Anda di halaman 1dari 52

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Kehamilan

Ada beberapa definisi kehamilan yang berasal dari berbagai

sumber, beberapa diantaranya adalah:Kehamilan adalah proses dimana

sperma menembus ovum sehingga terjadinya konsepsi dan fertilasi sampai

lahirnya janin, lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9

bulan), dihitung dari pertama haid terakhir (Alzam Faisal, 2009, p.13).

Kehamilan adalah sebuah proses yang diawali dengan keluarnya

sel telur yang matang pada saluran telur yang kemudian bertemu dengan

sperma dan keduanya menyatu membentuk sel yang akan bertumbuh

(BKKBN, 2004). Kehamilan adalah rangkaian peristiwa yang baru terjadi

bila ovum dibuahi dan pembuahan ovum akhirnya berkembang sampai

menjadi fetus yang aterm (Arief, 2008,p.11).

Kehamilan adalah dikandungnya janin hasil pembuahan sel telur

oleh sel sperma (Kushartanti, 2004, p.9).Masa kehamilan dimulai dan

konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari

(40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terahir

(Prawirohardjo, 2007, p.89).

9
10

B. Umur Kehamilan

Menurut Prawirohardjo (2007, p.68) ditinjau dari tuanya, kehamilan dibagi

dalam tiga bagian :

1. Kehamilan Trimester I (pertama) : usia kehamilan 0 – 12 minggu

2. Kehamilan Trimester II (kedua) : usia kehamilan 13 – 28 minggu

3. Kehamilan Trimester III (ketiga) : usia kehamilan 28 – 40 minggu

C. Cara Menentukan Umur Kehamilan

Menurut Wiknjosastro (2006, p.171) Umur hamil dapat ditentukan

dengan:

1. Rumus Naegle

Rumus Naegle untuk menentukan hari perkiraan lahir(HPL, EDC=

Expected Date of Confinement). Rumus ini terutama berlaku untuk

wanita dengan siklus 28 hari sehingga ovulasi terjadi pada hari ke

14. Rumus Naegle memperhitungkan umur kehamilan berlangsung

selama 288 hari. Perhitungan kasarnya dapat dipakai dengan

menentukan hari pertama haid dan ditambah 288 hari, sehingga

perkiraan kelahiran dapat ditetapkan. Rumus Naegle dapat dihitung

hari haid pertama ditambah 7 (tujuh) dan bulannya dikurang 3 (tiga)

dan tahun ditambah 1 (satu).

2. Gerakan pertama fetus

Gerakan pertama fetus dapat dirasakan pada umur kehamilan 16

minggu.
11

3. Palpasi abdomen

a. Rumus Bartholomew

Antara simpisis pubis dan pusat dibagi menjadi 4 bagian yang

sama, maka tiap bagian menunjukkan penambahan 1 bulan.

Fundus uteri teraba tepat di simpisis umur kehamilan 2 bulan (8

minggu). Antara pusat sampai prosesus xifoideus dibagi menjadai

4 bagian dan tiap bagian menunjukkan kenaikan 1 bulan. Tinggi

fundus uteri pada umur kehamilan 40 minggu (bulan ke-10)

kurang lebih sama dengan umur kehamilan 32 minggu (bulan ke-

8).

b. Rumus Mc Donald

Fundus uteri diukur dengan pita. Tinggi fundus dikalikan 2 dan

dibagi 7 memberikan umur kehamilan dalam bulan obstetrik dan

bila dikalikan 8 dan dibagi 7 memberikan umur kehamilan dalam

minggu.

c. Palpasi Leopold

Palpasileopold merupakan teknik pemeriksaan pada perut ibu

bayi untuk menentukan posisi dan letak janin dengan melakukan

palpasiabdomen. Palpasileopold terdiri dari 4 langkah yaitu:

1) Leopold I : Leopold I bertujuan untuk mengetahui letak

fundus uteri dan bagian lain yang terdapat pada bagian

fundus uteri
12

2) Leopold II : Leopold II bertujuan untuk menentukan

punggung dan bagian kecil janin di sepanjang sisi maternal

3) Leopold III : Leopold III bertujuan untuk membedakan

bagian persentasi dari janin dan sudah masuk dalam pintu

panggul

4) Leopold IV : Leopold IV bertujuan untuk meyakinkan hasil

yang ditemukan pada pemeriksaanLeopold III dan untuk

mengetahui sejauh mana bagian presentasi sudah masuk pintu

atas panggul Memberikan informasi tentang bagian

presentasi: bokong atau kepala, sikap/attitude (fleksi atau

ekstensi), dan station (penurunan bagian presentasi)

d. Perkiraan tinggi fundus uteri

1) Mempergunakan tinggi fundus uteri

Perkiraan tinggi fundus uteri dilakukan dengan palpasifundus

dan membandingkan dengan patokan.

Tabel 2.1 Rumus Tinggi Fundus Uteru

Umur Kehamilan Tinggi Fundus Uteri


12 minggu 1/3 di atas simpisis
16 minggu ½ simpisis-pusat
20 minggu 2/3 di atas simpisis
24 minggu Setinggi pusat
28 minggu 1/3 di atas pusat
34 minggu ½ pusat-prosessus xifoideus
36 minggu Setinggi prosessus xifoideus
40 minggu 2 jari di bawah prosessus
xifoideus
13

2) Menggunakan pita ukur

Pita ukur merupakan metode akurat kedua dalam pengukuran

TFU setelah 22-24 minggu kehamilan. Titik nol pita

pengukur diletakkan pada tepi atas simfisis pubis dan pita

pengukur ditarik melewati garis tengah abdomen sampai

puncak. Hasil dibaca dalam skala cm, ukuran yang terukur

sebaiknya diperkirakan sama dengan jumlah minggu

kehamilan setelah 22-24 minggu kehamilan.

3) Menggunakan pita ukur dengan metode berbeda

Garis nol pita pengukur diletakkan pada tepi atas simfisis

pubis di garis abdominal, tangan yang lain diletakkan di dasar

fundus, pita pengukur diletakkan diantara jari telunjuk dan

jari tengah, pengukuran dilakukan sampai titik dimana jari

menjepit pita pengukur. Sehingga pita pengukur mengikuti

bentuk abdomen hanya sejauh puncaknya dan kemudian

secara relatif lurus ke titik yang ditahan oleh jari-jari

pemeriksa, pita tidak melewati slope anterior dari fundus.

Caranya tidak diukur karena tidak melewati slope anterior

tapi dihitung secara matematika sebagai berikut:

a) Sebelum fundus mencapai ketinggian yang sama dengan

umbilikus, tambahkan 4 cm pada jumlah cm yang terukur.

Jumlah total centi meternya diperkirakan sama dengan

jumlah minggu kehamilan.


14

b) Sesudah fundus mencapai ketinggian yang sama dengan

umbilikus, tambahkan 6 cm pada jumlah cm yang terukur.

Jumlah total centi meternya diperkirakan sama dengan

jumlah minggu kehamilan.

