Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ISU HIV dan AIDS, LGBTQ

Disusun oleh: Kelompok 3

1. Agustina Bulu
2. Ajibin Tay Njurumana
3. Aryuman Saputra Ama
4. Dewi Marleila Ndapagau
5. Evita Karunia Raja
6. Esmiralda May Nggiri
7. Firen Daud Bili
8. Febryani Ngongo
9. Frederika Aldian Bili

Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kristen Sumba (STT-GKS)

Tahun Akademik 2023


Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena penyertaan-Nya kami kelompok dapat
menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul “Isu HIV dan AIDS,LGBTQ” dengan tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah untuk memenuhi tugas dari Dosen Pdt. Dianita Aprisa
Lambataranau,Msi mata kuliah Teologi Feminis. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Isu HIV dan AIDS,LGBTQ bagi para pembaca dan juga penulis.

Kami kelompok mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pdt. Dianita Aprisa Lambataranau,Msi selaku
pengampuh mata kuliah Teologi Feminis yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami kelompok menyadari,
makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan
saran yang membangun.

Penulis Kelompok 3

Lewa, 28 Oktober 202


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persoalan HIV & AIDS di Indonesia kini sudah sampai pada tahap yang mencengangkan. Hal
tersebut didukung pula dengan meningkatnya jumlah orang dengan HIV & AIDS, yang terinfeksi
HIV (orang dengan HIV danAIDS/ODHA) yang tidak lagi hanya pada kelompok yang semula
dianggap sebagai kelompok rentan dan orang-orang yang hidup dengan HIV AIDS (ODHA) yang
artinya bukan hanya orang HIV positif, tetapi juga keluarga, pasangan, sahabat, atau pendampingnya
(bisa HIV positif atau HIV negatif).Bila pada awalnya kelompok yang beresiko tinggi HIV ialah
mereka dengan perilaku seksual tertentu, yaitu kelompok homoseksual; kelompok heteroseksual
yang berganti-ganti pasangan; pekerja seksual; dan mereka yang menggunakan jarum suntik tidak
steril, antara lain para pengguna narkoba suntik, kini HIV & AIDS jugamenginfeksi. Perempuan, istri
atau ibu rumah tangga yang setia pada suami Atau pasangannya. Jadi paparannya pun tidak lagi
hanya pada kelompok yang selama ini telah terstigma, atau yang dianggap “pantas diberi cap buruk”,
tapi juga telah merambah luas ke kelompok paling rentan, yaitu perempuan dan bayi-bayi (Arifin,
2005).

Penularan HIV & AIDS menurut (Nursalam & Kurniawati, 2007, pp. 51-53) dapat ditularkan
melalui 6 cara yaitu melalui hubungan seksual tanpa kondom dengan pengidap HIV/AIDS baik
secara vaginal, oral dan anal ; melalui proses kelahiran dan menyusui; melalui transfusi darah,
produk darah dan organ donor; pemakaian alat kesehatan yang tidak steril; alat-alat untuk menoreh
kulit; dan menggunakan jarum suntik tidak steril bergantian. Bagi Perempuan Ibu Rumah Tangga,
realitas terkena HIV & AIDS berkaitan dengan konstruksi sosial budaya masyarakat yang
menempatkan laki-laki dan perempuan dalam posisi yang tidak sama. Masih adanya ketimpangan
sosial antara relasi kuasa laki-laki terhadap perempuan,membuat kondisi perempuan ibu rumah
tangga menjadi buruk, walau terkena dari suaminya sendiri. perempuan Ibu Rumah Tangga
pengidap HIV & AIDS menjadi subyek yang dieksplorasi baik pengalaman, perasaan, pemikiran,
maupun sikapnya, sehingga diperoleh pengetahuan bagaimana HIV & AIDS dapat dijelaskan dari
sudut pandang korban (perempuan) yang berstatus Ibu Rumah Tangga.
Pembahasan tentang lesbian, gay, biseksual, dantransgender atau biasa disingkat dengan sebutan
LGBT, masih terus menjadi perdebatan di kalanganmasyarakat dunia. Di Indonesia isu LGBT
merupakan isu yang belum terselesaikan, karena masih tergolong hal yang tabu dan belum
sepenuhnya dipahami oleh masyarakatIndonesia (Santoso, 2016:221). Oleh karenanya, perilaku
LGBT dianggap sebagai perbuatan yang memberikan gangguan keseimbangan, keselarasan, dan
keserasian dalam masyarakat, serta menimbulkan kegaduhan dan ketakutan.Isu mengenai LGBT saat
ini sudah berada pada tatanan global, keberhasilanpenyebarannya dicapai melalui serangkaian
gerakan pro-LGBT yang telah ada sejak lama. Secarakeseluruhan, semakin makmur dan sekuler
suatubangsa, maka semakin besarkemungkinannya untuk merangkul hak-hak kaum LGBT.
Sebaliknya, semakin miskin dan religius suatu bangsa, maka semakin besar kemungkinannya untuk
menekan kaum LGBT. Terutama dari fakta bahwa negara itu demokratis atau tidak, meskipun hak
LGBT tidak ditemukan di semua negara yang demokratis, hak LGBT hampir tidak ada dalam negara
non-demokrasi Encarnacion(2014: 90-102).

Menurut kelompok yang pro LGBT mengklaim bahwa memilih LGBT merupakan bagian dari
hak asasi mereka. Oleh karena itu, mereka menuntut untuk dilindungi hak asasinya. Hak Asasi
Manusia (HAM) merupakan hak dasar yang secara kodrati melekat pada diri manusia, bersifat
universal dan langgeng, dan oleh karena itu, harus dilindungi, dihormati, dipertahankan, dan tak
boleh diabaikan, dikurangi, atau dirampas oleh siapapun. Sedangkan dalam perspektif psikologi,
dalam DSM III (DiagnosticandStatistic Manual of Mental Desorder), homoseksual dianggap sebagai
salah satu kelainan jiwa atau kelainan seks, oleh karenanya LGBTdianggap sebagai perilaku yang
tidak normal (Nicolosi, 2001: 71-72).1

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan HIV & AIDS

2. Apa yang dimaksdu dengan LGBTQ

1.3 Tujuan Penulis

1. Untuk mengetahui apa HIV & AIDS dan LGBTQ

1
Https://ejournal.undiksha.ac.id
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kerentanan Perempuan Terinfeksi HIV/AIDS

Berdasarkan laporan badan AIDS PBB atau UNAIDS, yang menyebutkan lebih dari 1,7 juta
perempuan di Asia hidup dengan HIV positif, dan 90%-nya tertular dari suami atau pasangan seksual.
Perempuan yang rentan tertular adalah ibu-ibu rumah tangga. Faktor-faktor lainnya yang
ikutmempengaruhi terjangkitnya perempuan ibu rumah tangga terhadap HIV/AIDS adalah adanya
potensi kekerasan seksual terhadap perempuan, khususnya dalam rumah tangga yang memiliki peluang
terkena infeksi menular seksual (IMS) termasuk HIV/ AIDS.Secara khusus terdapat tiga faktor yang
menyebabkan perempuan mengalami kekerasan seksual rentan terinfeksi HIV/AIDS:
a) Faktor Biologis.
Struktur di dalam vagina yang terdapat banyak lipatan membuat permukaannya menjadi luas dan
dinding vagina sendiri memiliki lapisan tipis yang mudah terluka. Anatomi ini memudahkan air
mani bertahan lebih lama dalam rongga vagina bila terjadi infeksi, sehingga air mani yang terinfeksi
dapat segera menulari perempuan tersebut. Ini akan terjadi pada kasus perkosaan yang menyebabkan
luka sehingga kemungkinan terinfeksi bisa dua hingga empat kali lebih besar.
b) Faktor Sosial Kultural
Perempuan sukar menolak hubungan seksual dengan pasangannya karena perempuan tidak memiliki
kekuasaan untuk menyarankan penggunaan kondom dalam hubungan seksual. Faktor tabu
membicarakan seks, kesehatan reproduksi, dan informasi lain membuat perempuan sulit
membicarakan masalah seks dengan pasangannya. Akibat lebih lanjut, perempuan sulit melakukan
tindakan cepat untuk mengakses pengobatan bagi penyakit seksual yang sudah dideritanya.
c) Faktor Ekonomi
Perempuan umumnya sangat tergantung secara ekonomi kepada laki-laki. Ini menyebabkan
perempuan tidak memiliki posisi tawar menolak hubungan seksual dengan pasangannya.
 Perempuan dan Keterbatasan Informasi Mengenai Hak Reproduksi dan Seksual
Perempuan Ibu Rumah Tangga mempunyai keterbatasan akses mengenai informasi HIV &
AIDS serta ketidaksetaraan dan ketidakadilan gender menyebabkan adanya relasi yang tidak
seimbang antara suami dan istri, sehingga perempuan tidak bisa menolak atau tidak bisa meminta
suaminya menggunakan kondom ketika memaksakan hubungan seksual tidak aman.
Hak adalah kewenangan yang melekat pada diri untuk melakukan atau tidak melakukan,
memperoleh atau tidak memperoleh sesuatu. Sehat adalah tidak hanya berkaitan ketidaknyamanan
fisik, tetapi juga mental dan sosial. Ketiga aspek ini saling berhubungan satu sama lainnya dan
saling mempengaruhi, yang dapat membuat seseorang sakit atau sehat. Reproduksi adalah
menghasilkan kembali atau kemampuan perempuan untuk menghasilkan keturunan secara berulang.
Dari definisi di atas maka makna hak kesehatan reproduksi menjadi serangkaian kata yang memiliki
visi, misi dan program, bahwa hak dan kesehatan reproduksi menjadi dua konsep yang tidak terbatas
pada persoalan medis organ reproduksi saja.

2.1 AIDS

 Landasan Teologis

Iman kristen mengakui bahwa Allah adalah pencipta kehidupan. Segala sesuatu yang diciptakan
adalah milik Allah (Kej. 1 dan 2).Tujuan penciptaan sendiri ialah untuk kemuliaan Allah dan
kesejahteraan seluruh ciptaan termasuk manusia. Oleh sebab itu manusia memiliki posisi yang sama,
sederajat dengan manusia lain, sebagai sama-sama ciptaan. Sebagaimana manusia adalah gambar atau
citra Allah yang istimewa memilki harkat dan martabat yang terhormat. Dengan demikian manusia tidak
boleh diperlakukan semena-mena oleh manusia lain sebab mereka adalah ciptaan yang sangat baik.

 Isu-isu Teologis seputar HIV/AIDS:

Diskriminasi dan stigmatisasi; Dalam PL dan PB tidak ada pembedaan antara manusia yang satu
dengan manusia lainnya(Yak. 2:1 dan Roma 2:11). Dijelaskan bahwa Allah berbelas kasihan terhadap
semua manusia baik yang terluka dan tidak. Dengan demikian tidak diperkenankan jika ada diskriminasi
dan stigmatisasi terhadap mereka yang terdampak HIV.

HIV dan AIDS: Kutuk dan Dosa; Banyak orang memahami bahwa adanya penyakit HIV dan AIDS
disebabkan oleh perbuatan dosa. Tetapi kenyataannya bahwa penyakit HIV dan AIDS dapat terjadi
bukan karena akibat dosa. Tetapi menular melalui penggunaan jarum suntik yang sama darah dan lain
sebagainya. Oleh karena itu, untuk menghindari penularan penyakit ini, diperlukan pendidikan seks
sejak dini mungkin terhadap anak dan remaja. Pendidikan yang diberikan juga merupakan panggilan
gereja dalam mempersiapkan generasi masa depan. Dengan demikian gereja dapat membekali anak dan
remaja dengan pengetahuan kesiapan reproduksi sejak awal.

KESEHATAN DAN PEMULIHAN DALAM TINJAUAN TEOLOGIS

 Tanggung Jawab Gereja dalam kesehatan


Kehadiran Yesus di dalam dunia ini memberikan banyak keteladanan melalui
pelayananNya yang holistik dan Universal. Pelayanan Yesus yang berfokus pada mengajar
dan menyembuhkan merupakan salah satu dasar keterpanggilan dan kepedulian gereja pada
bidang kesehatan. Dalam PL, Allah juga memilki peran untuk menyembuhkan (Kel. 15:26).
Allah dikenal sebagai Tuhan yang mengasihi manusia sehingga Ia ingin melihat manusia
berada dalam kesejahteraan dan bebas dari penyakit.
 Allah memanggil manusia untuk turut serta dalam misi keilahiannya
Pelayanan Gereja tidak saja sebatas berbicara di atas mimbar, tetapi mewujudnyatakan
dalam pelayanan yang sesungguhnya dengan melihat dan memeperhatikan mereka yang
terpinggirkan, terabaikan, tidak berdaya dan lain sebagainya. Melalui pelayanan Yesus
Kristus telah memberikan contoh untuk menjadi gereja yang mampu membebaskan, dan
menyembuhkan orang-orang yang membutuhkan.
Salah satunya ialah Perempuan yang sakit pendarahan yang disembuhkan oleh Yesus
Kristus.

 Apa itu HIV?

Human: menginfeksi manusia saja. Immuodeficiency: merusak kekebalan tubuh Virus: virus ini
merupakan retrovirus yang merubah diri dari RNA ke DNA manusia dan merusak sistem kekebalan tubuh-
sel darah putih (antibody-sel CD4). Jadi. HIV adalah virus yang menyerang system kekebalan tubuh
manusia. sehingga tubuh tidak dapat mempertahankan diri dari berbagai infeksi yang menyerangnya.

Ada 2 jenis HIV yang dikenal, yaitu HIV 1 virus yang paling banyak ditemukan di seluruh dunia dan
merupakan virus yang mudah menular dan lebih ganas (pathogenic). HIIV 2 virus yang lebih banyak
ditemukan di Afrika Barat. Angola dan Mozambique, dan tidak terlalu ganas dan tidak terlalu mudah
menular.

 Apa itu AIDS?

Acquired: ditularkan dari seseorang ke orang lain, tidak diturunkan Immune: sistem kekebalan tubuh
Deficiency: kekurangan. Jadi, AIDS adalah kumpulan gejala penyakit pada seseorang akibat rusaknya
kekebalan tubuh akibat serangan HIV yang didapat/tertular dari orang lain.

 Asal-usul HIV

Tidak diketahui pasti darimana dan kapan munculnya. Darah tertua yang terinfeksi HIV di Amerika,
tahun 1969 Di Afrika, darah yg positif HIV, tahun 1959 Akhir 1970-an, diperkirakan HIV sudah
berkembang dan meluas di daerah Sub Sahara Afrika Disepakati, kasus AIDS pertama adalah laporan
Gottliebdkk di Los Angeles (5 Juni 1981)

 Makna ‘Pita Merah’ Peduli AIDS:

Merah: warna hati lambang CINTA KASIH simbol kepedulian terhadap STH (Saudara/sahabat
yang terinfeksi HIV)

Merah: warna darah lambang kesakitan & duka karena kematian banyak orang
Merah: adalah simbol kemarahan the stigma & diskriminasi

Merah: mengingatkan semua pihak agar peduli HIV & AIDS sebagai masalah bersama.

Penularan HIV sangat mengkhawatirkan terutama di Indonesia karena perilaku berisiko tinggi.
Diperkirakan lebih dari 300 ribu orang telah terinfeksi terutama melalui hubungan seks dan penggunaan
narkoba suntik secara bergantian. Dan penggunaan peralatan medis yang terkontaminasi darah positif
HIV. Juga semakin banyak ibu rumah tangga dan anak yang lahir dari ibu positif terifeksi HIV.
Sementara itu, masih banyak mitos berkembang seputar HIV & AIDS, masih banyak stigma dan
diskriminasi dialami oleh mereka yang terifeksi HIV dan AIDS atau yang terdampak HIV & AIDS 30.

Mitos dan fakta mengenai HIV & AIDS: Mitos HIV menular melalui nyamuk

Fakta HIV dari definisinya adalah vinas yang hidup di dalam tubuh manusia, jodi tidak menular
melalui hewan atau binatang. Misalnya, ketika nyamuk menggigit orang yang positif HIV virus itu akan
mati di dalam lambung si nyamuk. Binatang memiliki virus seperu HIV sendiri, seperti FIV
FeliceImmuno-deficiencyVirusi

Mitos: HIV menular melalui keringat atau air ludah dan udara

Fakta: virus yang terkandung di dalam keringa atau Judah sangat sedikit sekali sehingga tidak
mampu untuk menularkan Jadi, orang yang hidup dengan HIV/AIDS tidak perlu dijuhi

Mitos: orang yang hidup dengan HIV/AIDS bi sembuh jika berhubungan seks dengan perawan fakta:
berhubungan seks dengan perawan adalah justru cara penularan yang paling tinggi, karena vagina mudah
robek

 Mitos : Kenapa Perempuan?

- Sekitar 18 juta orang dengan HIV di dunia adalah perempuan


- Sekitar 50% STH di Papua adalah bu Rumah Tangga
- Taki-laki memegang peran penting dalam proses penularan→ Harus dilakukan intervensi yang intens
untuk menjangkau laki-laki.

Jangan menyebutkan: penderita HIV/AIDS’, karena orang yang terinfeksi HIV belum tentu menderita.
Marilah sekarang kita menyebutkan: Sahabat atau Saudara yang terinfeksi HIV singkatannya STH). Kata
sahabat atau saudara menegaskan bahwa sekat-sekat stigmatisasi dan diskriminatif kita hapuskan. Lebih baik
menyebutkan HIV dan AIDS, untuk membedakan kepada audience bahwa HIV dan AIDS itu berbeda.

Apa yang perlu dan dapat dilakukan Gereja? Melakukan KIE (Komunikasi, Informasi &Edukasik o
Pendidikan Kespro untuk Ortu& Anak. Kaum muda o Pelatihan Pendidik Sebaya o Pelatihan Komunikasi
Perubahan Perilaku o Menangani kelompok berperilaku “RISTI” Konseling. Tes & Perawatan Gunakan
potensi/media milik gereja: mimbar, masukkan dalam kurikulum pembinaan Katekisasi. Sekolah Minggu.
Pembinaan Pemuda. Kaum Perempuan & Kaum Bapak. Pastoral Pernikahan, dll. Kurangi/hapus/hindari
stigma &diskriminasi.Kemiskinan sangat berpengaruh terhadap penyebaran HIV. Karena deraan
kemiskinan, banyak orang terpaksa melakukan pekerjun berisiko misalnya menjadi pekerja seks, menjual
dan mengkonsumsi narkoba. Karena kemiskinan pula, maka banyak perempuan menjadi korban trafficking
(perdagangan orang) dan jatuh kedalam pelacuran. Hal ini makin diperparah oleh ketidakadilan gender
dimana lagi-lagi perempuan yang menjadi korban, baik perempuan dewasa maupun remaja perempuan.
Ketidak-adilan gender dan budaya patriakal menganggap perempuan sebagai asset’ yang dapat
diperdagangkan.

Karena kemiskinan pula, menyebabkan orang lebih mementingkan apa yang akan dimakan hari ini’
ketimbang memikirkan faktor risiko terinfeksi IMS maupun HIV. Mereka lebih mengkuatirkan kematian’
hari ini karena tidak makan, dan mengabaikan kematian yang masih lama karena terinfeksi HIV. Apalagi
AIDS telah menjadi penyakit yang sudah dapat dikendalikan dengan berbagai kemajuan dalam pengobatan
misalnya dengan adanya Anti RetroviralTheraphy. Hal-hal tersebut diatas juga menyebabkan kerentanan
perempuan terhadap HIV menjadi 4 kali lebih besar. Banyak pula perempuan tidak bersalah yang tinggal di
rumah dan berperilaku tidak berisiko menjadi terinfeksi karena perilaku suaminya di luar rumah yang
berisiko tinggi. Juga berakibat pada anak yang dilahirkan terinfeksi dari ibunya. Oleh karena itu, diperlukan
langkah- langkah khusus untuk menjangkau laki-laki dengan informasi mengenai HIV & AIDS serta IMS
dan melakukan perubahan perilaku. Masalah HIV & AIDS adalah masalah yang sensitif dan terkait dengan
banyak aspek dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu diperlukan kerjasama/jejaring untuk mengatasinya.

Pendampingan STH (sahabat atau saudara terinfeksi HIV)

Pastoral konseling adalah suatu proses pelayanan bantuan dan dukungan yang diberikan gereja melalui
pendeta atau orang awam yang terlatih guna menolong orang lain yang berada dalam situasi sulit dalam
upaya menemukan alternatif terbaik dan mengambil kesimpulan terbaik bagi dirinya sendiri. Mereka yang
membutuhkan pastoral berupaya untuk mendiskusikan mengenai permasalahan yang mereka hadapi dalam
perspektif spiritual. Mereka membutuhkan penerimaan, dimengerti secara teologis, mendapat penghiburan
untuk mendengarkan masalah-masalah yang mereka alami. Contoh yang terkait dengan kehidupan dan
kematian, kesalahan dan maaf, dosa dan penebusan.

Menjadi seorang konselor HIV & AIDS perlu untuk tidak menghakimi bias, diskriminatif atau
menstigma orang lain. Yang diperlukan adalah adanya penerimaan sebagaimana Kristus juga telah menerima
kita. Pastoral konseling adalah tempat bagi mereka yang menderita dan membutuhkan penghiburan,
pengharapan, cinta, dan kehormatan. Harus sensitif dan bijaksana. tidak menanyakan hal-hal yang hanya
sekedar ingin tahu. Juga menjaga kerahasiaan merupakan hal yang penting agar tidak menimbulkan stigma
atau diskriminasi.

PERAWATAN STH (saudara yang terinfeksi HIV) berbasis rumah


Langkah yang perlu dilakukan yaitu menjelaskan tentang HIV dan AIDS merupakan dua hal yang
berbeda HIV atau Human ImmunodeficiencyVirus) hak adalah virus yang menyebabkan menurunnya
kekebalan tubuh manusia yang suatu saat bila kekebalan tubuh sangat rendah akan menimbulkan berbagai
penyakit dan infeksi. Keadaan itu muncul karena AIDS (AcquiredImmunodeficiencySyndrome).
Penanganan harus dilakukan di rumah sakit atau puskesmas yang mampu melaksanakan perawatan atau
penanganan HIV AIDS. Meskipun hingga saat ini belum ada obat yang mampu membunuh virus ini secara
tuntas namun saat ini kita mampu menurunkan jumlah virus di dalam darah sampai serendah mungkin
sehingga kekebalan tubuh relatif membaik dan gejala AIDS tidak lagi muncul atau berkurang.

Pelayanan pastoral yang dilakukan bagi orang HIV AIDS berbasis rumah perlu untuk menjelaskan
mengenai bagaimana mempersiapkan mental dan sikap anggota keluarga dan juga perlu pemahaman anggota
keluarga dalam hal beberapa tanda atau gejala yang terkait dengan infeksi yang terjadi. Juga memberikan
kesempatan kepada peserta untuk berdiskusi singkat.

Advokasi merupakan salah satu bentuk komunikasi persuasif, yang bertujuan untuk mempengaruhi
pemangku kepentingan dalam pengambilan kebijakan atau keputusan.

Berikut ada beberapa pengertian dari advokasi yakni;

a. Advokasi merupakan tindakan untuk memengaruhi atau mendukung sesuatu, atau seseorang
atau kelompok yang berkaitan dengan kebijakan publik seperti regulasi dan kebijakan
pemerintah.

b. Advokasi juga merupakan strategi untuk memengaruhi para pengambil keputusan


khususnya pada saat mereka menempatkan peraturan, mengatur sumber daya, mengambil
keputusan-keputusan yang berkaitan dengan masyarakat.

c. Mengadvokasikan persoalan HIV/AIDS menyuarakan kepedulian kepada masyarakat atau


keluarga agar mereka hidup layak dan wajar serta memiliki kesempatan dan harapan masa
depan.

d. Untuk mencapai tujuan yang diinginkan maka berbagai bentuk kegiatan advokasi dilakukan
sebagai upaya untuk memperkuat tawar (barrgaining position)

Seperti menyadarkam masyarakat, pengorganisasian, dan penguatan kelompok, pembelaan hak-hak dan
kepentingan korban. Karena yang pada hakikatnya Advokasi suatu pembelaan terhadap hak dan
kepentingan publik bukan kepentingan pribadi.

Pentingnya advokasi;

 pertama karena, mengingatkan negara dan pemerintah untuk selalu konsisten dan bertanggung jawab.

 Kedua menyuarakan kepentingan dan kepedulian terhadap lingkungan masyarakat dan keluarga.
Prinsip-prisip advokasi;

1. Harus dapat menghindari terjadinya peningkatan dampak buruk berupa peningkatan prevalensi
HIV AIDS.

2. Dapat mengemukam bukti berdasarkan hasil penelitian efektivitas terhadap pencegahan HIV
AIDS.

3. Ditunjukkan pada berbagai sektor dan tokoh-tokoh yang ada di masyarakat, harus dilaksanakan
sesegera dan seluas mungkin dengan tetap memperhatikan konteks sosial, politik dan
kemampuan pendanaan.

4. Mampuh mengangkat isu baru dan memberikan respon terhadap institusi media dan yang
lainnya dalam menanggapi HIV AIDS.

Sasaran advokasi

 Pembuat kebijakan pemerintah atau parlamen

 Politisi, birokrat termasuk para menteri yang bertanggung jawab untuk depertemen yang menangani
masalah HIV AIDS.

 Masyarakat sekitar dan anggota keluarga. Pimpinan informasi masyarakat seperti tokoh-tokoh
masyarakat baik tingkat lokal atau tingkat nasional.

 Para dokter petugas kesehatan lainnya khususnya yang tidak memiliki pengalaman Dan pengetahuan
yang cukup.

 Dosen, guru dan komite sekolah

 Oranga-orang yang terlibat dalam masyarakat

 Para pimpinan berbagai agama dan organisasi keagamaan.

 LSM lokal, nasional dan internasional yang bergerak dalam bidang kesehatan. Penegakan hukum HIV
AIDS.

