UNIVERSITAS INDONESIA
TESIS
JULI 2018
UNIVERSITAS INDONESIA
TESIS
JULI 2018
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Ida Sang Hyang Widi Wasa atas berkat,
rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan sesuai
dengan waktunya. Penulisan tesis ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah
satu syarat untuk mencapai gelar Magister Administrasi Rumah Sakit pada
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Penulis menyadari bahwa
tanpa bantuan, dorongan, dan bimbingan dari berbagai pihak, sejak masa
perkuliahan sampai pada penulisan tesis, sangatlah sulit bagi saya untuk
menyelesaikan tesis ini. Oleh karena itu dengan kerendahan hati, penulis sangat
ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang tulus kepada :
2. Bapak dr. Adang Bachtiar, MPH, D.Sc selaku penguji pada seminar hasil dan
sidang tesis yang telah memberikan pemahaman dan berbagai masukan dalam
memperbaiki tesis,
3. Ibu Dr. Dra. Dumilah Ayuningtyas, MARS selaku penguji membantu dalam
membimbing yang telah bersedia memberikan masukan demi perbaikan
penulisan tesis ini,
4. Bapak DR. Budi Hartono, SE, MARS selaku penguji atas segala bimbingan
dan arahanya ditengah kesibukan aktifitas sehari-hari.
5. Ibu drg Indah Rosana, M Kes selaku penguji atas saran dan masukannya.
6. Dr Sri Wahyuni selaku Direktur Rumah Sakit Ari Canti beserta jajarannya
yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan masukan demi
kelancaran penulisan tesis ini, Dr Gunawan selaku Kepala Bidang Penunjang
Medis Rumah Sakit Ari Canti dan Ibu Pande selaku Kepala Instalasi Gizi
Rumah Sakit Ari Canti, yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada
saya untuk melaksankaan penelitian ini.
11. Saudara seBuPuputan saya tercinta semoga persaudaraan kita tak hanya
sampai disini
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan tesis ini, baik langsung maupun tidak langsung.
vi
Pelayanan gizi sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan di rumah sakit
dituntut memberikan pelayanan yang bermutu sesuai standar. Salah satu standar
yang digunakan dalam penilaian pelayanan gizi rumah sakit di Indonesia adalah
Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 yang menilai pelayanan gizi dalam 3 (tiga)
bab standar. Terdapat beberapa model pengukuran mutu yang terbukti efektif
dalam manajemen mutu, salah satu satunya adalah Kriteria Malcolm Baldrige.
Peneliti menggunakan 7 (tujuh) kriteria yang terdapat dalam Malcolm Baldrige
Health Care Criteria for Performance. Penelitian ini bertujuan menilai mutu
pelayanan gizi rumah sakit terAkreditasi Versi 2012 di Rumah Sakit Ari Canti
ditinjau dari Kriteria Malcolm Baldrige tahun 2017 sebagai persiapan survey
verifikasi akreditasi dan peningkatan mutu berkelanjutan. Penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan kualitatif, melalui
wawancara mendalam informan kunci, telaah dokumen, dan observasi. Posisi
skor mutu Pelayanan Gizi Rumah Sakit ter Akreditasi Versi 2012 ditinjau dari
Kriteria Malcolm Baldrige berada pada skor 408, dalam jenjang predikat “Early
Improvement” dengan tingkat mutu “Average”. Bidang Pelayanan Gizi Rumah
Sakit Ari Canti dapat mengembangkan kesempatan untuk perbaikan pada
kriteria kepemimpinan senior, dan pengembangan strategi.
viii
Universitas Indonesia
ABSTRACT
ix
Universitas Indonesia
xi
Universitas Indonesia
xii
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
xiii
Universitas Indonesia
xiv
Universitas Indonesia
yang terdapat pada Rumah Sakit Ari Canti adalah Pelayanan Gizi pada pasien Rawat
Inap Pelayanan gizi yang baik dapat mempercepat kesembuhan pasien, akan tetapi
masih banyak Rumah sakit yang tidak memperhatikan keadaan gizi pasien, yang
berakibat pada menurunnya kondisi pasien setelah dirawat. Pegawai instalasi gizi di
Rumah sakit Ari Canti terdiri dari 13 orang pramusaji, 5 orang Ahli Gizi dan 13
orang tenaga pengolah yang mempersiapkan 67 porsi saat jam makan.
Berdasarkan evaluasi bulan januari hingga agustus di Instalasi Gizi RSAC
didapatkan data rata rata sisa makanan pasien tergolong tinggi pada sisa makanan,
yaitu : nasi yaitu 38,2%, lauk hewani 26,4%, lauk nabati 37%, sayur 43,2%, snack
12,5% dan buah 2,8%. Persentase ini meningkat di awal tahun 2017 dengan sisa :
makanan pokok nasi yaitu 46%, lauk nabati 38%, dan sayur 44%. Sisa makanan
yang disajikan pasien yang tergolong banyak masih dibawah target Standar
Pelayanan Minimal yaitu 100%, hal ini adalah cerminan jika pelayanan gizi yang
diberikan kurang optimal. Banyaknya sisa makanan masih belum mencapai standar
yang telah ditentukan, yaitu 100% yang berarti tidak terdapat sisa pada makanan
pasien.
Hasil penelitian pendahuluan pada bulan Februari hingga April 2013,
menunjukkan bahwa pelayanan instalasi gizi pada bidang penyajian diit pasien
belum sepenuhnya dipahami oleh pramusaji oleh karena itu pelaksanaan pekerjaan
belum dengan standar operasional pekerja serta ada faktor dominan menyebutkan
tenaga pengolah bekerja belum sesuai prosedur.
Hal ini menunjukan bahwa, pramusaji belum sepenuhnya memahami
penyajian diit, sehingga pelaksanaan pekerjaan belum sesuai dengan standar
operasional pekerja, faktor dominan menyebutkan tenaga pengolah belum bekerja
sesuai prosedur. Keterangan lain yang didapatkan dari penelitian tersebut adalah
komunikasi antar unit terpaut dengan sistem pelayanan gizi belum maksimal serta
asuhan gizi terhadap pasien belum optimal karena jumlah staf ahli gizi yang masih
kurang dan kebijakan tentang Tim Asuhan Gizi belum ada.
Dalam upaya meningkatkan mutu dan pelayanannya termasuk didalamnya
pelayanan gizi, ada banyak metode pengukuran yang digunakan untuk menilai
kualitas atau mutu sebuah pelayanan antara lain, beberapa kriteria yang banyak
digunakan dalam meningkatkan mutu pelayanan gizi diantaranya : Total Quality
Universitas Indonesia
Management (TQM), Joint Commission International (JCI) ISO 9000, Six Sigma,
Akreditasi Rumah Sakit, Malcolm Baldrige Criteria for Performance Excellece (
Kriteria Malcom Baldrige).
Kriteria Malcolm Baldrige memiliki fokus pada mutu kualitas untuk semua
organisasi dalam kerangka manajemen secara keseluruhan, mengidentifikasi semua
hasil dari organisasi yaitu pelanggan, produk/jasa, keuangan, sumber daya manusia
dan efektivitas organisasi (Sadikin, 2010). Pengukuran mutu berdasarkan Kriteria
Malcolm Baldrige bisa diterapkan di segala bentuk organisasi dari pendidikan,
bisnis, nirlaba, maupun kesehatan, termasuk mutu pelayanan gizi di rumah sakit.
Peningkatan mutu pelayanan juga dapat dilakukan dengan
menyelenggarakan akreditasi Rumah Sakit, perkembangan saat ini untuk standar
penyelenggaraan Akreditasi Rumah Sakit di Indonesia disempurnakan dengan
mengacu pada literatur International yaitu Principles for Healtcare Standarts(
Framework of requarement for standards. 3rd edition December 2007)
International Society for Quality in Healtcare dan Joint Commission Internationl,
Akreditation Standards for Hospital 4rd edition dari JCI 2011. Instrumen Akreditasi
Rumah Sakit edisi 2007 dan standar spesifik lainnya (sutoto et al,2011). Standar
Akreditasi Rumah Sakit terkini tersebut mulai digunakan sebagai instrumen
penilaian Akreditasi Rumah Sakit Nasional sejak tahun 2012.
Salah satu tujuan akreditasi adalah untuk meningkatkan kepercayaan
masyarakat terhadap rumah sakit, terutama melalui keselamatan pasien dan mutu
pelayan gizi. Dengan dilaksanakannya Akreditasi Rumah Sakit menggunakan
Akreditasi Rumah Sakit versi 2012 ini tentunya menuntut Rumah Sakit Ari Canti
Gianyar untuk melakukan pembenahan dan penyesuaian dengan standar yang telah
ditetapkan termasuk dalam area pelayanan gizi. Seiring dengan dilaksanakannya
Akreditasi Rumah Sakit versi 2012 oleh Rumah Sakit Ari Canti Gianyar, Rumah
Sakit dituntut untuk melakukan pembenahan dan penyesuaian dengan standar yang
telah ditetapkan termasuk dalam area pelayanan gizi.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan menggunakan Kriteria Malcolm
Baldrige sebagai metode pengukuran mutu pelayanan gizi di Rumah Sakit Ari
Canti Gianyar dengan memasukkan elemen penilaian survey pelayanan gizi
Akreditasi Rumah Sakit versi 2012 khususnya elemen penilaian pada 3 bab yaitu
Universitas Indonesia
Bab Asesmen Pasien(AP), Bab Pelayanan Pasien (PP) dan Bab Pendidikan Pasien
dan Keluarga (PPK). Pemilihan Kriteria Malcolm Baldrige selain dikarenakan
metode ini banyak dipergunakan oleh negara lain termasuk Indonesia karena
mengedepankan keunggulan kinerja ( performance excellence). Kriteria Malcolm
Baldrige dipilih oleh peneliti karena sudah umum digunakan di banyak negara,
termasuk Indonesia. Metode Ini juga mengedepankan keunggulan kinerja
(performance excellence)..
Berdasarkan penjelasan diatas terlihat bagaimana pentingnya unit gizi bagi
rumah sakit selain itu penelitian ini belum pernah dilakukan oleh Rumah Sakit Ari
Canti, sehingga peneliti tertarik untuk mengangkat penelitian yaitu ” Analisis Mutu
Pelayanan Gizi Terakreditasi Versi 2012 Dengan Pendekatan Kriteria Malcolm
Baldrige Di Rumah Sakit Ari Canti Gianyar Bali ”
Sehingga diharapkan bidang pelayanan gizi di RSAC Gianyar menjadi
sebuah organisasi unggul yang terus dapat berkompetisi dan berkembang dalam
persaingannya dengan rumah sakit lain.
Universitas Indonesia
yang diberikan kurang optimal. Banyaknya sisa makanan masih belum mencapai
standar yang telah ditentukan, yaitu 100% yang berarti tidak terdapat sisa pada
makanan pasien.
Berdasarkan hal tersebut maka peneliti beranggapan Instalasi Gizi Rumah
Sakit Ari Canti belum memberikan pelayanan yang optimal dan bermutu kepada
stakeholder/pelanggan. Untuk itu perlu dilakukan penelitian yang komprehensip
terhadap mutu pelayanan Gizi Rumah Sakit Ari Canti dengan pendekatan kriteria
Malcolm Baldrige.
1.3. Pertanyaan penelitian
1. Bagaimana Gambaran Umum Mutu Pelayanan Gizi RS Ari Canti Gianyar
ditinjau dari kriteria Malcolm Baldrige?