4) Ultrasonografi

Penentuan umur kehamilan dengan USG menggunakan 3

cara yaitu:

a) Mengukur diameter kantong kehamilan(GS=gestational

sac) pada kehamilan 6-12 minggu.

b) Mengukur jarak kepala bokong (GRI=grown rump length)

pada kehamilan 7-14 minggu.

c) Mengukur diameter biparietal (BPD) pada kehamilan lebih

12 minggu

D. Perubahan Anatomi, Fisiologi, dan Psikologi Selama Kehamilan

Kehamilan selalu membawa perubahan-perubahan, baik fisik maupun

emosi. Perubahan-perubahan yang terjadi berbeda dalam tiap usia

kehamilan. Perubahan-perubahan tersebut menurut Wiknjosastro (2008,

p.174) adalah :

1. Perubahan Anatomi dan Fisiologi Pada Wanita Hamil

Perubahan anatomi dan fisiologi pada wanita hamil sebagian besar

sudah terjadi segera setelah fertilisasi dan terus berlanjut selama

kehamilan. Kebanyakan perubahan ini merupakan respon terhadap


15

janin. Perubahan-perubahan tersebut berbeda dalam tiap tahapan

kehamilan.

a. Perubahan Sistem Reproduksi

1) Uterus (Rahim)

Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk

menerima dan melindungi hasil konsepsi (janin, plasenta,

amnion) sampai persalinan. Pada wanita tidak hamil uterus

mempunyai berat 70gr dan kapasitas berkisar 10ml. Selama

kehamilan uterus akan membesar menampung janin,

plasenta, dan amnion. Pada akhir kehamilan volume total

uterus mencapai 5liter atau lebih dengan berat berkisar

1100gr. Pada saat kehamilan akan terjadi penebalan sel-sel

otot uterus dimana bagian uterus yang mengelilingi tempat

implantasi plasenta akan bertambah besar lebih cepat

dibandingkan dengan bagian yang lain. Sehingga uterus

tempat tidak rata, fenomena ini dikenal dengan tanda

Piscaseck.

Ismus uteri pada minggu pertama mengalami

hipermetrofi seperti korpus uteri yang mengakibatkan ismus

menjadi lebih panjang dan lunak yang dikenal dengan tanda

Hegar. Pada trimester akhir kehamilan, ismus akan

berkembang menjadi segmen bawah rahim. Pada akhir


16

kehamilan, otot-otot uterus bagian atas akan berkontraksi

sehingga segmen bawah rahim menjadi tipis.

2) Serviks(Leher Rahim)

Serviks adalah katup yang menjaga janin didalam rahim

selama kehamilan. Satu bulan setelah konsepsi, serviks akan

menjadi lunak dan kebiruan. Perubahan ini akibat

penambahan vaskularisasi dan terjadinya oedema pada

seluruh serviks.

3) Ovarium

Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan

pematangan folikel baru juga ditunda.

4) Vagina dan Perinium

Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan

hyperemia terlihat jelas pada kulit dan otot perineum divulva,

sehingga pada vagina akan terlihat berwarna keunguan. Yang

dikenal dengan tanda Chadwick.

Dinding vagina akan bertambah panjang,

peningkatan volume vagina juga terjadi, dimana sekresi akan

berwarna keputihan, menebal, dan Ph antara 3,5-6 yang

merupakan produksi asam laktat glikogen yang dihasilkan

oleh epitel vagina sebagai aksi dari Lactobacillus

Acidophilus.
17

b. Perubahan Kulit

Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna

menjadi kemerahan, kusam, kadang-kadang akan mengenai

daerah payudara dan paha. Perubahan ini disebut stiae

gravidarum. Banyak perempuan pada garis tengah perutnya

(linea alba) akan berubah menjadi hitam kecoklatan yang

disebut dengan linea nigra.

Kadang-kadang akan muncul pigmentasi dalam ukuran

yang bervariasi pada wajah dan leher yang disebut cloasma atau

melasma gravidarum. Pigmentasi yang berlebihan juga terjadi

pada areola dan daerah genetalia. Hal ini belum diketahui pasti

penyebab terjadinya, tetapi estrogen dan progesterone memiliki

peran dalam melanogenesis dan diduga menjadi faktor

pendorong.

c. Perubahan Payudara

Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan payudaranya

menjadi lebih lunak. Setelah bulan kedua payudara akan

bertambah ukurannya dan vena-vena dibawah kulit akan terlihat.

Putting akan lebih besar, kehitaman, dan tegak. Setelah bulan

pertama akan keluar cairan berwarna yang disebut colostrum.

Meskipun colostrum dapat dikeluarkan, tatapi air susu belum

dapat di produksi.
18

d. Perubahan Metabolik

1) Perubahan Berat Badan

Sebagian besar perubahan berat badan selama kehamilan

berasal dari uterus dan isinya (janin, amnion, dan plasenta).

Diperkirakan selama kehamilan berat badan akan bertambah

12,5kg. Pada trimester ke-2 dan ke-3 pada wanita dengan

gizi yang baik dianjurkan menambah berat badan

perminggu sebesar 0,4kg. Sementara untuk wanita dengan

gizi kerang dan berlebih akan lebih dianjurkan menambah

berat badannya sebesar 0,5kg dan 0,3kg.

2) Peningkatan Cairan Tubuh

Peningkatan cairan tubuh selama kehamilan adalah suatu

hal yang fisiologis. Hal ini terjadi karena turunnya

osmolaritas. Fenomena ini terjadi sejak awal kehamilan,

pada saat aterm kurang lebih 3,5liter cairan berasal dari

janin, plasenta, dan cairan amnion. Sedangkan 3liter lainnya

berasal dari akumulasi peningkatan volume darah ibu,

uterus, dan payudara, sehingga minimal penambahan cairan

selama kehamilan adalah 6,5liter. Penambahan tekanan

vena dibagian bawah uterus dan penurunan tekanan osmotik

menyebabkan terjadinya oedem pada kaki dan tungkai

khususnya pada usia kehamilan trimester III.


19

3) Peningkatan Kebutuhan Kalsium, Zinc, dan Asam folat

Selama kehamilan ibu akan menyimpan 30gr

kalsium yang sebagian besar akan digunakan untuk

pertumbuhan janin. Jumlah yang diperkirakan 2,5% dari

total kalsium ibu. Selama kehamilan ibu dianjurkan untuk

mengonsumsi Zinc 7,3-11,3 mr/hr, dengan kekurangan Zinc

pertumbuhan janin akan terhambat.

Asam folat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan

pembelahan sel dalam sintesis DMA/RNA. Defisiensi asam

folat dalam kehamilan dapat menyebabkan terjadinya

anemia megaloblastik dan defisiensi pada masa

prakonsepsi.Ibu hamil dianjurkan mengonsumsi asam folat

0,4 mg/hr sampai usia kehamilan 12 minggu.

4) Sistem Kardiovaskular

Pada minggu ke-5 cardiac output akan meningkat,

selain itu juga terjadi peningkatan denyut jantung. Antara

minggu ke-10 dan ke-20 terjadi peningkat volume plasma

sehingga juga terjadi peningkatan preload.

Peningkatan volume darah akan meningkat secara

progresif mulai minggu ke 6-8 kehamilan, dan mencapai

puncaknya pada minggu ke 23-34. Volume plasma akan

meningkat kira-kira 40-45%. Hal ini dikarenakan hormone


20

progesterone dan estrogen pada ginjal. Peningkatan volume

darah selama kehamilan mempunyai fungsi berikut :

a) Untuk menyesuaikan pembesaran uterus terhadap

hipertrofi system vascular.

b) Untuk melindungi ibu dan janin terhadap efek yang

merusak dari arus balik vena dalam posisi terlentang dan

berdiri.

c) Untuk menjaga ibu dari kehilangan darah yang banyak

pada saat persalinan.

5) Sistem Tractus Disgestivus (Sistem Pencernaan)

Seiring dengan semakin besarnya uterus, lambung

dan usus akan tergeser. Demikian pula dengan apendixs

yang akan bergeser kearah atas dan lateral. Perubahan yang

nyata akan terjadi penurunan mortalitas otot polos dan

penurunan sekresi asam hidroklorid, sehingga sering terjadi

mual dan konstipasi pada ibu hamil.

Gusi akan menjadi lebih hiperemesis dan lunak

sehingga trauma kecil dapat menyebabkan perharahan.

Hemoroid adalah suatu hal yang sering terjadi sebagai

akibat dari kontipasi dan peningkatan tekanan vena pada

bagian bawah karena pembesaran uterus.


21

6) Sistem Tractus Urinarius

Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung

kemih akan tertekan oleh uterus yang mulai membesar

sehingga menimbulkan sering berkemih. Keadaan ini akan

berangsur menghilang dengan bertambahnya usia

kehamilan dan uterus keluar dari rongga panggul. Pada

akhir kehamilan, saat kepala janin sudah mulai turun ke

pintu atas panggul, keluhan tersebut akan muncul kembali.

