume cairan

Sumber: Doenges, (2000


testosteron
Ketidak seimbangan produksi estrogen dan

Pathway Post Operasi

Perubahan usia (usia lanjut)

Kadar Testoteron menurun Kadar Estrogen


meningkat

Proliferasi sel prostat Hiperplasi sel stroma pada jaringan


prostat
BPH

Gangguan
Pembedahan Mobilitas Fisik

Adanya media masuk


kuman

Pendaraha Terputusnya kontinuitas


n jaringan

Resiko Kerusakan
Resiko Nyeri Akut
Kekurangan

penurunan Hb

ketidakefektifan Perfusi
Jaringan perifer

Sumber: NANDA NIC-NOC, 2013)


3. Prioritas Diagnosa Masalah

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul dari hasil pengkajian pada

pasien dengan BPH menurut Wilkinson & Ahern (2013), adalah :

a. Pre operasi

Diagnosa keperawatan pre operasi BPH, yaitu :

1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologi (resistensi

vesika, penebalan destrusor dan disuria).

2) Perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi

anatomik (penebalan destrusor dan retensi urin).

3) Cemas berhubungan dengan statuskesehatan (kemungkinan


prosedur operasi).

4) Kurang pengetahuan berhubugan dengan keterbatasan paparan.

5) Resiko ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan

pemberian obat diuretik serta distensi kandung kemih.

6) Resiko infeksi berhubungan dengan destruksi jaringan serta

refluks vesiko ureter.

b. Pasca operasi

Diagnosa keperawatan pasca operasi BPH, yaitu :

1) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan pasca

obstruksi dengan diuresis dari drainase kandung kemih yang

terlalu cepat.

2) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi (terputusnya

kontinuitas jaringan akibat pembedahan).

3) Kerusakan mobolitas fisik berhubungan dengan kerusakan

neurovakuler (nyeri).

4) Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan

imobilisasi fisik.

5) Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan

lingkungan terhadap patogen (adanya media masuknya kuman

akibat prosedur invasif).


4. Fokus Intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan menurut Diagnosa Keperawatan Nanda

(NIC & NOC), yaitu pada tabel 2.3 tentang intervensi pre operasi dan

tabel 2.4 tentang intervensi post operasi.

Tabel 2.3 Intervensi Keperawatan Pre Operasi

No. Dx NOC NIC

Indikator Awal Akhir


Laporkan frekuensi
nyeri
Kaji frekuensi nyeri
Lamanya nyeri
berlangsung
Ekspresi wajah
terhadap nyeri
Perubahan vital
sign
I Setelah dilakukan tindakan NIC : Manajemen Nyeri
keperawatan diharapkan nyeri a. Kaji secara menyeluruh tentang
berkurang atau hilang. nyeri termasuk lokasi, durasi,
NOC 1 : Level Nyeri frekuensi, intensitas, dan faktor
penyebab
b. Observasi isyarat non verbal
dari ketidaknyamanan terutama
jika tidak dapat
berkomunikasi secara efektif
c. Berikan analgetik dengan
tepat.
d. Berikan informasi tentang nyeri,
seperti penyebab nyeri, berapa
lama akan berakhir, dan antisipasi
ketidaknyamanan dari prosedur.
e. Ajarkan teknik non formakologi
(misalnya; relaksasi, distraksi).
No. Dx NOC NIC
II Setelah dilakukan tindakan NIC : Manajemen Eliminasi
keperawatan diharapkan pola eliminasi a. Jelaskan pada klien tentang
urin kembali normal. perubahan dari pola eiminasi.
NOC : pola Eliminasi b. Dorong klien untuk berkemih tiap
2-4 jam dan bila dirasakan.
c. Observasi aliran dan kekuatan
urine, ukur residu urine pasca
berkemih
Monitor laboratorium : urinalisa
dan kultur, BUN, kreatinin
d. Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian obat antagonis dan alfa
adrenergik (prazosin).
Indikator Awal Akhir
Cemas
Mampu mengontrol
cemas
Vital signnormal

III Setelah dilakukan tindakan NIC : Anxiety Reduction


keperawatan diharapkan cemas (Penurunan kecemasan)
berkurang/hilang. a) Gunakan pendekatan yang
NOC : Anxiety Control, Coping, menenangkan
Impulse control b) Jelaskan semua proedur dan
Kriteria Hasil: apa yang dirasakan selama
prosedur
c) Temani pasien untuk
memberikan keamanan dan
mengurangi takut
d) Dorong keluarga untuk
menemani
e) Intrsuksikan pasien
menggunakan teknik relaksasi.
Keterangan :
f) Berikan mengenai informasi
1. Ekstrim
diagnosis, tindakan dan
2. Berat
prognosis.
3. Sedang
NO.DX NOC NIC
4. Ringan
IV Setelah dilakukan tindakan NIC: Teaching: disease process
5. Tidak Ada
keperawatan diharapkan klien dan a. Beri penilaian tentang
keluarga dapat mengetahui tentang tingkat pengetahuan pasien
keadaan dan penyakit klien. b. Jelaskan penyakit yang diderita
NOC : Knowledge : disease process pasien
and health behavior c. Gambarkan proses penyakit
Kriteria Hasil : dengan cara yang tepat
d. Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan.
Indikator Awal Akhir
Terbebas
Klien dari edema
terbebas dari
Terbebas dari
tanda dan gejala
infeksi
kelelahan,
kecemasan
Jumlah leukosit
dalam batas normal

V Setelah dilakukan tindakan keperawatan NIC 1 : Fluid Management


diharapkan resiko ketidakseimbangan a) Pertahankan intake dan output
volume cairan tidak terjadi. yang akurat
NOC : Keseimbangan asam basa dan b) Monitor vital sign
elektrolit, keseimbangan cairan dan c) pasang urine kateter jika perlu
hidrasi d) Monitor masukan
Kriteria hasil : makanan/cairan
e) Berikan diuretik sesuai instruksi
NIC 2 : Fluid Monitoring
a) Monitor berat badan
b) Catat secara akurat intake dan
output

Keterangan :
1. Ekstrim 4. Ringan
2. Berat 5. Tidak ada
3. Sedang
VI Setelah dilakukan tindakan NIC 1 : Infection Control
keperawatan diharapkan resiko infeksi a) pertahankan teknik isolasi dan
tidak terjadi. batasi pengunjung
NOC : Immune status, knowledge : b) Gunakan baju, sarung tangan
infection control, risk control sebagai pelindung.
Kriteria hasil : c) Pertahankan lingkungan
aseptik.
d) Lakukan perawatan luka
dengan
mempertahankan teknik
aseptik
e) Beri terapi antibiotik. NIC 2 :
Infection Protector
Keterangan : a) Monitor tanda dan gejala
1. Ekstrim 4. Ringan infeksi
2. Berat 5. Tidak ada b) Monitor granulosit,
3. Sedang WBC
Tabel 2.4 Intervesi Keperawatan Post Operasi
No. Dx NOC NIC
I Setelah dilkukan tindakan perawatan NIC : Fluid Management
proses keperawatan diharapkan a) Pertahankan catatan intake dan
kebutuhan cairan dan elektrolit output yang akurat
terpenuhi. b) Monitor vital sign
NOC : Fluid balance c) Monitor status hidrasi
Kriteria hasil : (kelembaban membran mukosa,
nadi adekuat0
Indikator Awal Akhir
d) Kolaborasikan pemberian
Vital sign dalam cairan intravena (IV)
batas normal e) Masukan oral
Tidak ada dehidrasi f) Hitung balance cairan
Elastis turgor kulit
baik
Tidak ada rasa haus
yang berlebihan
Perubahan vital
sign
Keterangan :
1. Ekstrim 4. Ringan
2. Berat 5. Tidak ada
3. Sedang

II Setelah dilakukan tindakan NIC : Manajemen Nyeri


keperawatan diharapkan nyeri a) Kaji secara mnyeluruh tentang
berkurang atau hilang. nyeri termasuk lokasi, dursi,
NOC 1 : Level Nyeri frekuensi, intensitas, dan faktor
Kriteria hasil : penyebab
b) Observasi isyarat non verbal
Indikator Awal Akhir dari
Laporkan frekuensi ketidaknyamanan terutama
nyeri jika tidak dapat
Kaji frekuensi nyeri berkomunikasi secara
Elastis turgor kulit efektif
baik c) Ajarkan teknik non formakologi
Ekspresi wajah (misalnya; relaksasi, distraksi)
terhadap nyeri d) kolaborasi medis
Perubahan vital pemberian analgetik dengan
sign tepat
Keterangan :
1. Ekstrim 4. Ringan
2. Berat 5. Tidak ada
3. Sedang

III Setelah dilakukan tindakan NIC : Exercise Therapy


keperawatan diharapkan pasien dapat Ambulation
meningkatkan mobilisasi pada tingkat a) Bantu pasien untuk
yang paling tinggi. menggunakan fasilitas alat
NOC : Mobility bantu jalan dan cegah
Level Kriteria hasil : kecelakaan atau jatuh
Indikator Awal Akhir b) Tempatkan meja klien pada
Gerakan otot posisi yang mudah
Gerakan Sendi dijangkau/diraih
Ambulansi jalan c) Monitor pasien dalam
dan kursi roda menggunakan alat bantu jalan
Memposisikan yang lain
tubuh d) Intruksikan pasien/pemberi
Keterangan : pelayanan ambulansi
1. Dibantu total tentang teknik
2. Bantuan orang lain dan alat ambulansi
3. Memerlukan orang lain
4. Melakukan sendiri dengan alat
5. Mandiri
No. Dx NOC NIC
IV Setelah dilakukan tindakan perawatan NIC : Skin Surveilance
diharapkan kerusakan integritas kulit a) Observation ekstremitas
tidak terjadi. edema, ulserasi, kelembaban
NOC : Integritas jaringan: kulit dan b) Monitor temperatur kulit
membran mukosa. dan warna kulit
Kriteria hasil : c) Inspeksi kulit dan
membran mukosa
d) Inspeksi kondisi insisi bedah
Indikator Awal Akhir e) Monitor infeksi dan edema
Elastisitas normal
Warna, tekstur
Jaringan bebas lesi
Sensasi normal

Keterangan :
1. = Tidak menunjukan
2. = Ringan
3. = Sedang
4. = Berat
5. = Ekstrim
V Setelah dilakukan tindakan NIC : Teaching disease
Indikator diharapkan
keperawatan Awal infeksi
Akhir tidak proses
terjadi.tanda
Mengukur a) Deskripsikan proses penyakit
NOC yang
dan gejala : Deteksi infeksi dengan tepat
Kriteria hasil :
mengindikasikan b) Sediakan informasi tentang
infeksi kondisi pasien
Berpartisipasi c) Diskusikan perawatan yang
dalam perawatan akan dilakukan
kesehatan d) Gambaran tanda dan gejala
Mampu penyakit
mengindentifikasi e) Instruksikan pasien untuk
potensial resiko melaporkan kepada perawat
untuk melaporkan tentang
tanda dan gejala yang
dirasakan

Keterangan :
1. = Selalu menunjukan
2. = Sering menunjukan
3. = Kadang menunjukan
4. = Jarang menunjukan
5. = Tidak pernah menunjukan
Daftar Pustaka
Brunner & Suddarth. (2017). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (Edisi 12).
EGC.
Guyton, H. J., & Hall. (2016). Textbook of Medical Physiology (Edisi 13).
Elsevier Health Sciences.
Kardiyudiani, N. K., & Susanti, B. A. . (2019). Keperawatan Medikal Bedah I.
PT.Pustaka Baru.
LeMone, Burke, & Bauldoff. (2016). Keperawatan Medikal Bedah, Alih bahasa.
In Keperawatan medikal bedah (p. 411). EGC.
Nursalam. (2016a). Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis
Edisi 4. salemba medika.
Nursalam, S. (2016b). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan
Praktis. Salemba Medika.
Purwanto, H. (2016). Keperawatan Medikal Bedah (11th ed., Vol. 66). EGC.
Putri, R. S., & Ayu, A. (2018). ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN POST
OP BPH DENGAN MASALAH KEPERAWATAN HAMBATAN MOBILITAS
FISIK DI RUANG BEDAH TOPAZ RSU dr. SLAMET GARUT.
Sjamsuhidajat. (2012). Buku Ajar Ilmu Bedah Samsuhidajat-De Jong (Edisi Keti).
EGC.
Smeltzer, S. C., & Barre, B. G. (2017). Buku ajar keperawatan medikal-bedah
Brunner & Suddarth. Journal of Chemical Information and Modeling.
Toisutta, M. (2018). HUBUNGAN ANTARA PEMBESARAN VOLUME PROSTAT
TERHADAP PENINGKATAN NILAI KADAR PSA PADA PASIEN BPH DI
MAKASSAR. Universitas Hasanuddin.
Wilkinson, J., & Ahern, R. (2013). Buku Saku Diagnosis keperawatan Diagnosis
NANDA, Intervensi NIC, Kriteria hasil NOC (edisi 9). EGC.
Lampiran 1

Sekolah Tinggi Ilmu


Kesehatan
BINA USADA BALI
SK MENDIKNAS RI. NOMOR 122/D/O/2007
TERAKREDITASI BAN PT.NOMOR 351/SK/BAN-PT/ Akred/ PT/IV/2015
Kompleks Kampus MAPINDO Jl. Padang Luwih, Tegal Jaya Dalung - Badung
Telp. (0361) 9072036,Email: binausada@yahoo.com Web:
binausadabali.ac.id

FORMAT LAPORAN PENDAHULUAN


HALAMAN JUDUL
LAPORAN PENDAHULUAN (TINJAUAN TEORI)
A. DEFINISI
B. ANATOMI FISIOLOGI (Bentuk gambar dan deskripsinya)
C. ETIOLOGI/ PREDISPOSISI
D. MANIFESTASI KLINIS/ TANDA DAN GEJALA
E. PATOFISIOLOGI
F. PATWAY
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG/ DIAGNOSTIK
H. PENATALAKSANAAN
ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORITIS
A. PENGKAJIAN
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
C. INTERVENSI DANRASIONAL
D. EVALUASI
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran 2

Sekolah Tinggi Ilmu


Kesehatan
BINA USADA BALI
SK MENDIKNAS RI. NOMOR 122/D/O/2007
TERAKREDITASI BAN PT.NOMOR 351/SK/BAN-PT/ Akred/ PT/IV/2015
Kompleks Kampus MAPINDO Jl. Padang Luwih, Tegal Jaya Dalung - Badung
Telp. (0361) 9072036,Email: binausada@yahoo.com Web:
binausadabali.ac.id

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN .JSN


DENGAN BPH POST TURP PROSTAT
TANGGAL 27-28 MARET 2021
DI RUANG HIGH CARE UNIT
I. PENGKAJIAN
A. Tanggal Masuk : 26 Maret 2021
B. Tanggal Pengkajian : 27 Maret 2021
C. Jam Pengkajian : pukul 10.30 wita
D. CM : 34.79.29
E. Sumber Data : pasien dan anak
F. Identitas
1. Identitas klien
Nama : TN JSN
Umur : 75 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : HINDU
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Alamat : Lingkungan Tegal Cangkring Baler Bale Agung
Mendoyo.
Status Pernikahan : Kawin
2. Penanggung Jawab Pasien
Nama : TN AST
Umur : 55 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Hindu
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Lingkungan Tegal Cangkring Baler Bale Agung
Mendoyo.
Status Pernikahan : Kawin
Hub. Dengan PX : Anak
G. Riwayat Kesehatan
1. Alasan Utama Masuk Rumah Sakit dan Perjalanan Penyakit Saat Ini
a. Keluhan Utama Saat Masuk Rumah Sakit
Pasien mengeluh anyang-anyangan saat kencing
b. Keluhan Utama Saat Pengkajian
Pasien mengatakan nyeri pada luka bekas operasi pada perut bagian
bawah dan nyeri saat BAK. Nyeri seperti tertusuk-tusuk, skala nyeri
6.Pasien tampak meringis menahan nyeri post operasi.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluarga pasien mengatakan pasien sudah ada keluhan 1 bulan
sebelumnya,sering sakit saat berkemih.Pasien sendiri mengeluhkan saat
kencing ada rasa tidak lampias berkemih.Kemudian pasien diajak periksa ke
klinik urologi dan dijadwalkan operasi hari Selasa,tanggal 27 Maret 2021
dengan membawa pengantar dan post operasi dirawat di ruang HCU ( High
Care Unit ) sampai irigasi jernih dan traksi kateter dipertahankan sampai urine
berwarna jernih .
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan belum pernah opname dan mengeluh anyang-anyangan sudah
sekitar 1 bulan sebelum tindakan operasi.
4. Riwayat Alergi
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi baik terhadap obat maupun
makanan selama ini.

