Anda di halaman 1dari 54

UNIVERSITAS INDONESIA

PENGARUH KONSENTRASI PREKURSOR PERAK DAN TEMPERATUR


TERHADAP SINTESIS NANOPARTIKEL PERAK DENGAN
MENGGUNAKAN METODE POLIOL

SKRIPSI

JASMITHA MARYAMA PUTRI

1706981195

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PROGRAM STUDI KIMIA

DEPOK

2021
UNIVERSITAS INDONESIA

PENGARUH KONSENTRASI PREKURSOR PERAK DAN TEMPERATUR


TERHADAP SINTESIS NANOPARTIKEL PERAK DENGAN
MENGGUNAKAN METODE POLIOL

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sains

JASMITHA MARYAMA PUTRI

1706981195

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PROGRAM STUDI KIMIA

DEPOK

JUNI 2021
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan


semua sumber baik yang dikutip maupun
dirujuk telah saya nyatakan dengan benar

Nama : Jasmitha Maryama Putri

NPM : 1706981195

Tanda Tangan :

Tanggal : 12 Juni 2021

I
Universitas Indonesia
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh

Nama : Jasmitha Maryama Putri

NPM : 1706981195

Program Studi : Kimia

Judul Skripsi : Pengaruh Konsentrasi Prekursor Perak dan Temperatur terhadap


Sinstesis Nanopartikel Perak dengan Menggunakan Metode Poliol

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan
yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Program Studi Matematika,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Ala,. Universitas Indonesia

DEWAN PENGUJI

Pembimbing I : Dr. Aminah ( )

Pembimbing II : Windri Handayani,S.Si.,M.Si (………………..)

Penguji I : Dr. Rika Tri Yunarti (………………..)

Penguji II : Dr. Muhammad Ridwan (………………..)

Ditetapkan di : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Tanggal : 12 Juni 2021

II
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ―Pengaruh
Konsentrasi Perak dan Temperatur terhadap Sintesis Nanopartikel Perak dengan Menggunakan
Metode Poliol‖. Skripsi ini ditulis sebagai syarat didapatkannya gelar sarjana sains. Dalam
penyusunan skripsi, tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu saya mengucapkan terimakasih kepada :

1. Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa


2. Ayah, ibu, dan adik yang telah ikut mendoakan, bersabar, serta menyediakan fasilitas
yang mendukung proses pengerjaan skripsi ini
3. Dr. Aminah dan Windri Handayani,S.Si.,M.Si selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing saya dalam penyusunan
skripsi ini
4. Rahmat Wibowo,M.Sc, selaku pembimbing akademis saya yang sudah membantu proses
perkuliahan saya sejak awal
5. Seluruh Dosen dan Pegawai Departemen Kimia UI yang telah memungkinkan
terlaksananya penyusunan skripsi ini
6. Kak Pierre, Zaki, Berli, Dina, dan Bambang sebagai teman satu tim penelitian yang
senantiasa membantu penelitian ini agar sehingga dapat terlaksana dengan baik
7. Kak Diah, Kak Egga, dan rekan penelitian BNT sebagai senior yang sudah membantu
proses penelitian agar terlaksana dengan baik
8. Thia dan Ervine sebagai sahabat saya yang sudah menemani dan memberi semangat saya
9. Shavira, Syista, Nisrina, Dianti, Deris, dan Chantika yang sudah membantu saya semasa
perkuliahan berlangsung
10. Mika, Fany, Prima, Adelia, dan Adena sebagai teman-teman yang sudah memberikan
semangat kepada saya selama penyusunan skripsi ini

Semoga skripsi ini dapat diterima dan penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi
pengembangan ilmu pengetahuan.

Depok, Juni 2021

Penulis,

Jasmitha Maryama Putri

III
Universitas Indonesia
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Jasmitha Maryama Putri

NPM : 1706981195

Program Studi : Kimia

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetuji untuk memberikan kepada Universitas


Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-Free Right) atas karya
ilmiah saya yang berjudul :

Pengaruh Konsentrasi Prekursor Perak dan Temperatur terhadap Sintesis Nanopertikel


Perak dengan Menggunakan Metode Poliol

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini
Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk
pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok

Pada tanggal : 12 Jni 2021

Yang menyatakan

(Jasmitha Maryama Putri)

IV
ABSTRAK

Nama : Jasmitha Maryama Putri


NPM : 1706981195
Program Studi : S1 Kimia Reguler
Judul : Pengaruh Konsentrasi Prekursor Perak dan Temperatur terhadap
Sintesis Nanopartikel Perak dengan Menggunakan Metode Poliol

Nanopartikel perak banyak dimanfaatkan dalam berbagai bidang ilmu karena


karakteristiknya yang unik. Sintesis nanopartikel perak menggunakan metode poliol
memungkinkan untuk dilakukan modifikasi dan kontrol terhadap bentuk dan ukuran nanopartikel
dengan cara yang sederhana dengan bahan-bahan yang mudah didapatkan. Pada penelitian ini
akan dilakukan sintesis nanopartikel perak menggunakan metode poliol dengan etilen glikol (EG)
sebagai medium reaksi sekaligus reduktor, Polyvinylpyrrolidone (PVP) sebagai capping
agent¸AgNO3 sebagai prekursor logam, dan NaBr sebagai zat aditif. Karakteriasai nanopartikel
perak (AgNPs) yang terbentuk dilakukan dengan mengugunakan spektrofotometri UV-Vis,
Transmission Electron Microscopy (TEM), dan X-Ray Diffraction (XRD). Dari penelitian ini
didapatkan bahwa terdapat pengaruh dari konsetrasi prekursor AgNO3 dan temperatur yang
digunakan dalam proses sintesisnya. Dengan variasi prekursor AgNO3 yang digunakan dapat
mempengaruhi bentuk dari nanopartikel yang dihasilakan baik berupa isotropic maupun
anisotropic. Variasi temperature reaksi yang yang digunakan juga akan mempengaruhi laju
pertumbuhan dari nanopartikel yang mempengaruhi proses reduksi dari Ag+ menjadi Ag0 . Hasil
XRD yang didapatkan menunjukan adanya endapan AgBr yang terbentuk yang mungkin
berperan dalam proses pembentukan nanopartikel perak. Maka dari penelitian ini didapatkan
potensi terbentuknya nanopartikel perak berbentuk nanocube pada konsentrasi prekursor AgNO3
sebesar 12,5 mM pada temperatur reaksi 100°C dan waktu reaksi selama 72 jam dengan bentuk
dan ukuran yang belum seragam.

Kata Kunci : nanopartikel perak,metode poliol, konsentrasi prekursor, temperatur reaksi,


nanocubes

V
Universitas Indonesia
ABSTRACT

Name : Jasmitha Maryama Putri

ID Student Number : 1706981195

Study Program : Chemistry

Tittle : Effect of Silver Precursor Concentration and Temperature on


Synthesis of Silver Nanoparticles Using Polyol Method

Silver nanoparticles are widely used in various fields of science because of their unique
characteristics. Synthesis of silver nanoparticles using the polyol method makes it possible to
modify and control the shape and size of nanoparticles in a simple way with easily available
materials. In this research, silver nanoparticles will be synthesized using the polyol method with
ethylene glycol (EG) as a reaction medium as well as a reducing agent, Polyvinylpyrrolidone
(PVP) as a capping agent¸AgNO3 as a metal precursor, and NaBr as an additive. The
characterization of the formed silver nanoparticles (AgNPs) was carried out using UV-Vis
spectrophotometry, Transmission Electron Microscopy (TEM), and X-Ray Diffraction (XRD).
From this research, it was found that there was an influence of the concentration of AgNO3
precursor and the temperature used in the synthesis process. The variation of AgNO3 precursor
used can affect the shape of the resulting nanoparticles, either isotropic or anisotropic. The
variation of the reaction temperature used will also affect the growth rate of the nanoparticles
which affects the reduction process from Ag+ to Ag0 . The XRD results obtained indicate the
presence of AgBr deposits formed which may play a role in the process of forming silver
nanoparticles. So from this study, it was found that the potential for the formation of silver
nanoparticles in the form of nanocube at a concentration of 12.5 mM AgNO3 precursor at a
reaction temperature of 100°C and a reaction time of 72 hours with a shape and size that is not
uniform.

Key words : silver nanoparticle, polyol method, precursor concentration, reaction


temperature, nanocubes

VI
DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ......................................................................................... I


LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................................................................ II
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................... III
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS ................................................................................................................. IV
ABSTRAK ................................................................................................................................................. V
ABSTRACT .............................................................................................................................................. VI
DAFTAR ISI ............................................................................................................................................ VII
DAFTAR TABEL ..................................................................................................................................... IX
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................................................. X
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................................................. XI
BAB I ......................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ...................................................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .......................................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah..................................................................................................................... 3
1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................................................................... 3
1.4. Hipotesis ..................................................................................................................................... 3
1.5. Manfaat ...................................................................................................................................... 4
BAB II ........................................................................................................................................................ 5
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................................................. 5
2.1. Nanopartikel Perak ................................................................................................................... 5
2.2. Teori LaMer .............................................................................................................................. 6
2.3. Metode Reduksi Poliol .............................................................................................................. 7
2.4. Agen Pereduksi.......................................................................................................................... 8
2.5. Polyvinylpyrrolidone (PVP) sebagai Capping Agent ................................................................ 8
2.6. Natrium Bromida (NaBr) dalam Oxidative Etching ............................................................... 9
2.7. Localized Surface Plamon Resonance (LSPR) ....................................................................... 10
2.8. Spektrofotomerti Ultraviolet-visible (UV-Vis) ....................................................................... 11
2.9. Transmission Electron Microscopy (TEM) ............................................................................. 12