Ginjal akan membesar, pada sekrei dapat dijumpai

kadar asam amino dan vitamin yang larut air akan

meningkat. Meningkatnya kadar gula dalam urin juga

merupakan hal yang normal dalam kehamilan, tetapi patut

dicurigai adanya diabetes. Sedangkan proteinuria dan

hematuria adalah hal yang normal.

7) Sistem Endokrin

Selama kehamilan kelenjar hipofisis akan membesar kira-

kira 135%. Akan tetapi kelenjar ini tidak mempunyai arti

penting dalam kehamilan. Hormon prolaktin akan

meningkat 10 kali lipat pada saat kehamilan aterm.

8) Sistem Respirasi (Sistem Pernafasan)

Pada ibu hamil kebutuhan oksigen meningkat sebagi

respon terhadap peningkatan laju metabolisme dan

peningkatan kebutuhan oksigen jaringan uterus dan


22

payudara. Janin membutuhkan oksigen dan suatu cara untuk

membuang karbondioksida.

Diafragma bergeser sebesar 4 cm selama masa

hamil. Dengan semakin tuanya kehamilan dan seiring

pembesaran uterus ke rongga abdomen, pernapasan dada

menggatikan pernapasan perut dan penurunan diafragma

saat inspirasi menjadi semakin sulit.

9) Sistem Muskuloskeletal

Lordosis yang progresif akan menjadi bentuk yang umum

pada kehamilan. Akibat kompensasi dari pembesaran uterus

ke posisi anterior. Lordosis menggeser pusat daya berat

kearah belakang, kearah kedua tungkai. Sendi sakroiliaka,

sarkokoksigis dan pubis akan meningkat mobilitasnya.

2. Perubahan Psikologis Pada Wanita Hamil

Kehamilan merupakan proses alami yang akan membuat perubahan

baik fisik maupun psikologis. Perubahan kondisi fisik dan emosional

yang kompleks, memerlukan adaptasi terhadap proseskehamilan yang

terjadi(Widyastuti, 2009), yaitu:

a. Perubahan Psikologis pada Trimester I

Kehamilan trimester pertama merupakan periode adaptasi.

Respon yang muncul pada periode ini adalah sebagai berikut:

1) Ketidakyakinan/ketidakpastian
23

Awal minggu kehamilan, wanita akan merasa tidak

yakin dengan kehamilannya dan berusaha untuk

mengkonfirmasikan kehamilan tersebut. Hal ini disebabkan

karena tanda-tanda fisik akan kehamilannya tidak begitu jelas

atau sedikit berubah. Setiap wanita memiliki tingkat reaksi

yang bevariasi terhadap ketidakyakinan akan kehamilan.

Wanita hamil akan berusaha untuk mencari kepastian bahwa

dirinya hamil, menjadi takut akan kehamilan yang terjadi dan

berharap tanda-tanda tersebut menunjukkan bahwa dirinya

tidak hamil.

Fase ini, seorang wanita akan mengobservasi

seluruh bagian tubuhnya untuk memastikan perubahan yang

mengindikasikan tanda- tanda kehamilan, merundingkan

kepada keluarga dan teman tentang kemungkinan bahwa

telah terjadi kehamilan, memvalidasi kehamilan tersebut

dengan menggunakan tes kehamilan.

2) Ambivalen

Ambivalen didefinisikan sebagai konflik perasaan

yang simultan, seperti cinta dan benci terhadap seseorang,

sesuatu, atau keadaan. Setiap wanita hamil memiliki sedikit

rasa ambivalen dalam dirinya selama masa kehamilan.

Ambivalen merupakan respon normal individu ketika akan

memasuki suatu peran baru. Beberapa wanita merasa bahwa


24

ini tidak nyata dan bukanlah saat yang tepat untuk hamil,

walaupun ini telah direncanakan atau diidamkan.

Wanita yang sudah merencanakan kehamilan sering

berpikir bahwa dirinya membutuhkan waktu yang lama untuk

menerima kehamilan, akan merasa khawatir dengan

bertambahnya tanggung jawab dan perasaan akan

ketidakmampuannya untuk menjadi orang tua yang baik,

serta takut jika kehamilan ini akan mempengaruhi

hubungannya dengan orang lain.

3) Fokus pada diri sendiri

Awal kehamilan, pusat pikiran ibu berfokus pada

dirinya sendiri, bukan pada janin. Ibu merasa bahwa janin

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari diri ibu, calon

ibu juga mulai berkeinginan untuk menghentikan rutinitasnya

yang penuh tuntutan sosial dan tekanan agar dapat menikmati

waktu kosong tanpa beban. Banyak waktu yang dihabiskan

untuk tidur.

Perubahan fisik dan meningkatnya hormon akan

menyebabkan emosi menjadi labil. Perubahan hormonal

merupakan bagian dari respon ibu terhadap kehamilan.

Perubahan hormon ini dapat menjadi penyebab perubahan

mood, hampir sama seperti saat wanita mestruasi atau

menopause. Mood ibu hamil akan mudah sekali berubah-


25

ubah. Perubahan ini seringkali membuat ibu dan orang-orang

di sekitarnya menjadi bingung.

4) Perubahan seksual

Selama trimester I, seringkali keinginan seksual wanita

menurun. Ketakutan akan keguguran menjadi penyebab

pasangan menghindari aktivitas seksual. Apalagi jika wanita

tersebut sebelumnya pernah mengalami

keguguran.Kesimpulan perubahan psikologis kehamilan

trimester pertama adalah:

a) Merasa tidak sehat dan benci kehamilannya

b) Selalu memperhatikan setiap perubahan yang terjadi

pada tubuhnya

c) Mencari tanda-tanda untuk lebih meyakinkan bahwa

dirinyasedang hamil

d) Mengalami gairah seks yang lebih tinggi tapi libido turun

e) Khawatir kehilangan bentuk tubuh

f) Membutuhkan penerimaan kehamilannya oleh keluarga

g) Ketidakstabilan emosi dan suasana hati

b. Perubahan Psikologis pada Trimester II

Kehamilan trimester kedua merupakan periode kesehatan yang

baik. Perubahan psiologis yang terjadi pada trimester kedua

adalah sebagai berikut:


26

1) Tanda-tanda kehamilan secara fisik

Kehamilan trimester II, terlihat tanda-tanda perubahan

fisik yang jelas, sehingga dirasakan keberadaan janin. Tanda-

tanda tersebut diantaranya uterus yang membesar dengan

cepat dan dapat dirasakan jika di palpasi di daerah abdomen,

naiknya berat badan, serta payudara yang mulai membesar.

Janin dapat terlihat jka dilakukan USG, sehingga dapat

diperlihatkan gambar/video janin di dalam kandungan kepada

keluarga.

Pada tahap ini, sudah terasa pergerakan dari janin. Hal

tersebut membuat calon ibu menerima bahwa janin

merupakan bagain terpisah dari dirinya meskipun janin tetap

saja bergantung pada dirinya.

2) Janin sebagai fokus utama

Pada tahap ini, janin sudah menjadi fokus utama dari ibu. Ibu

mulai memperhatikan kesehatan dari janin. Ibu menjadi

tertarik akan informasi tentang diet dan perkembangan fetal.

Pada trimester II. Muncul quickening pada diri ibu, sehingga

terjadilah reduksi waktu dan ruang, baik secara geografik

maupun sosial. Hal tersebut karena calon ibu telah lebih

mengalihkan perhatiannya kepada janin. Selain itu, calon ibu

juga lebih mendekatkan hubungan dengan ibu kandungnya

atau wanita yang pernah atau sedang hamil.


