Anda di halaman 1dari 4

POLICY BRIEF

STRATEGI PENCEGAHAN PENULARAN


HIV AIDS PADA LSL HIV POSITIF
BERBASIS KOMUNITAS MELALUI PEER
EDUCATOR INKLUSIF
M. Nur Khamid
Dr. Eti Poncorini Pamungkasari, dr.,M.Pd,
Dr. Argyo Demartoto, M.Si,
Dr. Dewi Rokhmah, S.K.M.,M.Kes.
Program Studi S3 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Program
Studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret, Bagian Promosi Kesehatan dan
Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember.

RINGKASAN EKSEKUTIF
Sebagai populasi yang paling rentan terhadap penularan HIV dan AIDS, LSL ini perlu
mendapatkan perhatian lebih. Perilaku hidden pada LSL ini menyebabkan penularan HIV
dan AIDS sulit dikendalikan. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Jember
faktor risiko tertinggi kedua yaitu LSL sebanyak 17,4%. Program penanggulangan AIDS
pada komunitas LSL HIV positif selama ini telah menerapkan berbagai metode untuk
merubah perilaku seks berisiko tinggi, namun prevalensi HIV pada komunitas LSL tetap
saja naik. Pendekatan komunitas melalui peer educator inklusif dapat dioptimalisasi dalam
pencegahan penularan HIV pada komunitas ini.

LATAR BELAKANG
LSL merupakan suatu komunitas atau sub masyarakat yang tersembunyi
(hidden) sehingga sulit sekali untuk diidentifikasi. Diantara pria yang
aktif melakukan hubungan seksual, sekitar 3% diantaranya adalah
mereka yang berhubungan seksual dengan sejenis yang sering dikenal
dengan istilah LSL. Berdasarkan kelompok umur praktik perilaku LSL ini
dimulai usia 15-49 tahun dan 82% dari LSL melakukan seksual dengan
anal seks. Laporan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
menyebutkan bahwa jumlah kumulatif kasus HIV dan AIDS dari awal
penemuan kasus pada April 1987 sampai dengan Bulan September 2022
sudah terdapat 493.118 kasus berdasarkan faktor risiko homoseks
(19,0%). Hasil STBP 2018-2019 menunjukkan bahwa proporsi kejadian
HIV paling tinggi pada kelompok LSL sebanyak 17,9%. Jumlah LSL saat
ini diperkirakan meningkat, namun keberadaan mereka sangat tertutup.

PAGE O1
Data Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur per September 2022, Jawa Timur menduduki peringkat ke
dua setelah papua dengan total penderita HIV positif sebanyak 84.143 dan AIDS sebanyak 39,2%.
Berdasarkan faktor risiko homoseksual 16,2%. Data Dinas Kesehatan Kabupaten Jember dari tahun
2004 sampai Desember 2022 jumlah kasus HIV dan AIDS sebanyak 5.759 kasus. Berdasakan faktor
risiko tertinggi homoseksual 17,4%. Situasi ini memberikan gambaran menyeluruh terhadap epidemi
HIV saat ini dan proyeksi yang dapat digunakan oleh para pemangku kepentingan untuk
merencanakan program pengendalian HIV dan AIDS yang lebih baik dan terfokus di Indonesia pada
komunitas LSL. Pendekatan komunitas melalui konsep peer educator inklusif sebagai upaya
pencegahan terhadap kemunculan LSL baru dan upaya perubahan perilaku seks berisiko komunitas
LSL sehingga terhindar dari penularan HIV dan AIDS.

PERMASALAHAN
Hasil penelitian diketahui intention and plan about sexual yang baik, tetapi secara
tindakan belum baik untuk pencegahan penularan HIV dan AIDS, penyebabnya
adalah:

Dampak penggunaan media sosial


aplikasi kencan sesama jenis
Faktor teknologi informasi (TI) tidak hanya
memberikan kemudahan terhadap akses informasi
dan ilmu pengetahuan, akan tetapi dapat menjadi
penghambat dan tantangan tersendiri dalam
program pengendalian penularan HIV dan AIDS.
Penyebabnya adalah dengan menggunakan aplikasi
kencan sesama jenis (hornet, tinder, blued, walla)
maka LSL HIV Positif ini tidak perlu berkumpul
untuk mencari dan bertemu pasangan laki-laki
(hidden), hal ini mempersulit LSL HIV positif untuk
dapat dijangkau oleh program kesehatan termasuk
didalamnya kegiatan pencegahan penularan HIV
dan AIDS. Dampak negatif dari penggunaan media
sosial tersebut dapat menyebabkan penularan HIV
semakin tinggi.

Perilaku penggunaan poppers saat melakukan


hubungan seks dengan pasangan
Praktik perilaku menggunakan poppres (bahan kimia) saat melakukan
hubungan seks dengan laki-laki mulai marak ditemukan pada kalangan LSL,
penggunaan poppers ini dapat menjadi salah satu penyebab praktik perilaku
seksual tidak sehat, hal ini dikarenakan salah satu efek dari penggunaan
proppers menyebabkan penurunan kesadaran sehingga penggunaan kondom
dan lubricant tidak dapat dipastikan. Poppers merupakan produk kimia
mengandung zat amylnitrite yang digunakan dengan cara hirup berfungsi
untuk melebarkan pembuluh darah didalam tubuh dan memiliki banyak
jenis. Terdapat poppers yang digunakan khusus untuk reseptif, insertif dan
versatil (keduanya) yang memiliki efek berbeda-beda. Alasan subjek
penelitian menggunakan poppers ini sebagai relaksasi, menambah gairah
seks, mengurangi rasa sakit saat penetrasi anal seks, serta mendapat rasa
nyaman dan kenikmatan saat melakukan hubungan seksual dengan sesama
jenis.

PAGE 02
Adanya persepsi kurang benar
tentang pencegahan HIV
Persepsi kurang benar tentang pencegahan penularan
HIV dengan mengeluarkan sperma diluar anus dan
mencuci kelamin menggunakan antiseptik dianggap
terhindar dari penularan HIV. Kondisi tersebut
berdampak pada risiko penularan HIV dan AIDS semakin
tinggi.

PEMBAHASAN
Pencegahan penularan HIV dan AIDS pada
LSL HIV positif dapat dilakukan dengan
pendekatan komunitas melalui peer educator Pendekatan peer educator inklusif ini
inklusif yang dilakukan oleh kader atau dapat digunakan pada semua tipe
petugas dari LSM Pendamping HIV sebagai ekspresi dari LSL HIV positif dengan
upaya pencegahan penularan HIV dan AIDS kriteria peer educator inklusif sebagai
di Kabupaten Jember. Konsep pencegahan berikut:
penularan HIV dan AIDS pada LSL HIV positif 1). LSL HIV positif,
2). Dalam pengobatan ARV,
berbasis komunitas melalui peer educator
3). Sudah coming out,
inklusif yang menekakkan pada modal sosial
4). Memiliki pengetahuan tentang HIV
terdiri
dan AIDS,
a). Social network (penguatan komunikasi 5). Memahami platform media sosial dan
online, pendampingan berbasis media sosial, aplikasi kencan sesama jenis,
pendampingan LSL ke masyarakat, pelacakan 6). Memiliki kemampuan komunikasi
loss to follow up), interpersonal dengan komunitas,
b). Association (safe sex, melakukan rujukan 7). Memahami modal sosial komunitas,
tes HIV, menghindari penggunaan alkohol, 8). Memiliki surat tugas sebagai peer
poppers, akses layanan CST, kepatuhan ARV, educator inklusif dari LSM pendamping
penggunaan obat herbal sebagai terapi HIV
komplementer)
c). Trust (setia dengan pasangan, membangun
keyakinan pengobatan ARV, mengikuti saran
dan nasehat petugas kesehatan)
d). Norms of reciprocity (membangun
kepedulian antar LSL HIV positif).

Peer educator inklusif merujuk pada elemen modal sosial dan mampu membentuk jaringan sosial,
association, membangun trust serta norma timbal balik sehingga dapat mendorong keterbukaan
status LSL maupun status HIV, adanya keterbukaan diri dari LSL HIV positif dapat mempermudah
komunitas ini dijangkau oleh program kesehatan sehingga penularan HIV dan AIDS pada LSL HIV
positif dapat dikendalikan.

PAGE 03
REKOMENDASI KEBIJAKAN
1
Pemerintah mendorong 2
Mendorong pembentukan tim
Peraturan Bupati tentang
koordinasi penanggulangan HIV
HIV dan AIDS sehingga
dan AIDS yang memiliki peran
mempermudah dan
dan fungsi sebagai koordinator
meningkatkan anggaran
program penanggulangan HIV
pengendalian HIV dan AIDS
dan AIDS di Kabupaten Jember.
di Kabupaten Jember.

4
3 Mengoptimalisasi
Menjalin kemitraan antara LSM, peran LSM dan
komunitas LSL, akademisi dan pendamping HIV
pemerintah sebagai partner dalam
program pengendalian HIV dan mempersiapkan,
AIDS diperlukan sebagai upaya melatih peer
pencegahan HIV pada komunitas educator inklusif
LSL HIV positif diwujudkan sesuai kriteria.
dalam bentuk MoU.

REFERENSI
Dinas Kesehatan Kabupaten Jember. (2018). Pemetaan Kasus HIV/AIDS. Bidang Pencegahan
Penyakit dan Kesehatan Lingkungan.
Dinas Kesehatan Kabupaten Jember. (2019). Laporan Program HIV dan AIDS. Bidang
Pencegahan Penyakit dan Kesehatan Lingkungan.
Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur. (2019). Analisis Situasi HIV di Propinsi Jawa Timur.
Bidang Pencegahan Penyakit dan Kesehatan Lingkungan.
Kementerian Kesehatan RI. (2015). Estimasi Populasi Kunci di Indonesia Tahun 2015-2020.
Jakarta: Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit.
Kementerian Kesehatan RI. (2017). Estimasi dan Proyeksi HIV/AIDS di Indonesia Tahun 2015-
2020. Jakarta: Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit.
Kementerian Kesehatan RI. (2021). Laporan HIV dan AIDS Triwulan III di Indonesia. Jakarta:
Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit.
STBP. (2019). Surveilans Terpadu-Biologis Perilaku Pada Kelompok Populasi Kunci di
Indonesia. Jakarta.

PAGE 04

Anda mungkin juga menyukai