2. Bagaimana Gambaran Mutu Pelayanan Gizi RS Ari Canti Gianyar ditinjau dari
Dimensi Kepemimpinan berdasarkan kriteria Malcolm Baldrige?
3. Bagaimana Gambaran Mutu Pelayanan Gizi RS Ari Canti Gianyar ditinjau dari
Dimensi Perencanaan berdasarkan kriteria Malcolm Baldrige?
4. Bagaimana Gambaran Mutu Pelayanan Gizi RS Ari Canti Gianyar ditinjau dari
Dimensi fokus pada pasien/pelanggan berdasarkan kriteria Malcolm Baldrige?
5. Bagaimana Gambaran Mutu Pelayanan Gizi RS Ari Canti Gianyar ditinjau dari
Dimensi Pengukuran berdasarkan kriteria Malcolm Baldrige?
6. Bagaimana Gambaran Mutu Pelayanan Gizi RS Ari Canti Gianyar ditinjau dari
Dimensi analisis dan manajemen pengetahuan berdasarkan kriteria Malcolm
Baldrige?
7. Bagaimana Gambaran Mutu Pelayanan Gizi RS Ari Canti Gianyar ditinjau dari
Dimensi Fokus pada tenaga kerja berdasarkan kriteria Malcolm Baldrige?
8. Bagaimana Gambaran Mutu Pelayanan Gizi RS Ari Canti Gianyar ditinjau dari
Dimensi Fokus pada Operasional dan Hasil berdasarkan kriteria Malcolm
Baldrige?
Universitas Indonesia
1.4.2.1. Diketahuinya mutu pelayanan gizi Rumah Sakit Ari Canti Gianyar
ditinjau dari kriteria Kepemimpinan Malcom Baldrige.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2.1.1. Definisi
Pelayanan gizi di rumah sakit merupakan pelayanan yang diberikan
serta dikondisikan terhadap pasien atas dasar keadaan klinis, status gizi,
status metabolisme tubuh pasien. Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh
terhadap proses penyembuhan pasien, begitupula terhadap keadaan gizi
pasien mempengaruhi proses perjalanan penyakit.
Pelayanan Gizi Rumah Sakit merupakan rangkaian pelayanan yang
diberikan di rumah sakit kepada pasien rawat jalan serta pasien rawat inap
untuk memperoleh makanan yang tepat guna mendapatkan kebutuhan gizi
yang optimal. Sebagai badan pengelola kegiatan pelayanan gizi dirumah
sakit adalah instansi gizi yang mempunyai tugas melaksanakan kegiatan
pengadaan makanan (penyedia, pengelola , penyalur makanan). Pelayanan
gizi rawat inap, penyuluhan atau konseling pelayanan gizi dan rujukan gizi
yang dilakukan oleh tenaga atau pegawai dalam jabatan fungsional serta
penelitian dan pengembangan gizi terapan.
Pelayanan gizi yang terstandar merupakan salah satu penunjang
rumah sakit dalam akreditasi. Semakin semakin baik standar akreditasi
rumah sakit tersebut dipastikan pelayanan gizi yang diberikan oleh rumah
sakit tersebut adalah baik. Kondisi ini dapat berjalan apabila tenaga gizi
yang terlatih memberikan pelayanan gizi. Berdasarkan Permenkes No. 26
tahun 2013, keprofesionalan tenaga gizi dalam memberikan pelayanan gizi
diatur dalam penyelenggaraan makanan, pekerjaan dan praktek tenaga gizi.
Pada saat pelayanan gizi di rumah sakit dibutuhkan tenaga lainnya yang
meliputi tenaga jasa boga, logistik, tenaga administrasi, pemasak dan
pramusaji (Buku Pedoman Gizi RSAC,2016).
8
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
b) ¾ p dikalikan 1
c) ½ p dikalikan 2
d) ¼ p dikalikan 3
e) 0 dikalikan 4
5) Rumus :
Total nilai x 100%
Jumlah jenis menu x 4
6) Menentukan skor minimum tercapai atau tidak
7) Melakukan rekapitulasi dari beberapa pasien dan menentukan
kesimpulan keseluruhanya apakah skor minimal tercapai atau
tidak
d. Frekuensi audit :
Bila tidak mencapai skor minimum, lakukan identifikasi masalah
dan tindak lanjutnya
Tujuan
Tujuan umum akreditasi adalah mutu pelayanan rumah sakit dapat
dijamin kualitasnya sehingga mendapat gambaran seberapa pantas rumah
sakit-rumah sakit di Indonesia sudah memenuhi standar yang telah
ditetapkan sehingga. Sedangkan tujuan khususnya meliputi :
a. Rumah sakit mendapat pengakuan dan penghargaan terhadap
pencapaian tingkat pelayanan kesehatan sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
hasil produk dan proses, hasil fokus pelanggan, hasil fokus tenaga kerja,
hasil kepemimpinan dan tata kelola serta hasil keuangan dan pasar.
i. Tanggung jawab sosial (social responsibility)
Pemimpin organisasi harus menekankan tanggung jawab mereka
kepada masyarakat melalui pengembangan dan pelaksanaan corporate
social responsibility (CSR). Tanggung jawab sosial ini dilakukan untuk
dapat mengantisipasi dampak negatif dari layanan yang telah diberikan,
mencegah penyebab terjadi masalah kepada masyarakat, memberikan
tanggapan yang cepat dan tepat bila terjadi masalah pelayan kepada
masyarakat, mendukung dan mempertahankan keselamatan dan
kepercayaan masyarakat terhadap layanan kesehatan serta memberikan
informasi yang relevan kepada masyarakat.
j. Berfokus pada hasil dan penciptaan nilai (focus on results and
creating value)
Pengukuran kinerja organisasi perlu memfokuskan pada hasil-hasil.
Hasil dapat digunakan untuk menciptakan dan menyeimbangkan nilai
untuk pihak yang berkepentingan, yaitu pelanggan, karyawan, mitra
kerja, pemegang saham dan masyarakat.
k. Perspektif sistem (system perspective)
Malcolm Baldrige memberikan suatu perspektif sistem untuk
pengelolaan organisasi dan proses menuju keunggulan kinerja.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
- Pendekatan
ini baik digunakan, tanpa
kesenjangan yang signifikan (D) perbaikan
dan pembelajaran organisasi, term
5 - Berdasarkan fakta, evaluasi sistematis dan
asuk inovasi, merupakan kunci alat
70%, 75%, 80%, atau 85% manajemen, ada bukti yang jelas tentang
penyempurnaan sebagai akibat dari analisis
tingkat organisasi dan sharing (L)
- Pendekatan ini terintegrasi dengan
kebutuhan saat ini dan masa depan
organisasi yang diidentifikasi dari
menanggapi profil organisasi dan item
proses lainnya (I)
- Sebuah pendekatan yang efektif dan
6 sistematis, sepenuhnya responsif terhadap
kebutuhan beberapa item, jelas (A)
90%, 95% atau 100% - Pendekatan ini sepenuhnya dikerahkan tanpa
kelemahan signifikan atau kesenjangan
dalam bidang atau unit kerja (D)
- Berbasis fakta, evaluasi sistematis dan
perbaikan, pembelajaran organisasi melalui
inovasi adalah kunci organizational – wide
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
No Skor Deskripsi
1 0-275 Organisasi menunjukkan tahap awal
pengembangan implementasi approaches
persyaratan kategori, deployment yang lemah
serta menghambat kemajuan
Upaya perbaikan berfokus pada pemecahan
masalah
Sedikit hasil penting yang dilaporkan, namun
secara umum masih miskin trend dan data
pembanding
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
45
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
b. Daun yang terbentuk dari hurup “A dan C “berarti Ari Canti yang terus
tumbuh berkembang mengikuti perkembangan jaman.
Universitas Indonesia
4) K3RS
5) Sasaran Keselamatan Pasien
6) PMKP
b. Orientasi khusus dilakukan oleh masing-masing unit kerja meliputi
tugas dan tanggung jawab dalam jabatannya.
c. Untuk karyawan baru orientasi selama 3 bulan dilakukan evaluasi.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
62
Universitas Indonesia
1.Kepemimpinan
2.Perencanaan
3.Fokus
HASIL
MUTU
PELAYAN
AN GIZI
4.Pengukuran Analisis RUMAH
Dan Manajemen SAKIT
Pengetahuan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
5.2 Ahli gizi dan Sekelompok tenaga 1. Telaah Check list Mendapatkan
diietis yang profesi di dokumen Pedoman informasi staf
kompeten rumah sakit yang wawanncara gizi yang
terkait dengan 2. Wawancara dimiliki oleh
pelayanan gizi pasien yang rumah sakit
berisiko tinggi mendalam dan pelayanan
malnutrisi, terdiri dari yang diberikan
dokter/dokter apakah sudah
spesialis, ahli sesuai
gizi/dietisien, perawat,
dan farmasis dari
setiap unit pelayanan,
bertugas bersama
memberikan
pelayanan paripurna
yang bermutu
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
73
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
b. Triangulasi Metode
Triangulasi metode dilakukan Dilakukan melalui wawancara mendalam
dengan narasumber.
c. Triangulasi Data
Triangulasi data dilakukan melalui telaah dokumen dan data sekunder
yaitu data Bab Asesmen Pasien(AP), Bab Pelayanan Pasien (PP) dan
Bab Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK),
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Pada bab ini akan disajikan hasil penelitian terhadap mutu pelayanan gizi rumah
sakit terakreditasi versi 2012 di instalasi gizi RS Ari Canti Gianyar Bali. Hasil
penelitian diperoleh dari wawancara mendalam (indepth interview) terhadap seluruh
Kriteria Malcolm Baldrige dan memasukkan elemen penilaian pelayanan gizi menurut
Akreditasi RS versi 2012 khususnya Bab Asesmen Pasien(AP), Bab Pelayanan Pasien
(PP) dan Bab Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK) di Rumah Sakit Ari Canti
Gianyar.
Dilanjutkan observasi terhadap proses kerja, telaah dokumen sebagai bentuk
pelaksanaan serta data pendukung dari proses administrasi untuk mendapatkan
informasi lebih mendalam terkait pelayanan gizi menurut Akreditasi Rumah Sakit Versi
2012 juga untuk memperoleh data terkait proses dan penetapan kriteria Malcolm
Baldrige di Bidang Mutu Pelayanan gizi di instalasi gizi RS Ari Canti Gianyar Bali.
Penyajian hasil penelitian akan ditampilkan dalam bentuk narasi, gambar, tabel
dan grafik yang menggambarkan informasi kondisi saat ini di Bidang Mutu Pelayanan
gizi di instalasi gizi RS Ari Canti Gianyar Bali, dimana hasil yang didapatkan melalui
proses tahapan pengumpulan data.
