Anda di halaman 1dari 7

Hubungan antara Lima Faktor Kepribadian (The Big Five

Personality) dengan Makna Hidup pada Orang dengan


Human Immunodeficiency Virus
Arnissa Wulandari
Margaretha Rehulina
Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya

Abstract.
This study purposed to determine the relationship between the big five personality on the meaning
of life in people with Human Immunodeficiency Virus. The meaning of life in this study uses the
theory of Reker and Wong (1988). The definition of five personality factor type uses the theory
of John and Srivastava (1999).This research is done by 90 people with positive HIV status. The
technique of sampling data uses incidental sampling. In this research, the tools for collecting
data is the translation questionnaire of the measuring instrument of Big Five Inventory (BFI).
For the translation of the meaning of life scale, it is used by Life Meaningfulness Scale which
belongs to Peter Halama (2005). The analysis data uses a simple correlation technique with SPSS
16 program for Windows. The result of this research shows the writer that there is a relationship
from each five personalities with the meaning of life. Those five personalities cannot be in the
same test. Because of that, the extraversion, agreement, earnestness, and openness have a
positive correlation with the meaning of life. On the other hand, the neurotic has a negative
correlation with the meaning of life.

Keyword : Social Comparison; Body Image; Obese Female Teenagers

Abstrak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetaui hubungan lima faktor kepribadian (big five personality)
terhadap makna hidup pada orang dengan Human Immunodeficiency Virus. Definisi makna
hidup pada penelitian ini menggunakan teori milik Reker dan Wong (1988), Untuk definisi
tipe lima faktor kepribadian menggunakan teori John dan Srivastava (1999), Penelitian ini
menggunakan metode kuantitatif pada 90 orang dengan status HIV positif. Teknik sampling
yang digunakan adalah incidental sampling. Dalam penelitian ini, alat pengumpul data yang
digunakan adalah kuisioner terjemahan alat ukur Big Five Inventory (BFI). Untuk terjemahan
skala makna hidup, digunakan Life Meaningfulness Scale milik Peter Halama (2005). Teknik
analisis data menggunakan teknik korelasi sederhana dengan program SPSS 16 for Windows
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan dari masing-masing lima faktor
kepribadian dengan makna hidup. Oleh itu, didapatkan hasil bahwa ekstraversi, kemufakatan,
kesungguhan, dan keterbukaan memiliki hubungan positif dengan makna hidup, sedangkan
neurotis memiliki hubungan negatif dengan makna hidup.

Kata kunci : Komparasi Sosial; Body Image; Remaja Putri Obesitas

Korespondensi :
Arnissa Wulandari, email : arnissa.wulandari@ymail.com
Margaretha Rehulina, email : margaretha@psikologi.unair.ac.id
Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya, Jl. Airlangga No. 4 - 6 Surabaya

Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental 41


Vol. 02 No. 1, April 2013
Hubungan antara Lima Faktor Kepribadian (The Big Five Personality) dengan Makna Hidup pada Orang dengan Human
Immunodeficiency Virus

PENDAHULUAN Kemenkes RI).


