Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PEMBELAJARAN DIGITAL SAAT PANDEMI


DI SMAN 1 BOJONG KABUPATEN TEGAL

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas

Mata Kuliah Teknologi Informasi Pembelajaran

Dosen Pengampu : Dr. Taufiqulloh, M.Hum.

Disusun oleh :
EKO SUSTIYANTI
NPM. 7320800009

PROGRAM STUDI MAGISTER PEDAGOGI


PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan seseorang dalam upaya
memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai positif dengan memanfaatkan
berbagai sumber untuk belajar. Pembelajaran dapat melibatkan dua pihak yaitu siswa
sebagai pembelajar dan guru sebagai fasilitator. Yang terpenting dalam kegiatan
pembelajaran adalah terjadinya proses belajar (learning process). Dalam proses belajar
terjadi proses komunikasi yang artinya bahwa dalam belajar terjadi proses penyampaian
pesan dari seseorang (sumber pesan) kepada seseorang atau sekelompok orang (penerima
pesan). Baik buruknya sebuah komunikasi ditunjang oleh penggunaan media dalam
komunikasi tersebut. Karena pada dasarnya pembelajaran merupakan proses komunikasi,
maka untuk menunjang keberhasilan tujuan pembelajaran diperlukan media yang sesuai.
Disamping media, hal yang tidak kalah penting yang perlu dilakukan guru untuk
menunjang kesuksesan kegiatan belajar mengajar antara lain persiapan materi, persiapan
menyampaikan dan mendiskusikan materi, memberikan fasilitas, memberikan ceramah dan
instruksi, memecahkan masalah, membimbing serta mengarahkan dan memberikan
motivasi. Untuk merealisasikan hakikat mengajar yang sesungguhnya di sekolah, guru harus
memiliki pengetahuan/bidang ilmu yang diajarkan secara luas dan mendalam, itikad yang
baik untuk membagi ilmu pengetahuan yang dimiliki dengan siswa, dan komitmen untuk
terus belajar sepanjang hayat.
Terlebih di masa pandemi yang sampai saat ini masih berlangsung dimana
pembelajaran jarak jauh harus dilakukan untuk meminimalisir penularan virus.
Pembelajaran jarak Jauh (PJJ) menuntut insan pendidikan seperti guru agar dapat
memberikan kegiatan pembelajaran yang menarik bagi siswanya. Pembelajaran yang
dilakukan secara daring (online) juga menuntut guru untuk selalu belajar mengikuti
perkembangan teknologi digital yang semakin pesat. Bahkan tak sedikit siswa yang lebih
pandai dalam hal teknologi digital dibandingkan gurunya sendiri terutama siswa tingkat
SMA.
Siswa SMA pada era sekarang ini merupakan golongan Net Generation yang
terlahir dalam dunia digital dan tidak dapat terlepas dari penggunaan gadget. Generasi
ini tumbuh dan berkembang dalam dominasi penggunaan teknologi informasi dan
komunikasi yang disebut sebagai internet. Net Generation bisa dikatakan sangat tergantung
pada teknologi komunikasi berwujud gadget elektronik serta dukungan software untuk
saling berhubungan dengan teman-teman sebaya atau untuk urusan lainnya. Akibatnya,
gadget seperti handphone atau ponsel seolah menjadi tak terpisahkan dari genggaman
tangan. Perkembangan dalam bidang teknologi seperti ini bisa dimanfaatkan untuk
kemajuan dunia pendidikan kita, dengan adanya beragam pilihan media pembelajaran yang
mendorong upaya pembaharuan dalam pembelajaran. Salah satu pemanfaatan teknologi di
bidang pendidikan adalah dengan upaya meningkatkan kegiatan literasi digital untuk siswa.
Hal ini bukan tanpa alasan, sebab sampai saat ini tingkat literasi masyarakat
Indonesia masih tergolong sangatt rendah jika dibandingkan dengan negara-negara lain di
dunia. Fakta pertama, UNESCO menyebutkan Indonesia urutan kedua dari bawah soal
literasi dunia, artinya minat baca sangat rendah. Menurut data UNESCO, minat baca
masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001%. Artinya, dari 1,000 orang
Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca. Riset berbeda bertajuk World’s Most Literate
Nations Ranked yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016
lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca,
persis berada di bawah Thailand (59) dan di atas Bostwana (61). Padahal, dari segi penilaian
infrastuktur untuk mendukung membaca, peringkat Indonesia berada di atas negara-negara
Eropa.
Fakta kedua, 60 juta penduduk Indonesia memiliki gadget, atau urutan kelima dunia
terbanyak kepemilikan gadget. Lembaga riset digital marketing Emarketer memperkirakan
pada 2018 jumlah pengguna aktif smartphone di Indonesia lebih dari 100 juta orang. Dengan
jumlah sebesar itu, Indonesia akan menjadi negara dengan pengguna aktif smartphone
terbesar keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika. Ironisnya, meski minat baca
buku rendah tapi data wearesocial per Januari 2017 mengungkap orang Indonesia bisa
menatap layar gadget kurang lebih 9 jam sehari. Tidak heran dalam hal kecerewetan di media
sosial orang Indonesia berada di urutan ke 5 dunia. Jakarta merupakan kota paling cerewet
di dunia maya karena sepanjang hari, aktivitas kicauan dari akun Twitter yang berdomisili
di ibu kota Indonesia ini paling padat melebihi Tokyo dan New York. Laporan ini
berdasarkan hasil riset Semiocast, sebuah lembaga independen di Paris.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
Indonesia (APJII) jumlah pengguna internet di Indonesia hingga kuartal II 2020 meningkat
menjadi 196,7 juta jiwa Jika dibandingkan pada pada 2018 lalu yang hanya sebesar 171,2
juta jiwa. Jumlah ini meningkat dari tahun 2018 sebesar 64,8 % menjadi 73,7 % dari jumlah
populasi penduduk Indonesia. Namun dari survey tersebut alasan penggunaan internet paling
tinggi sosial media 51,5 persen, alasan kedua komunikasi lewat pesan, alasan ketiga adalah
games, alasan keempat masih games, dan alasan kelima belanja online.
Perkembangan digital ini dapat berpengaruh pada literasi digital yang bisa
berdampak baik dan berdampak buruk. Kekhawatirannya adalah banyak generasi muda yang
menggunakan internet untuk mengunjungi website yang tidak seharusnya mereka kunjungi.
Penggunaan internet yang terlalu banyak oleh generasi muda untuk hiburan akan
menurunkan minat baca masyarakat. Di lain sisi, perkembangan kecanggihan teknologi
informasi memberikan peluang, seperti meningkatkan peluang usaha, terbukanya lapangan
kerja baru yang berbasis digital, dan peningkatan keterampilan literasi tanpa menggunakan
teks cetak.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang akan dibahas pada makalah ini
adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pentingnya literasi digital di sekolah ?
2. Bagaimana penerapan literasi digital pada pembelajaran biologi pada masa pandemic di
SMAN 1 Bojong Kabupaten Tegal?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pentingnya Literasi Digital di Sekolah

