ID Analisa Kepemimpinan Situasional Pada CV Inti Karya Utama
ID Analisa Kepemimpinan Situasional Pada CV Inti Karya Utama
2, (2014)
Abstrak ² Efektifitas pemimpin adalah salah satu cara dibutuhkan untuk memotivasi pekerja sehingga dapat meraih
untuk tetap kompetitif. Menurut teori kepemimpinan situasional tujuan organisasi (Silverthorne, 2000).
Hersey dan Blanchard, efektivitas pemimpin dapat ditingkatkan Teori kepemimpinan situasional yang dikemukakan oleh
apabila gaya kepemimpinan sesuai dengan tingkat kesiapan Hersey dan Blanchard (1996) mengatakan bahwa efektivitas
pengikutnya. Subjek penelitian adalah CV. Inti Karya Utama pemimpin dapat ditingkatkan jika manajer menggunakan gaya
yang bergerak di bidang jasa. Informan pada penelitian ini kepemimpinan yang sesuai dengan kesiapan, kemauan, dan
ditentukan dengan cara purposive sampling. Penelitian ini kemampuan dari pengikut (Chen & Silverthorne, 2005).
menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan cara Dengan demikian, kepemimpinan situasional dapat digunakan
wawancara dan menyebarkan angket kepada supervisor dan dua
untuk meningkatkan efektivitas pemimpin sehingga
perusahaan dapat menghadapi persaingan global.
pengikutnya di CV. Inti Karya Utama. Hasil menunjukkan
Subjek dalam penelitian ini adalah CV. Inti Karya
bahwa supervisor memiliki gaya participating dan tingkat
Utama, yang bergerak di bidang jasa perbaikan dan perawatan
kesiapan pengikut sangat tinggi. Meskipun tidak cocok antara
garbarata di Bandara Internasional Juanda Surabaya.
gaya kepemimpinan dengan tingkat kesiapannya, namun
Supervisor dari CV. Inti Karya Utama, Agus Byantoro,
efektifitas pemimpin dinilai tinggi. Gaya sekunder supervisor merupakan pemimpin yang memiliki pengikut dari beberapa
adalah selling dan tingkat adaptibilitasnya adalah menengah bidang yaitu kepala mekanik, administrasi, dan engineering.
sehingga supervisor memiliki kecenderungan banyak Tanggung jawab, tugas, bahkan jam kerja dari ketiga jenis
menggunakan gaya primernya yaitu participating dan sulit pengikutnya memiliki perbedaan sehingga diperlukan gaya
berganti ke gaya sekundernya yaitu selling. yang berbeda ketika memimpin pengikut-pengikutnya.
Perbedaan situasi pekerjaan pengikut membuat penelitian
Kata Kunci²Gaya Kepemimpinan, Kesiapan Pengikut, mengenai kepemimpinan situasional menarik diteliti pada CV.
dan Adaptabilitas kepemimpinan. Inti Karya Utama.
Kepemimpinan situasional oleh Hersey Blanchard
I. PENDAHULUAN SHUWDPD NDOL PXQFXO SDGD WDKXQ GHQJDQ QDPD ³Life-
cycle theory of leadership´ 3DGD WDKXQ QDPD life cycle
Sektor jasa sangat dibutuhkan di suatu negara. Menurut theory of leadership diubah menjadi kepemimpinan
Gita Wirjawan, peran sektor jasa sangat penting karena situasional hingga saat ini (Avery & Ryan, 2002). Fillmore H.
sebanyak 50% perdagangan global berada di sektor jasa dan dalam Hersey, Blanchard, dan Johnson (1996) mengatakan
produk domestik bruto dari sektor jasa di negara bahwa faktor yang paling penting dalam semua kejadian di
berpendapatan menengah sebesar 52% sedangkan di negara kepemimpinan adalah pengikut. Berkaitan dengan hal itu,
maju bisa mencapai 60%. Untuk itu, perlu adanya dukungan kepemimpinan situasional Hersey dan Blanchard juga
pada sektor jasa karena berpotensi menaikkan daya saing menggunakan tingkat kedewasaan pengikut sebagai penentu
dalam perekonomian global (Zuraya, 2014). gaya kepemimpinan (Wagner & Hollenbeck, 1995).
Direktur Jenderal Kerjasama Industri Internasional Kepemimpinan situasional adalah hubungan saling
Kementrian Perindustrian, Agus Tjahajana, juga berpendapat mempengaruhi antara (1) sejumlah arahan dan petunjuk (task
hal yang sama. Pada tahun 2009, 45% dari total perekonomian behavior) yang diberikan oleh pemimpin; (2) sejumlah
Indonesia berasal dari sektor jasa. Namun di sisi lain, transaksi dukungan secara sosioemosional (relationship behavior) yang
dalam sektor jasa sangat lemah dibandingkan dengan India, disediakan pemimpin; dan (3) kesiapan pengikut dalam
Thailand, dan Filipina. Saat ini Kantor Kementrian menampilkan tugas dan tujuan. Hal yang dipertimbangkan
Perindustrian Republik Indonesia sedang melakukan sebagai situasi dalam kepemimpinan situasional adalah
pendataan mengenai kelemahan dan kelebihan sektor jasa kesiapan pengikut.
supaya siap untuk menghadapi Asean Economic Community Tingkat kesiapan pengikut dinilai dari kemampuan dan
(AEC) di tahun 2015 (Bisnis Indonesia, 2013). kemauan, yang dibagi menjadi beberapa tipe yaitu:
Dalam keadaan ekonomi yang semakin global, a. Tingkat kesiapan rendah (R1)
perusahaan harus melakukan apapun supaya tetap kompetitif. Pengikut tidak mampu dan tidak mau untuk mengambil
Salah satu hal yang bisa membuat perusahaan tetap kompetitif tanggung jawab. Pengikut pada golongan ini memiliki sifat
adalah efektivitas pemimpin. Efektivitas pemimpin ini tidak berkompeten dan tidak percaya diri.
b. Tingkat kesiapan sedang (R2)
AGORA Vol. 2, No. 2, (2014)
Pengikut tidak mampu untuk melakukan tugas, tetapi Ciri pemimpin pada gaya telling adalah menyediakan secara
sebenarnya mau untuk melakukannya. Pengikut pada spesifik tugas mengenai siapa, apa, kapan, dimana, dan
golongan ini sudah termotivasi tetapi tidak memiliki bagaimana, menjelaskan aturan, komunikasi satu arah
keterampilan yang memadahi. secara dominan, pemimpin membuat keputusan,
c. Tingkat kesiapan tinggi (R3) pengawasan dan pertanggungjawaban secara tertutup,
Pengikut sebenarnya mampu tetapi tidak mau melakukan instruksi secara incremental, dan menjaga kemudahan dan
apa yang diinginkan pemimpin spesifik (Hersey, Blanchard, & Johnson, 1996; Vandayani,
d. Tingkat kesiapan sangat tinggi (R4) 2013).
Pengikut pada golongan ini mau dan mampu untuk b. Selling
menjalankan apa yang diperintahkan kepada mereka. Adalah gaya kepemimpinan yang fokus pada task behavior
dan relationship behavior. Gaya ini sangat efektif untuk
kesiapan pengikut tipe R2. Ciri pemimpin pada gaya selling
adalah menyediakan tugas yang mencakup tentang siapa,
apa, kapan, dimana, bagaimana, dan mengapa, menjelaskan
keputusan dan memberi kesempatan untuk menjelaskan,
dialog dua arah, pemimpin membuat keputusan,
Gambar 1. Rangkaian dari Kesiapan Pengikut menjelaskan peran pengikut, dan menanyai pengikut untuk
Sumber: Hersey, Blanchard, dan Johnson (1996) mengetahui tingkat kemampuan (Hersey, Blanchard, &
Johnson, 1996; Vandayani, 2013).
Perilaku pemimpin dalam menghadapi seseorang ada c. Participating
dua yaitu perilaku yang mengacu pada tugas (task behavior) Adalah gaya kepemimpinan yang menekankan pada
dan perilaku yang mengacu pada hubungan (relationship relationship behavior yang tinggi terhadap pekerja, namun
behavior). hanya melakukan task behavior. Gaya ini sangat efektif
untuk kesiapan pengikut tipe R3. Ciri pemimpin pada gaya
participating adalah sebagai berikut: menganjurkan input;
mendengar secara aktif; keputusan diambil oleh pengikut;
keterlibatan dan komunikasi dua arah, mendukung
pengambilan resiko; dan memuji dan membangun
kepercayaan (Hersey, Blanchard, & Johnson, 1996;
Vandayani, 2013).
d. Delegating
Adalah gaya kepemimpinan yang baik task behavior dan
relationship behavior-nya kecil. Gaya ini sangat efektif
untuk tingkat kesiapan pengikut R4. Ciri pemimpin pada
gaya delegating adalah melakukan pendelegasian tugas,
memberikan tugas berupa gambaran besar, keputusan dibuat
oleh pengikut, memonitor aktivitas, dan tetap memberi
masukan (Hersey, Blanchard, & Johnson, 1996; Vandayani,
2013).
yang paling efektif setelah telling adalah selling (S2), (Yoshioka, 2006); dan (3) Readiness Scale Staff member
dilanjutkan dengan participating (S3), dan yang paling tidak (RSSM) yang diisi oleh pengikut (Yoshioka, 2006). Angket
efektif adalah delegating (S4). LEAD digunakan untuk mengetahui gaya kepemimpinan
Mengelola pengikut yang memiliki tingkat kesiapan supervisor dan tingkat adaptabilitas pemimpin, sedangkan
sedang (R2) akan paling efektif jika pemimpin menerapkan RSSM digunakan untuk mengetahui tingkat kesiapan
gaya kepemimpinan selling (S2). Gaya kepemimpinan lain pengikut.
seperti telling (S1) memiliki efektifitas yang tinggi, Teknik analisa data untuk wawancara dilakukan dengan
participating (S3) memberikan efektifitas rendah, dan yang cara membuat transkrip dan kesimpulan dari wawancara,
paling rendah adalah delegating (S4). membuat coding, mengurutkan dan menyimpulkan,
Jika diurutkan dari tingkat efektifitas pemimpin mengurutkan dan membandingkan (Rubin & Rubin, 2013).
yang paling tinggi sampai paling rendah untuk menghadapi Sedangkan teknik analisa data untuk angket adalah dengan
pengikut yang memiliki tingkat kesiapan tinggi (R3), maka memindahkan jawaban narasumber ke tabel yang dapat
gaya kepemimpinannya adalah: (1) participating (S3); (2) menginterpretasi gaya kepemimpinan, adaptabilitas pemimpin,
selling (S2); (3) delegating (S4); dan telling (S1). dan kesiapan pengikut.
Tingkat kesiapan pengikut yang paling tinggi (R4)
akan efektif jika pemimpin menggunakan gaya kepemimpinan Tabel 2. Menentukan Gaya Kepemimpinan Situasional
delegating (S4). Participating (S3) merupakan gaya yang
efektif setelah delegating, yang diikuti dengan selling (S2),
dan telling (S1), merupakan gaya yang paling tidak efektif
untuk menghadapi pengikut dengan tingkat kesiapan R4
(Hersey, Blanchard, & Johnson, 1996).
Adaptabilitas pemimpin adalah tingkatan sejauh mana
perilaku pemimpin sesuai dengan tuntutan situasi tertentu.
Pemimpin yang memiliki satu gaya kepemimpinan saja akan
efektif pada satu situasi sedangkan pemimpin yang gaya
kepemimpinannya merata dapat efektif pada situasi yang lebih
beragam.
Penelitian terdahulu diambil melalui penelitian
Silverthorne (2000) yang melakukan penelitian di Taiwan, dan
Avery dan Ryan (2002) yang melakukan penelitian di
Australia. Hasil menunjukkan bahwa pemimpin di Taiwan dan
Australia memiliki gaya kepemimpinan participating.
Penelitian kepemimpinan situsional di Indonesia
dilakukan oleh Vandayani (2013). Hasilnya adalah pemimpin
memiliki gaya kepemimpinan participating, sedangkan
pengikutnya adalah delegating.
Sumber: Hersey & Blanchard (1989)
II. METODE PENELITIAN
Metode penelitian dalam penelitian ini adalah kualitatif Butir-butir jawaban mewakili gaya yang diambil
deskriptif yang mendeskripsikan atau menggambarkan data pemimpin jika menemui situasi pengikut yang bermacam-
yang telah terkumpul tanpa bermaksud untuk membuat macam. Kolom S1 mewakili gaya kepemimpinan telling,
kesimpulan dalam bentuk umum atau generalisasi (Zikmund, kolom S2 mewakili gaya kepemimpinan selling, kolom S3
Babin, Carr, & Griffin, 2010). mewakili gaya kepemimpinan participating, dan kolom S4
Informan dipilih menggunakan purposive sampling mewakili gaya kepemimpinan delegating.
dengan kriteria yaitu pemimpin dengan lebih dari satu Jawaban yang dipilih oleh narasumber diisi ke dalam
pengikut, dan pengikut langsung yang bekerja paling lama tabel 2, kemudian dijumlah per kolom. Jumlah per kolom akan
dibawah kepemimpinannya. Dari kriteria tersebut, dipilih menunjukkan gaya apakah yang paling banyak digunakan oleh
Biyant, supervisor CV. Inti Karya Utama, dan pengikutnya supervisor (gaya primer), dan gaya yang kurang dominan
yaitu Atik (karyawan administrasi) serta Solichin (kepala namun bisa digunakan supervisor ketika menghadapi situasi
mekanik). tertentu (gaya sekunder).
Sumber data adalah primer dan sekunder. Data primer Kesiapan pengikut diukur menggunakan angket RSSM.
diperoleh dengan cara wawancara dan angket, sedangkan data Dalam angket tersebut terdapat 12 pertanyaan dengan jawaban
sekunder diperoleh dari supervisor berupa job description, berupa multiple rating list scale. Narasumber diminta untuk
struktur organisasi, dan data karyawan. memilih angka satu sampai delapan sesuai dengan
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara kemampuan dan kemauan mereka dalam menyelesaikan tugas.
kepada supervisor, dan angket. Angket yang digunakan ada Nomor 1-6 digunakan untuk menilai kemampuan pengikut,
tiga macam yaitu: (1) Leader Effectiveness and Adaptibility sedangkan nomor 7-12 digunakan untuk mengukur kemauan
Description (LEAD) Self yang diisi supervisor (Hersey & pengikut.
Blanchard, 1989); (2) LEAD Other yang diisi pengikut
AGORA Vol. 2, No. 2, (2014)
Tabel 3. Matrix Kesiapan Pengikut tertentu. Semakin kecil bobot, maka semakin kecil juga
keefektifan gaya terhadap situasi tersebut. Bobot yang bernilai
³ ´ EHUDUWL PHPLOLNL NHPXQJNLQDQ \DQJ VDQJDW NHFLO XQWXN
sukses dalam menghadapi situasi dari pertanyaan. Kotak
adaptibilitas gaya kepemimpinan memiliki kemungkinan
jawaban dari 0 sampai dengan 36. Interpretasi dari
adaptabilitas gaya kepemimpinan dibagi menjadi tiga tingkat
yaitu sangat adaptif, adaptif, dan kurang adaptif.
30±36 Jika pemimpin memiliki adaptabilitas gaya
kepemimpinan dengan nilai antara 30-36, maka
Sumber: Yoshioka (2006) tergolong sebagai pemimpin yang memiliki
tingkat adaptabilitas tinggi. Pada tingkat ini,
Jawaban dari nomor 1-6 dijumlah untuk mengetahui pemimpin mampu menilai kemauan dan
tingkat kemampuan pengikut, begitu pula dengan nomor 7-12 kemampuan pengikut dan bertindak secara tepat.
yang digunakan untuk mengetahui kemauan pengikut. 24±29 Pemimpin yang memiliki nilai 24±29 digolongkan
Kombinasi dari kemampuan dan kemauan pengikut sebagai pemimpin dengan tingkat adaptabilitas
menunjukkan kode dari tingkat kesiapan pengikut. R1 menengah. Pemimpin pada tahap ini memiliki
menunjukkan bahwa pengikut memiliki tingkat kesiapan gaya primer yang tinggi dengan jarak ke gaya
rendah, R2 menunjukkan tingkat kesiapan sedang, R3 sekunder yang jauh sehingga kurang fleksibel.
menunjukkan tingkat kesiapan tinggi, dan R4 menunjukkan 0±23 Nilai adaptabilitas dibawah 23 menunjukkan
tingkat kesiapan sangat tinggi. tingkat adaptabilitas rendah, sehingga pemimpin
membutuhkan pengembangan diri untuk
Tabel 4. Adaptibilitas Gaya Kepemimpinan meningkatkan kemampuan untuk mendiagnosa
tingkat kesiapan pengikut dan menggunakan gaya
kepemimpinan yang sesuai.
pekerja administrasi akan memberitahukan kepada supervisor. karyawan baru maupun karyawan lama. Karyawan baru diberi
Pekerjaan administrasi tidak diberi batas waktu pengerjaan nasehat agar tidak malu bertanya dan mau belajar, sedangkan
karena Sugiati bisa mengerjakan tugas administrasi secara karyawan senior diberi nasehat untuk mau mengajari dan mau
cepat dan tidak memakan waktu yang lama. Kepala mekanik mendekatkan diri pada karyawan baru.
seperti Solichin tidak diberi batasan waktu dalam bekerja Shift kerja untuk karyawan dijadwalkan sebulan sekali.
karena garbarata digunakan untuk mengangkut orang dari Jadwal yang sudah dibuat selalu ditanyakan kepada Solichin
bandara ke pesawat sehingga harus dipastikan benar-benar untuk mengetahui pendapat beliau mengenai kecocokan
aman sebelum digunakan. Ketika garbarata akan digunakan pekerja dilihat dari kemampuannya. Pendapat Solichin selalu
namun belum selesai diperbaiki atau dirawat, maka supervisor dipakai oleh supervisor karena menurut beliau, Solichin
memberitahu pihak bandara untuk menggunakan tangga adalah orang yang selalu berada di lapangan sehingga tahu
manual sebagai pengganti garbarata. kondisi yang sebenarnya. Ketika berbeda pendapat, Solichin
Arahan diberikan oleh supervisor dengan internsitas juga berani untuk mengutarakan pendapat dan pendapat
kecil. Atik sudah memahami tugas rutin dan hanya tersebut dipertimbangkan oleh supervisor. Menurut Solichin,
membutuhkan arahan dari supervisor ketika ada pergantian pendapatnya sering dipakai oleh supervisor dalam hal yang
jabatan pada pihak Angkasa Pura I. Sedangkan Solichin diberi menyangkut operasional di bandara. Lain halnya dengan Atik.
arahan seminggu sekali pada saat briefing untuk membahas supervisor jarang meminta pendapat kepada Atik karena
apa yang belum selesai dikerjakan, apa yang harus dikerjakan pekerjaan sebagai administrasi merupakan pekerjaan rutin
pada minggu berikutnya, dan membahas masalah-masalah yang format penulisannya sudah ada sebelumnya. Ketika
yang terjadi. Arahan hanya berupa hal-hal apa saja yang perlu berkomunikasi, supervisor akrab dengan Atik, namun Atik
diperhatikan dan dikerjakan oleh Solichin dan pengikutnya. jarang memberikan saran kepada supervisor karena
Pengendalian dari supervisor tidak ketat karena kontrol pekerjaannya merupakan rutinitas.
ke bandara hanya dilakukan dua kali seminggu untuk Menurut supervisor, Solichin dan Atik merupakan
mengecek kinerja karyawan, stok barang, kondisi garbarata, pekerja yang paling senior di bidangnya yaitu mekanik dan
dan peralatan. Komunikasi ketika supervisor tidak berada di administrasi sehingga tidak membutuhkan saran darinya.
bandara dilakukan melalui telepon atau chatting. Supervisor Begitu pula dengan Solichin yang merasa bahwa supervisor
tidak meminta laporan tertulis dari pengikutnya, dan semua jarang memberikan nasehat atau saran kepadanya. Atik
kontrol dilakukan secara lisan. sebaliknya, beliau merasa sering dinasehati oleh supervisor
Dimensi dari task behavior meliputi dalam pemberian dan merasa senang mendengarkan nasehat karena bisa
tujuan, pengorganisasian situasi kerja, penetapan batas waktu, memperbaiki kesalahan di masa datang.
arahan kepada pengikut, dan pengendalian. Dari penjelasan Dimensi dari relationship behavior meliputi pemberian
diatas bisa diperoleh kesimpulan bahwa task behavior dukungan, komunikasi dengan karyawan, memudahkan
pemimpin kecil karena tugas hanya ditetapkan tujuannya saja, interaksi, mendengar secara aktif, dan pemberian saran.