VII
Universitas Indonesia
2.10. X-Ray Diffraction (XRD) ..................................................................................................... 12
BAB III ..................................................................................................................................................... 14
METODE PENELITIAN.......................................................................................................................... 14
3.1. Waktu dan Tempat ................................................................................................................. 14
3.2. Alat dan Bahan ........................................................................................................................ 14
3.3. Preparasi .................................................................................................................................. 14
3.3.1. Pembuatan Larutan AgNO3 ........................................................................................... 14
3.3.2. Pembuatan Larutan NaBr .............................................................................................. 15
3.3.3. Pembuatan Larutan PVP ............................................................................................... 15
3.4. Prosedur................................................................................................................................... 15
3.4.1. Sintesis Nanopartikel Perak dengan Variasi Konsentrasi AgNO3 ............................... 15
3.4.2. Sintesis Nanopartikel Perak dengan Variasi Temperatur ........................................... 16
3.4.3. Pengukuran Spektra UV-Vis Spektrofotometer UV-Vis .............................................. 17
3.4.4. Karakterisasi Transmission Electron Microscopy (TEM) ............................................. 17
3.4.5. Karakterisasi X-Ray Diffraction (XRD) ......................................................................... 17
BAB IV ..................................................................................................................................................... 19
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................................................. 19
3.1. Waktu Optimum Sintesis Nanopartikel Perak ..................................................................... 19
3.2. Pengaruh Kosentrasi Prekursor Perak pada Sintesis AgNPs .............................................. 20
3.3. Pengaruh Temperatur pada Sintesis AgNPs ......................................................................... 24
3.4. Usulan Reaksi Pembentukan AgNPs ..................................................................................... 30
BAB V ...................................................................................................................................................... 34
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................................................................. 34
5.1. Kesimpulan .............................................................................................................................. 34
5.2. Saran ........................................................................................................................................ 34
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................... 35
LAMPIRAN ............................................................................................................................................. 39

VIII
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Formula sintesis AgNPs dengan variasi konsentrasi prekursor ................................................ 16
Tabel 3.2. Formula sintesis AgNPs dengan variasi temperatur ................................................................. 17

IX
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1. Matode top-down dan bottom-up ........................................................................................... 5


Gambar 2. 2. Diagram LaMer ..................................................................................................................... 6
Gambar 2. 3. Perubahan morfologi NPs dengan EG dan PG ...................................................................... 7
Gambar 2. 4. Mekanisme pembentukan AgNPs dengan penggunaan agen pereduksi................................. 8
Gambar 2. 5. Simulasi molecular dynamic (MD) interaksi ......................................................................... 9
Gambar 2. 6. Simulasi oxidative etching ..................................................................................................... 9
Gambar 2. 7. Simulasi Localized Surface Plasmon Resonace ................................................................... 11
Gambar 2. 8. Skema spektrofotometri UV-Vis ......................................................................................... 11
Gambar 2. 9. Skema kerja alat TEM ......................................................................................................... 12
Gambar 2. 10. Prinsip kerja XRD ............................................................................................................. 13

Gambar 4. 1. Larutan hasil sintesis AgNPs dengan metode poliol ............................................................ 19


Gambar 4. 2. Hasil sintesis AgNPs pada berbagai variasi kosentrasi prekursor ........................................ 20
Gambar 4. 3. Spektra UV-Vis AgNPs (t = 72 jam dan T=100°C)............................................................. 21
Gambar 4. 4. Spektra hasil UV-Vis dengan variasi konsentrasi pekursor ................................................. 22
Gambar 4. 5. Hasil TEM (a) 25 mM, (b) 12,5 mM dan ............................................................................ 23
Gambar 4. 6. Spektra hasil UV-Vis AgNPs .............................................................................................. 25
Gambar 4. 7. Hasil TEM pada temperatur 60ºC dan 100°C dengan variasi kosentrasi ............................. 26
Gambar 4. 8. Larutan hasil sintesis AgNPs (a) 48 Jam, (b) 30 menit ........................................................ 28
Gambar 4. 9. Hasil XRD pada waktu 30 menit ......................................................................................... 30
Gambar 4. 10. Reaksi reduksi Ag+ menjadi Ag0 oleh EG ......................................................................... 31
Gambar 4. 11. Skema pertumbuhan nanopartikel perak dengan metode poliol ......................................... 32
Gambar 4. 12. Pertumbuhan facet nanocube............................................................................................. 33

X
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Timeline penelitian ................................................................................................... 39


Lampiran 2. Diagram alir penelitian ............................................................................................. 40

XI
Universitas Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Nanopartikel perak merupakan salah satu material yang banyak dikembangkan karena
dapat di aplikasikan pada berbagai bidang seperti pada bidang kesehatan, katalis, tekstil dan
lain-lain, Hal ini disebabkan karena nanopartikel perak memilki sifat dan karakteristik yang
unik dimana nanopartikel perak memiliki pita ekstitasi yang kuat pada spektrum sinar tampak
yang tidak terdapat pada kondisi bulkinya. Kerakteristik ini disebabkan oleh adanya localized
surface plasmon resonance (LSPR) (Wang et al., 2013). Properti dari nanokristal logam,
khususnya nanopartikel perak, dapat ditentukan dengan beberapa parameter fisik seperti
ukuran, bentuk, komposisi, dan struktur. Bentuk dan struktur dari nanopartikel perak inilah
yang memainkan peran penting dalam penentuan intensitas mode LSPR. Peristiwa ini
muncul dari osilasi kolektifelektron bebas dalam kristal nano sebagai respon terhadap osilasi
medan listrik dari cahaya akibat resonansi. Bentuk dan struktur dari nanopartikel perak dapat
dipengaruhi oleh metode sintesis yang digunakan. Salah satu metode sintesis yang dapat
diunakan yaitu metode poliol. Metode poliol merupakan sintesis nanopartikel dengan
menggunakan media berupa poliol yang berperan sebagai pelarut dan zat pereduksi, poliol
yang digunakan adalah etilena glikol (EG). Bentuk dan ukuran nanopartikel perak juga dapat
dipengaruhi oleh prekursor perak, penambahan zat aditif, serta penggunaan capping agent.
Secara umum, terdapat tiga tahap pembentukan nanopartikel didasarkan menurut teori LaMer.
Berdasarkan teori tersebut diketahui bahwa konsentrasi dari prekursor mempengaruhi laju
pertumbuhan nanopartikel dan menentukan ukuran serta bentuk dari nanopartikel (Xia et al.,
2009).
Pada metode poliol digunakan alkohol seperti etilen glikol (EG) yang berperan sebagai
pelarut sekaligus agen pereduksi (Khodashenas et al., 2014). Penggunaan metode poliol
banyak dipelajari untuk sintesis nanopartikel perak karena dapat menghasilkan hasil yang
seragam dan penggunaan temperatur reaksi yang beragam dapat mempengaruhi bentuk dari
nanopartikel yang dihasilkan (Kim et al, 2006). Selain itu, media pereduksinya dapat
melindungi perak dari oksidasi, memiliki kemampuan untuk berkoordinasi dengan prekursor
perak dan permukaan partikel sehingga dapat meminimalkan peristiwa agregasi dan juga

1
2

poliol memiliki viskositas yang tinggi sehingga dapat mengkontrol pertumbuhan


nanopartikel maka hasil yang didapatkan memiliki struktur dan morfologi yang terkontrol
(Fievet et al., 2018).
Dengan pemilihan metode poliol sebagai metode sintesis, pada prosesnya digunakan
garam prekursor berupa AgNO3. Selain itu polyvinylpyrrolidone (PVP) juga digunakan
sebagai capping agent dan zat aditif berupa NaBr sebagai usaha untuk mengkontrol bentuk
dan ukuran dari nanopartikel perak (Khodashenas et al., 2014). Facet pada nanopartikel yang
memiliki afinitas yang kecil atau terlindungi sedikit dari capping agent akan tumbuh terus-
menerus pada permukaan nanopartikel. PVP merupakan agen capping polimer yang atom
oksigennya cenderung memilii afinitas terhdap facet {100} dari perak yang akan
mengarahkan pertumbuhan pada facet lainnya sehingga memungkinnya terbentuknya
nanocube dan nanobar (Xia et al., 2009). Sedangkan penambahan zat aditif bertujuan untuk
menghilangkan twinned seeds melalui peristiwa oxidative etching. Perak merupakan logam
yang lebih reaktif dibandingkan logam-logam lain yang digunakan untuk sintesis
nanopartikel logam, salah satunya adalah logam Au. Sifat kereaktifan dari logam ini juga
mempengaruhi zat aditif apa yang dapat akan digunakan. Zat aditif yang digunakan adalah
NaBr, yang dimana akan terjadi peristiwa oxidative etching oleh pasangan Br-/O2 (Long et al,
2014). Namun karena Br- bersifat kurang reaktif maka hanya dapat menyeleksi multiply
twinned seeds dengan menyisakan singly twinned seeds dan single-crystal seed pada sintesis
nanopartikel emas (Xia et al, 2009). Karena Ag bersifat relatif lebih mudah mengalami
korosi dibandingkan dengan emas, maka cukup menggunakan Br- yang kurang reaktif untuk
menyeleksi seeds tertentu melalui peristiwa oxidative etching. Endapan AgBr yang terbentuk
juga akan mempengaruhi selektivitas single-crystal seeds dan twinned seeds karena endapan
AgBr memiliki kelarutan yang rendah (Long et al, 2014).
Pada penelitian sebelumnya (Karimah H, 2020) telah berhasil dilakukan sintesis
nanopartikel perak dengan metode sintesis yang lebih mudah dilakukan pada temperatur
yang lebih rendah sebesar 100°C. Selain itu dilakukan pula sintesis nanopartikel perak
dengan melihat pengaruh konsentrasi prekursor AgNO3 dan NaBr terhadap bentuk serta
ukurannya dan juga waktu reaksi optimum yang dapat digunakan. Maka pada penelitian kali
ini, dilakukan sintesis nanopartikel perak dengan motode yang lebih mudah dikarenakan
tidak dilakukannya pemanasan pada saat pencampuran prekursor dan optimasi kontrol
terhadap proses sintesis yang dapat mempengaruhi bentuk dari nanopartikel yang dihasilkan.
Hal tersebut dilakukan dengan dengan memvariasikan konsentrasi prekursor AgNO3 sebesar
0,25 mM sampai 25 mM dan temperatur reaksi sebesar 60ºC, 100ºC, dan 150ºC. Metode
yang digunakan adalah metode poliol dengan medium reaksi berupa etilen glikol (EG) yang
sekaligus bertindak sebagai reduktor, penggunaan polyvinylpyrrolidone (PVP) sebagai
capping agent, AgNO3 sebagai prekursor logam, dan NaBr sebagai zat aditif. Nanopartikel
yang terbentuk akan di karakterisasi menggunakan spektrofotometri Ultraviolet-visible (UV-
Vis), Transmission Electron Microscopy (TEM), dan X-Ray Diffraction (XRD).