Pengertian Literasi Digital


Menurut Paul Gilster dalam bukunya yang berjudul Digital Literacy (1997), literasi
digital diartikan sebagai kemampuan untuk memahami dan menggunakan informasi dalam
berbagai bentuk dari berbagai sumber yang sangat luas yang diakses melalui piranti
komputer. Bawden (2001) menawarkan pemahaman baru mengenai literasi digital yang
berakar pada literasi komputer dan literasi informasi. Literasi komputer berkembang pada
dekade 1980-an, ketika komputer mikro semakin luas dipergunakan, tidak saja di
lingkungan bisnis, tetapi juga di masyarakat. Namun, literasi informasi baru menyebar luas
pada dekade 1990-an manakala informasi semakin mudah disusun, diakses, disebarluaskan
melalui teknologi informasi berjejaring. Dengan demikian, mengacu pada pendapat
Bawden, literasi digital lebih banyak dikaitkan dengan keterampilan teknis mengakses,
merangkai, memahami, dan menyebarluaskan informasi.
Sementara itu, Douglas A.J. Belshaw dalam tesisnya What is ‘Digital Literacy‘?
(2011) mengatakan bahwa ada delapan elemen esensial untuk mengembangkan literasi
digital, yaitu sebagai berikut.
1. Kultural, yaitu pemahaman ragam konteks pengguna dunia digital;
2. Kognitif, yaitu daya pikir dalam menilai konten;
3. Konstruktif, yaitu reka cipta sesuatu yang ahli dan aktual;
4. Komunikatif, yaitu memahami kinerja jejaring dan komunikasi di dunia digital;
5. Kepercayaan diri yang bertanggung jawab;
6. Kreatif, melakukan hal baru dengan cara baru;
7. Kritis dalam menyikapi konten; dan
8. Bertanggung jawab secara sosial.

