Anda di halaman 1dari 10

1

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


E-mail : fkip.um.mataram@telkomsel.net Website : http://unmuhmataram.com
Alamat : Jln. K.H. Ahmad Dahlan No. 1 Telp. (0370) 630775 Fax. (0370) 630775 Mataram

UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)

Dosen : Dr. Ibrahim Ali, M.Sc

Mata Kuliah : Geografi Ekonomi

Tahun Akademik : 2020/2021

Nama Mahasiswa : Mawar Harianto (11514A0005)

SOAL

1. Sistem sosial-ekonomi budaya masyarakat di masa Covid-19 tidak bisa


dipisahkan dalam pengembangan wilayah. Jelaskan dampak sosial-
ekonomi, tantangan, dan potensi solusi.
2. Tingkat kesejahteraan masyarakat dengan adanya Covid-19 semakin
menurun. Jelaskan pandemi Covid-19 berdampak pada turunya
kesejahteraan.
3. Perilaku dan perubahan banyak terjadi pada masyarakat. Jelaskan
perubahan yang terjadi dalam masyarakat sebagai dampak dari Covid-
19.
4. Covid memiliki dampak negatip dan positif dalam pembangunan.
Jelaskan model penanggulangan dampak sosial-ekonomi Covid-19.
2

HASIL TEMUAN DI LAPANGAN

1. Dampak sosial-ekonomi, tantangan, dan potensi solusi yang di alami masyarakat

desa pendua selama pandemik covid-19.

Sejak kasus Covid-19 meningkat di Indonesia, berbagai permasalahan sosial dan

ekonomi muncul di tengah masyarakat. Tak dapat dipungkiri jika Covid-19 telah hampir

melumpuhkan kondisi sosial ekonomi masyarakat Indonesia, seperti yang dialami oleh desa

pendua selama pandemi covid-19. Tidak ada masyarakat desa pendua satupun yang

dinyatakan positif korona. Namun dampak yang di timbulkan akibat covid-19 kepada

masyarakat desa pendua berdampak pada sosial dan ekonomi. Meskipun tidak ada korban

yang dinyatakan positif covid-19, namun pemerintah desa mempunyai tantangan yang besar

dalam menangani wilayahnya yang dilanda wabah covid-19 yang melumpuhkan ekonomi

dan sosial masyarakat.

Uraian yang dipaparkan dibawah ini adalah hasil penelitian dilapangan berdasarkan

penemuan peneliti dengan menggunakan metode kualitatif di desa pendua..

Dampak sosial masyarakat desa pendua akibat pandemi covid-19.

Jika mengamati berita yang beredar belakangan ini, ada fakta sosial menarik yang terjadi

di masyarakat desa pendua. Fakta menarik tersebut yaitu adanya prasangka dan diskriminasi

terhadap korban Covid-19. Prasangka dan diskriminasi ini disebabkan oleh ketakutan

masyarakat desa pendua terhadap situasi yang tidak menentu akibat penyebaran virus

Corona. Hal ini terlihat jelas dari sikap masyarakat desa pendua yang menjaga jarak saat

berinteraksi dengan orang lain,meskipun dengan tetangga rumahnya, menghindari salaman,


3

menghindari perkumpulan, dan lain-lain. Sikap masyarakat ini berawal dari adanya

prasangka sehingga kemudian memunculkan sikap diskriminatif.

Kasus Covid-19 juga menyebabkan disfungsi sosial masyarakata desa pendua. Disfungsi

sosial terjadi ketika seseorang tidak mampu menjalankan fungsi sosial yang sesuai dengan

status sosial akibat rasa takut terhadap Covid-19. Contoh nyata disfungsi sosial dapat terlihat

pada sikap masyarakat yang mulai membatasi jarak dengan orang lain serta tidak mau

menolong orang lain karena khawatir terkena Covid-19. Salah satu contohnya yaitu

masyarakat di daerah pasar santong, desa santong, kecamatan kayangan yang disaksikan oleh

satu orang masayrakat desa pendua, bahwa ada laki-laki renta seorang penjual ayam tiba-tiba

jatuh tersungkur dan tidak ada satu orang pun yang berani membantu orang tua yang terjatuh

tersebut karna diduga terkena covid-19. (Tempo, 9 Mei 2020). Masyarakat yang ada dipasar

santong sangat khawatir dan takut jika laki-laki tua itu ditolong yang harus besentuhan yang

bisa menyebabkan menyebarkan virus Corona di daerahnya nanti.