1.2. Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari penelitian ini meliputi :
1. Apakah konsentrasi prekursor AgNO3 mempengaruhi bentuk dan ukuran nanopartikel
yang terbentuk?
2. Apakah dengan variasi temperatur akan mempengaruhi bentuk dan ukuran
nanopartikel serta dapat menghasilkan AgNP yang lebih seragam ?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini meliputi :
1. Mengetahui peran dari konsentrasi prekursor AgNO3 terhadap ukuran dan bentuk
nanopartikel
2. Mengetahui pengaruh variasi temperatur dapat menghasilkan bentuk dan ukuran
nanopartikel perak yang seragam
3. Mengetahui kondisi optimum dalam sintesis nanopartikel perak sehingga dihasilkan
nanopartikel perak dengan ukuran dan bentuk yang seragam

1.4. Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini meliputi :
1. Konsentrasi prekursor AgNO3 mempengaruhi ukuran dan bentuk nanopartikel perak
yang terbentuk pada konsentrasi 0,25 mM sampai dengan 25 mM
2. Variasi temperatur dapat menghasilkan nanopartikel perak dengan ukuran dan bentuk
yang seragam.

Universitas Indonesia
4

1.5. Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah diketahui pengaruh konsentrasi prekursor AgNO 3
terhadap ukuran dan bentuk nanopartikel perak serta penggunaan temperatur rendah dapat
menghasilkan ukuran dan bentuk nanopartikel perak yang seragam dengan menggunakan
metode poliol.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Nanopartikel Perak


Nanopartikel merupakan partikel mikroskopis dengan setidaknya berdimensi satu
dan memiliki ukuran kurang dari 100 nm. Salah satu contohnya adalah nanopartikel
perak. Nanopartikel perak sudah banyak digunakan pada berbagai bidang, termasuk
medis, pangan, dan industri, dikarenakan sifat kimia dan fisikanya yang unik. Sangat
penting untuk mengkarakterisasi nanopartikel perak sebelum di aplikasikan. Sintesis
nanopartikel perak dapat dilakukan secara kimiawi dengan menggunakan air atau pelarut
organik sebagai medianya. Terdapat tiga komponen utama dalam pembuatan nanoparikel
perak yaitu prekursor perak, agen pereduksi, dan agen capping. Metode yang biasa
digunakan pada sintesis nanopartikel perak secara kimiawi adalah top-down dan bottom-
up (Zhang et al, 2016). Metode top-down menggunakan prinsip destruksi dimana proses
sintesisnya dimulai dengan molekul yang besar kemudian di dekomposisi menjadi unit
yang lebih kecil sampai terbentuk nanopartikel. Sedangkan pada metode bottom-up
proses sintesinya merupakan kebalikan dari metode top-down, yang dimana nanopartikel
dibentuk dari substrat yang sederhana (Khan et al, 2017).

Gambar 2. 1. Matode top-down dan bottom-up


(Rafael et al, 2017)

Karakterisasi yang biasa dilakukan seperti melihat ukuran, bentuk, distribusi ukuran,
agregasi, dan lain sebagainya. Teknik yang dapat digunakan untuk karakterisasi juga

5
6

beragam seperti spektrofotometer UV-Vis, X-ray Diffractometry (XRD), Scanning


Electron Microscopy (SEM), dan Transmission Electron Microscopy (TEM).

2.2. Teori LaMer


Teori yang di kemukakan oleh LaMer dan co-workers merupakan mekanisme
yang berdasarkan studi tentang sintesis fasa cair dari koloid sulfur monodispers.Dalam
konteks nanokristal, konsentrasi atom logam meningkat secara teratur dengan berjalannya
waktu seiiring dekomposisi prekursor. Ketika konsentrasi atom sampai pada titik
supersaturasi, atom tersebut mulai untuk beragregat menjadi kluster kecil. Setelah
terbentuk, nuklei ini kemudian akan terus bertumbuh dan konsentrasi atom logam dalam
larutan menurun. Jika konsentrasi atom menurun dengan cepat dibawah minimum level
supersaturasi, tidak akan ada lagi peristiwa nukleasi yang akan terjadi. Dengan
penambahan atom via dekomposisi prekursor yang sedang berjalan, nuclei akan tumbuh
menjadi nanokristal yang bertambah besar sampai tercapai kesetimbangan antara atom
yang berada di permukaan nanokristal dengan atom yang berada pada larutan. Selain
pertumbuhan via penambahan atom, nuklei dan nanokristal dapat bergabung secara
langsung melali peristiwa aglomerasi (Xia et al, 2009).

Gambar 2. 2. Diagram LaMer


(Xia et al,2009)
7

2.3.Metode Reduksi Poliol


Metode poliol melibatkan penangguhan prekursor logam dalam pelarut glikol
yang di lanjutkkan pemanasan. Poliol dapat digunakan sebagai pelarut, agen pereduksi,
dan ligan untuk mencegah terjadinya aglomerasi nanopartikel. Pemanasan dengan
microwave menggunakan pelarut poliol dapat meningkatkan kualitas nanopartikel yang
dihasilkan (Bensebaa et al, 2013).
Terdapat dua jenis poliol yang memberikan efek berbeda pada pembentukan
nanopartikel yaitu ethylene glycol (EG) dan 1,2-propylene glycol (PG). Kedua jenis
poliol ini mempunya kemampuan mereduksi yang berbeda pada evolusi morfologi dari
nanopartikel. 1,2-propylene glycol (PG) dibandingkan ethylene glycol (EG) memiliki
kemampuan mereduksi yang tinggi sehingga pembentukan nanopartikel menjadi sangat
cepat namun karena hal ini kemungkinan nanopartikel beragregasi akan meningkat
sehingga bentuknya menjadi tidak selaras. Sedangkan EG relatif memiliki kecepatan
pembentukan nanopartikel yang lebih lambat sehingga partikel memiliki waktu yang
cukup untuk berkumpul menjadi klaster-klaster yang diinginkan. Klaster-klaster ini akan
terbentuk menjadi nanopartikel dengan ukuran dan bentuk yang cenderung seragam.
(Dhand et al, 2015).

Gambar 2. 3. Perubahan morfologi NPs dengan EG dan PG


(Dhand et al, 2015)

Universitas Indonesia
8

2.4. Agen Pereduksi


Penggunaan EG sangat popular dalam proses sintesis nanopartikel untuk
mendapatkan ukuran dan morfologi yang seragam. EG dipilih karena sifat kelarutannya
yang tinggi dalam air, harganya yang tidak mahal, dan memiliki tingkat toksisitas yang
rendah (Li et al, 2013). EG sering digunakan pada metode sintesis poliol pada temperatur
yang tinggi yang dimana EG dapat bertindak sebagai pelarut, agen pereduksi, dan agen
pelindung (Luo et al, 20015). Selama proses reaksi, EG dapat mereduksi ion logam dan
disaat yang bersamaan dapat melindungi nanopartikel dari peristiwa oksidasi.
Kemampuan reduksi ini dimungkinkan karena pada strukturnya terdapat dua gugus
hidroksil (Takahashi et al, 2016). EG memiliki kemungkinan untuk teradsorb pada
nanopartikel sehingga memainkan peranan penting dalam menstabilisasi pembentukan
awal klaster perak sampain menjadi nanopartikel perak. Pertumbuhan klaster perak dapat
menarik pelarut EG selama proses difunsi sehingga terjadi penurunan tingkat
penggabungan atau aglomerasi yang menyebabkan partikel perak menjadi lebih stabil
untuk pembentukan nanopartikel perak (Jacob et al, 2007).

Gambar 2. 4. Mekanisme pembentukan AgNPs dengan penggunaan agen pereduksi

(Barassa et al, 2011)

2.5. Polyvinylpyrrolidone (PVP) sebagai Capping Agent


Bentuk akhir dari nanopartikel akan berbeda-beda tergantung pada keselektifan
dari capping agent. Capping agent berkerja dengan menghalangi pertumbuhan pada facet
tertentu yang berarti berfungi untuk mengontrol area permukaan dari facet yang berbeda-
beda. Salah satu contoh nya adalah polyvinylpyrrolidone (PVP) yang atom oksigennya
memiliki afinitas yang cukup kuat dengan facet {100} dari AgNP (Xia et al, 2009).
9

PVP diketahui dapat teradsorb pada permukaan logam. PVP merupakan capping
agent yang kuat untuk mencegah terjadinya agregasi dari nanopartikel meluli efek sterik
karena adanya rantai hidrofobik pada strukturnya. Adanya pyrrolidone sebagai gugus
fungsi memungkinkan terjadinya ikatan yang kuat pada facet {100}. Sehingga promosi
pada facet {100} mungkin karena adanya interaksi antara PVP dengan permukaan logam.
Interaksi antara PVP dengan logam dapat dikontrol dengan memvariasikan berat molekul,
konsentrasi, panjang rantai alkil dari PVP yang digunakan (Safo et al, 2019).