Aspek kultural, menurut Belshaw, menjadi elemen terpenting karena memahami


konteks pengguna akan membantu aspek kognitif dalam menilai konten. Dari beberapa
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa literasi digital adalah pengetahuan dan
kecakapan untuk menggunakan media digital, alat-alat komunikasi, atau jaringan dalam
menemukan, mengevaluasi, menggunakan, membuat informasi, dan memanfaatkannya
secara sehat, bijak, cerdas, cermat, tepat, dan patuh hukum dalam rangka membina
komunikasi dan interaksi dalam kehidupan sehari-hari.
Literasi digital merupakan suatu keterampilan hidup yang tidak hanya melibatkan
keterampilan menggunakan perangkat teknologi, informasi tetapi juga keterampilan
individu untuk bersosialisasi, dan memiliki sikap berpikir kritis, sebagai salah satu
kompetensi digital. Literasi digital akan menciptakan masyarakat yang kritis dan kreatif.
Mereka tidak akan menjadi koraban hoaks dan kehidupan sosial budaya masyarakat
menjadi aman.
Dalam menanamkan literasi digital dalam sekolah, siswa harus ada peningkatan
keterampilan, guru perlu adanya peningkatan pengetahuan serta kreativitasnya dalam
proses pembelajaran literasi digital, serta kepala sekolah harus memberikan fasilitas warga
sekolah dalam mengembangkan literasi digital sekolah. Puspito (2017) Gerakan literasi
digital sekolah sekarang sudah mulai berubah dari literasi baca tulis secara manual dengan
penggunaan media cetak beralih ke media digital yang biasa disebut literasi digital.
Contohnya para guru menyediakan grup whatsapp untuk berdiskusi mengenai pelajaran
disekolah, perpustakaan menyediakan digital library yang mendukung siswa untuk
membaca buku secara digital.
Gerakan literasi digital tidak hanya kemampuan dalam penggunaan internet dalam
rangka mencari hiburan atau informasi. Literasi digital merupakan salah satu alat agar
dapat membentuk keterampilan siswa dalam berfikir kritis, analitis, dan kreatif.
Implementasi literasi digital dalam sekolah merupakan suatu hal yang penting, agar semua
orang dapat mencapai kesadaran untuk indikasi kemajuan bangsa. Literasi digital menjadi
pedoman untuk menunjang pembelajaran dengan media digital. Dengan sumber digital
siswa tidak hanya dapat berfokus pada pemahaman materi tapi mereka juga bisa berpikir
kreatif dalam memanfaatkan teknologi. Maka dari itu literasi digital diperlukan dalam
pengembangan cara berpikir kritis siswa.

Pentingnya Literasi Digital di Sekolah


Sebagai bangsa yang besar, Indonesia harus mampu mengembangkan budaya
literasi sebagai prasyarat kecakapan hidup abad ke-21 melalui pendidikan yang
terintegrasi, mulai dari keluarga, sekolah, sampai dengan masyarakat. Penguasaan enam
literasi dasar yang disepakati oleh World Economic Forum pada tahun 2015 menjadi sangat
penting tidak hanya bagi peserta didik, tetapi juga bagi orang tua dan seluruh warga
masyarakat. Enam literasi dasar tersebut mencakup literasi baca tulis, literasi numerasi,
literasi sains, literasi digital, literasi finansial, dan literasi budaya dan kewargaan.
Untuk membangun budaya literasi pada seluruh ranah pendidikan (keluarga,
sekolah, dan masyarakat), sejak tahun 2016 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
menggiatkan Gerakan Literasi Nasional (GLN) sebagai bagian dari implementasi Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi
Pekerti. Layaknya suatu gerakan, pelaku GLN tidak didominasi oleh jajaran Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, tetapi digiatkan pula oleh para pemangku kepentingan,
seperti pegiat literasi, akademisi, organisasi profesi, dunia usaha, dan kementerian/
lembaga lain. Pelibatan ekosistem pendidikan sejak penyusunan konsep, kebijakan,
penyediaan materi pendukung, sampai pada kampanye literasi sangat penting agar
kebijakan yang dilaksanakan sesuai dengan harapan dan kebutuhan masyarakat. GLN
diharapkan menjadi pendukung keluarga, sekolah, dan masyarakat mulai dari perkotaan
sampai ke wilayah terjauh untuk berperan aktif dalam menumbuhkan budaya literasi.
Setiap individu perlu memahami bahwa literasi digital merupakan hal penting yang
dibutuhkan untuk dapat berpartisipasi di dunia modern sekarang ini. Literasi digital sama
pentingnya dengan membaca, menulis, berhitung, dan disiplin ilmu lainnya. Generasi yang
tumbuh dengan akses yang tidak terbatas dalam teknologi digital mempunyai pola berpikir
yang berbeda dengan generasi sebelumnya. Setiap orang hendaknya dapat bertanggung
jawab terhadap bagaimana menggunakan teknologi untuk berinteraksi dengan lingkungan
sekitarnya. Teknologi digital memungkinkan orang untuk berinteraksi dan berkomunikasi
dengan keluarga dan teman dalam kehidupan sehari-hari. Sayangnya, dunia maya saat ini
semakin dipenuhi konten berbau berita bohong, ujaran kebencian, dan radikalisme, bahkan
praktik-praktik penipuan. Keberadaan konten negatif yang merusak ekosistem digital saat
ini hanya bisa ditangkal dengan membangun kesadaran dari tiap-tiap individu.
Literasi digital akan menciptakan tatanan masyarakat dengan pola pikir dan
pandangan yang kritis-kreatif. Mereka tidak akan mudah termakan oleh isu yang
provokatif, menjadi korban informasi hoaks, atau korban penipuan yang berbasis digital.
Dengan demikian, kehidupan sosial dan budaya masyarakat akan cenderung aman dan
kondusif. Membangun budaya literasi digital perlu melibatkan peran aktif masyarakat
secara bersama-sama. Keberhasilan membangun literasi digital merupakan salah satu
indikator pencapaian dalam bidang pendidikan dan kebudayaan. Jika generasi muda kurang
menguasai kompetensi digital, hal ini sangat berisiko bagi mereka untuk tersisih dalam
persaingan memperoleh pekerjaan, partisipasi demokrasi, dan interaksi sosial.
Pengembangan literasi digital dapat dilakukan di ranah sekolah, keluarga, dan
masyarakat. Dengan literasi digital sekolah, siswa, guru, tenaga kependidikan, dan kepala
sekolah diharapkan memiliki kemampuan untuk mengakses, memahami, serta
menggunakan media digital, alat-alat komunikasi, dan jaringannya. Dengan kemampuan
tersebut mereka dapat membuat informasi baru dan menyebarkannya secara bijak. Selain
mampu mengusai dasar-dasar komputer, internet, program-program produktif, serta
keamanan dan kerahasiaan sebuah aplikasi, peserta didik juga diharapkan memiliki gaya
hidup digital sehingga semua aktivitas kesehariannya tidak terlepas dari pola pikir dan
perilaku masyarakat digital yang serba efektif dan efisien.

B. Penerapan Literasi Digital pada Pembelajaran Biologi di Masa Pandemic Di SMAN


1 Bojong Kabupaten Tegal
Perkembangan TIK telah memberikan pengaruh terhadap dunia pendidikan,
khususnya dalam proses pembelajaran. Menurut Rosenberg dalam Suyanto (2013), ada
lima pergeseran dalam proses pembelajaran seiring dengan berkembangnya penggunaan
TIK, yaitu :
1. Dari pelatihan ke penampilan
2. Dari ruang kelas ke mana pun dan kapan pun
3. Dari kertas ke online
4. Dari fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja
5. Dari waktu siklus ke waktu nyata

Perkembangan yang mutakhir dalam dunia pendidikan ini diikuti dengan


munculnya fenomena yang disebut “cyber teaching” atau pengajaran maya, yaitu proses
pengajaran dengan menggunakan internet. Istilah lain yang populer saat ini adalah e-
learning, yaitu model pembelajaran dengan menggunakan media teknologi komunikasi dan
informasi khususnya internet. Secara operasional, pemanfaatan multimedia dalam
pembelajaran banyak sekali, diantaranya adalah Computer Based Instruction (CBI) dan
distance learning (pembelajaran jarak jauh). Pada model CBI, komputer menjadi pusat
pembelajaran (center of learning). Penggunaan CBI dalam kegiatan belajar mengajar dapat
dibuat dalam berbagai bentuk dan model, yaitu : tutorial, drill-practice procedure,
menyimulasikan masalah-masalah actual dan eksperimen tanpa menggunakan alat dan
bahan.
Sedangkan Pembelajaran jarak jauh merupakan bidang pendidikan yang berfokus
pada pengajaran dan teknologi, serta instruksi desain sistem yang bertujuan untuk
memberikan pendidikan kepada siswa yang secara fisik tidak bertemu dengan sesama siswa
lain ataupun guru melainkan “bertemu” melalui situs yang telah diprogram. Peristiwa
pandemic global Covid-19 yang juga terjadi di Indonesia, menyebabkan dunia pendidikan
kita mau tidak mau harus melaksanakan system pembelajaran jarak jauh. Sebenarnya
system pembelajaran jarak jauh itu sendiri sudah ada sejak beberapa tahun yang lalu dan
diberlakukan di beberapa negara di luar Indonesia karena adanya perkembangan teknologi.
Namun di Indonesia baru popular dan marak dilaksanakan karena adanya pandemic Covid
-19 sejak satu tahunan yang lalu.
Pandemic Covid-19 yang telah berlangsung lebih dari 1 tahun, menyebabkan
dampak pada berbagai bidang kehidupan di negara kita. Dampak pandemik tersebut antara
lain terjadi pada bidang perekonomian, sosial, keamanan, serta politik yang dapat
mempengaruhi kondisi psikologis dan perubahan perilaku yang sifatnya lebih luas dalam
jangka waktu yang lebih panjang. Perubahan perilaku tersebut mencakup perilaku hidup
sehat, perilaku menggunakan teknologi, perilaku dalam pendidikan, perilaku menggunakan
media sosial, perilaku konsumtif, perilaku kerja, dan perilaku sosial keagamaan. Ada
beberapa perilaku masyarakat pada masa pandemi mengalami perubahan diantaranya yaitu
WFH, everything virtual, transport mode choice, sampai dengan controll access.
Penggunaan teknologi yang tadinya lebih banyak sebagai pendukung kerja
sekunder atau malah rekreasi, berubah menjadi fasilitas kerja utama. Dalam sektor
pendidikan misalnya, pengajar dan peserta didik akan terbiasa melakukan interaksi
pembelajaran jarak jauh. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia telah
mengeluarkan Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan Kebijakan
Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran Coronavirus Disease (Covid-19) poin ke 2
yaitu proses belajar dari rumah dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Belajar dari rumah melalui pembelajaran daring/jarak jauh dilaksanakan untuk
memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa, tanpa terbebani tuntutan
menuntaskan seluruh capaian kurikulum untuk kenaikan kelas maupun kelulusan;
2. Belajar dari rumah dapat difokuskan pada pendidikan kecakapan hidup antara lain
mengenai pandemic Covid-19;
3. Aktivitas dan tugas pembeljaran belajar dari rumah dapat bervariasi antarsiswa, sesuai
minat dan kondisi masing-masng, termasuk mempertimbangkan kesenjangan
akses/fasilitas belajar dirumah;
4. Bukti atau prosuk aktivitas belajar dari rumah diberi umpan balik yang bersifat kualitatif
dan berguna dari guru, tanpa diharuskan memberi skor/nilai kuantitatif.

Dalam melaksanakan kebijakan pemerintah yakni pendidikan di masa pandemic


dengan menerapkan pembelajaran jarak jauh, berbagai pihak yang memangku dunia pendidikan
kita berupaya keras mencari solusi agar pembelajaran bisa berlangsung efektif bagi guru, siswa
dan orang tua meskipun tidak dilakukan pembelajaran tatap muka. Banyaknya aplikasi
pembelajaran berbasis online yang muncul akhir-akhir ini, bisa dimanfaatkan untuk mendukung
suksesnya pembelajaran jarak jauh khususnya di tingkat SMA. Terlebih lagi adanya kemajuan
perkembangan teknologi saat ini, sebagian besar siswa di di tingkat SMA seperti di SMAN 1
Bojong Kabupaten Tegal telah terbiasa menggunakan gadget dengan segudang fitur dan
fasilitasnya sehingga dapat mendukung kelancaran proses pembelajaran jarak jauh di masa
pandemic. Hal ini tidaklah mengherankan mengingat anak-anak seusia SMA sekarang ini
merupakan generasi Z Sejak kecil mereka sudah mengenal teknologi dan akrab
dengan gadget canggih, serta apapun yang dilakukan kebanyakan berhubungan dengan dunia
maya.
Pembelajaran jarak jauh yang dilakukan di SMAN 1 Bojong Kabupaten Tegal
diterapkan bervariasi mengingat kondisi latar belakang ekonomi, sosial serta kondisi geografis
siswa dan guru yang bermacam-macam. Melihat bervariasinya latar belakang tersebut, maka
tidak semua guru menerapkan pembelajaran online secara penuh. Pihak sekolah membantu
kelancaran pembelajaran jarak jauh ini dengan memberikan beberapa kebijakan antara lain,
bantuan pulsa atau kuota internet bagi siswa dan guru, diadakan pelatihan penggunaan aplikasi
pembelajaran online bagi guru, pelaksanaan pembelajaran di sekolah atau di rumah bagi siswa
yang terkendala jaringan internet.
Sementara untuk pelaksanaan penilaian seperti Penilaian Tengah Semester (PTS),
Penilaian Akhir Semester (PAS), Penilaian Akhir Tahun (PAT), atau Ujian Sekolah
dilaksanakan secara online menggunakan google form dan Microsoft Office 365. Mengingat
kondisi latar belakang siswa yang bermacam-macam tadi sekolah menyediakan fasilitas
laboratorium komputer yang bisa digunakan untuk melaksanakan tes bagi siswa yang
terkendala jaringan internet atau tidak mempunyai sarana pendukung seperti gadget.
Pada pelajaran biologi yang diampu penulis, pelaksanaan pembelajaran jarak jauh juga
menerapkan pembelajaran online dengan menggunakan beberapa media melihat kebutuhan
pada materi dan kondisi siswanya. Beberapa media tersebut antara lain Whatsapp grup, Google
Classroom, Zoom meeting, google form, youtube atau e-modul. Siswa bisa belajar dari rumah
dengan difasilitasi oleh guru secara online karena di awal tahun pelajaran siswa sudah diberi
pinjaman buku paket setiap mata pelajaran dari sekolah. Disamping itu untuk meningkatkan
kompetensi literasi digital siswa, guru juga memberikan referensi materi pelajaran yang berupa
e-modul, video pembelajaran, materi yang berupa power point serta sumber-sumber bacaan
materi pelajaran lainnya yang ada di internet.
Melalui grup Whatsapp guru dan siswa bisa melakukan kegiatan diskusi, tanya jawab,
presentasi, membagikan materi, memberikan dan mengumpulkan tugas, serta memantau
kehadiran dan keaktifan siswa saat pembelajaran. Penggunaan media belajar dengan grup
whatsapp ini dirasa cukup efektif bagi siswa dan karena akses dan penggunaannya yang mudah,
sehingga semua siswa mempunyai aplikasi ini.