Orang dengan HIV atau AIDS (Acquired
Jumlah penyebaran infeksi HIV Salah satu Immune Deficiency Syndrome) pada umumnya
faktor yang memiliki korelasi dengan makna hidup sering mengalami diskriminasi. ODHIV
adalah kepribadian. Dalam Nolte (2010), dikatakan (orang dengan HIV) pun memiliki stigma yang
bahwa makna hidup juga didasari bagaimana buruk sehingga diisolasi oleh orang-orang di
seseorang menyikapi kejadian yang meninmpa sekelilingnya (Simbayi dkk., 2007 dalam Nolte,
dirinya. Cara orang menyikapi kejadian-kejadian 2010). Diskrimasi dan stigma negatif terhadap
tersebut dipengaruh oleh kepribadiannya, karena ODHIV (orang dengan HIV) dapat membuat
kepribadian juga merupakan konsistensi dalam mereka merasa terisolasi, kesepian, dan memiliki
perilakunya dari waktu ke waktu maupun dalam kondisi yang tidak optimal (Grimes & Grimes,
menghadapi berbagai situasi (Feist & Feist, 2009). 1995 dalam Nolte, 2010). Selain itu, ODHIV
Menurut penelitian Schnell & Becker dapat kehilangan pendapatan, terisolasi dari
(2006), ekstraversi memiliki hubungan masyarakat dan memiliki ketidakmampuan
langsung dengan makna hidup, sedangkan untuk berpartisipasi sebagai anggota masyarakat
kesungguhan, kemufakatan dan neurotis yang produktif akibat diskriminasi dan stigma
memiliki kecenderungan pada self transcendence negatif tersebut.
yang merupakan prediktor kuat bagi makna Banyaknya diskriminasi dan buruknya
hidup. Masing-masing memiliki hubungan yang kondisi psikologis yang terjadi pada ODHIV
signifikan dengan makna hidup, namun hanya (Orang dengan HIV), membuat peneliti merasa
ekstraversi dan keterbukaan yang menunjukan perlu untuk mengangkat tema makna hidup,
hubungan langsung dalam analisisnya karena karena makna hidup dapat meningkatkan
orang yang memiliki dimensi ekstraversi dan perasaan positif yang pada akhirnya mampu
keterbukaan cenderung optimis, memiliki meningkatkan kesejahteraan atau well-being
subjektif well-being dan kebahagiaan yang tinggi seseorang. Dogan (2012) juga mengatakan hal
dibanding yang lainnya (Schnell & Becker, 2005). yang serupa, bahwa makna hidup merupakan
Peter Halama (2005) mengatakan bahwa komponen penting dari subjective well-being.
kepribadian berhubungan dengan makna hidup. Makna hidup juga dirasa penting dalam
Neurotis berhubungan negatif dengan komponen penelitian ini, karena permasalahan akibat
kognitif dan motivasi sebagai makna hidup. Hal diskriminasi, mampu ditangani ODHIV karena
ini dikarenakan ciri neurotis yang tinggi dapat adanya makna hidup (Balthip & Purnell, 2014).
mengakibatkan emosi negatif yang tinggi, emosi ODHIV yang memiliki makna hidup akan mampu
yang labil atau keraguan yang dapat menutup menyadari nilai dalam dirinya, menemukan
jalan menuju makna hidup (Halama, 2005). strategi untuk memperpanjang hidup mereka, dan
Dalam penelitian ini, neurotis berkorelasi negatif mencapai kedamaian serta ketenangan. Dengan
dengan komponen kognitif dan motivasi, dimana cara tersebut, mereka mampu menemukan
neurotis dapat mengganggu pemikiran positif dan makna dan tujuan hidup mereka, mengatasi krisis
usaha untuk mencapai tujuan. Ekstraversi yang dalam hidup mereka, berdamai dengan penyakit
tinggi juga dinyatakan memiliki hubungan positif mereka, dan tidak membiarkan diskriminasi
dengan makna hidup (Halama, 2005). Hal tersebut mengontrol hidupnya (Balthip & Purnell, 2014).
juga dibuktikan dengan penelitian Penedo dan Dalam penelitian oleh Halama (2005),
kawan-kawan (2002), yang mengatakan ODHA ekstraversi dikatakan memiliki hubungan dengan
dengan neurotis tinggi akan cenderung untuk komponen afeksi dalam makna hidup, karena
memiliki kepuasan hidup yang rendah. (Human ekstraversi dapat membuat ia mengekspresikan
Immunodeficiency Virus) semakin meningkat dan memiliki emosi positif, memiliki tujuan hidup
dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011 di Indonesia yang kuat dan kepuasan dalam hidup. ODHA
terjadi infeksi HIV baru sebanyak 21.031 orang yang memiliki ekstraversi tinggi juga dinyatakan
yang kemudian meningkat di tahun 2012 menjadi memiliki kepuasan hidup yang cenderung tinggi
21.511 orang. Di tahun 2013 terjadi peningkatan (Penedo, 2002), karena ketika ODHA memiliki
yang sangat tinggi yaitu menjadi sebanyak 29.037 kepuasan hidup yang tinggi, ia akan lebih mudah
jiwa jumlah infeksi HIV baru (Ditjen PP & PL untuk melakukan perawatan intensif sebagai

42 Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental


Vol. 02 No. 1, April 2013
Arnissa Wulandari & Margaretha Rehulina

salah satu tahap pencapaian makna hidup (Balthip kepercayaan dan budaya seseorang (Reker &
& Purnell, 2014). kepuasan hidup yang tinggi, ia Wong, 1988). Komponen ini juga merujuk pada
akan lebih mudah untuk melakukan perawatan usaha seseorang mewujudkan tujuan dirinya
intensif sebagai salah satu tahap pencapaian yang konsisten dengan nilai, kebutuhan dan
makna hidup (Balthip & Purnell, 2014). keinginannya (Reker & Chamberlain, 2000).
Di samping mempengaruhi cara pandang
seseorang, kepribadian juga dapat memprediksi Afeksi
apa yang akan dilakukan individu dalam Komponen afeksi mengacu pada perasaan
situasi tertentu. Kepribadian juga merupakan kepuasan, pemenuhan hidup seseorang dan
konsistensi individu dalam berperilaku. Oleh itu kebahagiaan yang membuat individu yakin bahwa
peneliti ingin mengetahui hubungan kepribadian hidupnya layak (Reker & Wong, 1988 dalam
dengan makna hidup. Mengingat seseorang cara Garcini, dkk., 2013). Federickson (2002, dalam
menyikapi suatu kejadian tentunya berbeda Garcini 2013) meneliti hubungan antara afeksi
berdasarkan kepribadiannya, karena kepribadian dan persepsi terhadap makna. Dimana ketika
juga merupakan suatu bentuk konsistensi seseorang merasa hidupnya telah bermakna, akan
perilaku dalam menghadapi situasi. Selain itu, mempengaruhi bagaimana dia mempersepsi
berdasarkan pengetahuan peneliti, sedikit yang hidupnya, sedangkan orang dengan komponen
diketahui tentang hubungan antara kepribadian afeksi yang rendah akan cenderung merasa tidak
dan makna hidup khususnya pada penduduk di puas, tidak bahagia, depresi dan cemas (Halama,
Indonesia yang memiliki status HIV positif. Oleh 2005).
karena itu melalui penelitian ini, peneliti ingin
mencari tahu bagaimana hubungan kepribadian Lima Faktor Kepribadian (The Big Five
lima faktor dengan makna hidup khususnya pada Personality)
orang dengan HIV. Menurut Weiten (2011), kepribadian adalah
keunikan individu pada ciri-ciri perilaku yang
Makna Hidup bersifat konsisten. Kepribadian merupakan pola
Makna hidup adalah suatu kondisi dimana sifat yang relatif lebih permanen dan karakteristik
seseorang mengetahui adanya ketertiban, unik yang konsisten dalam perilaku seseorang
koherensi, dan tujuan dalam kehidupannya serta (Feist & Feist, 2009). Sifat sendiri adalah perbedaan
mengejar tujuannya dan memenuhi kepuasan individu dalam berperilaku dan konsisten dalam
dalam dirinya (Reker & Wong, 1988). Reker & perilakunya dari waktu ke waktu maupun dalam
Wong (1988) telah menetapkan tiga aspek dalam menghadapi berbagai situasi (Feist & Feist, 2009).
makna hidup, yaitu kognitif, motivasi dan afeksi.
Neurotis (Neuroticism)
Kognitif Orang yang memiliki trait neurotis yang
Komponen kognitif merujuk pada hidup tinggi akan cenderung merasa cemas, mudah
seseorang, kepercayaan dan interpretasi terhadap marah, mengasihani diri sendiri, sadar diri,
dunia dan kehidupannya. Komponen ini juga emosional dan rentan untuk terkena gangguan
merujuk pada sense of meaning, tujuan dan stres (Feist & Feist, 2009). Orang dengan trait
kerangka kerja (Reker & Chamberlain, 2000). neurotis yang tinggi akan merasakan kecemasan
Komponen ini termasuk bagaimana seseorang dan ketegangan sehingga mereka takut untuk
memahami pengalamannya, kejadian dan melakukan kesalahan (John & Srivastava, 1999).
kehidupan secara keseluruhan.
Ekstraversi (Ekstraversion)
Motivasi Mereka yang memiliki nilai yang tinggi
Komponen motivasi mengacu pada pada ciri ekstraversi akan cenderung untuk
sumber sumber individu mendapatkan makna menyayangi, periang, aktif berbicara, mudah
hidup, seperti nilai-nilai dan tujuan (Reker & bergabung, menyenangkan dan berinteraksi
Wong, 1988). Komponen ini juga memiliki nilai- dengan lebih banyak orang dibanding mereka
nilai penting yang memotivasi perilaku yaitu yang introversi (Feist & Feist, 2009). Selain itu,
panduan hidup yang ditentukan oleh kebutuhan, mereka juga cenderung penuh semangat, antusias,

Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental 43


Vol. 02 No. 1, April 2013
Hubungan antara Lima Faktor Kepribadian (The Big Five Personality) dengan Makna Hidup pada Orang dengan Human
Immunodeficiency Virus

dominan, ramah, dan komunikatif (Friedman data dengan cara survei, yaitu dengan cara
& Schustack, 2012). (Feist & Feist, 2009). Selain mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada periode
itu, mereka juga cenderung penuh semangat, waktu yang singkat baik melalui kuisioner tertulis
antusias, dominan, ramah, dan komunikatif maupun wawancara dan merekam jawaban hasil
(Friedman & Schustack, 2012). wawancara tersebut.
Karakteristik populasi dalam penelitian ini
Keterbukaan (Openness) adalah mereka yang memiliki status HIV postif,
Ciri ini membedakan antara individu laki-laki maupun perempuan, berusia 22 hingga
yang memilih variasi dibandingkan dengan 40 tahun dan berdomisili di Surabaya dan Sidoarjo.
individu yang menutup diri serta individu yang Pemilihan Sampel pada penelitian ini adalah
mendapatkan kenyamanan dalam hubungan dengan teknik nonprobability sampling yaitu
mereka dengan hal-hal dan orang-orang yang incidental sampling, mengingat subjek penelitian
mereka kenal (John & Srivastava, 1999). Orang dalam penelitian ini adalah individu dengan HIV/
yang terbuka pada pengalaman cenderung AIDS dan mereka sulit untuk ditemui terlebih lagi
mencari perbedaan dan pengalaman yang banyak dari mereka yang tidak mau privasinya
bervariasi dan berbeda (Feist & Feist, 2009). diganggu atau tidak mau menjadi responden
Mereka juga umumnya terlihat imajinatif, Skala lima faktor kepribadian dalam
menyenangkan, kreatif, dan artistik (Friedman & penelitian ini menggunakan skala Big Five
Schustack, 2012). Inventory (BFI) milik John & Srivastava (1999). BFI
terdiri dari 44 butir pernyataan dengan reliabilitas
Kemufakatan (Agreeableness) masing-masing ciri sebesar 0,685 (Ekstraversi),
Orang-orang dengan dimensi kemufakatan 0,677 (Kemufakatan), 0,461 (Kesungguhan),
(agreeableness) yang tinggi cenderung 0,697 (Neurotis), 0,704 (Keterbukaan).
mempercayai orang lain, murah hati, mudah Skala makna hidup dalam penelitian ini
menerima, selalu mengalah, menghindari konflik menggunakan skala Life Meaningfulness Scale
dan baik hati (Feist & Feist, 2009). Mereka (LMS) milik Peter Halama (2005). LMS terdiri
juga cenderung ramah, kooperatif dan hangat dari 18 butir pernyataan dengan reliabilitas
(Friedman & Schustack, 2012). Kemufakatan juga sebesar 0,837. Analisis data yang digunakan dalam
merujuk pada kualitas orientasi interpersonal penelitian ini adalah analisis korelasi sederhana
seseorang dimulai dari perasaan peduli hingga dengan bantuan program SPSS 16 for windows.
perasaan permusuhan dalam pikiran, perasaan,
dan tindakan (John & Srivastava, 1999). HASIL DAN BAHASAN
Kesungguhan (Conscientiousness) Perhitungan analisis korelasi sederhana
Faktor kelima adalah kesungguhan dilakukan dengan bantuan program SPSS 16 for
(conscientiousness) yang mendeskripsikan orang- windows. Masing-masing ciri kepribadian tersebut
orang teratur, terkontrol, terorganisir, berambisi, tinggi, maka makna hidup individu tersebut
fokus pada hasil, dan disiplin. Secara umum, juga tinggi. Hal yang sebaliknya ditemukan
mereka yang memiliki skor yang tinggi akan pada ciri kepribadian neurotis, yaitu ketika ciri
cenderung pekerja keras, cermat, tepat waktu dan kepribadian neurotis tinggi, maka makna hidup
tekun (Feist & feist, 2009). Mereka juga umumnya individu tersebut akan rendah. Sebaliknya jika
berhati-hati, dapat diandalkan, teratur, dan ciri kepribadian neurotis seseorang rendah maka
bertanggung jawab (Friedman & Schustack, 2012). makna hidupnya akan tinggi.
Penelitian yang dilakukan penulis kali ini
METODE PENELITIAN mungkin masih memiliki banyak kekurangan.
Maka dari itu didapatkan saran bagi penelitian
Tipe penelitian yang digunakan dalam selanjutnya dalam menindak lanjuti penelitian
penelitian ini adalah kuantitatif, karena penelitian ini, sehingga kesalahan yang terjadi dalam
ini menghasilkan data dalam bentuk numerik dan penelitian ini bisa dihindari.
merepresentasikan ide-ide abstrak secara empiris. Lima faktor kepribadian ditemukan
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan memiliki hubungan dengan makna hidup.

44 Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental


Vol. 02 No. 1, April 2013
Arnissa Wulandari & Margaretha Rehulina

Hubungan yang terjadi memiliki arah yang mempengaruhi hasil penelitian. Salah satunya
berbeda, terutama pada dimensi neurotis adalah data yang tidak normal, sehingga
(neuroticism) dengan makna hidup yang memiliki penelitian ini tidak bisa digeneralisasikan kepada
arah hubungan negatif. Arah yang negatif ini penderita HIV yang lainnya. Selain itu kuisioner
mengindikasikan bahwa ketika dimensi neurotis dibagikan oleh petugas lapangan dalam yayasan,
pada tinggi, akan diikuti dengan rendahnya sehingga proses pengisian kuisioner tidak
makna hidup seseorang, begitu juga sebaliknya. dapat dipantau. Tidak diketahui secara pasti
Hal ini dapat dikaitkan dengan penelitian oleh bagaimana kondisi saat pengisian kuisioner dan
Schnell & Becker (2006) yang mengatakan apakah pengisian kuisioner benar-benar diisi
bahwa kepribadian neurotis memiliki hubungan oleh subjek. Peneliti hanya dapat mempercayai
negatif dengan self transcendence, well being dan petugas lapangan secara keseluruhan, mengingat
communality sebagai dimensi dari makna hidup. sebelumnya peneliti telah menegaskan tata cara
Hubungan negatif tersebut juga didukung oleh pengisian kepada petugas lapangan. Seharusnya
penelitian Penedo dan kawan-kawan (2002), peneliti membangun rapport dan trust kepada
bahwa ODHA (orang dengan HIV/AIDS) dengan petugas lapangan bina hati agar diperbolehkan
neurotis yang rendah cenderung memiliki kualitas untuk terjun langsung ke lapangan dan juga
hidup yang baik. melakukan pendekatan sebelumnya kepada para
Dalam penelitian Schnell & Becker (2006) subjek, sehingga subjek lebih mudah ditemui dan
dikatakan bahwa orang dengan ekstraversi mau mengisi jawaban dengan sebenar-benarnya.
memiliki hubungan langsung dengan makna
hidup. Hal tersebut dikarenakan orang dengan SIMPULAN DAN SARAN
ekstraversi yang tinggi akan cenderung memiliki
kepercayaan diri yang tinggi, pikiran luas, lebih Berdasarkan hasil penelitian serta analisis
optimis, dan memiliki subjective well-being yang data yang telah dilakukan, maka didapatkan
tinggi. Orang dengan ekstraversi juga cenderung beberapa kesimpulan yang dapat menjawab
memiliki karakter percaya diri dan memiliki pertanyaan penelitian dengan menunjukkan
pikiran yang luas, sehingga dapat terfasilitasinya penolakan atau penerimaan dari hipotesis
makna hidup (Schnell & Becker, 2006). Dalam penelitian yang telah dibuat sebelumnya. Berikut
penelitian yang lain dikatakan bahwa ekstraversi beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dalam
yang tinggi memiliki pengaruh kuat dalam makna penelitian ini.
hidup, terutama dengan dimensi afeksi (Halama, Ketika seseorang memiliki ciri kepribadian
2005). ekstraversi yang tinggi, maka makna hidup
Dalam penelitian Schnell & Becker (2006) individu tersebut juga akan tinggi. Begitu
juga dikatakan bahwa kesungguhan memiliki juga dengan ciri kepribadian kesungguhan,
hubungan yang kuat dengan makna hidup kemufakatan, dan keterbukaan, ketika masing-
secara total. Hal ini dikarekanakan orang dengan masing ciri kepribadian tersebut tinggi, maka
kesungguhan yang tinggi cenderung disiplin dan makna hidup individu tersebut juga tinggi. Hal
bertanggung jawab, sehingga lebih mudah dalam yang sebaliknya ditemukan pada ciri kepribadian
mewujudkan makna hidup (Schnell & Becker, neurotis, yaitu ketika ciri kepribadian neurotis
2006). Hal ini juga menyebabkan orang dengan tinggi, maka makna hidup individu tersebut akan
kesungguhan yang tinggi akan lebih mudah rendah. Sebaliknya jika ciri kepribadian neurotis
untuk mewujudkan self transcendence, self seseorang rendah maka makna hidupnya akan
actualization, order, well-being dan communality tinggi.
sebagai sumber makna hidup (Schnell &
Becker, 2006). Selain itu terdapat juga sumber Saran bagi penelitian selanjutnya adalah alat
makna hidup yang hanya berhubungan dengan ukur Big Five Inventory sebaiknya diperbaiki
kesungguhan tanpa berhubungan dengan faktor- reliabilitasnya. Hal tersebut bisa dilakukan
faktor kepribadian yang lain, yaitu alasan, moral, dengan mencari subjek yang lebih bervariasi,
praktis, tradisi, kesehatan dan pengetahuan. seperti penyebab HIV yang tidak hanya dari
Penelitian ini secara keseluruhan memiliki jarum suntik dan narkoba. Hal ini dikarenakan
beberapa kelemahan yang kemungkinan reliabilitas kesungguhan (conscientiousness)

Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental 45


Vol. 02 No. 1, April 2013
Hubungan antara Lima Faktor Kepribadian (The Big Five Personality) dengan Makna Hidup pada Orang dengan Human
Immunodeficiency Virus

rendah karena kondisi orang dengan HIV yang digeneralisasikan pada orang dengan HIV lainnya.
tidak biasa beradaptasi dengan pola hidupnya Untuk penelitian selanjutnya adalah pemilihan
yang baru. subjek penelitian yang dapat mewakili subjek
Pengisian kuisioner oleh subjek yang tidak yang lebih luas. Seperti memilih banyak yayasan
dipantau langsung oleh peneliti, sehingga tidak atau lembaga, agar data yang diperoleh dapat
bisa dipastikan apakah ada kecurangan dalam digeneralisasikan.
pengisian atau tidak. Oleh itu, untuk penelitian Dalam tabel tersebut dikatakan bahwa
selanjutnya, lebih baik jika dipastikan peneliti terdapat hubungan yang signifikan antara masing-
yang memberikan kuisioner kepada subjek masing dimensi pada lima faktor kepribadian
sehingga bisa memantau proses pengisian. Cara dengan makna hidup. Selain signifikansi, dapat
tersebut dapat dilakukan dengan melakukan dilihat pula arah dan kekuatan hubungan.
rapport dan membantu trust dengan petugas Hubungan yang kuat ditunjukkan pada hubungan
lapangan sehingga diperbolehkan bertemu ekstraversi dan kesungguhan dengan makna
langsung dengan subjek. Selain itu disarankan hidup. Arah hubungan negatif hanya ditemukan
juga untuk melakukan pendekatan kepada subjek pada ciri neurotis, yang mengindikasikan bahwa
sehingga subjek lebih percaya dan lebih terbuka ketika ciri neurotis tinggi, makna hidup akan
dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam semakin rendah, begitu juga sebaliknya.
kuisioner.
Keterbatasan subjek pada penelitian ini,
yaitu hanya berasal dari Yayasan Bina Hati,
sehingga data kurang variatif dan tidak dapat

46 Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental


Vol. 02 No. 1, April 2013
Arnissa Wulandari & Margaretha Rehulina

PUSTAKA ACUAN

Balthip, Q., & Purnell, M.J. (2014). Pursuing meaning and purpose in life among thai adolescents
living with HIV: A g rounded theory study. Journa l of The Ass ocia tion of Nurses in AIDS Ca re.
03, 004, 1-12
Ditjen PP & PL Kemenkes RI. (201 4). Sta tistik Kas us HIV/AIDS d i Ind onesia Dilapo r s/d September
2014. Indones ia: Author.
Dogan, T., Sapmaz, F., Tel, F.T., Sapmaz, S., & Temizel, S. (2012). Meaning in life and subjective well-being
among Turkish inoversity students. Procedia – Social and Behavo ra l Sciences 55 (201 2) 612-617.
Feist, J., & Feist, G., J. (2009). Theories o f Perso nality. New York: Mc Graw Hill.
Friedman, H.S. & Schustack, M.W. (2012). Perso nality: Class ic Theo ries and Mod ern Resea rch. Bos ton,
M A: Pearson.
Garcini, L.M., Short, M., Norwood, W.D. (2013). Affective and motivational predictors of perceived
in life among college students.The Jo urnal of Hap piness & Well-Being 2013, 1(2).
Halama, P. (2005). Relationship between meaning in life and the big five personality traits in young
adults and the elderly. Studia Psychologica, 47, 3.
Jo hn, O.P., & Srivastava, S. (19 99 ). Th e Big-Five Trait Taxon omy: History, me asu re me n t, an d The
oritic al Perspe c tive s. Barkeley, U niversity o f California.
No lte, C. (20 10). Me an in g o f Live with HIV . South Africa; N elson Mandela Met rop olitan
Univers ity.
Penedo, F.J., Gonzalez, J.S., D ahn, J .R., Anto ni, M., Malow, R., C ost a. P., & Schneiderm an, N.
(2002). Pers onality, quality o f life and HAART adherence amo ng m en and wo men living wit h
HI V/AID S. Jou rnal of Psyc hoso matic R ese arch 54 (20 03 ) 271-278.
Rek er, G.T., & C ham berlein., K . (200 0). Exp lo rin g Existe ntia l Me an in g: Op timizin g Hu man D
evelopm en t Ac ross th e Life Span . Sag e Pub licat io n.
Rek er, G.T., & Wo ng, P.T. (19 88). Aging as an Individual pro cess: Tow ard a Theory of personal
meaning. Hand book of Th eo rie s of Agin g, 21 4-1 46. N ew Yo rk: Springer.
Schnell, T., & Becker, P., (2006). Personality and meaning in life. Personality and Individual Differencess,
41 (2006) 117-129.
Weiten, W. (2011) Psychology: Themes and Viations, Briefer Version (8 th Ed). USA: Wadsworth, Cengage
Learning.

Jurnal Psikologi Klinis dan Kesehatan Mental 47


Vol. 02 No. 1, April 2013

Anda mungkin juga menyukai