27

3) Narsisme dan introvert

Pada tahap ini, beberapa wanita akan menjadi lebih

narsis dan introvert terhadap dirinya sendiri, sadar akan

kemampuannya untuk melindungi dan menyediakan

kebutuhan bagi janin. Ibu lebih selektif akan makanan dan

baju yang ingin dipakai. Beberapa wanita juga akan

kehilangan ketertarikan akan pekerjaan, berlebihan jika

mengalami kejadian, karena takut jika kejadian tersebut akan

berdampak buruk dan membahayakan janin.

Calon ibu mulai tertarik melihat kembali gambar-

gambar bersama suaminya pada saat mereka masih bayi.

Mereka ingin tahu dan mendengarkan cerita bagaimana

mereka sewaktu bayi. Ibu lebih sering menghabiskan waktu

untuk memikirkan janin, membaca buku perkembangan

janin, serta mengkhayalkan kehidupan setelah janin lahir,

senang memanggil janin dengan panggilan kesayangan dan

menceritakan tentang kepribadian janin yang ada dalam

kandungannya. Orang-orang di sekitarnya, baik suami

maupun keluarga yang lain, akan heran sebab hal-hal tersebut

berbeda dengan perilakunya yang biasa.

4) Citra tubuh

Pada trimester II, perubahan bentuk tubuh terjadi

begitu cepat dan terlihat jelas. Perubahan yang terjadi


28

mepiluti pembesaran abdomen, penebalan pinggang, dan

pembesaran payudara. Hal tersebut semakin memastikan

status kehamilan. Wanita merasa seluruh tubuhnya bertambah

besar dan menyita ruang yang lebih luas. Perubahan-

perubahan ini akan diterima dan dianggap sebagai suatu

kebanggaan bagi pasangan suami dan istri. Akan tetapi, sikap

ini dapat berubah-ubah seiring dengan perkembangan

kehamilan.

Pada awal kehamilan, citra tubuh terlihat positif,

namun seiring perkembangan kehamilan pencitraan terhadap

tubuhnya akan berubah menjadi lebih negatif. Perasaan ini

hanya bersifat sementara dan tidak akan mempengaruhi

persepsi tentang diri mereka secara permanen.

5) Perubahan seksual

Ketertarikan dan aktivitas seksual selama masa

kehamilan bersifat individual dan sulit ditebak. Bersifat

individual, karena ada pasangan yang puas dan ada yang

tidak. Perasaaan tersebut tergantung dari faktor-faktor fisik,

emosi, interaksi, budaya, masalah disfungsi seksual,

perubahan fisik pada wanita, bahkan tahayul/mitos tentang

seks selama kehamilan. Bersifat sulit ditebak, karena

perasaan seksual itu dapat sewaktu-waktu naik, turun, atau


29

bahkan tidak berubah. Aktivitas seksual tetap aman dilakukan

jika tidak ada komplikasi pada masa kehamilan.

Pada trimester II, terjadi peningkatan sensitifitas dari

labia dan klitoris, serta peningkatan lumbrikasi vaginal

sebagai hasil dari vasokongesti pelvis. Selain itu, mual dan

fatigue juga sudah tidak begitu dirasakan. Hal tersebut

menyebabkan timbul peningkatan sejahtera dan energi yang

akan meningkatkan keinginan seksual. Orgasme terjadi

dengan frekuensi yang lebih banyak dan dengan intensitas

yang lebih besar selama kehamilan akibat perubahan-

perubahan di atas. Meskipun orgasme akan menyebabkan

kontraksi uterin sementara, namun hal itu tidak akan melukai

jika kehamilan masih dalam keadaan

normal.Kesimpulanperubahan psikologis kehamilan trimester

kedua adalah:

a) Ibu sudah mulai merasa sehat

b) Mulai bisa menerima kehamilannya

c) Merasakan gerakan bayi dan merasakan kehadiran bayi

sebagai seseorang di luar dirinya

d) Merasa terlepas dari ketidaknyamanan dan kekhawatiran

e) Perut ibu belum terlalu besar sehingga belum dirasa

beban

f) Libido dan gairah seks meningkat


30

g) Merasa bayi sebagai individu yang merupakan bagian

dirinya

h) Hubungan sosial meningkat dengan orang lain

i) Ketertarikan dan aktivitas terfokus pada kehamilan,

kelahiran dan persiapan peran barunya

c. Perubahan Psikologis pada Trimester III

Pada trimester III calon ibu akan semakin peka

perasaannya, tingkat kecemasan ibu akan semakin meningkat.

Seorang ibu akan semakin sering mengelus-elus perutnya untuk

menunjukan perlindungannya kepada janin. Ibu akan sering

membayangkan kejadian negatif saat melahirkan kelak seperti

kelainan letak bayi, tidak dapat melahirkan, atau bahkan janin

yang lahir dengan kecacatan.

Pada masa ini ibu menjadi sangat bergantung dengan

pasangannya, ibu membutuhkan banyak perhatian dan cinta dari

pasangannya. Dukungan dan kasih seorang suami dan orang

terdekat sangat dibutuhkan. Pada masa ini ibu mulai sibuk

mempersiapkan diri, mempersiapkan persalinan, dan

mempersiapkan mengasuh anaknya. Mempersiapkan segala

kebutuhan bayi, seperti nama, baju, dan tempat tidur. Ibu mulai

bernegosiasi dengan pasangannya tentang pembagian tugas

selama masa-masa menjelang melahirkan hingga bayi lahir.


31

Pergerakan dan aktivitas janin semakin terasa, seperti

memukul, menendang, dan menggelitik. Perasaan bahwa janin

adalah bagian yang terpisah semakin kuat dan meningkat.

Peningkatan keluhan, ukuran, dan bentuk tubuh pada trimester III

dapat menyebabkan kenikmatan dan rasa tertarik terhadap

aktivitas seksual menurun.Kesimpulan perubahan psikologis

trimester III adalah :

a) Rasa tidak nyaman kembali timbul

b) Ibu tidak sabar menunggu kelahiran bayinya

c) Ibu khawatir bayinya akan lahir dengan kondisi yang tidak

normal

d) Ibu merasa kehilangan perhatian dan semakin membutuhkan

perhatian

e) Ibu menjadi tidak sabaran dan resah

f) Ibu sering berkhayal tentang bayinya

g) Ibu aktif mempersiapkan kelahiran bayinya

h) Libido atau keingingan untuk melakukan hubungan seks

menurun

E. Perilaku

Perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang

dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati pihak luar

(Notoatmodjo, 2005).
32

Sikap individu memegang peranan dalam menentukan

bagaimanakah perilaku seseorang dilingkungannya. Pada gilirannya,

lingkungan secara timbal balik akan mempengaruhi sikap dan perilaku.

Interaksi antara situasi lingkungan dengan sikap, dengan berbagai factor

didalamnya maupun diluar diri individu akan membentuk suatu proses

kompleks yang akhirnya menentukan bentuk perilaku seseorang (Azwar,

2005).

Perilaku lingkungan dan individu saling berinteraksi satu dengan

yang lain. Ini berarti bahwa perilaku individu dapat mempengaruhi

individu itu sendiri, disamping itu perilaku juga berpengaruh pada

lingkungan. Demikian pula lingkungan, dapat mempengaruhi individu,

demikian sebaliknya (Walgito, 2003).

Gambar 2.1 Formulasi Bandura

B (behavior)

E (environment) P (person)

Sumber : Walgito, 2003


33

Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk

dibatasi karena perilaku merupakan resultansi (akibat) dari berbagai faktor,

baik internal maupun eksternal. Secara lebih terperinci, perilaku manusia

sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti

pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, presepsi, sikap dan

sebagainya. Apabila ditelusuri lebih lanjut gejala kejiwaan tersebut

dipengaruhi pula oleh faktor lain seperti pengalaman, keyakinan, sarana,

fisik, sosio-budaya dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003).

F. Kecemasan

1. Pengertian Kecemasan

Kecemasan adalah gangguan alam perasaan (affective) yang

ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang

mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam

menilai realitas, kepribadian masih tetap utuh (tidak mengalami

keretakan kepribadian/splitting of personality), perilaku dapat

terganggu tetapi masih dalam batas normal (Hawari, 2007).

Cemas berbeda dengan gangguan kecemasan. Cemas adalah

suatu perasaan takut tidak menyenangkan dan tidak dapat dibenarkan

yang sering disertai gejala fisiologis, sedangkan pada gangguan cemas

terkandung unsure penderitaan yang bermakna dan gangguan fungsi

yang disebabkan oleh kecemasan tersebut.


34

Respon yang timbul karena kecemasan yaitu khawatir,

gelisah, tidak tenang, dan dapat disertai dengan keluhan fisik. Kondisi

alamiah secara subjektif dan dikomunikasikan dalam hubungan

interpersonal (Riyadi & Purwanto, 2005).

Kecemasan adalah suatu sinyal yang menyadarkan, yang

memperingatkan adanya bahaya yang mengancam dan memungkinkan

seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman (Kaplan &

Sadock, 1997).

2. Teori Kecemasan

Menurut Kaplan dan Sadock (2007), beberapa teori tentang gangguan

kecemasan adalah sebagai berikut:

a. Teori Psikologis

1) Teori Psikoanalitik

Freud menyatakan bahwa kecemasan sebagai sinyal,

kecemasan menyadarkan ego untuk mengambil tindakan

defensive terhadap tekanan dari dalam misal dengan

menggunakan mekanisme represi, bila berhasil maka terjadi

pemulihan keseimbangan psikologis tanpa adanya gejala

kecemasan. Jika represi tidak berhasil sebagai suatu

pertahanan, maka dipakai mekanisme pertahanan yang lain

misal konvensi, regresi, ini menimbulkan gejala.


35

2) Teori Perilaku

Teori perilaku menyatakan bahwa kecemasan adalah suatu

respon yang dibiasakan terhadap stimuli lingkungan spesifik.

Contoh: seseorang dapat belajar untuk memiliki kecemasan

internal dengan meniru respon kecemasan orang tuanya.

3) Teori Eksistensial

Konsep dan teori ini adalah seseorang menjadi menyadari

adanya kemampuan yang menonjol dalam dirinya. Perasaan

lebih menggangu daripada penerimaan tentang kenyataan

kehilangan atau kematian seseorang yang tidak dapat dihindari.

Kecemasan adalah respon seseorang terhadap kehampaan

eksistensi tersebut.

b. Teori Biologis

1) Sistem Saraf Otonom

Stimuli system saraf otonom menyebabkan gejala tertentu.

Sistem kerdiovaskular takikardi, muscular nyeri kepala,

gastrotestinal diare dan sebagainya.

2) Neurotransmiter

Tiga neurostransmiter utama yang berhubungan dengan

kecemasan berdasarkan penelitian pada binatang dan respon

terhadap terapi obat, yaitu: norepinefrin, serotonin

gammaaminobutyric acid.
36

3) Penelitian Genetika

Penelitian ini mendapatkan hampir separuh dari semua pasien

dengan gangguan panik memiliki sekurang-kurangnya satu

sanak saudara yang juga menderita gangguan.

Beberapa teori memberikan kontribusi terhadap kemungkinan

faktor etiologi dalam pengembangan kecemasan. Teori-teori tersebut

adalah sebagai berikut :

a. Teori Psikodinamik

Freud (2002) mengungkapkan bahwa kecemasan

merupakan hasil dari konflik psikis yang tidak disadari. Kecemasan

menjadi tanda terhadap ego untuk mengambil aksi penurunan

cemas. Ketika mekanisme diri berhasil, kecemasan menurun dan

rasa aman datang lagi. Namun bila konflik terus berkepanjangan,

maka kecemasan ada pada tingkat tinggi. Mekanisme pertahanan

diri dialami sebagai simptom, seperti phobia, regresi dan tingkah

laku ritualistik. Konsep psikodinamik menurut Freud ini juga

menerangkan bahwa kecemasan timbul pertama dalam hidup

manusia saat lahir dan merasakan lapar yang pertama kali. Saat itu

dalam kondisi masih lemah, sehingga belum mampu memberikan

respon terhadap kedinginan dan kelaparan, maka lahirlah

kecemasan pertama. Kecemasan berikutnya muncul apabila ada

suatu keinginan dari dalam diri untuk menuntut pelepasan dari ego,

tetapi tidak mendapat restu dari super ego, maka terjadilah konflik
37

dalam ego, antara keinginan dalam diri yang ingin pelepasan dan

sangsi dari super ego lahirlah kecemasan yang kedua.

Konflik-konflik tersebut ditekan dalam alam bawah sadar,

dengan potensi yang tetap tak terpengaruh oleh waktu, sering tidak

realistik dan dibesar-besarkan. Tekanan ini akan muncul ke

permukaan melalui tiga peristiwa, yaitu : sensor super ego

menurun, desakan dalam diri meningkat dan adanya stress

psikososial, maka lahirlah kecemasan-kecemasan berikutnya.

b. Teori Perilaku

Menurut teori perilaku, Kecemasan berasal dari suatu respon

terhadap stimulus khusus (fakta), waktu cukup lama, seseorang

mengembangkan respon kondisi untuk stimulus yang penting.

Kecemasan tersebut merupakan hasil frustasi, sehingga akan

mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang di

inginkan.

c. Teori Interpersonal

Menjelaskan bahwa kecemasan terjadi dari ketakutan akan

penolakan antar individu, sehingga menyebabkan individu

bersangkutan merasa tidak berharga.

d. Teori Keluarga

Menjelaskan bahwa kecemasan dapat terjadi dan timbul secara

nyata akibat adanya konflik dalam keluarga.


38

e. Teori Biologik

Beberapa kasus kecemasan (5 - 42%), merupakan suatu perhatian

terhadap proses fisiologis. Kecemasan ini dapat disebabkan oleh

penyakit fisik atau keabnormalan, tidak oleh konflik emosional.

Kecemasan ini termasuk kecemasan sekunder (Rockwell cit stuart

& sundeens, 2002).

3. Faktor Predisposisi Kecemasan

Setiap perubahan dalam kehidupan atau peristiwa kehidupan yang

dapat menimbulkan keadaan stres disebut stresor. Stres yang dialami

seseorang dapat menimbulkan kecemasan, atau kecemasan merupakan

manifestasi langsung dari stres kehidupan dan sangat erat kaitannya

dengan pola hidup (Kaplan dan sadock, 2007).

4. GejalaKecemasan

Kaplan dan Sadock (2007), penderita yang mengalami kecemasan

biasanya memiliki gejala-gejala yang khas dan terbagi dalam beberapa

fase, yaitu :

a. Fase 1 (satu)

Keadan fisik sebagaimana pada fase reaksi peringatan,

maka tubuh mempersiapkan diri untuk fight (berjuang), atau

flight (lari secepat-cepatnya). Pada fase ini tubuh merasakan tidak

enak sebagai akibat dari peningkatan sekresi hormon adrenalin

dan nor adrenalin.


39

Oleh karena itu, maka gejala adanya kecemasan dapat

berupa rasa tegang di otot dan kelelahan, terutama di otot-otot

dada, leher dan punggung. Dalam persiapannya untuk berjuang,

menyebabkan otot akan menjadi lebih kaku dan akibatnya akan

menimbulkan nyeri dan spasme di otot dada, leher dan punggung.

Ketegangan dari kelompok agonis dan antagonis akan

menimbulkan tremor dan gemetar yang dengan mudah dapat

dilihat pada jari-jari tangan. Pada fase ini kecemasan merupakan

mekanisme peningkatan dari sistem syaraf yang mengingatkan

kita bahwa system syaraf fungsinya mulai gagal mengolah

informasi yang ada secara benar.

b. Fase 2 (dua)

Disamping gejala klinis seperti pada fase satu, seperti

gelisah, ketegangan otot, gangguan tidur dan keluhan perut,

penderita juga mulai tidak bisa mengontrol emosinya dan tidak

ada motifasi diri.

Labilitas emosi dapat bermanifestasi mudah menangis

tanpa sebab, yang beberapa saat kemudian menjadi tertawa.

Mudah menangis yang berkaitan dengan stres mudah diketahui.

Akan tetapi kadang-kadang dari cara tertawa yang agak keras

dapat menunjukkan tanda adanya gangguan kecemasan fase dua.

Kehilangan motivasi diri bisa terlihat pada keadaan seperti

seseorang yang menjatuhkan barang ke tanah, kemudian ia


40

berdiam diri saja beberapa lama dengan hanya melihat barang

yang jatuh tanpa berbuat sesuatu.

c. Fase 3 (tiga)

Keadaan kecemasan fase satu dan dua yang tidak teratasi

sedangkan stresor tetap saja berlanjut, penderita akan jatuh

kedalam kecemasan fase tiga. Berbeda dengan gejala-gejala yang

terlihat pada fase satu dan dua yang mudah di identifikasi

kaitannya dengan stres, gejala kecemasan pada fase tiga

umumnya berupa perubahan dalam tingkah laku dan umumnya

tidak mudah terlihat kaitannya dengan stres. Pada fase tiga ini

dapat terlihat gejala seperti : intoleransi dengan rangsang sensoris,

kehilangan kemampuan toleransi terhadap sesuatu yang

sebelumnya telah mampu ia tolerir, gangguan reaksi terhadap

sesuatu yang sepintas terlihat sebagai gangguan kepribadian.

5. Klasifikasi tingkat kecemasan

Ada empat tingkat kecemasan, yaitu ringan, sedang, berat dan panik

(Alimul, 2003):

a. Kecemasan ringan

Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan dalam

kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi

waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan ringan

dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan

kreatifitas. Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah


41

kelelahan, iritabel, lapang persepsi meningkat, kesadaran tinggi,

mampu untuk belajar, motivasi meningkat dan tingkah laku sesuai

situasi.

b. Kecemasan sedang

Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada masalah yang

penting dan mengesampingkan yang lain sehingga seseorang

mengalami perhatian yang selektif, namun dapat melakukan

sesuatu yang terarah. Manifestasi yang terjadi pada tingkat ini yaitu

kelelahan meningkat, kecepatan denyut jantung dan pernapasan

meningkat, ketegangan otot meningkat, bicara cepat dengan

volume tinggi, lahan persepsi menyempit, mampu untuk belajar

namun tidak optimal, kemampuan konsentrasi menurun, perhatian

selektif dan terfokus pada rangsangan yang tidak menambah

ansietas, mudah tersinggung, tidak sabar,mudah lupa, marah dan

menangis.

c. Kecemasan berat

Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang dengan

kecemasan berat cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang

terinci dan spesifik, serta tidak dapat berpikir tentang hal lain.

Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat

memusatkan pada suatu area yang lain. Manifestasi yang muncul

pada tingkat ini adalah mengeluh pusing, sakit kepala, nausea, tidak

dapat tidur (insomnia), sering kencing, diare, palpitasi, lahan


42

persepsi menyempit, tidak mau belajar secara efektif, berfokus

pada dirinya sendiri dan keinginan untuk menghilangkan

kecemasan tinggi, perasaan tidak berdaya, bingung, disorientasi.

d. Panik

Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror karena

mengalami kehilangan kendali. Orang yang sedang panik tidak

mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Tanda

dan gejala yang terjadi pada keadaan ini adalah susah bernapas,

dilatasi pupil, palpitasi, pucat, diaphoresis, pembicaraan inkoheren,

tidak dapat berespon terhadap perintah yang sederhana, berteriak,

menjerit, mengalami halusinasi dan delusi.

6. Respon Fisiologis terhadap Kecemasan

Kaplan dan Sadock (2007) respon fisiologis terhadap kecemasan

antara lain:

a. Kardio vaskuler; Peningkatan tekanan darah, palpitasi, jantung

berdebar, denyut nadi meningkat, tekanan nadi menurun, syok dan

lain-lain.

b. Respirasi; napas cepat dan dangkal, rasa tertekan pada dada, rasa

tercekik.

c. Kulit: perasaan panas atau dingin pada kulit, muka pucat,

berkeringat seluruh tubuh, rasa terbakar pada muka, telapak tangan

berkeringat, gatal-gatal.
43

d. Gastro intestinal; Anoreksia, rasa tidak nyaman pada perut, rasa

terbakar di epigastrium, nausea, diare.

e. Neuromuskuler; Reflek meningkat, reaksi kejutan, mata berkedip-

kedip, insomnia, tremor, kejang, wajah tegang, gerakan lambat.

7. Respon Psikologis terhadap Kecemasan

a. Perilaku: Gelisah, tremor, gugup, bicara cepat dan tidak ada

koordinasi, menarik diri, menghindar.

b. Kognitif: Gangguan perhatian, konsentrasi hilang, mudah lupa,

salah tafsir, bloking, bingung, lapangan persepsi menurun,

kesadaran diri yang berlebihan, kawatir yang berlebihan,

obyektifitas menurun, takut kecelakaan, takut mati dan lain-lain.

c. Afektif: Tidak sabar, tegang, neurosis, tremor, gugup yang luar

biasa, sangat gelisah dan lain-lain.

8. Faktor yang mempengaruhi kecemasan pada ibu hamil

a. Status kesehatan ibu dan bayi

Kehamilan merupakan proses berkembangnya janin dalam rahim

ibu, kondisi atau perkembangan janin sangat dipengaruhi oleh

kesehatan ibunya (Llewellyn, 2005). Sementara itu perubahan

hormonal diawal kehamilan menyebabkan ibu hamil mengalami

mual, muntah, keletihan, dan kurang sehat. Kondisi tersebut

membuat ibu cemas akan kondisi bayi dalam kandungannya

(Pusdiknakes, 2003).
44

b. Kehamilan yang direkomendasikan

Sebagian besar orang, kehamilan merupakan hal-hal yang sangat

diharapkan. Kehadiran seorang anak atau anggota baru dipandang

akan memberikan kecerahan dalam hidup mereka. Oleh karena itu,

ibu hamil yang sangat menginginkan kehamilannya akan merasa

lebih tenang dan menikmati proses kehamilannya.

c. Umur kehamilan

Kecemasan pada kehamilan akan muncul pada TM I(0-12 minggu),

ibu akan mengalami kelemahan, keletihan, dan perasaan mual.

Membuat calon ibu merasa tidak sehat dan mengalami depresi.

Kemudian kecemasan berkurang pada TM II (12-28 minggu),

karena pada TM ini ibu merasa sehat. Tubuh ibu sudah terbiasa

dengan kadar hormone yang lebih tinggi dan rasa tidak nyaman

karena hamil berkurang. Ibu sudah dapat menerima kehamilannya

dan mulai dapat menggunakan energy dalam pikirannya secara

konstruktif. Pada TM III (28-40 minggu) kecemasan ibu akan

muncul lagi sekitar bulan ke-8 mungkin terdapat periode tidak

semangat dan depresi. Ketika bayi membesar dan ketidak

nyamanan bertambah.

d. Dukungan suami

Wujud dari dukungan keluarga khususnya suami meliputi

informasi, emosi, penilaian, instrument, atau finansial (Nurgiwiati,

2002).
45

e. Pengalaman kehamilan lalu

Pengalaman merupakan guru terbaik dalam kehidupan agar tidak

terjadi pengulangan kesalahan atau musibah yang pernah dialami

sebelumnya. Begitu pula pada seorang wanita hamil memiliki

presepsi mengenai kehamilan dari pengalaman kehamilan

sebelumnya (multigravida) dan pengalaman kehamilan orang lain.