77
Universitas Indonesia
6.3.1. Kepemimpinan
Secara keseluruhan, kriteria kepemimpinan ini mendeskripsikan dan menilai
bagaimana pemimpin bisa membimbing dan mempertahankan Bidang Pelayanan Gizi,
mengatur visi, misi, dan nilai dari Bidang Pelayanan Gizi dan pencapaian unit,
berkomunikasi dan melibatkan seluruh tenaga kerja dan pelanggan, membuat tindakan
yang berfokus untuk meningkatkan kinerja Bidang Pelayanan Gizi, membangun
hubungan yang baik di dalam lingkungan rumah sakit guna mencapai mutu pelayanan
dan tujuan Bidang Pelayanan Gizi.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
didapatkan hasil bahwa komunikasi antara staf dengan Kepala Bidang Pelayanan
Gizi berjalan dengan baik, seperti yang dikutip dalam wawancara sebagai berikut :
“yang rutin itu rapat bulanan bidang pelayanan gizi yang dihadiri semua
staf gizi, terus juga ada rapat bulanan, nah disana itu biasanya kami sering ikut,
disampaikan lah itu semua keluhan dan progres yang dicapai, ada lagi itu
conferens pagi pas aplusan jaga“seperti sekarang ini ya, kan lagi dalam
persiapan survey verifikasi akreditasi ya, sering sekali Bidang Pelayanan gizi
itu kumpul untuk sosialisasi. (Informan 2)
“sistem komunikasinya sih sudah bagus ya, seperti ibu dengan anak kalo
saya bilang, beliau mengawasi dan memberi saran untuk program, saling
membantu dengan tanggung jawab, biasanya juga ada rapat itu, ada agendanya
kan, misal rapat Bidang Pelayanan Keperawatan dengan Pelayanan gizi
sebulan sekali, di rapat itu dibahas masalah dan capaian selama sebulan, nanti
hasil rapat diberitahukan ke semua staf perawat dan gizi kadang-kadang juga
lewat komunikasi dengan memo internal ya, biasa terkait tugas yang segera
ditindak lanjuti” (Informan 4)
Dari hasil wawancara mendalam di atas didapatkan bahwa dalam hal
komunikasi di dalam Bidang Pelayanan Gizi tidak terdapat kendala dan hambatan,
hubungan antara pimpinan Bidang Pelayanan Gizi dengan staf gizi pelaksana dan
kepala ruangan berlangsung dalam komunikasi yang baik.
Lingkungan kerja di Bidang Pelayanan Gizi juga terbilang harmonis, hubungan
antara pimpinan Bidang Pelayanan Gizi dengan staf gizi dan kepala ruangan atau
sebaliknya sudah berjalan dengan baik. Tipe kepemimpinan yang ada di Bidang
Pelayanan gizi sesuai hasil wawancara informan didapat bahwa kepemimpinan
bersifat partisipatif, mau menerima masukan, mendorong budaya kerja, dan
memberikan solusi permasalahan.
saya bilang pola kepemimpinan Ibu itu seperti ibu dan anak, mengayomi
meskipun kadang sering tegas ya, mungkin karena beliau orang berumur kali
ya, jadi tegas begitu. Memberikan masukan dan mau menerima saran dari
bawahannya” (Informan 4) “Sistem kepemimpinan Ibu Kepala Instalasi itu
sudah cukup bagus ya, saling membantu, terbuka dengan saran masukan, ikut
Universitas Indonesia
terlibat dalam program, bahkan kalo saya bilang ‘sangat terlibat’ dalam
pencarian solusi permasalahan” (Informan 5)
Pendekatan kepemimpinan senior di Bidang Pelayanan Gizi terhadap unit kerja
lain sudah dilakukan sepenuhnya, koordinasi lintas program dilaksanakan dengan
supervisi dari Direktur RS. Hal ini sesuai dengan kutipan wawancara sebagai
berikut:
“Ya sekarang kan lagi proses perapihan surat-surat dan dokumen
kebijakan karena mau survey verifikasi akreditasi, sekarang sih sudah selesai
kebijakan-kebijakan gizi yang diperlukan. Sebelum ini, biasanya kami akan
menyusun draf dulu SPM atau kebijakannya, nanti diserahkan ke Kabid untuk di
acc, baru diajukan ke Ibu Direktur” (Informan 4)
Berdasarkan Hasil Skoring Kepemimpinan Senior diperoleh 17,5 dari total
kesempurnaan 70 poin.
Universitas Indonesia
baik secara langsung dua arah, mengeluarkan SPM, atau melalui rapat koordinasi
internal. Hal ini terlihat dari kutipan wawancara sebagai berikut:
“Kalau ada keluhan pasien atas pelanggaran hak sosialnya sebagai
pasien dan keluarga, atau kebutuhan edukasi pasien dan keluarga di ruang
perawatan, biasanya dalam rapat bulan jadi bahan evaluasi pelayanan,
biasanya dikomunikasikan langsung ya oleh Kasatpel penanggung jawab
ruangan itu atau bahkan juga bisa langsung oleh Kabid” (Informan 3).
“Memang untuk evaluasi pelayanan gizi, kita berusaha berproses untuk
mengeluarkan panduan atau SPM dan sosialisasi ke staf gizi di bawah agar
keluhan atau temuan yang jadi bahan evaluasi saat rapat itu bisa diminimalisir
dan tidak terjadi lagi” (Informan 1)
Dalam skoring ini dapat dilihat bahwa peran dari pimpinan RSAC dalam tahap
membangun, mengarahkan dan juga mengupayakan agar pencapaian mutu
pelayanan gizi menurut Akreditasi Rumah Sakit versi 2012 dapat menjadi bagian
yang integral dan mendukung pelayanan kesehatan yang bermutu di rumah sakit.
Bidang Pelayanan Gizi RSAC membangun hubungan pendekatan dengan unit
kerja lain di dalam rumah sakit, dan berdasarkan penilaian yang dilakukan sejauh ini
kerja sama tersebut dapat dilaksanakan dengan baik tanpa kendala yang berarti.
Hasil skoring pada kategori tata kelola dan tanggung jawab sosial diperoleh skor 20
dari skor total kesempurnaan 50.
6.3.1. Perencanaan Strategis
Dalam kriteria perencanaan strategis ini dideskripsikan dan dinilai cara
mengembangkan tujuan Bidang Pelayanan Gizi, mendeskripsikan kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman (Strength- Weakness-Opportunity-Threat/SWOT) dari Bidang
Pelayanan Gizi, membuat program kerja, melaksanakan, memonitoring dan
mengevaluasi bagaimana implementasi dari program kerja yang telah dilaksanakan di
Bidang Pelayanan Gizi.
a. Sistem Pelayanan
Dari hasil wawancara mendalam, telaah dokumen dan observasi didapatkan
bahwa sistem Pelayanan Gizi belum memiliki rencana strategis (renstra) gizi, belum
Universitas Indonesia
pernah melakukan pendekatan analisis SWOT dalam menyusun renstra gizi, namun
sudah memiliki Program Kerja Bidang Pelayanan Gizi yang tertulis.
Prioritas saat ini di Bidang Pelayanan Gizi adalah bagaimana mampu
melayani pasien gizi dengan baik, meminimalkan keluhan dan konflik dalam
pelayanan pasien. Program kerja dikomunikasikan dalam setiap rapat koordinasi,
baik di manajemen Bidang Pelayanan Gizi ataupun di tiap - tiap ruangan gizi.
Dalam pelaksanaan program kerja menjadi Aksi sudah dilakukan dengan
inovasi dan penyesuaian dengan keadaan di lapangan, seperti rotasi staf gizi yang
lebih cepat untuk memenuhi pelayanan gizi supervisi pelayanan oleh Kabid
penunjang dan kepala instalasi Gizi tidak hanya dalam rapat bulanan tetapi juga ikut
serta dalam konferensi pagi.
Dalam kriteria pengembangan strategi ini didapatkan hasil informasi
mengenai bagaimana membuat dan mengembangkan rencana kerja Bidang
Pelayanan Gizi yang disampaikan oleh Kepala Bidang Pelayanan Gizi, lebih
menekankan pada kualitas pelayanan gizi meskipun dengan keterbatasan jumlah staf
gizi dibandingkan beban kerja ideal staf gizi. . Hal ini terlihat dari kutipan
wawancara sebagai berikut:
“Strategi kita saat ini itu untuk mengutamakan pelayanan dulu,
meminimalkan keluhan/complain. Rekrutmen SDM gizi terus kita coba penuhi
karena ada pembukaan layanan baru (gedung baru), untuk pelatihan gizi sudah
dibuatkan rencana ke bagian SDM, karena ngejar kebutuhan re survey
akreditasi kan” (Informan 1)
“Untuk program kerja sudah ada bu…, kalau renstra gizi masih dalam
pengembangan, belum dibuat secara khusus. Yang paling mendesak itu adalah
kebutuhan jumlah staf SDM gizi. Kita beban kerja disini itu gak ideal,Saya juga
pagi-pagi sudah harus bantuin di pelayanan, jam 11 agak longgar saya
kelogistik saya monitoring dulu, supervisi, nanti jam 2 an kalo sudah selesai di
semua, baru masuk ke manajerial gizi” (Informan3)
ibat dan juga begitu, tergantung bidang masing-masing sih, untuk analisis
SWOT setahu saya belum ada, untuk rencana anggaran kan dari atasan ya, ada
pengajuan kan, ada evaluasi serapan bagaimana” (Informan4)
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
a. Edukasi Pasien
Pendekatan yang digunakan adalah bagaimana menilai dan mendeskripsikan
kebutuhan pasien, memberikan pelayanan yang bermutu kepada pasien, dan memastikan
bahwa pasien tetap loyal terhadap pelayanan yang diberikan oleh Bidang Pelayanan Gizi
Rumah Sakit Ari Canti, tidak berpindah ke rumah sakit lain.
Pemberian edukasi penyuluhan, motivasi, dan konseling gizi pada klien/pasien dan
kelarganya sangatlah penting karena hal ini merpakan salah satu cara untuk mempercepat
proses kesembuhan pasien. Selain itu edukasi penting sebagai bekal pasien ketika pulang
dari rumah sakit untuk kelanjutan proses penyembuhan dan supaya penyakit yag diderita
tidak kambuh lagi atau tidak semakin parah (Fatimah dkk, 2007; Murti 2006).
Terkait dengan pemberian edukasi, penuluhan, motivasi, dan konseling gizi pada klien/
pasien dan keluarganya disampaikan oleh salah satu informan yang diwawancarai berikut
kutipan yang disampaikan :
“... salah satu fungsi ahli gizi adalah memberikan edukasi kepada pasien ,
saya biasanya memberikan edukasi ke pasien mengenai diet gizi lewat diskusi saja, saya
tidak menggunakan alat batu seperti leaflet, brosur lembar balik dan lain- lain, kalau
petugas gizi biasanya yang memebrikan leaflet kepada pasien mengenai dietnya”
Informasi yang diperolah dari hasil wawancara dan observasi dapat diketahui bahwa
peran petugas gizi dalam memberikan edukasi, penyuluhan, motivasi, dan konseling gizi
pada klien/ pasien dan keluarganya pada prinsipnya sudah berjalan baik tetapi belum
maksimal belum semua pasien mendapatkan pelayanan ini karena banyak kendala yang
disebabkan salah satunya tidak imbangnya antara petugas gizi dengan jumlah pasien dan
perbandingan jumlah pasien atau tempat tidur dengan jumlah tenaga kesehatan khususnya
petugas gizi. Data RSAC Tahun 2017 menyebutkan bahwa jumlah tenaga kesehatan secara
keseluruhan + 508 tenaga, dan petugas gizi hanya 31 orang dengan perbandingan jumlah
tempat tidur adalah 144.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
dan bermutu menurut Standar Akreditasi Rumah Sakit versi 2012. Salah satu
fakta yang dapat dijadikan ukuran keloyalan pasien terhadap pelayanan rumah
sakit dapat dilihat pada laporan data kunjungan pasien pada tahun 2017 sebagai
berikut.
Laporan Kunjungan Rawat Inap 2017
BULAN
No Jenis Kegiatan
Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
1 ACHC 13 14 9 10 16 13 11 18 8 8 10 4
2 BPJS 376 350 368 340 378 402 372 454 488 478 469 439
3 IKS 88 66 70 71 70 63 48 60 71 61 61 51
4 UMUM 275 298 360 333 343 315 264 282 289 330 254 257
TOTAL 752 728 807 754 807 793 695 814 856 877 794 751
Berdasarkan data tabel diatas kunjungan rawat inap pada tahun 2017 setiap bulannya
mengalami kenaikkan dan kunjungan terbanyak terjadi pada bulan oktober yaitu
sebanyak 877 pasien. Hasil skoring pada kategori Suara Pelanggan/Pasien diperoleh
skor 18 dari skor total kesempurnaan 40.
Universitas Indonesia
Pelayanan Gizi sehingga dapat bermanfaat bagi mutu pelayanan gizi Rumah Sakit Ari
Canti
a. Telaah dokumen dan wawancara terhadap informan pelaksana pelayanan gizi
Dari hasil wawancara mendalam dan observasi di lapangan didapatkan bahwa
dalam proses administratif pasien Rumah Sakit Ari Canti sudah menggunakan
Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) yang belum terintegrasi dengan seluruh
pelayanan yang ada di rumah sakit.
“Disini belum semua pelayanan administratif pasien ter cover sama SIRS.
Karena pelaksanan dilakukan bertahap akan tetapi saat ini pihak RS dalam
proses penggarapan modul untuk menyempurnakan data karena penyedianya
cukup profesional. Tiap tahun ada penambahan kuota servernya” (Informan 2)
“Laporan bulanan masih manual dan belum terkomputerasi. Kami sudah
mengusulkan untuk mengintegrasikan dengan data pelayanan, misalnya pasien
baru datang sehingga muncul di system untuk permintaan ketersediaan
makananya” (Informan 8)
Dari data di atas, disimpulkan bahwa rumah sakit dalam mengukur,
menganalisis dan memperbaiki kinerjanya melalui data dan informasi belum dapat
dikatakan efektif, Pendekatan ini masih dirasa belum optimal, karena penyebaran
data bervariasi di unit pelayanan rumah sakit, terutama untuk keperluan akreditasi
rumah sakit masih ada yang belum terintegrasi dengan SIRS. Berdasrakan hasil
skoring pada kategori Pengukuran, Analisis dan Peningkatan Kinerja Organisasi
diperoleh skor 18 dari skor total kesempurnaan 45.
b. Manajemen Pengetahuan, Informasi dan Teknologi Informasi
Rumah sakit memiliki sistem informasi rumah sakit yang belum mampu
mencakup seluruh kebutuhan informasi pelayanan kepada pasien. Termasuk
instalasi gizi belum tersentuh Sistem teknologi informasi ini, yang secara umum
bertujuan untuk memenuhi kebutuan manajemen dalam rumah sakit terkait dengan
pengelolaan informasi secara komputerisasi.
Pendekatan menggunakan SIRS yang terintegrasi, ketepatan data, integritas
dan kehandalan dipercayakan kepada pihak penyedia IT. Rumah Sakit Ari Canti
menggunakan sistem SANATA. Pengolahan dan penyebaran data SIRS terintegrasi
disediakan per unit pelayanan secara bertahap serta menggunakan otorisasi
Universitas Indonesia
Sistem kolaborasi diruang rawat inap RSAC diwujudkan dengan adnya kerja
sama antar tenaga kesehatan diruang perawatan. Setiap profesi melakukan tugasnya
dengan pasien kemudian mencatat intervensi dan perkembangan pasien di catatan
medis. Kendala yang biasa terjadi di ruang rawat inap RSAC karena komunikasi
dilakukan secara lisan masih kurang. Tidak selau ahli gizi bias bertemu dengan
dokter yang biasanya melakukan visit pagi pada pasien sedangkan ahli gizi siang
hari. Biasanya dokter akan menghubungi ahli gizi melaui telepon untuk berdiskusi
melalui telepon ataupun perawat yang berjaga 24 jam diruang perawatan . sebagai
informan ahli gizi memberikan penjelasan sebagai berikut :
“Kolaborasi dengan ketemu tatap muka mungkin bisa dibilang susah ya kalo
liat kesibukan dokter sibuk kan bisa datang jam 9 besok bias jam 3 sore baru
datang. Biasanya kita lewat perawat. Nah disitu ada juga formulir asuhan gizi kita
udah nyatet, semua disitu dari anamnesa, trus untuk riwayat seperti sps . kondisi
Universitas Indonesia
sekarang seperti apa, juga hasil monev dicatat disitu juga. Jadi ada lembaran
khusus yang nanti disampaikan ke perawat”.
Dalam proses perencanaan rekrutmen staf gizi, dilakukan seleksi staf gizi
berdasarkan kompetensi pelatihan dan pengalaman kerja sebelumnya. Setelah
dilakukan proses penerimaan, pembagian tugas staf gizi disesuaikan dengan
distribusi kebutuhan pelayanan gizi di lapangan. Sebelum mulai bertugas, perawat
baru harus melalui proses pendampingan untuk mengenalkan dengan situasi
pekerjaan. Perencanaan SDM Gizi berasal dari kebutuhan ideal pelayanan sesuai
standar dan selanjutnya diajukan ke bagian SDM Rumah Sait Ari Canti untuk
dilakukan penerimaan dan seleksi staf gizi baru Seleksi staf gizi melibatkan Bidang
Pelayanan Gizi berdasarkan kriteria dan kualifikasi perencanaan gizi yang dimiliki
Bidang Pelayanan Gizi. Setelah diterima, staf gizi yang baru wajib mengikuti masa
kegiatan orientasi dalam rangka memperkenalkan seluruh proses kegiatan organisasi
yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan pelayanan gizi Rumah Sakit Ari Canti.
Kegiatan orientasi ini perlu dilaksanakan dengan harapan calon staf gizi tersebut
sudah dapat memahami hubungan kerja dengan unit kerja terkait dengan pelayanan
gizi. Berikut kutipan wawancara mendalam:
“Untuk rekrutmen SDM ahli gizi kita mengutamakan pengalaman dan
pelatihan, terus yang sudah ada pelatihan ini gak langsung kita tempatkan di
instalasi gizi misalnya, kita tempatkan dulu di Ruang penyelenggaraan makanan
agar mengenal dulu bagaimana, paling lama 1 bulan, lanjut kita tempatkan di
instalasi gizi untuk melakukan asuhan gizi jika ada permintaan pasien atau
dokter untuk meakukan konsultasi gizi” (Informan1)
Cara mengelola kemampuan yang dimiliki oleh setiap tenaga staf gizi adalah
dengan cara mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh RS atau dari organisasi
profesi terkait peningkatan kompetensi gizi. Bagi seluruh staf gizi, lingkungan kerja
di Bidang Pelayanan Gizi sangat kekeluargaan, kesempatan untuk pengembangan
diri untuk pelayanan gizi juga sudah ada, melalui pelatihan gizi atau seminar-
seminar yang difasilitasi oleh rumah sakit, baik sebagai bentuk reward atas prestasi
kerja ataupun sebagai suatu kebutuhan bagi rumah sakit untuk memenuhi
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
gizi dalam mengembangkan staf gizi di Bidang Pelayanan gizi dilakukan dengan
kesempatan pelatihan kepada staf gizi untuk meningkatkan mutu pelayanan gizi
sesuai pelatihan yang diterima, serta melalui curah pendapat dalam rapat-rapat
internal.
Staf gizi diberikan kebebasan dalam mengembangkan budaya dan cara kerja
mereka, namun menekankan pada budaya kerja mutu pelayanan gizi dan
pengawasan kinerja melalui ketua tim jaga atau kepala instalasi gizi, reward dan
punishment dilakukan untuk evaluasi, serta pemberian jaminan kesehatan dan
jaminan ketenaga kerjaan.
“pengawasan kinerja pelayanan gizi,dilakukan oleh saya sebagai kepala
instalasi gizi ,pengembangan diri staf gizi itu ya bias lewat pelatihan dan
dilaksanakan bertahap” (Informan 2)
Hasil skoring pada kriteria fokus pada tenaga kerja di Bidang Pelayanan gizi
dan dilakukan penilaian terhadap dimensi proses maka kriteria fokus pada tenaga
kerja memperoleh skor 18 dari total skor Kriteria Malcolm Baldrige 45 poin.
Berdasarkan hasil scoring focus pada tenaga kerja yang ada di Bidang
Pelayanan Gizi sudah mulai dilakukan dengan pendekatan yang sistematis, responsif
dan efektif. Pendekatan yang digunakan untuk menyelesaikan proses sudah
dilakukan yaitu perencanaan pemenuhan tenaga gizi, rekrutmen staf gizi menurut
kompetensi dan pengalaman kerja diutamakan, proses pendampingan staf gizi baru
meskipun tidak dalam kondisi ideal karena kebutuhan tenaga yang mendesak dan
tidak sebanding dengan beban kerja pelayanan gizi RS yang cukup tinggi.
Penyebaran sudah dilakukan sesuai dengan pendekatan yang dilakukan yaitu
pembagian tugas dan fungsi dimana kesenjangan dengan beban kerja menyebabkan
rotasi menjadi terlalu singkat (tidak ideal), pendelegasian wewenang pelayanan gizi
diserahkan kepada para koordinator satuan pelaksana dan kepala ruangan.
Pengembangan karir tenaga gizi diatur sesuai ketetapan perundang-undangan dan
standar yang berlaku.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Skrining gizi merupakan langkah awal dari proses asuhan gizi untuk menilai
perlu atau tidaknya asasment gizi atau pengkajian gizi lanjutan. Skrining gizi
dilakukan pada semua pasien yang masuk ke rumah sakit kecuali di perinatology,
ICU, HCU. Skrining gizi dilakukan pada pasien anak dan dewasa proses skring harus
sederhana dan dilakukan pada asasmen awal perawat dalam waktu 1x 24 jam.
Hasil skoring pada Evektivitas Operasional diperoleh skor 32 dari skor total
kesempurnaan 85. Dalam meningkatkan efektivitas operasional di Bidang
Pelayanan Gizi, selain bekerja sesuai dengan uraian tugas yang telah ditentukan,
pelaksanaan tugas sehari-hari mengacu pada standar prosedur operasional yang ada,
dalam proses pemecahan masalah dalam pekerjaan, Bidang Pelayanan Gizi mencari
akar penyebab masalah dan menyelesaikannya serta berkomunikasi langsung atau
melalui pertemuan/rapat. Dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di Bidang Pelayanan
Gizi menerapkan sistem saling bantu satu sama lain, memberikan pelayanan kepada
pasien yang terbaik, dan berempati.
Universitas Indonesia
“Uraian tugas kita sudah ditentukan oleh SDM RS dan SDM Gizi.
(Informan 3)
“setiap ada masalah kita rapatkan, kalo ruangan ada rapat bulanan,
biasanya kasat pel atau kabid ikut juga kalo tidak sibuk. Atau juga tiap ganti
jaga pagi ada konferensi pagi, tukaran informasi keadaan pasien, kalo ada
masalah, ya langsung dirundingkan. Kita saling bantu disini, kekeluargaan.
Dari SPM yang ada serta dari pendidikan dan pengalaman kita di RS
sebelumnya, kita sudah tahu apa harus dilakukan, bagaimana memperlakukan
pasien dan keluarga, bagaimana kerja sama dengan staf gizi yang lain”
(Informan5)
Evaluasi efektivitas operasional dilakukan melalui komunikasi langsung lewat
rapat koordinasi internal dan penilaian capaian standar akreditasi di pelayanan gizi.
Hal ini terlihat bahwa penilaian fokus pada operasional di Bidang Pelayanan
Gizi Rumah Sakit Ari Canti sudah baik. Sistem atau proses kerja yang berjalan di
Bidang Pelayanan Gizi dilakukan mengacu pada struktur organisasi di Bidang
Pelayanan Gizi, serta pembagian tugas dan fungsi masing-masing staf gizi sesuai
rotasi penempatan. Panduan/SPM pelaksanaan tugas staf gizi dalam proses
pemecahan masalah dalam pekerjaan,pelayanan gizi mencari akar penyebab masalah
dalam pekerjaan dan menyelesaikannya serta berkomunikasi langsung atau melalui
rapat. Berdasarkan hasil skoring pada kriteria efektivitas Operasional kerja di Bidang
Pelayanan gizi dan dilakukan penilaian terhadap dimensi proses maka kriteria fokus
pada tenaga kerja memperoleh skor 16 dari total skor Kriteria Malcolm Baldrige 40
poin.
Universitas Indonesia
Terdapat empat faktor yang digunakan dalam penilaian data-data kuantitatif dari
indikator setiap kriteria, yaitu tingkatan (level), kecenderungan (trend), perbandingan
(comparison), dan integrasi (integration). Kriteria ini melihat gambaran dan peningkatan
mutu pelayanan di Bidang Pelayanan Gizi Rumah Sakit Ari Canti menurut Akreditasi
Rumah Sakit versi 2012 sebagai upaya dari peningkatan mutu berkelanjutan pelayanan
gizi yang diberikan, kepuasan pasien/pelanggan, hasil dari kerja tim/staf gizi dan sistem
kerja gizi, operasional dan tanggung jawab kepemimpinan bidang gizi dan masyarakat,
serta hasil keuangan dan pasar.
6.4.1 Asuhan Gizi Terstandar
Ahli gizi merasakan adanya perubahan apabila melakukan PAGT, yaitu semakin
jelas pembagian kerja antar tenaga kesehatan di RSAC. Masing masing tenaga
kesehatan memiliki tanggung jawab dan wewenang yang berbeda tetapi tetap pada satu
tujuan yaitu pelayanan kesehatan pada pasien. Hal ini juga berguna untuk mengurangi
tumpang tindihnya pekerjaan rumah sakit. Penjelasan informan tentang hal ini :
“ dibandingkan dengan tidak melakukan PAGT tetap bagusan menggunakan
system PAGT karena ahli gizi benar benar bekerja sesuai teori dan keilmuannya yang
digunakan secara aktif tidak menunggu perintah”
Hasil skoring pada kategori produk dan proses pelayanan gizi diperoleh skor 54
dari skor total kesempurnaan 120. Salah satu hasil produk pelayanan gizi dan proses
pelayanan gizi berupa terjadinya peningkatan kunjungan atau pertumbuhan jumlah
pasien di Rawat Inap, didukung dengan data Laporan Jumlah Kunjungan Pasien Umum-
BPJS Periode Januari – Desember 2017, Indeks Kinerja Pelayanan RS (BOR, AvLOS,
BTO, TOI) Periode Januari – Desember 2017, yang cenderung meningkat dan sudah
dilaporkan.
Dari hasil wawancara mendalam dengan informan, didapatkan informasi bahwa
jika dibandingkan RS lain di sekitar Bali Timur, Rumah Sakit Ari Canti memiliki
pelayanan kelas III lebih baik, sehingga menjadi RS Rujukan pasien ber-KTP Bali yang
ingin menggunakan BPJS. Meskipun hal ini belum dikaji lebih lanjut.
Tabel 6.3 Data Kunjungan Psien RSU Ari Canti tahun 2017
Bulan JUMLAH IGD RAWAT RAWAT TOTAL
Universitas Indonesia
JALAN INAP
JAN 8358 2239 5367 752
PEB 8035 1914 5393 728
MAR 8438 1925 5706 807
APR 7531 1910 4867 754
MEI 8551 1892 5852 807
JUN 7873 1750 5330 793
JUL 7729 1837 5197 695
AGT 8347 2092 5441 814
SEP 9041 1993 6192 856
OKT 9160 2128 6155 877
NOV 8772 2109 5869 794
DES 9020 2160 6109 751
JUMLAH 100855 23949 67478 9428
Sumber: Rekam Medik Rumah Sakit Ari Canti
Universitas Indonesia
petunjuk bahwa asupan zat gizi pasien sebagai penunjang untuk sembuh akan tidak
terpenuhi. Dampak lain adanya sisa makanan yaitu ke arah pencitraan, konsumen
terhadap pelayanan gizi. Hasil observasi menunjukkan bahwa di RSAC masih
ditemukan adanya sisa makanan yang tidak dikonsumsi pasien.
Dari hasil wawancara mendalam dengan informan, didapatkan informasi bahwa
“Pada umumnya sisa makanan pasien belum cukup baik karena
berdasarkan pengamatan secara visual bahwa makanan pasien rata rata tidak
habis hal ini terjadi di ruangan VIP dan Kelas I.II di RSAC. Dibutuhkan
koordinasi yang baik antara petugas gizi ruangan dan perawat dalam
pelayanan agar tidak terjadi kesalahan pemberian diet dan pasien dapat
mengkonsumsi makanan yang dibagikan dengan harapan sisa makanan sedikit
bahkan habis tanpa sisa”
Berdasarkan hasil skoring pada kategori fokus pada pelanggan/pasien diperoleh
skor 38,25 dari total skor 85. Sisa makanan merupakan kinerja terhadap fokus pada
pelanggan/pasien tentang ketidakpuasan yang menunjukkan hasil yang telah dicapai
oleh Bidang Pelayanan Gizi Rumah Sakit Ari Canti.
Asuhan gizi yang tidak sesuai kebutuhan sangat berkaitan dengan peningkatan
resiko penyakit maupun komplikasinya. Selain itu terdapat kecederungan peningkatan
kasus yang terkait gizi, baik pada individu maupun kelompok. Hal ini memerlukan
asuhan gizi yang bermutu guna mempertahankan status gizi yang optimal dan untuk
mempercepat penyembuhan
Dari hasil wawancara mendalam dengan informan didapatkan informasi bahwa
ada beberapa pasien rawat inap yang akan pulang, saat dilakukan survei kepuasan
menyatakan kepuasannya pada pelayanan gizi kelas III rumah Sakit ARI canti jika
dibandingkan dengan RS lain. Mereka berpendapat pelayanan Kelas III Rumah Sakit
ARI canti lebih bagus karena setiap ruangan rawat inap sudah menggunakan Air
Conditioner (AC) dan gedung bangunan yang relatif masih baru sehingga pasien dan
keluarga merasa lebih nyaman.
“Ada lagi Bu…informasi dari pasien, saat akan pulang dan dilakukan
survei kepuasan, mereka mengatakan puas dirawat di sini. Saya tanya
alasannya, kata mereka, ruangannya semua ber-AC, bangunannya masih baru
Universitas Indonesia
dan seperti hotel, padahal mereka dirawat di kelas III dan pakai BPJS. Ya
kembali lagi pak, ini kan belum dikaji” (Informan 1)
Berdasarkan hasil skoring pada kategori fokus pada tenaga kerja diperoleh skor
38,25 dari total skor 85. Hasil fokus pada tenaga kerja yaitu belum tersedianya anggaran
yang rutin dari Bidang Pelayanan gizi untuk mengirimkan staf gizi mengikuti pelatihan
dan sertifikasi kompetensi. Terlebih lagi menjelang survey verifikasi Akreditasi Rumah
Sakit, Rumah Sakit Ari Canti akan mengirimkan staf gizi untuk mengikuti pelatihan
atau inhouse training agar menyesuaikan dengan kriteria penilaian Akreditasi Rumah
Sakit versi 2012.
Dari lingkungan kerja, wawancara dengan informan menyatakan bahwa
lingkungan kerja di Bidang Pelayanan Gizi cukup nyaman dan semangat kekeluargaan,
meskipun dengan beban kerja staf gizi yang tinggi melebihi standar akreditasi.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
102
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Dari hasil penelitian pada kriteria kepemimpinan dapat dilihat bahwa peran
dari pimpinan RSAC dalam tahap membangun, mengarahkan dan juga
mengupayakan agar pencapaian mutu pelayanan gizi menurut Akreditasi Rumah
Sakit versi 2012 dapat menjadi bagian yang integral dan mendukung pelayanan
kesehatan yang bermutu di rumah sakit. Pimpinan Bidang Pelayanan Gizi
memiliki pendekatan (approach) yang sistematis, efektif, dan responsif terhadap
kebutuhan dasar pelayanan gizi.
Hal ini mengindikasikan bahwa Bidang Pelayanan Gizi sudah memiliki
visi, misi dan tujuan yang jelas dalam mengelola pelayanan gizi rumah sakit,
yang merupakan turunan dari visi, misi dan tujuan Rumah Sakit Ari Canti
.Penyebaran visi, misi, tujuan Bidang Pelayanan Gizi sudah dilakukan secara
merata oleh kepemimpinan senior baik melalui pertemuan atau rapat koordinasi,
serta sudah didokumentasikan dalam bentuk tertulis ataupun terpampang di
Bidang Pelayanan Gizi.
Dalam konsep kepemimpinan organisasi, kepemimpinan (leadership)
mempunyai kedudukan strategis, karena kepemimpinan merupaka pusat bagi
seluruh kegiatan di dalam organisasi, kepemimpinan sangatlah diperlukan untuk
mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan dapat mempengaruhi perilaku dan
kualitas serta prestasi dari suatu organisasi. Menurut Weirich & Koontz (1993,
dalam Febriyanty 2015) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah seni atau
proses untuk mempengaruhi orang lain sehingga mereka sendiri bersedia dengan
kemampuan sendiri dan secara antusias bekerja untuk mencapai tujuan
organisasi.
Lingkungan kerja di Bidang Pelayanan Gizi juga terbilang harmonis,
hubungan antara pimpinan bidang dan staf gizi ataupun sebaliknya juga berjalan
dengan baik.Tipe kepemimpinan yang ada di Bidang Pelayanan Gizi sesuai hasil
wawancara dengan informan didapatkan bahwa kepemimpinan bersifat
partisipatif, mau menerima masukan dan memberikan solusi dalam permasalahan.
Adhitama (2004) menyatakan bahwa teori perilaku kepemimpinan ada 4
kelompok besar, yaitu pertama, kepemimpinan suportif, yang memberikan
perhatian pada kebutuhan bawahan, amat memperhatikan kesejahteraan mereka
serta menciptakan suasana kerja yang sehat dan nyaman. Kedua, kepemimpinan
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
yang sesuai dengan Standar Akreditasi RS versi 2012 Bab AP, Bab PPK, serta
Bab PP sudah dilakukan secara baik yaitu di atas 80% dari keseluruhan
pelaksanaan sesuai standar.
Pendekatan pengembangan program kerja saat ini sesuai dengan kebutuhan
pelayanan gizi secara keseluruhan terutama yang berhubungan dengan Standar
Akreditasi 2012 Bab AP, Bab PPK, dan Bab PP yang diidentifikasi dalam
menanggapi profil Bidang Pelayanan Gizi. Perencanaan adalah suatu proses yang
berurutan yang memberikan arah kepada organisasi, membantu organisasi untuk
berubah dan membantu untuk ketidakpastian.
Perencanaan mencakup memutuskan apa yang harus dilakukan dan
bagaimana melakukannya. Perencanaan strategis adalah suatu proses seleksi
sasaran organisasi, menentukan kebijakan dan program-program yang penting
untuk pencapaian tujuan yang spesifik yang searah dengan sasaran dan
menetapkan metode yang akan digunakan untuk memastikan bahwa kebijakan
dan program strategis dilaksanakan. Perencanaan strategis memusatkan perhatian
tidak hanya pada masakini tetapi juga masa mendatang.
Menurut Adikoesoemo (2012), perencanaan strategis ditandai dengan
tujuan organisasi, keadaan organisasi, keadaan di luar lingkungan organisasi,
alokasi sumber daya yang ada dan apa yang akan dicapai oleh organisasi.
Sedangkan Duncan (1996) dalam Ayuningtyas (2014) mendefinisikan
rencana strategis sebagai suatu proses yang digunakan untuk menelaah situasi dan
mengembangkan tata cara pengambilan keputusan di dalam suatu organisasi.
Hasil dari proses perencanaan strategis adalah suatu rencana atau strategi.
Memiliki perencanaan strategis dapat meminimalisir risiko kesalahan atau
kegagalan terhadap implementasi program kerja. Perencanaan strategis
mengantisipasi masalah yang timbul sebelum masalah itu muncul dan juga
membantu pimpinan untuk mengenali risiko dan kesempatan. Sehingga dengan
perencanaan strategis, Bidang Pelayanan Gizi dapat terus meningkatkan kualitas
pelayanan gizi yang berkesinambungan dan terintegrasi dengan unit lain sebagai
satu kesatuan rumah sakit.
7.7 Fokus PadaPelanggan/Pasien
Kriteria fokus pada pelanggan/pasien di Bidang Pelayanan Gizi adalah
Universitas Indonesia
pasien, dan memastikan bahwa pasien tetap loyal terhadap pelayanan yang
diberikan oleh Bidang Pelayanan Gizi Rumah Sakit Ari Canti, tidak berpindah ke
rumah sakit lain.
Suara pelanggan/pasien di Bidang Pelayanan Gizi RSAC diidentifikasi
melalui survei kepuasan pasien dan juga pengelolaan keluhan pelayanan. Survei
kepuasan dilakukan secara konsisten oleh Bagian Umum dan Pemasaran sejak
Rumah Sakit Ari Canti mulai aktif memberikan pelayanan, dengan mengalami
inovasi penyesuaian mengikuti perkembangan kebutuhan RS.
Pengelolaan keluhan pasien/keluarga yang disampaikan langsung ke bagian
humas atau staf gizi di lapangan juga dilakukan sebagai usaha responsif terhadap
kebutuhan pelayanan. Bagian Umum dan Pemasaran melakukan survei kepuasan
pasien untuk mengetahui kebutuhan pasien dan pasar. Selanjutnya dilakukan
pengolahan data hasil survei. Hasil survei yang sudah diolah selanjutnya akan
dikoordinasikan dengan Direktur dan unit pelayanan terkait, termasuk Bidang
Pelayanan Gizi, untuk didiskusikan dan dicarikan solusi pemecahan masalah dan
peningkatan mutu pelayanan gizi.
Selain menggunakan survei kepuasan, identifikasi suara pasien dalam
pelayanan gizi adalah dengan menjadi pendengar yang baik atas semua keluhan
pasien/keluarga dalam pelayanan gizi. Meskipun SPM Penanganan
Keluhan/Konflik Pelayanan belum resmi ditetapkan RS, setiap staf gizi Rumah
Sakit Ari Canti telah disosialisasikan agar menjadi pendengar yang baik, serta
menjaga etika dan komunikasi ke pasien.
Semua hasil survei kepuasan pelayanan Gizi dan keluhan pasien/keluarga
terhadap pelayanan gizi menjadi bahan evaluasi Bidang Pelayanan Gizi untuk
memberikan pelayanan yang lebih baik dan bermutu menurut Standar Akreditasi
Rumah Sakit versi 2012.
Salah satu fakta yang dapat dijadikan ukuran keloyalan pasien terhadap
pelayanan rumah sakit adalah Laporan Data Kunjungan Pasien Lama Periode
Januari – Desember 2017 yang rata-rata selalu meningkat setiap bulannya.
b. Komunikasi dengan Pasien
Pada kriteria keterlibatan pasien ini menggambarkan bagaimana Bidang
Pelayanan Gizi melibatkan pasien/pelanggan dalam pemberian pelayanan yang
Universitas Indonesia
bermutu di pelayanan gizi Rumah Sakit Ari Canti. Instalasi gizi menerapkan
suara pelanggan yang langsung ditangani oleh Bagian Umum dan Pemasaran.
Survei ini masih terpusat menjadi satu kesatuan dengan rumah sakit. Untuk
penilaian survei kepuasan di Bidang Pelayanan Gizi menilai beberapa item
pertanyaan dengan skala baik sekali, baik, buruk, dan buruk sekali.
Item pertanyaan tersebut adalah keramahan dan kesopanan, pemberian
informasi, mendengarkan keluhan pasien, penjelasan dan menjawab pertanyaan,
pengecekan identitas pasien sebelum tindakan, kecepatan pelayanan,
keterampilan, dan penampilan. Sistem tersebut sudah diterapkan,
pelanggan/pasien dapat terlibat dalam menjamin pemberian pelayanan gizi yang
bermutu dengan mengajukan keluhan/komplain atau apapun mengenai pelayanan
gizi yang diberikan Rumah Sakit Ari Canti baik secara langsung, melalui kotak
saran, dengan mengirimkan SMS, Whatsapp, atau melalui media sosial lainnya.
Komplain/keluhan tersebut langsung akan diproses agar mendapatkan
kepuasan dan loyalitas pelanggan/pasien, proses tersebut menunjukkan adanya
evaluasi dan perbaikan melalui pemecahan komplain pelanggan/pasien, misalnya
keluhan mengenai rasa yang kurang enak pada makanan ataupelayanan gizi yang
tidak sesuai, maka pihak rumah sakit segera mengambil tindakan untuk segera
memperbaiki atau mencari kebenaran informasi tentang pelayanan gizi yang tidak
sesuai tersebut untuk mendapatkan klarifikasi, dan bahkan mencari inovasi agar
hal tersebut tidak terulang kembali.
Dari hasil penilaian Kriteria Malcolm Baldrige tersebut disimpulkan bahwa
Bidang Pelayanan Gizi sudah melakukan pendekatan yang efektif, responsif dan
sistematis melalui analisis survei kepuasan pasien, penyampaian keluhan
pelayanan, dan memberikan kesempatan pasien/keluarga untuk terlibat dalam
menjaga mutu pelayanan gizi sesuai dengan Standar Akreditasi Rumah Sakit
Versi 2012 khususnya BabAP ,PPK dan PP,serta memastikan bahwa pasien tetap
loyal terhadap pelayanan gizi Rumah Sakit Ari Canti.
Penyebaran terintegrasi dengan unit lain dalam survei kepuasan oleh pihak
manajemen RS, penyampaian keluhan melalui kotak saran, media sosial, dan
media elektronik, serta peran staf gizi yang mendukung keterlibatan pasien dan
pelaksanaan pelayanan gizi yang bermutu sesuai standar akreditasi meskipun
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Pelayanan Gizi yaitu mengelola data menjadi informasi yang diperlukan oleh
Bidang Pelayanan Gizi sehingga dapat bermanfaat bagi mutu pelayanan gizi
Rumah Sakit ARI Canti
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
rumah sakit. Mulai dari sosialisasi, pelatihan, dan juga bimbingan akreditasi
sebagai kebutuhan persyaratan akreditasi.
a. Interaksi dengan petugas medis lainnya
Proses kolaborasi yang ada di ruang rawat inap RSAC sudah cukup berjalan
baik. Adanya dukungan dari dokter dan perawat untuk ahli gizi melakukan PAGT
menjadi salah satu faktor yang mendukung tercipnya PAGT yang baik. Walaupun
terkadang masih ada ketidak cocokan jadwal atara ahli gizi dan dokter namun
dapat teratasi dengan bantuan perawat ataupun komuniksi lewat telepon.
Setiap profesi dapat saling percaya dan paham terhadap tanggung jawab
masing masing. Hal ini menurunkan resiko tumpang tindih pekerjaan. Kolaborasi
merupakan proses komplek yang membutuhkan sharing pengetahuan yang
direncanakan dengan sengaja dan tanggung jawab bersama untuk merawat pasien
(Brenda2010).
Kolaborasi yang baik antar tenaga kesehatan juga dapat meningkatkan
kualitas hubungan dengan pasien karena dipengaruhi oleh pengetahuan
pengalaman dan kesiapan pasien sendiri untuk berubah (Brenda2010). Bentuk
kolaborasi yang dilakukan antar profesi tenaga kesehatan yaitu, membuat
asasmen untuk pasien berdasarkan diskusi bersama memberikan informasi
kepada bersamaan memberikan intervensi pada pasien. Melakukan diskusi rutin
untuk membahas kondisi pasien, menilai status gizi pasien dan menilai status
kesehatan serta mengevaluasi sebelum pualng dari rumah sakit( Sari Sisca,2009)
Dalam proses perencanaan rekrutmen staf gizi, dilakukan seleksi staf gizi
berdasarkan kompetensi pelatihan dan pengalaman kerja sebelumnya. Setelah
dilakukan proses penerimaan, pembagian tugas staf gizi disesuaikan dengan
distribusi kebutuhan pelayanan gizi di lapangan. Sebelum mulai bertugas, staf
gizi baru harus melalui proses pendampingan untuk mengenalkan dengan situasi
pekerjaan. Perencanaan SDM Gizi berasal dari kebutuhan ideal pelayanan sesuai
standar dan selanjutnya diajukan ke bagian SDM Rumah Sait Ari Canti untuk
dilakukan penerimaan dan seleksi staf gizi baru.
Seleksi staf gizi melibatkan Bidang Pelayanan Gizi berdasarkan kriteria dan
kualifikasi perencanaan gizi yang dimiliki Bidang Pelayanan Gizi. Setelah
diterima, staf gizi yang baru wajib mengikuti masa kegiatan orientasi dalam
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
2012 sebagai upaya dari peningkatan mutu berkelanjutan pelayanan gizi yang
diberikan, kepuasan pasien/pelanggan, hasil dari kerja tim/staf gizi dan sistem
kerja gizi, operasional dan tanggung jawab kepemimpinan bidang gizi dan
masyarakat.
Universitas Indonesia
pelayanan gizi menurut penilaian Akreditasi Rumah Sakit versi 2012 di Ari Canti
telah melewati syarat minimal pencapaian 80% dari Standar Akreditasi Rumah
Sakit Versi 2012 sebagaimana yang ditargetkan oleh Tim Pokja Akreditasi
Rumah Sakit ARI Canti.
