"Fenomena ini biasanya terjadi saat gempa bumi terjadi yaitu pada daerah-daerah
atau zona-zona dengan tanah yang mengandung air. Misalnya yang sering terjadi
itu di dekat pantai atau di daerah gempa, ada lapisan yang mengandung air
misalnya tanah pasir," jelas Dwikorita saat dihubungi oleh Liputan6.com, Senin
(1/10/2019).
Mantan Rektor Universitas Gadjah Mada ini memaparkan bahwa likuifikasi terbagi
menjadi dua jenis. Ada yang berupa semburan air dari dalam tanah keluar
memancar seperti air mancur.
"Bisa juga lapisan pasir itu menjadi padat karena gempa yang sangat kuat dan
airnya terperas keluar sehingga mengalir membawa lapisan tanah tadi, jadi seakan-
akan hanyut," ujar Dwikorita.
Pihak BMKG sendiri hingga saat ini belum bisa mencapai lokasi bencana. Namun,
melihat pantauan dari media, Dwikorita menyatakan bahwa likuifaksi yang terjadi
di Palu adalah tipe yang tanahnya hanyut bersama air.
"Suatu massa tanah yang luas yang ikut hanyut bersama air tadi. Ini baru visual
dari televisi, itu perlu dilihat lagi," ujar Dwikorita