Anda di halaman 1dari 32

Sejarah Perkembangan

Regulasi dan Pengawasan


Entitas Syariah
Sesi 2
Dr. Deni K. Yusup, M.Ag
Mobile Phone: 081322457211
Email: dkyusup@uinsgd.ac.id
Facebook/Twitter/Instagram: @DeniKYusup
Program Studi S1 Akuntansi Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Sejarah Pemikiran Ekonomi di Dunia Islam & Barat

Pemikiran Ekonomi Dunia Islam


7M 8-12 M 19 M-Sekarang
(Rasulullah SAW) (Khilafah) (Modern)
Great Gap
Periode I Periode II Periode III
Abu Yusuf, Abu Al Ghazali, Ibnu Siddiqi, Umer
Hanifa, dll Taimiyah, Ibnu Chapra, dll
Khaldun, dll

Great Gap Rennaissance

SM 1M 13 M 18 M-Sekarang
Yunani, Bibel Scholastic Adam Smith
Romawi St Thomas

Pemikiran Ekonomi di Dunia Barat


Lembaga Pengawas dalam Sejarah EI
• Lembaga al-hisbah yang diderivasi sebagai landasan
historis bagi pembentukan lembaga OJK dan telah diatur
dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 belum
banyak dikaji orang;
• Fungsi khusus OJK dalam pengaturan dan pengawasan
sektor jasa keuangan telah diatur pada Pasal 6, 7, dan 9
UU OJK dan diikuti dengan POJK Nomor:
42/POJK.03/2017 dan POJK Nomor: 42/POJK.03/2017;
• Pengaturan dan Pengawasan Entitas Syariah diperlukan
karena dipengaruhi oleh banyak faktor internal dan
eksternal;
• Kurangnya pengawasan dan sikap kehati-hatian menjadi
faktor determinan terjadinya penyelewenagan (fraud) di
sektor jasa keuangan syariah.
Al-Hisbah, OJK, dan BI
• Asal mula tugas lembaga al-hisbah merupakan institusi keagamaan
yang mempunyai tugas yang sangat umum, yakni melakukan amar
ma’ruf nahyi munkar. Namun dalam perkembangannya
bermetamorfosis menjadi lembaga pengawas kegiatan perekonomian,
seperti perindustrian, perdagangan, pemeliharaan kualitas dan standar
produk, serta melakukan pengecekan atas ukuran, takaran dan
timbangan, kualitas barang, menjaga jual beli yang jujur dan menjaga
agar harga selalu stabil agar tidak merugikan negara dan masyarakat.
• Tugas, Fungsi, dan Wewenang OJK sesuai Pasal 6 Undang-Undang
Nomor 21 Tahun 2011 tentang OJK, yaitu untuk melakukan pengaturan
dan pengawasan terhadap: (1) kegiatan jasa keuangan di sektor
perbankan; (2) kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal; dan (3)
kegiatan jasa keuangan di sektor Perasuransian, Dana Pensiun,
Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya.
Perbedaan Tugas BI dan OJK
• Ruang lingkup pengaturan dan pengawasan macroprudential di
bidang moneter merupakan tugas dan wewenang BI.
Sedangkan OJK berwenang melakukan pengaturan dan
pengawasan macroprudential di semua sektor jasa keuangan.
• Ruang lingkup bentuk kerjasama dan koordinasi dalam rangka
mendukung pelaksanaan tugas dan wewenang BI dan OJK
sejalan dengan UU BI dan UU OJK, meliputi: (a) bekerjasama
dan koordinasi dalam pelaksanaan tugas sesuai kewenangan
masing-masing; (b) pertukaran informasi Lembaga Jasa
Keuangan serta pengelolaan sistem pelaporan bank dan
perusahaan pembiayaan oleh BI dan OJK; (c) penggunaan
kekayaan dan dokumen yang dimiliki dan/atau digunakan BI
oleh OJK; dan (d) pengelolaan pejabat dan pegawai BI yang
dialihkan atau dipekerjakan pada OJK.
Tugas, Fungsi, dan Wewenang OJK
• Dalam Pasal 7 UU OJK dirumuskan 4 (empat) hal berkaitan dengan
pengaturan pengawasan disektor perbankan yang merupakan kewenangan
OJK, yaitu: (a) pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan bank; (b)
pengaturan dan pengawasan mengenai kesehatan bank; (c) pengaturan dan
pengawasan mengenai aspek kehati-hatian bank; dan (d) pemeriksaan bank.
• Pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan bank yang meliputi: (a)
perizinan untuk pendirian bank, pembukaan kantor bank, anggaran dasar,
rencana kerja, kepemilikan, kepengurusan dan sumber daya manusia, merger,
konsolidasi dan akuisisi bank, serta pencabutan izin usaha bank; dan (b)
kegiatan usaha bank, antara lain sumber dana, penyediaan dana, produk
hibridasi, dan aktivitas di bidang jasa.
• Pelaksanaan pengaturan dan pengawasan mengenai kesehatan bank yang
meliputi: (a) likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kualitas aset, rasio kecukupan
