Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERTENSI

A. Pengertian

Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140


mmHg atau lebih dan tekanan diatolik 120 mmHg. Hipertensi dapat
didefinisikan sebagai tekanan darah persisten, di mana tekanan sistoliknya
di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan
diastolik 90 mmHg. Menurut WHO 1996, batasan tekanan darah normal
orang dewasa adalah maksimum 140/90 mmHg. Apabila tekanan darah
seseorang di atas angka tersebut pada beberapa kali pengukuran di waktu
yang berbeda, orang tersebut bisa dikatakan menderita hipertensi.
Penderita hipertensi memiliki resiko lebih besar untuk mendapatkan
serangan jantung dan stroke (Suwarsa, 2006).

Istilah hipertensi diambil dari bahasa Inggris hypertension yang


berasal dari bahasa Latin “hyper” dan “tension. “Hyper” berarti super atau
luar biasa dan “tension” berarti tekanan atau tegangan. Hypertension
akhirnya menjadi istilah kedokteran yang populer untuk menyebut
penyakit tekanan darah tinggi. Tekanan darah adalah tenaga yang dipakai
oleh darah yang dipompakan dari jantung untuk melawan tahanan
pembuluh darah, jika tekanan darah seseorang meningkat dengan tajam
dan kemudian menetap tinggi, orang tersebut dapat dikatakan mempunyai
tekanan darah tinggi atau hipertensi (Gunawan, 2001).

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan


tekanan darah secara abnormal dan terus menerus pada beberapa kali
pemeriksaan tekanan darah yang disebabkan satu atau beberapa faktor
resiko yang tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam mempertahankan
tekanan darah secara normal (Wijaya 2013).

Hipertensi merupakan salah jenis penyakit tidak menular yang serius pada
saat ini. Hipertensi adalah penyakit yang dapat menyerang siapa saja, baik
muda maupun tua. Hipertensi termasuk dalam jenis penyakit degeneratif,
seiring dengan pertambahan usia maka terjadi juga peningkatan tekanan
darah secara perlahan (Triyanto, 2014).
B. Klasifikasi Hipertensi

Tekanan darah diklasifikasikan berdasarkan pengukuran rata – rata 2 kali

pengukuran pada masing – masing kunjungan. Perbandingan klasifikasi tekanan

darah menurut JNC VII dan JNC VIII dapat dilihat di tabel berikut:

Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah Umur > 18 Tahun Menurut JNC VII
dan JNC VI

Kategori Kategori Tekanan Tekanan


Tekanan Tekanan Darah Darah
Darah Darah Sistolik Dan/atau Sistolik
( JNC VII) ( JNC VII) (mmHg) (mmHg)
< 80
Normal Optimal < 120mmHg dan
mmHg
Pre 120 – 139 80 – 89
_ atau
Hipertensi mmHg mmHg
<
_ Normal < 130 mmHg dan
85mmHg
Normal 130 – 139 85 – 89
_ atau
Tinggi mmHg mmHg
Hipertensi Hipertensi
140 – 159 90 – 99
Derajat I Derajat 1 atau
mmHg mmHg
> 100
Derajat II _ >160 mmHg atau
mmHg
160 – 179 100 – 109
_ Derajat 2 atau
mmHg mmHg
> 110
_ Derajat 3 >180 mmHg atau
mmHg
(Sumber : Irza, 2015).

Dikenal juga keadaan yang disebut krisis hipertensi. Keadaan ini terbagi 2

jenis :
a.         Hipertensi emergensi, merupakan hipertensi gawat darurat, takanan darah

melebihi 180/120 mmHg disertai salah satu ancaman gangguan fungsi organ,

seperti otak, jantung, paru, dan eklamsia atau lebih rendah dari

180/120mmHg, tetapi dengan salah satu gejala gangguan organ atas yang

sudah nyata timbul.

b.         Hipertensi urgensi : tekanan darah sangat tinggi (> 180/120mmHg) tetapi

belum ada gejala seperti diatas. TD tidak harus diturunkan dalam hitungan

menit, tetapi dalam hitungan jam bahkan hitungan hari dengan obat oral.

Sementara itu, hipertensi dibagi menjadi 2 jenis berdasarkan penyebabnya :

 Hipertensi Primer adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya

(hipertensi essensial). Hal ini ditandai dengan peningkatan kerja

jantung akibat penyempitan pembuluh darah tepi. Sebagian besar (90

– 95%) penderita termasuk hipertensi primer. Hipertensi primer juga

didapat terjadi karena adanya faktor keturunan, usia dan jenis kelamin.

 Hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang disebabkan oleh

penyakit sistemik lainnya, misalnya seperti kelainan hormon,

penyempitan pembuluh darah utama ginjal, dan penyakit sistemik

lainnya (Dewi dan Familia, 2010 : 22). Sekitar 5 – 10% penderita

hipertensi sekunder disebabkan oleh penyakit ginjal dan sekitar 1 –

2% disebabkan oleh kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu

misalnya pil KB (Elsanti, 2014).

C. Etiologi Hipertensi

Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu:


a. Hipertensi primer (hipertensi esensial atau idiopatik) Sebanyak 85-90% kasus

hipertensi tidak dietahui penyebabnya atau idiopatik, biasa juga disebut

dengan hipertensi primer. Hipertensi esensial kemungkinan disebabkan oleh

beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh darah yang akan

menyebabkan meningkatnya tekanan darah.Hipertensi primer merupakan

suatu kategori umum untuk peningkatan tekanan darah yang disebabkan oleh

beragam penyebab yang idiopatik dan bukan entitas tunggal.33 Hipertensi

esensial biasanya berkaitan dengan interaksi antara faktor genetik dan faktor

lingkungan. Prevalensi hipertensi esensial meningkat melalui faktor

kontribusi lain yaitu seiring dengan bertambahnya usia, asupan garam,

obesitas,merokok dan juga stress.

b. Hipertensi sekunder

Hanya sebagian kecil hipertensi yang didiagnosis sebagai hipertensi sekunder.

Dapat diperkirakan hanya sekitar 6% kejadiannya, persentase ini tidak akurat

karena biasanya angka kejadian terhadap hipertensi sekunder bergantung

kepada di mana tempat penelitiannya. Hampir secara keseluruhan hipertensi

sekunder diperantarai oleh 2 mekanisme, yaitu: gangguan sekresi hormon dan

gangguan fungsi ginjal. Contoh hipertensi sekunder adalah: hipertensi ginjal,

hipertensi endokrin dan hipertensi neurogenik.

D. Tanda dan Gejala Hipertensi


Pada hipertensi primer sering tidak menunjukan gejala apapun. Baru timbul

gejala setelah adanya komplikasi pada organ pasien, misalnya : mata, ginjal, otak

dan jantung. Gejala yang dirasakan bergantung pada tingginya tekanan darah.

Gejala yang banyak dirasakan oleh pasien hipertensi primer adalah sakit kepala,

mimisan, jantung berdebar – debar, dan sering buang air kecil dimalam hari.

Keluhan yang seringdirasakan dan dijumpai adalah pusing yang terasa berat pada

bagian tengkuk dan biasanya terjadi pada siang hari. Gejala lain adalah sesak

napas, sulit tidur, mata berkunang – kunang, mudah marah, dan cepat lelah ( Dewi

dan Familia, 2010 )

Dibawah ini gejala – gejala penyakit akibat hipertensi sekunder yang disebabkan

adanya kerusakan pada organ tubuh:

a. Gejala hipertensi yang dirasakan karena adanya kelainan ginjal

1) Sejarah penyakit ginjal yang turun - temurun

2) Menderita infeksi saluran kencing

3) Sering buang air kecil dan merasa haus

4) Sering merasakan sakit dibagian pinggang

b. Gejala hipertensi yang dirasakan karena feokromositoma

1) Sakit kepala hebat yang dating secara tiba – tiba

2) Wajah pucat

3) Keringat yang berlebihan

4) Jantung berdebar – debar sangat kencang

c. Gejala hipertensi akibat kelebihan hormon tiroid


1) Bola mata menonjol

2) Tremor

(Dewi dan Familia, 2010).

E. PATOFISIOLOGI

     Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah


terletak di pusat vasomotor, pada medulla dari otak. Dari pusat vasomotor
ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis
dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan
abdormen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls
yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana
dengan dilepaskannya norepeneprin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap vasokonstriksi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Vasokontriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin,
yang merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah
menjadi angiotensin II. Suatu vasokonstriktor yang dapat merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon yang menyebabkan
retensi natrium yang menyebabkan peningkatan intravaskuler. Semua
faktor yang cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.

F. PATWAY
Hiperlipidemia, merokok, obesitas
Gaya hidup, faktor emosional

Implus saraf simpatis

Ganglia simpatis, neuron Perganglion


melepaskan asetikolin

Merangsang serabut saraf


Ganglion ke pembuluh darah

Norepineprine dilepaskan

Vasokonstriksi pembuluh darah


Resiko penurunan curah
jantung Tahanan perifer meningkat
Gangguan perfusi
Peningkatan tekanan darah jaringan serebral
Penurunan aliran darah
ke ginjal Perubahan vaskuler retina Respon gi tract meningkat

Gangguan penglihatan Nausea, vomitus


Pengaktifan sistem renin
angrotensin
                                       Resiko tinggi cidera Anoreksia

Merangsang sekresi aldosteron dan Gangguan pemenuhan nutrisi


kortek adrenal
Tubuh kekurangan kalori

Retensi Na + H2O Kelemahan fisik

Intoleransi aktivitas
Oedem

Kelebihan volume cairan

(Riza Aprilawati, 2012 )

G. KOMPLIKASI
Beberapa komplikasi dari hipertensi yang mungkin muncul

1. Gangguan Penglihatan Sampai Kebutaan

2. Gagal jantung

3. Kerusakan pembuluh darah 0tak berupa pecah nya pembuluh darah


stroke dan kerusakan dinding pembuluh darah

4. Gagal ginjal

5. Kerusakan pada mata yang menyebabkan gangguan pengliahatan


sampai dengan kebutaan.(Andik sumantri 2014).

H. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan pada hipertensi adalah mempertahankan tekanan


darah dibawah 140/90 mmHg (Smeltzer & Bare, 2013). Penangannya
dapat secara nonfarmakologi dan farmakologi. Penangan hipertensi
sebaiknya dimulai dengan memperbaiki gaya hidup yaitu mengatur diet
(makan rendah garam dan mempertahankan berat badan dalam batas
normal), latihan yang teratur sepanjang tidak bertentangan dengan keadaan
penyakit yang dialami, berhenti merokok, minum kopi, dan alkohol (Mayo
Clinic Staff, 2012):

a. Modifikasi diet dan turunkan berat badan

Diet yang dianjurkan adalah DASH (Dietary Approaches to Stop


Hypertension); yang terdiri atas diet tinggi buah, tinggi sayur, dan
produk susu yang rendah lemak. Kurangi juga asupan garam sampai
dengan 6 gram NaCl (garam dapur) per hari. Jangan lupakan
penurunan berat badan. Pertahankan berat badan dalam kisaran ideal,
yaitu dalam kisaran indeks massa tubuh 18,5 sampai dengan 24,9. Dari
upaya penurunan berat badan, diharapkan tekanan darah sistolik dapat
turun 5-20 mmHg per penurunan sebanyak 10 kg. Sedangkan dari diet,
diharapkan tekanan darah sistolik dapat turun 2-14 mmHg.

b. Aktivitas fisik

Olahraga yang dianjurkan adalah olahraga aerobik, selama minimal


30 menit per hari, dan harus dilakukan setidak-tidaknya 4-5 hari dalam
seminggu secara rutin. Contoh olahraga yang baik adalah jalan cepat
(brisk walking). Diharapkan tekanan darah sistolik dapat turun 4-9
mmHg.
c. Berhenti merokok, kurangi konsumsi alkohol dan kopi

Dengan berhenti merokok, membatasi konsumsi alkohol dan kopi ,


maka dari upaya ini diharapkan tekanan darah sistolik dapat turun 2-4
mmHg. Jika hal-hal tersebut dapat berhasil mengontrol tekanan darah,
maka tidak diperlukan obat-obatan antihipertensi (Siburian, 20113).
Namun, Jika modifikasi gaya hidup dan pola makan tidak berhasil
menurunkan tekanan darah tinggi, barulah seseorang membutuhkan
intervensi obat. Untuk penggunaan obat-obatan antihipertensi,
sebaiknya dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dokter mengenai
pengobatan hipertensi yang tepat.

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri

2. Intoleransi aktivitas

3. Resiko injuri

4. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung

5. ansietas

DAFTAR PUSTAKA
Andik sumantri (2014). Pengaruh pendidikan kesehatan hipertensi pada
keluarga terhadap kepatatuhan diet rendah garam lansia hipertensi
di
kecamatan  sukolilo kabupaten pati.Http://Digilib.Unisayogya.Ac.Id/2
47/1/Andik%20sumantri%20skripsi.Pdf

Dewi, Sofia dan Digi Familia (2010). Hidup Bahagia dengan Hipertensi.
A+Plus Books, Yogyakarta

Elsanti, Salma (2014). Panduan Hidup Sehat : Bebas Kolesterol, Stroke,


Hipertensi, & Serangan Jantung. Araska, Yogyakarta

Gunawan, Lany. (2001). Hipertensi: Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta:


Penerbit Kanisius.

Hanna Rusiani (2017). Gambaran Pola Konsumsi Pada Lansia Penderita


Hipertensi.Http://Eprints.Undip.Ac.Id/56179/1/Proposal_Hanna_Rusi
ani.Pdf

Irza, Syukraini (2015). Analisa Faktor – Faktor Risiko Hipertensi

Mayo Clinic Staff. (2012). High blood pressure (hypertension). Diambil


pada 26 maret 2012 dari http://www.mayoclinic.com/health/high-
blood pressure.

Riza Aprilawati (2012). Asuhan Keperawatan Pada Tn. H Dengan


Hipertensi Di Bangsal Multazam Rumah Sakit Pku Muhammadiyah
Surakarta. Http://Eprints.Ums.Ac.Id/21288/23/Naskah_Publika.

Siburian. (2013). Perlu perhatian khusus bagi lansia penderita hipertensi.


Diambilpada 24 oktober 2011 dari http://www.waspada.co.id/cetak/in
dex.php?article.

Smeltzer, S., Bare, B. (2013). Brunner and Sudarth’s textbook of medical


surgical nursing (8th edition). (Ester, Penerjemah). Philadelphia:
Lippincott.

Suwarsa. (2006). Kiat Sehat Bagi Lansia. Bandung: MQS Publishing.


http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/INJ/article/download/6360/5226

Triyanto, T. (2014). Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi


Secara Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu
Wijaya, A S & Putri, Y M. (2013). KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah.
Yogyakarta : Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai