Anda di halaman 1dari 1

HUKUM ANGLO-SAXON

sistem hukum common law, adalah sistem hukum yang dianut oleh suku-suku Anglika dan Saksa
yang mendiami sebagian besar Inggris sehingga disebut juga sistem Anglo-Saxon. Negara-negara bekas
jajahan Inggris menganut sistem common law. Akan tetapi, Amerika Serikat sebagai bekas jajahan
Inggris mengembangkan sistem yang berbeda dari yang berlaku di Inggris meskipun masih dalam
kerangka sistem common law. Perkembangan politik, ekonomi, dan teknologi Amerika Serikat yang lebih
pesat dari pada yang terjadi di Inggris, menyebabkan Amerika Serikat banyak bertransaksi dengan
negara lain. Hal ini berimplikasi pada banyaknya hukum Amerika Serikat yang dijadikan acuan atau
landasan transaksi yang bersifat internasional. Oleh karena itulah sistem common law pada saat ini lazim
disebut sebagai sistem Anglo-American.
Di dalam sistem hukum ini terdapat tiga karakteristik yaitu yurisprudensi sebagai sumber hukum
utama, dianutnya sistem preseden (doktrin stare decicis) dan terdapatnya adversary systemdalam
peradilannya. Dengan sistem ini, maka hukum yang berlaku adalah hukum tidak tertulis atau hukum
kebiasaan yang berkembang melalui putusan-putusan pengadilan. Hakim menggunakan staredecicisatau
keputusan hakim terdahulu untuk perkara yang sejenis sebagai dasar pembenaran keputusan.
Kedudukan hakim terbatas memeriksa dan memutuskan hukumnya, sementara juri yang memeriksa
kasus untuk dapat menentukan dan memutuskan bersalah dan tidaknya terdakwa atau pihak yang
berpekara. Keterlibatan juri menunjukkan bahwa keadilan tidak bergantung sepenuhnya kepada
lembaga peradilan tetapi menjadi bagian integral kehadiran masyarakat dalam proses penegakannya.
Sistem hukum Anglo-Saxon bertumpu pada oposisi mendasar antara hak rakyat dan hak istimewa
Hak rakyat adalah kumpulan peraturan-peraturan, baik yang dirumuskan maupun tidak, yang dapat
dijadikan sebagai ungkapan kesadaran yuridis masyarakat luas atau masyarakat yang membentuknya.
Ini berasal dari suku dan dibedakan berdasarkan basis yang sangat terlokalisasi. Akan tetapi, hak rakyat
dapat dilanggar atau diubah dengan undang-undang atau hibah khusus, dan dasar dari hak-hak istimewa
tersebut adalah kekuasaan kerajaan, terutama setelah Inggris menjadi satu kerajaan pada abad ke-10.
Dengan cara ini kepemilikan tanah yang diistimewakan diciptakan; aturan yang berkaitan dengan suksesi
kerabat digantikan oleh konsesi kekuasaan wasiat dan konfirmasi hibah dan wasiat, dan hak-hak
istimewa untuk memungut denda diberikan. Belakangan, hak-hak yang berasal dari pemberian hak
istimewa kerajaan menjadi lebih besar daripada hak rakyat dalam banyak hal dan merupakan titik awal
bagi sistem feodal .
Sebelum abad ke-10 tindakan seorang individu dianggap bukan sebagai upaya atas kemauannya
sendiri tetapi sebagai tindakan kelompok kekerabatannya. Perlindungan pribadi dan balas dendam,
sumpah, perkawinan, perwalian, dan suksesi semuanya diatur dalam hukum kekerabatan. Apa yang
dimulai sebagai aliansi alami kemudian menjadi sarana untuk menegakkan tanggung jawab dan menjaga
agar individu yang melanggar hukum tetap tertib. Karena asosiasi terbukti tidak mencukupi, badan
kolektif lainnya, seperti serikat pekerja dan kotapraja, mengambil alih fungsi ini. Pada periode sebelum
Penaklukan Norman, banyak peraturan diformalkan oleh undang-undang raja untuk melindungi
individu. Di area harta benda , misalnya saksi diperlukan pada penjualan ternak, bukan untuk
mengesahkan penjualan tetapi sebagai perlindungan terhadap klaim di kemudian hari atas ternak
tersebut.
Beberapa peraturan mengharuskan kehadiran saksi untuk semua penjualan di luar gerbang kota, dan
yang lain hanya melarang penjualan kecuali di dalam kota, sekali lagi untuk perlindungan
pembeli.Pelestarian perdamaian adalah fitur penting dari hukum Anglo-Saxon. Perdamaian dianggap

Anda mungkin juga menyukai