Prespsi ibu hamil yang negative terhadap kehamilannya akan

cenderung menyebabkan kecemasan dan penolakan terhadap

kehamilannya (Farrer, 1999).

f. Faktor pendidikan

Orang yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi, dalam

menghadapi gagasan-gagasan baru akan lebih banyak

menggunakan rasio daripada emosi (BKKBN, 1998).

Hal ini sesuai dngan pernyataan Brower (1981), bahwa

faktor pendidikan seseorang sangan menentukan kecemasan. Klien

dengan pendidikan tinggi akan lebih mampu mengatasi dan

menggunakan kopping yang efektif dan konstruktif daripada

seseorang dengan pendidikan rendah.

g. Status ekonomi

Frekuensi pemeriksaan kehamilan yang kurang dan lilitan

kemiskinan yang memaksa ibu hamil tetap bekerja akan semakin

memperburuk kondisi kehamilan dan janinnya. Kemudian akan

meningkatkan kecemasan ibu selama hamil (Depkes RI, 2000).


46

h. Budaya

Di Indonesia, adat istiadat, tradisi, dan budaya yang diwarnai

kepercayaan dan keyakinan tradisional masih sangat berpengaruh.

Begitu pula pada kehamilan, masih adanya tradisi, mitos, dan

kepercayaan yang dipercayai ibu hamil. Hal tersebut akan

menimbulkan ketakutan pada ibu hamil, Ketakutan selama

kehamilan akan menambah beban kecemasan pada ibu hamil.

i. Agama

Agama dapat membedakan pedoman kehidupan baik pribadi

maupun masyarakat secara luas. Juga dapat mempengaruhi

pandangan hidup masyarakat terhadap sesuatu.

9. Pengukuran kecemasan

Menurut Alimul (2003) untuk mengetahui sejauh mana

derajat kecemasan baik itu kecemasan ringan, sedang, berat dan berat

sekali atau panic digunakan alat ukur kecemasan yang dikenal dengan

Hamilton Rating Scale of Anxienty (HRS-A).

Alat ukur ini terdiri dari 14 kelompok gejala yang masing-

masing dirinci lagi dengan gejala yang lebih spesifik. Masing-masing

kelompok gejala diberi penilaian angka (score) antara 0-4, yang

artinya adalah :

Nilai 0 : Tidak ada gejala(keluhan)

Nilai 1 : Gejala ringan


47

Nilai 2 : Gejala sedang

Nilai 3 : Gejala berat

Nilai 4 : Gejala berat sekali/ panik

Masing-masing nilai angka (score) dari ke 14 kelompok gejala

tersebut dijumlahkan dan hasil dari penjumlahan tersebut dapat

diketahui derajat kecemasan seseorang, yaitu:

Total nilai (score):

<14 : tidak ada kecemasan

14 - 20 : kecemasan ringan

21 – 27 : kecemasan sedang

28 – 41 : kecemasan berat

42 – 56 : kecemasan berat sekali atau panik

Hal-hal yang dinilai dalam HRS-A sebagai berikut :

Gejala Kecemasan Nilai Angka ( Score )

01. Perasaan Cemas (ansietas) 0 1 2 3 4

 Cemas

 Firasat buruk

 Takut akan fikiran sendiri

 Mudah tersinggung

02. Ketegangan 0 1 2 3 4

 Merasa tegang

 Lesu
48

 Tidak bisa istirahat tenang

 Mudah terkejut

 Mudah menangis

 Gemetar

 Gelisah

03. Ketakutan 0 1 2 3 4

 Pada gelap

 Pada orang asing

 Ditinggal sendiri

 Pada binatang besar

 Pada keramaian lalulintas

 Pada kerumunan orang banyak

04. Gangguan tidur 0 1 2 3 4

 Sukar masuk tidur

 Terbangun malam hari

 Tidur tidak nyenyak

 Bangun dengan lesu

 Banyak mimpi-mimpi

 Mimpi buruk

 Mimpi menakutkan

05. Gangguan kecerdasan 0 1 2 3 4

 Sukar konsentrasi
49

 Daya ingat menurun

 Daya ingat buruk

06. Perasaan depresi (murung) 0 1 2 3 4

 Hilangnya minat

 Berkurangnya kesenangan pada hobi

 Sedih

 Bangun dini hari

 Perasaan berubah-ubah sepanjang hari

07. Gejala somatic/fisik (otot) 0 1 2 3 4

 Sakit dan nyeri otot-otot

 Kaku

 Kedutan otot

 Gigi gemerutuk

 Suara tidak stabil

08. Gejala somatic/fisik (sensorik) 0 1 2 3 4

 Tinnitus (telinga berdenging)

 Penglihatan kabur

 Muka merah atau pucat

 Merasa lemas

 Perasaan ditusuk-tusuk

09. Gejala kardiovaskuler ( jantung dan 0 1 2 3 4


50

Pembuluh darah )

 Takikardia ( denyut jantung cepat)

 Berdebar-debar

 Nyeri di dada

 Denyut nadi mengeras

 Rasa lesu/lemas seperti mau pingsan

 Detak jantung menghilang

( berhenti sekejap )

10. Gejala respiratori ( pernafasan) 0 1 2 3 4

 Rasa tertekan atau sempit di dada

 Rasa tercekik

 Sering menarik nafas

 Napas pendek/sesak

11. Gejala gastrointestinal (pencernaan ) 0 1 2 3 4

 Sulit menelan

 Perut melilit

 Gangguan pencernaan

 Nyeri sebelum dan sesudah makan

 Perasaan terbakar diperut

 Rasa penuh atau kembung

 Mual

 Muntah
51

 Buang air besar lembek

 Sukar buang air besar (konstipasi)

 Kehilangan berat badan

12. Gejala urogenital ( perkemihan dan kelamin) 0 1 2 3 4

 Sering buang air kecil

 Tidak dapat menahan air seni

 Tidak datang bulan (tidak ada haid)

 Darah haid berlebihan

 Darah haid amat sedikit

 Masa hadi berkepanjangan

 Masa haid amat pendek

 Haid beberapa kali dalam sebulan

 Menjadi dingin (frigid)

 Ejakulasi dini

 Ereksi ilmiah

 Ereksi hilang

 Impotensi

13. Gejala autonom 0 1 2 3 4

 Mulut kering

 Muka merah

 Mudah berkeringat

 Kepala pusing
52

 Kepala terasa berat

 Kepala terasa sakit

 Bulu-bulu berdiri

14. Tingkah laku (sikap) pada wawancara 0 1 2 3 4

 Gelisah

 Tidak tenang

 Jari gemetar

 Kerut kening

 Muka tegang

 Otot tegang / mengeras

 Nafas pendek dan cepat

 Muka merah

G. Hubungan Seksual Pada Kehamilan

1. Perubahan yang terjadi pada wanita hamil

Menurut Arief (2008), hubungan seksual selama masa

kehamilan, pada umumnya diperbolehkan asalkan dilakukan dengan

hati-hati. Selain perubahan fisik, wanita yang sedang hamil biasanya

memiliki perubahan kebutuhan akan perhatian dan keintiman dalam

hubungan dengan pasangannya. Dari sisi emosianal, wanita hamil lebih

sensitif, dan keintiman sudah bisa mereka rasakan lewat sentuhan atau

sekedar bicara berdua dengan pasangan di tempat tidur sambil

berpegangan tangan, meski begitu hubungan seks sama sekali tidak


53

dilarang selama masa kehamilan. Hubungan seksual sebaiknya

dilakukan setelah kehamilan 16 minggu serta 6 minggu sebelum dan 6

minggu setelah persalinan.

Perubahan hormon juga mempengaruhi hasrat seksual selama

hamil. Tiga bulan pertama perempuan hamil biasanya lebih bergairah

walaupun rasa mual dan pusing sering menyerang. Sedangkan tiga

bulan selanjutnya sensasi baru akan terasa karena adanya perubahan

fisik tubuh. Hanya saja, walau perubahan hormonal bisa membuat

hasrat bertambah besar, namun kondisi fisik bisa saja mempengaruhi

suasana hati sehingga malah membungkam hasrat itu. Seperti pada

triwulan pertama, walau hormon membuat libido naik, tetapi rasa mual,

muntah dan sakit kepala bisa saja membekukan hasrat tersebut.

2. Posisi dalam berhubungan seksual

Dalam melakukan hubungan seksual ada beberapa posisi yang dapat

digunakan, yaitu (Arief, 2008):

a. Posisi wanita diatas

Posisi ini yang paling nyaman untuk banyak ibu hamil terutama

karena wanita hamil dapat mengontrol kedalaman penetrasi.

b. Posisi duduk

Posisi ini biasanya pada kehamilan pertengahan atau lanjut dimana

tidak memerlukan banyak gerakan. Pria duduk dan wanita duduk

diatasnya saling berhadapan atau membelakangi yang pria bila perut


54

sudah sangat besar. Posisi ini juga memungkinkan wanita untuk

mengontrol kedalaman penetrasi.

c. Posisi laki-laki diatas tetapi berbaring hanya separuh tubuh.

d. Posisi berlutut atau berdiri.

3. Seks yang aman selama kehamilan

Dalam melakukan hubungan seksual yang aman selama kehamilan

perlu diketahui rambu – rambu/batasan, sehingga kehamilan ibu tidak

mengalami gangguan (Arief, 2008):

a. Posisi woman on top atau menyamping adalah posisi yang nyaman

untuk wanita hamil.

b. Sebelum melakukan penetrasi yang dalam, yang harus diutamakan

adalah kenyamanan dan kebebasan ibu hamil.

c. Penggunaan benda asing di sekitar vagina atau alat bantu seks, sebisa

mungkin dihindari.

d. Rasa pengertian, empati, kreatifitas dan humor adalah aspek yang

sebaiknya ada ketika melakukan hubungan seksual pada saat

kehamilan.

e. Kapan pun, ibu hamil berhak mengatakan ’Tidak’

f. Jika kehamilannya memiliki resiko tinggi, penetrasi dan orgasme

sebaiknya dihindari sampai dokter menyatakan aman. Rangsangan

melalui puting juga harus dihindari pada kondisi kehamilan resiko

tinggi.

g. Hindari penetrasi jika air ketuban bocor atau pecah.


55

h. Kontak seksual dalam bentuk apa pun harus dihindari jika ibu hamil

atau pasangannya telah terkontaminasi atau terkena virus HIV.

Gunakan kondom jika memang tetap ingin melakukan aktivitas

seksual.

4. Faktor Risiko

Seorang wanita yang hamil namun memiliki riwayat infertilitas,

abortus habitualis dan primi tua sebaiknya diajurkan tidak melakukan

hubungan kelamin dalam kehamilan muda (sebaikya > 16 minggu). Jika

terjadi perdarahan selama kehamilan walaupun sedikit, merupakan

kontraindikasi untuk melakukan hubungan seksual.

Perlu diingat sikap hati-hati saat bersenggama, sebaiknya tetap

diperhatikan pasangan pada empat bulan pertama kehamilan, karena

dikhawatirkan bisa terjadi abortus spontan. Hal ini bisa terjadi, karena

placenta sebagai pelindung kehamilan belum terbentuk sempurna,

padahal selain fungsinya sebagai bantalan (pelindung) janin, placenta

ini menghasilkan hormon progesteron yang dikenal sebagai hormon

penguat kehamilan.

Sikap hati-hati ini, juga harus diperhatikan oleh suami-istri saat

kehamilan 7 sampai 9 bulan karena dikhawatirkan adanya kontraksi

rahim, dapat memicu kelahiran prematur (kelahiran saat usia kehamilan

28-37 minggu).

Keguguran bisa disebabkan karena banyak hal antara lain,

infeksi kandungan, infeksi mulut rahim, atau hanya karena asupan gizi
56

yang kurang baik. Selain itu abortus bisa terjadi karena benturan seperti

jatuh atau akibat hubungan seksual. Kontraksi rahim saat hubungan

seksual terjadi, bila istri mencapai orgasme, yakni otot vagina dan

rahim mengalami kontraksi. Jika kontraksinya kuat bisa menyebabkan

perdarahan setelah berhubungan intim ini disebabkan karena pada saat

orgasme pembuluh darah yang masuk ke dalam placenta (untuk

menyalurkan Oksigen) terjepit, sehingga dikhawatirkan asupan Oksigen

ke janin terhambat.

Selama Kontraksi yang tidak berkepanjangan hal ini tak perlu

dikhawatirkan. Namun buat wanita yang pernah keguguran atau

kesulitan mendapat anak, disarankan hati-hati waktu melakukan

hubungan seksual pada hamil muda, atau dihindari sama sekali.

Orgasme yang terjadi pada waktu kehamilan tidak berbahayauntuk bayi

karena adanya lendir dari cervik (mulut rahim) dari ibu yang membantu

melawan terhadap kuman / infeksi yang akan masuk ke dalam pintu

rahim, dan secara alamiah. Bayi dalam kandungan berada dalam

kantung rahim dan cairan ketuban serta otot rahim dan perut yang kuat

yang melindungi bayi selama dalam proses kehamilan.

Kehamilan dengan risiko tinggi, kemungkinan komplikasi,

atau anda menemukan sesuatu gejala yang tidak biasa setelah atau

selama melakukan hubungan seksual seperti rasa nyeri, kontraksi atau

keluar darah, sebaiknya hubungi dokter anda sebelum anda melakukan

hubungan seksual lagi (Arief, 2008).


57

5. Kehamilan Beresiko yang tidak disarankan melakukan hubungan seks

Menurut Arief (2008), secara umum hubungan seksual tidak dianjurkan

pada kasus-kasus kehamilan tertentu, misalnya:

a. Ancaman keguguran atau riwayat keguguran.

b. Placenta letak rendah (plasenta previa).

c. Riwayat kelahiran prematur.

d. Perdarahan vagina atau keluar cairan yang tak diketahui

penyebabnya serta kram.

e. Selama trimester terakhir pada kasus kandungan kembar.

f. Dilatasi /pelebaran servik.

g. Penyakit seksual yang menular (IMS).


58

H. Kerangka Teori

Berdasarkan tinjauan teori diatas, makakerangka teorinya sebagai

berikut:

Status Kesehatan
ibu dan bayi

Agama

Dukungan Suami

Umur Ibu

Paritas Ibu

Budaya Tingkat
Kecemasan

Kehamilan yang
diinginkan

Umur Kehamilan

Status Ekonomi

Pengalaman
Kehamilan

Sumber: Modifikasi Manuaba (2010), Saddock dan Kaplan (1997)

Gambar 2.2 Kerangka Teori factor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan


59

I. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkankerangka teori diatas maka dapat dirumuskan kerangka

konsep penelitian sebagai berikut:

Gambar 2.3 Kerangka Konsep


Variabel Independent Variabel Dependent

Tingkat Kecemasan Ibu


Usia Hamil Primigravida dalam
Kehamilan Melakukan Hubungan
Seksual

J. Variabel Penelitian

Variabel-variabel yang diteliti meliputi:

1. Variabel Independent (bebas)

Merupakan suatu variabel yang menjadi sebab atau timbulnya

variabel dependent/terikat, atau variabel yang nilainya menentukan

variabel lain. Variabel independent dalam penelitian ini adalah usia

kehamilan.

2. Variabel Dependent (terikat)

Merupakan variabel yang dipengaruhi/akibat variable

independent/bebas.Variabel dependent dalam penelitian ini adalah

tingkat kecemasan ibu hamil primigravida dalam melakukan hubungan

seksual.
60

K. Hipotesis penelitian

Hipotesis penelitian yang disusun yaitu,

H1 : Ada hubungan antara usia kehamilan dengan kecemasan ibu hamil

primigravida dalam melakukan hubungan seksual.

Anda mungkin juga menyukai