Anda di halaman 1dari 8

e-journal Keperawatan(e-Kp) Volume 7 Nomor 2, Agustus 2019

STIMULASI MOTORIK DENGAN PERKEMBANGAN FISIK


PADA ANAK USIA 3-5 TAHUN
Julio Ruauw
Sefti S.J Rompas
Lenny Gannika

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran


Universitas Sam Ratulangi
Email : julioruauw0594@gmail.com
Abstrack: Child development is all changes that occur in children that can be seen from various
aspects, including physical aspects. Child development consists of motor development,
cognitive development, and language development, where this development must be passed
according to the period of development or according to the age of the child. Objective : To
determine the relationship between motor stimulation and development in children aged 3-5
years in the Paslaten region. Method : This design uses quantitative descriptive research with
cross sectional approach, using the chi-square test the number of population taken as many as
57 toddlers The sample used with the total sampling method. Conclusion: Relationship of
Motor Stimulation with Physical Development of Toddlers Aged 3-5 Years in Paslaten Work
Area of Remboken Health Center, Year 2019, and with this research it is expected that the
results of this study can be readings of local Puskesmas in providing socialization to mothers
who have children under five in the knowledge and development of children in the lives of
children under five. Need to socialize for good nutrition so children can grow well according
to the age of children under five.
Keywords: Motor Stimulation, Physical Development of Toddlers

Abstrak : Perkembangan anak merupakan segala perubahan yang terjadi pada anak yang dapat
dilihat dari berbagai aspek, antara lain aspek fisik. Perkembangan anak terdiri dari
perkembangan motorik, perkembangan kognitif, dan perkembangan bahasa, dimana
perkembangan ini harus dilalui sesuai periode perkembangan atau sesuai umur anak. Tujuan
Penelitian : Untuk mengetahui hubungan stimulasi motorik dengan perkembangan pada balita
usia 3-5 tahun didesa Paslaten wilayah. Metode : Desain ini menggunakan penelitian deskriptif
kuantitatif dengan pendekatan cross sectional, dengan menggunakan uji chi-square jumlah
populasi yang di ambil sebanyak 57 balita Sampel yang digunakan dengan metode total
sampling. Penelitian ini dilaksanakan dengan mengikuti prinsip etik penelitian berdasarkan
Komite Nasional Etik Penelitian Kesehatan dalam merupakan sebagai berikut:
Kesimpulan : Hubungan Stimulasi Motorik dengan Perkembangan Fisik Balita Usia 3-5
Tahun Didesa Paslaten Wilayah Kerja Puskesmas Remboken, Tahun 2019, dan dengan adanya
penelitian ini diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan Puskesmas setempat
dalam memberikan sosialisasi kepada ibu – ibu yang memilki anak balita dalam pengetahuan
dan perkembangan anak dalam kehidupan anak balita. Diketahui bahwa sebagian besar
responden mempunyai kategori yang memiliki perkembangan normal.
Kata Kunci : Stimulasi Motorik, Perkembangan Fisik Balita.

1
e-journal Keperawatan(e-Kp) Volume 7 Nomor 2, Agustus 2019

PENDAHULUAN terdapat pada aspek motorik kasar (seperti


Masa balita merupakan waktu yang berjalan, duduk), 30% motorik halus
sangat penting dan sangat berpengaruh (seperti Menulis, memegang), 44% bicara
terhadap perkembangannya. Pada saat bahasa dan 16% sosialisasi kemandirian
inilah penting untuk merencanakan terkait (Cempaka, 2016).
dengan perkembangan seorang anak. Masalah yang di timbulkan oleh
Perkembangan anak merupakan segala keterlambatan perkembangan salah satunya
perubahan yang terjadi pada anak yang balita akan bermasalah dalam hubungan
dapat dilihat dari berbagai aspek, antara lain sosial awal dengan teman sebayanya, yang
aspek fisik. Perkembangan anak terdiri dari menyebabkan balita merasa kesepian dan
perkembangan motorik, perkembangan tidak mempunyai kesempatan untuk
kognitif, dan perkembangan bahasa, berperilaku sesuai dengan teman
dimana perkembangan ini harus dilalui sebayanya. Perkembangan selanjutnya
sesuai periode perkembangan atau sesuai setelah bertambah usia akan mempengaruhi
umur anak (Soejatingsih, 2010). kecerdasan emosi, kecerdasan mental anak
Permasalahan gangguan dan kemungkinan jangka panjang anak
perkembangan di tengah masyarakat dari secara kecerdasan IQ bagus namun
tahun ke tahun khususnya di Indonesia kecerdasan EQ terlambat (Suhartini, 2011).
masih belum teratasi. Kejadian ini Stimulasi perkembangan motorik
dibuktikan oleh angka kejadian masalah yang lambat dapat disebabkan oleh hal-hal
perkembangan anak di dunia sekitar 12-16 tertentu seperti faktor keturunan dan faktor
%, sedangkan prevalensi masalah lingkungan. Faktor keturunan dimana pada
perkembangan anak di Indonesia pada keluarganya rata-rata perkembangan
tahun 2013 sebesar 11-16 %. Pada tahun motorik lambat dan faktor lingkungan pula
2014 sebesar 10-14% anak mengalami seperti anak tidak ada kesempatan untuk
gangguan perkembangan sedangkan tahun belajar karena terlalu dimanjakan, selalu
2015 sejumlah 13-18% (Novianti, 2015). digendong atau diletakkan di babywalker
Data dari Dinkes Provinsi Jawa Timur terlalu lama dan juga anak yang mengalami
terdapat 3-5% anak mengalami deprivasi meternal. Disamping itu, faktor
keterlambatan motorik. Data jumlah balita kepribadian anak misalnya anak sangat
kabupaten Madiun pada Tahun 2015 penakut, gangguan retadasi mental juga
berjumlah 2.449 balita yang mengalami adalah penyebab perkembangan motorik
keterlambatan perkembangan motorik yang lambat. Selain itu, kelainan tonus otot,
sebanyak 906 atau 36,9 % balita (Depkes obesitas, penyakit neuromuscular seperti
RI,2015). penyakit duchenne muscular dystrophy dan
Ikatan Dokter Anak Indonnesia buta juga merupakan gangguan
(IDAI) Jawa Timur melakukan perkembangan motorik. (Soejatiningsih,
pemeriksaan terhadap 2.634 anak dari usia 2012)
0-72 bulan. Hasil pemeriksaan tersebut Sutrisno (2014), pada umumnya
menunjukkan hasil perkembangan normal anak memiliki pertumbuhan dan
sesuai usia 53%, meragukan perkembangan yang normal dan ini
(Membutuhkan pemeriksaan lebih dalam) merupakan hasil interaksi banyak faktor
sebanyak 13 % dan penyimpangan yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan sebanyak 34%. 10% dari perkembangan anak. Faktor-faktor tersebut
penyimpangan perkembangan tersebut meliputi genetic, lingkungan, mekanisme,
2
e-journal Keperawatan(e-Kp) Volume 7 Nomor 2, Agustus 2019

toksin/zat kimia, gizi, hubungan anak memberikan stimulus, meningkatkan status


dengan keluarga, stimulasi, dan APE (Alat gizi, APE (alat permainan edukatif) serta
Permainan Edukatif). pola pengasuhan orang tua (Lindawati,
Sutrisno (2014), pada umumnya 2014).
anak memiliki pertumbuhan dan Hasil study pendahuluan yang
perkembangan yang normal dan ini dilakukan di desa Paslaten wilayah kerja
merupakan hasil interaksi banyak faktor Puskesmas Remboken Kecamatan
yang mempengaruhi pertumbuhan dan Minahasa terdapat 57 balita usia 3-5 tahun.
perkembangan anak. Faktor-faktor tersebut Berdasarkan hasil wawancara dan
meliputi genetic, lingkungan, mekanisme, observasi langsung yang dilakukan pada
toksin/zat kimia, gizi, hubungan anak salah satu perawat didapatkan di puskesmas
dengan keluarga, stimulasi, dan APE (Alat dan Ibu anak ada 4 anak balita yang
Permainan Edukatif).. mengalami keterlambatan perkembangan
Kenyataan yang ada di masyarakat fisik, dari 10 balita usia 3-5 tahun. Hal ini
tidak semua anak balita dapat berkembang menunjukan bahwa masih ada anak yang
secara normal. Seperti ketika anak sudah memiliki keterlambatan Stimulasi motorik
berumur satu tahun, anak sudah bisa di tempat tersebut. Hasil tersebut
berjalan. Namun terdapat anak yang didapatkan dari penilaian Puskesmas
mengalami terlambat berjalan, meski usia Remboken karena data yang diperlukan
sudah lebih dari setahun. Salah satu yaitu keterlambatan motorik terdapat pada
penyebabnya merupakan kurangnya orang lokasi tersebut.
tua dalam merangsang motorik kasar pada
anak. Orang tua selalu khawatir anak jatuh METODE PENELITIAN
sehingga sering mengendongnya, hal ini Desain ini menggunakan penelitian
juga akan membuat anak terlambat deskriptif kuantitatif dengan pendekatan
berjalan. Sebab otot-otot kaki anak tidak cross sectional. Dimana pengambilan
pernah mendapat stimulus untuk bergerak variabel dependent (terikat) dan
(Supratiknya.A. 1995). independent (bebas) dilakukan secara
Penilaian pertumbuhan dan bersamaan (Notoatmodjo, 2012). Lokasi
perkembangan dapat dilakukan sedini Penelitian telah dilakukan di Desa Paslaten
mungkin sejak anak dilahirkan. Deteksi Wilayah Kerja Puskemas Remboken,
dini merupakan upaya penjaringan yang Waktu Penelitian ini , Penelitian telah
dilaksanakan secara komprehensif untuk dilaksanakan pada bulan Juni 2019.
menemukan penyimpangan pada tumbuh Populasi merupakan keseluruhan
kembang anak. Upaya-upaya yang dapat subjek penelitian (Nursalam, 2008).
dilakukan untuk perkembangan motorik Populasi pada penelitian ini adalah orang
anak secara optimal dapat dilakukan tua yang mempunyai anak usia 3-5 tahun di
dengan memberikan stimulus, Desa Paslaten sebanyak 57 orang.
meningkatkan status gizi, APE (alat Sampel pada penelitian ini diambil total
permainan edukatif) serta pola pengasuhan sampling.
orang tua (Lindawati, 2014). Penilaian Kuesioner untuk memperoleh
pertumbuhan dan perkembangan dapat informasi dari responden, peneliti
dilakukan sedini mungkin sejak anak menggunakan alat pengumpulan data
dilahirkan. Deteksi dini merupakan upaya berupa kuesioner untuk perkembangan
penjaringan yang dilaksanakan secara motorik anak yang berjumlah 10 pertanyaan
komprehensif untuk menemukan dengan pilihan jawaban SM: Sangat
penyimpangan pada tumbuh kembang Mampu, M: Mampu, KM: Kurang Mampu,
anak. Upaya-upaya yang dapat dilakukan SKM Sangat Kurang Mampu Untuk skor
untuk perkembangan motorik anak secara nilai median, yaitu: Skor terendah x jumlah
optimal dapat dilakukan dengan pertanyaan: 1 x 10 = 10 ,Skor tertinggi x

3
e-journal Keperawatan(e-Kp) Volume 7 Nomor 2, Agustus 2019

jumlah pertanyaan: 4 x 10 = 40, Nilai dikoding. Data yang telah dikoding


median yang diperoleh adalah: (10+40) = kemudian dimasukkan terlebih dahulu
50 : 2 + 1 = 26, Nilai median “26” kedalam master tabel. Entri data dapat
selanjutnya sebagai cut off point dilakukan dengan cara manual atau dengan
(Sunyoto dan Setiawan, 2013) Normal > 26 paket program komputer.
dan Abnormal ≤ 26 dengan pilihan jawaban c. Cleaning
SL (Selalu) , SR (Sering) , R (Jarang) dan Untuk meyakinkan bahwa data yang telah
TM (Tidak)Melakukan Untuk skor nilai dientri/dimasukkan betul-betul bersih dari
median, yaitu: kesalahan. Penelitian ini dilaksanakan
Skor terendah x jumlah pertanyaan: 1 x 10 dengan mengikuti prinsip etik penelitian
= 10, Skor tertinggi x jumlah pertanyaan: 4 berdasarkan Komite Nasional Etik
x 10 = 40, Nilai median yang diperoleh Penelitian Kesehatan dalam (Nursalam,
adalah: (10+40) = 50 : 2 + 1 = 26 Nilai 2009) adalah sebagai berikut:
median “26” selanjutnya sebagai cut off d.Informed consent
point (Sunyoto dan Setiawan, 2013) baik Lembar persetujuan ini akan diberikan
jika > 26 dan buruk jika ≤ 26.Analis yang kepada responden (Ibu) yang memenuhi
menggunakan analisis Univariat terhadap kriteria inklusi. Jika subjek menolak,
variabel penelitian untuk melihat tampilan peneliti tidak memaksa dan menghormati
distribusi frekuensi dan persentase dari tiap- hak-hak mereka.
tiap variabel. e. Anonomity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak
1. Analisa Bivariat akan mencantumkan nama responden, tapi
Analisa bivariat merupakan analisa yang lembar tersebut deberikan kode atau inisial.
digunakan untuk melihat hubungan antara f. Confidentially
variabel bebas dengan variabel terikat yang Kerahasiaan informal responden dijamin
di duga berhubungan atau berkorelasi oleh peneliti dan hanya data-data tertentu
(Notoatmodjo, 2012). Uji statistik yang yang akan dilaporkan sebagai hasil
digunakan adalah Chi-Square dengan peneitian. Penelitian ini dilaksanakan
derajat kepercayaan 95%. Jika angka dengan mengikuti prinsip etik penelitian
signifikansi hasil < 0.05, maka terdapat berdasarkan Komite Nasional Etik
adanya hubungan antara variabel signifikan Penelitian Kesehatan.
atau menunjukkan hubungan bermakna.
Jika angka signifikansi hasil riset > 0.05, HASIL dan PEMBAHASAN
maka tidak terdapat adanya hubungan Tabel 1. Distribusi berdasarkan Umur Ibu
antara variabel tidak signifikan atau yang memiliki balita di Desa Paslaten
menunjukkan hubungan tidak bermakna. wilayah kerja Puskesmas Remboken,
Prosedur pengolahan data yang dilakukan Tahun 2019
yaitu: Umur n %
a. Editing Responden
Proses editing dilakukan setelah data >25 Tahun 33 57.9
terkumpul dan dilakukan dengan < 25 Tahun 24 42.1
memeriksa kelengkapan data, memeriksa Total 57 100.0
kesinambungan data, dan memeriksa Sumber data: Data Primer 2019
keseragaman data. Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa
b. Coding sebagian besar umur responden ibu yang
Untuk memudahkan pengolahan data, memiliki anak balita berada pada umur > 25
semua jawaban atau data disederhanakan tahun yakni sebanyak 33 responden
yaitu dengan memberikan simbol-simbol (57.9%), dan pada kelompok umur < 25
tertentu untuk setiap jawaban. Tabulasi tahun sebanyak 24 responden (42.1%).
dilakukan setelah seluruh variabel

4
e-journal Keperawatan(e-Kp) Volume 7 Nomor 2, Agustus 2019

2. Analisa Univariat Tabel 4. Hubungan Stimulasi Motorik


Tabel 2. Distribusi berdasarkan stimulasi dengan Perkembangan Fisik Anak Usia 3-5
motorik anak di Desa Paslaten wilayah Tahun Didesa Paslaten Wilayah Kerja
kerja Puskesmas Remboken, Tahun 2019 Puskesmas Remboken, Tahun 2019
Stimulasi Perkembangan Fisik
n % Stimulasi Total 𝜌
Motorik Motorik
Abnormal Normal
Value
Baik 37 64.9 n % n % n %
Buruk 20 35.1 Baik 8 14,0 29 50,9 37 64,9
Total 57 100.0 Buruk 11 19,3 9 15,8 20 35,1 0,024
Sumber data: Data Primer 2019 Total 19 33,3 38 66,7 57 100
Sumber data: Data Primer 2019
Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa
sebagian besar responden mempunyai Berdasarkan hasil tabulasi silang
kategori stimulasi baik yaitu sebanyak 37 menunjukan bahwa sebanyak 20 anak balita
anak balita (64.9%), dan balita yang (35.1%) yang mempunyai stimulasi
memiliki stimulasi motorik buruk sebanyak motorik buruk, terdapat 11 responden
20 balita (35.1%). Perkembangan Fisik (19.3%) yang memiliki perkembangan fisik
Balita. abnormal, dan terdapat 9 responden
(15.8%) yang memiliki perkembangan fisik
Tabel 3. Distribusi berdasarkan normal. Terdapat sebanyak 37 anak balita
perkembangan fisik balita di Desa Paslaten (64.9%) yang memiliki stimulasi motorik
wilayah kerja Puskesmas Remboken, baik, terdapat 8 anak balita (14.0%) yang
Tahun 2019 memiliki perkembangan fisik yang
Perkembangan Fisik n % abnormal dan sebanyak 29 anak balita
Abnormal 19 33.3 (50.9%) yang memiliki perkembangan fisik
Normal 38 66.7 normal. Hasil analisis dengan
Total 57 100.0 menggunakan uji Chi-Square memperoleh
Sumber data: Data Primer 2019 nilai signifikan = 0.001 atau lebih kecil dari
nilai α 0.05 maka dengan demikian dapat
Berdasarkan tabel 3 diketahui disimpulkan bahwa terdapat hubungan
bahwa sebagian besar balita mempunyai stimulasi motorik dengan perkembangan
kategori perkembangan fisik normal yaitu fisik anak usia 3-5 Tahun diDesa Paslaten
sebanyak 38 balita (66.7%) dan balita yang Wilayah Kerja Puskesmas Remboken.
memiliki perkembangan fisik yang
Abnormal sebanyak 19 balita (33.33%). Pembahasan
Perkembangan Stimulasi motorik yang baik Karakteristik Responden
pada anak yaitu anak bisa melakukan Umur
pergerakan tubuh sambil mengikuti ibu Berdasarkan hasil Penelitian menunjukan
yang mengajarkan, anak juga sudah bisa bahwa sebagian besar umur ibu yang
menggambar, memegang suatu benda, memiliki anak balita berada pada umur < 35
balita juga bisa merespon suara saat tahun yakni sebanyak 33 responden
dipanggil namanya, mengikuti perintah dan (57.9%), dan pada kelompok umur > 35
bisa berbicara spontan. Anak dengan tahun sebanyak 24 responden (42.1%).
perkembangan stimulasi yang buruk adalah Hasil penelitian ini juga sejalan dengan
anak yang tidak bisa besosialisasi dengn penelitian yanga dilakukan oleh Yufi, 2016
lingkungan, anak juga tidak bisa tidak bisa dengan judul hubungan pemberian
berkomunikasi dengan baik pada umur 3 stimulasi dengan perkembangan motorik
sampai 5 tahun. Suhartini (2011). kasar pada bayi usia 12 – 24 bulan,
diketahui bahwa bahwa sebagian besar
responden berusia 20-35 tahun yaitu

5
e-journal Keperawatan(e-Kp) Volume 7 Nomor 2, Agustus 2019

sebanyak 36 responden (67%) sedangkan luar anak, dapat berupa latihan atau
sebagian kecil yaitu sebanyak 6 responden bermain. Menurut Nursalam yang dikutip
(11%) berumur > 35 tahun. Menurut Rizki, 2016 bahwa pemberian stimulasi
Imelda, 2017, menjelaskan bahwa semakin adalah perangsangan dan latihan-latihan
dewasa usia orang tua akan lebih terhadap kepandaian anak yang datangnya
memahami dalam mengasuh, mendidik dan dari lingkungan di luar anak.
mencukupi kebutuhan gizi anak sehingga
mampu meningkatkan perkembangan anak Perkembangan Fisik
dibandingkan usia orang tua yang lebih Berdasarkan hasil menunjukan
muda bahwa sebagian besar balita mempunyai
kategori perkembangan fisik normal yaitu
Hasil Univariat sebanyak 38 balita (66.7%) dan balita yang
Stimulasi Motorik memiliki perkembangan fisik yang
Berdasarkan hasil menunjukan bahwa Abnormal sebanyak 19 balita (33.33%).
sebagian besar responden mempunyai Kurnia 2016 mengatakan bahwa
kategori stimulasi baik yaitu sebanyak 37 perkembangan motorik anak sangat
anak balita (64.9%), dan balita yang tergantung pada seberapa banyak stimulasi
memiliki stimulasi motorik buruk sebanyak dan dorongan yang diberikan. Hal ini
20 balita (35.1%). Hasil penelitian ini juga disebabkan karena otot-otot anak baik halus
sejalan dengan penelitian yanga dilakukan ataupun kasar belum mencapai
oleh Sutrisno MY. (2014). dengan judul kematangan. Dengan latihan-latihan yang
hubungan pemberian stimulasi dengan cukup akan membantu anak untuk
perkembangan motorik kasar pada bayi usia mengendalikan gerak ototnya sehingga
12 – 24 bulan, ketahui bahwa yang mencapai kondisi perkembangan yang
memberikan stimulasi baik yaitu 38 optimal yang ditandai dengan mampunya
responden (70%) dan yang memberikan anak menyelesaikan tugas perkembangan
stimulasi cukup 5 responden (9%). sesuai usianya. Rizky, 2015 mengatakan
Perkembangan Stimulasi motorik bahwa semakin dini stimulasi yang
yang baik pada anak yaitu anak bisa diberikan, maka perkembangan anak akan
melakukan pergerakan tubuh sambil semakin baik. Semakin banyak stimulasi
mengikuti ibu yang mengajarkan, anak juga yang diberikan maka pengetahuan anak
sudah bisa menggambar, memegang suatu menjadi luas sehingga perkembangan anak
benda, balita juga bisa merespon suara saat semakin optimal.
dipanggil namanya, mengikuti perintah dan
bisa berbicara spontan. Anak dengan Hasil Bivariat
perkembangan stimulasi yang buruk adalah Berdasarkan hasil tabulasi silang
anak yang tidak bisa besosialisasi dengn menunjukan bahwa sebanyak 20 anak balita
lingkungan, anak juga tidak bisa tidak bisa (35.1%) yang mempunyai stimulasi
berkomunikasi dengan baik pada umur 3 motorik buruk, terdapat 11 responden
sampai 5 tahun. Suhartini (2011). Hasil (19.3%) yang memiliki perkembangan fisik
penelitian ini sesuai teori yang abnormal, dan terdapat 9 responden
dikemukakan Soetjiningsih (2010) Oki, (15.8%) yang memiliki perkembangan fisik
2016, bahwa kebutuhan dasar normal. Terdapat sebanyak 37 anak balita
perkembangan anakpada faktor lingkungan (64.9%) yang memiliki stimulasi motorik
memberikan pengaruh yang positif bagi baik, terdapat 8 anak balita (14.0%) yang
tumbuh kembang anak dan dapat memiliki perkembangan fisik yang
dikelompokkan menjadi: Asuh (Kebutuhan abnormal dan sebanyak 29 anak balita
fisik - biomedis), Asih (Kebutuhan emosi (50.9%) yang memiliki perkembangan fisik
dan kasih sayang), dan Asah (stimulasi) normal. Hasil analisis dengan
yaitu adanya rangsangan dari lingkungan menggunakan uji Chi-Square memperoleh

6
e-journal Keperawatan(e-Kp) Volume 7 Nomor 2, Agustus 2019

nilai signifikan = 0.01 atau lebih kecil dari belajar, anak nakal/delinkuensi, alienasi
nilai α 0.05 maka dengan demikian dapat atau pecandu, dan rehabilitasi
disimpulkan bahwa terdapat Hubungan cacat. Supratiknya.A. (1995)
Stimulasi Motorik dengan Perkembangan
Fisik Balita Usia 3-5 Tahun Didesa Paslaten SIMPULAN
Wilayah Kerja Puskesmas Remboken, Diketahui bahwa sebagian besar
Tahun 2019. responden mempunyai kategori stimulasi
Hasil penelitian ini sejalan dengan motorik baik dan perkembangan fisik yang
penelitian yanga dilakukan oleh Imelda, baik. diketahui bahwa sebagian besar
2017. dengan judull hubungan stimulasi responden mempunyai kategori yang
dengan perkembangan motorik halus pada memiliki perkembangan normal. ada
anak usia 48-60 bulan di smart school hubungan stimulasi motorik dengan
anduonohu kota kendari tahun 2018 dengan perkembangan fisik balita usia 3-5 tahun
hasil uji statistik chi-square dengan tingkat didesa Paslaten wilayah kerja Puskesmas
kemaknaan α=0,05 di peroleh nilai p=0,021 Remboken, Tahun 2019.
yang berarti bahwa ada hubungan stimulasi
dengan perkembangan motorik halus. DAFTAR PUSTAKA
stimulasi di tahap ini masih terdapat Cempaka. (2016). Hubungan Stimulasi
stimulasi buruk dan perkembangan anak perkembangan Terhadap
yang abnormal di desa Paslaten di wilayah Perkembangan Anak Usia 0-5 tahun
kerja Puskesmas karena masih banyak di RW Kelurahan Kalicari Kota
orang tua yang kurang memberikan waktu Semarang.
anak untuk mandiri dalam melakukan eprints.undip.ac.id/49601/1/PROPO
aktiftas bermain, ibu juga kurang SAL_BUNEG.pdf. didownload pada
mengajarkan bersosialisasi dengan tanggal 04 Februari 2019 pukul
lingkungan, dan kurangnya pemberian 20.00 WIB
nutrisi sehingga anak balita
pertumbuhannya abnormal. Ada juga anak Cintya dkk. (2015). Teori dan Konsep
yang stimulasinya baik tapi Tumbuh Kembang. Jogjakarta:
perkembangannya abnormal karena sesuai Nuhamedika.
dengan fisik dan kondisi anak tersebut. Departemen Kesehatan RI.2015.
Selain gangguan fungsi fisik dan DeteksiDini Tumbuh
psikomotor, perkembangan abnormal juga Kembang Balita.
terdapat gangguan perkembangan berupa http://www.indonesian-
cacat mental. Terjadinya cacat mental publichealth.com/deteksi-dini-
disebabkan oleh dua factor, yaitu factor tumbuh-kembang- balita/. Di
organik dan faktor non organik. Faktor download pada tanggal 04 Februari
organik berupa faktor prakonsepsi, faktor 2019 pukul 22.10 WIB
prenatal, faktor prenatal premature asfiksi,
dan faktor post natal. Sedangkan faktor non Imelda, 2017. Pengetahuan Ibu Tentang
organik berupa kemiskinan dan keluarga Pemberian Stimulasi Dan
yang tidak harmonis, faktor sosiokultural, Perkembangan Anak Pra Sekolah (3-
interaksi anak dengan pengasuh kurang 5 Tahun) Di Banda Aceh, Jurnal
baik, dan lain sebagainya.gangguan fungsi Kurnia, 2016. Perkembangan Motorik
fisik dan psikomotor serta cacat mental, Kasar Anak Usia Pra Sekolah Gross
gangguan yang lain yang ditimbulkan Motor Development Of Preschools
akibat perkembangan abnormal, yaitu Children, Jurnal
gangguan psiko sosial dan perilaku. Dalam
gangguan ini dapat menimbulkan Autistik,
anak sukar didik, anak dengan gangguan

7
e-journal Keperawatan(e-Kp) Volume 7 Nomor 2, Agustus 2019

Lindawati. (2014). Faktor-faktor yang Sutrisno MY. (2014). Hubungan Status gizi
Berhubungan dengan Perkembangan dengan perkembangan Motorik Kasar
Motorik Anak Usia Pra Anak usia 6-24 bulan di Posyandu
Sekolah.eprints.ums.ac.id/46410/8/ Mandalawangi pandeglang Banten.
DAFTAR%20PUSTAK.pdf. Di repository.uinjkt.ac.id/dspace/.../MO
download pada tanggal 02 Februari HAMMAD%20YOGI%20SUTRISN
2019 pukul 20.00 WIB. O-FKIK.pdf diakses pada tanggal 19
Maret 2019 pukul 21.40
Novianti, (2015). Meningkatkan
Perkembangan Motorik Kasar Anak Supratiknya.A. 1995. Mengenal Perilaku
Kelompok B2 Semester II Tk Widya Abnormal. Yogyakarta: Kanisius
Santhi. e-journal PG-PAUD : Mine coins - make money:
Universitas Pendidikan Ganesha, http://bit.ly/money_crypto
Vol 3 (1). Diunduh pada tanggal 1
Oktober 2015. Yufi, 2016. Hubungan pemberian stimulasi
dengan perkembangan motoric kasar
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi pada bayi usia 6-12 bulan di Desa
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Banjaragung Kecamatan Puri
Cipta. Kabupaten Mojokerto, Jurnal.
Nursalam, (2008). Konsep dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan .Jakarta: Salemba
Medika
Oki, 2016 Perbedaan Pertumbuhan Fisik
Dan Perkembangan Motorik Kasar
Siswa Laki-Laki Dan Perempuan
Kelas Atas Sdn Kalongan 4 Ungaran
Timur, Jurnal.
Rizki. P, 2016 tingkat perkembangan anak
pra sekolah usia 3-5 tahun yang
mengikuti dan tidak mengikuti
pendidikan anak usia dini (PAUD,
Jurnal
Soetjiningsih. (2010). Buku Ajar Tumbuh
Kembang Anak dan Permasalahanya.
Jakarta: Sagung Seto.
Soetjiningsih. (2012). Tumbuh Kembang
Anak. Jakarta: Kedokteran EGC.
Suhartini. (2011). Perkembangan Motorik
Anak Toddler pada Ibu Bekerja dan
Ibu Tidak Bekerja.
http://journal.unair.ac.id/download-
fullpapers-pmnj26e02e4 f68full.docx
.Didownload pada tanggal 02
Februari 2019 pukul 21.05 WIB.
Sunyoto & Setiawan. (2013). Statistika
Sebagai Pengertian Ilmu

Anda mungkin juga menyukai