Berikut penjelasan informan saat diwawancari:

”selama covid ini kami jarang berani keluar mikir-mikir buat keluar, jangankan keluar untuk
bekerja bertemu dengan tetanggapun kami menjaga jarak bahkan ketika berlawanan dijalan
tampa disengaja kami merasa takut, karna menurut informasi penyebaran virus dari
bersentuhan tangan dan bersin, jadi kami takut bersalaman dan mendekati orang, takut
mereka bersin menyebarkan virus, selama covid ini kami dengan tetangga merasa tidak
saling kenal dan merasa asing, terbesit dipikiran seperti tidak saling mempedulikan satu sama
lain rasanya kami hidup disebuah hutan karna kami terbiasa dengan budaya sosial kami tapi
akan menjadi seperti ini akibat virus”, Ujarnya amak ranusi RT 3.(5 Agustus 2020.10:13
WITA).
4

Dampak ekonomi masyarakat desa pendua akibat pandemi covid-19.

Melemahnya kuliner di desa pendua

Kuliner rumah makan tani merupakan salah satu kuliner yang berkontribusi besar bagi

pendapatan bapak awaludin dan keluarganya. Namun sejak kasus Covid-19 meningkat,

kuliner yang berada di dusun sentul harus ditutup dalam waktu yang belum ditentukan demi

mencegah penyebaran Corona karena pengunjung jugak tidak ada yang datang. Dengan

ditutupnya kuliner, otomatis akan mempengaruhi pada pendapatan bapak awaludin. Bagi

awaludin yang mengandalkan kulinernya sebagai penyumbang pendapatan keluargaya maka

harus waspada dengan penurunan pendapatan keluarga akibat dilarangnya para pengunjung

yang datang dari luar desa pendua oleh pemerintah desa bahkan dalam lingkup desapun

dibatasi dalam berinteraksi.

Dokumentasi rumah makan kelompok tani.


5

Tidak hanya itu, pekerja sektor informal yang ada di desa pendua juga sangat dirugikan

akibat kasus Corona ini. Para pekerja informal yang biasanya mendapatkan pendapatan

harian kini kesulitan untuk memenuhi kebutuhannya. Mereka adalah pekerja warung, toko

kecil, pedagang di pasar. Akibatnya sebagian warga desa pendua mengalami krisis.

Penjelasan informan saat di wawancara:

“dengan adanya penyebaran virus yang dinamakan covid-19, kami selaku pemilik kuliner
rumah makan tani dusun sentul asli, desa pendua merasa rugi akibat ada batasan berinteraksi
oleh pemerintah. Sehingga usaha ini harus kami tutup sampai kembali normal demi
memutuskan rantai penyebaran covid -19, lihat jugak pedang kecil jugak seperti kios
dipinggir jalan, ibu-ibu ketinggalan aktivitas slama covid-19 . Meskipun ini adalah salah satu
jalan kami mencari makan tapi mau gimana lagi aturan pemerintah harus dijalani demi
keselamatan bersama”. Ujarnya bapak alwaludin.kuliner (05:27 WITA. 6 Agustus 2020)”.

Tantangan selama covid-19 di desa pendua.

Jika melihat dari sudut pandang demografi sosial tidak hanya dilingkup desa pendua saja

yang mengalami tantangan tetapi di tempat lain jugak hal serupa jugak bisa terjadi .tantangan

terbesar disetiap wilayah termasuk didesa pendua pada saat covid19 atas upaya pemutusan

mata rantai penyebaran virus COVID-19 ini adalah dengan melihat melalui fenomena

mobilitas penduduk. Seperti yang telah kita ketahui bersama banyak sekali orang-oarang

yang sering beraktivitas diluar rumah tampa adanya kepentingan yang mendesak. Hal serupa

terjadi di tempat saya yaitu didesa pendua . masyarakat banya sekali yang beraktivitas tampa

mengindahkan intruksi dari pemerintah pusat walaupun tujuan pemerintah itu baik.

Saya sebagai penulis hasil observasi lapangan di desa pendua yang termasuk menjadi

tempat tinggal saya mengakui bahwa masih banyak warga yang beraktivitas diluar rumah

lantaran harus bekerja demi menyokong finansial keluarga mereka di tengah pandemi covid-
6

19 ini, seperti yang dikatakan oleh seorang tukang bangunan bernama Maman kepada DEDI

HARIANTO. Ia mengatakan pada awalnya ia mengikuti aturan pemerintah tapi mau tadak

mau ia harus keluar bekerja guna memenuhi kebutuhan keluarga karena kondisi sudah

“habis-habisan” (Suhardi, 2020).

Dengan kasus yang saya temukan diatas masih ada masyarakat yang tingkat kesadaranya

masih kurang.tapi kalo saya pikir mereka bukanya tidak menyadari terhadaap intruksi

pemerintah dalam larangan beraktivitas tetapi karna memang kebutuhan kelurganya, mengan

hanya dengan cara itu saja mereka bisa memenuhi kebutuhan hidupnya.

Berikut hasil wawan cara:

” bukanya kami melanggar atau tidak mengindahkan hibauan ini, tetapi untuk saat ini
kebutuhan kami akan habis lalu kami makan apa kalo tidak bekerja. Haruskah kami diam
saja walaupun kebutuhan beras habis karna korona ini tetapi bagaimana dengan anak-anak
kami.semua orang takut dengan korona, dengan bertahan dirumah tidak keluar bekeja buat
cari beras apa kami tidak bisa mati” Ujarnya papuk sekiadip (6 Agustus 2020. 09:35 Wita).

Solusi pemerinah kepada masyarakat selama pandemi covid-19

Pemerintah telah memperbaiki sistem bantuan sosial selama pandemi covid-19 supaya

masyarakat tetap bisa menyambung hidupnya dan tetap bertahan dirumah. Kepada masyarkat

yang mengalami penurunan pendapatn dan mengalami pemutusan hubungan kerja. Perlu

didukung kebijakan untuk menjami pasokan dan pendistribusian barang khususnya pangan.

Bantuan yang saya tau dari pemerintah kepada masyarakat selama pandemi ini. 1. Program

JPS Gemilang merupakan program pemerintah Propensi NTB dalam menagani selama

pandemi covid-19, program ini menyasar kepada masyarakat yang belum mendapat bantuan

PKH dan jenis bantuan yang lain. 2.bantuan uang tunai Rp 600 ribu setiap bulan selama 3
7

bulan dari pemerintah , ada dari dana desa, dinas sosial, kabupaten. Ini menyasar kepada

masyarakat yang belum sama sekali mendapat bantuan termasuk program bantuan JPS

Gemilang. Syaratnya adalah kepada masyarakat yang terdampak corona yang mendapat gaji

dibawah 5 juta dan yang belum mendapat bantuan lain.

2. Tingkat kesejahteraan masyarakat desa pendua dengan adanya Covid-

19 semakin menurun.

Desa pendua yang pada mulanya begitu aman,tentram, dan dinamis,seolah hal itu tidak

akan bisa berakhir. Masyarakat desa pendua menjujung tinggi nilai hidup berkelompok,

menjujung tinggi nilai gontoroyong bebas beraktivitas dan berinteraksi dengan tetangga

bahkan dengan orang luar. Tidak hanya itu, masyarakat yang sudah terikat dengan budaya

dan tradisi yang biasanya menjadi kebiasaan diwilayah menjadi putus akibat covid-19.

Covid-19 telah mengekang masyarakat desa pendua, kehidupan yang banyak pertanyaan

pada dirinya sendiri. Hal itu tidak hanya dirasakan oleh kalangan orang-orang dewasa tetapi

jugak anak-anak meskipun dampanya kepada anak-anak tidak besar.

Wabah covid-19 bukan hanya berdampak pada segi kesehatan dan perekonomian

masyarakat desa pendua. Tetapi juga berdampak pada sistem sosial budaya yang di dalamnya

mengandung unsur penting seperti gagasan, nilai, dan norma yang ada pada masyarakat

pendua.

Masyarakat desa pendua yang biasa melakukan ta’ziyah, tahlilan Pemerintah telah

melakukan berbagai upaya untuk mengurangi aktivitas sosial. Dimulai berkala dengan

meliburkan sekolah dan membuat aturan learn from home, lalu work from home, dan kini
8

membuat aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang membatasi aktivitas sosial

warga.

Masyarakat desa pendua susah mengadakan transaksi jual beli yang biasanya terjadi pada

masyarakat. Selain pasar ditutup interaksi dengan orang lain mengalami terkendala sehingga

mendapatkan barang yang dibutuhkan susah dan sementara dikalang orang tua yang

melakukan usaha dan teknologi belum mereka tau.

Hasil wawan cara:

“pandemi ini membuat kami tidak bisa berbuat apa-apa, merasa terkurung, merasa langkah
kami terbatas karna susahnya menjalin hubungan dengan sesama. Kami merasa terasing dan
pincang mau melakukan sesuatu tidak bisa kaarna terbatasnya intraksi yang membuat kami
tidak bisa beraktivitas. Kami yang terbiasa hidup gontoroyong kami dan yang terikat dengan
aktivitas berkelompok jugak sudah terpus, bosen dirumah terus”, Ujarnya petani.(7
Agustus 2020:4:20 WITA).

3. Perubahan perilaku masyarakat desa penduan pada masa covid-19.

Oleh karenanya perilaku hidup sehat akan menjadi berubah lebih baik, dengan

mengkonsumsi makanan sehat secara seimbang, berolah raga dan jam tidur yang teratur,

lebih rutin memeriksakan kondisi kesehatan, mencari asuransi kesehatan yang terpercaya,

menjaga kebersihan, dan menggunakan alat atau mengkonsumsi suplemen untuk terhindar

dari penyakit. Perilaku hidup sehat tidak terbatas pada kesehatan fisik tetapi juga kesehatan

mental.

Dari hasil temuan lapangan , peneleti menemukan perubahan perilaku masyarakat desa

pendua dimasa pandemi covid-19. Akibat covid-19 memberikan dampa baik kepada

kelompok masyarakat desa pendua yang sadar akan hidup bersih dan sehat. Pada mulanya

sebelum covid-19 masyarakat desa pendua belum terlalu sadar yang namanya hidup bersih
9

dan sehat bahkan tidak memikirkan cara menjaga kesehatan pisik. Tapi dimasa covid ini

sekelomok masyarakat desa pendua tau dan menjalani pola hidup sehar lantaran mendapat

nasehat dari doktor bahwa pirus corona tidak bisa tertular pada orang-orang yang hidup

sehat.

Selain perilaku hidup sehat, perilaku masyarakat juga berubah di era COVID-19 dalam

penggunaan teknologi tapi hanya terjadi kepada kelompok masyarakat yang paham tentang

pendidikan, minsalnya berkomunikasi lewat zoom dan belajar online.

Berikut hasil wawancara:

“tampa saya sadari ternyata covid-19 jugak bisa merubah perilaku kami termasuk masyarakat

lain. Sebelum covid kami tidak memikirkan yang nama hidup sehat, olah raga, menjaga

waktu makan,dan menjaga kebersihan. Tapi dimasa covid saya dan anak isteri sangat hati-

hati dalam menjaga kebersihan agar tidak tertular penyakit, bahkan penyemprotan dilokasi

rumah 3 kali seminggu diaksanakan. Kami juga bisa sediki-dikit mengoperasikan hp

canggih”, Ujarnya hasiin.(7 Agustus 2020.09:13).

4. Model penanggulangan dampak sosial-ekonomi masyarakat desa

pendua pada masa Covid-19.

Selama pandemi covid-19 masyarakat desa pendua mengalami kelumpuhan sosial

ekonomi, mengakibatkan interaksi dan aktivitas masyarakat yang biasa dilakukan

menjadi tersendat. Masyarakat desa pendua mengalami kesulitan dalam memenuhi

kebutuhan hidup karna lapangan pekerjaan tidak ada. Sehingga meningkatnya

pengangguran dan tingkat kemiskinan di desa pendua bertambah. Untuk mengatasi

permasalahan yang terjadi di kalangan masyarakat selama pandemi covid-19, maka


10

pemerintah perlu mengatasi hal tersebut untuk mengurangi beban masyarakat. Mengingat

di musim wabah ini mata pencaharian masyarakat terputus.

Untuk mengatasi hal tersebut pemerintah meningkatkan pelayanan kesehatan kepada

masyarakat desa pendua dalam rangka menanggulangi wabah. Salah satu kebijakan yang

cukup baik yang dirasakan warga desa pendua jugak pelonggaran pajak untuk

meringankan beban masyarakat desa pendua dan kebijakan pembebasan biaya listrik

dengan daya 450 VA dan memberikan pulsa listrik gratis kepada masyarakat yang

memiliki kilometer bersubsidi.

Stimulus peningkatan bantuan kepada masyarakat kecil di desa pendua jugak akan

membantu masyarakat desa pendua untuk bertahan hidup normal selama masa wabah

seperti program bantuan JPS Gemilang dan jugak uang Rp 600 ribu/bulan selama 3

bulan tujuan untuk membantu masyarakat supaya bisa bertahan hidup selama dirumah.

Berikut hasil wawancara:

” kami merasa beban kami agak ringan dimasa covid-19 meskipun lapangan pekerjaan
tidak ada dan usaha kami terputus tapi kami masih basa bertahan selama pandemi ini
karna pemerintah telah memberikan kami bantuan”, Ujar saipul bahri, 8 (Agustus 2020:
09:42).

Dari uraian diatas adalah model penanggulangan yang dilakukan pemerintah kepada

masyarakat terdampak covid-19.

Anda mungkin juga menyukai