Adanya tren yang menguntungkan dalam hasil produk dan proses ini
yaitu bertambahnya jumlah kunjungan pasien per bulan, ditambah
meningkatnya jumlah pelayanan critical care sehingga menjadi RS rujukan
pasien BPJS di area sekitar Bali Timur.
Bidang Pelayanan Gizi Rumah Sakit Ari Canti belum membandingkan
bagaimana kinerja produk mereka dengan pesaing karena keterbatasan sumber
daya manusia dalam mengkaji lebih jauh, namun hal ini tetap membuat
komitmen Bidang Pelayanan Gizi Rumah Sakit Ari Canti untuk terus
meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu untuk pelanggan, sehingga
menjadi RS Rujukan pasien ber-KTP Bali yang ingin menggunakan BPJS.
Meskipun hal ini belum dikaji lebih lanjut.
Comparison pada kriteria hasil produk dan proses ini merupakan tahap
awal untuk memperoleh informasi yang jelas. Integration sudah ada, seperti
dengan adanya pendidikan dan pelatihan serta sosialisasi Standar Akreditasi RS
Versi 2012 Bab AP, PPK dan PP, yang diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan dan dapat diimplementasikan dengan baik.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
gizi yang bertugas di Bidang Pelayanan gizi merasa selalu dibimbing dan diawasi
dalam setiap tugas yang dibebankan. Hasil kepemimpinan dengan gaya
kepemimpinan partisipatif ini menjadikan pelayanan gizi lebih terasa seperti
sebuah keluarga, beberapa informan memuji gaya kepemimpinan Kepala Bidang
Pelayanan gizi. Merupakan tahap awal untuk memperoleh informasi pembanding
yang jelas (comparison).
Terdapat keterkaitan antara pola kepemimpinan (integration) di Bidang
Pelayanan gizi dengan pelaksanaan Standar Akreditasi Rumah Sakit versi 2012
Bab AP, Bab PPK, dan Bab PP, dimana dengan pola kepemimpinan partisipatif
seperti ini pelayanan gizi dapat memberikan pelayanan gizi yang memuaskan
pasien berdasarkan SPM yang ada. Hasil dilaporkan untuk banyak bidang yang
penting bagi pemenuhan misi organisasi.
Menurut Satrianegara (2014) ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam
pendekatan untuk mencapai pelayanan prima melalui peningkatan mutu
pelayanan, yaitu :
1. Pelanggan dan harapannya
Usaha peningkatan mutu pelayanandidorong harapan pelanggan. Unit pelayanan
kesehatan memiliki banyak pelanggan loyal harapan pelanggan harus
diidentifikasikan dan diprioritaskan dan unit harus membuat kriteria untuk
menilai keberhasilan.
2. Perbaikan kinerja
Bila sudah teridentifikasi harapan pelanggan, selanjutnya adalah menjalankan
kinerja karyawan dan dokter untuk mencapai konseling, adanya pengakuan dan
mengidentifikasi serta pemberian reward.
3. Proses Perbaikan
Dengan melibatkan karyawan dalam proses pelayanan, maka dapat
mengidentifikasi masalah proses yang dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan,
mendiagnosis penyebab, mengidentifikasi dan menguji pemecahan atau
perbaikan. Proses perbaikan juga penting, seringkali kinerja disalahkan karena
masalah pelayanan dan ketidakpuasan pelanggan pada saat proses itu sendiri
tidak dirancang dan direncanakan dengan baik untuk mendukung pelayanan
4. Budaya untuk mendukung perbaikan terus menerus
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
132
Universitas Indonesia
6. Fokus pada staf didang pelayanan gizi RSAC menunjukkan bahwa semakin fokus
pada staf maka meningkatkan mutu pelayanan gizi. Komunikasi antara
bagian/subdit di Rumah Sakit Ari Canti sudah terjalin dengan baik. Peluang
perbaikan yang ditemukan staf belum diberikan kesempatan yang luas atau di
dukung untuk pengembangan diri melalui pendidikan keterampilan dan keahlian,
melanjutkan pendidikan serta belum memberikan penilaian terhadap kinerja staf
untuk mencapai kinerja yang tinggi.
7. Dari kriteria manajemen proses dibidang pelayanan gizi yang menunjukkan semakin
baik manajemen proses akan semakin meningkatkan mutu pelayanan gizi. Peluang
perbaikan yang ditemukan RSAC belum menjadikan harapan stakeholder sebagai
bahan pertimbangan untuk memperbaiki kualitas pelayanan, belum memperhatikan
kualitas dan kuantitas dalam memberikan pelayanan kepada stakeholder, serta
menyelesaikan masalah belum mencari akar permasalahannya.
8.5 Saran
1. Direktur dengan para pimpinan menetapkan visi, misi serta perencanaan dan sasaran
strategis yang sesuai dengan tugas dan fungsi organisasi. Penjabaran visi, misi dan nilai
– nilai organisasi ini didalam perencanaan strategis dalam rencana tindakan
(perfomance) sebagai key perfomance indicator/indikator kunci kebarhasilan.
2. Membuat standar prosedur kerja sebagai panduan staf gizi dalam bekerja. Panduan ini
merupakan instrument yang bisa digunakan untuk mengukur kinerja staf.
3. Meningkatkan komunikasi yang efektif antara bagian/subdit dengan pelaksanaan
outbound, manajemen konflik yang terkendali serta penegakan disiplin pegawai.
4. Menyediakan media layanan informasi yang mudah diakses oleh stakeholder. Media
layanan informasi ini berisikan tentang organisasi dan layanan gizi yang diberikan serta
ruang penyampaian harapan, saran serta keluhan stakeholder sehingga data yang masuk
dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk penerapan perbaikan yang berkelanjutan
(contuinitas improvement)
5. Membuat panduan layanan gizi bermutu sesuai dengan tugas dan fungsi organisasi
sehingga staf yang memberikan pelayanan gizi punya standar dan hasil pelayanan gizi
yang diberikan dapat diukur.
6. Agar staf gizi tidak hanya fokus pada pemberian pelayanan gizi semata sesuai dengan
rutinitas pekerjaan sehari-hari, namun juga memperhatikan proses pendokumentasian
Universitas Indonesia
dari setiap proses yang dijalankan, menciptakan inovasi dan perbaikan, serta evaluasi di
dalam proses kerja.
7. Untuk meningkatkan mutu pelayanan gizi Rumah Sakit Ari Canti dapat menerapkan
Baldrige Criteria.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
b. Keterlibatan 1. Pendekatan melalui analisis survei kepuasan pasien (efektif), penyampaian keluhan pelayanan gizi 45 18
Pelanggan/Pasien (responsif), dan memberikan kesempatan pasien/keluarga untuk terlibat dalam menjaga mutu
pelayanan gizi sesuai dengan standar akreditasi (sistematis).
2. Penyebaran terintegrasi dengan unit lain dalam survei kepuasan oleh pihak manajemen RS,
40 % penyampaian keluhan melalui kotak saran, melalui media sosial, dan media elektronik, serta peran
ahli gizi yang mendukung keterlibatan pasien dalam pelayanan gizi sesuai standar akreditasi.
3. Evaluasi dalam bentuk respon segera atas keluhan, melakukan perbaikan melalui pemecahan
komplain, dan evaluasi pelaksanaan keterlibatan pasien/keluarga dalam pelayanan gizi sesuai standar
akreditasi.
4. Pendekatan ini terintegrasi dengan unit lain, dan terintegrasi dengan kebutuhan saat ini serta masa
depan RS.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
3. Comparison pada kriteria hasil produk dan proses ini merupakan tahap awal untuk memperoleh
informasi komparatif yang jelas tentang pelayanan BPJS Kelas III Rumah Sakit Ari Canti
4. Integration sudah ada, seperti dengan adanya pendidikan dan pelatihan serta sosialisasi Standar
Akreditasi RS Versi 2012 Bab AP, PPK dan PP, yang diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
dan dapat diimplementasikan dengan baik.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
e. Hasil Finansial 1. Rumah Sakit Ari Canti memberikan dukungan yang cukup untuk keuangan terhadap setiap pelayanan 80 32
dan Pasar gizi yang bermutu khususnya menurut Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 BabAP, Bab PPK, dan
Bab PP.
2. Tren finansial dan pasar tidak dilaporkan
40% 3. Informasi komparatif hasil finansial dan pasar tidak dilaporkan.
4. Hasil Integration dari sejumlah area pelayanan gizi yang dianggap penting dilaporkan, diindikasikan
rumah sakit sedang melakukan upaya pengembangan investasi dengan mengalihfungsikan Ruang
waktu sebelumakreditasi belum memiliki ruangan penyimpaan dan sarana pencucian alat makanan pasien
ruangan tidak nyaman karena panas namun sekarang baik dan nyaman
Total Skor Kriteria 1 - 6 209,5
Total Kriteria 7 198,5
Total Skor Kriteria 1 - 7 408
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita, (2009), Prinsip Dasar Ilmu Gizi, PT Gramedia Pustaka Utama
Jakarta, Hal;144.
Brown, Mark Graham. 2008. Baldrige Award Winning Quality, 17th Edition. How
to Interpret the Baldrige Criteria for Performance Excellence. New York:
productivity Press.
Buku Pedoman Gizi Rumah Sakit Ari Canti Tahun 2016. Bali.
Istanti, Novita Dwi. 2017. Penilaian Mutu Patient Safety Sebagai Upaya
Continuous Quality Improvement Dengan Pendekatan The Malcolm
Baldrige Di Rumah Sakit Tiara Bekasi Tahun 2016; Tesis.
Depok:FakultasKesehatan Masyarakat UniversitasIndonesia.
Loiselle, C.G., Profetto-McGrath, J., Polit, D.F., dan Beck, C.T. 2004. Canadian
Essentials of Nursing Research. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins. Available from: http://www.fkep.unpad.ac.id/penelitian/prinsip-
prinsip-etika-penelitian - ilmiah . html diakses pada tanggal 29 November
2017
Universitas Indonesia
O’Flynn J., Peake H., Hickson M, et al. (2005) The prevalence of malnutrition in
hospitals can be reduced: results from three consecutive cross-sectional
studies. Clin Nutr 24. 1078-1088.
Sopacua, Pratiwi. 2009. Akreditasi Rumah Sakit Dalam Dimensi Prosedural Mutu
Pelayanan. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan - Vol. 12 No 3 Juli 2009,
255-267. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
Sutoto et al. 2011. Standar Akreditasi Rumah Sakit. Jakarta : Direktorat Jenderal
Bina Upaya Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI dengan Komisi
Akreditasi Rumah Sakit
Sari Sisca P. Pengaruh penanganan Asuhan Gizi kolaborasi anatr profesi tenaga
medis terhadap asupan makanan pasien geriatri rawat inap RSUP dr
Soeradji Yogyakarta UGM 2009.
Wayan, I Weta dan NL Partiwi Wirasamadi2009. Team Kecukupan zat gizi dan
perubahan status gizi pasien selama dirawat dirumah sakit umu pusat
sanglah : Studi Gizi Klinik FK Unud/RSUP Sanglah Instalasi Gizi RSUP
Sanglah
Universitas Indonesia
Lampiran 1
1606945895
Universitas Indonesia
Lampiran 2
Saya mengerti bahwa penelitian ini tidak akan berdampak negatif bagi saya.
Saya mengerti bahwa keikutsertaan saya dalam penelitian ini sangat besar
manfaatnya dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan gizi secara
berkelanjutan di Rumah Sakit Ari Canti Gianyar.
Peneliti Informan
1606945895
Universitas Indonesia
Lampiran 3
I. PETUNJUK UMUM
1. Menyampaikan ucapan terima kasih kepada narasumber atas kesediaannya
meluangkan waktu yang untuk diwawancarai.
2. Menjelaskan tentang maksud dan tujuan wawancara.
3. Menyampaikan ucapan terima kasih kepada narasumber setelah wawancara
berakhir.
NO Pertanyaan
Universitas Indonesia
NO Pertanyaan
NO Pertanyaan
gizi dan program kerja Bidang Pelayanan Gizi , tahapan apa saja
yang dilakukan dalam penyusunannya ?
- Siapa saja yang terlibat dalam penyusunan program gizi apa yang
menjadi pertimbangan dalam proses perencanaannya?
- Bagaimanankah perencanaan strategis atau program kerja
pelayaan gizi jangka panjang dan jangka pendek?
- Dimanakah dilakukan penyusun komponen dalam perencanaan
strategis untuk mencapai mutu pelayanan gizi ?
- Mengapa perbaikan atau peningkatan berkelanjutan dari
pencapaian program dan sistem pelayanan gizi di Rumah sakit
sangat diperlukan ?
Universitas Indonesia
NO Pertanyaan
NO Pertanyaan
NO Pertanyaan
NO Pertanyaan
Universitas Indonesia
NO Pertanyaan
NO Pertanyaan
Universitas Indonesia
Telaah
Dokumen
1. Tabel Telaah Dokumen Bab PPK Standar Akreditasi Rumah Sakit versi2012
ADA ADA TP
BELUM
STD/EP DOKUMEN DAN BELUM KET
ADA
SESUAI SEMPURNA
PPK 1 Penetapan unit kerja yang mengelola edukasi dan informasi/PKRS ✓
Pedoman pengorganisasian dan pelayanan unit kerja tersebut/PKRS ✓
RKA Rumah Sakit ✓
Program kerja unit kerja/PKRS ✓
PPK 2 Regulasi RS:
Kebijakan/Panduan/SPO Panduan Pemberian Informasi & Edukasi yang memuat :
a. Langkah awal asesmen pasien &keluarga ✓
b. Cara penyampaian informasi & edukasi yangefektif ✓
✓
c. Cara verifikasi bahwa pasien dan keluarga menerima dan memahami pendidikan yangdiberikan.
Kebijakan/Panduan/SPO persetujuan tindakan kedokteran (informed consent) ✓
PPK Regulasi RS:
2.1 Kebijakan/Pedoman/SPO Pelayanan Rekam Medis yang memuat pencatatan asesmen a) sampai dengan d) ✓
Kebijakan/Panduan/SPO Panduan Pemberian Informasi & Edukasi ✓
PPK Kebijakan/Panduan/SPO Kerja Sama dengan Pihak Luar RS dalam Pemberian Informasi dan ✓
3 Edukasi
PPK Kebijakan/Panduan/SPO Panduan Pemberian Informasi & Edukasi ✓
4 Materi edukasi ✓
PPK Regulasi RS: Kebijakan/Panduan/SPO ✓
5 Panduan Pemberian Informasi & Edukasi ✓
Materi edukasi ✓
PPK Regulasi RS : Kebijakan/Panduan/SPO Panduan Pemberian Informasi & Edukasi ✓
6 Dokumen:
Materi edukasi kolaboratif ✓
Sertifikat kompetensi Bukti pemberian edukasi ✓
Universitas Indonesia
2. Tabel Telaah Dokumen Bab AP Standar Akreditasi Rumah Sakit versi 2012
AP (Asesmen Pasien)
ADA ADA TP
BELUM
Std DOKUMEN DAN BELUM KET
ADA
SESUAI SEMPURNA
AP.1 Acuan:
PMK 269/Menkes/Per/III/2008
Regulasi RS:
Kebijakan/Pedoman/Panduan/SPO tentang Asesmen Informasi Pasien Rawat Jalan dan Rawat
Inap
Dokumen:
Hasil asesmen pada rekam medis
AP.1.1 Acuan:
PMK 269/Menkes/Per/III/2008
KMK tentang standar profesi
Regulasi RS:
Kebijakan/Pedoman/Panduan/SPO tentang Pelayanan Rekam Medis, tentang asesmen pasien,
kredensialing, pemberian kewenangan
Dokumen:
Asesmen pasien rawat inap
Asesmen pasien rawat jalan
AP.1.2 Acuan:
PMK 269/Menkes/Per/III/2008
Regulasi RS:
Kebijakan/Pedoman/Panduan/SPO tentang Pelayanan Rekam Medis, tentang Asesmen Pasien
Dokumen:
Rekam medis rawat jalan
Rekam medis rawat inap
Universitas Indonesia
AP.1.3 Acuan:
UU 29 2004 tentang Praktik Kedokteran
PMK 269/Menkes/Per/III/2008
Regulasi RS:
Kebijakan/Pedoman/Panduan/SPO tentang Pelayanan Rekam Medis, tentang Asesmen Pasien
Dokumen:
Rekam medis rawat jalan
Rekam medis rawat inap
AP.1.3.1 Acuan:
PMK 269/Menkes/Per/III/2008
Regulasi RS:
Kebijakan/Pedoman/Panduan/SPO tentang Pelayanan Rekam Medis, tentang Asesmen Pasien
Dokumen:
Rekam medis gawat darurat
AP.1.4 Regulasi RS:
Kebijakan/Pedoman/Panduan/SPO tentang Asesmen Pasien
Dokumen:
Rekam medis
AP.1.4.1 Dokumen:
Rekam medis
AP.1.5 Dokumen:
Rekam medis
AP.1.5.1 Dokumen:
Rekam medis
AP.1.6 Regulasi RS:
Kebijakan/Panduan/SPO tentang asesmen
Dokumen:
Hasil asesmen di rekam medis
Bukti konsultasi
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
AP.4 Dokumen:
Rekam medis
AP.4.1 Dokumen:
Rekam medis
Universitas Indonesia
3. Tabel Telaah Dokumen Bab AP Standar Akreditasi Rumah Sakit versi 2012
‘PP (Pelayanan Pasien)
ADA ADA TP
BELUM
Std DOKUMEN DAN BELUM KET
ADA
SESUAI SEMPURNA
PP.1 Regulasi RS :
Kebijakan, Panduan, Prosedur, tentang asuhan pasien yang seragam di seluruh rumah sakit
Kompetensi /kewenangan/UTW PPK dalam pelayanan
PP.2 Regulasi RS :
Kebijakan, Panduan, Prosedur mengenai pengintegrasian dan koordinasi aktivitas asuhan pasien
Dokumen implementasi :
Pengkajian dokter, perawat dan praktisi kesehatan lainnya dalam rekam medis : a.l. Catatan
Terintegrasi.
PP.2.1 Regulasi Pemberian asuhan pasien
Dokumen implemetasi :
Penjabaran dgn pola SOAP (Subjektif, Objektif, Asesmen, Plan )di rekam medis
PP.2.2 Regulasi RS :
Kebijakan yang menetapkan tentang :
o Pemberian asuhan pasien;
o Permintaan pemeriksaan diagnostik imajing dan pemeriksaan laboratorium klinik
termasuk indikasi klinis/ rasional;
o Tiap pengecualian di pelayanan khusus seperti IGD dan Unit Pelayanan Intesif;
o Kompetensi/kewenangan PPK yg menuliskan perintah;
o dilokasi mana perintah tersebut dicatat dalam rekam medis pasien, a.l. Catatan
Terintegrasi
Dokumen implementasi :
Rekam medis
Formulir permintaan pemeriksaan
PP.2.3 Dokumen implementasi :
Rekam medis
Universitas Indonesia
PP.2.4 Regulasi RS :
Panduan Komunikasi pemberian informasi dan edukasi yang efektif
SPO pemberian informasi
Formulir pemberian informasi
PP.3 Regulasi RS :
Kebijakan/ panduan/ prosedur pelayanan pasien risiko tinggi
Kebijakan/ panduan/ prosedur pemberian pelayanan risiko tinggi
Dokumen implementasi :
Daftar pasien dan pelayanan yg berisiko tinggi
Sertifikasi pelatihan PPK
PP.3.1 Regulasi RS :
Kebijakan/ panduan/ prosedur pelayanan pasien gawat darurat
Dokumen implementasi :
Rekam medis
PP.3.2 Regulasi RS :
Kebijakan/ panduan/ prosedur pelayanan resusitasi
Dokumen implementasi :
Rekam medis
PP.3.3 Regulasi RS :
Kebijakan/ panduan/ prosedur penanganan, penggunaan, dan pemberian darah
dan komponen darah.
Dokumen implementasi :
Rekam medis
PP.3.4 Regulasi RS :
Kebijakan/ Panduan/ prosedur pelayanan pasien tahap terminal
Kebijakan/ panduan/ prosedur pelayanan pasien dengan alat bantu hidup
Dokumen implementasi :
Rekam medis
Universitas Indonesia
PP.3.5 Regulasi RS :
Kebijakan/ Panduan/ prosedur pelayanan pasien dengan penyakit menular
Kebijakan/ Panduan/ prosedur pelayanan pasien immuno-suppressed
Dokumen implementasi :
Rekam medis
PP.3.6 Regulasi RS :
Kebijakan/ Panduan/ prosedur pelayanan pasien dialysis
Dokumen implementasi :
Rekam medis
PP.3.7 Regulasi RS :
Kebijakan/ Panduan/ prosedur pelayanan pasien dengan alat pengikat (restraint)
Dokumen implementasi :
Rekam medis
PP.3.8 Regulasi RS :
Kebijakan/ Panduan/ prosedur pelayanan pasien rentan, lanjut usia, anak-anak dengan
ketergantungan bantuan dan risiko kekerasan.
Dokumen implementasi :
Rekam medis
PP.3.9 Regulasi RS :
Kebijakan/ Panduan/ prosedur pelayanan pasien kemoterapi
PP.4 Regulasi RS :
Kebijakan/ Panduan/ prosedur pelayanan gizi
SPO pemberian edukasi
Formulir pemberian edukasi
Dokumen implementasi :
Daftar menu makanan pasien rawat inap
Pengkajian status gizi dalam rekam medis
PP.4.1 Regulasi RS :
Kebijakan/ Pedoman pelayanan gizi
Universitas Indonesia
PP.6 Regulasi RS :
Kebijakan/ panduan/ prosedur manajemen nyeri
Dokumen implementasi :
Pengkajian nyeri dalam rekam medis
Dokumen pelatihan
PP.7 Regulasi RS :
Kebijakan/ Panduan/ prosedur pelayanan pasien tahap terminal yang memuat :
o memastikan bahwa gejala-gejalanya akan dilakukan asesmen dan dikelola secara tepat.
o memastikan bahwa pasien dengan penyakit terminal dilayani dengan hormat dan respek.
o melakukan asesmen keadaan pasien sesering mungkin sesuai kebutuhan untuk
mengidentifikasi gejala-gejala.
o merencanakan pendekatan preventif dan terapeutik dalam mengelola gejala-gejala.
o menyampaikan isu yang sensitif seperti autopsi dan donasi organ
o menghormati nilai yang dianut pasien, agama dan preferensi budaya
o mengikutsertakan pasien dan keluarganya dalam semua aspek pelayanan;
o memberi respon pada masalah-masalah psikologis, emosional, spiritual dan budaya dari
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia