Anda di halaman 1dari 7

KAJIAN KOMPARASI PUSTAKA PUBLIKASI

PENELITIAN PERILAKU BERESIKO HIV/AIDS

Judul Dimensi Budaya Dan Penyebaran Perilaku Lgbt Pemanfaatan Voluntary Counseling
Penelitian
Penyakit HIV/AIDS Di Perkumpulan Dalam Tinjauan Sosial And Testing Oleh Ibu Rumah Tangga
Tentang Fakta
Sosial / Kasih Rakyat Terinfeksi Human Immunodeficiency
Fenomena Virus

Website https://www.neliti.com/id/publications/ https://core.ac.uk/download/pdf/ https://journal.unnes.ac.id/nju/


156752/dimensi-budaya-dan-penyebaran- 327217663.pdf index.php/kemas/article/view/3912
penyakit-hivaids-di-perkumpulan-kasih-
rakyat
Tahun 2015 2017 2016
Penulis Lydia Melissa Bukit1 , Drs. Muba Gunawan Saleh, Yeni Tasa, Ina Debora Ratu Ludji, Rafael
Simanihuruk, M. Si Muhammad Arif Paun
Reviewer Fachrul Shidiq Fachrul Shidiq Fachrul Shidiq
Responden ODHA Laki-Laki Dan Perempuan Warga Ahli Psikologi, 1)Ibu Rumah Tangga Yang Berdomisili Di
Karo, Ketua Perkumpulan Kasih Rakyat, Ahli Pranata hukum, Kabupaten Belu
Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Medan, Sosiolog/Tokoh (2) Ibu Rumah Tangga Yang Telah
Dan Tokoh Adat Karo Didiagnosis Menderita HIV/AIDS Secara
Medis Di Klinik VCT
Lokasi Perkumpulan Kasih Rakyat, yang ada di Kota Pekanbaru Kabupaten Belu, NTT
Penelitian Medan, Sumatera Utara
Tujuan Untuk mengeksplorasi dimensi budaya 1)Menguraikan secara jelas tentang Untuk menganalisis hubungan faktor
Penulisan Karo yang mempengaruhi perilaku seksual perilaku LGBT dalam tinjauan sosial umur, tingkat pendidikan, persepsi
Penelitian dalam penyebaran penyakit HIV/AIDS. terhadap penyakit, persepsi tentang
1. Secara teoritis: Hasil penelitian ini 2)Mendeskripsikan dan menganalisa pelayanan kesehatan dan persepsi stigma
diharapkan dapat memberikan informasi, sudut pandang HAM dan Psikiater diri sendiri pada ibu rumah tangga
KAJIAN KOMPARASI PUSTAKA PUBLIKASI
PENELITIAN PERILAKU BERESIKO HIV/AIDS

pemahaman, serta sumbangan bagi terkait Perilaku LGBT terinfeksi HIV/AIDS dengan pemanfaatan
mahasiswa khususnya mahasiswa sosiologi VCT
maupun masyarakat luas, dalam
meningkatkan wawasan tentang bahayanya 3) Mengungkapkan dan menganalisa
virus HIV/AIDS dan dapat memberikan dampak dari melegalkan LGBT bagi
kontribusi bagi perkembangan ilmu peradaban masyarakat
pengetahuan khususnya di bidang Sosiologi
Kesehatan.
2. Secara praktis: hasil penelitian ini dapat
memberikan manfaat pada masyarakat
serta pemerintah daerah di Kabupaten
Karo secara khusus untuk melakukan
programprogram yang lebih khusus dan
nantinya dapat mengurangi penyebaran
penderita HIV/AIDS di daerah tanah Karo.
Latar Belakang Kabupaten Karo merupakan daerah yang Hak Asasi Manusia (HAM) kini menjadi Faktor risiko penularan HIV/AIDS di
masyarakatnya masih memegang erat adat pintu atau celah bagi orang untuk Indonesia adalah heteroseksual (86,4%),
istiadat serta sudah mempercayai agama menyuarakan diri dan kelompoknya homoseksual (4,8%), pengguna narkoba
yang mereka anut sebagai pedoman hidup akan suatu kebebasan. Hal ini lah yang suntik (2,6%), dan transmisi perinatal
mereka serta memiliki normanorma dan menjadi perdebatan yang kian (3,6%). Berdasarkan data dari Komisi
sanksi sosial di masyarakat, ternyata tidak mengembang dan tiada berujung. Penanggulangan AIDS Kabupaten Belu
menjamin penduduk dari Kabupaten Karo Seperti halnya baru-baru ini adanya tentang distribusi kelompok umur,
tersebut terhindar dari penyebaran virus sekelompok kaum LGBT (Lesbian, Gay, memperlihatkan bahwa prosentase
HIV. Biseksual dan Transgender) yang terbesar kasus HIV/AIDS di Kabupaten
Asumsi awal ada kebudayaan Karo tertentu berusaha mencari payung hukum atau Belu berada pada usia produktif dan aktif
yang ternyata dapat mempengaruhi jaminan negara kepada mereka secara seksual yaitu usia 20-29 tahun
perilaku seksual masyarakat Karo yang agartidak didiskrimasni orang lain (35%) dan umur 30-39 tahun (33%),
dapat menyebabkan penyebaran penyakit melalui Komisi Nasional Hak Aasi walupun demikian juga dijumpai kasus
KAJIAN KOMPARASI PUSTAKA PUBLIKASI
PENELITIAN PERILAKU BERESIKO HIV/AIDS