5. Riwayat Kesehatan
KeluargaPasien mengatakan di keluarga dahulu ada yang sakit seperti pasien
tetapi karena terbatasnya fasilitas kesehatan tidak diperiksakan ke dokter hanya
diberikan ramuan tradisional dari tanaman obat berupa jamu.

6. Genogram

H. Pola Fungsi Kesehatan


1. Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Sebelum sakit :
Pasien mengatakan tidak pernah secara rutin memeriksakan kesehatannya
ke dokter,pasien memiliki riwayat minum beralkohol sewaktu masih
muda (arak),dan jarang minum air putih.
Setelah sakit :
Pasien mengatakan pentingnya menjaga kesehatan di usia muda,rajin
kontrol ke dokter spesialis diantar oleh anaknya dan mulai belajar pola
hidup sehat.
2. Nutrisi dan Metabolik
Sebelum sakit :
Pasien mengatakan makan 3 x 1 hari dengan porsi nasi,lauk,sayur-
mayur , minum air putih 250 cc / hari paling banyak,dan suka
menahan kencing.
Setelah sakit :
Pasien mengatakan mulai belajar minum air putih 1000-1500 cc per
hari,dan tidak suka menahan kencing dan berusaha menjaga pola
makan yang sehat dan seimbang.
3. Aktivitas dan Latihan
Kemampuan perawatan diri
Makan/minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Berpindah
Mobilisasi di tempat tidur & ambulasi ROM

0: mandiri, 2: dibantu orang, 4: tergantung


total
1: menggunakan alat bantu, 3: dibantu orang lain dan alat,
Pasien mengatakan saat dirawat di ruang high care unit (HCU) segala
aktifitas terbatas terlebih di kaki kiri sedang dilakukan traksi kateter
post operasi TURProstat

4. Tidur dan Istirahat


Sebelum dan saat sakit :
Pasien mengatakan tidak ada gangguan istirahat tidur yang berarti.

5. Eliminasi
Sebelum sakit :
Pasien mengatakan ada rasa tidak lampias saat berkemih dan anyang-
anyangan sekitar 1 bulan.Pola BAB rutin tiap setiap pagi sebelum
beraktifitas.
Saat sakit:
Pasien mengatakan selesai operasi, kencing yang keluar tidak
terasa.Pada saat dirawat di ruang High Care Unit ( HCU ),pasien
belum BAB post tindakan operasi dan diberikan terapi laksatif
( laxadine sirup ) untuk memudahkan proses pengeluaran BAB.

6. Pola Persepsi Diri (Konsep Diri)


Pasien mengatakan percaya pada dirinya disetiap aktifitas yang
dilakukan,bersyukur atas apa yang dimiliki,bersyukur dengan dirinya
sendiri dan menjadikan setiap permasalahan sebagai pelajaran
hidupnya.Pasien tinggal sendiri di kampung ditemani istri nya.
7. Peran dan Hubungan Sosial
Pasien mengatakan sebagai seorang ayah telah menjalankan tugasnya dengan baik
dan memberikan kebebasan kepada anak-anaknya untuk merantau di
Denpasar.Pasien memiliki hubungan yang baik dengan anak,keluarga,teman
,maupun bermasyarakat di kampungnya,terbukti dengan pasien masih aktif
berperan serta di lingkungan pekaseh tempat tinggalnya walaupun sebagai
penasehat.
8. Seksual dan Reproduksi
Pasien berjenis kelamin laki-laki ,dan mengalami masa pubertas pada
saat umur 13 tahun dengan ditandai pembesaran jakun terlebih dahulu
kemudian diikuti pertumbuhan bulu di ketiak,dan alat kelamin.
9. Manajemen Koping
Sebelum sakit dan saat sakit :
Pasien selalu mengatakan mensyukuri anugerah tuhan baik berupa
masalah maupun rejeki yang diberikan,dan bersikap legowo akan
setiap musibah yang terjadi termasuk sakitnya saat ini.Pasien
mengatakan selalu memberi solusi kepada anak-anaknya bila
berkonsultasi tentang masalah keluarga ataupun pekerjaan.Saat ini
pasien juga masih aktif sebagai penasehat di lingkungan pekaseh
daerah tempat tinggalnya.
10. Kognitif Perseptual
Sebelum dan saat sakit :
Pasien mengatakan belum ada gangguan pada panca inderanya.
11. Nilai dan Kepercayaan
Sebelum dan saat sakit :
Pasien memeluk agama Hindu,rajin sembahyang selain hari-hari kebesaran agama
Hindu.Pasien mengatakan rajin berpuasa setiap menyambut hari raya Nyepi.
I. Pemeriksaan Fisik
1. Vital Sign
TD : 130/80 mmhg
Suhu : 36,7 C
RR : 28 x /mnt
2. Kesadaran : Composmentis
3. GCS : 15
4. Eye :4
Motorik :6
Verbal :5
5. Keadaan Umum:
a. Sakit/ nyeri : Ringan  Sedang Berat
Skala nyeri :6
Lokasi nyeri : Daerah post operasi , perut bagian bawah,daerah siksikan
b. Status gizi : Gemuk  Normal Kurus
BB: 80 kg TB: 170 cm
c. Sikap : Tenang Gelisah  Menahan nyeri
d. Personal hygiene :  Bersih Kotor
Lain-lain :……………………………………………………
e. Orientasi waktu/ tempat/ orang :  Baik Terganggu
6. Pemeriksaan Fisik Head To Toe
a. Kepala
 Bentuk :  Mesochepale Mikrochepale
Hidrochepale
Lain-lain : tidak tampak luka ataupun lesi di
kepala.
 Lesi/luka : Hematome Perdarahan Luka sobek
Lain-lain : tidak tampak luka ataupun lesi di
kepala.
b. Rambut
 Warna : rambut putih
 Distribusi rambut : tersebar merata samar bercampur warna hitam karena
proses penyemiran rambut.
 Kelainan : tidak tampak kelainan.

c. Mata
 Penglihatan : Normal  Kaca Mata/ Lensa
Lain-Lain :pasien tampak menggunakan alat bantu kacamata untuk melihat
jauh dan dekat

 Sklera :  Ikterik  Tidak ikterik


 Konjungtiva : ☐ Anemis  Tidak Anemis
 Pupil :  Isokor ☐ Anisokor
☐ Midriasis ☐ Katarak
 Kelainan : Kebutaan kanan/kiri tidak ada
 Data tambahan :-
 Hidung
 Penghidu :  Normal ☐ Ada gangguan…………
 Secret/darah/polip : -
 Tarikan cuping hidung : ☐ Ya  Tidak
d. Lain-lain : tidak ada gangguan penciuman pada pasien.
e. Telinga
 Pendarahan :  Normal  Kerusakan
 Tuli kanan/kiri  Tinnitus
 Alat bantu dengar
 Lain-lain : tidak ada gangguan pada pendengaran pasien.
 Sekret/ cairan/ darah : ☐ Ada  Tidak
Bau : - Warna : -

f. Mulut dan Gigi


 Bibir :  Lembab ☐ Kering ☐ Cianosis ☐
Pecah-pecah
 Mulut dan Tenggorokan:  Normal ☐ Lesi ☐ Stomatitis
 Gigi : ☐ Penuh/Normal  Ompong ☐ Lain-lain :
Kebersihan oral hyigene pasien terjaga karena dibantu perawat
selama perawatan di ruang HCU.
g. Leher
 Pembesaran tyroid : ☐ Ya  Tidak
 Lesi :  Tidak ☐ Ya, di
sebelah…………
 Nadi karotis :  Teraba ☐ Tidak
 Pembesaran limfoid : ☐ Ya  Tidak
h. Thorax
 Jantung :
1. Nadi : 98 x/menit
2. Kekuatan :  Kuat ☐ Lemah
3. Irama :  Teratur ☐ Tidak
4. Lain-lain :
I : : bentuk dada simetris kanan-kiri, susunan ruas
tulang belakang normal, irama nafas teratur ,
retraksi otot bantu nafas (-), alat bantu nafas
(- ),tidak ada batuk (-), sputum (-), nyeri dada (-).
P : vocal fremitus kanan-kiri sama, nyeri tekan (-).
A : Terdengar suara sonor.
P : Terdengar suara v1/v2 reguler
 Paru-paru : 1. Frekuensi nafas :  Teratur ☐ Tidak
2. Kualitas :  Normal ☐ Dalam
☐ Dangkal
3. Suara nafas :  Vesikuler ☐ Ronchi
☐ Wheezing
4. Batuk : ☐ Ya  Tidak
5. Sumbatan jalan nafas : ☐ Sputum ☐
Lendir
 Darah ☐
Ludah

 Retraksi dada : ☐ Ada  Tidak


 I : nyeri dada (-),sianosis (-),clubbing finger (-), pembesaran JVP (-).
 P : ictus cordis kuat , (Posisi ICS V midclavikula sinistra, ukuran 1
Cm )
 P : terdengar suara redup atau pekak,letak jantung dalam batas
normal di ICS II sternalis dextra sinistra sampai ICS V mid
klavikula kanan,nyeri tekan ( - )
 A : Terdengar suara jantung S1/S2 tunggal reguler.

i. Abdomen
 Peristaltik usus :  Ada: 6-8 x/menit ☐ Tidak ada
☐ Hiperperistaltik ☐ Lain-lain:
……………
 Kembung : ☐ Ya  Tidak
 Nyeri tekan : ☐ Tidak  Ya,dikuadran kanan/bagian
bawah siksikan
 Ascites : ☐ Ada ☐ Tidak ada
 I : Lesi (-)
 A : Bising usus 6-8 x / mnt
 P : Terdengar suara timpani
 P : Nyeri tekan (-),pembesaran hati (-)
j. Genetalia
 Pimosis : ☐ Ya  Tidak
 Alat bantu :  Ya ☐ Tidak
 Kelainan : Tidak ☐ Ya, berupa Terpasang traksi
kateter three way mengalir jernih diirigasi cairan nacl 0,9 % 1000 ml
dan kateter urine no.16 terpasang pada alat kelamin,urine keluar
bercampur dengan cairan irigasi berwarna merah muda tertampung
dalam urine bag selama perawatan di ruang HCU frekuensi
berkemih tidak terkaji
 Kulit
 Turgor :  Elastis ☐ Kering  Lain-
lain………………
 Laserasi : ☐ Luka ☐ Memar ☐ Lain-lain di
daerah…….
 Warna kulit :  Normal(putih/sawo matang/hitam) ☐
Pucat
☐ Sianosis ☐ Ikterik ☐ Lain-lain
k. Ekstrimitas
 Kekuatan otot :

 ROM : ☐ Penuh  Terbatas


 Hemiplegic/ parese :  Tidak ☐ Ya, kanan/kiri
 Akral :  Hangat ☐ Dingin
 Capillary refill time :  <3 detik ☐ >3detik
 Edema :  Tidak ada ☐ Ada di daerah
 Lain-lain : Terfiksasi kateter threeway dengan irigasi di paha sebelah kiri
post TURP Prostat selama 1 hari post operasi dan selama perawtan
kebutuhan ADL pasien dibantu penuh oleh perawat

l. Data pemeriksaan fisik tambahan

m. Pemeriksaan Penunjang
 Laboratorium (Tgl 26 Maret 2021)
Hasil pemeriksaan Darah lengkap,faktor pembekuan darah (BT,CT) terlampir.
Hasil rapid antigen : non reaktif.
 Rontgen
Hasil thorax foto : dalam batas normal Tgl 26 Maret 2021 ( cor dan pulmo
dalam batas normal )
Hb : 13,19/dl
Ht : 40 %
Leukont : 8,640/ul
Trombosit : 306.000/ul
LED : 90 mm/jam
Masa pendarahan : 2’
Masa pembekuan : 10’
Golda : B/Rh+
GDS : 121 mg/dl
SGOT : 24 U/l
Ureum : 43 mg/dl
Kreatinin : 1,0 mg/dl
Asam Urat : 3,9 mg/dl
HbsAg : Non reaktif

 Hasil usg urologi : terlampir (Tgl 20 Maret 2021)


Ginjal : Ukuran dan bentuk normal tepi rata batas dan perbandingan
korteks medulla spinalis, system pelviokalises tak melebar,
batu (-) elhostruktur parenfiem normal.
Buli : Ukuran normal, dinding tidak melebar, batu (-).
Prostat : Ukuran 47 x 44 x 3 cm elhostruktur normal, tepi rata,
klasifikasi (-).
Lain-lain :
- EKG (Tgl 26 Maret 2021)
Kesimpulan : Sinus rytme 89 x 1 mnt , axis normal
Kesan : Sesuai BPH, ginjal dan buli tidak tampak kelainan.
Diagnosa : BPH grade II

n. Terapi Medik
Tanggal : 27 Maret 2021
No Terapi Dosis Fungsi Terapi Cara Pemakaian
Ferzobat 3x1 grm Terapi antibiotika IV
Esomax 1x40 mg Obat anti PPI IV
Laxadine 3xC1 Laksatif PO
Dexketoprofen 3x1amp (25Analgetika OAINS IV
ml)
Urief 2x1 tab Obat untuk obstruksi BPHPO
Cernevit 1x 750 mg Multivitamin IV

II. ANALISA DATA DAN DIAGNOSA KEPERAWATAN


Nama Klien : TN JSN No
RM : 34.7.29
Umur /JK : 75 TH Dx
Medis : Post operasi TURP O/K BPH
Masalah
No. Tanggal Data Fokus Etiologi
Keperawatan
1 27 DS : Perubahan usia Nyeri akut
Maret -Pasien mengeluh anyang- lanjut=>ketidakseimbang berhubungan
2021 pkl anyangan saat kencing an produksi hormon dengan agen
11.30 -Pasien mengatakan nyeri estrogen dan testosteron cedera biologi
wita pada luka bekas operasi pada =>kadar estrogen (terputusnya
perut bagian bawah dan nyeri meningkat menimbulkan kontinuitas
saat BAK. Nyeri seperti hiperplasian sel stroma jaringan oleh
tertusuk-tusuk, skala nyeri 6. pada jaringan karena prosedur
DO : prostat,kadar testosteron invasif /trauma
-Keluarga pasien mengatakan menurun mengakibatkan pembedahan)
pasien sudah ada keluhan 1 proliferasi sel
bulan sebelumnya,sering prostat=>BPH=>pembed
sakit saat berkemih.Pasien ahan=>terputusnya
sendiri mengeluhkan saat kontinuitas
kencing ada rasa tidak jaringan==>NYERI
lampias berkemih.Kemudian AKUT.
pasien diajak periksa ke
klinik urologi dan
dijadwalkan operasi hari
Selasa,tanggal 27 Maret 2021
dengan membawa pengantar
dan post operasi dirawat di
ruang HCU ( High Care
Unit ) sampai irigasi jernih
dan traksi kateter
dipertahankan selama satu
hari.
-TTV :
TD : 130 / 80 mmhg
Nadi : 98 x /mnt
RR : 28 X/ mnt
Suhu : 36,2 C
Skala nyeri VAS 6 (0-10)
Pasien tampak meringis
kesakitan menahan nyeri.

2 27 DS : Perubahan usia Hambatan


Maret -Pasien mengatakan saat dirawat di lanjut=>ketidakseimbang mobilitasfisik
2021,pkl ruang high care unit (HCU) an produksi hormon berhubungan
segala aktifitas terbatas terlebih
11.30 estrogen dan testosteron dengan tindakan
di kaki kiri sedang dilakukan
wita =>kadar estrogen post operasi
traksi kateter post operasi
meningkat menimbulkan (pertahankan traksi
TURProstat,aktifitas lebih
hiperplasian sel stroma kateter sampai
banyak dibantu oleh keluarga
ataupun perawat.
pada jaringan irigasi jernih )

DO : prostat,kadar testosteron
-Terfiksasi kateteririgasi menurun mengakibatkan
three way di paha sebelah kiri proliferasi sel
post TURP Prostat selama 1 prostat=>BPH=>pembed
hari post operasi ahan=>terputusnya
- Terpasang traksi kateter kontinuitas jaringan==>
three way mengalir jernih nyeri akut dan
diirigasi cairan nacl 0,9 % pemasangan traksi
1000 ml dan kateter urine kateter untuk
no.16 terpasang pada alat mempertahankan
kelamin,urine keluar drainage irigasi patent
bercampur dengan cairan mencegah obstruksi
irigasi berwarna merah muda pasca tindakan
tertampung dalam urine bag pembedahan
selama perawatan di ruang ==>HAMBATAN
HCU frekuensi berkemih MOBILITAS FISIK
tidak terkaji

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN


No.
Tgl Tgl
Dx Diagnosa Keperawatan Paraf
Muncul Teratasi
Kep
1 Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera Masalah Hy
teratasi
biologi (terputusnya kontinuitas jaringan oleh
27 sebagian
Maret karena prosedur invasif /trauma pembedahan)
2021 pkl
11.30
2 wita Masalah Hy
teratasi
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan
sebagian
tindakan post operasi (pertahankan traksi kateter
sampai irigasi jernih )

IV. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


Hari/ No. Rencana Keperawatan
Tang Dx Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
gal Hasil
1 1 Setelah dilakukan 1. Kaji secara menyeluruh Untuk peningkatan
tindakan keperawatan tentang nyeri termasuk kualitas pengkajian
diharapkan nyeri lokasi, durasi, frekuensi, keperawatan sehingga
berkurang atau intensitas, dan faktor memudahkan dalam
hilang.NOC label : penyebab perencanaan dan
1.Level Nyeri: tindakan
-Laporkan frekuensi keperawatanyang akan
nyeri awal dan akhir dilakukan kepasien.
-Kaji frekuensi nyeri
awal dan akhir 2. Observasi isyarat non Teknik komunikasi
verbal dari
-Lamanya nyeri terapeutik sebagai
ketidaknyamanan
berlangsung awal dan terutama jika tidak dapat langkah penting
akhir. berkomunikasi secara membangun hubungan
-Ekspresi wajah efektif. bina saling percaya
terhadap nyeri terhadap pasien.
-Perubahan vital sign
awal dan akhir. 3. Berikan analgetik dengan
NIC Label tepat. Ketepatan dalam
:Manajemen nyeri pemberian analgetik
a. Kaji secara memberi pengaruh
menyeluruh terhadap perubahan
tentang nyeri ambang nyeri pasien
termasuk lokasi, 4. Berikan informasi tentang
durasi, nyeri, seperti penyebab Komunikasi yang
frekuensi, nyeri,berapa lama akan terbangun dua arah
intensitas, dan berakhir dan antisipasi
faktor penyebab
antara pasien dan
ketidaknyamanan dari
b. Observasi prosedur.
perawat membantu
isyarat non tingkat kesembuhan
verbal dari pasien.
ketidaknyamana 5. Ajarkan teknik non
n terutama jika farmakologi (seperti
tidak dapat misalnya : Pemberian terapi non
berkomunikasi distraksi,relaksasi) farmakologi membantu
secara efektif mengurangi
c. Berikan ketergantungan pasien
analgetik
akan obat-obat
dengan tepat.
analgetika injeksi atau
d. Berikan
informasi minum.
tentang nyeri,
seperti penyebab
nyeri,berapa
lama akan
berakhir, dan
antisipasi
ketidaknyamana
n dari prosedur.
e. Ajarkan teknik
non farmakologi
(misalnya;
relaksasi,
distraksi)

2 2 Setelah dilakukan a)Bantu pasien untuk Membantu pasien


tindakan keperawatan menggunakan fasilitas alat menggunakan
diharapkan pasien bantu jalan dan cegah fasilitas ,melatih
dapat meningkatkan kecelakaan atau jatuh. kemampuan dalam
mobilisasi pada meningkatkan
tingkat yang paling mobilitas fisik pasca
tinggi,NOC : Mobility operasi.
level
-Gerakan otot awal b)Tempatkan meja klien pada
dan akhir posisi yang mudah dijangkau Mengurangi resiko
-Gerakan sendi awal atau diraih .dan membatasi terjadinya injury atau
dan akhir gerak kaki yang ditraksi cedera pada pasien
-Ambulasi jalan dan selama 1 hari pasca operasi pasca operasi dan
kursi roda awal dan TURP Prostat. mencegah terjadinya
akhir obstruksi drainage pada
-Memposisikan tubuh irigasi luka operasi.
awal dan akhir. c)Monitor pasien dalam
NIC: Exercise menggunakan alat bantu jalan
Therapy Ambulation yang lain Melatih secara aktif
a)Bantu pasien untuk penggunaan otot-otot
menggunakan fasilitas pasca tindakan operasi
alat bantu jalan dan d)Intruksikan pasien atau
cegah kecelakaan atau pemberi pelayanan ambulansi
jatuh tentang teknik ambulasi. Pelibatan anggota
b)Tempatkan meja keluarga dalam proses
klien pada posisi yang latihan terapi ROM
mudah dijangkau atau pasca operasi dan
diraih. latihan di rumah pasca
keluar dari kondisi
rawat inap.
c)Monitor pasien
dalam menggunakan
alat bantu jalan yang
lain
d)Intruksikan pasien
atau pemberi
pelayanan ambulansi
tentang teknik
ambulasi.
V. IMPLEMENTASI
Hari/ No. Jam Tindakan Keperawatan Evaluasi Paraf
TGL Dx
Sela 1,2 Pkl -Menerima pasien baru -Pasien laki-laki umur 75 hy
sa,27 11.30 kiriman ruang OK Post TURP tahun dengan kondisi
mare wita Prostat dengan terpasang pasca operasi DPO
t -13.30 irigasi dan kateter (dalam pengawasan obat)
2021 wita -Mengukur TTV pasien anastesi,setelah dipasang
sesampai di ruangan monitor dan diberikan
HCU,memasang oksigen nasal canul 5
monitor,memberikan terapi lpm,20 menit pasca
oksigen nasal canul pada operasi pasien sadar
pasien dan menyiapkan flow penuh dengan GCS
sheet,memanggil petugas 15,kesadaran
laboratorium untuk composmentis.
pemeriksaan darah lengkap -Mengevaluasi pasien
pasca operasi. pasca tindakan TURP
-Mengevaluasi drainage Prostat,terpasang irigasi
kateter dan urine pada paha dan kateter ,dengan
kiri pasien dan memastikan kondisi irigasi jernih
irigasi tidak ada obstruksidan tanpa ada sumbatan atau
perdarahan pada urinebag obstruksi berupa stolsoel
-Memberikan terapi analgetika atau bekuan darah
dan obat-obatan per injeksi IV -Mengevaluasi skala
pada pasien nyeri dan mengobservasi
-Memberikan health TTV pasien dengan
information (health education ) kondisi ,skala nyeri 6
pada keluarga dan pasien tata ,meringis
tertib perawatan kamar intensif kesakitan,mengeluh nyeri
khususnya HCU (High Care pasca operasi di perut
Unit ) dan kondisi pasca bagian bawah,dengan TD
operasi . 130/80 mmhg,Nadi 98
x/mnt,Suhu 36,7 C,RR :
28 x /mnt,sudah
diberikan terapi
analgetika per injeksi
,obat-obatan untul
mencegah refluks isi
lambung agar pasien
tidak mual ataupun
muntah pasca tindakan
operasi.
Memberikan Informasi
dan edukasi tata tertib
perawatan di ruang
intensif dan dukungan
keluarga dalam proses
kesembuhan dan menjaga
traksi kateter selama 1
hari agar tidak terjadi
ostruksi pasca tindakan
operasi TURP Prostat.

Reb 1,2 Pkl -Menerima operan jaga kondisi Operan jaga dari tim hy
o 28 07.30- pasien dari tim dinas malam ke dinas malam ke pagi
mare 13.30 dinas pagi berjalan lancar dan tidak
t wita ada kendala selama 1 x
2021 24 jam pasien pasca
operasi dirawat di HCU
-Mengukur TTV,komunikasi
terbuka dalam pengkajian TTV ,TD : 125/65
skala nyeri pasca operasi MMHG,nadi 88
,memandikan pasien dan x/mnt,suhu 36,2 C,RR :
memberikan diet oral serta 20x/mnt,skala nyeri VAS
deleatif pemberian obat 3(0-10),obatinjeksi dan
analgetika lewat injeksi dan obat oral sudah masuk
obat oral. tanpa ada reaksi
-Mengukur balance alergi,makan habis 1
cairan,mengevaluasi irigasi porsi dan pasien sudah
kateter pasca tindakan operasi tampak rapi . Cairan
sudah dihitung per shift
jaga,urine jernih tanpa
adanya bekuan atau cloth
ataupun perdarahan.
-Menyiapkan perawatan luka
pasca operasi dan persiapan Menemani dokter visite
pasien latih mobilisasi secara di ruangan HCU,luka
bertahap di atas tempat tidur operasi terawat (ganti
verban dan balutan
dibawah penis) buka
traksi kateter (kendorkan)
,pertahankan selama 1-2
hari hingga urine jernih
pascatraksi kateter
dikendorkan,pasien
sudah belajar mobilisasi
duduk bertahap di atas
-Menyiapkan perpindahan tempat tidur dan
pasien ke ruang rawat inap beraktifitas ringan.
pasca kondisi operasi dan
dirawat di ruang HCU dengan
kondisi stabil. Pasien BPD ke kamar
rawat inap biasa dengan
menggunakan kateter dan
irigasi jernih tanpa
adanya obstruksi,operan
pada tim jaga di ruangan
monitor irigasi kateter
sampai dengan
jernih,latih mobilisasi
bertahap,hindari untuk
mengedan saat BAB di
kamar mandi dan kaji
ulang skala nyeri pasien
VAS 3 (0-3) dan
persiapan kontrol
kembali di klinik urologi
pasca rawat inap
VI. EVALUASI
No Hari/ No. Jam Evaluasi Paraf
Tanggal Dx
1 27 1,2 Pkl S : Pasien mengatakan nyeri di perut bagian Hy
Maret 13.30 bawah,nyeri pada luka post operasi ,skala nyeri
2021 wita VAS 6 (0-10).Pasien mengatakan kencing tidak
terasa, mengatakan paha kiri terasa kencang
setelah dipasang irigasi kateter,dan susah
bergerak bebas.
O : Pasien tampak meringis kesakitan,VAS 6 (0-
10),TTV ,TD : 130/80 mmhg,nadi 98x/mnt,RR
28x /mnt,Suhu 36,7 C.Pasien terpasang irigasi
kateter dan kateter pada alat kelamin dengan
irigasi terfiksasi pada paha sebelah kiri.
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi keperawatan.

2 28 1,2 Pkl S : Pasien mengatakan nyeri pasca operasi sudah Hy


Maret 13.30 berkurang VAS 3 (0-10)
2021 wita O : Pasien tampak sudah dirawat luka oleh
dokter penanggungjawab pelayanan,irigasi
kateter jernih tanpa adanya obstruksi atau
cloth,traksi sudah dikendorkan selanjutnya
diteruskan kembali diruangan sampai irigasi
jernih 1-2 hari.Pasien mulai latihan mobilisasi
secara bertahap di atas tempat tidur.Memberikan
informasi (health education )selama diruangan
tidak boleh mengedan saat BAB dan mobilisasi
secara bertahap.
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi keperawatan di ruangan

Anda mungkin juga menyukai