modal minimum, batas maksimum pemberian kredit, rasio pinjaman terhadap
simpanan, dan pencadangan bank; (b) laporan bank yang terkait dengan
kesehatan dan kinerja bank; (c) sistem informasi debitur; (d) pengujian kredit
(credit testing); dan (e) standar akuntansi bank.
Penerapan Prinsip Kehati-hatian dalam
Pengawasan Entitas Syariah
• Pengaturan dan pengawasan mengenai aspek kehati-hatian
bank, meliputi: (a) manajemen risiko; (b) tata kelola bank; (c)
prinsip mengenal nasabah dan anti pencucian uang; dan (d)
pencegahan pembiayaan terorisme dan kejahatan perbankan.
Pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan,
kesehatan, aspek kehati-hatian, dan pemeriksaan bank
merupakan lingkup pengaturan dan pengawasan mikroprudential
yang menjadi tugas dan wewenang OJK.
• Adapun lingkup pengaturan dan pengawasan makroprudential,
yakni pengaturan dan pengawasan selain hal yang diatur dalam
pasal ini, merupakan tugas dan wewenang Bank Indonesia. Oleh
karena itu, dalam rangka pengaturan dan pengawasan
macroprudential, OJK membantu Bank Indonesia untuk
melakukan himbauan moral (moral suasion) kepada Perbankan.
Asas-asas dalam Pengawasan Entitas
Syariah
• Asas Kepastian Hukum, yakni azas dalam negara hukum yang mengutamakan
landasan pengaturan perundang-undangan dan keadilan dalam satiap kebijakan
penyelenggaraan OJK;
• Asas Kepentingan Umum, yakni azas yang mendahulukan kesejahteraan umum
dengan cara aspiratif, akomodatif dan selektif;
• Asas Keterbukan, yakni azas yang membuka diri terhadap masyarakat untuk
memperoleh berita yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang
penyelenggaraan OJK dengan tetap memperhatikan perlindungan hak asasi pribadi
dan golongan, serta rahasia negara, termasuk rahasia sebagaimana ditetapkan
dalam peraturan perundang-undangan;
• Asas Profesionalitas, yakni azas yang mengutamakan keahlian dalam
pelaksanaan tugas dan wewenang OJK, dengan tetap berlandaskan pada kode etik
dan ketentuan peraturan perundang-undangan;
• Asas Integritas, yakni azas yang berpegang teguh pada nilai-nilai moral dalam
setiap tindakan dan keputusan yang diambil dalam penyelenggaraan OJK; dan
• Asas Akuntabilitas, yakni azas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil
akhir dari setiap kegiatan penyelenggaraan pengawasan oleh OJK harus
dipertanggung jawabkan kepada publik.
Perlindungan Hukum dalam Pengawasan
Entitas Syariah
• Berdasarkan ketentuan Pasal 29 UU OJK
menentukan bahwa OJK melakukan pelayanan
pengaduan konsumen yang meliputi: (a) menyiapkan
perangkat yang memadai untuk pelayanan
pengaduan konsumen yang dirugikan oleh pelaku di
lembaga jasa keuangan; (b) membuat mekanisme
pengaduan konsumen yang dirugikan oleh Pelaku di
Lembaga Jasa Keuangan; dan (c) memfasilitasi
penyelesaian pengaduan konsumen yang dirugikan
oleh pelaku di lembaga jasa keuangan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan di sektor jasa
keuangan.
Kebijakan Strategis Bank Indonesia
Kebijakan Strategis Otoritas Jasa
Keuangan
• Peningkatan Skala Ekonomi Industri Keuangan;
• Mempersempit Regulatory and Supervisory Gap
Antar Sektor Jasa Keuangan;
• Transformasi Digital Sektor Jasa Keuangan;
• Mempercepat Akses Penyediaan Jasa Keuangan
dan Mendorong Penguatan Penerapan Market
Conduct dan Perlindungan Konsumen;
• Pengembangan Ekosistem Ekonomi dan
Keuangan Syariah.
Landscape Entitas Keuangan Syariah-1
Landscape Entitas Keuangan Syariah-2
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Indeks Penjualan Riil dan Kondisi Ekonomi
Indonesia
Tingkat Inflasi di Indonesia
Neraca Perdagangan
Neraca Pembayaran
Perkembangan Pasar Saham Global
Perkembangan Surat Utang Global
Aliran Dana Non-Residen di ASEAN
Perkembangan Pasar Nilai Tukar Global
Indikator Perbankan Syariah di Indonesia
Perkembangan Entitas Keuangan Syariah
Asset Keuangan Syariah
Sektor Perbankan Syariah
Sektor Saham Syariah
Sektor Sukuk Syariah
Sektor Reksa Dana Syariah
Sektor IKNB Syariah
To Be Continued …………Part 3

Anda mungkin juga menyukai