memiliki karyawan yang dipercaya untuk mengatasi situasi Meskipun pemberian dukungan dan saran memiliki intensitas
tertentu seperti Solichin, tidak menetapkan batas waktu, yang kecil, namun supervisor masih berkomunikasi secara
memberikan sedikit arahan dan pengendalian kepada pengikut intens dengan karyawan, memudahkan interaksi ketika ada
tidak ketat. karyawan baru, dan mau meminta pendapat karyawan ketika
Relationship behavior memiliki lima dimensi yaitu: mengambil keputusan. Oleh sebab itu relationship behavior
pemberian dukungan, komunikasi dengan karyawan, dari supervisor tergolong tinggi.
memudahkan interaksi, mendengar secara aktif, dan Dari hasil wawancara terlihat bahwa task behavior
pemberian saran (Hersey, Blanchard, & Johnson, Management supervisor rendah dan relationship behavior-nya tinggi. Hal
of organizational Behavior, 1996). ini akan membentuk satu gaya kepemimpinan yang disebut
Pemberian dukungan jarang dilakukan oleh supervisor participating.
karena beliau merasa pengikutnya sudah pandai dan tidak
membutuhkan dukungan. Ketika memberi dukungan,
dukungan diberikan melalui nasehat. Atik dan Solichin merasa
membutuhkan dukungan dari supervisor karena merasa
diperhatikan oleh supervisor.
Komunikasi dilakukan secara fleksibel menggunakan
tatap muka atau telepon dan chatting ketika supervisor tidak
bertemu dengan pengikutnya. Supervisor memiliki hubungan
yang akrab dengan Atik karena beliau berada di kantor empat
hari dalam seminggu. Sedangkan kepada Solichin, komunikasi
banyak dilakukan menggunakan telepon. Solichin sudah bisa
menangani masalah di bandara, sehingga supervisor
menelepon hanya untuk mengontrol. Kedua pengikut juga Gambar 3. Perilaku Supervisor CV. Inti Karya Utama
patuh dengan perintah supervisor karena supervisor bisa
membantu pekerjaan pengikut dan mendengarkan saran dari Ciri dari gaya kepemimpinan participating menurut
pengikut. Hersey, Blanchard, dan Johnson (1996) yaitu: memberikan
Pemudahan interaksi dilakukan supervisor ketika ada masukan, mendengar secara aktif, keputusan diambil oleh
karyawan baru dengan cara memberi nasehat kepada pengikut, ada komunikasi dua arah, mendukung pengambilan
AGORA Vol. 2, No. 2, (2014)
Hasil angket RSSM Atik menunjukkan bahwa beliau memberikan nasehat, berkomunikasi dengan sangat sering,
memiliki tingkat kesiapan pengikut yang sangat tinggi atau bertanya pendapat kepada pengikut, dan memudahkan
R4. Dari angket diketahui bahwa Atik memiliki tingkat interaksi antar pengikut.
kemampuan dan kemauan yang tinggi dalam mengerjakan
tugas. Ciri dari pengikut yang memiliki tingkat kesiapan
sangat tinggi menurut Robbin (2005) dan Vandayani (2013)
yang terdapat pada Atik adalah mampu menginformasikan
kepada pemimpin mengenai perkembangan tugas, dapat
melakukan operasional sendirian, berorientasi pada hasil,
memberi tahu kabar baik maupun buruk kepada pemimpin,
menyadari akan keahlian yang dimilikinya.
Atik selalu melaporkan kepada supervisor ketika
menghadapi kesulitan dan ketika pekerjaan sudah selesai
dikerjakan. Beliau juga sudah paham dan mengetahui semua
file yang diminta oleh supervisor dan mengetahui tugas rutin
seperti penagihan kepada costumer. Selain itu Atik juga
percaya diri bahwa beliau bisa mengerjakan tugas yang
diberikan supervisor dan jarang mendapat teguran darinya.
membutuhkan adaptasi yang lebih untuk menggunakan gaya Hersey, P., Blanchard, K. H., & Johnson, D. E. (1996).
delegating karena pada saat pengikut tidak mengalami Management of organizational Behavior. New Jersey
kesulitan, mereka berada di tingkat kesiapan yang sangat 07458: Prentice-Hall International 1996.
tinggi (R4). Robbins, S. P. (2005). Organizational Behavior: Concepts,
Kesiapan pengikut yang sangat tinggi memberi dampak Controversies, and Application . USA: Apprentice
positif kepada perusahaan. Atik dan Solichin sama-sama bisa Hall.
mengerjakan pekerjaan dengan benar dan selesai dengan Rubin, H. J., & Rubin, I. S. (2013). Qualitative Interviewing:
cepat. Mereka sudah mengetahui tugas rutin sehingga The Art of Hearing Data. California: SAGE
supervisor memiliki beban yang lebih ringan karena tidak Publications, Inc.
perlu mengingatkan mengenai apa yang harus dilakukan. Silverthorne, C. (2000). Situational Leadership Theory in
Solichin sebagai kepala mekanik yang sudah ahli memberi Taiwan: a different culture perspective. Leadership &
pengurangan biaya secara finansial kepada perusahaan karena Organization Development Journal, 68-74.
masalah-masalah biasanya bisa diatasi sehingga perusahaan Stashevsky, S., & Burke, R. (2006). Leadership in
tidak perlu memanggil teknisi ahli dari pabrik. Organizations. Bradford, GBR: Emerald Group
Dampak gaya kepemimpinan supervisor yang Publishing, Ltd.
participating adalah memiliki hubungan akrab dengan Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV.
pengikut-pengikutnya, pengikut yang merasa dihargai dan Alfabeta.m
senang ketika diberi nasehat, pengikut juga menjadi tidak Vandayani, P. (2013). Measurement of The Effectiveness of
takut sehingga bisa terbuka dengan supervisor mengenai Leadership Styles By Using the Calculation of
masalah yang sedang dihadapi. Gaya selling sebagai gaya Method Hershey-Blanchard: Case Study at Bank
sekunder juga memberi dampak yaitu pengikut yang patuh Nagari Branch Bandung. Banking & Management
dengan perintah Supervisor dan masalah menjadi cepat Review, 214-229.
selesai. Wagner, J. A., & Hollenbeck, J. R. (1995). Management of
Organizational Behavior. New Jersey: Prentice-Hall
IV. KESIMPULAN/RINGKASAN International.
Dari penelitian mengenai analisis kepemimpinan Yoshioka, R. (2006). An Empirical Test of The Situational
situasional di CV. Inti Karya Utama, maka dapat diambil Leadership Model in Japan. Arlington.
kesimpulan sebagai berikut: Zikmund, W. G., Babin, B. J., Carr, J. C., & Griffin, M.
1. Gaya kepemimpinan situasional supervisor CV. Inti (2010). Business Research Methods. Canada: South
Karya Utama adalah participating. Western, Cengage Learning.
2. Kesiapan pengikut karyawan administrasi (Atik) dan Zuraya, N. (2014, April 14). Sektor Jasa Berpotensi Naikkan
kepala mekanik (Solichin) sangat tinggi, artinya mereka Daya Saing Indonesia. Retrieved April 14th, 2014.
mampu dan mau untuk mengerjakan tugas. from Republika:
3. Dengan situasi kesiapan pengikut yang mampu dan m.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/
mau, maka efektivitas gaya kepemimpinan supervisor
CV. Inti Karya Utama adalah tinggi, yang berarti
kemungkinan berhasil memimpin pengikutnya tinggi.
4. Tingkat adaptabilitas supervisor CV. Inti Karya Utama
berada di tingkat menengah yang berarti supervisor
berkemungkinan kecil untuk menggunakan gaya
sekunder (selling).
DAFTAR PUSTAKA
Avery, G. A., & Ryan, J. (2002). Applying Situational
Leadership in Australia. Journal of Management
Development, 242-262.
Bisnis Indonesia. (2013, July 04). Sektor Jasa Industri
Dipetakan. Retrieved from Kementrian Perindustrian
Republik Indonesia: www.kemenperin.go.id/artikel
Chen, J.-C., & Silverthorne, C. (2005). Leadership
Effectiveness, Leadership Styles, and Employee
Readiness. Leadership & Organization Development
Journal, 280-288.
Hersey, B. (1989). LEAD Self. NC, United States: Center for
Leadership Studies.
Hersey, P., & Blanchard, K. H. (1989). Leader Efectiveness
and Adaptibility Description Self. Leadership Studies.