Peran gereja

Gereja memiliki peran dalam penanganan HIV AIDS menyuarakan atau memberdayakan masyarakat.
Dalam pelayanan pada umumnya memiliki pelayanan khusus dibidang kesehatan. Lembaga gereja bukanlah
suatu lembaga yang eksklusif dan hidup untuk dirinya sendiri, oleh karena itu kerjasama dengan lembaga
yang lain sangat dibutuhkan untuk memaksimalkan daya upaya, jangkauan pelayanan, dan dukungan
sumberdaya saya manusia untuk itu harus adany kerja sama untuk menanggulangi HIV AIDS. Oleh kerena
itu gereja adalah penyembuh mengambil peran yang tidk sedikit dalam memberikan informasi
pendampingan bagi yang terinfeksi HIV AIDS. Baik di rumah ataupun di rumah sakit.
2.2 LGBTQ
1. LGBT dalam perspektif historis
Homoseksualitas sudah sering ditemukan dalam praktik homoseksual yang ditemukan dalam
masyarakat di barat maupun di timur. Salah satu homoseksual tertua adalah pederasti yang merupakan
transliterasi dari kata Inggris pedersty atau paederasty yaitu hubungan erotis secara homoseksual antara
seorang laki-laki dewasa dengan anak remaja laki-laki. Kata ini berasal dari kata Yunani paiderastia
yang berarti”mencintai anak laki-laki (love of boys)”. Kata pedersty merupakan gabungan dua kata
Yunani yaitu pais yang berarti anak laki-laki dan erastes yang berarti pecinta (Lover). Dalam budaya
orang Yunani pederasti berkembang menjadi suatu budaya homoseksual yang tampak dalam kegiatan
atletik dan seni nudistik, penundaan perkawinan kaum aristokrat, dan pengasingan terhadap kaum
perempuan.
Istilah LGBT dipopulerkan pada tahun 1990-an dan diadaptasi dari akronim LGB yang
digunakan mengganti kata gay yang dipakai untuk menyebut komunitas LGBT pada pertengahan tahun
1980-an. Para aktivis pada saat itu yakin bahwa terminologi gay tidak cukup untuk mewakili semua
orang yang disebut sebagai LGBT. Maka akronim LGB dan LGBT digunakan untuk mengganti kata
Gay. Penggunaan kata gay menuju kepada kelompok homoseksual khusus yaitu homoseksual laki-laki.
Kata gay berasal dari bahasa Jerman dan Perancis kuno, gai artinya sukacita dan bebas dari kuatir serta
tampil cerah. Namun pada abad ke-12 kata gai masuk dalam bahasa Inggris yang memiliki arti gembira
atau meriah. Itu merupakan arti pertama dalam kamus bahasa Inggris modern.. gay sebagai homoseksual
menjadi arti yang paling terakhir. Itu artinya bahwa gay sudah mengalami pergeseran makna yang di
mana gay digunakan sebagai ejekan untuk mereka yang melakukan hubungan seksual secara tidak tertib
dan untuk mengejek mereka yang berperilaku seperti perempuan.
Istilah lesbian digunakan untuk menyebut secara khusus perempuan homoseksual. Kata lesbian
berasal dari nama sebuah pulau di zaman Yunani kuno yaitu pulau Lesbos. Konon di pulau itu pernah
ada sebuah asrama putri yang dipimpin oleh Sappho, seorang penyair. Yang di mana ia jatuh cinta pada
salah satu muridnya dan perasaan itu dituangkannya melalui syair itulah yang kemudian disebut lesbian
dari kata Lesbos. Kata lesbi yang digunakan secara umum untuk hubungan asmara antara dua orang
perempuan. Jadi lesbian hanya digunakan untuk homoseksual perempuan.
Homoseksual berasal dari dua kata Yunani dan latin, “homo” dan “seksual”. Homoios artinya
sama atau serupa dan kata seks berarti pembedaan laki-laki dan perempuan, sehingga homoseksualitas
berarti rasa identitas seseorang berdasarkan ketertarikan itu, perilaku yang terkait dan keanggotaan
dalam sebuah komunitas yang berbagi perasaan-perasaan itu. Homoseksual berarti hubungan seksual
antara dua orang yang sama jenisnya kelaminnya. Istilah homoseksual pertama kali muncul tahun 1869
dalam tulisan berbahasa Jerman dari seorang dokter Hungaria yang bernama Karoli Maria Kertbeny.
2. LGBT dalam perspektif biblis-teologis
Isu homoseksual disinggung hanya sedikit dalam Alkitab baik perjanjian lama ataupun perjanjian
baru baik yang hanya menyerempet maupun yang menyebut secara eksplisit praktik yang dikategorikan
homoseksual. Seringkali isu homoseksual lebih terkait dengan isu moral maka orang cenderung
menafsir terhadap isu homoseksual sebagai sebuah isu moral terkait dengan larangan dan juga kutukan.
Dengan demikian pendekatan satu-satunya yang dilakukan yaitu memahami isu homoseksual dengan
pendekatan perilaku manusia yang cenderung mengabaikan kemanusiaan secara keseluruhan. Samuel
Wells dan Ben Quash menegaskan bahwa penggunaan teks-teks Alkitab mengenai isu homoseksual
harus memperhatikan konteks ruang dan sejarah. Karena isu homoseksual tidak bisa dilihat dari ayat-
ayat yang menyinggung isu tersebut melainkan harus memperhatikan isi Alkitab secara keseluruhan dan
menyuruh tisu tersebut dari sudut pandang karya Allah dan hubungannya dengan manusia sebagai
makhluk ciptaan dan yang dikasihi-Nya.
Teks tentang perkawinan dikutip dari kejadian 2 ayat 24 “sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan
ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging”. Dari teks
tersebut muncul rumusan berikut yaitu yang bisa menikah hanya laki-laki dan perempuan. Contoh
lainnya yaitu dari kejadian 1 ayat 28 “beranak cuculah dan bertambah banyak...” teks ini
menggambarkan bahwa hanya satu tujuan pernikahan yaitu beranak cucu. Demikian halnya dengan
hubungan seksual hanya bertujuan untuk beranak cucu. Salah satu yang mencakup larangan terhadap
hubungan sejenis terdapat dalalm Imamat 18:22;20:13. Alasannya karena praktik tersebut tidak
mungkin menghasilkan keturunan. Bagi orang Yahudi, menikah untuk melahirkan keturunan adalah
suatu kewajiban sesuai dengan mandat penciptaan. Menurut Jack Rogers ada 8 teks Alkitab yang
menyasar isu homoseksual: Imamat 18:22 dan 20:13, Kejadian 19:1-29, Hakim-hakim 19:1-30, Roma
1:26-27, 1 Korintus 6:9, 1 Timotius 1:10, Yudas 5-7.
Mengenai Imamat 18:22 itu merupakan praktik tidur bersama laki-laki yang lazim dilakukan dalam ritus
pelacuran bukti dalam agama orang Kanaan, bukan praktik homoseksual seperti yang dipahami pada
masa kini.
Lalu pada Roma 1:18-23 diperhadapkan pada kondisi keberdosaan manusia. Di mana semua tindakan
kejahatan manusia menimbulkan murka Allah. Perilaku homoseksual disebut sebagai salah satu contoh
ketidakwajaran itu tetapi yang sama buruknya dengan tindakan lainnya dari manusia berdosa yaitu
kelaliman, kejahatan, keserakahan, kebusukan kebencian, pembunuhan, perselisihan, tipu muslihat dan
seterusnya sebagaimana tercatat dalam ayat 28-31. Praktik homoseksual dilihat sebagai salah satu
bentuk kejahatan yang dilakukan manusia berdosa yang cenderung melawan Tuhan sehingga mereka
jatuh ke dalam berbagai-bagai perbuatan kejahatan melawan Allah. Dalam hal ini homoseksualitas
dapat disebut sebagai kejahatan yang setara buruknya dengan kejahatan lain dalam konteks keberdosaan
manusia yang karenanya memerlukan penebusan dari Kristus. Homoseksual dan heteroseksual sama-
sama orang berdosa yang perlu terus memperbaiki dirinya melalui iman kepada Yesus Kristus.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Banyak orang Kristen tidak menyetujui perilaku homoseks dan HIV dan AIDS. Mereka membenci,
mengolok-olok dan memandang para homoseksual dan HIV sebagai orang-orang yang paling berdosa, bahkan
mengutuki mereka sebagai calon penghuni neraka. Gereja harus mengasihi sesama (termasuk kaum
homoseksual dan HIV), dan bukan justru membuat mereka merasa ditolak oleh gereja. Hal tersebut akan
semakin menjauhkan mereka dari kesempatan untuk mendengar berita indah tentang anugerah dan rahmat
Tuhan Yesus Kristus, yang datang untuk menyelamatkan mereka juga. Bukankah firman Tuhan berkata:
Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa (1 Timotius 1:15)? Sebagai orang Kristen,
kita harus bersikap kritis terhadap roh-roh dan ajaran-ajaran dunia yang menyesatkan. Kita juga harus
mengasihi orang yang berdosa tapi tidak boleh toleran terhadap dosa.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai