Anda di halaman 1dari 8

HIV AIDS Pada Ibu Rumah Tangga

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perilaku seksual adalah segala kegiatan seksual yang dilakukan pasangan baik
heteroseksual maupun homoseksual. Perilaku seksual sendiri ada empat macam yatu kissing,
necking, petting, dan intercouse. Berbicara mengenai perilaku seksual berisiko, ada banyak
sekali dampak negatif seperti adanya KTD (Kehamilan Tidak Direncanakan) dan tertular
IMS (Infeksi Menular Seksual). Dampak tersebut terjadi ketika seseorang tidak memiliki
pengetahuan yang cukup mengenai kesehatan reproduksi. Kesehatan reproduksi, secara
singkat disebut kespro, adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh bukan hanya
bebas dari penyakit atau kecatatan, dalam segala aspek yang berhubungan dengan
sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya sehingga kespro menjadi bahasan penting ketika
kita berbicara mengenai perilaku seksual karena sering kali kespro dipahami saat seseorang
tersebut telah menjadi korban dari dampak negatif perilaku seksual yang berisiko.
Dalam bahasan kespro, ada dua poin penting yaitu mengenai kesehatan ibu dan
anak serta penanggulangan HIV AIDS. Jika ditelusuri lebih lanjut, dua hal tersebut saling
berkaitan satu sama lain. Indonesia sendiri adalah salah satu dari 20 negara yang
menyumbang penyakit HIV terbanyak dan menjadi peringkat ketiga setelah India dan Cina
dengan 46 ribu kasus HIV setiap tahunnya (Azizah, 2019). Dalam banyaknya kasus tersebut,
ada sekitar 16.844 IRT atau Ibu Rumah Tangga yang menderita HIIV AIDS. Ibu rumah
tangga ini sebagian besar tertular melalui suaminya yang “nakal”. Alasan ini yang kemudian
menjadi bahasan penting dalam Kesehatan reproduksi pada ibu dan anak karena faktanya
hubungan seksual pada orientasi seksual hetero beresiko lebih tinggi menularkan HIV
sebanyak 70% dibanding dengan kelompok orientasi seksual sesama yang hanya sekitar 7%
(Manafe, 2019). Data tersebut membawa ibu rumah tanga sebagai kelompok pertama yang
paling beresiko tertular HIV jika dibandingkan oleh pekerja seks komersial.
Jika ditelisik lebih lanjut, ibu rumah tangga menjadi kelompok yang paling rentan
tertular karena kurangnya pengetahuan mengenai Kesehatan reproduksi, kurang pengetahuan
tentang HIV AIDS, mempercayakan diri kepada suami bahwa suami tidak “jajan” sehingga
tidak memeriksakan diri secara berkala dan baru mengetahui jika pasangan sudah dinyatakan
positif HIV. Resiko lainnya, ibu rumah tangga yang hamil berisiko menularkan kepada anak.
Ada sekitar 10.642 kasus anak berusia 0-14 tahun di Indonesia yang tertular HIV dari ibunya
(Alaidrus, 2020). Kemenkes juga menyebutkan pada tahun 2020 ada sekitar 1.509 ibu hamil
yang dinyatakan positif HIV AIDS dan ada 37 bayi yang menjadi ODHA di sepanjang tahun
2020 (kemenkes, 2020). Lebih lanjut, penanggulangan kasus HIV AIDS di Indonesia masih
sangat kurag. Tercatat hanya ada sekitar 50% ODHA yang mengetahui statusnya namun
hanya 17% ODHA yang melakukan pengobatan ART (Antiretroviral Therapy). Dengan
begitu, ibu rumah tangga dan anak berpotensi menjadi kelompok rentan dalam kasus HIV
AIDS (Purba, 2020).
Lalu kenapa ibu rumah tangga menjadi kelompok paling rentan? Ada banyak
jawaban atas hal ini, salah satunya karena mempecayai suaminya “tidak jajan” sehingga tidak
menggunakan alat kontrasepsi kondom ketika berhubungan seksual dengan pasangan. Ketika
ibu rumah tangga menjadi ODHA, mereka akan memiliki banyak stigma. Stigma mengenai
pengkotak-kotakan kelompok beresiko tertular HIV dimana prioritas utama lebih ke pekerja
seks, kelompok LGBT, pemakai narkoba suntik sehingga banyak ibu rumah tangga yang
tidak terpapar info dan pengobatan HIV AIDS dengan baik. Kedua, ketika sudah menjadi
ODHA akan banyak stigma dan diskriminasi sosial seperti blaming kepada ibu rumah tangga
dalam urusan privat, dijauhi secara sosial karena takut menularkan kepada sesama dan lain
sebagainya. Selain itu, HIV juga mempengaruhi struktur otak.
METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian


3.1.1 Kajian Pustaka
Kajian Pustaka adalah penelitian analisis deskriptif yaitu mengurai data dengan
mengkaji atau meninjau secara kritis pengetahuan, gagasan, atau temuan yang terdapat di
dalam tubuh literatur berorientasi akademik (academic-oriented literature), serta merumuskan
kontribusi teoritis dan metodologisnya untuk topik tertentu, (Cooper, 2010). Tujuan
dari literature review adalah peneliti atau penulis mengetahui bagaimana risetnya akan
memberi kontribusi keilmuan pada topik atau isu yang diteliti. Tujuan ini tidak mungkin bisa
tercapai jika penulis belum pernah mengetahui apa-apa yang dibahas dalam penelitian-
penelitian di isu terkait yang pernah dilakukan sebelumnya.

3.1.2 Langkah-langkah melakukan kajian Pustaka


Dalam membuat sebuah literatur review, langkah-langkah yang harus dilakukan
yaitu:
a. Formulasikan permasalahan yang ada
b. Mencari literatur yang berkaitan dengan permasalahan
c. Mengevaluasi data-data
d. Menganalisis dan interpretasi
Untuk mereivew sebuah literatur kita bisa melakukannya dengan beberapa
cara, antara lain mencari kesamaan, mencari ketidaksamaan, memberikan pandnagan,
membandingkan, meringkas.
PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan
Judul Proses Grieving Dan Penerimaan Diri Pada Ibu Rumah Tangga Berstatus
Hiv Positif Yang Tertular Melalui Suaminya
Nama jurnal Jurnal Psikologi Udayana
Volume, halaman, Vol. 4; No. 2; Hal: 223-238; tahun 2017
tahun
Penulis Anna Yunita dan Made Diah Lestari
Reviewer Shavira Rizqi Triasih
Tanggal review 4 Mei 2021
Latar belakang Hingga tahun 2013 terdapat 35 juta ODHA di seluruh dunia. Memasuki
penelitian tahun 2010, terjadi peningkatan jumlah infeksi HIV-AIDS pada kelompok
ibu rumah tangga (Kemenkes RI, 2013). Ibu rumah tangga terjangkit HIV
dari suami yang melakukan penyimpangan sosial, baik karena seringnya
berganti-ganti pasangan seks atau penggunaan narkoba suntik. Tertular
HIV dapat menyebabkan timbulnya berbagai kesulitan yang berhubungan
dengan harga diri, isolasi sosial, dan kurangnya kesejahteraan psikologis
(Asante, 2012).
Tujuan penelitian Menjelaskan makna dari pengalaman hidup beberapa individu terkait
dengan suatu fenomena yang dialami dalam hal ini proses grieving dan
penerimaan diri.
Variabel Grieving dan Penerimaan Diri
penelitian
Metode penelitian Metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi
Subjek penelitian Ibu rumah tangga yang berstatus HIV positif yang tertular dari suaminya
Alat ukur/ Wawancara, FGD, dan observasi
instrument yang
digunakan
Hasil Proses grieving yang dilalui meliputi tahapan penolakan, kemarahan,
tawar-menawar, depresi, dan penerimaan. Terdapat dua bentuk
penerimaan, yakni penerimaan negatif dan penerimaan positif. Ketika ibu
rumah tangga mengembangkan bentuk penerimaan secara positif, akan
berlanjut menuju proses penerimaan diri yang pada akhirnya membentuk
self-compassion dan self-disclosure.
Pembahasan Satu hal yang menjadi poin penting disini adalah tahap depresi yang
dialami oleh ODHA berbeda dengan gangguan mental. Tahap depresi
yang terjadi karena minimnya dukungan sosial pada ODHA.
Penelitian ini kemudian menyarankan tiga topik yang dapat dilakukan:
1. Menyeimbangkan pola intuitif dan instrumental sehingga terjadi
keseimbangan aspek afektif, kognitif, dan perilaku melalui
keterlibatan dalam kelompok dukungan
2. mengembangkan makna penerimaan secara positif melalui sikap
mau berusaha daripada hanya sekedar menyerah atas kondisi,
3. mengembangkan aspek self-compassion dan self-disclosure
sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan psikologis

Judul Regional Brain Structural Dysmorphology in Human Immunodeficiency


Virus Infection: Effects of Acquired Immune Deficiency Syndrome,
Alcoholism, and Age (Dismorfologi Struktural Otak Regional pada Infeksi
Human Immunodeficiency Virus: Pengaruh Acquired Immune Deficiency
Syndrome, Alkoholisme, dan Usia)
Nama jurnal Society of Biological Psychiatry
Volume, halaman, No. 72; Hal: 361-370; tahun 2012
tahun
Penulis Adolf Pfefferbaum, Margaret J. Rosenbloom, Stephanie A. Sassoon,
Carol A. Kemper, Stanley Deresinski, Torsten Rohlfing, and Edith V.
Sullivan
Reviewer Shavira Rizqi Triasih
Tanggal review 4 Mei 2021
Latar belakang Infeksi human immunodeficiency virus (HIV) dan alkoholisme membawa
penelitian tanggung jawab masing-masing atas gangguan struktur otak dan fungsi
otak. Meskipun prevalensi komorbiditas HIV-alkoholisme cukup tinggi,
hanya sedikit penelitian yang meneliti potensi peningkatan beban
komorbiditas atas kedua penyakit tersebut.
Tujuan penelitian Untuk melihat kembali kontribusi penyakit HIV dan alcohol secara
biologis terhadap otak dengan menguji komorbiditas alkoholisme pada
orang yang terkena HIV secara terpisah dan bersamaan.
Variabel Otak, HIV, AIDS, Alkoholisme, dan Usia
penelitian
Metode penelitian Kuantitatif eksperimen
Subjek penelitian Kelompok eksperimen berjumlah 342 yang terdiri dari laki-laki dan
perempuan: 110 alkoholik, 59 penderita HIV, dan 65 alkoholik dan HIV.
Sedangkan 108 orang sehat sebagai kelompok kontrol.
Alat ukur/ - Rekrutmen dan Wawancara klinis digunakan untuk mengidentifikasi
instrument yang pasien
digunakan - Pembentukan grup karakteristik
- Hasil MRI
- Neuropsychological testing

Hasil Pada pengguna alcohol terjadi penyusutan volume otak terutama pada
bagian mantel kortikal, korteks cingular anterior dan insular, thalamus,
corpus callosum, dan sulkus frontal. Otak pada penderita HIV memilik
thalamus yang lebih kecil dan sulkus frontal yang lebih besar dibanding
kelompok kontrol.
Pembahasan Orang dewasa yang terinfeksi oleh HIV memiliki deficit volume pada
basal ganglia. Pada studi longitudinal penderita HIV memiliki grey matter
atau substansiea membesar sementara white matter atau sustantia alba
perlahan mulai menghilang. Sel CD4 yang memproduksi sel darah putih
yang berperan sebagai imun tubuh perlahan menghilang. Dalam penelitian
tersebut juga menyebutkan pada korteks parietal secara konsisten semakin
memburuk. Ketika HIV diperparah dengan alcohol, maka otak akan
mengalami abnormalitas yang lebih buruk.

Terlepas dari penggunaan alcohol atau tidak, pengobatan ARV juga


mempunyai efek neurotoxic pada otak sehingga berpengaruh pada white
matter dan sentrum semiovale disbanding dengan ceramide
phosphoethanolamine (enzim yang memproduksi mylien). Semakin sering
menggunakanARV (artinya semakin tua) juga mempengaruhi aktivitas
pada korteks cingulate anterior.

Judul Perilaku seksual berisiko sebagai salah satu faktor yang


Memengaruhi peningkatan kasus hiv/aids pada perempuan
Nama jurnal Jurnal Keperawatan

Volume, halaman, Vol 12; No 4; Hal 513-522, Desember 2020


tahun
Penulis Maria Syelvrida Tumina, Sri Yona

Reviewer Shavira Rizqi Triasih


Tanggal review 6 mei 2021
Latar belakang salah satu faktor yang dianggap menjadi sumber utama penyebaran
penelitian HIV/AIDS adalah perilaku seksual
berisiko terutama yang berhubungan dengan seks vaginal dan anal
yang dilakukan dengan pasangan
seksualnya. Perilaku seksual yang berisiko dapat menyebabkan
penyebaran penyakit menular seksual
termasuk HIV dan AIDS.
Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh
perilaku seksual berisiko yang dapat meningkatkan terjadinya HIV/AIDS
khususnya pada perempuan
Variabel Perilaku seksual berisiko
penelitian
Metode penelitian literature review
Subjek penelitian -
Alat ukur/ Artikel dari tahun 2015-2020
instrument yang
digunakan
Hasil Penting bagi perempuan untuk meningkatkan
self-management dan menemukan cara yang
efektif untuk mengungkapkan status HIV melalui peningkatan
Pendidikan tersedianya dukungan sosial (support system) dan mengurangi
barrier. Upaya yang dilakukan tidak hanya berfokus pada kesadaran untuk
skrining tetapi juga bagaimana mengatasi hambatan-hambatan lain yang
dapat terjadi di populasi tersebut. Adanya faktor multikultural maka
diperlukan strategi untuk mempromosikan perilaku mencari kesehatan
dan modalitas (perubahan perilaku) berbasis masyarakat

Daftar Pustaka

Alaidrus, F., 2020. Menyibak Sebab Tingginya Penularan HIV pada Ibu Rumah Tangga.
[Online]
Available at: https://tirto.id/menyibak-sebab-tingginya-penularan-hiv-pada-ibu-
rumah-tangga-eqbt
[Accessed 4 Mei 2021].
Azizah, K. N., 2019. 46 Ribu Kasus Baru Pertahun, HIV di RI Terbanyak Ke-3 di Asia
Pasifik. [Online]
Available at: https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-4816157/46-ribu-kasus-
baru-pertahun-hiv-di-ri-terbanyak-ke-3-di-asia-pasifik
[Accessed 4 Mei 2021].
Kemenkes, 2020. Laporan Perkembangan HIV AIDS dan PIMS. [Online]
Available at:
https://siha.kemkes.go.id/portal/files_upload/Laporan_Perkembangan_HIV_AIDS_da
n_PIMS_Triwulan_III_Tahun_2020.pdf
[Accessed 4 Mei 2021].
Manafe, D., 2019. Hati-hati, Kasus HIV/AIDS pada Ibu Rumah Tangga Meningkat. [Online]
Available at: https://www.beritasatu.com/kesehatan/589700/hatihati-kasus-hivaids-
pada-ibu-rumah-tangga-meningkat
[Accessed 4 Mei 2021].
Pfefferbaum, A. et al., 2012. Regional Brain Structural Dysmorphology in Human
Immunodeficiency Virus Infection: Effects of Acquired Immune Deficiency
Syndrome, Alcoholism, and Age. Society of Biological Psychiatry, Volume 72, pp.
361-370.
Purba, P. G. T., 2020. Suramnya Nasib Pengidap HIV di Tengah Pandemi COVID-19.
[Online]
Available at: https://www.dw.com/id/suramnya-nasib-pengidap-hiv-di-tengah-
pandemi-covid-19/a-54102044
[Accessed 4 Mei 2021].
Tumina, M. S. & Yon, S., 2020. Perilaku Seksual Berisiko Sebagai Salah Satu Faktor Yang
Memengaruhi Peningkatan Kasus Hiv/Aids Pada Perempuan. jurnal Keperawatan,
Volume 12, pp. 513-522.
Yunita, A. & Lestari, M. D., 2017. Proses Grieving Dan Penerimaan Diri Pada Ibu Rumah
Tangga Berstatus Hiv Positif Yang Tertular Melalui Suaminya. Jurnal Psikologi
Udayana, Volume 4, pp. 223-238.

Anda mungkin juga menyukai