Gambar 2. 5. Simulasi molecular dynamic (MD) interaksi

(Kallum et al, 2015)

2.6. Natrium Bromida (NaBr) dalam Oxidative Etching


Proses sintesis nanopartikel secara umum yaitu prekursor dalam bentuk ionnya di
reduksi menjadi atom bervalensi nol, diikuti dengan tahap nukleasi pertumbuhan klaster,
lalu menjadi seeds, dan akhirnya menjadi nanokristal. Ketika sintesis Ag terkonduksi
oleh udara, yang disertai hadirnya ligan koordinasi yang tepat untuk ion logam, spesies
bervalensi nol sangat mungkin untuk teroksidasi kembali menjadi bentuk ionnya selama
proses nukleasi dan pertumbuhan. Produk hasilnya diyakini menjadi hasil dari dua proses
(oksidasi dan reduksi) yang berbeda namun saling kooperatif (Zheng et al, 2014).

Gambar 2. 6. Simulasi oxidative etching

(Zheng et al, 2014)

Universitas Indonesia
10

Distribusi single-crystal dan twinned seeds dapat dimanipulasi dengan menggunakan


oxidative etching, yang dimana atom logam yang bervalensi nol dioksidasi kembali menjadi
ionnya. Kebanyak reaksi terkonduksi oleh udara yang berarti adanya kemungkinan O 2 yang
terlibat dalam proses sintesis. Jika ligan (Br-) untuk ion logam juga hadir dalam larutan yang
sama, kombinasi antara ligan dan O2 akan menghasilkan etchant yang kuat untuk nuclei dan
seeds. Selain itu pemilihan logam prekursor nanopartikel juga akan mempengaruhi proses
oxidative etching oleh pasangan Br-/O2. Kekuatan korosi pada logam lah yang akan
mempengaruhinya. Logam yang mimiliki kemampuan terkorosi tinggi akan dapat dengan
mudah dioksidasi oleh pasangan Br-/O2 (Xia et al, 2009).

2.7. Localized Surface Plamon Resonance (LSPR)


Localized Surface Plasmon Resonance (LSPR) merupakan fenomena optik yang
dihasilkan oleh gelombang cahaya yang terperangkap dalam konduktif nanopartikel yang
lebih kecil dari panjang gelombang cahaya (Petryayeva et al, 2011). Ketika terdapat
medan elektromagnetik berinteraksi dengan nanopartikel logam, konduksi elektron
permukaan atom logam berosilasi dalam beresonansi dengan frekuensi cahaya
sehubungan dengan kisi nanopartikel dikarenakan gaya tarik-menarik antara elektron
dengan inti logam. Osilasi kolektif dari elektron dalam resonansi dengan frekuensi
cahaya menyebabkan terjadinya LPSR pada permukaan nanopartikel (Fong et al, 2013).
Ketika nanopartikel beragregasi, terjadi interaksi medan yang menyebabkan terjadinya
plasmon coupling antar partikel dan sebagai hasilnya terjadinya pergeseran LSPR. Secara
umum, nanopartikel terstabilisasi dari agregasi oleh anion atau polimer yang terabsorb
pada permukaannya. Namun, dengan hadirnya media depresan seperti pH dan kekuatan
ionik akan menyebabkan nanopartikel terdestabilisasi dan beragregasi. Ketika
nanopartikel bergagregasi, LSPR akan bergeser kearah red-shift dan melebar (Caro et al,
2010).
11

Gambar 2. 7. Simulasi Localized Surface Plasmon Resonace

(Petryayeva et al, 2011)

2.8. Spektrofotomerti Ultraviolet-visible (UV-Vis)


Spektrofotometri UV-Vis merupakan teknik yang penting dan mudah dilakukan
untuk mengkonfrimasi pembentukan dari nanopartikel perak. Untuk melihat spektra
absorbansi nanopartikel perak ini diamati pada panjang gelombang sekitar 200-800 nm.
Dengan menggunakan spektrofotometri UV-Vis, sinar UV-Vis dilewatkan melewati
nanopartikel perak hasil sintesis kemudian sinar yang ditransmikan oleh nanopartikel
tersebut diperhitungkan. Spektrofotometri UV-Vis ini dapat dilakukan untuk pengukuran
kualitatif maupun kuantitatif pada nanopartikel perak yang telah dihasilkan. Dengan
pengukuran kualitatif bisa dilihat bentuk dari nanopartikel perak yang terbentuk,
sedangkan pengukuran kuantitatif dapat dilihat distribusi ukuran dari nanopartikel
(Anandalaksmi et al, 2016).

Gambar 2. 8. Skema spektrofotometri UV-Vis

Universitas Indonesia
12

2.9. Transmission Electron Microscopy (TEM)


Transmission Electron Microscopy (TEM) merupakan teknik mikroskopi dimana
seberkas elektron ditransmisikan melalui specimen untuk membentuk suatu gambar.
Spesimen yang paling banyak digunakan sangat tipis dengan ketebalan kurang dari 100
nm atau suspensi yang terdapat pada grid. Prinsip kerja dari TEM secara singkat adalah
sinar elektron mengiluminasi spesimen dan menghasilkan sebuah gambar diatas layar
pospor.Gambar yang diperoleh terbentuk dari interaksi antara elektron dengan sampel
saat berkas ditransmisikan melalui spesimen. TEM seringkali digunakan pada analisis
nanopartikel perak untuk melihat morfologi, memperhitungkan ukuran dari nanopartikel,
dan melihat distribusi dari nanopartikel yang dihasilkan.

Gambar 2. 9. Skema kerja alat TEM

2.10. X-Ray Diffraction (XRD)


X-Ray Diffraction (XRD) memiliki prinsip kerja dimana sinar x yang di hasilkan
dari suatu logam yang memiliki panjang gelombang tertentu. Ketika berkas sinar tersebut
terhambur dengan struktur logam tertentu pada skala tersebut maka akan terjadi
interferensi yang mengahasilkan pola dengan intensitas yang berbeda. Maka menurut
13

Hukum Bragg jarak antar bidang atom dapat dihitung dengan data difraksi yang
dihasilkan pada besar sudut-sudut tertentu. XRD menghasilkan pola difraksi yang tidak
menyerupai struktur yang mendasarinya, dan memberikan informasi tentang struktur
internal pada skala 1 hingga 100 Å. XRD secara umum digunakan untuk menetukan
komposisi dan struktur kristal dari suatu material, salah satunya ada nanopartikel perak
(Amargeetha et al, 2017).

Gambar 2. 10. Prinsip kerja XRD

Universitas Indonesia
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat


Penelitian dilakukan pada Bulan Maret hingga Bulan Juni di Laboratorium
Material Fungsional, Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Indonesia (FMIPA UI) dan Laboratorium Penelitian Lantai 3,
Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Indonesia (FMIPA UI). Karakterisasi sampel dengan menggunakan spektrofotometer
UV-Vis, X-Ray Diffraction (XRD) dilakukan di Laboratorium Fisika FMIPA UI dan
pengukuran menggunakan Transmission Electron Microscopy (TEM) dilakukan di
Laboratorium TEM ILRC Universitas Indonesia.

3.2. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah beaker glass, water bath, gelas
ukur, batang pengaduk kaca, pipet tetes, pipet volumetrik, botol semprot, bulb, oven,
hotplate, spatula, magnet stirrer, sentrifugasi, labu volumetrik, dan neraca analitik.
Instrumen yang digunakan untuk penelitian ini adalah Transmission Electron
Microspectroscopy (TEM), spektrofotometri Ultraviolet-Visible (UV-Vis), dan X-Ray
Diffraction (XRD). Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah
Polyvinylpyrrolidone (PVP, Mw 55.000), natrium bromida (NaBr), perak (I) nitrat
(AgNO3), etilen glikol, aseton, dan aquabidest.

3.3. Preparasi
3.3.1. Pembuatan Larutan AgNO3
Larutan induk AgNO3 dibuat dengan melarutkan padatan AgNO3
bermassa 0,2548 g dengan etilena glikol sebanyak 15 mL sehingga diperoleh
larutan induk dengan konsentrasi sebesar 100 mM. Prosedur ini dilakukan
sebelum sintesis untuk menghindari terjadi oksidasi pada AgNO 3.

14
15

3.3.2. Pembuatan Larutan NaBr


Membuat larutan NaBr yang memiliki konsentrasi 0,01 M dengan
melarutkan padatan NaBr sebesar 0,0309 g dengan etilen glikol sebanyak 30 mL.

3.3.3. Pembuatan Larutan PVP


Sebanyak 1,2782 g polyvinylpyrrolidone (PVP, Mw 55000) yang
dilarutkan dalam etelina glikol sebanyak 80 mL sehingga diperoleh larutan induk
dengan konsentrasi sebesar 144 mM.

3.4.Prosedur
3.4.1. Sintesis Nanopartikel Perak dengan Variasi Konsentrasi AgNO 3
Etilena glikol dengan volume yang telah ditentukan, ditempatkan dalam
vial pada suhu ruang. Kemudian dilakukan pengadukan menggunakan stirrer
dengan kecepatan 80 rpm dan penambahan 0,54 mL 0,01 M NaBr. Selanjutnya
ditambahkan larutan induk AgNO3 100 mM dengan volume sesuai dengan
konsentrasi yang diinginkan dan 144 mM 3 mL polyvinylpyrrolidone (PVP).
Volume total pada sintesis ini sebesar 11 mL. Kemudian homogenkan dengan
menggunakan magnetic stirrer pada kecepatan 80 rpm selama 30 menit sebelum
pemanasan dengan oven pada temparatur yang diinginkan. Setelah reaksi selama
waktu yang telah ditentukan, sampel di sonikasi selama 10 menit yang kemudian
di lakukan analisis UV-Vis. Untuk pencucian sampel dengan tujuan
menghilangkan etelina glikol dan PVP, dilakukan dengan sentrifugasi sampel
sampai adanya endapan kemudian endapan tersebut dicuci menggunakan
aquabidest sebanyak tiga kali dengan sentrifugasi pada kecepatan 10.000 rpm
selama 30 menit.
Mengacu pada hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, maka
dilakukan optimasi pengaruh konsentrasi prekusor AgNO3 pada sintestis
nanopartikel perak dengan variasi konsentrasi prekursor AgNO3 sebagai berikut.

Universitas Indonesia
16

Tabel 3.1. Formula sintesis AgNPs dengan variasi konsentrasi prekursor

EG
NaBr AgNO3 PVP (BM 55.000) Volume
Variasi Tambahan Temperatur
Total
Konsentrasi Volume Konsentrasi Volume Konsentrasi Volume Volume
1 0,25 mM 0,275 mL 7,185 mL
2 1,25 mM 0,1375 mL 7,3225 mL
3 0,4909 M 0,54 mL 2,5 mM 0,275 mL 39,2727 mM 3 mL 7,185 mL 11 mL 100°C
4 12,5 mM 1,375 mL 6,085 mL
5 25 mM 2,75 mL 4,71 mL

3.4.2. Sintesis Nanopartikel Perak dengan Variasi Temperatur


Etilena glikol dengan volume yang telah ditentukan ditempatkan dalam
vial pada suhu ruang. Kemudian dilakukan pengadukan menggunakan stirrer
dengan kecepatan 80 rpm dan penambahan 0,54 mL 0,01 M NaBr. Selanjutnya
ditambahkan larutan induk AgNO3 100 mM dengan volume sesuai dengan
konsentrasi yang diinginkan dan 144 mM 3 mL polyvinylpyrrolidone (PVP).
Volume total pada sintesis ini sebesar 11 mL. Kemudian homogenkan dengan
menggunakan magnetic stirrer pada kecepatan 80 rpm selama 30 menit sebelum
pemanasan dengan oven pada temparatur yang diinginkan. Setelah reaksi selama
waktu yang telah ditentukan, sampel di sonikasi selama 10 menit yang kemudian
di lakukan analisis UV-Vis. Untuk pencucian sampel dengan tujuan
menghilangkan etelina glikol dan PVP, dilakukan dengan sentrifugasi sampel
sampai adanya endapan kemudian endapan tersebut dicuci menggunakan
aquabidest sebanyak tiga kali dengan sentrifugasi pada kecepatan 10.000 rpm
selama 30 menit.
Mengacu pada hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, maka
dilakukan optimasi pengaruh temperatur terhadap sintesis nanopartikel perak
dengan variasi konsentrasi sebagai berikut.
17

Tabel 3.2. Formula sintesis AgNPs dengan variasi temperatur

EG
NaBr AgNO3 PVP (BM 55.000) Volume
Variasi Tambahan Temperatur
Total
Konsentrasi Volume Konsentrasi Volume Konsentrasi Volume Volume
1 0,25 mM 0,275 mL 7,185 mL
2 1,25 mM 0,1375 mL 7,3225 mL
60°C,100°C,
3 0,4909 M 0,54 mL 2,5 mM 0,275 mL 39,2727 mM 3 mL 7,185 mL 11 mL
dan 150°C
4 12,5 mM 1,375 mL 6,085 mL
5 25 mM 2,75 mL 4,71 mL

3.4.3. Pengukuran Spektra UV-Vis Spektrofotometer UV-Vis


Perubahan warna dan serapan spektroskopi nanopartikel perak terhadap
waktu diamati dengan menggunakan spektroskopi UV-Vis pada panjang
gelombang 280-1000 nm. Pengukuran dilakukan secara langsung setelah
disintesis tanda dilakukan preparasi terlebih dahulu.

3.4.4. Karakterisasi Transmission Electron Microscopy (TEM)


Pengukuran TEM dilakukan untuk mengetahui distribusi ukuran dan
bentuk dari nanopartikel perak yang terbentuk. Larutan koloid AgNP yang telah
disintesis, dicuci menggunakan aqua bidest serta disentrifugasi dengan kecepatan
10.000 rpm selama 30 menit sebanyak dua kali pencucian, lalu dipekatkan
(kurang lebih 20x, volume awal 2 mL menjadi 0,1 mL). Larutan tersebut
kemudian diteteskan sebanyak ±7µL pada TEM grid yang dilanjutkan dengan
evaporasi hingga pelarut tidak tersisa pada temperatur ruang.

3.4.5. Karakterisasi X-Ray Diffraction (XRD)


Pengukuran XRD dilakukan untuk mengetahui adanya struktur kristal dari
nanopartikel perak yang terbentuk. Larutan koloid AgNP yang telah disintesis,
dicuci menggunakan aqua bidest serta disentrifugasi dengan kecepatan 10.000
rpm selama 30 menit sebanyak dua kali pencucian, lalu dipekatkan (kurang lebih
20x, volume awal 2 mL menjadi 0,1 mL). Larutan tersebut kemudian diteteskan

Universitas Indonesia
18

sebanyak ±7µL pada silicon wafer yang dilanjutkan dengan evaporasi sehingga
pelarut tidak terisisa pada temperatur ruang. Penetesan ini diulangi hingga film
yang terbentuk cukup tebal.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Waktu Optimum Sintesis Nanopartikel Perak


Sintesis nanopartikel perak dilakukan dengan menggunakan metode poliol dimana
digunakan etelina glikol (EG) sebagai pelarut sekaligus zat pereduksi. Selain itu pada
proses sintesisnya ditambahkan natrium bromida (NaBr) yang akan terlibat pada
peristiwa oxidative etching, polyvinylpyrrolidone (PVP) yang bertindak sebagai capping
agent, dan prekursor perak berupa perak (I) nitrat (AgNO3). Pada sintesis ini, dilakukan
uji awal untuk menentukan waktu optimum reaksi pembentukan dari nanopartikel perak
dengan konsentrasi yang mangacu pada penelitian sebelumnya dan literatur yang ditulis
oleh Wiley et.al (2006) dan rentan konsentrasi prekusor AgNO3 yang didasarkan dari
penelitian sebelumnya oleh Karimah (2020).
Untuk mendapatkan waktu optimum reaksi, sintesis dilakukan dengan
mencampurkan etilena glikol (EG), 0,01 M 0,54 mL larutan induk NaBr, 144 mM 3 mL
PVP, dan larutan induk AgNO3 dengan volume dan konsentrasi yang telah tertera pada
tabel 3.1. Kemudian dilakukan pengamatan perubahan warna dan pengukuran spektra
UV-Vis pada panjang gelombang 280-1000 nm dengan UV-Vis spektrofotometer.

Gambar 4. 1. Larutan hasil sintesis AgNPs dengan metode poliol

Gambar 4.1 menunjukan perubahan warna yang terjadi pada setiap waktu reaksi.
Dapat dilihat pada waktu 0 jam warna larutannya terlihat bening atau tidak berwarna
yang menunjukan belum adanya nanopartikel perak yang telah terbentuk. Seiring

19
20

berjalannya waktu terjadi perubahan warna menjadi warna kuning. Warna kuning ini
menunjukan telah tersintesisnya nanopartikel perak (Younan Xia, 2009). Diamati juga
pada semakin lamanya waktu reaki berlangsung, semakin banyak juga endapan yang
terbentuk, hal ini disebabkan oleh AgNPs yang terbentuk sudah mulai beragregasi dan
dan mengendap. Maka dari itu dipilihlah waktu yang digunakan adalah waktu terlama
yaitu 72 jam karena dimungkinkan masih adanya pembentukan dari nanopartikel perak.

3.2. Pengaruh Kosentrasi Prekursor Perak pada Sintesis AgNPs


Untuk melihat pengaruh dari konsentrasi prekursor perak pada sintesis
nanopartikel perak dilakukan setelah menentukan waktu optimum reaksi. Pengamatan ini
dilakukan dengan melihat perubahan warna dari larutan nanopartikel perak yang telah
disintesis dan pengukuran spektra UV-Vis pada panjang gelombang 280-800 nm dengan
UV-Vis spektrofotmeter. Sintesis dilakukan dengan mencampurkan etilena glikol (EG),
0,54 mL larutan induk NaBr 0,01M, 3 mL larutan induk PVP 144 mM, dan larutan induk
AgNO3 dengan volume yang terdapat pada tabel 3.1 dengan waktu reaksi 72 jam dan
temperatur sebesar 100°C.

Gambar 4. 2. Hasil sintesis AgNPs pada berbagai variasi kosentrasi prekursor

Gambar 4.2 merupakan hasil sintesis dari larutan nanopartikel perak. Pada
konsentrasi AgNO3 sebesar 0,25 mM tidak terjadi perubahan warna yang menandakan
tidak adanya nanopartikel perak yang terbentuk. Seiring dengan bertambah besarnya
konsentrasi dari prekursor perak yang ditambahkan, warna larutan dari nanopartikel
21

perak yang terbentuk adalah semakin kuning. Hal ini menandakan bahwa nanopartikel
yang terbentuk semakin banyak.

Gambar 4. 3. Spektra UV-Vis AgNPs (t = 72 jam dan T=100°C)

Pada hasil pengukuran UV-Vis (Gambar 4.3) didapatkan peak absrobansi pada
konsentrasi AgNO3 sebesar 25 mM memiliki nilai yang paling tinggi yaitu sebesar 1,57.
pada panjang gelombang 420 nm. Sedangkan pada konsentrasi AgNO 3 0,25 mM tidak
ditemukan adanya puncak absorbasni yang mengindikasikan tidak terbentuknya
nanopartikel perak. Semakin besar konsentrasi dari AgNO 3 yang diberikan maka akan
semakin tingginya nilai absorbansi sehingga menandakan semakin banyaknya
nanopartikel perak yang terbentuk (Kupiec et al, 2011) . Banyaknya prekursor perak yang
ditambahkan, akan mempengaruhi banyaknya Ag+ yang dapat direduksi menjadi Ag0.
Hal ini pun akan mempengaruhi kecepatan tercapainya titik supersaturasi untuk memulai
terbentuknya nucleus dan pertumbuhan nanopartikel. Semakin cepat titik supersaturasi
dicapai, akan semakin banyak pula AgNPs yang berhasil dibentuk pada waktu yang sama
(Tatarchuk V, 2013). Selain melihat kemungkinan jumlah banyaknya nanopartikel yang

Universitas Indonesia
22

terbentuk (nilai absrobansi), spektrum UV-Vis dapat pula menjelaskan bahwa konsentrasi
prekursor perak akan mempengaruhi bentuk dari nano partikel yang terbentuk.

Gambar 4. 4. Spektra hasil UV-Vis dengan variasi konsentrasi pekursor


AgNO3 (a) 25 mM dan (b) 12,5 mM

Nanopartikel silver yang memiliki bentuk isotropic (bulat) hanya akan memiliki
satu puncak di panjang gelombang sekitar 400 nm (Pyatenko et al, 2007) sedangkan
untuk nanopartikel yang memiliki bentuk anisotropic memiliki bahu puncak pada
spektra hasil UV-Vis yang dihasilkannya. Pada gambar 4.4.a , dengan konsentrasi
prekursor AgNO3 sebesar 25 mM didapatkan satu puncak dengan nilai absorbansi sebesar
1,75 pada panjang gelombang 420 nm, maka kemungkinan nanopartikel perak yang
terbentuk adalah isotropic. Namun hal yang bebeda terjadi pada gambar 4.4.b yang
menunjukan dengan konsentrasi prekursor sebesar AgNO3 12,5 mM terdapat puncak
utama pada 422 nm dan bahu puncak pada 357 nm. Puncak dan bahu puncak yang
muncul pada rentan ini menandakan terbentuknya nanopartikel silver dengan bentuk yang
anisotropic berupa nanocube (Wang et al, 2013).

Hal ini dapat dikonfirmasi dengan analisis menggunakan transmission electron


microscope (TEM) yang dimana dilakukan untuk mengetahui bentuk dan ukuran dari
nanopartikel perak yang telah disintesis. Sebelum dilakukan pengujian TEM pada sampel
AgNPs, dilakukan pencucian terlebih dahulu untuk menghilangkan etilena glikol dan
PVP yang mungkin masih tersisa sehingga didapatkan hasil gambar TEM yang lebih baik.
23

Pencucian ini dilakukan dengan mengendapkan AgNPs terlebih dahulu dengan cara
disentrifugasi pada kecepatan 10.000 rpm selama 30 menit. Kemudian supernatant
dipisahkan, dengan masih menyisakan endapan AgNPs yang kemudian ditambahkan
aquabidest dan disentrifugasi kembali dengan kecepatan 10.000 rpm selama 30 menit
sebanyak tiga kali pengulangan.

Gambar 4. 5. Hasil TEM (a) 25 mM, (b) 12,5 mM dan


distribusi ukuran (c) 25 mM, (d) 12,5 mM

Gambar 4.5.a-b merupakan hasil TEM dari nanopartikel perak dengan kosentrasi
prekursor sebesar AgNO3 25 mM dan 12,5 mM. Pada konsentrasi AgNO3 25 mM,
nanopartikel yang terbentuk terlihat lebih banyak dan bentuk morfologinya lebih seragam
yaitu berbentuk bulat. Sedangkan pada konsentrasi AgNO3 12,5 mM, didapatkan hasil

Universitas Indonesia
24

TEM yang mempelihatkan bentuk dari nanopartikel berupa triangle, nanocube, serta
nanorod, dari hasil ini dapat mengonfirmasi hasil spektra UV-Vis yang berpotensi
terbentuknya nanopartikel dengan bentuk anisotropik adalah benar. Gambar 4.5.c
menunjukan distribusi ukuran dari nanopartikel perak yang terbantuk pada kosentrasi
AgNO3 25 mM dengan nilai ukuran sebesar 56,1±0,9 nm. Sedangkan dengan konsentrasi
prekursor sebesar AgNO3 12,5 mM didapatkan ukuran sebesar 43,8±0,1 nm (Gambar
4.5.d). Bentuk nanopartikel pada kondisi ini masih belum monodispers sehingga harus
dioptimasi lebih lanjut.

Fasa kristal dari kehadiran nanopartikel perak dari hasil sintesis dapat dibuktikan
dengan analisis XRD. Menurut studi yang dilakukan oleh Fatal et al, 2017, kehadirihan
nanopartikel ditandai dengan terbacanya peak XRD pada nilai 2ϴ sekitar 44,6. Namun
pada penilitian kali ini tidak didapatkan peak XRD yang menunjukan kehadiran dari
nanopartikel perak pada nilai 2ϴ sekitar 44,6. Maka dari itu hasil XRD pada kondisi
sintesis dengan penggunaan konsentrasi prekursor AgNO3 25 mM dan 12,5 mM pada
temperatur reaksi sebesar 100°C dan waktu reaksi 72 jam perlu di analisis lebih lanjut.

3.3. Pengaruh Temperatur pada Sintesis AgNPs


Untuk melihat pengaruh dari temperatur pada sintesis nanopartikel perak
dilakukan setelah menentukan waktu serta konsentrasi optimum reaksi. Pengamatan ini
dilakukan dengan melihat hasil pengukuran spektra UV-Vis pada panjang gelombang
280-800 nm dengan menggunakan UV-Vis spektrofotometer. Sintesis dilakukan dengan
mencampurkan etilena glikol (EG), 0,54 mL larutan induk NaBr 0,01 M, 3 mL larutan
induk PVP 144 mM, dan larutan induk AgNO3 dengan volume yang terdapat pada tabel
3.1 dengan waktu reaksi 72 jam dan temperatur sebesar 60°C, 100°C , dan 150 °C.
25

Gambar 4. 6. Spektra hasil UV-Vis AgNPs


variasi temperatur (a) 60°C dan (b) 100°C

Pada gambar 4.6 diperlihatkan spektra UV-Vis pada tiap konsentrasi prekursor di
temperatur reaksi yang berbeda. Untuk konsentrasi prekursor AgNO 3 sebesar 25 mM,
pada suhu 60°C terdapat puncak absorbansi di panjang gelombang 419 nm sedangkan
pada suhu 100°C puncak absorbansi bergeser kearah redshift menjadi 420 nm.
Nanopartikel dengan konsentrasi prekursor sebesar AgNO3 12,5 mM juga mengalami
pergeseran ke arah redshift (422 nm ke 423 nm) pada suhu yang lebih besar. Peristiwa
pergeseran ini juga terjadi pada nanopartikel dengan konsentrasi prekursor sebesar 2,5
mM dan 1,25 mM. Pergeseran panjang gelombang ke arah redshift, menandakan
bertambahnya ukuran dari nanopartikel perak yang terbentuk. Sehingga seiring
bertambah tingginya temperatur reaksi yang digunakan maka akan semakin besar pula
ukuran dari nanopartikel yang terbentuk (Jiang et al, 2011). Hal ini disebabkan karena
apabila temperatur reaksi yang digunakan semakin tinggi, proses reduksi menjadi atom
logam akan semakin cepat tercapai titik supersaturasi pembentukan nuclei dan potensi
penggabungan nuclei-nuclei ini akan semakin besar sehingga bisa didapatkan ukuran
akhir nanopartikel yang lebih besar.

Universitas Indonesia
26

60°C 100°C

60°C 100°C

60°C 100°C

60°C 100°C

Gambar 4. 7. Hasil TEM pada temperatur 60ºC dan 100°C dengan variasi kosentrasi
AgNO3 (a) 25 mM, (b) 12,5 mM, (c) 2,5 mM, dan (d) 1,25 mM
27

Menurut studi yang dilakukan oleh Wang et al, 2013, yang dimana menjelaskan
kemungkinan terbentuknya endapan AgX (X: Cl- dan Br-) yang dilihat dari analisis TEM.
Pada studi tersebut disebutkan bahwa dari hasil TEM yang didapatkan partikel-partikel
besar dengan bentuk yang tidak teratur, kemungkinan merupakan koloid dari AgX, yang
dalam penelitian ini endapan yang mungkin adalah AgBr. Maka dengan hasil gambar
TEM yang telah dilakukan didapatkan bahwa pembentukan AgNPs dengan konsentrasi
prekursor sebesar AgNO3 25 mM dengan suhu reaksi 60°C masih terlihat AgBr yang
terbentuk lebih dominan dibandingkan dengan AgNPs. AgNPs yang tebentuk pada
kondisi ini masih sedikit dan memiliki ukuran yang tidak terlalu besar. Sedangkan pada
suhu 100°C AgNPs yang terbentuk sudah memiliki ukuran dan bentuk yang jelas dimana
pembentukannya juga lebih dominan dibandingkan pembentukan AgBr (gambar 4.7.a-b).
Pada konsentrasi prekursor yang lebih rendah yaitu 12,5 mM, pada suhu 60°C hanya
terlihat pembentukan dari AgBr. Namun ketika suhu diperbesar menjadi 100°C, AgNPs
yang tebentuk semakin banyak dibandingkan dengan AgBr (gambar 4.7.c-d). Penggunaan
konsentrasi prekursor yang lebih rendah pada 2,5 mM dan 1,25 mM baik pada suhu 60ºC
maupun 100ºC, tidak juga memperlihatkan terbentuknya nanopartikel perak (gambar
4.7.e-h). Hal ini dikarenakan pada waktu tersebut dengan temperatur reaksi yang lebih
rendah belum tercapainya titik supersaturasi dari atom perak, sehingga belum bisa
menginisiasi pembentukan nanopartikel perak.Dilihat dari hasil ini dapat dikatakan
bahwa semakin tinggi temperatur yang digunakan akan semakin banyak AgNPs yang
terbentuk dibandingkan dengan koloid AgBr.

Dilihat dari nukleasi dan pertumbuhan, konsentrasi dari atom Ag akan semakin
bertambah seiiring dengan bertambahnya prekursor yang ditambahkan. Atom Ag akan
beragregat menjadi kluster-kluster kecil pada saat telah mencapai titik supersaturasi.
Kecepatan untuk mencapai titik supersaturasi salah satunya dipengaruhi oleh temperatur.
Semakin tinggi temperatur yang digunakan akan semakin cepat untuk mencapai titik
supersaturasi. Selain itu terdapat potensi terbentuknya koloid AgBr dapat menekan laju
pembentukan nanopartikel perak. Koloid AgBr dapat terbentuk dikarenakan sebagian
prekursor Ag+ yang tersedia bisa berikatan dengan Br-. Hal ini lah yang mempengaruhi

Universitas Indonesia
28

pada gambar TEM diatas yang dapat terlihat bentuk dari AgBr atau AgNPs (Wang et al,
2013).

Selain pada temperatur 60ºC dan 100ºC dilakukan pula sintesis pada 150ºC,
namun hasil nanopartikel perak yang dihasilkan sudah melewati waktu optimum
pembentukannya.

Gambar 4. 8. Larutan hasil sintesis AgNPs (a) 48 Jam, (b) 30 menit


dan Spektra UV-Vis AgNPs (c)48 jam, (d) 30 menit
29

Gambar 4.8.a-b berikut merupakan hasil sintesis pada kondisi temperatur reaksi
sebesar 150ºC dengan waktu selama 48 jam 1,5 jam. Pada waktu 48 jam, sintesis dari
nanopartikel perak yang diinginkan sudah melebihi waktu optimum. Hal ini terlihat dari
warna larutan AgNPs yang tidak lagi berwarna kuning, melainkan warna coklat muda
cenderung abu-abu yang cukup pekat (Pradeep et al, 2007). Lewatnya kondisi optimum
reaksi ini dialami oleh AgNPs dengan konsentrasi prekursor AgNO 3 yang besar yaitu 25
mM dan 12,5 mM. Dilihat dari spektra UV-Vis yang dihasilkan, pada konsentrasi AgNO3
25 mM dan 12,5 mM bentuk spektranya sudah cukup melebar, yaitu memiliki Full Width
Half Maximum (FWHM) yang besar (Gambar 4.8.c). Maka, dilihat dari warna dan
spektrum UV-Vis nya pada kondisi seperti ini didapatkan nanoparikel yang telah
beragregasi (Kumar et al, 2018). Hal ini menandakan bahwa temperatur reaksi yang lebih
tinggi memerlukan waktu reaksi yang lebih cepat atau konsentrasi prekursor yang lebih
kecil agar nanopartikel yang ingin disintesis tidak beragregasi. Maka dari itu, dilakukan
sintesis nanopartikel perak pada temperatur reaksi 150ºC, variasi konsentrasi prekursor
AgNO3 sebesar 0,25 mM - 25mM namun dengan waktu sintesis yang lebih cepat yaitu 30
menit. Setelah dilakukan sintesis pada kondisi tersebut didapatkan larutan hasil sintesis
nanopartikel pada konsentrasi prekursor AgNO3 sebesar 0,25 mM – 12,5 mM masih
berwana kuning dengan kurva spektrum UV-Vis yang mengkonfrimasi telah
terbentuknya AgNPs pada panjang gelombang sekitar 400 nm. Namun pada konsentrasi
prekursor AgNO3 sebesar 25 mM warna larutanya sudah berubah menjadi warna coklat
dan pada spektrum UV-Vis terbadap puncak tambahan setelah panjang gelombang 400
nm yang menandakan nanopartikel yang terbentuk telah beragregasi (Gambar 4.8.d).
Peristiwa ini terjadi karena penggunaan temperatur yang tinggi, energi kinetik yang
dimilki oleh partikel menjadi besar sehingga partikel-partikel kecil dapat bertumbukan
dan berinteraksi melalui interaksi van der waals. Interaksi ini lah yang membuat
nanopartikel perak lebih cepat mengalami agregasi.

Universitas Indonesia
30

Gambar 4. 9. Hasil XRD pada waktu 30 menit


dengan temperatur reaksi 150ºC

Berdasarkan hasil karakterisasi XRD pada gambar 4.9, yang mengacu pada referensi
COD (Crystal Open Database), kelima variasi konsentrasi prekursor AgNO 3 menghasilkan khas
spektrum Ag dan AgBr. Pada masing-masing konsentrasi AgNO3 sebesar 0,25 mM sampai 25
mM terdapat khas spektrum dari Ag (313) pada 2θ sebesar 44,6° dan spektrum dari AgBr pada 2θ
sebesar 31,2°. Melalui hasil ini kecenderungan hasil yang terbentuk berupa kristal AgBr. Ion Br -
yang berasal dari NaBr menyebabkan adanya pembentukan AgBr. Pembentukan AgBr ini dapat
menekan laju pembentukan nanopartikel perak. Hal ini dikarenakan dengan adanya pe,bentukan
AgBr maka akan mengurangi jumlah Ag+ yang tersedia untuk di reduksi menjasi Ag0 yang
digunakan untuk pembentukan dari nanopartikel perak (Wang et al, 2013). Namun dari hasil ini,
perlu dianalisis lebih lanjut dengan menggunakan TEM sehingga dapat dilihat bentuk dari hasil
sintesis yang diperoleh.

3.4. Usulan Reaksi Pembentukan AgNPs


Pada sintesis nanopartikel dengan menggunakan metode poliol, atom perak dapat
diperoleh dengan mereduksi AgNO3 oleh EG yang disertai dengan pemanasan melalui
persamaan reaksi berikut :
31

Gambar 4. 10. Reaksi reduksi Ag+ menjadi Ag0 oleh EG


(Im et al, 2005)

Pemanasan dari EG menyenbabkan terjadinya reaksi dehidrasi dari EG sehingga


mengahasilkan glikol aldehid yang mampu mereduksi Ag+ menjadi Ag0. Ketika Ag+ ang
tereduksi menjadi Ag0 membentuk nucleus dan kemudian tumbuh menjasi AgNP yang
ukurannya dapat bertambah besar seiring dengan bertambahnya waktu.

Pertumbuhan dari nanopartikel ini akan memiliki bentuk akhir yang berbeda-beda.
Bentuk yang berbeda ini dipengaruhi oleh jenis seeds yang terbentuk selama proses
pertumbuhan. Untuk mengontrol bentuk seeds dapat digunakan NaBr, yang apabila
berinteraksi dengan O2 akan menghasilkan etchant berupa pasangan Br-/O2. Pada etchant,
O2 akan melakukan oksidasi sedangkan Br- bertugas mempercepat proses korosi. Dengan
penggunan Br- bisa didapatkan seeds berbentuk single crystal seed sehingga didapatkan
bentuk dari nanopartikel perak yang didapat adalah cube (Zheng, 2014). Selain itu
penambahan NaBr akan memungkinkan terbentuknya AgBr akibat adanya interaksi
antara Ag+ dengan Br-. AgBr dapat mempengaruhi laju perilisan dari ion Ag0 kelarutan
(Cao, 2020). Apabila AgBr yang terbentuk semakin banyak, maka perilisan Ag0 akan
semakin lambat sehingga pertumbuhan dari nanopartikel perak pun juga akan melambat.
Hal ini dipengaruhi karena terbentuknya kolid AgBr yang dapat mempengaruhi kesedian
dari Ag+ untuk reduksi menjadi Ag0. Karena Ag0 yang digunakan untuk pembentukan
nanopartikel menjadi sedikit maka pertumbuhan nanopartikel menjadi lambat (Rui et al,
2018).

Universitas Indonesia
32

Gambar 4. 11. Skema pertumbuhan nanopartikel perak dengan metode poliol


(Cao et al, 2020)

Pada penelitian kali ini, berdasarkan hasil spektra UV-Vis yang telah didapatkan
yaitu dimana hasil spektra yang dihasilakan memilik puncak absorbansi pada panjang
gelombang 422 nm dan bahu puncak pada 357 nm, maka kemungkinan nanopartikel
perak yang berhasil disintesis berbentuk nanocube. Hal ini juga didasari pada studi yang
dilakukan oleh Wang et al (2013) yang telah berhasil mensitesis nanopatikel perak
dengan bantuk nanocube. Pada nanopartikel berbentuk nanocube ini terdapat facet (100)
dan (111) yang dimana pertumbuhannya dapat mempengaruhi bentuk akhir dari
nanopartikel yang dihasilkan. Dilihat dari energy bebas permukaannya, facet (100)
memiliki energi bebas yang lebih besar dibandingkan facet (111). Penggunaan PVP
sebagai capping agent Br- pada sintesis ini yang mempengaruhi bentuk dari nanopartikel
karena dapat menghalangi pertumbuhan pada facet tertentu. Facet (100) yang memiliki
energi bebas pada permukaan yang lebih tinggi lebih cenderung berikatan dengan PVP
dan Br- sehingga pertumbuhan facet ini menjadi terhambat dan mendorong Ag0 yang
tersedia terdeposisi pada facet (111) yang menyebabkan pertumbuhan pada facet (111)
(Cao et al,2020). Dengan menghambat pertumbuhan pada facet (100) dan mendorong
pertumbuhan pada facet lainnya maka pada kondisi seperti ini akan diperoleh
nanopartikel perak yang berbentuk cube (Liao et al,2014).
33

Gambar 4. 12. Pertumbuhan facet nanocube


(Liao et al, 2014)

Universitas Indonesia
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Pada penelitian ini telah berhasil disintesis nanopartikel perak dengan
menggunakanreduksi poliol. Didapatkan berdasarkan hasil spektra UV-Vis bahwa
konsentrasi AgNO3 mempengaruhi bentuk dari nanopartikel perak yang dihasilkan.
Selain itu, berdasarkan hasi spektra UV-Vis temperatur yang digunakan masih belum
berhasil didapatkan bentuk nanopartikel yang seragam.. Maka diperoleh pada
konsentrasi prekursor sebesar 12,5 mM, temperatur reaksi sebesar 100ºC, dan waktu
reaksi selama 72 jam terjadi pembentukan nanopartikel perak dengan bentuk cube
namun belum dicapai keseragaman.
5.2. Saran
1. Perlu dilakukan optimasi lebih lanjut pada dengan memvariasikan konsentrasi
prekursor sekitar 12,5 mM dan temperatur sekitar 100°C untuk mendapatkan
bentuk nanopartikel perak yang monodispers
2. Menganalisis data analisis TEM pada sintesis AgNPs pada temperatur 150ºC yang
hasilnya belum didapatkan untuk dibandingkan dengan hasil sintesis lainnya
3. Analisis XRD yang telah dilakukan masih harus di analisis lebih lanjut dalam
rangka menunjang kesuaian dengan hasil analisis dari spektofotometer IV-Vis dan
TEM.

34
DAFTAR PUSTAKA

Bensebaa, F. (2013). Wet production methods. In Interface Science and Technology (Vol. 19, pp.
85-146). Elsevier.
Cao, L., Huang, Q., Cui, J., Lin, H., Li, W., Lin, Z., & Zhang, P. (2020). Rapid and Facile
Synthesis of High-Performance Silver Nanowires by a Halide-Mediated, Modified Polyol
Method for Transparent Conductive Films. Nanomaterials, 10(6), 1139.

Caro, C., Castillo, P. M., Klippstein, R., Pozo, D., & Zaderenko, A. P. (2010). Silver
nanoparticles: sensing and imaging applications. Silver nanoparticles, 201-223.
Dhand, C., Dwivedi, N., Loh, X. J., Ying, A. N. J., Verma, N. K., Beuerman, R. W., ... &
Ramakrishna, S. (2015). Methods and strategies for the synthesis of diverse nanoparticles
and their applications: a comprehensive overview. Rsc Advances, 5(127), 105003-105037.
Fafal, T. U. G. C. E., Taştan, P. E. L. I. N., Tüzün, B. S., Ozyazici, M., & Kivcak, B. (2017).
Synthesis, characterization and studies on antioxidant activity of silver nanoparticles
using Asphodelus aestivus Brot. aerial part extract. South African Journal of Botany, 112,
346-353.
Fiévet, F., Ammar-Merah, S., Brayner, R., Chau, F., Giraud, M., Mammeri, F., ... & Viau, G.
(2018). The polyol process: a unique method for easy access to metal nanoparticles with
tailored sizes, shapes and compositions. Chemical Society Reviews, 47(14), 5187-5233.
Fong, K. E., & Yung, L. Y. L. (2013). Localized surface plasmon resonance: a unique property
of plasmonic nanoparticles for nucleic acid detection. Nanoscale, 5(24), 12043-12071.
García-Barrasa, J., López-de-Luzuriaga, J., & Monge, M. (2011). Silver nanoparticles: synthesis
through chemical methods in solution and biomedical applications. Open Chemistry, 9(1),
7-19.
Geonmonond, R. S., SILVA, A. G. D., & Camargo, P. H. (2018). Controlled synthesis of noble
metal nanomaterials: motivation, principles, and opportunities in nanocatalysis. Anais da
Academia Brasileira de Ciências, 90(1), 719-744.
Im, S. H., Lee, Y. T., Wiley, B., & Xia, Y. (2005). Large‐scale synthesis of silver nanocubes: the
role of hcl in promoting cube perfection and monodispersity. Angewandte Chemie
International Edition, 44(14), 2154-2157.

35
36

Jacob, J. A., Kapoor, S., Biswas, N., & Mukherjee, T. (2007). Size tunable synthesis of silver
nanoparticles in water–ethylene glycol mixtures. Colloids and Surfaces A:
Physicochemical and Engineering Aspects, 301(1-3), 329-334.
Jiang, X. C., Chen, W. M., Chen, C. Y., Xiong, S. X., & Yu, A. B. (2011). Role of temperature
in the growth of silver nanoparticles through a synergetic reduction approach. Nanoscale
Res Lett, 6(1), 32.

Khan, I., Saeed, K., & Khan, I. (2019). Nanoparticles: Properties, applications and
toxicities. Arabian journal of chemistry, 12(7), 908-931.
Khodashenas, B., & Ghorbani, H. R. (2019). Synthesis of silver nanoparticles with different
shapes. Arabian Journal of Chemistry, 12(8), 1823-1838.
Kim, D., Jeong, S., & Moon, J. (2006). Synthesis of silver nanoparticles using the polyol process
and the influence of precursor injection. Nanotechnology, 17(16), 4019.
Koczkur, K. M., Mourdikoudis, S., Polavarapu, L., & Skrabalak, S. E. (2015).
Polyvinylpyrrolidone (PVP) in nanoparticle synthesis. Dalton Transactions, 44(41),
17883-17905.
Kumar, N., & Kumbhat, S. (2018). Concise Concepts of Nanoscience and Nanomaterials.
Scientific Publishers.

Li, J., Zhu, J., & Liu, X. (2014). Ultrafine silver nanoparticles obtained from ethylene glycol at
room temperature: catalyzed by tungstate ions. Dalton Transactions, 43(1), 132-137.
Liao, H. G., Zherebetskyy, D., Xin, H., Czarnik, C., Ercius, P., Elmlund, H., ... & Zheng, H.
(2014). Facet development during platinum nanocube growth. science, 345(6199), 916-
919.

Long, R., Zhou, S., Wiley, B. J., & Xiong, Y. (2014). Oxidative etching for controlled synthesis
of metal nanocrystals: atomic addition and subtraction. Chemical Society Reviews, 43(17),
6288-6310.
Luo, C., Zhang, Y., Zeng, X., Zeng, Y., & Wang, Y. (2005). The role of poly (ethylene glycol) in
the formation of silver nanoparticles. Journal of colloid and interface science, 288(2),
444-448.
Petryayeva, E., & Krull, U. J. (2011). Localized surface plasmon resonance: Nanostructures,
bioassays and biosensing—A review. Analytica chimica acta, 706(1), 8-24.

Pradeep, T. (2007). Nano: the essentials: understanding nanoscience and nanotechnology.


McGraw-Hill Education.
37

Pyatenko, A., Yamaguchi, M., & Suzuki, M. (2007). Synthesis of spherical silver nanoparticles
with controllable sizes in aqueous solutions. The Journal of Physical Chemistry
C, 111(22), 7910-7917.

Safo, I. A., Werheid, M., Dosche, C., & Oezaslan, M. (2019). The role of polyvinylpyrrolidone
(PVP) as a capping and structure-directing agent in the formation of Pt
nanocubes. Nanoscale Advances, 1(8), 3095-3106.
Sobczak-Kupiec, A., Malina, D., Wzorek, Z., & Zimowska, M. (2011). Influence of silver nitrate
concentration on the properties of silver nanoparticles. Micro & Nano Letters, 6(8), 656-
660.

Takahashi, K., Yokoyama, S., Matsumoto, T., Huaman, J. L. C., Kaneko, H., Piquemal, J. Y., ...
& Balachandran, J. (2016). Towards a designed synthesis of metallic nanoparticles in
polyols–elucidation of the redox scheme in a cobalt–ethylene glycol system. New Journal
of Chemistry, 40(10), 8632-8642.
Tatarchuk, V. V., Sergievskaya, A. P., Korda, T. M., Druzhinina, I. A., & Zaikovsky, V. I.
(2013). Kinetic factors in the synthesis of silver nanoparticles by reduction of Ag+ with
hydrazine in reverse micelles of triton N-42. Chemistry of Materials, 25(18), 3570-3579.

Wang, Y., Zheng, Y., Huang, C. Z., & Xia, Y. (2013). Synthesis of Ag nanocubes 18–32 nm in
edge length: the effects of polyol on reduction kinetics, size control, and
reproducibility. Journal of the American Chemical Society, 135(5), 1941-1951.

Wiley, B. J., Chen, Y., McLellan, J. M., Xiong, Y., Li, Z. Y., Ginger, D., & Xia, Y. (2007).
Synthesis and optical properties of silver nanobars and nanorice. Nano letters, 7(4), 1032-
1036.
Wiley, B. J., Xiong, Y., Li, Z. Y., Yin, Y., & Xia, Y. (2006). Right bipyramids of silver: a new
shape derived from single twinned seeds. Nano letters, 6(4), 765-768.
Willets, K. A., & Van Duyne, R. P. (2007). Localized surface plasmon resonance spectroscopy
and sensing. Annu. Rev. Phys. Chem., 58, 267-297.

Xia, Y., Xiong, Y., Lim, B., & Skrabalak, S. E. (2009). Shape‐controlled synthesis of metal
nanocrystals: simple chemistry meets complex physics?. Angewandte Chemie
International Edition, 48(1), 60-103.
Zhang, X. F., Liu, Z. G., Shen, W., & Gurunathan, S. (2016). Silver nanoparticles: synthesis,
characterization, properties, applications, and therapeutic approaches. International
journal of molecular sciences, 17(9), 1534.

Universitas Indonesia
38

Zheng, Y., Zeng, J., Ruditskiy, A., Liu, M., & Xia, Y. (2014). Oxidative etching and its role in
manipulating the nucleation and growth of noble-metal nanocrystals. Chemistry of
Materials, 26(1), 22-33.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Timeline penelitian

39
40

Lampiran 2. Diagram alir penelitian

Anda mungkin juga menyukai