Anda di halaman 1dari 27

SOAL UJI LISAN

1. Dokumen yang dibutuhkan untuk pemeliharaan distribusi


- Perintah kerja (PK)
- Working Permit (WP)
- Job Safety Analysis (JSA)
- Hazard Identification, risk assesment and risk control (HIRARC) / Identifikasi bahaya, penilaian
dan pengendalian risiko (IBPPR)
- Standart Operasional Prosedur (SOP) / Instruksi Kerja (IK)
- Single Line Diagram (SLD)
- Laporan pekerjaan/Berita acara/form hasil pengujian

2. fungsi dokumen tersebut


a) Perintah kerja (PK)
Surat resmi yang diberikan pihak atasan kepada bawahan/anggota untuk melaksanakan
tugas tertentu. Lembar penugasan dengan format sesuai dengan kebijakan masing-masing
perusahaan yang berisi deskripsi penugasan
b) Working Permit (WP)
Nama lain Izin Kerja, dokumen atau izin tertulis yang digunakan untuk mengontrol jenis
pekerjaan tertentu yang berpotensi membahayakan pekerja. Dikeluarkan oleh pengawas
kepada pelaksana pekerjaan yang akan melakukan pekerjaan yang dianggap berbahaya
c) Job Safety Analysis (JSA)
Dokumen yang berguna untuk pedoman dalam mengidentifikasi secara jelas bahaya-bahaya
dan insiden potensial berkaitan dengan setiap langkah tugas/pekerjaan dan mengembangkan
solusi untuk menghilangkan, mengurangi dan mengontrol bahaya/risiko kecelakaan kerja. JSA
bertujuan memberikan gambaran bahaya dan risiko per-step dari suatu pekerjaan
d) Hazard Identification, risk assesment and risk control (HIRARC) / Identifikasi bahaya, penilaian
dan pengendalian risiko (IBPPR)
merupakan sebuah metode menilai risiko dari pekerjan-pekerjaan yang ada di perusahaan
sehingga didapatkan prioritas pekerjaan yang mana dulu yang harus dikendalikan bahaya
nya, karena yang namanya anggaran perusahaan untuk K3 kan pastinya terbatas, jadi harus
tahu mana pekerjaan yang paling memiliki risiko tertinggi. Sebetulnya hiradc sama dengna
jsa, yaitu ada kolom penulisan per-step (langkah) pekerjaan kemudian terdapat bahaya dan
risiko nya, tetapi di hiradc ada kolom perhitungan tingkah keseringan, tingkat keparahan, dan
nilai risikonya. HIRADC bertujuan menilai risiko dari semua pekerjaan yang ada.
e) Standart Operasional Prosedur (SOP) / Instruksi Kerja (IK)
Tata cara/prosedur yang dimiliki oleh perusahaan dalam pelaksanaan pekerjaan yang sesuai
dengan peraturan dan standar mutu yang berlaku
f) Single Line Diagram (SLD)
Gambar satu garis yang menggambarkan kondisi operasional jaringan yang sesungguhnya di
suatu wilayah kerja. Terdapat simbol-simbol listrik yang berkaitan dengan pekerjaan. Fungi;
Mengetahui lokasi daerah kerja, Memudahkan dalam pelaksanaan komunikasi terutama
dalam penyampaian SOK, Mengetahui Simbol peralatan jaringan terpasang, Mengetahui
penyulang yang sedang dikerjakan, Mengetahui konfigurasi jaringan untuk manuver jaringan
bila diperlukan.
g) Laporan pekerjaan/Berita acara/form hasil pengujian
Laporan adalah suatu bentuk penyampaian berita dan hasil uji pekerjaan untuk
pertanggungjawaban baik secara tertulis dari bawahan kepada atasan. Berupa hasil uji
peralatan dan hasil inspeksi visual.

3. Isi dari dokumen tersebut


a) Perintah kerja (PK)
- Kop surat instansi
- Nomor surat dan tanggal surat dikeluarkan
- Nama pelaksana
- Jenis pekerjaan / ruang lingkup yang dikerjakan
- Lokasi penyulang dan No. gardu
- Nama penyulang
- Waktu pelaksana pekerjaan
- TTD/pengesahan oleh pemberi tugas/atasan
b) Working Permit (WP)
- Perusahaan pelaksana pekerjaan
- Jenis pekerjaan
- Detail pekerjaan
- Lokasi detail pekerjaan
- Tanggal dan waktu izin kerja dikeluarkan.
- Nama pengawas pekerjaan dan K3
- Durasi pekerjaan
- Klasifikasi pekerjaan (pekerjaan bertegangan listrik)
- Tanggal dan waktu izin kerja dikeluarkan.
- TTD manajer ULP, SPV teknik, pejabat pelaksana K3, pengawas pekerjaan
c) Job Safety Analysis (JSA)
- Tanggal pekerkaam
- Jenis pekerjaan
- Lokasi pekerjaan
- Perusahaan pelaksana pekerjaan
- Pengawas pekerjaan dan K3
- Pelaksana pekerjaan dan tanda tangan pekerja
- Peralatan keselamatan (APD dan alat K3)
- Analisis kesalamatan (langkah pekerjaan, potensi bahaya dan risiko, tindakan
pengendalian)
- TTD manajer ULP, SPV teknik, pejabat pelaksana K3, pengawas pekerjaan
d) Hazard Identification, risk assesment and risk control (HIRARC) / Identifikasi bahaya, penilaian
dan pengendalian risiko (IBPPR)
- Kegiatan
- Potensi bahaya
- Risiko
- Penilaian risiko (konsekuensi, kemungkinan, tingkat risiko)
- Pengendalian risiko
- Penilaian setelah pengendalian risiko
- Penanngung jawab
- TTD manajer ULP, SPV teknik, pejabat pelaksana K3, pengawas pekerjaan
e) Standart Operasional Prosedur (SOP) / Instruksi Kerja (IK)
- No. dokumen
- Petugas yang terlibat
- Peralatan kerja
- Peralatan k3
- Material
- Langkah kerja
- Ttd
f) Single Line Diagram (SLD)
- Judul SLD
- Simbol Arah mata angin
- Legenda
g) Laporan pekerjaan/Berita acara/form hasil pengujian
- Data gardu (GI, Penyulang, No.gardu,alamat, Kode ULP,tgl input data)
- Data trafo
- Nilai pengukuran teg,arus,urutan fasa sebelum dan sesudah
- Nilai pentanahan
- Nilai dan type pembatas primer sekunder
- TTD petugas, pengawas,penanggungjawab

4. Pemeliharaan
 Pengertian
Kegiatan yang meliputi rangkaian tahapan kerja mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga
pengendalian dan evaluasi pekerjaan pemeliharaan yang dilakukan secara terjadwal ataupun
darurat
 Tujuan
- mencegah terjadinya kerusakan peralatan secara tiba-tiba
- untuk mempertahankan unjuk kerja peralatan yang optimum sesuai umur teknisnya
( Preventive Maintenance )
- dapat beroperasi sesuai sasaran yang diharapkan
- aman bagi manusia dan lingkungan
- andal dalam sistem penyaluran tenaga listrik
 Inspeksi Tier 1,3,
Tier 1 adalah tahapan-1 proses pemeliharaan ditujukan untuk memeriksa kondisi lingkungan/
ekternal dari trafo distribusi dalam keadaan operasi (online). Secara visual. Keropos/kotor/bocor
Tier 2 adalah tahapan-2 proses pemeliharaan ditujukan untuk memeriksa kondisi internal dari
trafo distribusi dalam keadaan operasi (online).Mengunakan alat ukur. Thermovision, clamp
earth tester
Tier 3 adalah tahapan-3 proses pemeliharaan offline assessmenf yang merupakan tindak lanjut
dari hasil tahapan online assessmenf tier-l dan tier-2. Tahanan isolasi,bersih2,mengencangkan
5. Tujuan membandingkan :
Hasil uji dibandingkan dengan hasil uji tahun lalu, standart yang berlaku dan dibandingkan
dengan surat penugasan(apakah sudah sesuai dengan perintah)
Tujuan: untuk mengetahui kinerja trafo

6. Pengetahuan yang dibutuhkan untuk pemeliharaan


a. Ilmu listrik dasar
- Ilmu bahan (konduktor dan isolator)
- Alat ukur dan pengukuran besaran listrik
- Teori listrik dasar
- Instalasi gardu distribusi (peralatan, SOP, dokumen)
b. Pengetahuan K2 keselamatan ketenagalistrikan
c. Tata cata komunikasi

7. 4 Pilar K2, dan implementasi


4 Pilar K2 :
1. Keselamatan Kerja : perlindungan terhadap pegawai
2. Keselamatan Umum: perlindungan terhadap masyarakat , instalansi
3. Keselamatan Lingkungan : perlindungan terhadap lingkungan instalansi
4. Keselamatan Instalansi : perlindungan terhadap instalasi penyediaan tenaga listrik
Implementasi :
1. Bekerja menggunakan SOP dan APD
2. Pekerjaan pemeliharaan sesuai dengan material yang terpasang dengan spek teknik,
standart sesuai
3. Memasang rambu rambu keselamatan lingkungan
4. Bekerja tidak membahayakan masyarakat

8. Isi Brifing
- Menyamakan presepsi
- Membagi peran tugas dan tanggungjawab
- Membagikan metode kerja/langkah pekerjaan
- Menyampaikan potensi bahaya

9. Dokumen K2K3
- Surat perintah kerja
- JSA ,WP,IBPPR
- SOP/IK
- SLD

10. Siapa saja yang dikordinasikan untuk pemeliharaan


- Manajer Unit
- SPV
- Pejabat K3L
- Pengawas pekerjaan
- Pengawas K3
- Petugas pelaksana
- Unit pengatur distribusi/piket area

11. Alur kegiatan pekerjaan pemeliharaan


1. Menerima PK dari atasan
2. Menyiapkan dokumen kerja
3. Survey lokasi
4. Tanda tangan dokumen K2K3 ke pejabat K3L
5. Menyiapkan alat APD dan material yang dibutuhkan
6. Memasang rambu
7. Briefing
8. Menyiapkan alat di lapangan
9. Lapor sebelum pekerjaan
10. Memadamkan (lepas NH – saklar utama - FCO)
11. Pengecekan volt detector, membuang resanansi tegangan dgn tongkat arde dan
pemasangan grounding apparatus
12. Membersikan trafo, mengencangkan bushing, mengukur tahanan isolasi
13. Membersihkan rel busbar, PHBTR, mengecangkan baut
14. ukur t. pembumian
16. izin masuk tegangan, sebelumnya pastikan tidak ada barang yg tertinggal di gardu
17. masuk FCO sampe saklar utama
18. ukur tegangan dan urutan fasa
19. masuk saklar utama
20. masuk NH fuse utama dan jurusan secara bertahap
21. ukur tegangan dan beban
22. lapor gawean wes mari
23. briefing evaluasi
24. membuat laporan dan membandingkan hasil
25. menyampaikan berita acara kepada pemberi tugas / atasan

12. Alat kerja, alat ukur, material


A. Alat kerja
- Volt detector
- Telescopic stick 20kV
- Toolkit
- Majun/pembersih
- Puller
- Grounding Apparat
B. Alat Ukur
- Insulation tester
- Earth tester
- Tang Ampere
- Phase sequence
C. Alat Bantu
- Alat tulis
- Radio komunikasi
- Tangga
D. Material
- Vaseline/grease

13. Peralatan K3/APD


- Helm safety
- Sepatu kerja
- Sarung tangan dan sepatu isolasi 20kV
- Sarung tangan isolasi 1kV
- Kaca mata hitam
- Pakaian kerja/wearpack
- Fullbody harness
- P3K

14. Cara proteksi tenaga


- Tegangan 20kV dipastikan sudah tidak bertegangan menggunakan voltage detektor 20KV
- membuang resanansi/sisa tegangan menggunakan tongkat arde
- Dipasang grounding appartus/gronding lokal
Memasang = tongkat arde -> kabel grounding -> konduktor
Melepas = konduktor -> kabel grounding -> tongkat arde

15. Alur komunikasi pemadaman dan penormalan


Petugas->pengawas pekerjaan->piket operasi area->UP2D

16. Kalimat komunikasi, izin pemadaman dan penormalan


Pemadaman: Minta izin padam untuk No.gardu,alamat,penyulang karena akan dilakukan
pekerjaan pemeliharaan gardu distribusi. Daerah padam, dan durasi padam, mulai pukul sampai
pukul.
Penormalan: Minta izin penormalan untuk No.gardu,alamat,penyulang karena pekerjaan
pemeliharaan gardu distribusi telah selesai dilakukan. Hasil pemeliharaan di sampaikan (nilai
tegangan, arus, urutan fasa sebelum dan sesudah pemeliharaan, tahanan isolasi, tahanan
pembumian). Karena sesuai standart maka gardu akan dinormalkan.

17. Langkah kerja pemeliharaan gardu distribusi (SOP)


1) Petugas menuju ke lokasi pekerjaan
2) Safety briefing
3) Mengecek peralatan kerja dan APD
4) Memasang rambu bahaya & LOTO
5) Melakukan pengukuran tegangan, arus beban dan urutan fasa
6) Melakukan komunikasi untuk meminta ijin pemadaman gardu
7) Lepas NH jurusan dan saklar utama
8) Melepas NH
9) Mengecek tegangan dengan menggunakan voltage detector
10) Membuang induksi pada sisi sekunder
11) Memasang ground
12) Melepas mur/baut pada trafo
13) Mengukur tahanan isolasi
14) Membersihkan kotoran pada body trafo
15) Mengencangkan kembali mur/baut trafo
16) Membersihkan bagian dalam PHBTR dari kotoran
17) Memeriksa kekencangan mur/baut pada bagian PHBTR
18) Mengukur tahanan pembumian
19) Melepas ground pada sisi sekunder
20) Melakukan komunikasi minta ijin penormalan tegangan pada gardu
21) Memasukkan FCO
22) Mengecek putaran fasa & pengukuran tegangan
23) Memasukkan saklar utama
24) Memasukkan nh jurusan secara berurutan
25) Melakukan pengukuran tegangan dan beban
26) Evaluasi pekerjaan

18. Pengujian Trafo


- Tahanan isolasi
- Indeks polarisasi
- Pentanahan body trafo dan netral trafo, arrester

19. Pengujian PHBTR


- Pengukuran tegangan
- Pengukuran arus beban
- Pengecekan urutan fasa
- Pentanahan body PHBTR
- Pentanahan netral trafo

20. Pengujian Pembumian


- Arrester
- Body trafo dan PHBTR
- Netral trafo
Alat : Earth tester
Standart : Seluruhnya maks 5 ohm kecuali arrester 1.7 Menurut SE DIR.17.2014
21. Komponen gardu pasang luar
1) FCO
2) Lightning arrester
3) Tiang
4) Trafo distribusi 3 fasa
5) PHBTR
6) Pembumian

22. Fungsi Komponen tersebut


1) FCO
Alat pemutus rangkaian listrik yang berbeban pada jaringan distribusi yang bekerja denga
cara meleburkan bagian dari komponennya (fuse link) yang telah dirancang khusus dan
disesuaikan dengan ukurannya itu. Disamping itu FCO merupakan peralatan proteksi yang
bekerja apabila terjadi gangguan arus lebih. Alat ini akan memutuskan rangkaian listrik yang
satu dengan yang lain apabila dilewati arus yang melewati kapasitas kerjanya.
Prinsip kerjanya adalah ketika terjadi gangguan arus maka fuse pada cut out akan putus,
dan tabung ini akan lepas dari pegangan atas, dan menggantung di udara, sehingga tidak
ada arus yang mengalir ke sistem.
2) Lightning arrester
Suatu alat yang dipasang pada suatu instalasi listrik yang berfungs untuk melindungi
berbagai peralatan listrik yang ada pada instalansi tersebut, saat terjadi lonjakan tegangan
(over voltage) yang melebihi batas toleransi yang diperbolehkan. Lonjakan tegangan bisa
disebabkan karena sambaran petir, atau konsleting. Saat tegangan mengalir pada instalasi
listrik memeliki nilai normal, maka arrester blm bekerja (isolator). Kemudian saat tegangan
tiba-tiba melonjak dan besar tegangannya melebihi toleransi tegangan normal, maka
arrester bekerja otomatis mengalirkan tegangan (konduktor) lebih menuju pentanahan
(grounding).
3) Tiang
tiang beton 13m, 500 daN
4) Trafo distribusi 3 fasa
mendistribusikan energi listrik dari pembangkit listrik pada perumahan maupun pada lokasi
industri. Pada distribusi, berfungsi menurunkan tegangan. Mengubah tegangan primer
menjadi tegangan rendah yang dapat digunakan oleh konsumen.
5) PHBTR
Sebagai penghubung dan pembagi atau pendistribusian tenaga listrik dari out put trafo sisi
tegangan rendah TR ke Rel pembagi dan diteruskan ke Jaringan Tegangan Rendah (JTR)
melalui kabel jurusan (Opstyg Cable) yang diamankan oleh NH Fuse jurusan masing-masing.
6) Pembumian
Sistem pembumian merupakan sistem hubungan penghantar yang menghubungkan badan
peralatan dan instalasi listrik dengan bumi sehingga dapat mengamankan manusia,
peralatan atau instalasi listrik dari bahaya sengatan listrik ataupun arus dan tegangan lebih

23. Sambungan dan komponen GTT

No Sambungan Komponen
.
1 Kabel TM A3C/A3CS 150 mm2
2 Konektor TM-Gardu LLC (Live Line Connector)
3 Kabel TM-FCO NYA 35 mm2
4 Kabel FCO-LA NYA 35 mm2
5 Kabel LA-ground rod BC 50 mm2
6 Kabel FCO-trafo NYA 35 mm2
7 Kabel Trafo-PHBTR NYY 1x150 mm2 @4
8 Kabel PHBTR-JTR NYY 4x70 mm2
9 Sambungan keluaran PHBTR-JTR Bimetal AL-CU
9 Kabel body -ground rod BC 50 mm2
10 Kabel netral trafo-ground rod BC 50 mm2
11 Ground rod Tembaga, kedalaman 3-4 m

Penghantar pembumian dilindungi dengan pipa galvanis dengan diameter 5/8 inch
sekurang2nya 3 meter diatas tanah

24. Pengaman Gardu Distribusi


a. Sisi primer FCO, arrester
b. Sisi sekunder saklar utama, NHfuse

25. FCO; ukuran fuselink dan type


Type :
a. Tipe K (cepat)
b. Tipe T (lambat)
c. Tipe H ( tahan terhadap surja petir)
Ukuran :
kap trafo
Fuse link =
tegTM × √ 3

26. Arrester; spesifikasi dan type


Rating tegangan adalah 24kV. Nilai arus pengenal LA : 5 kA – 10 kA – 15 kA Untuk tingkat IKL
diatas 110, sebaiknya tipe 15 kA. Sedang untuk perlindungan transformator yang dipasang pada
tengah-tengah jaringan memakai LA 5 kA, dan di ujung jaringan dipasang LA – 10 kA.

Isokeraunik Level adalah jumlah hari guruh dalam satu tahun di suatu wilayah yaitu garis pada
peta yang menghubungkan daerah-daerah dengan rata- rata jumlah hari guruh yang sama.

27. Kelebihan dan kekurangan FCO type K,H,T


Pemasangan LA sebelum FCO. Tpe K
1. Keuntungan : Pengamanan terhadap surja petir tidak dipengaruhi oleh kemungkinan FCO
putus.
2. Kerugian :
1) Kegagalan LA memadamkan sistem penyulang
2) Penghantar LA lebih panjang
Pemasangan LA setelah FCO . tpe H
1. Keuntungan : Jika LA rusak atau gagal, FCO putus tidak memadamkan sistem SUTM
2. Kerugian : fuse link rentan terhadap surja petir

28. Bagian PHBTR dan fungsi


1) Kerangka
Melindungi dan sebagai tempat peletakan semua komponen / perlengkapan di dalamnya
2) Saklar Utama
menghubungkan dan memutuskan aliran listrik dari output tranasformator menuju rel
tembaga (untuk pembagian jurusan) yang nantinya akan diteruskan ke jaringan tegangan
rendah. Saklar utama ini berbentuk seperti tuas (pegangan) yang dapat dioperasikan dengan
cara mengarahkannya ke kiri atau ke kanan.
3) NH/NT Fuse
alat proteksi (pengaman) yang ada di dalam PHB TR. NH Fuse akan bekerja dengan cara
melebur apabila nilai arus melewati batas maksimum NH fuse yang terpasang, akibat adanya
gangguan. Apabila NH fuse melebur maka aliran listrik yang terhubung ke JTR terputus.
4) Rel Tembaga
menghubungkan sirkit utama (saklar utama) ke beberapa jurusan. Ada 3 rel tembaga untuk
fasa dan 1 rel untuk netral. Output dari saklar utama dihubungkan dengan rel tembaga ini.
5) Alat ukur arus tegangan
Alat ukur arus dan tegangan yang memudahkan teknisi listrik untuk mengetahui nilai
besaran arus dan tegangannya. Alat ukur ini terpasang pada bagian dalam panel.
6) Lampu indikator
sebagai penanda adanya tegangan pada fasa R, S dan T. Lampu ini dipasang di pintu panel
agar dapat memudahkan teknisi PLN mengetahui apakah setiap Fasa masih ada tegangan
atau tidak.
7) Pentanahan
terminal pentanahan yang dihubungkan dengan sistem pentanahan yang telah terpasang
baik. Selain itu ada sistem pentanahan yang  terhubung ke body panel sehingga arus listrik
yang bocor ke Body diteruskan ke tanah / bumi.

29. Saklar utama; ukuran type

kap trafo
Saklar utama = x115%
teg sek × √ 3

30. NH fuse; ukuran dan type


N = NIEDER SPANNUNG = tegangan rendah
H = HOCH LEISTUNG = arus besar 
Jadi NH fuse di pergunakan untuk tegangan rendah degan arus besar
kap trafo
Saklar utama =
teg sek × √ 3
Saklar Utama
NH Fuse = ×0.9
jumlah jurusan
0.9 adalah faktor kali untuk pembebanan trafo

31. Bagian trafo

1.Inti Besi
Fungsi dari komponen yang pertama ini adalah untuk memudahkan jalan fluksi magnetik yang
timbul akibat arus listrik melalui kumparan.  Inti besi ini sendiri terbuat dari lempengan besi
pipih yang memainkan peran sebagai isolator untuk mengurangi panas.
 2.Kumparan Trafo
Berikutnya ada kumparan trafo yang berbentuk lilitan kawat dengan fungsi isolasi yang
membentuk gulungan atau kumparan. Kumparan itu sendiri terdiri dari kumparan primer dan
juga kumparan sekunder yang pada praktiknya dilakukan mekanisme isolasi baik itu terhadap
inti besi maupun antar kumparan dengan isolasi bentuk padat seperti pertinak, karton dan lain
sebagainya.
 3.Minyak trafo
Salah satu komponen paling butuh perhatian ini merupakan bahan isolasi cair yang dimaksudkan
untuk pendingin pada trafo. Minyak trafo ini memiliki senyawa hidrokarbon di dalamnya yang
antara lain hidrokarbon aromatik, naftenik dan juga parafinik.
 4.Bushing
Bushing sendiri menjadi penghubung antara kumparan trafo dengan jaringan luarnya, selain itu
bushing juga menjadi penyekat antara konduktor tadi dengan tangki trafo. Terdapat fasilitas
pada bushing yang dapat digunakan untuk menguji kondisi bushing yang kerap disebut sebagai
center tap.
 5.Tangki konservator
Fungsi dari tangki yang satu ini adalah untuk menampung minyak serta uap yang diakibatkan
dari pemanasan trafo. Relai bucholzt dipasangkan diantara tangki dengan trafo agar gas
produksi yang diakibatkan kerusakan minyak dapat terserap. Supaya minyak tidak
terkontaminasi dengan air maka ujung masuk dari saluran udara yang melalui saluran pelepasan
dilengkapi pula dengan media penyerap yang biasa disebut silica gel.
 6.Tap changer
Alat yang satu ini dirancang untuk mengatur tegangan supaya tegangan selalu dalam kondisi
yang baik, stabil dan berkelanjutan. Sebab kadang kala kualitas suatu operasi tenaga listrik di
awal seting sesuai dengan apa yang ditentukan namun kerap kali terjadi penurunan tegangan
sehingga kualitasnya lambat laun menurun.
 7.Dehydrating Breather
Ketika berada di konservator minyak diupayakan sebisa mungkin untuk tidak bersinggungan
dengan udara, hal ini dikarenakan kelembapan udara yang pasti mengandung uap air akan
berkontaminasi dengan minyak meskipun proses kontaminasi tersebut berlangsung secara
perlahan-lahan. Untuk mencegah hal tersebut terjadi dibutuhkan suatu media yang dapat
menghisap kelembapan dimana biasanya yang digunakan adalah silica gel.
 8.Indikator
Terdapat beberapa indikator dalam trafo seperti indikator permukaan minyak, thermometer dan
beberapa indikator lain yang penting keberadaannya.
 9.Peralatan Proteksi
Untuk mendukung mekanisme kerja trafo maka trafo pun dilengkapi peralatan proteksi seperti
relai bucholzt, jansen membran, relai tekanan berlebih, relai pengaman tangki dan terakhir
resistance pertahanan trafo.

32. Isi nameplate trafo

- No. seri - Nilai arus sekunder


- Tahun pembuatan - Impedansi
- Tipe pendingin - Vektor grup
- Jumlah fasa - Jumlah minyak trafo
- Frekuensi - Berat trafo
- Nilai tegangan primer - Tabel tap charger
- Nilai tegangan sekunder - Merek trafo
- Nilai arus primer
33. Tahanan isolasi trafo
1) Tujuan :
Untuk mengetahui kondisi isolasi trafo 3 fasa
Untuk mengetahui apakah ada bagian yang hubung singkat atau tidak
2) Alat : alat ukur menggunakan insulation tester
3) Switch range :
trafo sisi sekunder (220/380) diuji dengan 1000 VDC
trafo sisi primer (11,55/20kV) diuji dengan 5000 VDC
4) Titik pengukuran :
HV-body (R,S,T – body)
LV-body (r,s,t,n– body)
LV-HV (Rr,Rs,Rt,Sr,Ss,St,Tr,Ts,Tt)
5) Nilai standart pengukuran
Puil 2011. Nilai tahanan isolasi minimum yaitu : 1000 ohm x tegangan listrik yang
dialiri penghantar tersebut

34. PI / Indeks polarisasi trafo


Indeks polarisasi merupakan perbandingan antara nilai tahanan isolasi pada menit ke sepuluh
dengan menit pertama. Tujuan untuk mengetahui ketahanan isolasi terhadap gangguan
tegangan lebih
Ris menit 10
PI =
Ris menit 1
Titik pengukuran :
HV-body
LV-body
LV-HV
MENURUT PUIL 2011/2000

35. Suhu trafo


Alat = thermovision
Titik Pengujian = body,bushing trafo primer dan sekunder

EDARAN DIREKSI PT PLN (PERSERO)


NOMOR : 0017 .E.DlR/2014 TENTANG METODE PEMELIHARAAN TRAFO DISTRIBUSI
BERBASIS KAIDAH MANAJEMEN ASET
36. Uji minyak trafo
Minyak trafo alias minyak transformator adalah suatu bahan isolasi liquid yang digunakan
sebagai isolasi serta sebagai pendingin pada transformator. Separuh bagian bahan isolasi
tersebut diwajibkan memiliki kemampuan untuk dapat menahan tegangan tembus, sedangkan
sebagai fungsi pendingin minyak trafo ini harus bisa meredam panas yang timbul. Dengan dua
kemampuan penting yang melekat pada minyak trafo maka diharapkan penggunaan minyak
trafo dapat melindungi trafo dari gangguan-gangguan yang tidak diharapkan.
standar PLN (49-1:1980) ;

Prosedur :
1. Ambil minyak trafo dari kran drainer sebanyak isi cawan penguji
2. Atur jarak sela bola sebanyak 2. Mm dengan alat kalibrasi
3. Minyak yang akan diuji, dituang kedalam cawan sampai 5mm dibawah tutup cawan
4. Biarkan/tunggu selama 1 menit
5. Aduk minyak dengan pengaduk selama 1 menit
6. Matikan alat pengaduk dan biarkan minyak selama beberapa saat
7. Masukan teg uji dengan pilihan kenaikan tegangan 2kV/sec. Kenaikan teg akan berhenti bila
tercapai teg tembusnya
8. Catat besarnya teg tembus
9. Lakukan pengujian sampai 6 kali dengan tahapan yang sama
10. Hitung nilai teg tembus rata-rata sela isolasi 2,5mm yaitu
V 1+V 2+V 3+V 4+V 5+V 6
Teg tembus rata-rata =
6
Rekomendasi :
1. Minyak masih bisa dipakai
2. Harus diolah/disaring sampai tegangan tembusnya memenuhi
3. Harus diganti dengan minyak baru

37. Tahanan isolasi busbar PHBTR


1) Tujuan :
Untuk mengetahui kondisi isolasi busbar
Untuk mengetahui apakah ada bagian yang hubung singkat atau tidak
2) Alat : alat ukur menggunakan insulation tester
3) Switch range :
(220/380) diuji dengan 1000 VDC
4) Titik pengukuran :
phasa-body (R,S,T – body)
antar phasa (RS,RT,ST)

5) Nilai standart pengukuran


Puil 2011. Nilai tahanan isolasi minimum yaitu : 1000 ohm x tegangan listrik yang
dialiri penghantar tersebut

38. Rumus keseimbangan beban, standart

berdasarkan pada EDARAN DIREKSI PT PLN (PERSERO) NOMOR : 0017.E/DIR/2014 TENTANG


METODE PEMELIHARAAN TRAFO DISTRIBUSI BERBASIS KAIDAH MANAJEMEN ASET. Yang
berbunyi : KETIDAK SEIMBANGAN ARUS ANTAR FASA
a. <10% [baik]
b. 10% - <20% [cukup]
c. 20% - <25% [kurang]
d. ≥ 25% [buruk]

39. Besar Arus netral


¿
Arus netral terhadap arus beban TR =
(Ir+ Is+ It) /3 × 100%
berdasarkan pada EDARAN DIREKSI PT PLN (PERSERO) NOMOR : 0017.E/DIR/2014 TENTANG
METODE PEMELIHARAAN TRAFO DISTRIBUSI BERBASIS KAIDAH MANAJEMEN ASET. Yang
berbunyi : BESAR ARUS NETRAL TR (% TERHADAP ARUS BEBAN TRAFO) :
a. <10% [baik]
b. 10% - <15% [cukup]
c. 15% - <20% [kurang]
d. ≥ 20% [buruk]

40. Rumus pembebanan, standart


kVA trafo
I kapasitas =
V teg rendah× √ 3
I fasa palingtinggi
% pembebanan = ×100 %
I kapasitas
berdasarkan pada EDARAN DIREKSI PT PLN (PERSERO) NOMOR : 0017.E/DIR/2014 TENTANG
METODE PEMELIHARAAN TRAFO DISTRIBUSI BERBASIS KAIDAH MANAJEMEN ASET. Yang
berbunyi : BESAR PEMBEBANAN TRAFO (% TERHADAP KAPASITAS) :
a. <60% [baik]
b. 60% - <80% [cukup]
c. 80% - <100% [kurang]
d. ≥ 100% [buruk]

41. Standart pengujian dan pengukuran


1) Tahanan isolasi
Puil 2000. Nilai tahanan isolasi minimum yaitu : 1000 ohm x tegangan listrik yang
dialiri penghantar tersebut
2) Tahanan pembumian
Standart : Puil 2000. Maksimal 5 ohm
3) Indeks polarisasi
Standart : IEEE 43-2000

4) Teg mutu PLN


SPLN 1:1995; TEGANGAN STANDAR PELAYANAN; HAL 5; KETENTUAN VARIASI TEGANGAN
PELAYANAN; “tegangan nominal dari sistem 220/380 volt yang ada harus menyesuaikan ke
arah 230/400 volt. Masa peralihan seharusnya sesingkat mungkin dan tidak melampaui tahun
2003. Selama masa peralihan itu, sebagai langkah pertama, PLN akan mengatur tegangan
dalam jangkauan 230/400 V +5% -10%.”

UNTUK TEGANGAN TM +- 5%

5) Keseimbangan beban
berdasarkan pada EDARAN DIREKSI PT PLN (PERSERO) NOMOR : 0017.E/DIR/2014 TENTANG
METODE PEMELIHARAAN TRAFO DISTRIBUSI BERBASIS KAIDAH MANAJEMEN ASET. Yang
berbunyi : KETIDAK SEIMBANGAN ARUS ANTAR FASA
a. <10% [baik]
b. 10% - <20% [cukup]
c. 20% - <25% [kurang]
d. ≥ 25% [buruk]
6) Pembebanan
berdasarkan pada EDARAN DIREKSI PT PLN (PERSERO) NOMOR : 0017.E/DIR/2014 TENTANG
METODE PEMELIHARAAN TRAFO DISTRIBUSI BERBASIS KAIDAH MANAJEMEN ASET. Yang
berbunyi : BESAR PEMBEBANAN TRAFO (% TERHADAP KAPASITAS) :
a. <60% [baik]
b. 60% - <80% [cukup]
c. 80% - <100% [kurang]
d. ≥ 100% [buruk]
7) Arus netral TR
berdasarkan pada EDARAN DIREKSI PT PLN (PERSERO) NOMOR : 0017.E/DIR/2014 TENTANG
METODE PEMELIHARAAN TRAFO DISTRIBUSI BERBASIS KAIDAH MANAJEMEN ASET. Yang
berbunyi : BESAR ARUS NETRAL TR (% TERHADAP ARUS BEBAN TRAFO) :
a. <10% [baik]
b. 10% - <15% [cukup]
c. 15% - <20% [kurang]
d. ≥ 20% [buruk]

42. Sadapan trafo


Tap changer adalah alat perubah perbandingan transformasi untuk mendapatkan tegangan
operasi sekunder yang lebih baik (diinginkan) dari tegangan jaringan / primer yang berubah-
ubah.
Ada dua cara kerja tap changer:
1. Mengubah tap dalam keadaan trafo tanpa beban. Tap changer yang hanya bisa beroperasi
untuk memindahkan tap transformator dalam keadaan transformator tidak berbeban, disebut
“Off Load Tap Changer” dan hanya dapat dioperasikan manual.
2. Mengubah tap dalam keadaan trafo berbeban. Tap changer yang dapat beroperasi untuk
memindahkan tap transformator, dalam keadaan transformator berbeban, disebut “On Load
Tap Changer (OLTC)” dan dapat dioperasikan secara manual atau otomatis
Standart :
SPLN D3.002-1: 2007 LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN DIREKSI PT. PLN (PERSERO) NO.
161.K/DIR/2007; SPESIFIKASI TRAFO DISTRIBUSI BAGIAN 1 TRAFO FASE TIFA, 20 KV-400V DAN
TRANSFORMATIR FASE TUNGGAL, 20 KV-231V DAN 20/√3 KV-231 V “Penyadapan pada belitan
primer dengan langkah sadapan 2.5% dibedakan menjadi:
a. Tipe 1: 5 (lima) langkah, julat sadapan ±2×2.5%
b. Tipe 2: 7 (tujuh) langkah, julat sadapan ±2×2.5%, -4×2.5%
c. No. 3 merupakan sadapan utama.

43. Trafo hub delta dan bintang


Vector group merupakan polaritas pada transformator tiga fasa yang dipengaruhi oleh
konfigurasi hubungan belitan dalam transformator. Merujuk pada SPLN D3.002-1:2007, ada
tiga vektor grup yang digunakan PLN. Titik netral langsung dihubungkan dengan tanah
- Yzn5
- Dyn5
- Ynyn0
44. Teori listrik dasar
Pada suatu rangkaian akan mengalir arus, apabila dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Adanya sumber tegangan
2. Adanya alat penghubung
3. Adanya beban
Cara pemasangan alat ukur:
Pemasangan alat ukur Volt meter dipasang parallel dengan sumber tegangan atau beban,
karena tahanan dalam dari Volt meter sangat tinggi. Sebaliknya pemasangan alat ukur Ampere
meter dipasang seri, hal ini disebabkan tahanan dalam dari Amper meter sangat kecil.

45. Besaran dan satuan listrik

46. Rumus daya aktif, reaktif, dan semu


47. Hukum kelistrikan
1. Hukum Ohm
Pada
suatu

rangkaian tertutup :

Besarnya arus I berubah sebanding dengan tegangan V dan berbanding terbalik dengan
beban tahanan R, atau dinyatakan dengan Rumus :
2. Hukum kirchoff
Hukum Kirchhoff 1 menyatakan bahwa:
“Jumlah arus listrik yang masuk melalui titik percabangan dalam suatu rangkaian listrik
sama dengan jumlah arus yang keluar melalui titik percabangan tersebut”
Hukum Kirchhoff 2 adalah sebagai berikut:
“Pada setiap rangkaian tertutup, jumlah beda potensialnya harus sama dengan nol”

SOAL :
1) Jenis Pemeliharaan
a. Pemeliharaan rutin/preventif
Pemeliharaan untuk mencegah terjadinya kerusakan peralatan tiba-tiba dan
mempertahankan agar sistem jaringan listrik selalu beroperasi. Ditentukan berdasarkan
periode waktu: Triwulan,semesteran,tahunan
Inspeksi jaringan, pengukuran beban trafo, pengukuran suhu, pemeliraan trafo
b. Pemeliharaan korektif
Pekerjaan yang dilakukan dengan cara mengganti atau mengubah sistem peralatan.
Didapatkan apabila sudah terjadi gangguan
Pekerjaan JTM putus,bushing trafo pecah, tiang patah
c. Pemeliharaan darurat
Pekejaan yang dimaksudkan untuk memperbaiki jaringan yang rusak, yang disebabkan
oleh bencana alam
JTR rusak akibat kebakran, instalasi gardu akibat banjir, tiang roboh akibat angin
kencang
2) Pemeliharaan yang pernah diikuti
pemeliharaan gardu distribusi pasang luar
pergantian fuse holder
pergantian phbtr
pergantian LA
pergantian trafo
pergantian CO
pemasangan westpe

3) Cara Tentukan rating FCO sama NH Fuse


kap trafo
Saklar utama =
teg sek × √ 3
Saklar Utama
NH Fuse =
jumlah jurusan
kap trafo
Fuse link =
tegTM × √ 3

4) Contoh APD
Helm kerja
Sarung tangan kerja
Sarung tangan dan sepatu karet 20kV
Baju kerja/wearpack
Full body harness
Kacamata

5) Apa yang dilakukan pemeliharaan sistem Pembumian dan berapa standartnya


- Dipastikan baterai alat ukur baik dan dapat digunakan
- Elektroda bantu berbentuk T sebanyak 2 buah dengan jarak masing masing 5 meter
- Kabel berwarna hijau, dihubungkan ke lubang konektor berwarna Hijau pada alat ukur
(Earth Tester), & ujung satunya dihubungkan ke grounding yang akan di ukur
- Kemudian Sambungkan kabel warna kuning kebesi T yang pertama yang berjarak
5meter dari warna hijau
- Lalu Sambungkan kabel warna merah ke besi T kedua yang berjarak 5 meter dari besi
pertama/kuning atau 10 meter dari warna hijau
- Hidupkan switch earth tester dan pilih posisi range selector pada posisi 20 ohm.
- Lalu putar tombol test

6) Apabila tidak sesuai standart


Menancapkan elektroda batang tembaga baru berjarak 2 kali panjang elektroda, kemudian
elektroda lama dan elektroda baru di sambung.

7) SOP
Prosedur yang dimiliki oleh perusahaan untuk melakukan suatu pekerjaan, dengan tujuan
agar pekerjaan sesuai dengan peraturan dan standart mutu yang berlaku.

8) JSA
dokumen untuk mengidentifkasi secara jelas bahaya yang terjadi, berisikan metode kerja,
risiko pekerjaan dan pengendalian risiko dengan tujuan meminimilasir atau menghilangkan
risiko kecelakaan akibat kerja

9) Dokumen yang disiapkan sebelum pemeliharaan


Tujuan adanya dokumen adalah memperoleh adanya informasi, keterangan, dan bukti pada
suatu kegiatan. Untuk mempermudah dan membantu petugas dalam melaksanakan
pekerjaan

10) Urutan Pemeliharaan beban 1 fasa dan 3 fasa

11) Apa yang menyebabkan ketidakseimbangan beban


Beban tidak merata perfasa. Pola penyambungan SR (Sambungan Rumah) pada proses
sambung baru tidak memperhatikan kondisi beban phasa pada gardu distribusi tersebut
sehingga menyebabkan beban antara phasa tidak merata. Akibatnya munculnya arus netral,
dan menyebabkan loses Semakin besar arus netral IN yang mengalir di pengantar netral
transformator maka semakin besar juga losses pada pengantar netral transformator (PN).
Loses tersebut mengakibatkan penurunan effisiensi dari transformator tersebut.

Anda mungkin juga menyukai