1951031010
S1 akuntansi
Computer Based Information System (CBIS) atau sistem informasi berbasis komputer
adalah sistem untuk mengolah suatu data menjadi sebuah informasi yang berkualitas
dan dapat digunakan sebagai alat bantu yang mendukung pengambilan keputusan,
koordinasi, dan kendali, serta visualisasi dan analisis.
Bodnar (2004:4) dalam Iga Eka Damayanthi dan Ni Luh Made Sierrawati
mengemukakan, bahwa sistem informasi berbasis komputer merupakan sekelompok
perangkat keras dan perangkat lunak yang dirancang untuk mengubah data menjadi
yang bermanfaat. Ada beberapa jenis informasi berbasis komputer, antara lain:
Judul Kasus: Decision Support System Pada PT Coca Cola Amatil Indonesia
(Kelompok 20B7)
Kronologis Kasus:
Untuk mendukung strategi pemasaran dalam penetrasi pasar PT Coca Cola Amatil
Indonesia menggunakan DSS untuk penunjang manajer mengambil keputusan, yang
diharapkan dapat mengembangkan sistem customer profile sebagai alat promosi yang
efektif. Saat ini PT Coca Cola Amatil Indonesia sudah memiliki sistem pengendalian
informasi berupa Enterprise Resource Planning ( ERP ) namun belum maksimal
sehingga dikembangkan system DSS karena sistem ini sangat dibutuhkan untuk
menganalisis perilaku konsumen terhadap produk coca cola.
Selain itu, hal-hal yang masih harus dilakukan oleh PT Coca Cola Amatil Indonesia
yaitu menambahkan data mengenai demografi pelanggan, estimasi pendapatan
konsumen serta profil konsumen yang akan sangat membantu dalam strategi
pemasaran, penentuan diversifikasi produk, menganalisis sensitivitas harga terhadap
kuantitas penjualan, terutama apabila ternyata produk PT Coca-Cola Amatil Indonesia
banyak dikonsumsi atau ditargetkan untuk konsumsi individu maupun kelompok
individu dengan pendapatan menengah ke bawah.
Kronologis Kasus:
Perusahaan e-commerce Lazada tersandung masalah keamanan. Sebanyak 1,1 juta
data pengguna supermarket online, RedMart milik Lazada dilaporkan telah diretas
pada 29 Oktober lalu. RedMart adalah layanan supermarket online milik Lazada, yang
menyediakan bahan-bahan pokok makanan dan kebutuhan rumah tangga lainnya.
Akibatnya, sejumlah informasi pribadi seperti nama, nomor telepon, e-mail, alamat,
password, dan nomor kartu kredit pengguna RedMart berhasil diakses secara ilegal
oleh para hacker, dan diperjualbelikan secara online.
Perusahaan milik Alibaba itu menjelaskan bahwa informasi yang diretas diambil dari
database lapak belanja bahan makanan online RedMart. Meski membenarkan adanya
upaya pencurian data, Lazada mengklaim bahwa data yang diambil peretas adalah
data kadaluarsa yang tak lagi diperbarui selama 18 bulan, atau sejak Maret 2019 lalu.
Data pengguna Lazada di wilayah Asia Tenggara sendiri dipastikan aman, dan tidak
terimbas oleh aksi pencurian data ini. Untuk menanggulangi kasus ini, pihak
perusahaan mengaku telah memblokir akses ke database tersebut, dan melindungi
data pelanggan yang sejauh ini tidak terpengaruh dari serangan peretas. Lazada juga
telah mengeluarkan setiap pelanggan yang terpengaruh dan kemudian mereka akan
diminta untuk membuat kata sandi baru ketika ingin masuk kembali ke situs belanja
online itu, dan disarankan untuk sering mengubah kata sandi. Hal yang terpenting
juga, Lazada menekankan agar para pelangganya untuk waspada terhadap email
phishing, di mana para penipu meminta informasi sensitif sambil berpura-pura
sebagai pihak perusahaan.
Aksi pencurian data 1,1 juta akun ini juga telah disampaikan ke Komisi Perlindungan
Data Pribadi (PDPC), seorang juru bicara PDPC mengatakan bahwa pihaknya telah
mengetahui insiden tersebut dan saat ini sedang dalam tahap penyelidikan. Dalam
sebuah pernyataan, Stas Protassov presiden perusahaan keamanan cyber Acronis,
memaparkan kejadian ini kemungkinan terjadi karena database tidak aman di
Magento, platform pembayaran ritel online yang umum digunakan terpapar aksi
serangan tanpa otentikasi yang tepat.
Solusi dari Kasus:
Pihak Lazada sendiri telah memblokir akses ke database tersebut, dan melindungi
data pelanggan yang sejauh ini tidak terpengaruh dari serangan peretas. Lazada juga
telah mengeluarkan setiap pelanggan yang terpengaruh dan kemudian mereka akan
diminta untuk membuat kata sandi baru ketika ingin masuk kembali ke situs belanja
online itu, dan disarankan untuk sering mengubah kata sandi. Hal yang terpenting
juga, Lazada menekankan agar para pelanggannya untuk waspada terhadap email
phishing, dimana para penipu meminta informasi sensitif sambil berpura-pura sebagai
pihak perusahaan.
Selain itu, Pihak Lazada mengaku tengah melakukan langkah pengamanan sistem
dengan memblokir akses ke database. Belajar dari insiden tersebut, pihak Lazada
berjanji akan melakukan peninjauan lebih lanjut serta memperkuat infrastruktur
keamanan sistem. Lazada juga mengatakan bahwa akun dan password pengguna
Lazada yang aktif saat ini, sudah dilindungi dengan enkripsi. Seluruh pengguna telah
di log-out dan diminta untuk mengganti password mereka.
Kronologis Kasus :
Menurut broker yang menjual data pengguna cermati.com, data yang bisa didapatkan
pembeli adalah akun email, password, nama, alamat, nomor ponsel, bank, nomor
pajak, NIK, jenis kelamin, perusahaan, dan paling terpenting adalah nama ibu
kandung. Hingga berita ini diturunkan CNBC Indonesia masih berusaha untuk
mencoba mendapatkan penjelasan dari manajemen cermati.com. Bocornya data milik
2,9 juta pengguna Cermati.com bisa berdampak luas pada layanan lainnya milik
korban.
Solusi dari Kasus:
Adapun solusi yang dapat dilakukan oleh Pihak Cermati.com adalah, perusahaan
harus memperketat keamanan pasca insiden peretasan dengan cara melakukan
investigasi dan menghapus akses yang tidak sah untuk memastikan data pengguna
tetap terjaga agar insiden tersebut tidak terulang kembali. Selain itu Perusahaan
mengembangkan arsitektur IT dan Application Programming Interface (API) serta
memastikan bahwa infrastruktur tersebut tahan terhadap serangan peretas. Sebab,
keamanan data pengguna adalah prioritas.
Selain itu, Cermati.com juga diharapkan bekerja sama dengan ahli keamanan
informasi eksternal independen untuk membantu meningkatkan keamanan
Cermati.com secara menyeluruh. Dan perusahaan juga dapat meminta pengguna
secara bersama-sama menerapkan langkah pencegahan agar terhindar dari niat buruk
dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Beberapa kebiasaan yang dapat
diterapkan pengguna untuk mencegah peretasan seperti mengganti password secara
teratur dan berkala.