Adapun kelebihan-kelebihan pada Whatsapp sebagai media pembelajaran, yaitu:


• Tidak harus login terlebih dahulu untuk mengakses Whatsapp jika nomor ponsel
sudah terdaftar.
• Langsung terhubung dengan kontak pengguna Whatsapp lainnya.
• Pengguna dapat bertukar kontak dengan pengguna lainnya.
• Dapat membagikan lokasi terkini.
• Dapat mengirim pesan ke banyak orang (broadcast).
• Aplikasi ini tidak menguras kuota terlalu banyak.
• Guru dan siswa dapat berdiskusi dan bertanya jawab dengan lebih rileks.
• Dapat melihat siapa saja yang sudah membaca dan siapa yang tidak aktif.
• Guru dapat mengirimkan dokumen, foto, audio ataupun video sebagai materi
pembelajaran kepada siswa melalui grup Whatsapp.
• Guru dan siswa dapat melihat dan mengulang materi pembelajaran melalui HP dengan
mudah.
• Guru dan siswa dapat berkomunikasi kapan saja dan di mana saja.

Selain itu, terdapat kelemahan yang ada pada aplikasi Whatsapp antara lain :
• Pengguna harus terhubung dengan layanan internet untuk menggunakan aplikasi ini,
jika tidak terhubung akan menghambat proses pembelajaran secara daring
• Komunikasi hanya dengan chat saja, kapasitas orang terbatas jika ingin bertatap muka
secara virtual (video call).
Selain aplikasi Whatsapp, aplikasi yang digunakan dalam pembelajaran daring adalah
aplikasi Google Classroom yang dinilai lebih mudah digunakan oleh guru dan siswa. Selain
itu Google Classroom dinilai lebih ramah dalam pemakaian kuota internet dan mempermudah
pengadministrasian data-data yang tersimpan. Melalui penggunaan media google classroom
pengajar dapat memberikan tugas melalui media tersebut serta memberikan deadline mengenai
tugas dan materi yang akan diberikannya.
Pada proses pembelajaran menggunakan media google classroom ini, penulis dapat
melakukan interaksi dengan siswa melalui chat di forum auatupun secara pribadi. Disamping
itu guru dapat memberikan berbagai sumber materi sebagai referensi untuk literasi digital dalam
berbagai bentuk file. Untuk pelaksanaan penilaian, media google classroom ini memberikan
kemudahan siswa dalam menyerahkan tugas, kemudahan guru dalam memberikan
tugas,memantau hal yang perlu dilakukan, melihat nilai, dan menilai tugas kapan tanpa harus
membawa tumpukan kertas ke mana-mana. Berikut ini adalah beberapa kelebihan dan
kekurangan penggunaan google classroom dalam pembelajaran

Kelebihan Google Classroom :


1. Mudah digunakan melalui komputer, telepon genggam ataupun tablet.
2. Efektif dalam berkomunikasi dan menyalurkan berbagai materi ataupun informasi.
3. Menghemat waktu dalam pengumpulan tugas.
4. Meningkatkan kerja sama dan komunikasi.
5. Tidak memerlukan kertas.
6. Ramah dan aman.
7. Mempunyai sistem komen yang menarik.
8. Untuk semua orang, pengajar dan pembelajar

Kekurangan Google Classroom :


1. Sulitnya manajemen akun, karena diharuskan memakai akun Gmail Apps for Education.
2. Terbatasnya pilihan integrasi dengan Google Calendar sehingga sulit untuk mengorganisir
materi dan deadline.
3. Untuk pemula akan menemukan kesulitan dengan simbol-simbol google di dalamnya,
bahkan file Word harus dikonversi ke Google Doc terlebih dahulu.
4. Tidak ada update otomatis mengenai tugas, dsb.
5. Sulitnya pembelajar untuk berbagi tugas mereka kepada teman lain.
6. Pembelajar dapat mengubah soal yang telah diberikan.
7. Tidak ada kuis atau tes otomatis.
8. Belum tersedianya chat live.

Platform lainnya yang juga digunakan sebagai sarana media pembelajaran secara
daring diantaranya Zoom Meeting dan Google Meet. Aplikasi Zoom Meeting yang banyak
digunakan saat pembelajaran jarak jauh ialah Zoom Meeting. Zoom Meeting merupakan salah
satu aplikasi yang mempermudah orang bertatap muka dan berkomunikasi tanpa harus saling
bertatap muka. Zoom Meeting menjadi aplikasi yang digunakan untuk membantu proses
pembelajaran tatap muka menggunakan video. Singkatnya, Zoom Meeting merupakan aplikasi
berbasis video.
Pada umumnya, Zoom Meeting digunakan untuk melakukan meeting. Platfrom ini
gratis jadi dapat digunakan oleh siapapun dengan batas waktu empat puluh menit dan tidak ada
batasan waktu jika akun kita berbayar. Dalam aplikasi Zoom Meeting ini kita bisa
berkomunikasi langsung dengan siapapun lewat video. Oleh karena itu, memang cocok
digunakan sebagai media pembelajaran.
Selain bisa digunakan melalui ponsel, aplikasi ini juga bisa diakses melalui website,
baik OS Mac, Windows, Linux, iOS, serta Android. Aplikasi Zoom Meeting memiliki beberapa
keunggulan yaitu :
1. Mampu melakukan meeting hingga 100 peserta
2. Fitur gratis selama 40 menit
3. Dapat berbagi layar
4. Mampu menjadwalkan dan merekam meeting
5. Melakukan obrolan tim dengan mudah
6. Mampu mengakses virtual background
7. Keamanan didukung dengan end-to-end encryption.
8. Rekaman Transkrip

Meskipun memiliki banyak keunggulan Zoom Meeting juga memiliki kekurangan diantaranya
sebagai berikut :
1. Boros penggunaan kuota data
Akses Zoom yang begitu luas memungkinkan penggunaan data internet yang semakin besar.
2. Rawan data bocor
Sudah tersebar berita pada sebagian besar kalangan bahwasanya terdapat banyak kebocoran
data. Data yang rawan terkena peretasan dapat berujung pada data pribadi seseorang.
Sehingga besar kemungkinan jika memiliki informasi terpenting seperti bisnis, pendidikan,
foto, akan dapat dengan mudah tersebar luas di jejaring media sosial. Namun akses rawan
kebocoran data, dapat ditanggulangi dengan tidak perlu mendaftar akun. Cukup dengan
bergabung pada ID Meeting dan Password dari diskusi tersebut. Cara ini diklaim sebagai
salah satu solusi bagi anda yang tetap ingin menggunakan Zoom pada mode aman.
Salah satu software yang mudah diakses, gratis digunakan, sederhana dalam
pengoperasiannya, dan cukup baik untuk dikembangkan sebagai alat evaluasi pada proses
pembelajaran adalah Google Form. Fitur dari Google Form dapat di bagi ke orang-orang
secara terbuka atau khusus kepada pemilik akun Google dengan pilihan aksesibilitas,
seperti: read only (hanya dapat membaca) atau editable (dapat mengedit dokumen).
Adapun beberapa fungsi Google Form untuk dunia pendidikaan adalah sebagai
berikut: 1) Memberikan tugas latihan/ ulangan online melalui laman website, 2)
Mengumpulkan pendapat orang lain melalui laman website, 3) Mengumpulkan berbagai
data siswa/ guru melalui halaman website, 4) Membuat formulir pendaftaran online untuk
sekolah, 5) Membagikan kuesioner kepada orang-orang secara online.
Aplikasi ini berbasis web maka setiap orang dapat memberikan tanggapan atau
jawaban terhadap kuis ataupun kuisioner secara cepat dimanapun ia berada dengan
menggunakan aplikasi internet komputer/ laptop ataupun Handphone. Penggunaan Google
Form sebagai alat penilaian proses pembelajaran juga mendukung program penghematan
kertas sebagai wujud peduli lingkungan. Selain itu, tenaga dan waktu yang diperlukan guru
untuk menyebarkan angket dan mengolah datanya lebih hemat dan mudah. Dalam
melaksanakan pembelajaran tidak harus selalu menggunakan 1 jenis media saja secara
terus-menerus, namun bisa berganti-ganti sesuai materi atau kebutuhan atau bisa
menggunakan beberapa media dalam satu pertemuan pembelajaran.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Literasi digital adalah pengetahuan dan kecakapan untuk menggunakan media
digital, alat-alat komunikasi, atau jaringan dalam menemukan, mengevaluasi,
menggunakan, membuat informasi, dan memanfaatkannya secara sehat, bijak, cerdas,
cermat, tepat, dan patuh hukum dalam rangka membina komunikasi dan interaksi dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan literasi digital sekolah, siswa, guru, tenaga kependidikan,
dan kepala sekolah diharapkan selain mampu mengusai dasar-dasar komputer, internet,
program-program produktif, serta keamanan dan kerahasiaan sebuah aplikasi, peserta didik
juga diharapkan memiliki gaya hidup digital sehingga semua aktivitas kesehariannya tidak
terlepas dari pola pikir dan perilaku masyarakat digital yang serba efektif dan efisien.
Pembelajaran jarak jauh yang dilakukan di SMAN 1 Bojong Kabupaten Tegal
diterapkan bervariasi karena keterbatasan sarana prasarana dan kondisi ekonomi siswa.
Beberapa media yang digunakan dalam pembelajaran jarak jauh dengan cara online seperti
grup whatsapp, google classroom, zoom meeting, google form, atau bisa dilakukan secara
offline bagi yang terkendala melakukan pembelajaran online. Pihak sekolah membantu
kelancaran pembelajaran jarak jauh ini dengan memberikan beberapa kebijakan antara lain,
bantuan pulsa atau kuota internet bagi siswa dan guru serta pembe;ajaran offline bagi
beberapa siswa.

B. Saran
Mengingat masih rendahnya tingkat literasi digital siswa, maka perlu dilakukan
upaya agar kemampuan literasi digital siswa di Indonesia bisa meningkat. Beberapa upaya
yang bisa dilakukan di sekolah antara lain : meningkatkan fasilitas yang mendukung literasi
digital, mengadakan sosialisasi dan pelatihan tentang literasi digital di sekolah,
memasukkan program literasi digital dalam kegiatan pembelajaran, mengadakan sosialisasi
penggunaan internet yang benar dan keberadaan ITE, serta adanya peran dari guru dan
orang tua untuk membimbing siswa dalam penggunaan internet. Adapun mengenai
kegiatan PJJ di SMAN 1 Bojong diharapkan bisa berjalan lebih efektif lagi misalnya
dengan peningkatan kreativitas guru dan dalam melakukan pembelajaran jarak jauh.
Disamping itu untuk meningkatkan efektifitas PJJ bagi siswa yang terkendala fasilitas dan
jaringan internet bisa dilakukan dengan menerapkan pembelajaran blended learning.
DAFTAR PUSTAKA

Harjono, H. S. (2018). Literasi digital: Prospek dan implikasinya dalam pembelajaran


bahasa. PENA: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra, 8(1), 1-7.
Masitoh, S. (2018). Blended Learning berwawasan literasi digital suatu upaya meningkatkan
kualitas pembelajaran dan membangun generasi emas 2045. Proceedings of the
ICECRS, 1(3).
Siti Husaebah, P. (2924) Literasi Informasi : Peningkatan literasi nformasi dalam proses
Pembelajaran. Jurnal Ilmu Perpustakaan &Kearsipan Khizanah Al-Hikmah. Vol. 2 No.
2, hlmn 117-128
Setyaningsih, R., Abdullah, A., Prihantoro, E., & Hustinawaty, H. (2019). Model penguatan
literasi digital melalui pemanfaatan e-learning. Jurnal Aspikom, 3(6), 1200-1214.
Walni, M. (2021). Proses Pembelajaran Masa Pandemi Covid-19 Berbasis Aplikasi Zoom
Meeting.
https://ejournal.upi.edu/index.php/gunahumas/article/view/28380/12849
https://gln.kemdikbud.go.id/glnsite/wp-content/uploads/2017/10/cover-materi-pendukung-
literasi-digital-gabung.pdf
http://dip.fisip.unair.ac.id/id_ID/peran-sekolah-dalam-penerapan-literasi-digital-pada-
siswa/#:~:text=Literasi%20digital%20merupakan%20salah%20satu,kesadaran%20untu
k%20indikasi%20kemajuan%20bangsa.
https://www.kompasiana.com/jihaanalatas7268/5ff5c4788ede4826fd3d3072/kelebihan-dan-
kelamahan-aplikasi-whatsapp-sebagai-media-pembelajaran-daring
http://repository.upi.edu/30204/6/S_PRS_1300589_Chapter3.pdf

Anda mungkin juga menyukai