HIV/AIDS ini. Seperti budaya Patriarkat, Manusia (Komnasham). HIV/AIDS pada kelompok usia balita
dimana laki-laki masih memegang Dampak negatif dari fenomena LGBT
sebesar 4 %. Hal ini memperlihatkan
kekuasaan yang dominan terhadap tidak hanya ditinjau dari sisi kesehatan
bahwa HIV telah menyerang anggota
perempuan sehingga membuat perempuan seperti terkena penyakit HIV/AIDS atau
keluarga. Ibu rumah tangga dengan
tidak dapat berpendapat dan memiliki pribadi seseorang saja, bahkan juga
HIV/AIDS yang ditemukan 90 orang
ruang gerak yangg bebas. Selain itu budaya mengikis dan menggugat keharmonisan
berdomisili di Kabupaten Belu.
rebu, yang merupakan pantangan, tidak hidup bermasyarakat. Pemerintah Kabupaten Belu telah
dibenarkan melakukan sesuatu menurut Di Indonesia, gerakan kampanye
mengeluarkan berbagai kebijakan dalam
adat karo (Bangun, 1986), sehingga dapat menuntut legalitas LGBT juga marak dan
menangani kasus HIV/AIDS, yaitu
menimbulkan jarak dalam keluarga yang mendapatkan dukungan penting dari
pembentukan Komisi Penanggulangan
dapat berdampak minimnya pencegahan akademisi dan pegiat feminisme.
AIDS Kabupaten (KPAK) Belu, antara lain
penyakit HIV/AIDS itu sendiri. Mereka bergerak dari ranah politik
Peraturan Daerah tentang Pencegahan
hingga teologi. Di bidang politik, usaha
dan Penanggulangan HIV dan AIDS di
ini diwujudkan dengan mengupayakan
Kabupaten Belu, serta pembentukan
lolosnya undang-undang yang
klinik Voluntary Counseling and Testing
memberikan celah bagi legalisasi
(VCT) di RS dan puskesmas. Pelatihan bagi
pernikahan sesama jenis. tenaga kesehatan telah dilakukan namun
terbatas pada tenaga dokter dan petugas
pengelola VCT. Kebijakan tentang HIV-
AIDS selama ini telah dilaksanakan,
namun kualitas implementasi kebijakan
tersebut masih rendah, sehingga kasus
HIV/AIDS masih terus meningkat
Pembahasan 1. Perkembangan Penyakit HIV/AIDS di 1. LGBT sebuah kelompok Sosial ? Responden dalam penelitian ini terbanyak
Sumatera Utara Menurut hasil Pengertian LGBT adalah sebuah berumur 18-35 tahun. Hal ini
penelitian yang didapatkan singkatan yang memiliki arti menunjukkan bahwa responden sebagian
pertumbuhan penderita HIV/AIDS di Lesbian, Gay, Bisexual dan juga besar merupakan wanita dalam usia
Sumatera Utara, khususnya di Transgender. subur dan seksual aktif.
KAJIAN KOMPARASI PUSTAKA PUBLIKASI
PENELITIAN PERILAKU BERESIKO HIV/AIDS

kabupaten Karo sudah mengalami Komunitas LGBT bukanlah dianggap Data juga menunjukkan bahwa transmisi
peningkatan, sehingga yang dulunya sebagai kelompok social, hal ini dari pria pengidap HIV/AIDS kepada
masyarakat sangat takut terhadap terlihat bahwa perilaku dan wanita pasangannya lebih sering terjadi
ODHA sekarang ini sudah cukup orientasi seksual yang menyimpang dibandingkan dari wanita pengidap HIV
familiar dengan penderita HIV/AIDS ini. sudah pasti bertentangan dengan kepada pria pasangannya (Irianto,2014).
2. Penyebaran virus HIV/AIDS ini dapat norma-norma social. Sederhananya Ibu rumah tangga terinfeksi HIV sebagai
ditularkan oleh seks bebas, selain itu tidak mungkin mereka dapat wanita usia subur dan seksual aktif masih
penderita HIV/AIDS di perkumpulan ini berkembang biak melalui keturunan dapat memperoleh keturunan, walaupun
disebabkan melalui donor darah yang melainkan hanya dengan penularan. bagi sebagian perempuan terinfeksi HIV,
diberikan oleh rumah sakit di desanya. 2. LGBT Sudut Pandang HAM Kaum kehamilan merupakan masalah baru.
Penularan virus HIV melalui kegiatan LGBT mengukuhkan eksistensinya Informasi yang baik sangat diperlukan
transfusi darah ini disebabkan karena dengan dalih HAM. HAM wajib untuk mempersiapkan kehamilan dan
jarum suntik yang digunakan tidak dilindungi oleh pemerintah. Tidak persalinan yang aman, sehingga
steril dan dipakai berulang-ulang ada agama di Negara Kesatuan mencegah penularan dari ibu ke anak.
3. Pada budaya masyarakat Batak Karo Republik Indonesia yang Hasil penelitian ini menyatakan bahwa
mereka menganut sistem patriarkat, membenarkan perilaku LGBT. Tidak pendidikan pada perempuan terinfeksi
yang mana menempatkan laki-laki ada hukum di NKRI yang melegalkan HIV/AIDS berpengaruh pada pemanfaatan
sebagai sosok otoritas utama pada eksistensi LGBT dan pernikahan VCT. Teori Anderson menyatakan bahwa
kelompok sosial dan selalu sebagai sesama jenis adalah perbuatan tingkat pendidikan termasuk faktor yang
pengambil keputusan sehingga ruang ilegal. Tidak melegalkan LGBT tidak mempengaruhi pemanfaatan pelayanan
bergerak perempuan menjadi sempit dapat diartikan sebagai pelanggaran Kesehatan.
dan segala sesuatunya harus HAM, tetapi justru melindungi Persepsi tentang penyakit adalah
berdasarkan keputusan suami HAM. penilaian atau tanggapan responden
4. Masyarakat Karo menganut adat rebu 3. LGBT dalam Perkspektif Psikiater tentang penyakit HIV/AIDS yang diderita.
untuk pencegahan seks bebas LGBT adalah penyakit kejiwaan. Hasil penelitian didapatkan sebagian
Homoseksual dan biseksual besar responden memiliki persepsi yang
termasuk dalam gangguan kurang tentang penyakit HIV/AIDS.
psikologis dan perilaku yang Persepsi tentang pelayanan kesehatan di
berhubungan dengan VCT meliputi kebersihan dan kenyamanan
KAJIAN KOMPARASI PUSTAKA PUBLIKASI
PENELITIAN PERILAKU BERESIKO HIV/AIDS

perkembangan dan orientasi klinik VCT, prosedur pelayanan, pelayanan


seksual . Penyembuhan terhadap oleh dokter dan petugas, dan pelayanan
penyakit kejiwaan ini dapat oleh konselor. Rata-rata responden
disembuhkan dengan melihat dan menyatakan persepsi yang baik tentang
mengobservasi pada bagian atau pelayanan kesehatan di VCT kecuali
pada aspek mana yang menjadi prosedur pelayanan yang oleh beberapa
pemicu terjadinya peralihan responden dirasakan cukup rumit, seperti
orientasi seksualnya. Dengan pengurusan kartu kepesertaan Badan
demikian pada akhirnya bahwa jika Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
penyakit kejiwaan ini dibiarkan Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terus menerus di tengah-tengah pada sebagian besar responden memiliki
masyarakat tentu akan sangat stigma diri sendiri yang rendah tentang
mengancam keharmonisan orang penyakit HIV/ ADS. Dalimoenthe (2011),
banyak dan dapat menular. mengemukakan perempuan mengalami
stigma ganda, yaitu sebagai perempuan
yang cenderung disalahkan atas apa yang
terjadi terhadap dirinya sendiri.
Masyarakat menganggap semestinya
perempuan dapat menjaga diri, suami,
dan keluarganya sehingga tidak terinfeksi
HIV/ AIDS.

Kesimpulan 1. Aspek budaya sangat mempengaruhi 1. Perilaku LGBT jika kita bawa ke Responden penelitian ini terbanyak
perilaku seksual seseorang. masyarakat manapun terlihat berusia 18-35 tahun, memiliki pendidikan
2. Budaya rebu dibuat sebagai kontrol bahwa hal tersebut sangat rendah, bekerja tidak tetap dan
KAJIAN KOMPARASI PUSTAKA PUBLIKASI
PENELITIAN PERILAKU BERESIKO HIV/AIDS

sosial dari norma adat masyarakat bertentangan dengan norma-norma berpendapatan keluarga rendah. Persepsi
Karo, untuk menghindari perilaku seks yang ada di tengah tengah responden tentang penyakit sebagian
bebas dalam suatu keluarga Karo. masyarakat kota Pekanbaru. Dengan besar kurang, demikian juga dengan
Selain itu masyarakat Karo juga yang kata lain LGBT tidak dapat diterima persepsi responden tentang pelayanan
masih tabu dalam membicarakan karena sangat merusak struktur kesehatan sebagian besar kurang.
pendidikan seks terlalu vulgar. Disadari sosial masyarakat. Persepsi keparahan penyakit yang
atau tidak sikap seperti ini pada 2. Terdapat kekeliruan dalam dirasakan oleh responden terbanyak
tingkatan tertentu mengakibatkan memahami Undang-Undang merupakan kategori berat. Stigma diri
seseorang yang akan menanjak dewasa tentang HAM, hanya sekelompok sendiri pada sebagian besar responden
tidak diberi pembekalan yang baik dan kecil yang menyuarakan hak sabagai termasuk kategori kuat. Hasil penelitian
terarah mengenai perilaku seksual yang manusia namun mereka tidak menunjukkan jumlah sama banyak antara
seharusnya. melihat hak hidup sebagian besar responden sulit dijangkau dan mudah
3. Budaya Patriarkat yang dianut oleh yang menolak dan merasa dijangkau. Pemanfaatan VCT oleh
masyarakat Karo memiliki dampak yang terganggu dengan marakanya responden sebagian besar kategori
merugikan pada kaum perempuan, perilku LGBT tersebut. Ahli jiwa pun kurang baik. Pemanfaatan VCT oleh ibu
sebagai pihak yang lemah. Dimana laki- telah menyatakan secara keilmuan rumah tangga terinfeksi HIV/AIDS di
laki adalah superior dan perempuan bahwa perilu LGBT adalah sebuah Kabupaten Belu berhubungan dengan
inferior sehingga laki-laki dibenarkan prilaku yang menyimpang dari tingkat pendidikan, persepsi tentang
untuk menguasai dan mengontrol kelumrahan atau naluri penyakit, persepsi tentang pelayanan
perempuan. Hal ini menjadikan kemanusiaan. Adanya hubungan kesehatan, dan persepsi stigma diri
perempuan tersubordinasi. sejenis tentu sangat merendahkan sendiri kurang baik.
peradaban manusia dibandingkan
hewan.
3. Jika kita ingin melihat dampak dari
prilaku LGBT bagi peradaban
masyarakat, tentu ini sangat
merusak tatanan struktur sosial.
Fitra kasih sayang seorang ibu dan
anak akan musnah. Kemudian dapat
KAJIAN KOMPARASI PUSTAKA PUBLIKASI
PENELITIAN PERILAKU BERESIKO HIV/AIDS

dipastikan kelopok LGBT tidak akan


bisa menambah keturunan
melainkan hanya dengan penularan.

Anda mungkin juga menyukai