Anda di halaman 1dari 184

 

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS MUTU PELAYANAN GIZI RUMAH SAKIT


TERAKREDITASI VERSI 2012 DITINJAU DARI KRITERIA
MALCOLM BALDRIGE DI RUMAH SAKIT ARI CANTI
TAHUN 2017

TESIS

NI KADEK AYU YULIANY


1606945895

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

PROGRAM STUDI KAJIAN ADMINISTASI RUMAH SAKIT


UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK

JULI 2018

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


 

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS MUTU PELAYANAN GIZI RUMAH SAKIT


TERAKREDITASI VERSI 2012 DITINJAU DARI KRITERIA
MALCOLM BALDRIGE DI RUMAH SAKIT ARI CANTI
TAHUN 2017

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister Administrasi


Rumah Sakit

NI KADEK AYU YULIANY


1606945895

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

PROGRAM STUDI KAJIAN ADMINISTRASI RUMAH SAKIT


UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK

JULI 2018

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018
Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018
Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018
 

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Ida Sang Hyang Widi Wasa atas berkat,
rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan sesuai
dengan waktunya. Penulisan tesis ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah
satu syarat untuk mencapai gelar Magister Administrasi Rumah Sakit pada
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Penulis menyadari bahwa
tanpa bantuan, dorongan, dan bimbingan dari berbagai pihak, sejak masa
perkuliahan sampai pada penulisan tesis, sangatlah sulit bagi saya untuk
menyelesaikan tesis ini. Oleh karena itu dengan kerendahan hati, penulis sangat
ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang tulus kepada :

1. Ibu Puput Oktamianti, SKM, MM selaku dosen pembimbing yang dengan


segala kebaikan dan kesabarannya telah menyediakan waktu, tenaga, ide dan
pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan tesis ini,

2. Bapak dr. Adang Bachtiar, MPH, D.Sc selaku penguji pada seminar hasil dan
sidang tesis yang telah memberikan pemahaman dan berbagai masukan dalam
memperbaiki tesis,

3. Ibu Dr. Dra. Dumilah Ayuningtyas, MARS selaku penguji membantu dalam
membimbing yang telah bersedia memberikan masukan demi perbaikan
penulisan tesis ini,
4. Bapak DR. Budi Hartono, SE, MARS selaku penguji atas segala bimbingan
dan arahanya ditengah kesibukan aktifitas sehari-hari.
5. Ibu drg Indah Rosana, M Kes selaku penguji atas saran dan masukannya.
6. Dr Sri Wahyuni selaku Direktur Rumah Sakit Ari Canti beserta jajarannya
yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan masukan demi
kelancaran penulisan tesis ini, Dr Gunawan selaku Kepala Bidang Penunjang
Medis Rumah Sakit Ari Canti dan Ibu Pande selaku Kepala Instalasi Gizi
Rumah Sakit Ari Canti, yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada
saya untuk melaksankaan penelitian ini.

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


7. Orang tua tersayang, Bapak Made Selamet Mamak Ni Nyoman Rani atas
segala do’a dan dukungannya, Suami tercinta, Wayan Sutama, atas segala
cinta kasih, dukungan, dan semangatnya yang menjadi salah satu penguat
penulis untuk dapat menyelesaikan penulisan tesis ini, Saudara-saudaraku dr
Wayan Supriany Sp. OG adikku Ni Nyoman Sri Wahyuni , SH Mkn. dan
seluruh ponakan serta keluarga besarku atas semua dorongan motivasinya,
8. Para dosen Kelompk Studi KARS FKM UI yang telah mentransfer ilmu dan
pengalaman serta memberi pembelajaran yang menarik dan bernilai dalam
perkuliahan.
9. Dinas Kesehatan Provinsi Bali dan seluruh pejabat strukturaldan staf yang
telah memberikan ijin belajar guna mendukung waktu perkuliahan,

10. Seluruh teman-teman seperjuangan di Program Studi S2 Magister Kajian


Administrasi Rumah Sakit, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia Angkatan 2015 yang telah memberikan bantuan, motivasi dan
berbagi ilmunya agar penulisan tesis ini dapat diselesaikan,

11. Saudara seBuPuputan saya tercinta semoga persaudaraan kita tak hanya
sampai disini
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu
penulis dalam menyelesaikan tesis ini, baik langsung maupun tidak langsung.

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih terdapat kekurangan,


sehingga dengan segala kerendahan hati penulis menerima kritik, saran, dan
koreksi dari semua pihak untuk dapat melengkapi dan memperbaiki tesis ini.
Akhir kata, semoga Ida Sang Hyang Widi Wasa membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membantu kelancaran penulisan tesis ini dan
semoga tesis ini dapat bermanfaat sebagaimana yang diharapkan.

Depok, 3 Juli 2018 Penulis

vi

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018
ABSTRAK

Nama : Ni Kadek Ayu Yuliany


Program Studi : Kajian Administrasi Rumah Sakit
Judul : Analisis Mutu Pelayanan Gizi Rumah Sakit TerAkreditasi
Versi 2012 ditinjau Dari Kriteria Malcolm Baldrige di
Rumah Sakit Ari Canti Tahun 2017

Pelayanan gizi sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan di rumah sakit
dituntut memberikan pelayanan yang bermutu sesuai standar. Salah satu standar
yang digunakan dalam penilaian pelayanan gizi rumah sakit di Indonesia adalah
Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 yang menilai pelayanan gizi dalam 3 (tiga)
bab standar. Terdapat beberapa model pengukuran mutu yang terbukti efektif
dalam manajemen mutu, salah satu satunya adalah Kriteria Malcolm Baldrige.
Peneliti menggunakan 7 (tujuh) kriteria yang terdapat dalam Malcolm Baldrige
Health Care Criteria for Performance. Penelitian ini bertujuan menilai mutu
pelayanan gizi rumah sakit terAkreditasi Versi 2012 di Rumah Sakit Ari Canti
ditinjau dari Kriteria Malcolm Baldrige tahun 2017 sebagai persiapan survey
verifikasi akreditasi dan peningkatan mutu berkelanjutan. Penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan kualitatif, melalui
wawancara mendalam informan kunci, telaah dokumen, dan observasi. Posisi
skor mutu Pelayanan Gizi Rumah Sakit ter Akreditasi Versi 2012 ditinjau dari
Kriteria Malcolm Baldrige berada pada skor 408, dalam jenjang predikat “Early
Improvement” dengan tingkat mutu “Average”. Bidang Pelayanan Gizi Rumah
Sakit Ari Canti dapat mengembangkan kesempatan untuk perbaikan pada
kriteria kepemimpinan senior, dan pengembangan strategi.

Kata kunci : Malcolm Baldrige, Akreditasi, Rumah Sakit, Pelayanan Gizi

viii
Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


 

ABSTRACT

Name : Ni Kadek Ayu Yuliany


Study Program : Study of Hospital Administration
Title : Quality Analysis of Nutrition Service of Accredited Hospital
Version 2012 Reviewed From Malcolm Baldrige Criteria at
Ari Canti Hospital in 2017

Nutrition services as an integral part of health services in hospitals are required


to provide quality services according to standards. One of the standards used in
the assessment of hospital nutrition services in Indonesia is the Hospital
Accreditation Version 2012, which assesses nutrition services in three (3)
standard chapters. There are several quality measurement models proven
effective in quality management, one of which is the Malcolm Baldrige Criteria.
Researcher used 7 (seven) criteria contained in Malcolm Baldrige Health Care
Criteria for Performance. This study aims to assess the quality of nutrition
services of accredited hospitals Version 2012 at Ari Canti Hospital reviewed from
Malcolm Baldrige Criteria in 2017 as a preparation of accreditation verification
and continuous quality improvement survey. This research is a descriptive
analytic research with qualitative approach, through in-depth interviews of key
informants, document review, and observation. The score of the quality of
Nutrition Services Accredited Hospital Version 2012 reviewd from the Malcolm
Baldrige Criteria is 408, while in the levels of the predicate showed "Early
Improvement" with the level of quality "Average". Ari Canti Hospital Nutrition
Services may develop opportunities for improvement on senior leadership
criteria, and strategy development.

Key terms: Malcolm Baldrige, Accreditation, Hospital, Nutrition Service


 

ix
Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................................... iii 


SURAT PERNYATAAN............................................................................................... iv 
KATA PENGANTAR .................................................................................................... v 
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .................................................................... vii 
ABSTRAK .................................................................................................................... viii 
DAFTAR ISI .................................................................................................................. ix 
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... xiii 
DAFTAR TABEL ........................................................................................................ xiv 
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................................. 1 
1.1.  Latar Belakang................................................................................................... 1 
1.2.  Rumusan Masalah ............................................................................................. 4 
1.3.  Pertanyaan penelitian......................................................................................... 5 
1.4.  Tujuan Penelitian ............................................................................................... 6 
1.4.1.  Tujuan umum ............................................................................................. 6 
1.4.2.  Tujuan khusus: ........................................................................................... 6 
1.5.  Manfaat Penelitian ............................................................................................. 6 
1.5.1.  Manfaat Praktis .......................................................................................... 6 
1.5.2.  Manfaat Akademis ..................................................................................... 7 
1.6.  Ruang Lingkup Penelitian ................................................................................. 7 
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 8 
2.1.  Pelayanan gizi Rumah Sakit .............................................................................. 8 
2.1.1.  Definisi ....................................................................................................... 8 
2.2.  Indikator Pelayanan Gizi Rumah Sakit ............................................................. 9 
2.2.1.  Indikator Pelayanan Gizi Rumah Sakit Ari Canti .................................... 10 
2.3.  Akreditasi Rumah Sakit ................................................................................... 14 
2.3.1.  Definisi danTujuan ................................................................................... 14 
x
Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


 

2.3.2.  Tata Laksana Akreditasi Rumah Sakit ..................................................... 15 


2.4.  The Malcolm Baldrige National Quality Award ............................................. 17 
2.4.1.  Pengertian dan Tujuan ............................................................................. 17 
2.4.2.  Konsep Yang Membentuk Kriteria MBNQA .......................................... 20 
2.4.3.  Kategori Kriteria Malcolm Baldrige ........................................................ 23 
2.4.4.  Sistem Penilaian Pada Kriteria Malcolm Baldrige .................................. 32 
BAB 3 GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT........................................................ 45 
3.1.  Sejarah Umum Rumah Sakit ........................................................................... 45 
3.2.  Penilaian Kinerja Rumah Sakit........................................................................ 60 
BAB 4 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP,DEFINISI
OPERASIONAL ........................................................................................................... 62 
4.1.  Kerangka Teori ................................................................................................ 62 
4.2.  Kerangka Konsep ............................................................................................ 64 
4.3.  Definisi Operasional ........................................................................................ 65 
BAB 5 METODE PENELITIAN ................................................................................ 73 
5.1.  Desain Penelitian ............................................................................................. 73 
5.2.  Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................... 73 
5.3.  Instrumen Penelitian ........................................................................................ 74 
5.4.  Sumber Data .................................................................................................... 74 
5.4.1.  Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 74 
5.4.2.  Pengolahan Data Penelitian Kualitatif ..................................................... 75 
5.4.3.  Analisis Data Kualitatif ............................................................................ 76 
5.4.4.  Etika Penelitian ........................................................................................ 76 
BAB 6 HASIL PENELITIAN...................................................................................... 77 
6.1.  Penyajian Hasil Penelitian ............................................................................... 77 
6.2.  Sumber Daya Manusia .................................................................................... 77 
6.3.  Tinjauan Penilaian Kriteria Malcolm Baldrige ............................................... 78 
6.3.1.  Kepemimpinan ......................................................................................... 78 
6.3.2.  Fokus PadaPelanggan/Pasien ................................................................... 85 
6.3.3.  Pengukuran, Analisis dan Manajemen Pengetahuan ............................... 88 
6.3.4.  Fokus Pada Tenaga Kerja ........................................................................ 90 

xi
Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


6.3.5.  Fokus Pada Operasional ........................................................................... 94 
6.3.6.  Hasil Fokus Pada Pelanggan/Pasien ........................................................ 98 
6.3.7.  Hasil Fokus Pada Tenaga Kerja/Tim ........ Error! Bookmark not defined. 
6.3.8.  Kepemimpinan dan Tata Kelola ............... Error! Bookmark not defined. 
6.3.9.  Hasil Finansial dan Pasar .......................... Error! Bookmark not defined. 
BAB 7 PEMBAHASAN ............................................................................................. 102 
7.1.  Keterbatasan Penelitian ................................................................................. 102 
7.2.  Kepemimpinan .............................................................................................. 103 
7.3.  PerencanaanStrategis ..................................................................................... 107 
7.4.  Fokus PadaPelanggan/Pasien ........................................................................ 109 
7.5.  Pengukuran, Analisis dan Manajemen Pengetahuan ..................................... 113 
7.6.  Fokus Pada Tenaga Kerja .............................................................................. 115 
7.7.  Fokus Pada Operasional ................................................................................ 120 
7.8.  Penilaian Hasil (Le – T – C –I) ..................................................................... 124 
7.8.1.  Produk dan Proses ..................................... Error! Bookmark not defined. 
7.8.2.  Hasil Fokus Pada Pelanggan/Pasien ......... Error! Bookmark not defined. 
7.8.3.  Hasil Fokus Pada Tenaga Kerja/Tim ........ Error! Bookmark not defined. 
7.8.4.  Kepemimpinan dan Tata kelola ............................................................. 129 
7.8.5.  Hasil Finansial dan Pasar .......................... Error! Bookmark not defined. 
BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 132 
8.1.  Kesimpulan .................................................................................................... 132 
8.2.  Saran .............................................................................................................. 133 
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 144 

xii
Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


 

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1Kerangka Kerja Kriteria Malcolm Baldrige Untuk ..................................... 23 


Gambar 3.1 Logo Rumah Sakit Ari Canti ...................................................................... 47 
Gambar 3.2 Struktur Organisasi Rumah Sakit Ari Canti ............................................... 48 
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Kriteria Malcolm Baldrige Untuk Peningkatan Kinerja
Pelayanan Kesehatan ...................................................................................................... 63 
Gambar 4.2 Kerangka Teori ........................................................................................... 64 

xiii
Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Faktor Evaluasi Dimensi Proses (A-D-L-I) .................................................... 32 


Tabel 2.2 Faktor Evaluasi Dimensi Hasil (Le-T-C-I)..................................................... 33 
Tabel 2.3 Petunjuk Penilaian Proses ............................................................................ 35 
Tabel 2.4 Petunjuk Penilaian Hasil............................................................................... 37 
Tabel 2.5 Kriteria Penilaian Organisasi Berdasarkan MBA ....................................... 40 
Tabel 2.6 Panduan dan Skor Deskripsi Berdasarkan MBA ........................................ 40 
Tabel 3.1 Sasaran Pelayan Rumah Sakit Ari Canti ........................................................ 60 
Tabel 4.1 Definisi Operasional dan Variabel Penelitian ................................................ 65 
Tabel 6.1 Kebutuhan tenaga di Instalasi Gizi ................................................................. 78 
Tabel 6.2 Jadwal Pelayanan Gizi RSAC ........................................................................ 78 
Tabel 6.3 Data Kunjungan Psien RSU Ari Canti tahun 2017 ....................................... 97 
Tabel 6.4 BOR Psien RSU Ari Canti ............................................................................. 98 
Tabel 6.5 Tabel Temuan Informan .................................. Error! Bookmark not defined. 
Tabel 8.1 Rincian Skor Hasil Kriteria Malcolm Baldrige ............................................ 135 

xiv
Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Memasuki era modernisasi, kesehatan dan gizi merupakan faktor mendasar
karena secara langsung berimbas terhadap kualitas SDM suatu daerah yang
dicerminkan melalui pertumbuhan ekonomi, umur harapan hidup dan tingkat
pendidikan. Tingkat pengetahuan yang tinggi hanya diperoleh oleh orang sehat dan
memiliki status gizi yang baik. Oleh karena itu, diperlukan perbaikan gizi yang
bertujuan untuk meningkatkan status gizi masyarakat, melalui upaya perbaikan gizi
lingkungan keluarga maupun pelayanan gizi perseorangan membuat mereka harus
menetap sementara disuatu instansi kesehatan, antara lain rumah sakit (Buku
Pedoman Gizi Rumah Sakit Ari Canti, 2016).
Rumah Sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah Sakit
diselenggarakan berasaskan Pancasila dan didasarkan kepada nilai kemanusiaan,
etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti diskriminasi,
pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi sosial.
Untuk menjalankan tugasnya rumah sakit mempunyai 4 fungsi salah satunya adalah
untuk pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna sesuai kebutuhan medis termasuk pelayanan gizi (UU No.
40 tahun 2009 tentang Rumah Sakit)
Menurut Permenkes No.64 tahun 2015 tentang Organisasi sosial dan Tata
Kerja Kementerian Kesehatan yang menjadi pedoman, disebutkan bahwa Direktorat
Gizi Masyarakat bertugas untuk melakukan persiapan dan upaya kebijakan,
penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria. Direktorat Gizi Masyarakat juga
mendapatkan pelatihan teknis dalam mengevaluasi bidang bina gizi.
Rumah sakit Ari Canti merupakan salah satu Rumah Sakit Umum tipe C
yang terbentuk oleh partisipasi kalangan swasta dan praktisi kesehatan untuk
melengkapi infrastruktur pelayanan kesehatan khususnya di kabupaten Gianyar dan
wilayah timur Bali (Kabupaten Bangli, Klungkung dan Karangasem) yang terdiri
dari pelayanan rawt inap, rawat jalan, dan lain sebagainya. Salah satu pelayanan
1
Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


2

yang terdapat pada Rumah Sakit Ari Canti adalah Pelayanan Gizi pada pasien Rawat
Inap Pelayanan gizi yang baik dapat mempercepat kesembuhan pasien, akan tetapi
masih banyak Rumah sakit yang tidak memperhatikan keadaan gizi pasien, yang
berakibat pada menurunnya kondisi pasien setelah dirawat. Pegawai instalasi gizi di
Rumah sakit Ari Canti terdiri dari 13 orang pramusaji, 5 orang Ahli Gizi dan 13
orang tenaga pengolah yang mempersiapkan 67 porsi saat jam makan.
Berdasarkan evaluasi bulan januari hingga agustus di Instalasi Gizi RSAC
didapatkan data rata rata sisa makanan pasien tergolong tinggi pada sisa makanan,
yaitu : nasi yaitu 38,2%, lauk hewani 26,4%, lauk nabati 37%, sayur 43,2%, snack
12,5% dan buah 2,8%. Persentase ini meningkat di awal tahun 2017 dengan sisa :
makanan pokok nasi yaitu 46%, lauk nabati 38%, dan sayur 44%. Sisa makanan
yang disajikan pasien yang tergolong banyak masih dibawah target Standar
Pelayanan Minimal yaitu 100%, hal ini adalah cerminan jika pelayanan gizi yang
diberikan kurang optimal. Banyaknya sisa makanan masih belum mencapai standar
yang telah ditentukan, yaitu 100% yang berarti tidak terdapat sisa pada makanan
pasien.
Hasil penelitian pendahuluan pada bulan Februari hingga April 2013,
menunjukkan bahwa pelayanan instalasi gizi pada bidang penyajian diit pasien
belum sepenuhnya dipahami oleh pramusaji oleh karena itu pelaksanaan pekerjaan
belum dengan standar operasional pekerja serta ada faktor dominan menyebutkan
tenaga pengolah bekerja belum sesuai prosedur.
Hal ini menunjukan bahwa, pramusaji belum sepenuhnya memahami
penyajian diit, sehingga pelaksanaan pekerjaan belum sesuai dengan standar
operasional pekerja, faktor dominan menyebutkan tenaga pengolah belum bekerja
sesuai prosedur. Keterangan lain yang didapatkan dari penelitian tersebut adalah
komunikasi antar unit terpaut dengan sistem pelayanan gizi belum maksimal serta
asuhan gizi terhadap pasien belum optimal karena jumlah staf ahli gizi yang masih
kurang dan kebijakan tentang Tim Asuhan Gizi belum ada.
Dalam upaya meningkatkan mutu dan pelayanannya termasuk didalamnya
pelayanan gizi, ada banyak metode pengukuran yang digunakan untuk menilai
kualitas atau mutu sebuah pelayanan antara lain, beberapa kriteria yang banyak
digunakan dalam meningkatkan mutu pelayanan gizi diantaranya : Total Quality
Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


3

Management (TQM), Joint Commission International (JCI) ISO 9000, Six Sigma,
Akreditasi Rumah Sakit, Malcolm Baldrige Criteria for Performance Excellece (
Kriteria Malcom Baldrige).
Kriteria Malcolm Baldrige memiliki fokus pada mutu kualitas untuk semua
organisasi dalam kerangka manajemen secara keseluruhan, mengidentifikasi semua
hasil dari organisasi yaitu pelanggan, produk/jasa, keuangan, sumber daya manusia
dan efektivitas organisasi (Sadikin, 2010). Pengukuran mutu berdasarkan Kriteria
Malcolm Baldrige bisa diterapkan di segala bentuk organisasi dari pendidikan,
bisnis, nirlaba, maupun kesehatan, termasuk mutu pelayanan gizi di rumah sakit.
Peningkatan mutu pelayanan juga dapat dilakukan dengan
menyelenggarakan akreditasi Rumah Sakit, perkembangan saat ini untuk standar
penyelenggaraan Akreditasi Rumah Sakit di Indonesia disempurnakan dengan
mengacu pada literatur International yaitu Principles for Healtcare Standarts(
Framework of requarement for standards. 3rd edition December 2007)
International Society for Quality in Healtcare dan Joint Commission Internationl,
Akreditation Standards for Hospital 4rd edition dari JCI 2011. Instrumen Akreditasi
Rumah Sakit edisi 2007 dan standar spesifik lainnya (sutoto et al,2011). Standar
Akreditasi Rumah Sakit terkini tersebut mulai digunakan sebagai instrumen
penilaian Akreditasi Rumah Sakit Nasional sejak tahun 2012.
Salah satu tujuan akreditasi adalah untuk meningkatkan kepercayaan
masyarakat terhadap rumah sakit, terutama melalui keselamatan pasien dan mutu
pelayan gizi. Dengan dilaksanakannya Akreditasi Rumah Sakit menggunakan
Akreditasi Rumah Sakit versi 2012 ini tentunya menuntut Rumah Sakit Ari Canti
Gianyar untuk melakukan pembenahan dan penyesuaian dengan standar yang telah
ditetapkan termasuk dalam area pelayanan gizi. Seiring dengan dilaksanakannya
Akreditasi Rumah Sakit versi 2012 oleh Rumah Sakit Ari Canti Gianyar, Rumah
Sakit dituntut untuk melakukan pembenahan dan penyesuaian dengan standar yang
telah ditetapkan termasuk dalam area pelayanan gizi.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan menggunakan Kriteria Malcolm
Baldrige sebagai metode pengukuran mutu pelayanan gizi di Rumah Sakit Ari
Canti Gianyar dengan memasukkan elemen penilaian survey pelayanan gizi
Akreditasi Rumah Sakit versi 2012 khususnya elemen penilaian pada 3 bab yaitu
Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


4

Bab Asesmen Pasien(AP), Bab Pelayanan Pasien (PP) dan Bab Pendidikan Pasien
dan Keluarga (PPK). Pemilihan Kriteria Malcolm Baldrige selain dikarenakan
metode ini banyak dipergunakan oleh negara lain termasuk Indonesia karena
mengedepankan keunggulan kinerja ( performance excellence). Kriteria Malcolm
Baldrige dipilih oleh peneliti karena sudah umum digunakan di banyak negara,
termasuk Indonesia. Metode Ini juga mengedepankan keunggulan kinerja
(performance excellence)..
Berdasarkan penjelasan diatas terlihat bagaimana pentingnya unit gizi bagi
rumah sakit selain itu penelitian ini belum pernah dilakukan oleh Rumah Sakit Ari
Canti, sehingga peneliti tertarik untuk mengangkat penelitian yaitu ” Analisis Mutu
Pelayanan Gizi Terakreditasi Versi 2012 Dengan Pendekatan Kriteria Malcolm
Baldrige Di Rumah Sakit Ari Canti Gianyar Bali ”
Sehingga diharapkan bidang pelayanan gizi di RSAC Gianyar menjadi
sebuah organisasi unggul yang terus dapat berkompetisi dan berkembang dalam
persaingannya dengan rumah sakit lain.

1.2. Rumusan Masalah


Rumah Sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Untuk
menjalankan tugasnya rumah sakit mempunyai 4 fungsi salah satunya adalah untuk
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan
yang paripurna sesuai kebutuhan medis termasuk pelayanan gizi (UU No. 40 tahun
2009 tentang Rumah Sakit)
Evaluasi bulan januari hingga agustus di Instalasi Gizi Rumah Sakit Ari
Canti didapatkan data rata rata sisa makanan pasien tergolong tinggi pada sisa
makanan, yaitu : nasi yaitu 38,2%, lauk hewani 26,4%, lauk nabati 37%, sayur
43,2%, snack 12,5% dan buah 2,8%. Persentase ini meningkat di awal tahun 2017
dengan sisa : makanan pokok nasi yaitu 46%, lauk nabati 38%, dan sayur 44%. Sisa
makanan yang disajikan pasien yang tergolong banyak masih dibawah target
Standar Pelayanan Minimal yaitu 100%, hal ini adalah cerminan jika pelayanan gizi

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


5

yang diberikan kurang optimal. Banyaknya sisa makanan masih belum mencapai
standar yang telah ditentukan, yaitu 100% yang berarti tidak terdapat sisa pada
makanan pasien.
Berdasarkan hal tersebut maka peneliti beranggapan Instalasi Gizi Rumah
Sakit Ari Canti belum memberikan pelayanan yang optimal dan bermutu kepada
stakeholder/pelanggan. Untuk itu perlu dilakukan penelitian yang komprehensip
terhadap mutu pelayanan Gizi Rumah Sakit Ari Canti dengan pendekatan kriteria
Malcolm Baldrige.
1.3. Pertanyaan penelitian
1. Bagaimana Gambaran Umum Mutu Pelayanan Gizi RS Ari Canti Gianyar
ditinjau dari kriteria Malcolm Baldrige?
2. Bagaimana Gambaran Mutu Pelayanan Gizi RS Ari Canti Gianyar ditinjau dari
Dimensi Kepemimpinan berdasarkan kriteria Malcolm Baldrige?
3. Bagaimana Gambaran Mutu Pelayanan Gizi RS Ari Canti Gianyar ditinjau dari
Dimensi Perencanaan berdasarkan kriteria Malcolm Baldrige?
4. Bagaimana Gambaran Mutu Pelayanan Gizi RS Ari Canti Gianyar ditinjau dari
Dimensi fokus pada pasien/pelanggan berdasarkan kriteria Malcolm Baldrige?
5. Bagaimana Gambaran Mutu Pelayanan Gizi RS Ari Canti Gianyar ditinjau dari
Dimensi Pengukuran berdasarkan kriteria Malcolm Baldrige?
6. Bagaimana Gambaran Mutu Pelayanan Gizi RS Ari Canti Gianyar ditinjau dari
Dimensi analisis dan manajemen pengetahuan berdasarkan kriteria Malcolm
Baldrige?
7. Bagaimana Gambaran Mutu Pelayanan Gizi RS Ari Canti Gianyar ditinjau dari
Dimensi Fokus pada tenaga kerja berdasarkan kriteria Malcolm Baldrige?
8. Bagaimana Gambaran Mutu Pelayanan Gizi RS Ari Canti Gianyar ditinjau dari
Dimensi Fokus pada Operasional dan Hasil berdasarkan kriteria Malcolm
Baldrige?

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


6

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1. Tujuan umum


Diketahuinya mutu pelayanan gizi menurut Rumah Sakit terAkreditasi Versi
2012 di Rumah Sakit Ari Canti Gianyar ditinjau dari 7 (tujuh ) Kriteria
Malcom Baldrige

1.4.2. Tujuan khusus:

1.4.2.1. Diketahuinya mutu pelayanan gizi Rumah Sakit Ari Canti Gianyar
ditinjau dari kriteria Kepemimpinan Malcom Baldrige.

1.4.2.2. Diketahuinya mutu pelayanan gizi Rumah Sakit Ari Canti


Gianyar ditinjau dari kriteria Perencanaan Srategis Malcom Baldrige.

1.4.2.3. Diketahuinya mutu pelayanan gizi Rumah Sakit Ari Canti


Gianyar ditinjau dari kriteria Fokus Pada Pelanggan Malcom
Baldrige.

1.4.2.4. Diketahuinya mutu pelayanan gizi Rumah Sakit Ari Canti


Gianyar ditinjau dari kriteria pengukuran analisis dan manajemen
pengetahuan Malcom Baldrige.

1.4.2.5. Diketahuinya mutu pelayanan gizi Rumah Sakit Ari Canti


Gianyar ditinjau dari kriteria Fokus Pada Tenaga Kerja Malcom
Baldrige.

1.4.2.6. Diketahuinya mutu pelayanan gizi Rumah Sakit Ari Canti


Gianyar ditinjau dari kriteria Fokus pada Operational Malcom
Baldrige.
1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Manfaat Praktis


Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan sebagai bahan evaluasi bagi
para pengambil keputusan di Rumah Sakit Ari Canti dalam meningkatkan
mutu pelayanan gizi untuk pengembangan organisasi pelayanan kesehatan
di Rumah Sakit Ari Canti sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


7

1.5.2. Manfaat Akademis


Hasil penelitian ini dapat memberikan wacana dan masukan mengenai
gambaran mutu pelayanan gizi dengan pendekatan kriteria Malcolm
Baldrige dari berbagai literatur untuk meningkatkan keilmuan tentang mutu
termasuk pemahaman dan penerapannya sehingga dapat digunakan untuk
peneliti lain dalam melakukan penelitian serupa di masa yang akan datang.

1.6. Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui mutu pelayanan gizi menurut
akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 dengan pendekatan Kriteria Malcom Baldrige
bidang pelayanan kesehatan secara deskriptif analitik dengan meode penelitian
kualitatif. Kegiatan yang akan dilakukan peneliti adalah menggali informasi yang
aktual rinci dan komprehensip dari beberapa informan, pengumpulan data dapat
dilakukan dengan cara wawancara, observasi dan telaah dokumen terhadap
manajemen dan pemberi pelayanan gizi rumah sakit.

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pelayanan gizi Rumah Sakit

2.1.1. Definisi
Pelayanan gizi di rumah sakit merupakan pelayanan yang diberikan
serta dikondisikan terhadap pasien atas dasar keadaan klinis, status gizi,
status metabolisme tubuh pasien. Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh
terhadap proses penyembuhan pasien, begitupula terhadap keadaan gizi
pasien mempengaruhi proses perjalanan penyakit.
Pelayanan Gizi Rumah Sakit merupakan rangkaian pelayanan yang
diberikan di rumah sakit kepada pasien rawat jalan serta pasien rawat inap
untuk memperoleh makanan yang tepat guna mendapatkan kebutuhan gizi
yang optimal. Sebagai badan pengelola kegiatan pelayanan gizi dirumah
sakit adalah instansi gizi yang mempunyai tugas melaksanakan kegiatan
pengadaan makanan (penyedia, pengelola , penyalur makanan). Pelayanan
gizi rawat inap, penyuluhan atau konseling pelayanan gizi dan rujukan gizi
yang dilakukan oleh tenaga atau pegawai dalam jabatan fungsional serta
penelitian dan pengembangan gizi terapan.
Pelayanan gizi yang terstandar merupakan salah satu penunjang
rumah sakit dalam akreditasi. Semakin semakin baik standar akreditasi
rumah sakit tersebut dipastikan pelayanan gizi yang diberikan oleh rumah
sakit tersebut adalah baik. Kondisi ini dapat berjalan apabila tenaga gizi
yang terlatih memberikan pelayanan gizi. Berdasarkan Permenkes No. 26
tahun 2013, keprofesionalan tenaga gizi dalam memberikan pelayanan gizi
diatur dalam penyelenggaraan makanan, pekerjaan dan praktek tenaga gizi.
Pada saat pelayanan gizi di rumah sakit dibutuhkan tenaga lainnya yang
meliputi tenaga jasa boga, logistik, tenaga administrasi, pemasak dan
pramusaji (Buku Pedoman Gizi RSAC,2016).

8
Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


  9

2.2. Indikator Pelayanan Gizi Rumah Sakit


Menurut Kemenkes ( 2013) mutu pelayanan gizi dapat diukur melalui
beberapa indikator :
1. Indikator berdasarkan kegawatan
a. Kejadian sentinel (sentinel event) , adalah alat yang digunakan untuk
menimbang kejadian yang tidak diharapkan dan dapat menyebabkan
kematian hingga cedera yang cukup serius.
b. Rated Based, alat untuk memperkirakan waktu yang dibutuhkan pasien
atau keluaran (outcome) dengan standar yang tepat dapat berkisar 0 hingga
seratus persen .Misalnya : berapa persen pasien yang diare atau kurang gizi
karena mendapat dukungan enteral, berapa persen diet yang dipesan sesuai
dengan permintaan.
2. Indikator berdasarkan pelayanan yang diberikan
a. Indikator proses, alat yang digunakan untuk mengukur elemen pelayanan
yang disajikan institusi yang bersangkutan. Misalnya : persentase pasien
beresiko gizi yang mendapat asesmen gizi, persentase sisa makanan psien,
persentase pasien ang mendappatkan asasmen gizi dan rincana tindak
lanjuti berdasarkan asuhan gizi oleh dietisien dalam waktu 2 hari setelah
masuk rumah sakit.
b. Indikator struktur, merupakan alat yang digunakan untuk menilai
ketersediaan dan penggunaan fasilitas, alat alat, kualifikasi profesional ,
struktur organisai, yang berkaitan dengan pelayanan yang diberikan.contoh
: persentase evaluasi dan penilaian status gizi oleh ahli gizi, persentase
standar kebersihan sanitasi dan keselamatan kerja
c. Indikator outcome, merupakan indikator yang digunakan untuk
mengevaluasi pemahaman gizi yang diberikan. Indikator ini paling susah
untuk diterapkan namun dalam pelaksanaanya sangat berguna untuk
menggambarkan efektifitas pelayanan gizi. Indikator ini harus
berhubungan langsung dengan pelayanan gizi supaya benar benar
bermanfaat sebab indikator ini paling berguna dalam menjelaskan

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


10

efektifitas pelayanan gizi. Misalnya persentase pasien obesitas yang turun


berat badan nya 2 kg/bulan setelah diberikan konseling gizi.
3. Indikator yang mencirikan arah dari penampilan
a. Indikator yang diinginkan, merupakan indikator dalam mengukur
penampilan yang diharapkan mendekati seratus persen. Pada pelayanan
gizi dan dietetik, terdapat keadaan yang membutuhkan konsistensi hingga
mendekati seratus persen Misalnya : administrasi dalam asuhan gizi tak
ada yang kurang, tepat dan sesuai standar, pada hari pertama pasien masuk
rumah sakit sudah diberikan konsultasi gizi terhadap pasien yang
berkebutuhan diet.
b. Indikator yang tidak diinginkan , yaitu alat yang digunkan untuk mengukur
keadaan yang tidak diinginkan. Batasan untuk indikator di desain nol
persen sebagai salah satu upaya agar hal yang tidak diinginkan tidak
terjadi Misalnya : pasien rawat inap mengeluh pada kesalahan pemberian
diet karena tidak ada barkot identitas pasien pada makanan yang disajikan
seperti nama, tanggal lahir, No rekam medis

2.2.1. Indikator Pelayanan Gizi Rumah Sakit Ari Canti


(Buku Pedoman Gizi RSAC, 2016).
1. Perencanaan asuhan gizi sesuai dengan standar pelayanan
a. Definisi
Persentase rencana asuhan gizi yang dikerjakan cocok dengan
standar layanan asuhan gizi.
Standar layanan asuhan gizi :
1) Rencana asesmen atau analisis dan asuhan gizi yang d tepat
waktu pemberianya.
2) Rencana asuhan gizi yang tertulis dalam Rekam Medik.
3) Rencana asuhan diperbaiki cocok dengankeadaan pasien.
4) Melihat secara langsung pelaksanaan rencana asuhan
5) Kesesuaian pendekatan dengan kondisi pasien Skor seratus
persen.

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


  11

b. Sumber data : rekam medik pasien


c. Prosedur :
1) Random adalah cara pemilihan rekam medik pasien, masimal
dua puluh persen minimal sepuluh persen (sepuluh persen dari
rekam medik pasien cocok diagnose dan sebagianya, namun
hasilnya valid, spesifik untuk para meter yang dipilih)
2) Pelaksanaan audit sesuai prosedur diatas
3) Jika ”ya” artinya cocok dengan standar, jika ”tidak” artinya
tidak sesuai dengan standar. Jika ”tidak aplikatif” artinya bila
tidak dapat diaplikasikan untuk standar itu.
4) Hitung dengan rumus berikut
Jumlah pernyataan " ya"  x 100%
Jumlah cata tan medik yang digaji
5) Lakukan perinciani kemudian tentukan berapa skor paling
rendah tercapai atau tidak
6) Jika tidak mendapat skor terendah, dilanjutkan dengan
identifikasi permasalahan dan rencana tindak lanjut
d. Frekuensi audit :
jika scor minimal dicapai, hanya dilakukan 1 tahun sekali. Jika scor
terendah tak terpenuhi maka audit berulang terhadap kriteria yang
perlu diperbaiki

2. Ketepatan diet yang disajikan


a. Pengertian : ketepatan diet yang disajikan sesuai dengan diet order
dan rencana asuhan dalam bentuk persen.
b. Skor : seratus persen
c. Tatalaksana :
1) Pemilihan pasien berdasarkan keadaan gizi kurang minimal
empat dan maksimal dua puluh selanjutnya dievaluasi.
2) Dalam rekam medik terdapat catat rencana intervensi diet,
mencatat pesanan diet di ruang penyelenggaraan makanan
serta memantau diet yang dihidangkan
Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


12

3) Jika jawaban ”ya” order diet cocok dengan rencana intervensi,


order diet dicocokkan dengan rencana diet yang akan diberikan
; Jawaban ”tidak” bila terjadi sebaliknya. Jawaban
”pengecualian”, bila ketidak cocockan itu oleh karena hal yang
baku (misalnya perubahan diet sebelum waktu makan, atau
pasien tidak ingin makan atau menolak).
4) Lakukan perincian rekapan dan tentukan tercapai atau tidanya
scor terendah.
5) Bila scor minimum tidak didaptakann, kemudian identifikasi
masalah dan rencana tindak lanjutnya
d. Frekuensi audit
Bila ketepatan memenuhi skor 100% maka diaudit kembali 1 tahun,
bila belum mencapai skor dicari penyebabnya, ditindak lanjutin dan
di audit kembali.
3. Ketepatan penyajian makanan
a. Definisi : Persentase ketepatan serta keakuratan penyajian makanan
yang diberikan yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b. Scor paling rendah pada ketepatatan penyajian makanan adalah
seratus persen.
c. Prosedur :
1) Amati penyajian makanan di pasien, fokus terhadap 4 aspek di
bawah ini :
a) Fasilitas peralatan makanan komplit sesuai dengan ketentuan
yang berlak.?
b) menu yang dihidangkan sesuai dengan siklus menu yang
berlaku atau menu yang diinginkan pasien ?
c) ukuran penyajian atau porsi sesuai dengan standar porsi yang
berlaku?
d) Penyajian makanan pada umumnya baik ? (kebertsihan,
menarik, alat makanan yang tersedia sesuai dengan penyajian)
2) jawaban ”ya” jika cocok atau sesuai dan jika jawaban ”tidak”
maka tidak cocok
Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


  13

3) Ukur dengan rumus dibawah :


∑ jawaban ya x 100%
4
4) Lakukan rekap perincian kemudian tentukan skor terendah
tercapai atau tidak.
5) Jika mencapai skor minimal lakukan identifikasi masalah dan
rencana tindak lanjutnya.
d. Frekuensi audit :
Jika minimal skor dicapai, maka dilakukan 12 kali dalam 1 tahun.
Jika scor terendah belum didapat kemudian audit ulang dilakukan
pada bagian yang perlu diperbaiki.
4. Sisa makanan pasien
a. Definisi : Persentase makanan yang dapat dihabiskan dari satu atau
lebih waktu makan
b. Skor maksimal : 80%
c. Prosedur :
1) Memilih pasien atau menu yang akan diaudit.Dirahasiakn dari
pasien bahwa akan diaudit
2) Penyaji diminta untuk tidak merapikan meja pasien sebelum
audit elesai dilakukan jika pasien sudah selesai makan letakkan
baki pasien pada troli untuk diamati dikur dan dievaluasi.
3) Sisa makanan yang terdapat dalam baki diamati dan dicatat
a) Penuh = Mencerminkan makanan utuh (tidak dimakan)
b) ¾ p = Mencerminkan makanan sisa ¾ porsi penyajian
awal
c) ½ p = Mencerminkan makanan sisa ½ porsi penyajian
awal
d) ¼ P = Mencerminkan makanan sisa ¼ porsi penyajian
awal
e) 0 p = Mencerminkan makanan tidak tersisa atau habis
4) Hutang skor, bila
a) Penuh dikalikan 0

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


14

b) ¾ p dikalikan 1
c) ½ p dikalikan 2
d) ¼ p dikalikan 3
e) 0 dikalikan 4
5) Rumus :
Total nilai x 100%
Jumlah jenis menu x 4
6) Menentukan skor minimum tercapai atau tidak
7) Melakukan rekapitulasi dari beberapa pasien dan menentukan
kesimpulan keseluruhanya apakah skor minimal tercapai atau
tidak
d. Frekuensi audit :
Bila tidak mencapai skor minimum, lakukan identifikasi masalah
dan tindak lanjutnya

2.3. Akreditasi Rumah Sakit

2.3.1. Definisi danTujuan


Definisi
Menurut peraturan menteri kesehtan no 12 tahun 2012 tentang
akreditasi rumah sakit dimana rumah sakit adalah pengakuan yang diberikan
oleh lembaga independen penyelenggara akreditasi yang ditetapkan oleh
menteri setelah dinilai bahwa rumah sakit tersebut memenuhi standar
pelayanan rumah sakit yang berlaku untuk meningkatkan mutu.

Tujuan
Tujuan umum akreditasi adalah mutu pelayanan rumah sakit dapat
dijamin kualitasnya sehingga mendapat gambaran seberapa pantas rumah
sakit-rumah sakit di Indonesia sudah memenuhi standar yang telah
ditetapkan sehingga. Sedangkan tujuan khususnya meliputi :
a. Rumah sakit mendapat pengakuan dan penghargaan terhadap
pencapaian tingkat pelayanan kesehatan sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan.
Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


  15

b. Menjamin petugas rumah sakit bahwa segala fasilitas, tenaga dan


lingkungan yang diperlukan tersedia, sehingga dapat mendukung
penyembuhan dan pengobatan pasien
c. Menjamin kepuasan customers serta masyarakat pelayanan yang
diberikan oleh rumah sakit diselenggarakan sebaik mungkin (Soepojo,
2002)
Selaian berperan sebagai sarana manajemen akreditasi diperlukan
sebagai cara yang efektif untuk mengevaluasi mutu suatu rumah sakit.

2.3.2. Tata Laksana Akreditasi Rumah Sakit


Penyelenggara Akreditasi rumah sakit di Indonesia adalah Komisi
Akreditasi Rumah Sakit (KARS). Untuk melaksanakan akreditasi rumah
sakit, KARS telah menetapkan tenaga Surveior dengan ketentuan, yaitu :
Orang yang mendapat tugas dari KARS dalam melaksanakan survei
akreditasi serta memberikan pendampingan akreditasi di rumah sakit disebut
surveior.
a. Bimbingan Akreditasi
Bimbingan Akreditasi merupakan proses pendampingan & memberikan
pengarahan kepada manajemen rumah sakit agar dapat mencapai standar
pelayananyang ditentukan.
b. Survei Akreditasi
Pada tahap persiapan Akreditasi, rumah sakit melaksanakan self
assessment. Dalam melakukan self asaamen rumah sakit memerlukan
bimbingan dan petunjuk.Bimbingan dan petunjuk dilaksanakan oleh
KARS atau oleh Dinas Kesehatan Propensi setempat atau merupakan
kombinasi keduanya. Apabila dilakukan oleh KARS, oleh karena itu
KARS akan menugaskan pelatih atau pemimbing untuk melakukan
pembinaan pra akreditasi. Survei dilakukan oleh 3-5 orang
surveyor.Pelaksanaan survey dilakukan selama 3-4 hari, tergantung besar
kecilnya rumah sakit. Metode yang digunakan adalah wawancara,
observasi dan melihan dokumentasi dalam melakukan survei

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


16

Adapun standar- standar yang tercakup dalam akreditasi rumah sakit


versi 2012 beserta elemen elemen penilaiannya adalah sebagaimana yang
terlihat pada gambar sebagai berikut ini
Elemen Penilaian 1.6
1. Staf yang kompeten mengembangkan kriteria untuk mengidentifikasi
pasien yg memerlukan asesmen nutrisional lebih lanjut
2. Pasien diskrining untuk risiko nutrisional sbg bagian dari asesmen
awal
3. Pasien dg risiko masalah nutrisional menurut kriteria akan mendapat
asesmen gizi.

Elemen Penilaian PP.4


1. Makanan atau nutrisi yg sesuai untuk pasien tersedia secara reguler
2. Sebelum memberikan makan pasien, semua pasien ranap telah
memesan makanan dan dicatat
3. Pesanan didasarkan atas status gizi dan kebutuhan pasien
4. Ada bermacam variasi pilihan makanan bagi pasien konsisten dengan
kondisi dan pelayanannya
5. Bila keluarga menyediakan makanan, mereka diberikan edukasi
tentang pembatasan diet pasien
Elemen Penilaian PP.4.1
1. Makanan disiapkan dengan cara mengurangi risiko kontaminasi dan
pembusukan.
2. Makanan disimpan dengan cara mengurangi risiko kontaminasi dan
pembusukan
3. Produk nutrisi enteral disimpan sesuai rekomendasi pabrik
4. Distribusi makanan secara tepat waktu, dan memenuhi permintaan
khusus
5. Praktek penanganan memenuhi peraturan dan perundangan yang
berlaku
Elemen Penilaian PP.5

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


  17

1. Pasien yang pada asesmen berada pada risiko nutrisi, mendapat


terapi gizi
2. Suatu proses kerjasama dipakai untuk merencanakan, memberikan
dan memonitor terapi gizi
3. Respon pasien terhadap terapi gizi dimonitor
4. Respon pasien terhadap terapi gizi dicatat dalam rekam medis.
Elemen Penilaian PPK.4
1. Terkait dengan pelayanan yang diberikan, pasien dan keluarga
pendidikan tentang diet dan nutrisi yang benar

2.4. The Malcolm Baldrige National Quality Award

2.4.1. Pengertian dan Tujuan


The Malcolm Baldrige National Quality Award (MBNQA) secara
singkat disebut sebagai Baldrige National Quality Programemerupakan
manajemen mutu yang berlaku secara formal di Amerika Serikat. Sistem ini
pertamakali diciptakan oleh Kongres Amerika Serikat pada tahun 1987,
sebagai penghormatan kepada Malcolm Baldrige, yang pada saat itu
menjabat sebagai Mentri Perdagangan (1981-1987) dan meninggal dunia
pada tahun 1987. Perhargaan ini diberikan kepada berbagai organisasi setiap
tahun, dan setiap kategori kegiatan usaha paling banyak diwakili oleh dua
organisasi dari tiga kategori kegiatan usaha yang ada, yaitu manufacturing,
jasa, dan usaha kecil (Geogre, 1992). Kategori pendidikan dan layanan
kesehatan baru mulai diperkenalkan pada tahun 1999, dan hingga tahun
2007, puluhan ribu perusahaan di lebih dari 70 negara di dunia telah
mengadopsi system ini, termasuk di Indonesia yang mengadopsinya menjadi
Indonesia Quality Award (IQA).
Malcolm berpandangan bahwa manajemen mutu merupakan alasan
yang kuat untuk menjamin kemakmuran dan kestabilan dalam rentang
waktu yang lama. Malcolm sendiri ingin menerbitkan sebuah konsep berupa
akte untuk meningkatan kualitas dan menyusun salah satu konsep dasarnya.
Presiden Ronald Reagen, pada 20 Agustus 1987 menandatangani Malcolm
Baldrge National Quiality Improvement Act of 1987 menjadi Undang-
Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


18

Undang di Negara tersebut. Bound (1994) dalam Nasution (2004)


menyatakan bahwa The Baldrige Award membantu organisasi-organisai
untuk memperbaiki mutu dan produktifitasnya, dengan :
a. Memberikan stimulasi pada berbagai perusahaan di Amerika untuk
memperbaiki mutu dan produktifitas, dengan memperoleh kekuatan
bersaing melalui biaya yang menurun dan laba yang meningkat.
b. Menentukan petunjuk dan kriteria yang dapat digunakan oleh usaha,
industri, pemerintah, dan oprganisasi lain dalam menilai usaha
perbaikan mutu mereka.
c. Mengakui pencapaian dari perusahaan-perusahaan yang
memperbaiki mutu produk dan jasa mereka dan dengan demikian
memberikan contoh terhadap yang lainnya.
d. Memberikan petunjuk khusus untuk organisasi lain yang ingin
belajar bagaimana mengelola mutu yang tinggi, dengan
menyediakan informasi yang terinci bagaimana organisasi yang
berhasil dapat mengubah budaya mereka dan mencapai mutu yang
baik.
Tujuan dari Malcolm Baldrige National Quality Award adalah
untuk membangun kesadaran yang tinggi atas mutu, memberikan
penghargaan atas pencapaian mutu yang baik pada perusahaan-perusahaan
di Amerika, dan mempublikasikan keberhasilan strategi penerapan
manajemen mutu.
Dalam bidang layanan kesehatan, kriteria kerja unggul
(performance excellence) ditujukan untuk membantu organisasi pelayanan
kesehatan dalam menggunakan pendekatan yang terintegrasi untuk hasil
manajemen kinerja organisasi dalam :
a. Penyediaan nilai peningkatan bagi pasien dan pelanggan lain,
berkontribusi untuk peningkatan mutu pelayanan kesehatan.
b. Peningkatan keefektifan dan kapabilitas seluruh organisasi sebagai
provider pelayanan kesehatan.
c. Pembelajaran organisasi dan pribadi.

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


  19

Kriteria Baldrige dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja


organisasi karena mencakup beberapa indicator kunci sebagai kerangka
kerja untuk mengukur kinerja organisasi pelanggan, barang dan jasa,
operasional, SDM dan finansial, membantu organisasi menyeimbangkan
SDM, komunikasi dapat ditingktkan, produktifitas dan efektifitas dan
mencapai tujuan-tujuan strategis (Yuwono dkk, 2004 dalam tambunan,
2005). Kriteria Baldrige untuk meningkatkan kinerja pelayanan kesehatan
didasarkan pada penilaian mandiri organisasi.
Beberapa alasan mendasar yang menjadikan Malcolm Baldrige
Criteria for Performance Excellence (MBCfPE) pilihan bagi banyak
organisasi di dunia sebagai kerangka kerja dari sistem manajemen mereka,
yaitu :
a. MBCfPE adalah kriteria yang fleksibel, sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan organisasi dimana setiap organisasi diberi kesempatan
untuk berinovasi. MBCfPE mampu mengidentifikasi kekuatan-
kekuatan dan kesempatan organisasi untuk perbaikan (Opportunities
For Improvement-OFI) dari berbagai area dalam organisasi yang
berkaitan dengan kriterianya.
b. MBCfPE merupakan kriteria yang inklusif, dimana pendekatan yang
berfokus hanya pada satu aspek penilaian seperti kepemimpinan,
perencanaan strategis atau manajemen proses. suatu integrasi kerangka
manajemen ditununjukkan oleh Kriteria Malcolm Baldrige yang
menggambarkan mulai dari definisi organisasi, operasional hingga hasil
yang dicapai.
c. MBCfPE bukan sekedar aplikasi prosedur, alat untukteknik berfokus
pada persyaratan umum untuk mencapai keunggulan kinerja, teknik.
d. MBCfPE adalah kriteria yang adaptif, mudah beradaptasi dengan
lingkungan bisnis, dan dapat diterapkan pada organisasi besar maupun
kecil, yang beroprasi di satu Negara maupun organisasi kelas dunia.
e. MBCfPE kriteria Malcolm Baldrige dievaluasi merupakan kebaruan
kriteria, dimana setiap tahun dan disesuaikan dengan perkembangan
dan kebutuhanserta tuntutan organisasi, meningkatkan keunggulan
Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


20

kinerja organisasi.telah terbukti merupakan praktek-praktek manajemen


global yang valid untuk

2.4.2. Konsep Yang Membentuk Kriteria MBNQA


Kriteria Malcolm Baldrige merupakan dasar untuk
mengintegrasikan kebutuhan pokok organisasi ke dalam kerangka kerja
yang berorientasi pada hasil, dibangun berdasarkan nilai dasar dan konsep-
konsep yang dimana ada 11 (sebelas) core values and cancapts, yang
meliputi:
a. Kepemimpinan visioner (visionary leadership)
Pemimpin-pemimpin senior suatu organisasi harus menetapkan : arah
organisasi yang berfokus pada pelanggan, nilai-nilai yang jelas dan
tampak (visible), target kinerja yang tinggi, penciptaan strategi-strategi
organisasi, sistem-sistem manajemen, metode-metode untuk ,mencapai
keunggulan kinerja, menstimulasi inovasi pengetahuan kapabilitas serta
menjamin keberlangsungan organisasi.dan , membangun
b. Keunggulan dikendalikan pelanggan (customer driven excellence)
Kualitas dan kinerja dinilai oleh pengguna organisasi, oleh karena itu
organisasi harus bertanggung jawab antara lain terhadap bentuk dan
karakteristik pelayanan, model akses kepelanggan dan penciptaan nilai
kepada pelanggan.
c. Pembelajaran organisasi dan pribadi (organizational and personal
learning)
Pencapaian kinerja yang baik pada sebuah organisasi membutuhkan
pendekatan yang dilakukan secara baik terhadap pembelajaran
organisasi dan pribadi.Pembelajaran diarahkan tidak hanya menuju
penciptaan pelayanan yang lebih baik tetapi juga menuju ke arah yang
lebih tanggap, adaptif dan efisien, sehingga dapat memberikan
organisasi suatu kemampuan bertahan di pasar dengan keunggulan
kinerjanya.
d. Menghargai karyawan dan mitra kerja (valuing employees and
partners)

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


  21

Kesuksesan organisasi sangan tergantung pada kualitas individu


karyawan dan mitra kerja organisasi tersebut. Dalam hal ini manajemen
organisasi harus mempunyai komitmen terhadap pengembangan,
kemajuan, kesuksesan dan memperlakukan orang secara baik,
pemberikan reward dan balas jasa kepada karyawan yang memacu pada
peningkatan kinerja karyawan pada organiosasi, penciptaan lingkungan
kerja yang mendukung keberanian dan inovasi serta membangun
hubungan kemitraan internal dan eksterlan.
e. Ketangkasan (agility)
Kesuksesan dalam iklim kompetitif yang tinggi membutuhkan
ketangkasan, yang merupakan suatu kemampuan untuk berubah secara
cepat dan fleksibel.Semua aspek dalam pelayanan membutuhkan dan
memungkinkan untuk lebih cepat, fleksibel dan berfokus pada
pelanggan.
f. Berfokus pada masa depan (focus on the future)
Lingkungan yang kompetitif dan berfokus pada masa depan
membutuhkan pengertian tentang factor-faktor strategi jangka pendek
dan jangka panjang yang berorientasi pada pasar. Hal ini mencakup
pengembangan perencanaan suksesi kepemimpinan yang efektif,
motivasi karyawan, dan pengembangan kapabilitas mengembangkan
kapabilitas mitra kerja, menciptakan kesempatan untuk berinovasi serta
peningkatan tanggung jawab terhadap masyarakat.
g. Manajemen untuk inovasi (managing for innovatioan)
Inovasi berarti meningkatkan kinerjauntukmembuat perubahan yang
bermakna, pelayanan dan proses dari organisasi, meningkatkan
kepemimpinan organisasi menuju dimensi baru dari kinerja,
meningkatkan nilai-nilai baru bagi pihak yang berkepentingan.
h. Manajemen berdasarkan fakta (management by fact)
Kesuksesan organisasi tergantung pada pengukuran dan analisis dari
kinerja. Kriteria Malcolm Untuk Peningkatan Kinerja Pelayanan
Kesehatan menetapkan lima hasil kinerja yang perlu dilaporkan yaitu

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


22

hasil produk dan proses, hasil fokus pelanggan, hasil fokus tenaga kerja,
hasil kepemimpinan dan tata kelola serta hasil keuangan dan pasar.
i. Tanggung jawab sosial (social responsibility)
Pemimpin organisasi harus menekankan tanggung jawab mereka
kepada masyarakat melalui pengembangan dan pelaksanaan corporate
social responsibility (CSR). Tanggung jawab sosial ini dilakukan untuk
dapat mengantisipasi dampak negatif dari layanan yang telah diberikan,
mencegah penyebab terjadi masalah kepada masyarakat, memberikan
tanggapan yang cepat dan tepat bila terjadi masalah pelayan kepada
masyarakat, mendukung dan mempertahankan keselamatan dan
kepercayaan masyarakat terhadap layanan kesehatan serta memberikan
informasi yang relevan kepada masyarakat.
j. Berfokus pada hasil dan penciptaan nilai (focus on results and
creating value)
Pengukuran kinerja organisasi perlu memfokuskan pada hasil-hasil.
Hasil dapat digunakan untuk menciptakan dan menyeimbangkan nilai
untuk pihak yang berkepentingan, yaitu pelanggan, karyawan, mitra
kerja, pemegang saham dan masyarakat.
k. Perspektif sistem (system perspective)
Malcolm Baldrige memberikan suatu perspektif sistem untuk
pengelolaan organisasi dan proses menuju keunggulan kinerja.

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


  23

2.4.3. Kategori Kriteria Malcolm Baldrige


Kerangka kerja Kriteria Malcolm Baldrige untuk peningkatan
kinerja pelayanan kesehatan, di gambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.1Kerangka Kerja Kriteria Malcolm Baldrige Untuk


Peningkatan Kinerja Pelayanan Kesehatan
Sumber : 2011-2012 Health care Criteria for Performance Excellence
(http://www.nist.gov/baldrige)
Gambar kerangka diatas menunjukan bahwa sistem Malcolm
Baldrige Health Care Criteria for Performance Excellence 2011-2012
(MBHCCfPE, 2011) disusun oleh tujuh kategori dalam bagan inti yang
mendefinisikan organisasi.Profil organisasi menetapkan konteks bagaimana
organisasi akan dijalankan. Lingkungan, hubungan dan tantangan berfungsi
sebagai pemandu arah sistem manajemen kinerja organisasi Sistem kinerja
merupakan komposisi dari enam kategori di bagian tengah.Kategori 1
(Leadership), kategori 2 (Strategic Planning), dan kategori 3 (Customer
Fokus) mencerminkan triad kepemimpinan.Kategori ini ditempatkan
bersamaan karena merupakan landasan tentang pentingnya suatu
kepemimpinan yang berfokus pada strategi dan pelanggan, Kategori 5
(Workfarce Fokus), kategori 6 (Operations Fokus), dan kategori 7 (Results)
mencerminkan triad hasil. Pada tenaga kerja (karyawan) dan proses
operasional untuk menyelesaikan pekerjaan akan menghasilkan hasil kinerja
menyeluruh, (MBHCCfPE, 2011).

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


24

Semua tindakan diarahkan untuk mencapai hasil, yang merupakan


gabungan dari hasil kinerja pelayanan dan proses, fokus pada pasien, fokus
karyawan, kepemimpinan dan tata kelola, dan keuangan. Tanda panah
horizontal di bagian tengah kerangka kinerja menghubungkan triad
kepemimpinan ke triad hasil, dimana keterklaitan ini merupakan kunci
sukses keberhasilan organisasi.Dua arah tanda panah menunjukan
pentingnya umpan balik dalam sistem manajemen kinerja yang efektif,
(MBHCCfPE, 2011).
Pondasi sistem adalah kategori 4 (Measurement, Analysis, and
Knowlegde Management) Pengukuran, Analisis dan Manajemen
Pengetahuan sangat penting untuk menghasilkan manajemen organisasi
yang efektif, untuk sestem berbaikan kinerja dan daya saing yang
digerakkan oleh pengetahuan berbasis fakta. (MBHCCfPE, 2011)
menjelaskan 7 (tujuh) kriteria Malcolm Baldrige untuk meningkatkan
kinerja pelayanan kesehatan sebagai berikut :
1. Kepemimpinan, terdiri dari dua subvariabel yaitu :
1.1. Kepemimpinan senior
1.2. Pengelolaan dan tanggung jawab social
Kategori kepemimpinan menurut kriteria Malcolm mewajibkan
pemimpin senior di organisasi melakukan hal-hal antara lain sebagai
berikut :
a. Menetapkan visi, misi dan nilai organisasi
b. Menyebabkan visi, misi dan nilai organisasi melalui sistem
kepemimpinan kepada karyawan, mitra kerja, dan pelanggan lain
c. Menunjukkan komitmen terhadap nilai-nilai organisasi
d. Mempromosikan lingkungan organisasi yang dapat membantu
perkembangan hasil kinerja kepemimpinan
e. Menciptakan organisasi yang berkelanjutan melalui kinerja
organisasi
f. Menciptakan lingkungan yang merangsang pembelajaran karyawan
g. Merencanakan kepemimpinan di masa mendatang melalui
kaderisasi pemimpin organisasi masa depan
Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


  25

h. Menciptakan komunikasi dua arah di seluruh organisasi


i. Meninjau ulang secara periodik ukuran-ukuran kinerja dan
menyebarluaskan ukuran-ukuran ini ke seluruh organisasi untuk
mencapai target.
j. Memfokuskan perhatian pada tindakan-tindakan untuk mencapai
tujuan organisasi, meningkatkan kinerja dan mencapai visi.
k. Menciptakan dan menyeimbangkan nilai dalam pelayanan untuk
pasien dan pelanggan agar memenuhi ekspektasikinerja organisasi.
Tindakan/langkah manajemen untuk memenuhi persyaratan
kepemimpinan adalah sebagai berikut :
a. Pemimpin senior menetapkan visi, misi dan nilai organisasi.
b. Pemimpin senior menetapkan standar-standar kompetensi bersama
tim manajemen untuk melaksanakan nilai-nilai organisasi.
c. Pemimpin senior bersama tim manajemen menciptakan master
improvement story organisasi.
d. Pemimpinsenior bersama tim manajemen melakukan pengkaderan
pemimpin-pemimpin oprganisasi masa depan.
e. Pemimpin senior bersama tim manajemen menyebarluaskan vis,
misi dan nilai organisasi, master improvement story perusahaan,
program keunggulan kinerja ke seluruh organisasi melalui visual
managemen.

Dalam pengelolaan dan tanggung jawab social, pemimpin harus :


a. Menciptakan sistem tata kelola perusahaan yang baik.
b. Mengevaluasi kinerja dari pemimpin di bawahnya.
c. Menetapkan sistem audit manajemen kinerja.
d. Memperhatikan dampak negatif terhadap masyarakat akibat produk
pelayanan dan proses operasional.
e. Mendukung dan memperkuat pengembangan masyarakat dalam
bentuk tanggung jawab sosial terutama pada masyarakat sekitar
organisasi.
f. Menjamin praktek bisnis yang beretika.
Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


26

2. Perencanaan strategis, terdiri dari dua subvariabel :


2.1. Pengembangan strategi
2.2. Penyebaran strategi
Berdasarkan criteria Malcolm pada pengembangan strategi
dilakukan langkah-langkah berikut :
a. Memahami kebutuhan dari pasien, pelanggan lain, karyawan,
pemegang saham, masyarakat sebagai masukan untuk
menetapkan arah strategi organisasi.
b. Menetapkan proses inti bisnis, dan mengidentifikasi titik-titik
dalam proses yang berpotensi memiliki kelemahan untuk dapat
diperbaiki.
c. Melakukan analisis SWOT (strengths, weakness,
opportunities, and threats) terhadap proses-proses bisnis dan
kemampuan melaksanakan strategi.
d. Menetapkan sasaran-sasaran yang penting, tujuan strategis,
ukuran kinerja, batas waktu mencapai sasaran dan tujuan, serta
menetapkan mekanisme penilaian dan peninjauan ulang.
e. Melakukan analisis trentang kemampuan untuk melaksanakan
rencana-rencana strategis.
f. Menjamin bahwa program-program peningkatan keunggulan
kinerja yang akan dilaksanakan terintegrasi dan selaras dengan
arah, sasaran dan tujuan strategis organisasi yang telah
ditetapkan pemegang saham.
Pada penyebarluasan strategis dilakukan langkah-langklah sebagai
berikut :
a. Menerjemahkan rencana-rencana strategis ke dalam rencana
tindakan.
b. Menyebarluaskan rencana tindakan ke seluruh unit pelayanan.
c. Mendefinisikan ukuran-ukuran kinerja dan menjamin rencana
tindakan telah terintegrasi ke seluruh organisasi.

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


  27

d. Memantau kinerja secara periodik dan membandingkan hasil


kinerja itu dengan kinerja masa lalu, juga dengan kompetitor
sesame pelayanan kesehatan.
3. Fokus pada pasien dan pelanggan, yang terdiri dari dua subvariabel,
yaitu :
3.1. Suara pelanggan (voice of the customer)
3.2. Loyalitas pelanggan (customer engagement)
Pada subvariabel voice of customer, dilakukan langkah-langkahnya :
a. Mengidentifikasi pasien, pelanggan, kelompok pelanggan yang
menjadi sasaran dari organisasi dengan memberikan produk
layanan yang baik.
b. Menentukan kebutuhan, harapan, dan keinginan dari pasien dan
pelanggan agar menjamin kelanjutan relevansi produk layanan
yang ditawarkan.
c. Menggunakan data dan informasi dari pasien dan pelanggan untuk
pembelajaran, perencanaan, peningkatan proses dan pengembangan
bisnis.
Subvariabel loyalitas pelanggan (customer engagement) menurut
Malcolm dilakukan langkah yaitu :
a. Menetapkan kontak pasien dan pelanggan untuk menerima umpan
balik secara sederhana dan bermanfaat.
b. Menangani keluhan-keluhan pasien dan pelanggan secara tanggap
dan efektif serta membina hubungan yang baik dengan pasien dan
pelanggan.
c. Menjamin data keluhan pasien dan pelanggan disebarluaskan pada
unit yang terkait dan dipergunakan untuk menghilangkan penyebab
masalah sehingga terjadi keluhan pasien.
4. Pengukuran, Analisis dan Manajemen Pengetahuan, terdiri dari
subvariabel :
4.1. Pengukuran, analisis, dan peningkatan kinerja organisasi
(measurement, analysis, and improvement of organizational
performance)
Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


28

4.2. Manajemen informasi, teknologi informasi dan pengetahuan


(management of information, knowledge, and information
technology)
Lngkah-langkah yang dilakukan pada pengukuran, analisis, dan
peningkatan kinerja organisasi adalah :
a. MengumpulkanMemilih, , menyelaraskan indikator-indikator
kinerja kunci operasional harian dan kinerja organisasi secara
keseluruhan.
b. Menganalisis kinerja, meninjau ulang dan melakukan peningkatan
kinerja dari proses pelayanan melalui penetapan prioritas.
c. Prioritas-prioritas dan kesempatan melakukan perbaikan itu
disebarluas kan kepada pasien, pelanggan lain, mitra kerja yang
bekerja sama dengan organisasi untuk menjamin keselarasan
organisasi
Manajemen informasi berdasarkan Malcolm Baldrige memberikan
langkah-langkah seperti :
a. Menyediakan informasi dan kemudahan akses informasi kepada
pasien, karyawan, pelanggan lain yang berkepentingan.
b. Menjamin hardware dan software aman, handal dan mudah
dipergunakan.
c. Menyimpan data dan informasi, untuk menjamin ketersediaan
setiap waktu dibutuhkan.
d. Menjamin keakuratan, integritas, ketepatan waktu, keamanan dan
kerahasiaan dari dara organisasi.
e. Mengelola pengetahuan organisasi untuk digunakan dalam proses
perencanaan strategis perusahaan.
5. Fokus tenaga kerja, terdiri dari subvariabel :
5.1. Lingkungan tenaga kerja (workforce environment)
5.2. Keterlibatan tenaga kerja (workforce engagement)
Untuk membangun lingkungan tenaga kerja yang efektif dan
mendukung, kriteria Malcolm memberikan persyaratan melalui :

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


  29

a. Kapabilitas tenaga kerjadan Pengelolaan kapasitas sehingga


mencapai target-target kinerja organisasi.
b. Memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja. Serta Pemilihan
lingkungan kerja yang mendukung
Kriteria Malcolm memberikan persyaratan keterlibatan tenaga kerja
kepada manajemen organisasi untuk melibatkan karyawan atau tenaga
kerja dalam mencapai keberhasilan organisasi dan pribadi dengan
langkah-langkah :
a. Melibatkan, memberikan kompensasi, dan penghargaan kepada
karyawan untuk mencapai kinerja tinggi.
b. Mengembangkan karyawan dan pemimpin dalam organisasi agar
mencapai kinerja tinggi.
c. Menggunakan hasil penilaian itu untuk mencapai kinerja tinggi dan
Menilai keterlibatan karyawan

6. Fokus operasi (Operations Process),yang subvariabel ada dua yaitu :


6.1. Sistem kerja (work systems)
6.2. Proses kerja (work process)
Malcolm Baldrige memberikan persyaratan untuk sistem kerja dengan
langkah-langkah :
a. Menetapkan kompetensi inti dan mengaitkannya dengan visi, misi
dan nilai-nilai lingkungan kompetitif dan rencana kerja
b. Mendesain sistem kerja yang memberikan kontribusi dalam
penyerahan nilai kepada pasien, pelanggan dan menciptakan
profitabilitas, kesuksesan dan keberlangsungan organisasi
c. Menjamin bahwa system mampu menghadapi keadaan darurat
daritempat kerja dipersiapkan dengan baik untuk menghadapi
bencana dengan memperhatikan pencegahan manajemen,
kontinuitas, operasional dan pemulihan
Dalam proses kerja, Malcolm memberikan persyaratan untuk mengelola
dan meningkatkan proses kerja melalui :
a. Menerapkan dan mengelola dan meningkatkan proses kerja
Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


30

b. Memberikan nilai pada pasien, pelanggan dan pencapai kesuksesan


demi keberlangsungan organisasi
7. Hasil-hasil (results), yang terdiri dari 5 subvariabel yaitu :
7.1. Hasil proses dan pelayanan kesehatan (health care and process
outcomes).
7.2. Hasil berfokus pelanggan (customer focused outcomes).
7.3. Hasil berfokus karyawan (workforce focused outcomes).
7.4. Hasil kepemimpinan dan tata kelola (leadership and governance
outcomes).
7.5. Hasil keuangan dan pasar (financial and markets outcomes).
Pendekatan pada kategori hasil-hasil adalah berkaitan dengan :
a. Tingkat kinerja (performance level)
b. Kecenderungan / mode (trend)
c. Pembandingan/ pembeda (camparison)
d. Kebutuhan utama pasien, pelanggan, proses dan rencana tindakan
lanjut.
Menurut Gaspersz (2007 dalam istanti 2017) dasar dalam
memberikan penilaian (self-assessment) sebuah organisasi dalam
memberikan pengakuan dan umpan balik pada organisasi dalam upaya
meningkatkan kinerja yang berkualitas. Terdapat 6 alasan yang mendasar
mengapa organisasi local maupun internasional memilih Kriteria Malcolm
Baldrige sebagai kerangka kerja dari sisitem manajemen yaitu :
a. Kriteria Malcolm Baldrige kesempatan untuk peningkatan atau
Opportunities For Improvement (OFI) dari segala bidang organisasi
yang berkaitan dengan kriteria MBA dan.mampu mengidentifikasi
setiap kekuatan (strength)
b. Kriteria Malcolm Baldrige memberikan kerangka kerja untuk
peningkatan menuju keunggulan kinerja dengan memberikan
keluasaanterhadap manajemen dalam menjalankan strategi komersil
mandiri serta kegiatan peningkatan keunggulan kinerja.

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


  31

c. Kriteria Malcolm Baldrige adalah kerangka kerja manajemen


terintegrasi, mencakup semua lini yang mendefinisikan organisasi,
proses operasional dan hasil-hasil kinerja yang jelas dan terukur.
d. Kriteria Malcolm Baldrige berfokus pada pedoman untuk mencapai
kinerja yang baik bukan sekedar aplikasi, prosedur, teknik.
e. Kriteria Malcolm Baldrige mudah bersosialisasi dengan lingkungan
bisnis, dapat diterapkan pada organisasi besar maupun kecil, organisasi
lokal yang hanya beroperasi di suatu negara maupun kelas dunia yang
beroperasi di banyak negara.
f. Kriteria Malcolm Baldrige telah terbukti merupakan praktik manajemen
global yang valid untuk meningkatkan keunggulan kinerja organisasi.
Ketujuh kriteria pengukuran atau penilaian kinerja MBA dapat digunakan
oleh organisasi jasa pelayanan kesehatan yang disebut Performance
Exellence forhealtycare based on MBNQA. Kriteria ini dibangun
berdasarkan landasan dari 11 konsep yang dirangkum sebagai berikut :
(Baldrige Performance Exellence Program, 2007)
1. Kepemimpinan Visioner (Visionari Leadership)
2. Keunggulan yang didorong atau digerakkan pelanggan (Custemer-
Driven Exselent)
3. Pembelajaran organisasi dan individu (Organisasi Organisational and
Personal Learning)
4. Pemberian nilai karyawan dan mitra kerja (valuating workforse
members and partners)
5. Kecekatan (Agiliti)
6. Berfokus pada masa mendatang (Focus On the Future)
7. Manajemen ber Inovasi (Manajing for Inovasion)
8. Manajemen berdasarkan Fakta (Manajemen Fack)
9. Tanggung jawap sosial (Sosial Responsibility)
10. Fokus pada Hasil dan Penciptaan Nilai (Focus on Resul and Creating
Values)
11. Sistem Perspektif (Perspective Systems)

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


32

2.4.4. Sistem Penilaian Pada Kriteria Malcolm Baldrige


Skor respon pada setiap point pada kriteria dan umpan balik dari
MBA menjadi patokan dua dimensi evaluasi, yaitu dimensi proses dan
dimensi hasil. Dimensi proses mengacu pada bagaimana cara organisasi
dalam meningkatkan pemenuhan syarat kriteria pertama hingga kriteria ke
enam. Empat faktor mengevaluasi dimensi proses adalah Approach,
Deployment, Learning dan Integration.

Tabel 2.1 Faktor Evaluasi Dimensi Proses (A-D-L-I)


Faktor Mengacu pada :
Approach - Metode untuk menyelesaikan proses
(pendekatan) - Kesesuaian metode sebagai persyaratan item dan
lingkungan operasional organisasi/ unit
- Efektivitas penggunaan metode
- Sejauh mana pendekatan ini berulang dan didasarkan
pada informasi dan data yang dapat dipercaya
Deployment - Sejauh mana pendekatan telah diterapkan dalam
(Penyebaran) menangani persyaratan item yang relevan dan penting
untuk organisasi/unit
- Sejauh mana pendekatan diterapkan secara konsisten
- Sejauh mana pendekatan yang digunakan (dieksekusi)
oleh semua unit kerja yang sesuai
Learning - Menyempurnakan pendekatan melalui siklus evaluasi dan
(Pembelajaran) perbaikan
- Mendorong perubahan terobosan pada pendekatan
melalui inovasi
- Berbagi perbaikan dan inovasi dengan unit kerja terkait
lainnya dan proses ke dalam unit
Integration - Sejauh mana pendekatan sejajar dengan kebutuhan
(Integrasi) organisasi, diidentifikasi dalam profil organisasi dan
proses lainnya
- Sejauh mana tindakan, informasi, dan sistem peningkatan
saling melengkapi seluruh proses dan unit kerja
- Sejauh mana rencana, proses, hasil, analisis, belajar, dan
tindakan adalah harmonis di seluruh proses dan unit kerja
untuk mendukung organisasi mencapai tujuan yang luas

Sumber : How to Interpret the Baldrige Criteria for Performance Excellence,


Mark Graham Brown, 2008 page 74

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


  33

Dimensi hasil mengacu pada hasil organisasi dalam mencapai


persyaratan poin kriteria ke tujuh titik satu hingga tujuh titik lima. Empat
faktor yang digunakan mengevaluasi hasil yaitu tingkat (level), tren (trend),
perbandingan (comparison), dan integrasi (integration), disingkat dengan
Le-T-C-
Tabel 2.2 Faktor Evaluasi Dimensi Hasil (Le-T-C-I)
Faktor Mengacu pada :
Level (tingkat) - Tingkat kinerja saat ini
Trend (tren) - Tingkat perbaikan kinerja atau keberlanjutan
kinerja yang sudah baik
- Luasnya (tingkat penyebaran) dari hasil
kinerja
Comparison - Kinerja relatif terhadap perbandingan yang
(perbandingan) tepat, seperti dilakukan pada.pesaingatau
organisasi serupa
- Kinerja relatif terhadap benchmark atau
pemimpin industri
Integration  Sejauh mana hasil tindakan (sering melalui
(integrasi) segmentasi) menangani pasien penting dan
stakeholder, pelayanan kesehatan, pasar,
proses, dan persyaratan kinerja rencana aksi
yang diidentifikasi dalam profil organisasi
dan dalam proses item
 Sejauh mana hasil mencakup indikator-
indikator yang valid dari kinerja masa depan
 Sejauh mana hasil diharmonisasikan di
seluruh proses dan unit kerja untuk
mendukung tujuan organisasi/ unit yang luas

Sumber : How to Interpret the Baldrige Criteria for Performance Excellence,


Mark Graham Brown, 2008 page 74

Faktor-faktor evaluasi baik untuk dimensi proses maupun dimensi


hasil adalah suatu yang dinilai dari setiap item pertanyaan dalam pedoman
wawancara. Penetapan skor untuk respon item memiliki pedoman yaitu :
a. Respon harus mencerminkan apa yang penting bagi unit atau
organisasi.Semua area untuk mengatasi harus dimasukkan dalam respon
item.

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


34

b. Dalam menetapkan skor untuk item, pertama menentukan skor rentang


(misalnya 50% - 65%) adalah yang paling deskriptif dari tingkat
prestasiunit seperti yang disajikan dalam respon item. Kebanyakan
deskriptif dari tingkat prestasi organisasi dapat mencakup beberapa
kesenjangan dalam satu atau lebih dari faktor A-D-L-I (proses) atau
faktor Le-T-C-I (hasil) untuk rentang skor yang dipilih.
c. Menetapkan skor aktual dalam kisaran yang dipilih memerlukan
evaluasi apakah respon item yang lebih dekat dengan pernyataan dalam
kisaran skor berikutnya yang lebih tinggi atau lebih rendah berikutnya.
Sebuah item proses dari skor 50% merupakan pendekatan yang
memenuhi persyaratan keseluruhan item, yang digunakan secara
konsisten dan unit kerja yang paling baik, yang telah melalui beberapa
siklus perbaikan, pembelajaran, serta membahas kunci kebutuhan
organisasi. Skor yang lebih tinggi mencerminkan pencapaian yang lebih
besar, ditunjukkan oleh penyebaran yang lebih luas, pembelajaran
organisasi yang signifikan, dan peningkatan integrasi.
d. Sebuah item hasil dengan skor 50% merupakan indikasi yang jelas dari
tingkat baik dari kinerja, tren yang menguntungkan, dan kesesuaian
data komparatif untuk daerah hasil tercakup dalam item dan penting
untuk misi organisasi. Skor yang lebih tinggi mencerminkan tren dan
tingkat kinerja yang lebih baik, kinerja komparatif yang kuat, cakupan
yang lebih luas dan integrasi dengan persyaratan organisasi dan misi.
Berikut adalah petunjuk penilaian pada proses dan hasil:

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


  35

Tabel 2.3 Petunjuk Penilaian Proses

Skor Proses (Kategori 1-6)


- Tidak adanya pendekatan sistematis untuk
1 persyaratan item yang jelas, informasi
anekdotal (A)
0% atau 5% - Penyebaran sedikit atau tidak ada dari setiap
pendekatan sistematis adalah jelas (D)
- Sebuah orientasi perbaikan tidak jelas,
perbaikan dicapai melalui reaksi terhadap
masalah (L)
- Tidak ada keselarasan organisasi yang jelas,
masing-masing bidang atau unit kerja
beroperasi secara independen (I)

Skor Proses (Kategori 1-6)


- Awal pendekatan sistematis dengan
persyaratan dasar item yang jelas (A)
- Pendekatan ini pada tahap awal dari
2 penyebaran dalam sebagian besar wilayah
atau unit kerja, menghambat kemajuan
10%, 15% , 20% atau 25% dalam mencapai persyaratan dasar dari item
(D)
- Tahap awal transisi dari reaksi terhadap
masalah ke orientasi perbaikan secara umum
yang jelas (L)
- Pendekatan ini selaras dengan daerah atau
unit kerja lain yang sebagian besar melalui
pemecahan masalah bersama (I)
- Sebuah pendekatan, sistematis efektif,
responsif terhadap kebutuhan dasar item,
3 jelas (A)
- Pendekatan ini digunakan, meskipun
30%, 35%, 40%, atau 45% beberapa daerah atau unit kerja dalam tahap
awal penyebaran (D)
- Awal pendekatan sistematis untuk evaluasi
Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


36

dan perbaikan proses kunci jelas (L)


- Pendekatan ini pada tahap awal
penyelarasan dengan kebutuhan dasar
organisasi diidentifikasi dalam menanggapi
profil organisasi dan item proses lainnya.
- Sebuah pendekatan yang efektif, sistematis,
responsif terhadap kebutuha
- Pendekatan ini baik digunakan, meskipun
4 penyebaran dapat bervariasi di beberapa
daerah atau unit kerja (D)
50%, 55%, 60%, atau 65% - Sebuah proses berdasarkan fakta, evaluasi
yang sistematis dan perbaikan dan beberapa
pembelajaran organisasi, termasuk inovasi,
untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas
proses kunci (L)
- Pendekatan ini sesuai dengan kebutuhan
organisasi secara keseluruhan, diidentifikasi
dalam menanggapi profil organisasi dan
item proses yang lain (I)
Skor Proses (Kategori 1-6)
- Sebuah pendekatan yang efektif, sistematis,
responsif terhadap kebutuhan beberapa item,
jelas (A)

- Pendekatan
ini baik digunakan, tanpa
kesenjangan yang signifikan (D) perbaikan
dan pembelajaran organisasi, term
5 - Berdasarkan fakta, evaluasi sistematis dan
asuk inovasi, merupakan kunci alat
70%, 75%, 80%, atau 85% manajemen, ada bukti yang jelas tentang
penyempurnaan sebagai akibat dari analisis
tingkat organisasi dan sharing (L)
- Pendekatan ini terintegrasi dengan
kebutuhan saat ini dan masa depan
organisasi yang diidentifikasi dari
menanggapi profil organisasi dan item
proses lainnya (I)
- Sebuah pendekatan yang efektif dan
6 sistematis, sepenuhnya responsif terhadap
kebutuhan beberapa item, jelas (A)
90%, 95% atau 100% - Pendekatan ini sepenuhnya dikerahkan tanpa
kelemahan signifikan atau kesenjangan
dalam bidang atau unit kerja (D)
- Berbasis fakta, evaluasi sistematis dan
perbaikan, pembelajaran organisasi melalui
inovasi adalah kunci organizational – wide
Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


  37

tools, perbaikan dan inovasi didukung oleh


analisis yang jelas di seluruh organisasi (L)
- Pendekatan ini juga terintegrasi dengan
kebutuhan saat ini dan masa depan
organisasi yang diidentifikasi dalam
menanggapi profil organisasi dan item
proses lainnya (I)

Sumber: How to Interpret the Baldrige Criteria for Performance


Excellence, Mark Graham Brown, 2008 page 74

Tabel 2.4 Petunjuk Penilaian Hasil

Skor Hasil (Kategori 7)


- Tidak ada hasil kinerja organisasi (Le)
1 - Data tren baik tidak dilaporkan atau
menunjukkan terutama tren merugikan (T)
0% atau 5% - Informasi komparatif tidak dilaporkan (C)
- Hasil tidak dilaporkan untuk setiap bidang
yang penting bagi pemenuhan misi
organisasi (I)
- Sebuah hasil kinerja beberapa organisasi
dilaporkan, responsif terhadap kebutuhan
dasar item dan tingkat kinerja awal yang
baik dan jelas (Le)
- Beberapa data tren yang dilaporkan, dengan
beberapa tren yang jelas merugikan (T)
2 - Informasi komparatif sedikit atau tidak
dilaporkan (C)
- Hasil dilaporkan untuk beberapa unit yang
10%, 15% , 20% atau 25%
penting bagi pemenuhan misi organisasi (I)
- Tingkat kinerja organisasi yang baik
dilaporkan, responsif terhadap kebutuhan dasar
item (Le)
- Beberapa data tren yang dilaporkan, dan
3 sebagian besar tren yang disajikan
menguntungkan (T)
30%, 35%, 40%, atau 45% - Tahap awal untuk memperoleh informasi
komparatif yang jelas (C)
- Hasil dilaporkan untuk banyak bidang yang
penting bagi pemenuhan misi organisasi (I)
- Tingkat kinerja organisasi yang baik adalah
dilaporkan, responsif terhadap kebutuhan
keseluruhan item (Le)
- Tren bermanfaat jelas dalam bidang yang
Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


38

penting bagi pemenuhan misi organisasi (T)


- Beberapa tingkat kinerja saat ini telah
dievaluasi terhadap perbandingan yang relevan
4 dan atau patokan dan menunjukkan bidang
50%, 55%, 60%, atau 65% kinerja relatif baik (C)
- Hasil kinerja organisasi dilaporkan untuk key
patient and stakholder, pasar dan persyaratan
proses (I)

Skor Hasil (Kategori 7)


- Untuk tingkat kinerja organisasi yang sangat
baik dilaporkan, responsif terhadap kebutuhan
beberapa item (Le)
5 - Tren menguntungkan telah dipertahankan dari
waktu ke waktu di sebagain besar wilayah yang
penting bagi pemenuhan misi organisasi (T)
70%, 75%, 80%, atau 85% - Banyak dari sebagian besar tren dan tingkat
kinerja saat ini telah dievaluasi terhadap
perbandingan yang relevan dan atau tolak ukur
dan menunjukkan kepemimpinan dan kinerja
relatif sangat baik (C)
- Hasil kinerja organisasi dilaporkan untuk key
patient and stakholder, pasar dan persyaratan
rencana aksi (I)

- Untuk tingkat kinerja organisasi yang


sangat baik dilaporkan, responsif
6 sepenuhnya terhadap kebutuhan beberapa
item (Le)
90%, 95% atau 100% - Tren menguntungkan telah dipertahankan
dari waktu ke waktu di semua bidang yang
penting bagi pemenuhan misi organisasi
(T)
- Bukti industri dan patokan kepemimpinan
ditunjukkan di banyak daerah (C)
- Hasil kinerja organisasi dan proyeksi
dilaporkan untuk key patient and
stakholder,
pasar dan persyaratan rencana aksi (I)
- Beberapa data tren yang dilaporkan,
dengan beberapa tren yang jelas merugikan
2 (T)
- Informasi komparatif sedikit atau tidak
10%, 15% , 20% atau 25% dilaporkan (C)
- Hasil dilaporkan untuk beberapa unit yang
penting bagi pemenuhan misi organisasi (I)

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


  39

Skor Hasil (Kategori 7)


- Tingkat kinerja organisasi yang baik
dilaporkan, responsif terhadap kebutuhan
3 dasar item (Le)
- Beberapa data tren yang dilaporkan, dan
30%, 35%, 40%, atau 45% sebagian besar tren yang disajikan
menguntungkan (T)
- Tahap awal untuk memperoleh informasi
komparatif yang jelas (C)
- Hasil dilaporkan untuk banyak bidang
yang penting bagi pemenuhan misi
organisasi (I)
- Tingkat kinerja organisasi yang baik adalah
dilaporkan, responsif terhadap kebutuhan
keseluruhan item (Le)
4 - Tren bermanfaat jelas dalam bidang yang
penting bagi pemenuhan misi organisasi
50%, 55%, 60%, atau 65% (T)
- Beberapa tingkat kinerja saat ini telah
dievaluasi terhadap perbandingan yang
relevan dan atau patokan dan menunjukkan
bidang kinerja relatif baik (C)
- Hasil kinerja organisasi dilaporkan untuk
key patient and stakholder, pasar dan
persyaratan proses (I)
- Untuk tingkat kinerja organisasi yang
sangat baik dilaporkan, responsif terhadap
kebutuhan beberapa item (Le)
5 - Tren menguntungkan telah dipertahankan
dari waktu ke waktu di sebagain besar
70%, 75%, 80%, atau 85% wilayah yang penting bagi pemenuhan misi
organisasi (T)
- Banyak dari sebagian besar tren dan
tingkat kinerja saat ini telah dievaluasi
terhadap perbandingan yang relevan dan
atau tolak ukur dan menunjukkan
kepemimpinan dan kinerja relatif sangat
baik (C)
- Hasil kinerja organisasi dilaporkan untuk
key patient and stakholder, pasar dan
persyaratan rencana aksi (I)

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


40

Sumber: How to Interpret the Baldrige Criteria for Performance


Excellence, Mark Graham Brown, 2008 page 74

Skor total yang didapatkan oleh suatu unit atau organisasi


menunjukkan di level mana kinerja organisasi tersebut. Berikut adalah
kroteria suatu unit atau organisasi berdasarkan hasil penilaian
menggunakan MBA.

Tabel 2.5 Kriteria Penilaian Organisasi Berdasarkan MBA

Skor yang diperoleh Kriteria Keterangan


876-1000 World leader
776-875 Bencmark leader Excellent
676-775 Industry leader
576-675 Emerging industry leader
476-575 Good performance Average
376-475 Early improvement
276-375 Early result Poor
0-275 Early development
Sumber: AIDA Consultant, 2016

Tabel 2.6 Panduan dan Skor Deskripsi Berdasarkan MBA

No Skor Deskripsi
1 0-275  Organisasi menunjukkan tahap awal
pengembangan implementasi approaches
persyaratan kategori, deployment yang lemah
serta menghambat kemajuan
 Upaya perbaikan berfokus pada pemecahan
masalah
 Sedikit hasil penting yang dilaporkan, namun
secara umum masih miskin trend dan data
pembanding

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


  41

2 276-375  Organisasi menunjukkan approaches yang


sistematis dan efektif terhadap persyaratan
dasar item, tapi deployment di beberapa bidang
atau unit kerja masih dalam tahap dini
 Organisasi telah mengembangkan orientasi
perbaikan secara umum yang memandang ke
depan
 Organisasi memperoleh hasil dari approache-
nya dengan beberapa perbaikan dan kinerja
baik
 Penggunaan data pembanding dan trend dalam
tahap dini
3 376-475  Organisasi menunjukkan approaches yang
sistematis, efektif dan responsive terhadap
persyaratan dasar sebagian item, meskipun
deployment di beberapa bidang atau unit kerja
masih dalam tahap dini
 Proses kunci mulai dievaluasi dan diperbaiki
secara sistematis
 Hasil menunjukkan banyak bidang yang penting
bagi persyaratan kunci organisasi dengan
perbaikan dan atau kinerja baik yang di capai.
 Data pembanding dan trend diperoleh di
beberapa bidang hasil yang penting
4 476-575  Organisasi menunjukkan approaches yang
sistematis, efektif dan responsive terhadap
persyaratan item dalam garis besar, tetapi
deployment bervariasi di beberapa bidang atau
unit kerja
 Proses kunci emmperoleh manfaat dari evaluasi
dan perbaikan berbasis fakta, dan approaches
Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


42

diselaraskan dengan kebutuhan organisasional


 Hasil-hasil menunjukkan persyaratan kunci
pelanggan/ stakeholder, pasar dan proses, serta
menunjukkan beberapa area strength dan atau
kinera baik dengan pembandingan yang relevan
 Tidak ada pola trend atau kinerja yang buruk di
bidang yang penting bagi persyaratan kunci
organisasi
5 576-675  Organisasi menunjukkan approaches yang
sistematis, efektif dan pada deployment dengan
baik, responsive terhadap persyaratan item
dalam garis besar
 Organisasi menunjukkan proses evaluasi dan
perbaikan yang sistematis berbasis fakta serta
pembelajaran organisasi yang menghasilkan
perbaikan efektifitas dan efisiensi proses kunci
 Hasil memenuhi hampir semua persyaratan
kunci pelanggan, pasar dan proses serta
menunjukkan bidang yang strength dengan
perbandingan yang relevan dan atau brencmarks
 Trend yang membaik dan atau kinerja baik
dilaporkan di hampir semua bidang yang
penting bagi persyaratan kunci organisasi

6 676-775  Organisasi menunjukkan approaches yang


sempurna responsive terhadap persyaratan
multiple item
 Approaches ini bercirikan penggunaan ukuran
kunci, deployment yang baik, bukti adanya
inovasi, dan hasil yang sangat baik dihampir
semua bidang
 Integrasi, pembelajaran dan berbagi
Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


  43

organisasional sebagai tools kunci manajemen


 Hasil memenuhi banyak persyaratan kunci
pelanggan, pasar, proses dan action plan
 Organisasi adalah leader industri dalam
beberapa bidang
7 776-875  Organisasi menunjukkan approaches yang
sempurna responsive terhadap persyaratan
multiple item
 Organisasi menunjukkan inobasi, deployment
yang unggul dan perbaikan kinerja dan level
yang baik sampai unggul dalam hampir semua
bidang
 Integrasi yang baik sampai unggul terbukti
dengan analisis, pembelajaran dan berbagi best
practice organisasional sebagai strategi kunci
manajemen
 Kepemimpinan dalam industry dan beberapa
kepemimpinan brenchmark ditunjukkan dalam
hasil-hasil yang memenuhi sebagian besar
persyaratan kunci pelannggan, pasar, rposes dan
action plan
8 876-1000  Organisasi menunjukkan approaches yang luar
biasa berfokus kepada inovasi, deployment
penuh dan hasil kinerja yang unggul dan
berkelanjutan
 Ada integrasi approaches dengan kebutuhan
organisasi yang unggul
 Analisis, pembelajaran dan berbagi
organisasional tentang best practices yang
tersebar luas
 Kepemimpinan nasional dan dunia ditunjukkan

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


44

dalam hasil-hasil yang memenuhi persyaratan


kunci pelanggan, pasar, proses dan action plan
secara penuh

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


BAB 3
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT

3.1. Sejarah Umum Rumah Sakit


Rumah sakit Ari Canti merupakan bentuk partisipasi kalangan swasta dan
praktisi kesehatan untuk melengkapi infrastruktur pelayanan kesehatan khususnya
di kabupaten Gianyar dan wilayah timur Bali (Kabupaten Bangli, Klungkung dan
Karangasem). Rumah sakit Ari Canti yang berkedudukan di Jalan Raya Mas, Desa
Mas, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar adalah salah satu Rumah Sakit swasta
yang pertama di wilayah Gianyar, berawal dari sebuah Klinik 24 jam yang dikenal
dengan nama Klinik Mas yang sederhana didirikan pada tahun 1995 oleh dr.I
Wayan Aryawan, kemudian Klinik Mas mengalami perkembangan yang cukup
pesat dan didukung oleh tingginya animo masyarakat terhadap pelayanan dari
klinik ini maka pada tahun 2002 Klinik Mas berubah status menjadi Rumah Sakit
Bersalin Ari Canti dan pengelolaannya masih dibawah Yayasan I Ketut Alon.
Dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan yang lengkap
dan bermutu maka Rumah Sakit Bersalin Ari Canti terus berbenah dan
mengembangkan jenis pelayanannya sehingga pada tanggal 21 Nopember 2007
Rumah Sakit Bersalin Ari Canti ini ditingkatkan statusnya menjadi Rumah Sakit
Umum dengan badan hukum Perseroan Terbatas, yaitu PT. Ari Canti Husadha.
1. Tipe Rumah Sakit :C
2. Luas lahan total : 1,3 ha
3. Luas gedung total : 210,552 are
 Luas perlantai canti graha : 81,375 are
 Luas lantai padmasana : 4,463 are
 Luas area rawat inap sekar agung : 12,236 are
 Luas area rawat inap sekar alit : 12,268 are
 Luas area gedung depan : 12,303 areLuas area
gedung UPT : 87,9 are
4. Luas parkir : 45,596 are
Rumah Sakit Ari Canti memiliki fasilitas sebagai berikut:
1. Instalasi Gawat Darurat 24 Jam

45
Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


46

Pelayanan Instalasi Gawat Darurat (IGD) 24 jam terus menerus dengan


tenaga Dokter Umum yang telah mengikuti PPGD / ATLS, ACLS dan
Paramedis yang telah mengikuti pelatihan PPGD / BTLS. Sarana dan
fasilitas yang tersedia di UGD meliputi; Ruang Triage, Ruang Observasi,
Ruang Resusitasi, Ruang Tindakan dengan alat dan obat life saving yang
tersedia ditempat.
2. Pelayanan Rawat Jalan (Poliklinik)
3. Pelayanan Penunjang
4. Pelayanan Rawat Inap
5. Ruang Intensif
6. Ruang Tindakan
Rumah Sakit Ari Canti memiliki visi yang ingin diwujudkan ke depan yang
berupa “Menjadi Salah Satu Rumah Sakit Swasta Terbaik Di Bali Pada Tahun
2020”.
Adapun misi Rumah Sakit Ari Canti berupa:
1. Memberikan pelayanan kesehatan yang profesional dengan
mengutamakan kepuasan pelanggan.

2. Mengembangkan pembangunan rumah sakit, melengkapi sarana


prasarana dan alat-alat kesehatan.

3. Mengembangkan dan memperluas jenis pelayanan rumah sakit dan


jaringan pelanggan.

4. Mengembangkan dan membina sumber daya manusia yang


profesional, produktif dan berkomitmen.
Rumah Sakit Ari Canti juga memiliki MOTTO tersendiri yaitu “Melayani
Dengan Canti” yang berarti memberikan pelayanan medis yang dapat
memberikan kedamaian di hati setiap pasien, sehingga pelayanan yang diberikan
harus :
Cinta : Melayani dengan iklas dan penuh rasa kasih
sayang;
Aman : Melayani dengan mengutamakan keselamatan
pasien berdasarkan standar pelayanan medis;
Nyaman : Lingkungan rumah sakit yang bersih, indah, asri

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


47

dan suasana yang tertib serta penuh rasa


kekeluargaan;
Terampil : Melayani dengan profesional, efektif dan efisien;
Inovatif : Pelayanan yang selalu berkembang, mengikuti
ilmu dan teknologi kesehatan modern.
Rumah Sakit Ari Cantijuga memiliki Logo dan Struktur organisasi yaitu

Gambar 3.1 Logo Rumah Sakit Ari Canti


Makna logo:

a. Lingkaran dan Tangkai Daun yang berwarna merah melambangkan


semangat yang tidak pernah terputus dalam menopang perkembangan
Rumah Sakit Ari Canti.

b. Daun yang terbentuk dari hurup “A dan C “berarti Ari Canti yang terus
tumbuh berkembang mengikuti perkembangan jaman.

c. Dasar warna hijau melambangkan kesejukan dan kedamaian

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


48

Gambar 3.2 Struktur Organisasi Rumah Sakit Ari Canti


Sumber : SDM RSAC
Perlu adanya Perencanaan SDM, yaitu proses mengantisipasi dan
menyiapkan perputaran orang ke dalam, di dalam dan ke luar organisasi.Pola
ketenagaan suatu rumah sakit yang handal, perlu kiranya melakukan kegiatan
menyediakan, mempertahankan sumber daya manusia yang tepat bagi
organisasi. Tujuannya adalah mendayagunakan sumber-sumber tersebut
seefektif mungkin sehingga pada waktu yang tepat dapat disediakan sejumlah
orang yang sesuai dengan persyaratan jabatan.Perencanaan bertujuan untuk
mempertahankan dan meningkatkan kemampuan organisasi dalam mencapai
sasarannya melalui strategi pengembangan kontribusi.Adapun pola ketenagaan
dan kualifikasi sumber daya manusia di RS. Ari Canti adalah sebagai berikut;
1. Rekrutmen karyawan dan Seleksi Karyawan
a. Pelaksanaan penambahan/penggantian harus mengacu pada pola
ketenagaan yang ditetapkan oleh Direktur RS Ari Canti.
b. Untuk merealisasi program tersebut masing-masing Kepala
Unit/Kepala Bidang harus mengajukan permohonan tertulis kepada
Direktur rumah sakit lengkap dengan alasan/tujuannya.
c. Prosedur seleksi perawat, penunjang medis dan nonmedis meliputi;
1) Administratif
2) Wawancara dengan manajemen rumah sakit, bidang SDM dan
Kepala Bagian/Kepala Bidang/Kepala Unit terkait.
3) Ketrampilan teknikal sesuai profesi/bidang tugasnya
4) Test kesehatan.
Prosedur seleksi dokter atau tenaga medis meliputi;
1) Administratif
Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


49

2) Wawancara dengan manajemen rumah sakit, bidang SDM dan


KepalaBagian/Kepala Bidang/Kepala Unit terkait.
3) Test kesehatan
d. Penentuan calon yang memenuhi syarat diputuskan bersama oleh
manajemenrumah sakit Kepala Bidang SDM , Kepala Bagian, Kepala
Bidang dan Kepala Unit terkait.
e. Penerimaan tenaga medis tetap tidak perlu melalui persetujuan dari
dokter yang sudah ada.
f. Persyaratan administratif meliputi
1) Warga Negara Republik Indonesia
2) Usia paling rendah 18 (Delapan belas) tahun maksimum 35 (Tiga
Puluh Lima) tahun. Penerimaan karyawan diatas usia 35 (Tiga
Puluh Lima) tahun karena keahliannya dibutuhkan oleh Rumah
Sakit dapat dilaksanakan atas pertimbangan Manajemen.
3) Berbadan dan berjiwa sehat yang dibuktikan dengan surat
keterangan dari dokter.
4) Tidak terikat hubungan kerja dengan pihak atau perusahaan lain.
5) Surat lamaran.
6) Daftar Riwayat Hidup.
7) Photo copy ijazah terakhir yang telah dilegalisir.
8) Daftar Riwayat Pekerjaan (bagi yang berpengalaman).
9) Surat Keterangan Catatan Kepolisian.
10) Pas photo terbaru sebanyak 2 lembar.
2. Program Orientasi
a. Program orientasi harus diikuti oleh karyawan baru, mahasiswa
praktek, tenaga sukarela.
b. Program orientasi untuk karyawan baru meliputi orientasi umum dan
khusus.
c. Orientasi umum dilakukan oleh instalasi diklat dengan materi :
1) Profile Rumah Sakit
2) Pelayanan Prima
3) PPI
Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


50

4) K3RS
5) Sasaran Keselamatan Pasien
6) PMKP
b. Orientasi khusus dilakukan oleh masing-masing unit kerja meliputi
tugas dan tanggung jawab dalam jabatannya.
c. Untuk karyawan baru orientasi selama 3 bulan dilakukan evaluasi.

3. Peningkatan Kompetensi Karyawan


a. Setiap karyawan diberikan kesempatan untuk meningkatkan
kompetensinya, dengan mempertimbangkan :
1) Kesanggupan/minatnya.
2) Memenuhi persyaratan yang ditetapkan rumah sakit.
3) Kebutuhan rumah sakit.
4) Kemampuan rumah sakit.
b. Bentuk upaya peningkatan kompetensi meliputi :
1) Pendidikan formal lanjutan.
2) Pendidikan Nonformal (Kursus, Ketrampilan teknis, Manajemen
dll)
3) Penataran, Simposium, Lokakarya, Seminar Ilmiah, dll.
c. Upaya peningkatan kompetensi dapat dilaksanakan dengan cara :
1) Dibiayai rumah sakit.
2) Usaha karyawan dengan persetujuan rumah sakit.
d. Program studi lanjutan yang dibiayai rumah sakit, segala sesuatunya
diatur dalam perjanjian tugas belajar.
e. Program studi lanjutan atas biaya karyawan sendiri, dapat
dilaksanakan atas ijin tertulis dari manajemen rumah sakit dengan
mempertimbangkan masa kerja (lebih dari 3 tahun) dan kepentingan
pelayanan. Untuk kepentingan tersebut kepada karyawan dapat
diberikan cuti diluar tanggungan rumah sakit sesuai perjanjian dan

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


51

jabatannya tidak otomatis disesuaikan tetapi tergantung pada formasi


yang ada dan kebutuhan rumah sakit.
f. Pendidikan dan Pelatihan di RS Ari Canti diselenggarakan dengan
tujuan untuk mengembangan Sumber Daya Manusia dan dilakukan
secara berkesinambungan dan terkoordinasi sehingga SDM memiliki
motivasi pelayanan yang prima, professional dan berkompetensi tinggi
di bidangnya.
g. Setiap karyawan dalam melaksanakan tugasnya wajib memiliki
pendidikan dan ketrampilan sesuai dengan bidang tugasnya.
h. Setiap karyawan di unit pelayanan wajib memiliki pengetahuan dan
atau ketrampilan yang dinyatakan dengan ijazah dari lembaga
pendidikan pemerintah atau swasta.
i. Pelatihan dilaksanakan minimal 20 jam untuk 80 % karyawan pertahun.
j. Setiap karyawan memiliki kesempatan yang sama untuk mengikuti
pelatihan sesuai dengan bidang tugasnya.
k. Setiap karyawan wajib mengikuti serta memiliki sertifikat pelatihan
Basic Life Support yang diselenggarakan oleh rumah sakit dan akan
diulang kembali setiap 2 (dua) tahun sekali.
l. Untuk mempertahankan dan meningkatkan kompetensi setiap karyawan
wajib melaksanakan tugas mengikuti pelatihan yang sudah
diprogramkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di RS Ari Canti.
m. Unit Diklat RS Ari Canti menyelenggarakan pelatihan berdasarkan
usulan program dari masing-masing unit/bagian yang ada.
n. Pelatihan dapat dilaksanakan secara internal dan eksternal.
4. Penetapan Status Karyawan
a. Untuk memantapkan hubungan kerja antara karyawan dengan RS Ari
Canti, calon karyawan ditetapkan waktunya dengan masa Orientasi
selama 3 bulan.
b. Setelah melalui masa Orientasi, karyawan dapat dikontrak selama
minimal 1 tahun dan akan diperpanjang apabila penilaian sesuai
kriteria sampai diangkat sebagai karyawan tetap jika persyaratan
dipenuhi.
Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


52

c. Pengangkatan karyawan dilaksanakan setahun sekali yaitu setiap


bulan Januari.
d. Persyaratan untuk menjadi karyawan tetap antara lain:
1) Sehat jasmani yang dibuktikan dengan surat sehat dokter RS Ari
Canti
2) Skor penilaian kinerja minimal 80
3) Memiliki level kompetensi PK II untuk tenaga keperawatan.
e. Untuk tenaga part timer/paruh waktu hubungan kerjanya diatur
dengan perjanjian kerja waktu tertentu dan dapat diperpanjang sesuai
keperluan.
f. Untuk menangani pekerjaan-pekerjaan yang sementara sifatnya
dimungkinkan untuk merekrut tenaga proyek/harian lepas.
5. Penilaian Kinerja
a. Penilaian tenaga medis, tenaga kesehatan profesional lainnya dan non
medis dilakukan setiap satu tahun sekali pada bulan Desember.
b. Penilaian kinerja keperawatan dilaksanakan :
1) Pra pelaksana Keperawatan dilakukan penilaian setelah 4 bulan
2) Pelaksana keperawatan I, II, II Khusus, III dan IV dilakukan
evaluasi setiap satu tahun sekali.
c. Penilaian kinerja dilakukan oleh atasan langsung.
d. Hasil penilaian kinerja asli disimpan dalam file karyawan yang
bersangkutan di bidang SDM.
6. Perencanaan Penempatan staf (Mutasi, Promosi dan Demosi)
a. Perencanaan penempatan staf dilakukan :
1) Bila ada perubahan kebutuhan pasien
2) Permintaan staf untuk penugasan kembali/
3) Ada staf yang telah menjalani pendidikan
4) Bila ada penambahan jenis pelayanan
b. Permintaan mutasi antar unit kerja diajukan kepada manajemen rumah
sakit melalui pimpinan unit kerja yang bersangkutan.

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


53

c. Setiap karyawan yang menolak adanya perintah mutasi dapat


dianggap telah melakukan pelanggaran dan kepadanya dapat
dikenakan sangsi sesuai peraturan perusahaan.
d. Mutasi dilaksanakan untuk berbagai tujuan yaitu :
1) Penyegaran.
2) Pengembangan ketrampilan/wawasan.
3) Pemenuhan kebutuhan tenaga antar instalasi/bagian
4) Penghargaan atas pendidikan yang sesuai dengan pekerjaan.
5) Hukuman Karyawan.
e. Promosi dilaksanakan apabila ada jabatan kosong yang harus diisi
baik jabatan struktural maupun fungsional.
f. Promosi dilaksanakan dengan mengingat analisa hasil penilaian
kinerja serta kemampuan yang dimiliki sesuai yang dipersyaratkan.
g. Demosi dilaksanakan berdasarkan analisa hasil penilaian kinerja pada
kedudukan sebelumnya yang dinilai dibawah standar.
h. Demosi dapat dilaksanakan untuk alasan hukuman karyawan,
pengalihan jabatan kepada orang lain yang lebih mampu.
7. Kekosongan dan Perangkapan Tugas
a. Kekosongan dan Perangkapan Tugas pejabat struktural RS Ari Canti
dapat dikarenakan belum terisinya suatu jabatan atau pejabat terkait
sedang cuti atau menjalankan dinas luar.
b. Penugasan untuk mengisi kekosongan dan perangkapan tugas
dilakukan secara tertulis/dengan Surat penugasan/penyerahan
wewenang.
c. Kekosongan dan Perangkapan Tugas pejabat struktural RS Ari Canti
diatur sebagai berikut ;
1) Jabatan Direktur maka penugasan ke Kepala Bagian/Bidang yang
lain
2) Jabatan Kepala Bagian / Bidang maka penugasan ke salah satu
Kepala Unit.
3) Jabatan Kepala Unit maka penugasan ke Kepala Bagian/Bidang.
8. Penghargaan Karyawan
Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


54

Dimungkinkan adanya pemberian penghargaan kepada pihak lain yang


berjasa kepada rumah sakit dan setiap pemberian penghargaan akan diatur
dengan ketentuan tersendiri yang ditetapkan dengan surat keputusan
direktur rumah sakit.

9. Penggolongan dan penggajian Karyawan


a. Penggolongan karyawan berdasarkan Skala, Strata Pendidikan dan
Pengalaman Kerja.

b. Gaji ditetapkan berdasarkan pada tingkat dan golongan karyawan


dengan menilai jabatan, keahlian, pendidikan, kecakapan, prestasi
kerja, kondite, pengalaman dari pekerjaan yang bersangkutan.

c. Gaji dibayarkan setiap awal bulan berikutnya melalui Bank.

d. Komponen Gaji terdiri dari :


1) Gaji Pokok ( Pay For Position ).
2) Jasa Pelayanan ( Pay For Peforment )
3) Lain-lain ( Pay For People )
a) Kelebihan / Kekurangan Point Jaga
b) Kegiatan Rumah Sakit
c) On Call / Lembur / Asisten Poli/Tranport
d) Tourist & Rujukan OK & Rawat Inap
e. Skala gaji diatur secara berjenjang sesuai dengan Keputusan
Direktur.
f. Setiap bentuk pemotongan gaji yang semata – mata untuk
kepentingan karyawan bersangkutan dan/ atau untuk penggantian
kerugian diatur dalam peraturan tersendiri dengan besar pemotongan
sesuai data pemotongan gaji.
g. Peninjauan kenaikan gaji bagi seorang karyawan dapat
jugadilaksanakan berdasarkan permintaan dari atasan langsung
karyawan dan atau kemampuan rumah sakit.

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


55

h. Kenaikan gaji tidak dilaksanakan atau tidak diberlakukan apabila


kinerja Rumah Sakit mundur atau tetap dan kemampuan Rumah
Sakit untuk melaksanakan hai tersebut tidak ada.
i. Kenaikan gaji tahunan bukan suatu keharusan dan bukan
merupakan hak bagi karyawan.
j. Proses pengupahan, tunjangan dan bantuan pada karyawan dilakukan
melalui Bidang SDM.

10. Tunjangan Hari Raya Keagamaan


Setiap karyawan akan menerima tunjangan hari raya keagamaan yang
pembayarannya dilakukan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum
Hari Raya keagamaan yang dirayakan oleh karyawan masing-masing,
dengan ketentuan:

a. Bagi seluruh karyawan baik yang beragama Hindu, Islam, Kristen


maupun Budha pembayaran THR diberikan pada Hari Raya Nyepi.
b. Besarnya tunjangan tersebut ditetapkan sesuai dengan Keputusan
Direktur.
11. Kelebihan Jam Kerja
a. Kompensasi kelebihan jam kerja karyawan/point jaga karyawan
akan dibayarkan pada Pay For People dengan ketentuan nilai satu
setengah point jaga per kelebihan point.
b. Kompensasi kekurangan jam jaga karyawan/point jaga karyawan
akan dipotongkan di Pay For People dengan ketentuan nilai satu
setengah point per kekurangan jaga.
c. Perintah kerja lembur harus dibuat secara tertulis oleh atasan sesuai
dengan form yang tersedia dan disetujui oleh atasan dari atasan
yang bersangkutan.
12. Cuti
a. Cuti Tahunan karyawan diberikan sebanyak 12 (dua belas) hari
selama satu tahun, dan yang berhak akan cuti tahunan adalah

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


56

karyawan tetap dan karyawan kontrak yang sudah mentandatangani


perjanjian kontrak ke VI.
b. Dalam sebulan pengambilan cuti tahunan maksimal 6 kali baik
secara terputus maupun tidak terputus.
c. Apabila cuti tahunan tidak diambil dalam tahun tersebut, maka hak
cuti karyawan gugur dengan sendirinya.
d. Permohonan cuti diajukan secara tertulis di form cuti kepada
Rumah Sakit 1 (satu) minggu sebelum jadwal disahkan.
13. Jaminan Sosial & Kesejahteraan
Dalam upaya melindungi karyawan dari berbagai peristiwa kehidupan
maupun perlindungan setelah karyawan purna tugas, kepadanya diberikan
jaminan sosial/kesejahteraan seperti yang telah diatur dalam Peraturan
Perusahaan yaitu melalui BPJS Ketenagakerjaan dan BPJS
Kesehatan.Untuk Jaminan BPJS Ketenagakerjaan perusahaan baru bisa
menjamin untuk karyawan tetap saja. Proses pemberian jaminan sosial
pada karyawan dilakukan oleh Unit SDM.

14. Pemeliharaan Kesehatan Karyawan


a. Pemeriksaan kesehatan karyawan sangat penting dilakukan, agar
karyawan dapat melakukan pekerjaan dalam kondisi kesehatan yang
setinggi-tingginya, tidak mempunyai penyakit menular yang akan
mengenai karyawan yang lain, sehingga dapat bekerja dengan
maksimal.
b. Bentuk pemeriksaan kesehatan karyawan, pemeriksaan kesehatan
sebelum bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala, pemeriksaan
kesehatan khusus.
c. Pemeriksaan kesehatan berdasarkan pedoman dan petunjuk
pelaksanaan dari SPO yang telah direkomendasikan.
d. Dalam pemeriksaan kesehatan karyawan berkoordinasi dengan SDM,
tim MCU, tim K3RS dan Instalasi Rawat Jalan yang sesuai dengan
keluhan/diagnosa karyawan.

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


57

e. Melakukan pemeriksaan kesehatan awal bagi karyawan yang bekerja


di Rumah Sakit antara lain :
1) Pemeriksaan fisik lengkap.
2) Pemeriksaan gigi
3) Rontgen paru-paru.
4) Laboratorium HbSAg, Darah Rutin, Urin Rutin, HIV, GDS dan
tes kehamilan
5) serta pemeriksaan-pemeriksaan yang dianggap perlu, termasuk
pemberian imunisasi kepada karyawan/ personel yang bekerja di
area/ tempat yang berisiko dan berbahaya.
f. Pemeriksaan kesehatan berkala bagi karyawan Rumah Sakit sekurang-
kurangnya 5 (Lima) tahun sekali sejak tahun pengangkatan.
g. Pemeriksaan kesehatan khusus ditujukan kepada :
1) Karyawan Rumah Sakit yang terdapat dugaan tertentu mengenai
gangguan kesehatan perlu dilakukan pemeriksaan khusus sesuai
dengan kebutuhan.
2) Pemeriksaan kesehatan dilakukan apabila terdapat catatan atau
hasil pengamatan dari organisasi pelaksana kesehatan dan Tim
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Rumah Sakit bagi
karyawan yang mengalami keluhan.
3) Karyawan yang bekerja pada kelompok pelayanan high risk
infeksi: Gizi, Radiologi.
4) Khusus untuk karyawan yang terpapar benda tajam / cairan tubuh
/ bahan kimia setelah melapor ke PPI RS & K3RS segera lakukan
penanganan sesuai dengan alur yang ditetapkan RS
5) Khusus untuk karyawan yang terpapar benda tajam / cairan tubuh
yang terinfeksi hepatitis B, setelah melapor ke PPI RS & K3RS
segera lakukan penanganan sesuai dengan alur yang ditetapkan
RS
6) Khusus untuk karyawan yang terpapar benda tajam / cairan tubuh
yang terinfeksi HIV, setelah melapor ke PPI RS & K3RS segera
lakukan penanganan sesuai dengan alur yang ditetapkan RS
Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


58

h. Pemberian vaksin kepada karyawan sangat penting dilakukan, agar


karyawan dapat melakukan pekerjaan dalam kondisi kesehatan yang
setinggi-tingginya, tidak mempunyai penyakit menular yang akan
mengenai karyawan yang lain, sehingga dapat bekerja dengan
maksimal.
i. Vaksin diberikan kepada karyawan yang bekerja di area/tempat yang
berisiko dan berbahaya.
j. Dalam pelaksanaan pemberian vaksin Tim K3RS berkoordinasi
dengan Bidang SDM,Bidang Keuangan dan Unit Rawat Jalan.
k. Khusus untuk karyawan yang terpapar TB harus rutin cek up 1 tahun
sekali dan laporan diberikan ke Tim PPI RS & K3RS
l. Pemeriksaan dan penanganan kesehatan terhadap karyawan yang
terkena paparan benda tajam / cairan tubuh yang terinfeksi Hepatitis B
dan HIV serta paparan bahan kimia dilakukan sesuai alur yang
ditetapkan RS serta dilaporkan kepada PPI RS & K3RS.
15. Retensi Karyawan
a. Pelatihan untuk karyawan dilaksanakan minimal 20 jam untuk 80 %
karyawan pertahun.
b. Bagi karyawan yang studi lanjut dengan biaya dari rumah sakit, maka
setelah berhasil menyelesaikan pendidikan diwajibkan kembali di RS
Ari Canti dengan memenuhi masa kerja berdasarkan ketentuan: 5
Tahun tidak boleh mengundurkan diri dari RS Ari Canti.Apabila
karyawan yang mengikuti studi lanjut tidak kembali bekerja pada RS
Ari Canti maka seluruh biaya yang telah dikeluarkan oleh RS. Ari
Canti dianggap sebagai piutang dan harus dikembalikan kepada RS
Ari Canti, 2 (dua) kali lipat dari biaya yang dikeluarkan oleh pihak RS
Ari Canti dalam jangka waktu yang telah disepakati didalam
perjanjian yang dibuat bersama antara Rumah Sakit Ari Canti dan
karyawan. Bahwa apabila karyawan tidak memenuhi isi perjanjian
yang telah disepakati maka dianggap sebagai tindak penipuan.
c. Karyawan yang mengikuti pelatihan dengan biaya dari RS Ari Canti
dan atau biaya dari sponsor:
Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


59

1) Dengan total biaya pelatihan dan akomodasi sebesar Rp


1.000.000,00 (satu juta rupiah) sampai Rp 6.000.000,00 (lima juta
rupiah) dan atau pelatihan tersebut sering diselenggarakan, maka
peserta diwajibkan menjalankan ikatan kerja selama 5 ( lima )
tahun, dan apabila karyawan tersebut tidak memenuhi
kesepakatan yang telah dibuat maka wajib mengembalikan 2 ( dua
) kali lipat dari biaya yang telah dikeluarkan oleh rumah sakit dan
atau sponsor

2) Dengan total biaya pelatihan dan akomodasi antara Rp


7.000.000,00 (enam juta rupiah) sampai Rp 10.000.000,00
(sepuluh juta rupiah) dan atau pelatihan tersebut jarang
diselenggarakan, maka peserta diwajibkan menjalankan ikatan
kerja selama 5 ( lima ) tahun, dan apabila karyawan tersebut tidak
memenuhi kesepakatan yang telah dibuat maka wajib
mengembalikan biaya yang telah dikeluarkan 2 ( dua ) kali lipat
dari biaya yang dikeluarkan oleh rumah sakit dan atau sponsor

3) Dengan total biaya pelatihan dan akomodasi diatas Rp


10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) dan atau pelatihan tersebut
sangat langka diselenggarakan, maka peserta diwajibkan
menjalankan ikatan kerja selama 7 ( tujuh ) tahun, dan apabila
karyawan tersebut tidak memenuhi kesepakatan yang telah dibuat
maka wajib mengembalikan biaya yang telah dikeluarkan 5 (lima)
kali lipat dari biaya yang telah dikeluarkan oleh rumah sakit dan
atau sponsor.

d. Karyawan yang mengikuti pelatihan atau seminar dengan biaya


sendiri dan mendapat ijin dari RS Ari Canti diwajibkan untuk
menerapkan dan mengembangkan ilmu yang telah didapat demi
kemajuan RS Ari Canti. Selama karyawan melakukan pelatihan
Rumah Sakit Ari Canti memberikan gaji penuh kepada karyawan yang
bersangkutan. Apabila setelah karyawan menyelesaikan pelatihan dan
Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


60

tidak kembali bekerja di Rumah Sakit Ari Canti maka karyawan


tersebut harus mengganti kerugian dengan mengembalikan gaji yang
telah diberikan selama pelatihan, dengan perhitungan (gaji yang
diterima per bulan dibagi 30 x jumlah hari kerja yang dipakai untuk
pelatihan atau seminar) atau dengan mengganti waktu untuk bekerja di
RS Ari Canti sejumlah waktu yang telah digunakan karyawan untuk
melakukan pendidikan.
16. Pemberhentian Karyawan
Ketentuan, macam dan proses pemberhentian dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perusahaan yang berlaku

17. Penilaian Kinerja Karyawan


Rumah Sakit Ari Canti sebagai rumah sakit swasta yang sudah berdiri
sejak lama tentunya memerlukan metode untuk mengevaluasi dan
menghargai kinerja yang paling umum digunakan, untuk itulah di
rumah sakit Ari Canti diperlukan penilaian kinerja untuk rumah sakit,
unit-unit dan individu-individu atau karyawan, dimana penilaian
kinerja tersebut menitikberatkan pada penilaian sebagai suatu proses
pengukuran sejauh mana kerja dari rumah sakit, unit dan orang atau
sekelompok orang dapat bermanfaat untuk mencapai tujuan yang ada.

3.2. Penilaian Kinerja Rumah Sakit


1. Kinerja Pelayanan Gizi

Tabel 3.1 Sasaran Pelayan Rumah Sakit Ari Canti


NO SASARAN TARGET
1 Ketepatan waktu pemberian ≥ 90%
makanan kepada pasien
2 Sisa makanan yang tidak termakan ≤ 20 %
oleh pasien
3 Tidak adanya kesalahan dalam 100 %
pemberian diet
Sumber : Instalasi Gizi Rumah Sakit Ari Canti

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


61

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


BAB 4
KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP,DEFINISI OPERASIONAL

4.1. Kerangka Teori


Untuk melihat mutu pelayanan gizi di rumah sakit yang terAkreditasi
Versi 2012, peneliti menggunakan pendekatan berdasarkan Kriteria Malcolm
Baldrige sebagai kerangka kerja unggulan ( healtycare criteria for Performance
Exellence framework) adalah : Kepemimpinan, Perencanaan Strategis, Fokus
Pada Pelanggan/Pasien, Pengukuran, Analisis dan Manajemen Pengetahuan,
Fokus Pada Tenaga Kerja, Fokus Pada Prosesdan Hasil kinerja organisasi
pelayanan kesehatan yang dikenal luas dan membantu keberhasilan dalam
menerapkan sistem manajemen mutu pelayanan kesehatan berkelanjutan di
Indonesia adalah

Kerangka teori penelitian ini disusun berdasarkan pada Pedoman


Pelayanan Gizi Rumah Sakit (PGRS) yang ditetapkan oleh Kemenkes (2013)
untuk menilai mutu berkelanjutan terhadap pelaksanaan standar pelayanan gizi
terAkreditasi Rumah Sakit Versi 2012 ditinjau dari Kriteria Malcolm Baldrige.

62
Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


63

7 Kriteria Malcolm Baldrige

1.Kepemimpinan

2.Perencanaan

3.Fokus
HASIL
MUTU
PELAYAN
AN GIZI
4.Pengukuran Analisis RUMAH
Dan Manajemen SAKIT
Pengetahuan

Gambar 4.1 Kerangka Kerja Kriteria


Malcolm Baldrige Untuk Peningkatan
5.Fokus Pada Kinerja Pelayanan Kesehatan

6.Fokus Pada Proses

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


64

4.2. Kerangka Konsep

Gambar 4.2 Kerangka Konsep

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


65

4.3. Definisi Operasional


Dari penelitian ini terdapat beberapa definisi operasional yang dapat
dijabarkan sebagai berikut :
Tabel 4.1 Definisi Operasional dan Variabel Penelitian
No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil
1. Kepemimpina Kriteria ini ingin 1. Telaah Check list Informasi cara
n melihat leader di dokumen pedoman memimpin
organisasi memiliki wawancara bidang
kecakapan untuk 2. Wawancara gizi RS pelayanan gizi
mengelola dan mendalam mendorong
menginspirasi staf kinerja staf dan
untuk mencapai komunikasi
keunggulan dengan unit
kinerjabagai mana lain
para leader di
organisasi
menampilkan
kapasitasnya dan
kemudian
mengkomunikasikann
ya kepada setiap
anggota.
1.1 SPM Gizi Ketentuan tentang 1. Telaah Check list Untuk
jenis dan mutu dokumen pedoman mendapatkan
pelayanan gizi dasar wawancara informasi
yang merupakan di 2. Wawancara tentang spm
peroleh setiap pasien mendalam gizi yang
secara minimal dimiliki rumah
sakit apakah
sudah dipatuhi
oleh staf
1.2 Prioritas pada Suatu keadaan 1. Telaah Check list Untuk
pelayanan memilih tindakan dokumen pedoman mendapatkan
gizi yang terbaik dalam wawancara informasi
proses asuhan gizi 2. Wawancara mengenai
untuk mencapai tujuan mendalam seberapa besar
yang diharapkan prioritas
dimana pekerjaan pelayanan gizi
yang dianggap lebih di rumah sakit
penting lebih
didahulukan dari yang
lain

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


66

No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil


2 Strategic Kriteria ini melihat 1. Telaah Check list Mendapatkan
planning bagaimanan,langkah dokumen pedoman informasi
langkah proses wawancara mengenai cara
program kerja 2. Wawancara mengembangk
mengatasi tantangan yang an program
dan memanfaatkan mendalam kerja, tujuan
keunggulan sasaran,
perumusan strategi pelaksanaan
ditetapkan dalam dan perubahan
lingkungan gizi dan yang dilakukan
mentukan indikator
dan mengukur kinerja
2.1 Sistem suatu upaya 1. Telaah Check list Mendapatkan
pelayanan memperbaiki, dokumen pedoman informasi
gizi meningkatkan wawancara apakah sistem
makanan, dietetik 2. Wawancara pelayanan gizi
kelompok, individu yang sudah berjalan
merupakan rangkaian mendalam baik atau tidak
meliputi
pengumpulan,
pengolahan, analisis,
anjuran, implementasi
dan evaluasi gizi,
makanan dan dietetik
dalam rangka
mencapai status
kesehatan optimal
dalam kondisi sehat
atau sakit.
2.2 Evaluasi Kegiatan untuk 1. Telaah Check list Tersedianya
SPM gizi mengetahui dokumen pedoman pedoman bagi
respon pasien/ klien wawancara tenaga gizi
terhadap intervensi 2. Wawancara dalam
dan tingkat yangmenda melakukan
keberhasilannya. lam pelayanan di
fasilitas
sehingga
terlaksana
pelayanan gizi
yang
berkualitas.

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


67

No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil


3 Customer Apakah cara bidang 1. Telaah Check list mendapatkan
focus pelayanan gizi dalam dokumen pedoman informasi
menerpkan program wawancara untuk
kerja untuk membina 2. Wawancara membangun
melibatkan yang pelayanan gizi
mendengarkan dan mendalam tetap tumbuh
menbangun hubungan dan
dengan pasien. berkembang
mengacu pada
standar
akreditasi
3.1 Edukasi Memberikan 1. Telaah Check list Mendapatkan
Pasien Informasi, dan dokumen pedoman informasi
pemahaman yang wawancara tentang
cukup mengenai 2. Wawancara tinggkat
metode terapi yang yang pengetahuan
digunakan serta mendalam dan pendidikan
bagaimana proses pasien
terapi tersebut di
jalankan.
3.2 Komunikasi Serangkaian kegiatan 1. Telaah Check list Mendapatkan
dengan sebagai proses dokumen pedoman informasi
pasien ( percakapan dua arah wawancara mengenai hal
konseling gizi yang dilaksanakan 2. Wawancara yang dilakukan
) oleh Tenaga Gizi. yang tenaga gizi
untuk mendalam untuk menjalin
menanamkan dan hubungan
meningkatkan dengan pasien
pengertian, sikap dan sehingga
perilaku pasien dalam terlaksana
mengenali dan pelayanan gizi
mengatasi masalah yang
gizi sehingga pasien berkualitas.
dapat memutuskan
apa yang akan
dilakukannya.

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


68

No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil


4 Measurement Pengukuran, analisis, 1. Telaah Check list Mengetahui
, analysis, and dan pengelolaan dokumen pedoman mengenai cara
knowledge pengetahuan. Kategori wawancara mengelola
management ini meneliti bagai 2. Wawancara informasi dan
mana organisasi yang menganalisis
memilih, mendalam serta
mengumpulkan, mengelola
mengatur teknologi
menganalisis, mengukur
mengelola, dan kinerjanya.
menyempurnakan
data, I nformasi, dan
asset pengetahuan
untuk mendukung
proses penyembuhan.

5. Work Force Fokus pada 1. Telaah Check list mendapatkan


Fokus sumberdaya manusia dokumen pedoman informasi
(human resources wawanncara mengenai cara
focus). Kategori ini 2. Wawancara mengelola
meneliti bagaimana yang menilai dan
organisasi mendalam mengembangk
memungkinkan staf an staf serta
mengembangkan membangun
potensi dirinya lingkungan
berinovasi dan kerja yang
bagaimana kondusif
manajemen staf
selaras dengan
objektif, strategi, dan
rencana tindakan yang
menghasilkan mutu
kinerja

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


69

No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil


5.1 Interaksi Proses dimana 1. Telaah Check list mendapatkan
dengan individu, kelompok dokumen Pedoman informasi
petugas gizi dengan kepentingan wawanncara mengenai
lainnya yang sama bergabung 2. Wawancara interaksi
untuk menangani yang petugas gizi
masalah yang mendalam lainnya apakah
teridentifikasi. Pada di sudah tercipta
efisien lingkungan
mengkomunikasikan yang kondusif
rencana, proses, dan
hasil monitoring
evaluasi kegiatan
asuhan gizi kepada
pasien dan petugas
kesehatan lain yang
menangani masalah
gizi tersebut.

5.2 Ahli gizi dan Sekelompok tenaga 1. Telaah Check list Mendapatkan
diietis yang profesi di dokumen Pedoman informasi staf
kompeten rumah sakit yang wawanncara gizi yang
terkait dengan 2. Wawancara dimiliki oleh
pelayanan gizi pasien yang rumah sakit
berisiko tinggi mendalam dan pelayanan
malnutrisi, terdiri dari yang diberikan
dokter/dokter apakah sudah
spesialis, ahli sesuai
gizi/dietisien, perawat,
dan farmasis dari
setiap unit pelayanan,
bertugas bersama
memberikan
pelayanan paripurna
yang bermutu

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


70

No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil


6 Operatio Kriteria ini mau 1. Telaah Check list informasi
fokus mengukur bagaimana dokumen Pedoman menegnai cara
instalasi gizi wawanncara mendesain
mendesain dan 2. Wawancara sistem kerja,
mengelola proses yang meningkatkan
kerja. Apakah setiap mendalam proses
alur proses sudah kinerja.menget
didesain dengan ahui
ramping dan efisien ? kesesuaian
Atau masih banyak dokumen ,
proses kerja yang SPM dengan
terlalu birokratis, tidak standar
saling terkoordinasi akreditasi
dengan baik, dan
justru menimbulkan
banyak silang

6.1 Asasment Pengkajian yang 1. Telaah Check list informasi


gizi dilakukan untuk dokumen pedoman tentang
menilai status gizi wawancara identifikasi
pasien 2. Wawancara pasien yang
yang berisiko, tidak
mendalam berisiko
malnutrisi
6.2 Skrining gizi Proses yang sederhana 1. Telaah Check list informasi
dan cepat untuk dokumen pedoman untuk
mengidentifikasi wawanncara menentukan
individu yang 2. Wawancara seseorang
mengalami yang beresiko
kekurangan gizi atau mendalam malnutrisi atau
6.3 Pemesananm Penyususunan 1. Telaah Check list Tersedianya
akanan permintaan(order) dokumen pedoman daftar
berdasarkan pedoman wawanncara pemesanan
menu disesuaikan 2. Wawancara makanan
dengan jenis penyakit yang sesuai standar
dan keadaan dari mendalam atau spesifikasi
pasien dan diawali yang telah

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


71

No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil


6.4 Variasi Prosedur merancang 1. Telaah Check list informasi
makanan bahan makanan yang dokumen pedoman tentang
terdapat dalam satu wawanncara keragaman
hidangan berbeda 2. Wawancara jenis makanan
pada tiap kali penyajia yang yang telah
mendalam ditetapkan

6.5 Kontaminasi Terdapatnya bahan 1. Telaah Check list informasi


makanan atau organisme dokumen pedoman megenai
berbahaya dalam wawanncara kepatuhan staf
makanan secara tidak 2. Wawancara terhadap SPM
sengaja. Bahan atau yang guna
organisme berbahaya mendalam menghindari
disebutkontaminan. resiko
Keberadaan kontaminasi
kontaminan dalam
makanankadang hanya
mengakibatkan
penurunan nilai estetis
dari makanan dan efek
yang lebih merugikan
seperti sakit bahkan
kematian bagi yang
mengkonsumsi
7 Result Bagaimana cara 1. Telaah Check list informasi
organisasi menguji dokumen pedoman mengenai hasil
hasil dan memastikan wawanncara mutu kinerja
bahwa mutu 2. Wawancara pelayanan gizi
pelayanan gizi baik yang serta perbaikan
serta perbaikan mendalam di areal
diseluruh areal pelayanan gizi
pelayanan gizi
meliputi hasil
penilaian akreditasi

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


72

No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil


7.1 Asuhan gizi adalah pendekatan 1. Telaah Check list informasi
terstandar sistematik dalam dokumen pedoman mengenai cara
memberikan wawanncara sistem kerja
pelayanan asuhan gizi 2. Wawancara staf gizi
yang yang meningkatkan
berkualitas yang mendalam proses kinerja.
dilakukan oleh tenaga mengetahui
gizi, melalui kesesuaian
serangkaian dokumen ,
aktivitas yang SPM dengan
terorganisir yang standar
meliputi identifikasi akreditasi
kebutuhan
gizi sampai pemberian
pelayanannya untuk
memenuhi
kebutuhan gizi.

7.2 Sisa makanan Prosentase makanan 1. Telaah Check list informasi


yang dapat dihabiskan dokumen pedoman mengenai sisa
dari satu atau lebih wawanncara makanan pada
waktu makan ( sesuai 2. Wawancara pasien
dengan pedoman yang
asuhan gizi rs) mendalam

7.3 Ketepatan Prosentase makanan 1. Telaah Check list informasi


diet penyajian yang disajikan sesuai dokumen pedoman tentang
dengan order dan wawanncara ketepatan diet
rencana asuhan 2. Wawancara yang telah
yang disajikan
mendalam

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


BAB 5
METODE PENELITIAN

5.1. Desain Penelitian


Penelitian ini adalah bersifat deskriptif analitik melalui pendekatan kualitatif
yang memberikan pemaparan dan gambaran yang jelas mengenai mutu pelayanan
gizi terakreditasi rumah sakit versi 2012 di instalasi gizi RS Ari Canti Gianyar Bali
menggali informasi melalui metode observasi, wawancara mendalam, dan telaah
dokumen untuk mengetahui mutu pelayanan gizi ditinjau dari kriteria Malcolm
Baldrige. Langkah-langkah dalam melakukan penelitian:
a. Melakukan survey awal, identifikasi sistem

b. Merancang daftar pertanyaan berdasarkan MBA

c. Wawancara terhadap tim terkait

d. Mengolah data yang didapat kemudian disesuaikan dengan kriteria MBA

e. Memberikan penilaian sesuai dengan kriteria. Penilaian dibuat sesuai dengan


ADLI dan LeTCI yang disesuaikan dengan kriteria MBA

f. Melakukan penilaian secara keseluruhan untuk mendapatkan skor akhir kinerja

g. Pembahasan untuk memberikan rekomendasi guna meningkatkan kinerja dan


mutu pelayanan gizi rumah sakit.

5.2. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di RS Ari Canti Gianyar Bali dilaksanakan pada
bulan November sampai bulan Desember 2017. Lokasi ini dipilih karena belum
pernah dilakukan penelitian tentang Analisis Mutu Pelayanan Gizi Terakreditasi
2012 ditinjau dari kriteria Malcolm Baldrige Informan Penelitia
Informan adalah orang orang yang benar benar mengetahui atau pelaku yang
terlibat langsung maupun tidak langsung dengan permasalahan penelitian, baik
secara pengalaman serta keterlibatan dalam permasalahan. Dalam penelitian ini
informan yang digunakan pada saat wawancara mendalam ada 8 informan yaitu ka
bidang penunjang, ka instalasi gizi, dan ka team jaga, telaah dokumen dilakukan

73
Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


74

terhadap ka bidang penunjang, ka instalasi gizi,ka team jaga, staf pengolah


makanan dan staf pramusaji.
5.3. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan pada penelitian kualitatif untuk merekam data
yang didapat adalah pedoman wawancara mendalam, dokumen dan data-data
terkait, alat perekam data,alat tulis dan lembar catatan di lapangan.
5.4. Sumber Data
Pengumpulan data yang akan dilakukan oleh peneliti adalah dengan
pengumpulan data primer (wawancara mendalam, observasi, diskusi kelompok
terarah) dan data sekunder (telaan dokumen)

5.4.1. Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data yang akan dilakukan oleh peneliti adalah dengan
mengumpulkan data primer (wawancara mendalam, observasi, diskusi
kelompok terarah) dan data sekunder (telaah dokumen) dengan cara sebagai
berikut :
1. Wawancara mendalam (indepth interview), dengan beberapa informan
di Bidang Pelayanan Gizi RS Ari CantiGianyar Bali dengan cara tanya
jawab sambil tatap muka dengan menggunakan perekam suara
(recorder) ataupun tanpa tatap muka (dengan media telekomunikasi
antara pewawancara dengan orang yang akan di wawancarai) dengan
menggunakan pedoman wawancara atau jika terdapat kekurangan
informasi dalam perjalanan dapat dilakukan tanpa pedoman wawancara.

2. Observasi, dilakukan untuk mendapatkan informasi berupa aktivitas,


kejadian, peristiwa dalam kondisi atau situasi tertentu di Bidang
Pelayanan Gizi RS Ari CantiGianyar Bali

3. Telaah Dokumen, dilakukan dengan melihat sejumlah fakta dari data


terkait pelayanan Gizi yang tersimpan di RS Ari Canti Gianyar Bali
yang berbentuk dokumentasi, misalnya Hal Laporan, Standar Prosedur
Operasional dan dokumen lain yang diperlukan.

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


  75

4. Diskusi Kelompok Terarah (Focus Group Discussion), ntuk


mendapatkan informasi lebih mendalam dan konsensus terkait proses
pelayanan gizi menurut Akreditasi Rumah Sakit versi 2012 Bab
Asesmen Pasien, Bab Pelayanan Pasien, Bab Pendidikan Pasien dan
Keluarga, serta penetapan scor ditinjau dari kriteria Malcolm Baldrige
yang terjadi.

5.4.2. Pengolahan Data Penelitian Kualitatif


Setelah data diperoleh, tahapan selanjutnya adalah pengolahan
data. Pengolahan data dilakukan dengan membuat transkrip wawancara dari
hasil wawancara mendalam dan kemudian membuat matriks wawancara
pada masing-masing kelompok informan.
Dalam rangka melakukan verifikasi data, dilaksanakan triangulasi
data untuk mendapatkan data yang valid dengan memeriksa kebenaran
informasi yang didapat di lapangan. Triangulasi dilakukan dengan Cara,
yaitu:
a. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber dilakukan dengan cara membandingkan hasil data
primer dengan data sekunder.

b. Triangulasi Metode
Triangulasi metode dilakukan Dilakukan melalui wawancara mendalam
dengan narasumber.

c. Triangulasi Data
Triangulasi data dilakukan melalui telaah dokumen dan data sekunder
yaitu data Bab Asesmen Pasien(AP), Bab Pelayanan Pasien (PP) dan
Bab Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK),

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


76

5.4.3. Analisis Data Kualitatif


Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan
mengorganisasikan data, memilah menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensintesiskan, mencari dan menemukan pola, menemukan hal yang
penting dan dapat dipelajari, serta memutuskan hasil yang dapat ditampilkan
(Bogden dan Biklen, 1982 dalam moleong, 2016). Dengan demikian dapat
dikatakan pula bahwa analisis data merupakan proses mengorganisir dan
mengurutkan data kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga
dapat ditemukan tema dan dirumuskan hipotesis kerja seperti yang didapat
dari data. Adapun tahapan analisis data kualitatif adalah sebagai berikut
(McDurry, 1999 dalam moleong, 2006) :
a. Membaca atau mempelajari data, menandai kata-kata kunci, dan
gagasan yang ada dalam data.
b. Mempelajari kata-kata kunci tersebut dan berupaya menemukan tema
yang berasal dari data.
c. Menulis model yang ditemukan.
d. Coding yang telah dilakukan.
Dalam penjelasan tersebut, dapat dipahami bahwa analisis data
penelitian dapat dikemukakan sebagai proses serta komponen-komponen
yang harus ada dalam analisis dari hasil data yang telah diolah

5.4.4. Etika Penelitian


Penelitian ini akan melalui kaji etik terlebih dahulu di Departemen
Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia, dan melalui proses perijinan penelitian di Rumah
Sakit Ari Canti Gianyar. Setelah lolos kaji etik dan perijianan, maka ketika
telah dilakukan wawancara mendalam, informan akan dimintakan
persetujuan setelah penjelasan (informed consent). Kerahasian data
informan juga terjamin dan informan tidak akan teridentifikasi secara
individu.

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


BAB 6
HASIL PENELITIAN

6.1. Penyajian Hasil Penelitian

Pada bab ini akan disajikan hasil penelitian terhadap mutu pelayanan gizi rumah
sakit terakreditasi versi 2012 di instalasi gizi RS Ari Canti Gianyar Bali. Hasil
penelitian diperoleh dari wawancara mendalam (indepth interview) terhadap seluruh
Kriteria Malcolm Baldrige dan memasukkan elemen penilaian pelayanan gizi menurut
Akreditasi RS versi 2012 khususnya Bab Asesmen Pasien(AP), Bab Pelayanan Pasien
(PP) dan Bab Pendidikan Pasien dan Keluarga (PPK) di Rumah Sakit Ari Canti
Gianyar.
Dilanjutkan observasi terhadap proses kerja, telaah dokumen sebagai bentuk
pelaksanaan serta data pendukung dari proses administrasi untuk mendapatkan
informasi lebih mendalam terkait pelayanan gizi menurut Akreditasi Rumah Sakit Versi
2012 juga untuk memperoleh data terkait proses dan penetapan kriteria Malcolm
Baldrige di Bidang Mutu Pelayanan gizi di instalasi gizi RS Ari Canti Gianyar Bali.
Penyajian hasil penelitian akan ditampilkan dalam bentuk narasi, gambar, tabel
dan grafik yang menggambarkan informasi kondisi saat ini di Bidang Mutu Pelayanan
gizi di instalasi gizi RS Ari Canti Gianyar Bali, dimana hasil yang didapatkan melalui
proses tahapan pengumpulan data.

6.2. Sumber Daya Manusia


SDM di Instalasi Gizi Rumah Sakit ari Canti berjumlah 31 (tiga puluh satu) orang.
Seluruh SDM di Instalasi Gizi terlibat langsung dalam kegiatan penyelenggaraan
makanan. Tidak ada pengelompokan tugas dalam pelaksanaannya. Semua berperan
sebagai pelaksana baik pengolahan makanan maupun penyajian makanan ke pasien.
Kepala Tim Instalasi Gizi berfungsi sebagai koordinator tugas. Menurut Surat
Keputusan Direktur Rumah Sakit Ari Canti uraian tugas Kepala Tim Instalasi Gizi yaitu
mengkoordinir dan bertanggung jawab terhadap:Perencanaan bahan makanan setiap
bulan
1. Mencatat kebutuhan pengadaan bahan makanan pasien setiap hari.
2. Pembuatan siklus menu per tahun untuk pasien rawatinap.

77
Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


78

3. Pengkajian diet pasien sesuai kebutuhannyamasing-masing


4. Pengolahan dan pendistribusian makanan pasien rawat inap sesuai dengan penyakit
5. Pelayanan konsultasi gizi kepada pasien rawat inap dan rawat jalan
6. Pelaporan kegiatan dan evaluasi unit Gizi setiap bulan
Kebutuhan tenaga di Bagian Gizi berdasarkan atas beban kerja. Distribusi
ketenagaan di Bagian Gizi adalah sebagai berikut:
Tabel 6.1 Kebutuhan tenaga di Instalasi Gizi

NO. PENDIDIKAN JUMLAH JABATAN


1. D3 Gizi 1 orang Kepala Instalasi Gizi
2. D3 Gizi 4 orang Kepala Tim
4. SMK / SMA 13 orang Tenaga Pengolah
5. SMK / SMA 13 orang Tenaga Pramusaji
JUMLAH 31 orang
Sumber : Tabel Pendoman Pelayanan Gizi
Bagian Gizi RS Ari Canti memberikan pelayanan selama 24 jam kepada pasien
rawat inap. Pengaturan jadwal jaga adalah sebagai berikut:
Tabel 6.2 Jadwal Pelayanan Gizi RSAC

PAGI SORE MALAM


Ahli Gizi 2 orang 1 orang 1 orang
Pengolah Makanan 4 orang 3 orang 3 orang
Pramusaji 4 orang 3 orang 3 orang
Jumlah 10 orang 7 orang 7 orang
Sumber : Tabel Pendoman Pelayanan Gizi

6.3. Tinjauan Penilaian Kriteria Malcolm Baldrige

6.3.1. Kepemimpinan
Secara keseluruhan, kriteria kepemimpinan ini mendeskripsikan dan menilai
bagaimana pemimpin bisa membimbing dan mempertahankan Bidang Pelayanan Gizi,
mengatur visi, misi, dan nilai dari Bidang Pelayanan Gizi dan pencapaian unit,
berkomunikasi dan melibatkan seluruh tenaga kerja dan pelanggan, membuat tindakan
yang berfokus untuk meningkatkan kinerja Bidang Pelayanan Gizi, membangun
hubungan yang baik di dalam lingkungan rumah sakit guna mencapai mutu pelayanan
dan tujuan Bidang Pelayanan Gizi.
Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


  79

a. Kebijakan dan SPM Gizi


Untuk penetapan kebijakan di pelayanan gizi terutama yang berhubungan
dengan akreditasi rumah sakit, pimpinan Bidang Pelayanan gizi ikut terlibat dalam
penentuan hasil draf kebijakan yang akan diajukan ke Direktur RSAC. Biasanya
Kasatpel Asuhan Mutu Pelayanan Gizi yang menyusun draf kebijakan Gizi,
kemudian akan dibaca dan diberi masukan atau langsung disetujui sebelum diajukan
ke Direktur RS. Hal ini tersirat dari kutipan wawancara berikut ini :
“Saya memang mendapat tugas dari Ibu Kabid untuk bikin draf semua
kebijakan pelayanan gizi, termasuk SPM-SPM, SAK.Kalau Ibu Kabid sudah sesuai,
beliau Acc selanjutnya diajukan ke Direktur. Astungkare sejauh ini sudah ada
semua kebijakan dan dokumen yang diperlukan untuk persiapan survey verifikasi
akreditasi” (Informan 3)
Pada kriteria kepemimpinan senior ini dideskripsikan bagaimana kebijakan
pemimpin membimbing dan berkomunikasi dengan Bidang Pelayanan Gizi dengan
melibatkan seluruh staf Gizi dan pasien sesuai dengan visi, misi dan tujuan untuk
mencapai budaya mutu pelayanan Gizi di Rumah Sakit Ari Canti. Dari aspek
pengetahuan tentang visi, misi dan tujuan unit,didapatkan hasil wawancara
mendalam dari staf Bidang Pelayanan Gizi, namun untuk mendapatkan sudut
pandang yang berbeda, pertanyaan kriteria ini juga ditanyakan kepada staf lainnya.
Seperti yang diutarakan beberapa informan sebagai berikut:000
“Visi, misi dan tujuan Bidang Pelayanan gizi kan sebenarnya turunan dari
visi, misi dan tujuan RS dibeberapa tempat di dinding juga ditempel ya visi,
misi, dan tujuan Bidang Pelayanan gizi seperti di ruangan rapat bidang
pelayanan gizi, ruang penyajian Ya secara tidak langsung jadi ingat lagi visi,
misi Bidang Pelayanan gizi” (Informan 1)
“kadang-kadang juga di rapat internal sering dibacakan ya visi, misi, dan
tujuan Bidang Pelayanan Gizi. Kalo visi dan misi saya hafal, tapi kalo tujuan itu
lupa-lupa ingat. Kalo tujuan jarang disebut sih ya” (Informan 5) “Astungkare
saya hafal, (Informan6)
Mengenai bagaimana komunikasi dan bentuk media komunikasi yang sudah
dijalankan di dalam Bidang Pelayanan Gizi dari staf ke Kepala Bidang Pelayanan
Gizi, dan bagaimana membangun hubungan yang baik dalam lingkungan kerja,

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


80

didapatkan hasil bahwa komunikasi antara staf dengan Kepala Bidang Pelayanan
Gizi berjalan dengan baik, seperti yang dikutip dalam wawancara sebagai berikut :
“yang rutin itu rapat bulanan bidang pelayanan gizi yang dihadiri semua
staf gizi, terus juga ada rapat bulanan, nah disana itu biasanya kami sering ikut,
disampaikan lah itu semua keluhan dan progres yang dicapai, ada lagi itu
conferens pagi pas aplusan jaga“seperti sekarang ini ya, kan lagi dalam
persiapan survey verifikasi akreditasi ya, sering sekali Bidang Pelayanan gizi
itu kumpul untuk sosialisasi. (Informan 2)
“sistem komunikasinya sih sudah bagus ya, seperti ibu dengan anak kalo
saya bilang, beliau mengawasi dan memberi saran untuk program, saling
membantu dengan tanggung jawab, biasanya juga ada rapat itu, ada agendanya
kan, misal rapat Bidang Pelayanan Keperawatan dengan Pelayanan gizi
sebulan sekali, di rapat itu dibahas masalah dan capaian selama sebulan, nanti
hasil rapat diberitahukan ke semua staf perawat dan gizi kadang-kadang juga
lewat komunikasi dengan memo internal ya, biasa terkait tugas yang segera
ditindak lanjuti” (Informan 4)
Dari hasil wawancara mendalam di atas didapatkan bahwa dalam hal
komunikasi di dalam Bidang Pelayanan Gizi tidak terdapat kendala dan hambatan,
hubungan antara pimpinan Bidang Pelayanan Gizi dengan staf gizi pelaksana dan
kepala ruangan berlangsung dalam komunikasi yang baik.
Lingkungan kerja di Bidang Pelayanan Gizi juga terbilang harmonis, hubungan
antara pimpinan Bidang Pelayanan Gizi dengan staf gizi dan kepala ruangan atau
sebaliknya sudah berjalan dengan baik. Tipe kepemimpinan yang ada di Bidang
Pelayanan gizi sesuai hasil wawancara informan didapat bahwa kepemimpinan
bersifat partisipatif, mau menerima masukan, mendorong budaya kerja, dan
memberikan solusi permasalahan.
saya bilang pola kepemimpinan Ibu itu seperti ibu dan anak, mengayomi
meskipun kadang sering tegas ya, mungkin karena beliau orang berumur kali
ya, jadi tegas begitu. Memberikan masukan dan mau menerima saran dari
bawahannya” (Informan 4) “Sistem kepemimpinan Ibu Kepala Instalasi itu
sudah cukup bagus ya, saling membantu, terbuka dengan saran masukan, ikut

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


  81

terlibat dalam program, bahkan kalo saya bilang ‘sangat terlibat’ dalam
pencarian solusi permasalahan” (Informan 5)
Pendekatan kepemimpinan senior di Bidang Pelayanan Gizi terhadap unit kerja
lain sudah dilakukan sepenuhnya, koordinasi lintas program dilaksanakan dengan
supervisi dari Direktur RS. Hal ini sesuai dengan kutipan wawancara sebagai
berikut:
“Ya sekarang kan lagi proses perapihan surat-surat dan dokumen
kebijakan karena mau survey verifikasi akreditasi, sekarang sih sudah selesai
kebijakan-kebijakan gizi yang diperlukan. Sebelum ini, biasanya kami akan
menyusun draf dulu SPM atau kebijakannya, nanti diserahkan ke Kabid untuk di
acc, baru diajukan ke Ibu Direktur” (Informan 4)
Berdasarkan Hasil Skoring Kepemimpinan Senior diperoleh 17,5 dari total
kesempurnaan 70 poin.

b. Prioritas pada Pelayanan Gizi


Prioritas saat ini di Bidang Pelayanan Gizi adalah bagaimana mampu melayani pasien
gizi dengan baik, meminimalkan keluhan dan konflik dalam pelayanan pasien. Program
kerja dikomunikasikan dalam setiap rapat koordinasi, baik di manajemen Bidang Pelayanan
Gizi ataupun di tiap - tiap ruangan gizi.
Pada kriteria tata kelola dan tanggung jawab sosial ini mendeskripsikan bagaimana
Bidang Pelayanan Gizi membangun hubungan dengan unit lain di dalam rumah sakit. Dari
hasil gambaran pelayanan Gizi Rumah Sakit Ari Canti menurut Akreditasi Rumah Sakit
Versi 2012 khususnya Bab Asasmen Pasien, Bab Pendidikan Pasien dan Keluarga, serta
Bab Pelayanan Pasien.
Didapatkan bahwa dalam pengelolaan Bidang Pelayanan Gizi Rumah Sakit Ari
Canti telah dilakukan dengan baik, dimana jika diukur menurut Standar Akreditasi
Rumah Sakit versi 2012 telah memperoleh rata-rata pencapaian di atas 80% atau
melewati syarat minimal kelulusan yang diinginkan oleh Tim Pokja Akreditasi
Rumah Sakit Ari Canti.
Dalam tanggung jawab sosial atas Asasmen Pasien, pendidikan pasien dan
keluarga, serta kegiatan Pelayanan pasien di ruang gizi, Kepala Bidang Pelayanan
Gizi beserta tiga Kasatpel di bawahnya terlibat dalam proses evaluasi pelayanan gizi

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


82

baik secara langsung dua arah, mengeluarkan SPM, atau melalui rapat koordinasi
internal. Hal ini terlihat dari kutipan wawancara sebagai berikut:
“Kalau ada keluhan pasien atas pelanggaran hak sosialnya sebagai
pasien dan keluarga, atau kebutuhan edukasi pasien dan keluarga di ruang
perawatan, biasanya dalam rapat bulan jadi bahan evaluasi pelayanan,
biasanya dikomunikasikan langsung ya oleh Kasatpel penanggung jawab
ruangan itu atau bahkan juga bisa langsung oleh Kabid” (Informan 3).
“Memang untuk evaluasi pelayanan gizi, kita berusaha berproses untuk
mengeluarkan panduan atau SPM dan sosialisasi ke staf gizi di bawah agar
keluhan atau temuan yang jadi bahan evaluasi saat rapat itu bisa diminimalisir
dan tidak terjadi lagi” (Informan 1)
Dalam skoring ini dapat dilihat bahwa peran dari pimpinan RSAC dalam tahap
membangun, mengarahkan dan juga mengupayakan agar pencapaian mutu
pelayanan gizi menurut Akreditasi Rumah Sakit versi 2012 dapat menjadi bagian
yang integral dan mendukung pelayanan kesehatan yang bermutu di rumah sakit.
Bidang Pelayanan Gizi RSAC membangun hubungan pendekatan dengan unit
kerja lain di dalam rumah sakit, dan berdasarkan penilaian yang dilakukan sejauh ini
kerja sama tersebut dapat dilaksanakan dengan baik tanpa kendala yang berarti.
Hasil skoring pada kategori tata kelola dan tanggung jawab sosial diperoleh skor 20
dari skor total kesempurnaan 50.
6.3.1. Perencanaan Strategis
Dalam kriteria perencanaan strategis ini dideskripsikan dan dinilai cara
mengembangkan tujuan Bidang Pelayanan Gizi, mendeskripsikan kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman (Strength- Weakness-Opportunity-Threat/SWOT) dari Bidang
Pelayanan Gizi, membuat program kerja, melaksanakan, memonitoring dan
mengevaluasi bagaimana implementasi dari program kerja yang telah dilaksanakan di
Bidang Pelayanan Gizi.
a. Sistem Pelayanan
Dari hasil wawancara mendalam, telaah dokumen dan observasi didapatkan
bahwa sistem Pelayanan Gizi belum memiliki rencana strategis (renstra) gizi, belum

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


  83

pernah melakukan pendekatan analisis SWOT dalam menyusun renstra gizi, namun
sudah memiliki Program Kerja Bidang Pelayanan Gizi yang tertulis.
Prioritas saat ini di Bidang Pelayanan Gizi adalah bagaimana mampu
melayani pasien gizi dengan baik, meminimalkan keluhan dan konflik dalam
pelayanan pasien. Program kerja dikomunikasikan dalam setiap rapat koordinasi,
baik di manajemen Bidang Pelayanan Gizi ataupun di tiap - tiap ruangan gizi.
Dalam pelaksanaan program kerja menjadi Aksi sudah dilakukan dengan
inovasi dan penyesuaian dengan keadaan di lapangan, seperti rotasi staf gizi yang
lebih cepat untuk memenuhi pelayanan gizi supervisi pelayanan oleh Kabid
penunjang dan kepala instalasi Gizi tidak hanya dalam rapat bulanan tetapi juga ikut
serta dalam konferensi pagi.
Dalam kriteria pengembangan strategi ini didapatkan hasil informasi
mengenai bagaimana membuat dan mengembangkan rencana kerja Bidang
Pelayanan Gizi yang disampaikan oleh Kepala Bidang Pelayanan Gizi, lebih
menekankan pada kualitas pelayanan gizi meskipun dengan keterbatasan jumlah staf
gizi dibandingkan beban kerja ideal staf gizi. . Hal ini terlihat dari kutipan
wawancara sebagai berikut:
“Strategi kita saat ini itu untuk mengutamakan pelayanan dulu,
meminimalkan keluhan/complain. Rekrutmen SDM gizi terus kita coba penuhi
karena ada pembukaan layanan baru (gedung baru), untuk pelatihan gizi sudah
dibuatkan rencana ke bagian SDM, karena ngejar kebutuhan re survey
akreditasi kan” (Informan 1)
“Untuk program kerja sudah ada bu…, kalau renstra gizi masih dalam
pengembangan, belum dibuat secara khusus. Yang paling mendesak itu adalah
kebutuhan jumlah staf SDM gizi. Kita beban kerja disini itu gak ideal,Saya juga
pagi-pagi sudah harus bantuin di pelayanan, jam 11 agak longgar saya
kelogistik saya monitoring dulu, supervisi, nanti jam 2 an kalo sudah selesai di
semua, baru masuk ke manajerial gizi” (Informan3)
ibat dan juga begitu, tergantung bidang masing-masing sih, untuk analisis
SWOT setahu saya belum ada, untuk rencana anggaran kan dari atasan ya, ada
pengajuan kan, ada evaluasi serapan bagaimana” (Informan4)

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


84

Hasil skoring pada kategori Pengembangan Strategi diperoleh skor 11,5


dari skor total kesempurnaan 40.
b. Evaluasi SPM Gizi
Dalam evaluasi pelaksanaan strategi, atau pelaksanaan, pengawasan dan
evaluasi dari program kerja di Bidang Pelayanan Gizi sudah berjalan secara tertulis
meskipun belum menyeluruh, sasarannya sudah jelas, sebagian indikator mengukur
keberhasilan atau capaian Bidang Pelayanan Gizi sudah dilakukan, khususnya
Perencanaan asuhan gizi sesuai dengan standar pelayanan, Ketepatan diet yang
disajikan, ketepatan waktu penyajian dan sisa makananan menurut Direktur RSAC.
Berikut pernyataan dari hasil wawancara mendalam :
“kalo evaluasi pelaksanaan program kerja kan kita ambil dari laporan
bulanan kepala ruangan, evaluasi kerja staf gizi dari sana kita ambil untuk
memperkaya evaluasi program kerja, untuk indikator keberhasilan sudah ada,
tapi belum semua, kita lebih fokus kepada pelayanan dulu, Kasatpel juga masih
ikut bantu-bantu pelayanan,(Informan1)
Dari hasil observasi di lapangan di dapat bahwa Bidang Pelayanan Gizi
menjalankan beberapa kegiatan di program kerja, terutama yang berhubungan
dengan peningkatan pelayanan kepada pasien dan pelatihan peningkatan kompetensi
ahli gizi. Perencanaan adalah suatu proses yang berurutan yang memberikan arah
kepada organisasi, membantu organisasi untuk berubah dan membantu untuk
ketidak pastian.
Hasil dari proses perencanaan strategis adalah suatu rencana atau
strategi.Memiliki perencanaan strategis dapat meminimalisir risiko kesalahan atau
kegagalan terhadap implementasi program kerja.Perencanaan strategis
mengantisipasi masalah yang timbul sebelum masalah itu muncul dan juga
membantu pimpinan untuk mengenali risiko dan kesempatan.
Sehingga dengan perencanaan strategis, Bidang Pelayanan Gizi dapat terus
meningkatkan kualitas pelayanan gizi yang berkesinambungan dan terintegrasi
dengan unit lain sebagai satu kesatuan rumah sakit. Berdasarkan hasil skoring pada
kategori Pengembangan Strategi diperoleh skor 16 dari skor total kesempurnaan 40.

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


  85

6.3.2. Fokus PadaPelanggan/Pasien


Kriteria fokus pada pelanggan/pasien di Bidang Pelayanan Gizi adalah
bagaimana Bidang Pelayanan Gizi membangun hubungan pelanggan/pasien,
mendengarkan keinginan pelanggan/pasien dan pemangku kepentingan, membina
komunikasi dan hubungan yang baik sehingga dapat mengidentifikasi dan menciptakan
inovasi baru dan untuk mencapai mutu pelayanan yang baik.

a. Edukasi Pasien
Pendekatan yang digunakan adalah bagaimana menilai dan mendeskripsikan
kebutuhan pasien, memberikan pelayanan yang bermutu kepada pasien, dan memastikan
bahwa pasien tetap loyal terhadap pelayanan yang diberikan oleh Bidang Pelayanan Gizi
Rumah Sakit Ari Canti, tidak berpindah ke rumah sakit lain.
Pemberian edukasi penyuluhan, motivasi, dan konseling gizi pada klien/pasien dan
kelarganya sangatlah penting karena hal ini merpakan salah satu cara untuk mempercepat
proses kesembuhan pasien. Selain itu edukasi penting sebagai bekal pasien ketika pulang
dari rumah sakit untuk kelanjutan proses penyembuhan dan supaya penyakit yag diderita
tidak kambuh lagi atau tidak semakin parah (Fatimah dkk, 2007; Murti 2006).

Terkait dengan pemberian edukasi, penuluhan, motivasi, dan konseling gizi pada klien/
pasien dan keluarganya disampaikan oleh salah satu informan yang diwawancarai berikut
kutipan yang disampaikan :

“... salah satu fungsi ahli gizi adalah memberikan edukasi kepada pasien ,
saya biasanya memberikan edukasi ke pasien mengenai diet gizi lewat diskusi saja, saya
tidak menggunakan alat batu seperti leaflet, brosur lembar balik dan lain- lain, kalau
petugas gizi biasanya yang memebrikan leaflet kepada pasien mengenai dietnya”

Informasi yang diperolah dari hasil wawancara dan observasi dapat diketahui bahwa
peran petugas gizi dalam memberikan edukasi, penyuluhan, motivasi, dan konseling gizi
pada klien/ pasien dan keluarganya pada prinsipnya sudah berjalan baik tetapi belum
maksimal belum semua pasien mendapatkan pelayanan ini karena banyak kendala yang
disebabkan salah satunya tidak imbangnya antara petugas gizi dengan jumlah pasien dan
perbandingan jumlah pasien atau tempat tidur dengan jumlah tenaga kesehatan khususnya
petugas gizi. Data RSAC Tahun 2017 menyebutkan bahwa jumlah tenaga kesehatan secara
keseluruhan + 508 tenaga, dan petugas gizi hanya 31 orang dengan perbandingan jumlah
tempat tidur adalah 144.

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


86

Suara pelanggan/pasien di Bidang Pelayanan Gizi RSAC diidentifikasi melalui


survei kepuasan pasien dan juga pengelolaan keluhan pelayanan. Survei kepuasan
dilakukan secara konsisten oleh Bagian Umum dan Pemasaran sejak Rumah Sakit
Ari Canti mulai aktif memberikan pelayanan, dengan mengalami inovasi
penyesuaian mengikuti perkembangan kebutuhan RS.
Pengelolaan keluhan pasien/keluarga yang disampaikan langsung ke bagian
humas atau staf gizi di lapangan juga dilakukan sebagai usaha responsif terhadap
kebutuhan pelayanan. Bagian Umum dan Pemasaran melakukan survei kepuasan
pasien untuk mengetahui kebutuhan pasien dan pasar. Selanjutnya dilakukan
pengolahan data hasil survei.
Hasil survei yang sudah diolah selanjutnya akan dikoordinasikan dengan
Direktur dan unit pelayanan terkait, termasuk Bidang Pelayanan Gizi, untuk
didiskusikan dan dicarikan solusi pemecahan masalah dan peningkatan mutu
pelayanan gizi.
Selain menggunakan survei kepuasan, identifikasi suara pasien dalam
pelayanan gizi adalah dengan menjadi pendengar yang baik atas semua keluhan
pasien/keluarga dalam pelayanan gizi.Meskipun SPM Penanganan Keluhan/Konflik
Pelayanan belum resmi ditetapkan RS, setiap staf gizi Rumah Sakit Ari Canti telah
disosialisasikan agar menjadi pendengar yang baik, serta menjaga etika dan
komunikasi ke pasien. Berikut kutipan dari wawancara mendalam:
“kebijakan resmi untuk penanganan keluhan resmi itu sudah ada, SPM
juga ada, tingkat kepuasan pasien itu termasuk ke dalam Key Performance
Indikator (KPI) nya Direktur. Sehingga setiap realisasi tingkat kepuasan pasien
di bawah target KPI menjadi perhatian khusus bagi Bu Direktur” (Informan 1)
“Disini itu setiap pasien rawat inap akan pulang, maka akan diberikan
survei kepuasan. Nanti survei kepuasan dikumpulkan dalam kotak saran,
kemudian dibikin rata-rata dan grafiknya oleh bagian pemasaran, dan
disampaikan sebagai laporan kepada. Semua hasil survei kepuasan pelayanan
Gizi dan keluhan pasien/keluarga terhadap pelayanan gizi menjadi bahan
evaluasi Bidang Pelayanan Gizi untuk memberikan pelayanan yang lebih baik

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


  87

dan bermutu menurut Standar Akreditasi Rumah Sakit versi 2012. Salah satu
fakta yang dapat dijadikan ukuran keloyalan pasien terhadap pelayanan rumah
sakit dapat dilihat pada laporan data kunjungan pasien pada tahun 2017 sebagai
berikut.
Laporan Kunjungan Rawat Inap 2017
BULAN
No Jenis Kegiatan
Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
1 ACHC 13 14 9 10 16 13 11 18 8 8 10 4
2 BPJS 376 350 368 340 378 402 372 454 488 478 469 439
3 IKS 88 66 70 71 70 63 48 60 71 61 61 51
4 UMUM 275 298 360 333 343 315 264 282 289 330 254 257
TOTAL 752 728 807 754 807 793 695 814 856 877 794 751

Sumber : Rekam Medik Rumah Sakit Ari Canti

Berdasarkan data tabel diatas kunjungan rawat inap pada tahun 2017 setiap bulannya
mengalami kenaikkan dan kunjungan terbanyak terjadi pada bulan oktober yaitu
sebanyak 877 pasien. Hasil skoring pada kategori Suara Pelanggan/Pasien diperoleh
skor 18 dari skor total kesempurnaan 40.

b. Komunikasi dengan Pasien


Pada kriteria keterlibatan pasien ini menggambarkan bagaimana Bidang Pelayanan
Gizi melibatkan pasien/pelanggan dalam pemberian pelayanan yang bermutu di pelayanan
gizi Rumah Sakit Ari Canti. Bidang Pelayanan gizi Rumah Sakit Ari Canti.menerapkan
suara pelanggan yang langsung ditangani oleh Bagian Umum dan Pemasaran.Survei ini
masih terpusat menjadi satu kesatuan dengan rumah sakit.

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


88

Sistem tersebut sudah diterapkan, pelanggan/pasien dapat terlibat dalam


menjamin pemberian pelayanan gizi yang bermutu dengan mengajukan
keluhan/komplain atau apapun mengenai pelayanan gizi yang diberikan Rumah
Sakit Ari Canti baik secara langsung, melalui kotak saran, dengan mengirimkan
SMS, Whatsapp, atau melalui media sosial lainnya.
Komplain/keluhan tersebut langsung akan diproses agar mendapatkan
kepuasan dan loyalitas pelanggan/pasien, proses tersebut menunjukkan adanya
evaluasi dan perbaikan melalui pemecahan komplain pelanggan/pasien, misalnya
keluhan mengenai rasa yang kurang enak pada makanan atau pelayanan gizi yang
tidak sesuai, maka pihak rumah sakit segera mengambil tindakan untuk segera
memperbaiki atau mencari kebenaran informasi tentang pelayanan gizi yang tidak
sesuai tersebut untuk mendapatkan klarifikasi, dan bahkan mencari inovasi agar hal
tersebut tidak terulang kembali. Berikut kutipan wawancara:
“jika ada pasien yang komlin tentang cita rasa makanan akan ” (Informan
3) “ dari Tim berusaha sosialisasi langsung ke ruangan-ruangan. Untuk pasien
dan keluarga biasanya kita sosialisasi saat di ruang rawat inap misalnya
tentang cuci tangan” (Informan 8)
Dari hasil penelitian pada kriteria focus pada pelanggan/pasien di Bidang
Pelayanan gizi dan dilakukan penilaian terhadap dimensi proses, maka kriteria fokus
pada pelanggan/pasien memperoleh skor 18 dari total skor kriteria Malcolm Baldrige
yaitu 45 poin. Dari hasil skor Kriteria Malcolm Baldrige tersebut disimpulkan bahwa
Bidang Pelayanan Gizi sudah melakukan pendekatan yang efektif, responsif dan
sistematis melalui analisis survei kepuasan pasien, penyampaian keluhan pelayanan,
dan memberikan kesempatan pasien/keluarga untuk terlibat dalam menjaga mutu
pelayanan gizi sesuai dengan Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 khususnya
BabAP ,PPK dan PP,serta memastikan bahwa pasien tetap loyal terhadap pelayanan
gizi Rumah Sakit Ari Canti.

6.3.3. Pengukuran, Analisis dan Manajemen Pengetahuan


Kriteria pengukuran, analisis dan manajemen pengetahuan di Bidang
Pelayanan Gizi yaitu mengelola data menjadi informasi yang diperlukan oleh Bidang
Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


  89

Pelayanan Gizi sehingga dapat bermanfaat bagi mutu pelayanan gizi Rumah Sakit Ari
Canti
a. Telaah dokumen dan wawancara terhadap informan pelaksana pelayanan gizi
Dari hasil wawancara mendalam dan observasi di lapangan didapatkan bahwa
dalam proses administratif pasien Rumah Sakit Ari Canti sudah menggunakan
Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) yang belum terintegrasi dengan seluruh
pelayanan yang ada di rumah sakit.
“Disini belum semua pelayanan administratif pasien ter cover sama SIRS.
Karena pelaksanan dilakukan bertahap akan tetapi saat ini pihak RS dalam
proses penggarapan modul untuk menyempurnakan data karena penyedianya
cukup profesional. Tiap tahun ada penambahan kuota servernya” (Informan 2)
“Laporan bulanan masih manual dan belum terkomputerasi. Kami sudah
mengusulkan untuk mengintegrasikan dengan data pelayanan, misalnya pasien
baru datang sehingga muncul di system untuk permintaan ketersediaan
makananya” (Informan 8)
Dari data di atas, disimpulkan bahwa rumah sakit dalam mengukur,
menganalisis dan memperbaiki kinerjanya melalui data dan informasi belum dapat
dikatakan efektif, Pendekatan ini masih dirasa belum optimal, karena penyebaran
data bervariasi di unit pelayanan rumah sakit, terutama untuk keperluan akreditasi
rumah sakit masih ada yang belum terintegrasi dengan SIRS. Berdasrakan hasil
skoring pada kategori Pengukuran, Analisis dan Peningkatan Kinerja Organisasi
diperoleh skor 18 dari skor total kesempurnaan 45.
b. Manajemen Pengetahuan, Informasi dan Teknologi Informasi
Rumah sakit memiliki sistem informasi rumah sakit yang belum mampu
mencakup seluruh kebutuhan informasi pelayanan kepada pasien. Termasuk
instalasi gizi belum tersentuh Sistem teknologi informasi ini, yang secara umum
bertujuan untuk memenuhi kebutuan manajemen dalam rumah sakit terkait dengan
pengelolaan informasi secara komputerisasi.
Pendekatan menggunakan SIRS yang terintegrasi, ketepatan data, integritas
dan kehandalan dipercayakan kepada pihak penyedia IT. Rumah Sakit Ari Canti
menggunakan sistem SANATA. Pengolahan dan penyebaran data SIRS terintegrasi
disediakan per unit pelayanan secara bertahap serta menggunakan otorisasi
Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


90

Pemimpin RS tanpa ada kesenjangan yang signifikan. Evaluasi dan pembelajaran


melalui data SIRS dilakukan per unit pelayanan. Saat ini belum ada unit khusus di
Rumah Sakit ARI Canti sebagai pengolah data program dan informasi.
“software di instalasi gizi belum berjalan maksiml, terkait stok order
masih menggunakan data manual. Untuk saat ini RS sedang proses
penggarapan modul khuus gizi sehingga memudahkan staf gizi dalam menginput
diit pasien( menghindari faktor lupa )” (Informan1)
Berdasarkan hasil penelitian pada kriteria pengukuran, analisis dan manajemen
pengetahuan diperoleh skor 20,25 dari total skor pada kriteria ini yaitu 45 poin

6.3.4. Fokus Pada Tenaga Kerja


Sistem pengembangan SDM yang dijalankan oleh rumah sakit disesuaikan
dengan kebutuhan rumah sakit dan jenis pengembangannya disesuaikan dengan rencana
atau program kerja.Pada saat ini, Rumah 5aya didukung oleh pimpinan Rumah Sakit Ari
Canti untuk pencapaian akreditasi rumah sakit.Mulai dari sosialisasi, pelatihan, dan juga
bimbingan akreditasi sebagai kebutuhan persyaratan akreditasi.
a. Interaksi dengan Petugas Medis lainnya

Sistem kolaborasi diruang rawat inap RSAC diwujudkan dengan adnya kerja
sama antar tenaga kesehatan diruang perawatan. Setiap profesi melakukan tugasnya
dengan pasien kemudian mencatat intervensi dan perkembangan pasien di catatan
medis. Kendala yang biasa terjadi di ruang rawat inap RSAC karena komunikasi
dilakukan secara lisan masih kurang. Tidak selau ahli gizi bias bertemu dengan
dokter yang biasanya melakukan visit pagi pada pasien sedangkan ahli gizi siang
hari. Biasanya dokter akan menghubungi ahli gizi melaui telepon untuk berdiskusi
melalui telepon ataupun perawat yang berjaga 24 jam diruang perawatan . sebagai
informan ahli gizi memberikan penjelasan sebagai berikut :
“Kolaborasi dengan ketemu tatap muka mungkin bisa dibilang susah ya kalo
liat kesibukan dokter sibuk kan bisa datang jam 9 besok bias jam 3 sore baru
datang. Biasanya kita lewat perawat. Nah disitu ada juga formulir asuhan gizi kita
udah nyatet, semua disitu dari anamnesa, trus untuk riwayat seperti sps . kondisi
Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


  91

sekarang seperti apa, juga hasil monev dicatat disitu juga. Jadi ada lembaran
khusus yang nanti disampaikan ke perawat”.

Dalam proses perencanaan rekrutmen staf gizi, dilakukan seleksi staf gizi
berdasarkan kompetensi pelatihan dan pengalaman kerja sebelumnya. Setelah
dilakukan proses penerimaan, pembagian tugas staf gizi disesuaikan dengan
distribusi kebutuhan pelayanan gizi di lapangan. Sebelum mulai bertugas, perawat
baru harus melalui proses pendampingan untuk mengenalkan dengan situasi
pekerjaan. Perencanaan SDM Gizi berasal dari kebutuhan ideal pelayanan sesuai
standar dan selanjutnya diajukan ke bagian SDM Rumah Sait Ari Canti untuk
dilakukan penerimaan dan seleksi staf gizi baru Seleksi staf gizi melibatkan Bidang
Pelayanan Gizi berdasarkan kriteria dan kualifikasi perencanaan gizi yang dimiliki
Bidang Pelayanan Gizi. Setelah diterima, staf gizi yang baru wajib mengikuti masa
kegiatan orientasi dalam rangka memperkenalkan seluruh proses kegiatan organisasi
yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan pelayanan gizi Rumah Sakit Ari Canti.
Kegiatan orientasi ini perlu dilaksanakan dengan harapan calon staf gizi tersebut
sudah dapat memahami hubungan kerja dengan unit kerja terkait dengan pelayanan
gizi. Berikut kutipan wawancara mendalam:
“Untuk rekrutmen SDM ahli gizi kita mengutamakan pengalaman dan
pelatihan, terus yang sudah ada pelatihan ini gak langsung kita tempatkan di
instalasi gizi misalnya, kita tempatkan dulu di Ruang penyelenggaraan makanan
agar mengenal dulu bagaimana, paling lama 1 bulan, lanjut kita tempatkan di
instalasi gizi untuk melakukan asuhan gizi jika ada permintaan pasien atau
dokter untuk meakukan konsultasi gizi” (Informan1)
Cara mengelola kemampuan yang dimiliki oleh setiap tenaga staf gizi adalah
dengan cara mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh RS atau dari organisasi
profesi terkait peningkatan kompetensi gizi. Bagi seluruh staf gizi, lingkungan kerja
di Bidang Pelayanan Gizi sangat kekeluargaan, kesempatan untuk pengembangan
diri untuk pelayanan gizi juga sudah ada, melalui pelatihan gizi atau seminar-
seminar yang difasilitasi oleh rumah sakit, baik sebagai bentuk reward atas prestasi
kerja ataupun sebagai suatu kebutuhan bagi rumah sakit untuk memenuhi

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


92

persyaratan akreditasi dengan tenaga gizi yang memenuhi kualifikasi akreditasi


rumah sakit.
“memang pelatihan itu biasanya diberikan untuk staf gizi yang kerjanya
baik, sebagai bentuk reward, tapi kalo kaya sekarang kan karena kita
membutuhkan tenaga gizi yang memenuhi kualifikasi survey verifikasi
akreditasi, sebagai kebutuhan. Beberapa staf gizi yang sudah senior tapi
pelatihan ini gak ada, itu gak ada, bisa jadi temuan bagi rumah sakit nanti”
(Informan 1)
“kami sudah bikin perencanaannya bu.., jadi SDM RS memberikan
anggaran untuk pelatihan, kami susun jadwalnya siapa-siapa saja yang ikut
pelatihan, sudah ada jadwalnya, nah kalo ada pemotongan mundur lagi
jadwalnya. Menjelangsurvey verifikasi akreditasi ini banyak pelatihan, dari
pada temuan kan, ini juga bentuk komitmen rumah sakit” (Informan3)
Dalam menciptakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman di Bidang
Pelayanan Gizi, dilakukan dengan memenuhi hak- hak staf gizi (penghasilan,
jaminan kesehatan/BPJS Kesehatan/BPJS Ketenagakerjaan), dapat menunjang
pekerjaan, memberikan reward berupa pelatihan atau sertifikat penghargaan, dan
menjatuhkan punishment sesuai tingkat disiplin yang dilanggar.
“Kalo jaminan kesehatan kita disini ada BPJS Kesehatan dan BPJS
Ketenagakerjaan, kalo medical check-up rutin setahun sekali itu dilakukan baru
untuk security dan cleaning service” (Informan 2)
“iya disini nyaman, ya suasananya, kekeluargaan, ya dari duitnya juga,
kan lumayan besar bu… kalo dibandingkan rs swasta sekitar sini.Ada beberapa
staf gizi yang pindahan dari rs swasta karena tahu besaran gaji disini”
(Informan 5)
Berdasarkan hasil penelitian pada kriteria focus pada tenaga kerja
diperoleh skor 16 dari total skor pada kriteria ini yaitu 40 poin
b. Ahli gizi dan Diietis yang Kompeten
Keterlibatan tenaga kerja dalam mencapai tujuan dan keberhasilan organisasi
sangat berpengaruh besar, karena tenaga kerja yang profesional adalah ujung
tombak dalam keberhasilan suatu organisasi pelayanan seperti Bidang Pelayanan

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


  93

gizi dalam mengembangkan staf gizi di Bidang Pelayanan gizi dilakukan dengan
kesempatan pelatihan kepada staf gizi untuk meningkatkan mutu pelayanan gizi
sesuai pelatihan yang diterima, serta melalui curah pendapat dalam rapat-rapat
internal.
Staf gizi diberikan kebebasan dalam mengembangkan budaya dan cara kerja
mereka, namun menekankan pada budaya kerja mutu pelayanan gizi dan
pengawasan kinerja melalui ketua tim jaga atau kepala instalasi gizi, reward dan
punishment dilakukan untuk evaluasi, serta pemberian jaminan kesehatan dan
jaminan ketenaga kerjaan.
“pengawasan kinerja pelayanan gizi,dilakukan oleh saya sebagai kepala
instalasi gizi ,pengembangan diri staf gizi itu ya bias lewat pelatihan dan
dilaksanakan bertahap” (Informan 2)
Hasil skoring pada kriteria fokus pada tenaga kerja di Bidang Pelayanan gizi
dan dilakukan penilaian terhadap dimensi proses maka kriteria fokus pada tenaga
kerja memperoleh skor 18 dari total skor Kriteria Malcolm Baldrige 45 poin.
Berdasarkan hasil scoring focus pada tenaga kerja yang ada di Bidang
Pelayanan Gizi sudah mulai dilakukan dengan pendekatan yang sistematis, responsif
dan efektif. Pendekatan yang digunakan untuk menyelesaikan proses sudah
dilakukan yaitu perencanaan pemenuhan tenaga gizi, rekrutmen staf gizi menurut
kompetensi dan pengalaman kerja diutamakan, proses pendampingan staf gizi baru
meskipun tidak dalam kondisi ideal karena kebutuhan tenaga yang mendesak dan
tidak sebanding dengan beban kerja pelayanan gizi RS yang cukup tinggi.
Penyebaran sudah dilakukan sesuai dengan pendekatan yang dilakukan yaitu
pembagian tugas dan fungsi dimana kesenjangan dengan beban kerja menyebabkan
rotasi menjadi terlalu singkat (tidak ideal), pendelegasian wewenang pelayanan gizi
diserahkan kepada para koordinator satuan pelaksana dan kepala ruangan.
Pengembangan karir tenaga gizi diatur sesuai ketetapan perundang-undangan dan
standar yang berlaku.

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


94

6.3.5. Fokus Pada Operasional


Kriteria ini menilai bagaimana Bidang Pelayanan gizi mendesain, mengelola,
dan meningkatkan produk dan proses kerja, meningkatkan efektivitas operasional untuk
mencapai tujuan Bidang Pelayanan gizi secara berkesinambungan.
a. Asasment Gizi, Skrining Gizi
Proses asasesmen gizi di RSAC selama ini sudah dilaksankan sesuai metode
PAGT, walaupun ada yang belum maksimal dilakukan. Pasien baru akan didata
oleh perawat dan coordinator dengan ahli gizi jika pasien tersebut memerlukan
asuhan gizi maka ahli gizi akan mengumpulkan data dari perawat dalam bentuk
catatatn medis kemudian akan melakukan assessmen gizi pada pasien seperti yang
dikemukakan oleh informan yang seorang ahli gizi sebagai berikut :
“ biasanya perawat langsung melaporkan kesaya, dari dokter begini, menurut
ahli gizi.., soalnya pasien tidak bisa untuk makan minum tapi tidak mau dipasang
sonde, menurut ibu bagaimana karena ibu yang bertanggung jawab. Saya lihat CM
dibaca dari awal sebelum sakit seperti itu sebagai bahan untuk mendatangi ke
pasien , setelah terkumpul saya mendatangi pasien mencari data yang
dibutuhkan.”
Proses kerja yang berjalan di Bidang Pelayanan Gizi dilakukan mengacu pada
struktur organisasi di Bidang Pelayanan Gizi, pembagian tugas dan fungsi masing-
masing staf gizi sudah ada di bagian SDM Rumah Sakit Ari Canti dan sudah
diterapkan sesuai dengan tugas dan fungsi sesuai rotasi penempatan. Dari hasil
telaah dokumen, Bidang Pelayanan gizi sudah memiliki Standar Pelayanan
Minumal (SPM) yang mengatur pelaksanaan pelayanan Gizi khususnya menurut
Akreditasi Rumah Sakit versi 2012 Bab Asasmen Pasien (AP), Bab Pendidikan
Pasien dan Keluarga (PPK), serta Bab Pelayanan Pasien (PP), seperti dikutip dalam
wawancara sebagai berikut:
Untuk instalasi gizi. Hasil skoring pada kriteria Proses kerja di Bidang
Pelayanan gizi dan dilakukan penilaian terhadap dimensi proses maka kriteria fokus
pada tenaga kerja memperoleh skor 20,25 dari total skor Kriteria Malcolm Baldrige
45 poin.

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


  95

Skrining gizi merupakan langkah awal dari proses asuhan gizi untuk menilai
perlu atau tidaknya asasment gizi atau pengkajian gizi lanjutan. Skrining gizi
dilakukan pada semua pasien yang masuk ke rumah sakit kecuali di perinatology,
ICU, HCU. Skrining gizi dilakukan pada pasien anak dan dewasa proses skring harus
sederhana dan dilakukan pada asasmen awal perawat dalam waktu 1x 24 jam.

b. Pemesanan Makanan, Variasi Makanan,dan Kontaminasi


Pengelolaan bahan makanan mulai dari perencanaan kebutuhan bahan
makanan, pengadaan, penyimpanan, penyaluran bahan makanan oleh ahli gizi,
dilanjutkan dengan persiapan bahan makanan meliputi pencucian bahan makanan
dan peracikan bahan makanan oleh pramumasak sudah dilaksanakan sesuai standar
pelayanan gizi dalam PGRS seperti petikan wawancara dengan informan utama ahli
gizi.
Berdasarkan observasi juga terlihat bahwa standar dan prosedur operasional
pengelolaan bahan makanan/pelayanan gizi sudah tersedia dan seluruh informan
utama ahli gizi dan pramumasak
“...mulai menyusun menu lalu bahan makanannya dikoordinir sama unit
pengadaan bahan makan di gizi, kita dijadwal menerima bahan makanan dari
rekanan, ngecek terus ada yang disimpan dan ada yang yang langsung
disiapkan untuk langsung diolah...kalau ada barang yang gak sesuai spek
langsung kita kembalikan dan mereka harus ganti di jam ditentukan. “

Hasil skoring pada Evektivitas Operasional diperoleh skor 32 dari skor total
kesempurnaan 85. Dalam meningkatkan efektivitas operasional di Bidang
Pelayanan Gizi, selain bekerja sesuai dengan uraian tugas yang telah ditentukan,
pelaksanaan tugas sehari-hari mengacu pada standar prosedur operasional yang ada,
dalam proses pemecahan masalah dalam pekerjaan, Bidang Pelayanan Gizi mencari
akar penyebab masalah dan menyelesaikannya serta berkomunikasi langsung atau
melalui pertemuan/rapat. Dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di Bidang Pelayanan
Gizi menerapkan sistem saling bantu satu sama lain, memberikan pelayanan kepada
pasien yang terbaik, dan berempati.

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


96

“Uraian tugas kita sudah ditentukan oleh SDM RS dan SDM Gizi.
(Informan 3)
“setiap ada masalah kita rapatkan, kalo ruangan ada rapat bulanan,
biasanya kasat pel atau kabid ikut juga kalo tidak sibuk. Atau juga tiap ganti
jaga pagi ada konferensi pagi, tukaran informasi keadaan pasien, kalo ada
masalah, ya langsung dirundingkan. Kita saling bantu disini, kekeluargaan.
Dari SPM yang ada serta dari pendidikan dan pengalaman kita di RS
sebelumnya, kita sudah tahu apa harus dilakukan, bagaimana memperlakukan
pasien dan keluarga, bagaimana kerja sama dengan staf gizi yang lain”
(Informan5)
Evaluasi efektivitas operasional dilakukan melalui komunikasi langsung lewat
rapat koordinasi internal dan penilaian capaian standar akreditasi di pelayanan gizi.
Hal ini terlihat bahwa penilaian fokus pada operasional di Bidang Pelayanan
Gizi Rumah Sakit Ari Canti sudah baik. Sistem atau proses kerja yang berjalan di
Bidang Pelayanan Gizi dilakukan mengacu pada struktur organisasi di Bidang
Pelayanan Gizi, serta pembagian tugas dan fungsi masing-masing staf gizi sesuai
rotasi penempatan. Panduan/SPM pelaksanaan tugas staf gizi dalam proses
pemecahan masalah dalam pekerjaan,pelayanan gizi mencari akar penyebab masalah
dalam pekerjaan dan menyelesaikannya serta berkomunikasi langsung atau melalui
rapat. Berdasarkan hasil skoring pada kriteria efektivitas Operasional kerja di Bidang
Pelayanan gizi dan dilakukan penilaian terhadap dimensi proses maka kriteria fokus
pada tenaga kerja memperoleh skor 16 dari total skor Kriteria Malcolm Baldrige 40
poin.

6.4 Penilaian Hasil (Le – T – C –I)


Dalam tinjauan Le-T-C-I (Level, Trend, Comparison, Integration) dilakukan
penilaian terhadap data-data kualitatif dari indikator setiap kriteria yang telah
direkapitulasi pada dokumen aplikasi hasil mutu pelayanan Gizi menurut Akreditasi
Rumah Sakit versi 2012 Bab Asasman Pasien Bab Pendidikan Pasien dan Keluarga,
serta Bab Pelayanan Pasien.

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


  97

Terdapat empat faktor yang digunakan dalam penilaian data-data kuantitatif dari
indikator setiap kriteria, yaitu tingkatan (level), kecenderungan (trend), perbandingan
(comparison), dan integrasi (integration). Kriteria ini melihat gambaran dan peningkatan
mutu pelayanan di Bidang Pelayanan Gizi Rumah Sakit Ari Canti menurut Akreditasi
Rumah Sakit versi 2012 sebagai upaya dari peningkatan mutu berkelanjutan pelayanan
gizi yang diberikan, kepuasan pasien/pelanggan, hasil dari kerja tim/staf gizi dan sistem
kerja gizi, operasional dan tanggung jawab kepemimpinan bidang gizi dan masyarakat,
serta hasil keuangan dan pasar.
6.4.1 Asuhan Gizi Terstandar
Ahli gizi merasakan adanya perubahan apabila melakukan PAGT, yaitu semakin
jelas pembagian kerja antar tenaga kesehatan di RSAC. Masing masing tenaga
kesehatan memiliki tanggung jawab dan wewenang yang berbeda tetapi tetap pada satu
tujuan yaitu pelayanan kesehatan pada pasien. Hal ini juga berguna untuk mengurangi
tumpang tindihnya pekerjaan rumah sakit. Penjelasan informan tentang hal ini :
“ dibandingkan dengan tidak melakukan PAGT tetap bagusan menggunakan
system PAGT karena ahli gizi benar benar bekerja sesuai teori dan keilmuannya yang
digunakan secara aktif tidak menunggu perintah”

Hasil skoring pada kategori produk dan proses pelayanan gizi diperoleh skor 54
dari skor total kesempurnaan 120. Salah satu hasil produk pelayanan gizi dan proses
pelayanan gizi berupa terjadinya peningkatan kunjungan atau pertumbuhan jumlah
pasien di Rawat Inap, didukung dengan data Laporan Jumlah Kunjungan Pasien Umum-
BPJS Periode Januari – Desember 2017, Indeks Kinerja Pelayanan RS (BOR, AvLOS,
BTO, TOI) Periode Januari – Desember 2017, yang cenderung meningkat dan sudah
dilaporkan.
Dari hasil wawancara mendalam dengan informan, didapatkan informasi bahwa
jika dibandingkan RS lain di sekitar Bali Timur, Rumah Sakit Ari Canti memiliki
pelayanan kelas III lebih baik, sehingga menjadi RS Rujukan pasien ber-KTP Bali yang
ingin menggunakan BPJS. Meskipun hal ini belum dikaji lebih lanjut.

Tabel 6.3 Data Kunjungan Psien RSU Ari Canti tahun 2017
Bulan JUMLAH IGD RAWAT RAWAT TOTAL

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


98

JALAN INAP
JAN 8358 2239 5367 752
PEB 8035 1914 5393 728
MAR 8438 1925 5706 807
APR 7531 1910 4867 754
MEI 8551 1892 5852 807
JUN 7873 1750 5330 793
JUL 7729 1837 5197 695
AGT 8347 2092 5441 814
SEP 9041 1993 6192 856
OKT 9160 2128 6155 877
NOV 8772 2109 5869 794
DES 9020 2160 6109 751
JUMLAH 100855 23949 67478 9428
Sumber: Rekam Medik Rumah Sakit Ari Canti

Tabel 6.4 BOR Psien RSU Ari Canti


INDIKATOR PELAYANAN TAHUN
SATUAN
KESEHATAN 2017 2016
BOR 44.85 69.73 %
LOS 2.65 2.16 HARI
TOI 3.27 1.25 HARI
BTO 51.8 62.3 %/TAHUN
NDR 0.49 1.5 %
GDR 1.02 3.6 %
JML KUNJ RAWAT JALAN 94327 57441 Orang
JML KUNJ RAWAT INAP 9428 10824 Orang
JML KUNJ IGD 23949 33887 Orang
Sumber : Rekam Medik Rumah Sakit Ari Canti
“Saya kalo boleh sombong nih ya, beberapa hasil survei kepuasan pasien
yang dirawat inap memberikan semacam pujian bahwa untuk pelayanan kelas
III BPJS di Bali Timur, Rumah Sakit Ari Canti yang terbaik. Jadi menjadi
rujukan favorit untuk warga khususnya Bali Timur yang ber-KTP Bali. Tapi kan
ini belum dikaji ya, belum ada sumber daya untuk mengkaji hal ini” (Informan
1)

6.4.2 Sisa Makanan


Keberhasilan suatu pelayanan gizi ruang rawat inap dapat dievaluasi dengan
pengamatan sisa makanan. Banyaknya sisa makanan pasien di rumah sakit merupakan

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


  99

petunjuk bahwa asupan zat gizi pasien sebagai penunjang untuk sembuh akan tidak
terpenuhi. Dampak lain adanya sisa makanan yaitu ke arah pencitraan, konsumen
terhadap pelayanan gizi. Hasil observasi menunjukkan bahwa di RSAC masih
ditemukan adanya sisa makanan yang tidak dikonsumsi pasien.
Dari hasil wawancara mendalam dengan informan, didapatkan informasi bahwa
“Pada umumnya sisa makanan pasien belum cukup baik karena
berdasarkan pengamatan secara visual bahwa makanan pasien rata rata tidak
habis hal ini terjadi di ruangan VIP dan Kelas I.II di RSAC. Dibutuhkan
koordinasi yang baik antara petugas gizi ruangan dan perawat dalam
pelayanan agar tidak terjadi kesalahan pemberian diet dan pasien dapat
mengkonsumsi makanan yang dibagikan dengan harapan sisa makanan sedikit
bahkan habis tanpa sisa”
Berdasarkan hasil skoring pada kategori fokus pada pelanggan/pasien diperoleh
skor 38,25 dari total skor 85. Sisa makanan merupakan kinerja terhadap fokus pada
pelanggan/pasien tentang ketidakpuasan yang menunjukkan hasil yang telah dicapai
oleh Bidang Pelayanan Gizi Rumah Sakit Ari Canti.
Asuhan gizi yang tidak sesuai kebutuhan sangat berkaitan dengan peningkatan
resiko penyakit maupun komplikasinya. Selain itu terdapat kecederungan peningkatan
kasus yang terkait gizi, baik pada individu maupun kelompok. Hal ini memerlukan
asuhan gizi yang bermutu guna mempertahankan status gizi yang optimal dan untuk
mempercepat penyembuhan
Dari hasil wawancara mendalam dengan informan didapatkan informasi bahwa
ada beberapa pasien rawat inap yang akan pulang, saat dilakukan survei kepuasan
menyatakan kepuasannya pada pelayanan gizi kelas III rumah Sakit ARI canti jika
dibandingkan dengan RS lain. Mereka berpendapat pelayanan Kelas III Rumah Sakit
ARI canti lebih bagus karena setiap ruangan rawat inap sudah menggunakan Air
Conditioner (AC) dan gedung bangunan yang relatif masih baru sehingga pasien dan
keluarga merasa lebih nyaman.
“Ada lagi Bu…informasi dari pasien, saat akan pulang dan dilakukan
survei kepuasan, mereka mengatakan puas dirawat di sini. Saya tanya
alasannya, kata mereka, ruangannya semua ber-AC, bangunannya masih baru

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


100

dan seperti hotel, padahal mereka dirawat di kelas III dan pakai BPJS. Ya
kembali lagi pak, ini kan belum dikaji” (Informan 1)

6.4.3 Ketepatan Diet Penyajian


Ketepatan diet penyajian merupakam satu indikator tercapainya standar
pelayanan minimal rumah sakit disamping ketepatan waktu penyajian dan sisa makanan
pasien . kesalahan diet penyajian pasien kemungkinan dapat diakibatkan karena
kesalahan dokter dalam menentukan diet, kesalahan ahli gizi dalam menerjemahkan diet
sehingga sampai pada kesalahan penyajian. Dari hasil wawancara mendalam dengan
informan, didapatkan informasi bahwa

“Ada beberapa hal yang menyebabkan sering terjadi kesalahan penyajian


diet di antaranya adalah proses order atau permintaan dari ruang rawat inap
yang disampaikan oleh perawat ke administrasi instalasi gizi sering tidak
dipenuhi sesuai dengan siklus menu karena pihak ke tiga tidak menyediakan
bahan tersebut, terbatasnya bahan yang tersedia di pasar merupakan kendala
sehingga bahan makanan yang di order oleh instalsi gizi tidak lengkap hal ini
menyebabkan sering terjadi pengalihan atau pergantian menu pasien.”

Berdasarkan hasil skoring pada kategori fokus pada tenaga kerja diperoleh skor
38,25 dari total skor 85. Hasil fokus pada tenaga kerja yaitu belum tersedianya anggaran
yang rutin dari Bidang Pelayanan gizi untuk mengirimkan staf gizi mengikuti pelatihan
dan sertifikasi kompetensi. Terlebih lagi menjelang survey verifikasi Akreditasi Rumah
Sakit, Rumah Sakit Ari Canti akan mengirimkan staf gizi untuk mengikuti pelatihan
atau inhouse training agar menyesuaikan dengan kriteria penilaian Akreditasi Rumah
Sakit versi 2012.
Dari lingkungan kerja, wawancara dengan informan menyatakan bahwa
lingkungan kerja di Bidang Pelayanan Gizi cukup nyaman dan semangat kekeluargaan,
meskipun dengan beban kerja staf gizi yang tinggi melebihi standar akreditasi.

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


  101

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


7
PEMBAHASAN

7.4 Keterbatasan Penelitian


Pada proses penelitian ini ada beberapa kendala dan keterbatasan penelitian
pada saat pengumpulan data dan dapat mempengaruhi hasil penelitian, yaitu :
a. Meskipun sudah dijelaskan bahwa peneliti ini murni untuk tujuan ilmiah namun,
masih ada informan tidak berani menjawab apa adanya.
b. Dalam pengambilan data ada proses yang terjadi diluar jam dinas efektif yaitu
dinas pagi atau 1 shif, sehingga peneliti tidak bisa mengamati secara langsung
mengingat proses pengambilan data dilakukan lebih banyak pada jam dinas pagi.
c. Keterbatasan peneliti terkait pengetahuan, kemampuan, dan pengalaman dalam
melakukan penelitian ini dimana banyaknya item pertanyaan yang harus
disesuaikan dan dikondisikan untuk ruang lingkup Bidang Pelayanan Gizi
menjadi kendala dan tantangan bagi peneliti, sehingga peneliti harus membuat
pertanyaan menjadi lebih mudah dipahami tanpa mengurangi makna sebenarnya
yang akan diteliti.
d. Metode Kriteria Malcolm Baldrige dan Akreditasi Rumah Sakit versi 2012
merupakan dua alat penilaian mutu yang berbeda cara pelaksanaan dan
penilaiannya namun penelitian ini lebih ditekankan pada metode Kriteria Malcolm
Baldrige. Hal ini menjadi tantangan bagi peneliti untuk memasukkan elemen
penilaian survei pelayanan gizi Akreditasi Rumah Sakit versi 2012 Bab Asasmen
Pasien, Bab Pendidikan Pasien dan Keluarga, Bab Pelayanan Pasien ke dalam
Kriteria Malcolm Baldrige sebagai alat analisis mutu pelayanan gizi di suatu
rumahsakit.
e. Pada saat pengumpulan data dan melalui wawancara mendalam, dikarenakan
keharusan untuk mementingkan pelayanan terhadap pasien dan pelanggan rumah
sakit lainnya serta adanya proses bimbingan persiapan akreditasi rumah sakit,
maka terkadang peneliti harus membuat jadwal ulang dan menyesuaikan waktu
untuk melakukan wawancara mendalam dengan informan. Untuk hasil yang
berkaitan dengan keuangan, peneliti tidak dapat memperoleh data keuangan
Rumah Sakit Ari Canti yang menjadi keterbatasan peneliti untuk menggali

102
Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


  103

informasi terkait hasil dari item finansial dan pasar.


7.5 Kepemimpinan
Secara keseluruhan, kriteria kepemimpinan ini mendeskripsikan dan
menilai bagaimana pemimpin bisa membimbing dan mengatur Bidang Pelayanan
Gizi, Mengatur visi, misi, dan nilai dari Bidang Pelayanan Gizi dan pencapaian
unit, berkomunikasi dan melibatkan seluruh tenaga kerja dan pelanggan,
membuat tindakan yang berfokus untuk meningkatkan kinerja Bidang Pelayanan
Gizi, membangun hubungan yang baik di dalam lingkungan rumah sakit guna
mencapai mutu pelayanan dan tujuan dari Bidang Pelayanan Gizi.
Robbin (2007), di samping visi, misi serta keselarasan tujuan syarat-syarat
terbentuknya suatu organisasi adalah adanya struktur jabatan atau umumnya
dikenal dengan struktur organisasi yakni adanya penerapan posisi atau kedudukan
yang jelas dari setiap individu atau anggota yang terkait dalam organisasi contoh
pemimpin, asisten pemimpin, bawahan atau karyawan dan sebagainya.
Selanjutnya syarat terbentuknya organisasi yang terakhir adalah adanya
pembagian kerja yang jelas jadi setelah struktur terbentuk disitulah akan
terbentuk pula pembagian kerja yang jelas yakni adanya bidang pekerjaan yang
menjadi tanggung jawab bagi setiap anggota kelompok atau individu yang telah
ditetapkan peranannya dalam organisasi. Jadi ada syarat terbentuknya organisasi
mencakup :
 Adanya visi dan misi
 Keselarasan tujuan
 Adanya struktur jabatan dan
 Adanya pembagian kerja.
a. Kebijakan dan SPM Gizi
Dalam memberikan pelayanan gizi di rumah sakit, Standar Pelayanan
Minimal harus dicapai agar pasien lebih cepat sembuh, hari rawat inap
diperpendek dan kepuasan pasien terhadap pelayanan rumah sakit meningkat
(Depkes,2008).
Rumah Sakit Ari Canti adalah rumah sakit tipe C milik swasta dimana
instalasi gizi masih menggunakan standar pelayanan minimal dalam proses
pemantauan kinerja instalasi gizi. Dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM)

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


104

Rumah Sakit ditetapkan bahwa indikator standar pelayanan gizi meliputi 1)


Ketepatan waktu pemberian makanan kepada pasien (100%); 2) Sisa makanan
yang tidak dihabiskan pasien (≤ 20%); dan 3) Tidak ada kesalahan pemberian diet
(100%) (Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2008).
Transmisi/penyaluran informasi kebijakan dari pembuat kebijakan melalui
struktur dibawahnya yang diberikan/disampaikan secara lisan sering kurang
dipahami oleh pelaksana kebijakan yaitu Ka. Instalasi Gizi selaku penanggung
jawab pelaksana pelayanan gizi. Implementasi kebijakan akan efektif apabila
pembuat keputusan mengetahui apa yang akan mereka kerjakan, sehingga setiap
keputusan kebijakan dan peraturan implementasi akan dikomunikasikan kepada
pelaksana kebijakan dengan tepa(Agustina , 2008)
Mengenai pengetahuan tentang visi, misi dan tujuan, keterlibatan staf dalam
penetapan visi, misi dan tujuan, bagaimana penyebaran dan sosialisasi dari visi,
misi dan tujuan Bidang Pelayanan Gizi diperoleh hasil bahwa seluruh staf tahu
visi, misi dan tujuan Bidang Pelayanan Gizi merupakan turunan dari visi, misi,
dan tujuan Rumah Sakit Ari Canti. Proses penyebaran dan sosialisasi sudah
cukup merata pada semua staf Bidang Pelayanan Gizi, baik melalui pertemuan
atau rapat internal, terpasang di beberapa tempat pelayanan Gizi seperti Ruang
penyajian , Ruang Rapat Bidang Pelayanan Gizi, dan Ruang Pengolahan.
Dalam hal komunikasi di dalam Bidang Pelayanan Gizi tidak terdapat
kendala dan hambatan, hubungan antara pimpinan Bidang Pelayanan Gizi dengan
staf gizi pelaksana dan kepala ruangan berlangsung dalam komunikasi yang baik.
Media komunikasi yang digunakan dalam menyebarkan informasi juga sudah
ada, yaitu melalui memo internal, komunikasi langsung dua arah, dan melalui
rapat dan pertemuan yang diadakan dengan frekuensi masing-masing.
Lingkungan kerja di Bidang Pelayanan Gizi juga terbilang harmonis,
hubungan antara pimpinan Bidang Pelayanan Gizi dengan staf gizi dan kepala
ruangan atau sebaliknya sudah berjalan dengan baik. Proses evaluasi dan
perbaikan visi, misi, dan tujuan Bidang Pelayanan Gizi belum dilakukan karena
merupakan turunan dari visi, misi, dan tujuan rumah sakit yang evaluasi dan
perbaikannya dilakukan setiap 5 tahun sekali bersama dengan penyusunan visi,
misi, dan tujuan Dinas Kesehatan Provinsi Bali.
Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


  105

Tipe kepemimpinan yang ada di Bidang Pelayanan gizi didapat bahwa


kepemimpinan bersifat partisipatif, mau menerima masukan, mendorong budaya
kerja, dan memberikan solusi permasalahan. Pendekatan kepemimpinan senior di
Bidang Pelayanan Gizi terhadap unit kerja lain sudah dilakukan sepenuhnya,
koordinasi lintas program dilaksanakan dengan supervisi dari Direktur RS.
Berdasarkan hasil pemantauan kinerja instalasi gizi pada sebelum dan
setelah akreditasi, diketahui bahwa kinerja Instalasi Gizi RSAC mengalami
peningkatan dan telah mencapai standar pelayanan minimal yang telah
ditetapkan. Oleh karena itu, maka Instalasi Gizi RSAC perlu mengembangkan
indikator mutu pelayanan gizi agar tercapai kinerja pelayanan gizi yang optimal,
diluar indikator standar pelayanan minimal yang telah digunakan.
Beberapa rumah sakit sudah mulai mengembangkan kepuasan konsumen
dengan indikator mutu mengingat ruang lingkup pelayanan gizi di rumah sakit
yang kompleks meliputi pelayanan rawat jalan, pelayanan rawat inap,
penyelenggaraan makanan, dan penelitian dan pengembangan (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2013).
b. Prioritas pada pelayanan gizi
Pada kriteria tata kelola dan tanggung jawab sosial ini mendeskripsikan
bagaimana Bidang Pelayanan Gizi membangun hubungan dengan unit lain di
dalam rumah sakit. Dari hasil gambaran pelayanan Gizi Rumah Sakit Ari Canti
menurut Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 khususnya Bab Asasmen Pasien,
Bab Pendidikan Pasiendan Keluarga, serta Bab Pelayanan Pasien didapatkan
bahwa Pelayanan Pasien telah dilakukan dengan baik, dimana jika diukur
menurut Standar Akreditasi Rumah Sakit versi 2012 telah memperoleh rata-rata
pencapaian di atas 80% atau melewati syarat minimal kelulusan yang diinginkan
oleh Tim Pokja Akreditasi Rumah Sakit Ari Canti.
Untuk penetapan kebijakan di pelayanan gizi terutama yang berhubungan
dengan akreditasi rumah sakit, pimpinan Bidang Pelayanan gizi ikut terlibat
dalam penentuan hasil draf kebijakan yang akan diajukan ke Direktur RSAC.
Biasanya Kasatpel Asuhan Mutu dan Pelayanan Gizi yang menyusun draf
kebijakan Gizi, kemudian akan dibaca dan diberi masukan atau langsung disetujui
sebelum diajukan ke Direktur RS.
Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


106

Dari hasil penelitian pada kriteria kepemimpinan dapat dilihat bahwa peran
dari pimpinan RSAC dalam tahap membangun, mengarahkan dan juga
mengupayakan agar pencapaian mutu pelayanan gizi menurut Akreditasi Rumah
Sakit versi 2012 dapat menjadi bagian yang integral dan mendukung pelayanan
kesehatan yang bermutu di rumah sakit. Pimpinan Bidang Pelayanan Gizi
memiliki pendekatan (approach) yang sistematis, efektif, dan responsif terhadap
kebutuhan dasar pelayanan gizi.
Hal ini mengindikasikan bahwa Bidang Pelayanan Gizi sudah memiliki
visi, misi dan tujuan yang jelas dalam mengelola pelayanan gizi rumah sakit,
yang merupakan turunan dari visi, misi dan tujuan Rumah Sakit Ari Canti
.Penyebaran visi, misi, tujuan Bidang Pelayanan Gizi sudah dilakukan secara
merata oleh kepemimpinan senior baik melalui pertemuan atau rapat koordinasi,
serta sudah didokumentasikan dalam bentuk tertulis ataupun terpampang di
Bidang Pelayanan Gizi.
Dalam konsep kepemimpinan organisasi, kepemimpinan (leadership)
mempunyai kedudukan strategis, karena kepemimpinan merupaka pusat bagi
seluruh kegiatan di dalam organisasi, kepemimpinan sangatlah diperlukan untuk
mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan dapat mempengaruhi perilaku dan
kualitas serta prestasi dari suatu organisasi. Menurut Weirich & Koontz (1993,
dalam Febriyanty 2015) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah seni atau
proses untuk mempengaruhi orang lain sehingga mereka sendiri bersedia dengan
kemampuan sendiri dan secara antusias bekerja untuk mencapai tujuan
organisasi.
Lingkungan kerja di Bidang Pelayanan Gizi juga terbilang harmonis,
hubungan antara pimpinan bidang dan staf gizi ataupun sebaliknya juga berjalan
dengan baik.Tipe kepemimpinan yang ada di Bidang Pelayanan Gizi sesuai hasil
wawancara dengan informan didapatkan bahwa kepemimpinan bersifat
partisipatif, mau menerima masukan dan memberikan solusi dalam permasalahan.
Adhitama (2004) menyatakan bahwa teori perilaku kepemimpinan ada 4
kelompok besar, yaitu pertama, kepemimpinan suportif, yang memberikan
perhatian pada kebutuhan bawahan, amat memperhatikan kesejahteraan mereka
serta menciptakan suasana kerja yang sehat dan nyaman. Kedua, kepemimpinan
Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


  107

partisipatif, yang memungkinkan bawahan mengambil peran dalam pengambilan


keputusan pimpinannya. Cara ini akan meningkatkan motivasi kerja. Ketiga,
kepemimpinan intrumental yang memberikan kepada bawahan petunjuk yang
agak rinci dan memberitahu apa yang diinginkan dari mereka. Keempat,
kepemimpinan yang berorientasi pada hasil dimana diciptakan tujuan yang
menantang, dilakukan perbaikan kinerja disertai keyakinan bahwa bawahan akan
dapat mencapai tujuan mereka.
Dalam pengelolaannya, Bidang Pelayanan Gizi RSAC membangun
hubungan pendekatan dengan unit kerja lain di dalam rumah sakit, dan
berdasarkan penilaian yang dilakukan sejauh ini kerja sama tersebut dapat
dilaksanakan dengan baik tanpa kendala yang berarti.
7.6 Perencanaan Strategis
Dalam kriteria perencanaan strategis ini dideskripsikan dan dinilai cara
mengembangkan tujuan Bidang Pelayanan Gizi, mendeskripsikan kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman (Strength- Weakness-Opportunity-
Threat/SWOT) dari Bidang Pelayanan Gizi, membuat program kerja,
melaksanakan, memonitoring dan mengevaluasi bagaimana implementasi dari
program kerja yang telah dilaksanakan di Bidang Pelayanan Gizi.
a. Sistem Pelayanan
Dari hasil wawancara mendalam, telaah dokumen dan observasi didapatkan
bahwa Bidang Pelayanan Gizi belum memiliki rencana strategis (renstra) gizi,
belum pernah melakukan pendekatan analisis SWOT dalam menyusun renstra
gizi, namun sudah memiliki Program Kerja Bidang Pelayanan Gizi yang tertulis.
Prioritas saat ini di Bidang Pelayanan Gizi adalah bagaimana mampu melayani
pasien gizi dengan baik, meminimalkan keluhan dan konflik dalam pelayanan
pasien.
Program kerja dikomunikasikan dalam setiap rapat koordinasi, baik di
manajemen Bidang Pelayanan Gizi ataupun di tiap - tiap ruangan gizi. Dalam
pelaksanaan program kerja menjadi Aksi sudah dilakukan dengan inovasi dan
penyesuaian dengan keadaan di lapangan. Contohnya rotasi staf gizi yang lebih
cepat untuk memenuhi pelayanan gizi, supervisi pelayanan oleh Kabid penunjang
medis dan Kasatpel Gizi tidak hanya dalam rapat bulanan tetapi juga ikut serta

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


108

dalam konferensi pagi, pelaksanaan pelayanan gizi dengan semaksimal mungkin.


Dalam kriteria pengembangan strategi ini didapatkan hasil informasi
mengenai bagaimana membuat dan mengembangkan rencana kerja Bidang
Pelayanan Gizi yang disampaikan oleh Kepala Bidang Pelayanan Gizi lebih
menekankan pada kualitas pelayanan gizi meskipun dengan keterbatasan jumlah
staf gizi dibandingkan beban kerja ideal staf gizi.
Evaluasi program kerja secara keseluruhan belum dilakukan, meskipun
evaluasi pengembangan strategi program kerja di ruang rawat inap dilakukan
melalui rapat koordinasi dan tertulis sebagai awal evaluasi dan perbaikan.
b. Evaluasi SPM
Dalam evaluasi pelaksanaan strategi, atau pelaksanaan, pengawasan dan
evaluasi dari program kerja di Bidang Pelayanan Gizi sudah berjalan secara
tertulis meskipun belum menyeluruh, sasarannya sudah jelas, sebagian indikator
mengukur keberhasilan atau capaian Bidang Pelayanan Gizi sudah dilakukan.
Khususnya Perencanaan asuhan gizi sesuai dengan standar pelayanan,
Ketepatan diet yang disajikan, ketepatan waktu penyajian dan sisa makananan
menurut Direktur RSAC.
Dari hasil observasi di lapangan di dapat bahwa Bidang Pelayanan Gizi
menjalankan beberapa kegiatan di program kerja, terutama yang berhubungan
dengan peningkatan pelayanan kepada pasien dan pelatihan peningkatan
kompetensi ahli gizi.
Dari hasil gambaran pelayanan gizi menurut Akreditasi Rumah Sakit versi
2012 khususnya Bab Asasman Pasien (AP), Bab Pendidikan Pasien dan Keluarga
(PPK), Bab Pelayanan Pasien (PP) di Rumah Sakit Ari Canti menunjukkan di atas
80% dari Standar Akreditasi Rumah Sakit versi 2012.
Hasil penilaian pada kriteria perencanaan strategis di Bidang Pelayanan
Gizi terhadap dimensi proses adalah kriteria perencanaan strategis belum
dimiliki, masih dalam proses pengembangan. Penyebaran dari pengembangan
Program Kerja Bidang Pelayanan Gizi dilakukan melalui sosialisasi rapat
internal, komunikasi langsung dua arah dan lebih berhubungan pada peningkatan
pelayanan ke pasien.
Evaluasi dari pelaksanaan Program Kerja Bidang Pelayanan Gizi terutama
Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


  109

yang sesuai dengan Standar Akreditasi RS versi 2012 Bab AP, Bab PPK, serta
Bab PP sudah dilakukan secara baik yaitu di atas 80% dari keseluruhan
pelaksanaan sesuai standar.
Pendekatan pengembangan program kerja saat ini sesuai dengan kebutuhan
pelayanan gizi secara keseluruhan terutama yang berhubungan dengan Standar
Akreditasi 2012 Bab AP, Bab PPK, dan Bab PP yang diidentifikasi dalam
menanggapi profil Bidang Pelayanan Gizi. Perencanaan adalah suatu proses yang
berurutan yang memberikan arah kepada organisasi, membantu organisasi untuk
berubah dan membantu untuk ketidakpastian.
Perencanaan mencakup memutuskan apa yang harus dilakukan dan
bagaimana melakukannya. Perencanaan strategis adalah suatu proses seleksi
sasaran organisasi, menentukan kebijakan dan program-program yang penting
untuk pencapaian tujuan yang spesifik yang searah dengan sasaran dan
menetapkan metode yang akan digunakan untuk memastikan bahwa kebijakan
dan program strategis dilaksanakan. Perencanaan strategis memusatkan perhatian
tidak hanya pada masakini tetapi juga masa mendatang.
Menurut Adikoesoemo (2012), perencanaan strategis ditandai dengan
tujuan organisasi, keadaan organisasi, keadaan di luar lingkungan organisasi,
alokasi sumber daya yang ada dan apa yang akan dicapai oleh organisasi.
Sedangkan Duncan (1996) dalam Ayuningtyas (2014) mendefinisikan
rencana strategis sebagai suatu proses yang digunakan untuk menelaah situasi dan
mengembangkan tata cara pengambilan keputusan di dalam suatu organisasi.
Hasil dari proses perencanaan strategis adalah suatu rencana atau strategi.
Memiliki perencanaan strategis dapat meminimalisir risiko kesalahan atau
kegagalan terhadap implementasi program kerja. Perencanaan strategis
mengantisipasi masalah yang timbul sebelum masalah itu muncul dan juga
membantu pimpinan untuk mengenali risiko dan kesempatan. Sehingga dengan
perencanaan strategis, Bidang Pelayanan Gizi dapat terus meningkatkan kualitas
pelayanan gizi yang berkesinambungan dan terintegrasi dengan unit lain sebagai
satu kesatuan rumah sakit.
7.7 Fokus PadaPelanggan/Pasien
Kriteria fokus pada pelanggan/pasien di Bidang Pelayanan Gizi adalah

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


110

bagaimana Bidang Pelayanan Gizi membangun hubungan pelanggan/pasien,


mendengarkan keinginan pelanggan/pasien dan pemangku kepentingan, membina
komunikasi dan hubungan yang baik sehingga dapat mengidentifikasi dan
menciptakan inovasi baru dan untuk mencapai mutu pelayanan yang baik.
a. Edukasi Pasien
Edukasi atau penyuluhan kesehatan dapat didefinisikan sebagai upaya
persuasi atau pembelajaran kepada masyarakat atau pasien agar masyarakat atau
pasien mau melakukan tinda-kan- tindakan untuk memelihara, dan meningkatkan
taraf kesehatannya. (Notoatmodjo, 2010; Leistra dkk, 2009)
Pemberian edukasi penyuluhan, motivasi, dan konseling gizi pada
klien/pasien dan keluarganya sangatlah penting karena hal ini meru-pakan salah
satu cara untuk mempercepat proses kesembuhan pasien. Selain itu edukasi
penting sebagai bekal pasien ketika pulang dari rumah sakit untuk kelanjutan
proses penyembuhan dan supaya penyakit yag diderita tidak kambuh lagi atau
tidak semakin parah (Fatimah dkk, 2007; Murti 2006)
Dalam hal ini peran petugas gizi dalam memberikan pelayanan asuhan gizi
kepada pasien rawat inap khususnya memberikan edukasi, penyuluhan, motivasi,
dan konseling gizi pada klien/ pasien dan keluarganya di RSAC belum sesuai
dengan harapan.). Jumlah pasien yang banyak tidak sebanding dengan jumlah
tenaga gizi. Sesuai dengan perhitungan dari Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor 81/Menkes/I/ 2004 tentang Pedoman penyusunan Sumber daya manusia
kesehatan di tingkat Provinsi, Kabupaten/ Kota dan rumah sakit adalah sebagai
berikut: Ratio tenaga ahli gizi : konsumen = 1 : 40Hari pelayanan 7 hari/ miggu,
hari kerja efektif 6 hari / minggu Koreksi faktor cuti = 0,2Jam kerja = 7 jam /
hari dan istirahat 1 jam ( jam kerja efektif 6 jam). Maka dapat dihitung dengan
jumlah konsumen 144 tempat tidur adalah sebagai berikut:Ratio 1 : 40 , 144/40
orang = 3,4 orang. Koreksi faktor hari kerja: 7/6 hari x 3,4 orang = 3,9 orang.
Koreksi cuti atau libur: 3,9 orang + ( 0,2 x 3,9 ) = 4,68 orang. Koreksi istirahat 1
jam:7/6 x 4,68 orang = 5,46 orang. Maka kebutuhan tenaga ahli gizi adalah 6
orang, sedangkan jumlah ahli gizi yang tersedia 4 orang, jadi kurang 2 orang.
Pendekatan yang digunakan adalah bagaimana menilai dan
mendeskripsikan kebutuhan pasien, memberikan pelayanan yang bermutu kepada
Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


  111

pasien, dan memastikan bahwa pasien tetap loyal terhadap pelayanan yang
diberikan oleh Bidang Pelayanan Gizi Rumah Sakit Ari Canti, tidak berpindah ke
rumah sakit lain.
Suara pelanggan/pasien di Bidang Pelayanan Gizi RSAC diidentifikasi
melalui survei kepuasan pasien dan juga pengelolaan keluhan pelayanan. Survei
kepuasan dilakukan secara konsisten oleh Bagian Umum dan Pemasaran sejak
Rumah Sakit Ari Canti mulai aktif memberikan pelayanan, dengan mengalami
inovasi penyesuaian mengikuti perkembangan kebutuhan RS.
Pengelolaan keluhan pasien/keluarga yang disampaikan langsung ke bagian
humas atau staf gizi di lapangan juga dilakukan sebagai usaha responsif terhadap
kebutuhan pelayanan. Bagian Umum dan Pemasaran melakukan survei kepuasan
pasien untuk mengetahui kebutuhan pasien dan pasar. Selanjutnya dilakukan
pengolahan data hasil survei. Hasil survei yang sudah diolah selanjutnya akan
dikoordinasikan dengan Direktur dan unit pelayanan terkait, termasuk Bidang
Pelayanan Gizi, untuk didiskusikan dan dicarikan solusi pemecahan masalah dan
peningkatan mutu pelayanan gizi.
Selain menggunakan survei kepuasan, identifikasi suara pasien dalam
pelayanan gizi adalah dengan menjadi pendengar yang baik atas semua keluhan
pasien/keluarga dalam pelayanan gizi. Meskipun SPM Penanganan
Keluhan/Konflik Pelayanan belum resmi ditetapkan RS, setiap staf gizi Rumah
Sakit Ari Canti telah disosialisasikan agar menjadi pendengar yang baik, serta
menjaga etika dan komunikasi ke pasien.
Semua hasil survei kepuasan pelayanan Gizi dan keluhan pasien/keluarga
terhadap pelayanan gizi menjadi bahan evaluasi Bidang Pelayanan Gizi untuk
memberikan pelayanan yang lebih baik dan bermutu menurut Standar Akreditasi
Rumah Sakit versi 2012.
Salah satu fakta yang dapat dijadikan ukuran keloyalan pasien terhadap
pelayanan rumah sakit adalah Laporan Data Kunjungan Pasien Lama Periode
Januari – Desember 2017 yang rata-rata selalu meningkat setiap bulannya.
b. Komunikasi dengan Pasien
Pada kriteria keterlibatan pasien ini menggambarkan bagaimana Bidang
Pelayanan Gizi melibatkan pasien/pelanggan dalam pemberian pelayanan yang
Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


112

bermutu di pelayanan gizi Rumah Sakit Ari Canti. Instalasi gizi menerapkan
suara pelanggan yang langsung ditangani oleh Bagian Umum dan Pemasaran.
Survei ini masih terpusat menjadi satu kesatuan dengan rumah sakit. Untuk
penilaian survei kepuasan di Bidang Pelayanan Gizi menilai beberapa item
pertanyaan dengan skala baik sekali, baik, buruk, dan buruk sekali.
Item pertanyaan tersebut adalah keramahan dan kesopanan, pemberian
informasi, mendengarkan keluhan pasien, penjelasan dan menjawab pertanyaan,
pengecekan identitas pasien sebelum tindakan, kecepatan pelayanan,
keterampilan, dan penampilan. Sistem tersebut sudah diterapkan,
pelanggan/pasien dapat terlibat dalam menjamin pemberian pelayanan gizi yang
bermutu dengan mengajukan keluhan/komplain atau apapun mengenai pelayanan
gizi yang diberikan Rumah Sakit Ari Canti baik secara langsung, melalui kotak
saran, dengan mengirimkan SMS, Whatsapp, atau melalui media sosial lainnya.
Komplain/keluhan tersebut langsung akan diproses agar mendapatkan
kepuasan dan loyalitas pelanggan/pasien, proses tersebut menunjukkan adanya
evaluasi dan perbaikan melalui pemecahan komplain pelanggan/pasien, misalnya
keluhan mengenai rasa yang kurang enak pada makanan ataupelayanan gizi yang
tidak sesuai, maka pihak rumah sakit segera mengambil tindakan untuk segera
memperbaiki atau mencari kebenaran informasi tentang pelayanan gizi yang tidak
sesuai tersebut untuk mendapatkan klarifikasi, dan bahkan mencari inovasi agar
hal tersebut tidak terulang kembali.
Dari hasil penilaian Kriteria Malcolm Baldrige tersebut disimpulkan bahwa
Bidang Pelayanan Gizi sudah melakukan pendekatan yang efektif, responsif dan
sistematis melalui analisis survei kepuasan pasien, penyampaian keluhan
pelayanan, dan memberikan kesempatan pasien/keluarga untuk terlibat dalam
menjaga mutu pelayanan gizi sesuai dengan Standar Akreditasi Rumah Sakit
Versi 2012 khususnya BabAP ,PPK dan PP,serta memastikan bahwa pasien tetap
loyal terhadap pelayanan gizi Rumah Sakit Ari Canti.
Penyebaran terintegrasi dengan unit lain dalam survei kepuasan oleh pihak
manajemen RS, penyampaian keluhan melalui kotak saran, media sosial, dan
media elektronik, serta peran staf gizi yang mendukung keterlibatan pasien dan
pelaksanaan pelayanan gizi yang bermutu sesuai standar akreditasi meskipun
Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


  113

dapat bervariasi di beberapa unit perawatan.


Evaluasi berdasarkan fakta, sistematis, perbaikan beberapa sebagai
pembelajaran organisasi, termasuk inovasi untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas pelayanan gizi. Pendekatan ini terintegrasi dengan unit lain dan sudah
sesuai dengan kebutuhan peningkatan mutu pelayanan gizi Rumah Sakit Ari
Canti secara keseluruhan. Kriteria fokus pada pelanggan ini perlu mendapatkan
perhatian yang besar dari pembuat kebijakan di rumah sakit.
Wijono (2000) menyebutkan bahwa kepuasan pelanggan/pasien rumah
sakit atau organisasi pelayanan kesehatan lain dipengaruhi oleh banyak faktor
yang berkaitan dengan : pendekatan dan perilaku petugas, perasaan pasien pada
saat pertama kali datang, mutu informasi yang diterima oleh pelanggan/pasien,
seperti apa yang dikerjakan dan seperti apa yang diharapkan oleh
pelanggan/pasien, prosedur perjanjian, waktu tunggu, fasilitas umum yang
tersedia, fasilitas lain yang menunjang privasi dan kenyamanan pelanggan/pasien,
outcome terapi yang diberikan dan perawatan yang diterima oleh
pelanggan/pasien.
Satrianegara (2014) menyatakan bahwa selain pengukuran terhadap
kepuasan pasien, bagaimana memenuhi kebutuhan pasien, yang tidak kalah
penting dan perlu untuk tetap mempertahankan mutu pelayanan kesehatan adalah
terkait dengan loyalitas pasien terhadap rumah sakit atau unit pelayanan
kesehatan di rumah sakit.
Loyalitas adalah tanggapan tentang komitmen pasien untuk setia
menggunakan pelayanan kesehatan secara konsisten. Loyalitas ini merupakan
perilaku yang lebih dari pada sekedar puas namun juga cerminan kesetian
pelanggan/pasien terhadap produk/jasa yang diperolehnya.
Loyalitas pasien sudah tentu dipengaruhi oleh mutu pelayanan dan kinerja
dari suatu rumah sakit atau unit pelayanan yang dihasilkan. Rumah sakit perlu
memikirkan strategi untuk tetap mempertahankan dan menjaga citra pelayanan
sehingga tetap diminati dan pelanggan/pasien tidak beralih ke rumah sakit lain
atau kompetitor lain.
7.8 Pengukuran, Analisis dan Manajemen Pengetahuan
Kriteria pengukuran, analisis dan manajemen pengetahuan di Bidang

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


114

Pelayanan Gizi yaitu mengelola data menjadi informasi yang diperlukan oleh
Bidang Pelayanan Gizi sehingga dapat bermanfaat bagi mutu pelayanan gizi
Rumah Sakit ARI Canti

a. Telaah dokumen dan wawancara terhadap informan pelaksana gizi


Dari hasil wawancara mendalam dan observasi di lapangan didapatkan
bahwa dalam proses administratif pasien Rumah Sakit Ari Canti sudah
menggunakan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) namun belum terintegrasi
dengan seluruh pelayanan yang ada di rumah sakit. Kelengkapan data yang
dibutuhkan untuk proses pengambilan keputusan beberapa masih menggunakan
data manual dan belum terkomputerisasi, seperti data pengkajian kebutuhan
edukasi pasien, data laporan bulanan dari kepala ruangan gizi. Dari data tersebut
disimpulkan bahwa rumah sakit dalam mengukur, menganalisis dan memperbaiki
kinerjanya melalui data dan informasi belum dapat dikatakan efektif, sistematis,
rensponsif terhadap kebutuhan beberapa pelayanan rumah sakit, dan jelas.
Pendekatan ini baik digunakan, meskipun penyebaran dapat bervariasi di
unit pelayanan rumah sakit, terutama untuk keperluan akreditasi rumah sakit
masih ada yang belum terintegrasi dengan SIRS. Untuk operasional pelayanan
kesehatan kepada pasien, evaluasi dilakukan rutin seminggu sekali melalui rapat
mingguan yang dihadiri oleh pimpinan seluruh unit pelayanan termasuk Kepala
Bidang Pelayanan Gizi ,berdasarkan data yang ada,berfokuspada complain dan
kebutuhan mendesak.
Evaluasi pencapaian kinerja Bidang Pelayanan Gizi yang dihadiri oleh
Kepala Bidang Pelayanan Gizi dan seluruh staf gizi dilakukan setiap bulan, dalam
merespon dan evaluasi pencapaian kinerja rumah sakit di Bidang Pelayanan Gizi..
Hal tersebut menunjukkan bahwa pendekatan tersebut sudah dijabarkan secara
sistematis, dan pembelajaran organisasi, termasuk inovasi untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas proses pelayanan kepada pasien.
b. Manajemen Pengetahuan, Informasi dan Teknologi Informasi
Rumah sakit memiliki sistem informasi rumah sakit yang belum mampu
mencakup hampir seluruh kebutuhan informasi pelayanan kepada pasien. Sistem
informasi ini secara umum bertujuan untuk memenuhi kebutuan manajemen

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


  115

dalam rumah sakit terkait dengan pengelolaan informasi secara komputerisasi.


Pendekatan menggunakan SIRS yang terintegrasi, ketepatan data, integritas dan
kehandalan dipercayakan kepada pihak penyedia IT. Rumah Sakit Ari Canti
menggunakan sistem SANATA.
Aditama (2004) mengemukakan bahwa pelayanan rumah sakit
mengandalkan informasi secara intensif.Informasi memainkan peranan yang vital
dalam pengambilan keputusan.Sistem informasi dapat digunakan sebagai sarana
strategis dalam memberikan pelayanan yang berorientasi pada kepuasan
pelanggan.
Pendapat lain juga dikemukakan oleh Rowland & Rowland (1984) dalam
Aditama(2004),yakniperan system informasi manajemen di rumah sakit dapat
memiliki fungsi medikal dan fungsi bisnis. Sistem informasi dapat berperan baik
dalam sistem transaksi, perencanaan operasional pengawasan serta perencanaan
strategis. Sistem informasi rumah sakit merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari pelayanan di rumah sakit, bahkan saat ini menjadi bagian yang
sangat vital terhadap pelayanan rumah sakit.
Pengelolaan sistem informasi di rumah sakit penting untuk diperhatikan,
mengingat seluruh data dan informasi dari seluruh unit dalam rumah sakit
digunakan dalam pengambilan keputusan. Mutu pelayanan gizi juga ditentukan
dari bagaimana informasi dan data dapat dihasilkan dan digunakan dalam
pelayanan gizi sehari-hari.
Dalam pelaksanaan pelayanan gizi sehari-hari, pelayanan gizi masih
menggunakan data manual, melakukan pencatatan secara manual, sehingga dari
segi waktu dinilai kurang efektif. Seperti halnya yang terjadi dalam pelaporan
data bulanan diinstalasi gizi Rumah Sakit Ari Canti yang masih menggunakan
pelaporan tertulis manual.
7.9 Fokus Pada Tenaga Kerja
Sistem pengembangan SDM yang dijalankan oleh rumah sakit disesuaikan
dengan kebutuhan rumah sakit dan jenis pengembangannya disesuaikan dengan
rencana atau program kerja. Pada saat ini, Rumah Sakit Ari Canti sedang
mempersiapkan untuk survey verifikasi akreditasi, sehingga segala upaya
didukung oleh pimpinan Rumah Sakit Ari Canti untuk pencapaian akreditasi

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


116

rumah sakit. Mulai dari sosialisasi, pelatihan, dan juga bimbingan akreditasi
sebagai kebutuhan persyaratan akreditasi.
a. Interaksi dengan petugas medis lainnya
Proses kolaborasi yang ada di ruang rawat inap RSAC sudah cukup berjalan
baik. Adanya dukungan dari dokter dan perawat untuk ahli gizi melakukan PAGT
menjadi salah satu faktor yang mendukung tercipnya PAGT yang baik. Walaupun
terkadang masih ada ketidak cocokan jadwal atara ahli gizi dan dokter namun
dapat teratasi dengan bantuan perawat ataupun komuniksi lewat telepon.
Setiap profesi dapat saling percaya dan paham terhadap tanggung jawab
masing masing. Hal ini menurunkan resiko tumpang tindih pekerjaan. Kolaborasi
merupakan proses komplek yang membutuhkan sharing pengetahuan yang
direncanakan dengan sengaja dan tanggung jawab bersama untuk merawat pasien
(Brenda2010).
Kolaborasi yang baik antar tenaga kesehatan juga dapat meningkatkan
kualitas hubungan dengan pasien karena dipengaruhi oleh pengetahuan
pengalaman dan kesiapan pasien sendiri untuk berubah (Brenda2010). Bentuk
kolaborasi yang dilakukan antar profesi tenaga kesehatan yaitu, membuat
asasmen untuk pasien berdasarkan diskusi bersama memberikan informasi
kepada bersamaan memberikan intervensi pada pasien. Melakukan diskusi rutin
untuk membahas kondisi pasien, menilai status gizi pasien dan menilai status
kesehatan serta mengevaluasi sebelum pualng dari rumah sakit( Sari Sisca,2009)
Dalam proses perencanaan rekrutmen staf gizi, dilakukan seleksi staf gizi
berdasarkan kompetensi pelatihan dan pengalaman kerja sebelumnya. Setelah
dilakukan proses penerimaan, pembagian tugas staf gizi disesuaikan dengan
distribusi kebutuhan pelayanan gizi di lapangan. Sebelum mulai bertugas, staf
gizi baru harus melalui proses pendampingan untuk mengenalkan dengan situasi
pekerjaan. Perencanaan SDM Gizi berasal dari kebutuhan ideal pelayanan sesuai
standar dan selanjutnya diajukan ke bagian SDM Rumah Sait Ari Canti untuk
dilakukan penerimaan dan seleksi staf gizi baru.
Seleksi staf gizi melibatkan Bidang Pelayanan Gizi berdasarkan kriteria dan
kualifikasi perencanaan gizi yang dimiliki Bidang Pelayanan Gizi. Setelah
diterima, staf gizi yang baru wajib mengikuti masa kegiatan orientasi dalam
Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


  117

rangka memperkenalkan seluruh proses kegiatan organisasi yang berkaitan


dengan pelaksanaan kegiatan pelayanan gizi Rumah Sakit Ari Canti. Kegiatan
orientasi ini perlu dilaksanakan dengan harapan calon staf gizi tersebut sudah
dapat memahami hubungan kerja dengan unit kerja terkait dengan pelayanan gizi.
Cara mengelola kemampuan yang dimiliki oleh setiap tenaga staf gizi
adalah dengan cara mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh RS atau dari
organisasi profesi terkait peningkatan kompetensi gizi. Bagi seluruh staf gizi,
lingkungan kerja di Bidang Pelayanan Gizi sangat kekeluargaan, kesempatan
untuk pengembangan diri untuk pelayanan gizi juga sudah ada, melalui pelatihan
gizi atau seminar-seminar yang difasilitasi oleh rumah sakit, baik sebagai bentuk
reward atas prestasi kerja ataupun sebagai suatu kebutuhan bagi rumah sakit
untuk memenuhi persyaratan akreditasi dengan tenaga gizi yang memenuhi
kualifikasi akreditasi rumah sakit.
Dalam menciptakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman di Bidang
Pelayanan Gizi, dilakukan dengan memenuhi hak- hak staf gizi (penghasilan,
jaminan kesehatan/BPJS Kesehatan/BPJS Ketenagakerjaan), dapat menunjang
pekerjaan, memberikan reward berupa pelatihan atau sertifikat penghargaan, dan
menjatuhkan punishment sesuai tingkat disiplin yang dilanggar.
b. Ahli gizi dan diitetis yang kompeten
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien menurut Hickson et al
(2007), Naithani et al (2008), O’Flynn J et al (2005) adalah faktor lingkungan,
faktor personal dan sosial budaya sebelum, selama dan sesudah pasien dirawat
inap. Faktor personal yang dimaksud adalah pelayanan makan yang diberikan
oleh ahli gizi dan pramusaji yang berinteraksi secara langsung dengan pasien. Hal
tersebut telah diidentifikasi sebagai salah satu faktor penting dalam penerimaan
makanan dan dapat digunakan untuk memprediksi konsumsi pangan.
Beberapa petugas yang ada di rumah sakit yang mempengaruhi kepuasan
pasien diantaranya dokter, perawat, ahli gizi, pramusaji dan apoteker (Arora,
2010). Ahli gizi merupakan seseorang yang telah mengikuti dan menyelesaikan
pendidikan akademik dalam bidang gizi. Ahli gizi dalam memberikan pelayanan
kepada pasien dengan sikap, pengetahuan serta keterampilan yang baik untuk
mencapai status kesehatan pasien yang optimal dalam kondisi sehat atau sakit
Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


118

(Aritonang, 2012). Sedangkan pramusaji merupakan staff yang setiap hari


berinteraksi dengan pasien, pada saat mengantarkan makanan dan minuman.
Sikap dan perilaku ahli gizi dan pramusaji yang sopan, santun dan ramah dapat
memberikan pengaruh secara psikologis terhadap pasien (Ernalia,2014).
Keterlibatan tenaga kerja dalam mencapai tujuan dan keberhasilan
organisasi sangat berpengaruh, karena tenaga kerja yang profesional adalah ujung
tombak dalam keberhasilan suatu organisasi pelayanan. Bidang Pelayanan gizi
dalam mengembangkan SDM nya dilakukan dengan kesempatan pelatihan untuk
meningkatkan mutu pelayanan gizi sesuai pelatihan yang diterima.
Staf gizi diberikan kebebasan dalam mengembangkan budaya dan cara
kerja mereka, dengan menekankan pada budaya kerja mutu. Pelayanan dan
pengawasan kinerja gizi oleh ketua tim jaga atau kepala instalasi gizi, reward dan
punishment dilakukan untuk mengevaluasi, serta pemberian jaminan kesehatan
dan jaminan ketenaga kerjaan. Dalam sebuah organisasi termasuk rumah sakit,
tenaga gizi memegang peranan penting, karena rumah sakit adalah sebuah bentuk
organisasi jasa yang dalam kelangsungan pertumbuhan dan
perkembangannya sangat memerlukan peranan tenaga gizi.
Staf gizi merupakan salah satu aset bagi sebuah organisasi rumah sakit,
Sabarguna (2009) menyatakan bahwa salah satu faktor yang mendukung kinerja
dari sebuah organisasi adalah menempatkan orang yang tepat dalam pekerjaan
yang tepat. Tenaga kerja memiliki kemampuan dalam berpikir secara kritis dan
sistematis dalam proses pengambilan keputusan sebuah organisasi.
Sebagai salah satu aset bagi sebuah organisasi, perlu dilakukan pembinaan
dan pengembangan kemampuan dan diperhatikan kondisi lingkungan kerjanya
sehingga tenaga kerja percaya penuh terhadap organisasi tempatnya bekerja.
Namun tidak hanya sebagai sebuah aset perusahaan, tenaga kerja juga bisa secara
tidak langsung menjadi marketing bagi organisasi tempatnya bekerja.
Menurut Stoner, Freeman & Gilbert (1996, dalam Istanti, 2017) proses
manajemen SDM meliputi 7 aktivitas dasar, yaitu :
1) Perencanaan SDM didesain untuk memastikan bahwa personel yang
diperlukan akan selalu terpenuhi secara memadai.
2) Rekruitmen berkaitan dengan pengembangan cadangan calon karyawan
Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


  119

sejalan dengan rencana SDM.


3) Seleksi termasuk menggunakan formulir lamaran, daftar riwayat hidup,
wawancara, pengujian keterampilan dan mencocokkan informasi dari referensi
untuk mengevaluasi dan menyaring calon karyawan bagi pimpinan yang akhirnya
akan memilih dan menerima calon.
4) Sosialisasi/orientasi didesain untuk membantu orang yang terpilih
menyesuaikan diri ke dalam organisasi.
5) Pelatihan dan pengembangan, keduanya bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan karyawan dalam memberikan kontribusi untuk efektifitas organisasi.
6) Penilaian prestasi kerja, membandingkan prestasi kerja seseorang dengan
standar dan tujuan yang dikembangkan untuk posisi orang tersebut.
7) Promosi, transfer, demosi dan PHK mencerminkan nilai seorang karyawan
bagiorganisasi.
Dari penilaian yang dihasilkan pada kriteria focus pada tenaga kerja di
Bidang Pelayanan Gizi sudah mulai dilakukan dengan pendekatan yang
sistematis, responsif dan efektif. Pendekatan yang digunakan untuk
menyelesaikan proses sudah dilakukan yaitu perencanaan pemenuhan tenaga gizi,
rekrutmen staf gizi menurut kompetensi dan pengalaman kerja diutamakan.
Proses pendampingan tenga kerja baru meskipun tidak dalam kondisi ideal
karena kebutuhan staf gizi yang mendesak dan tidak sebanding dengan beban
kerja pelayanan gizi RS yang cukup tinggi. Penyebaran sudah dilakukan sesuai
dengan pendekatan yang dilakukan yaitu pembagian tugas dan fungsi dimana
kesenjangan dengan beban kerja menyebabkan rotasi menjadi terlalu singkat
(tidak ideal), pendelegasian wewenang pelayanan gizi diserahkan kepada para
koordinator satuan pelaksana dan kepala ruangan.
Peningkatan kemampuan gizi dilakukan oleh RS melalui pelatihan gizi atau
seminar-seminar yang difasilitasi oleh rumah sakit, baik sebagai bentuk reward
atas prestasi kerja ataupun sebagai suatu kebutuhan bagi rumah sakit untuk
memenuhi persyaratan akreditasi. Pengembangan karir tenaga gizi diatur sesuai
ketetapan perundang-undangan dan standar yang berlaku.
Evaluasi dilakukan untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman dan
nyaman dengan memenuhi hak-hak staf gizi, penyediaan sarana dan fasilitas kerja
Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


120

yang menunjang pekerjaan, memberikan reward berupa pelatihan dan sertifikat


penghargaan, dan menjatuhkan punishment sesuai tingkat disiplin yang dilanggar.
Keterlibatan tenaga staf gizi di Bidang Pelayanan Gizi dilakukan
pendekatan sistematis, efektif, dan responsif menciptakan inovasi dengan
memberikan kesempatan pelatihan kepada staf gizi untuk meningkatkan mutu
pelayanan gizi sesuai pelatihan yang diterima, serta melalui curah pendapat dalam
rapat-rapat internal. Penyebaran dilakukan ke staf gizi dengan menanamkan
budaya kerja mutu pelayanan gizi dan pengawasan kinerja melalui kepala
instalasi gizi.
Evaluasi dan perbaikan dilakukan dengan rewar dan dpunishment,
pemberian jaminan kesehatan dan jaminan ketenagakerjaan. Pendekatan ini
terintegrasi dengan kebutuhan akreditasi rumah sakit saat ini dan masa depan
pelayanan gizi Rumah Sakit Ari Canti. Aditama (2004) menyebutkan bahwa
dalam menghadapi tantangan di masa yang akan datang, mau tidak mau
manajemen rumah sakit harus mempersiapkan diri dengan baik, terutama dalam
hal SDM gizi.
SDM gizi yang unggul amat berperan dalam kehidupan dan keberhasilan
suatu organisasi ataupun unit pelayanan gizi. SDM gizi di rumah sakit perlu
ditingkatkan agar memiliki kompetensi yang memadai, rumah sakit harus
memberikan keleluasaan bagi staf gizi untuk mengembangkan dirinya, bagian
SDM rumah sakit harus memotivasi seluruh staf gizi untuk menciptakan inovasi
di dalam unitnya masing-masing, termasuk di Bidang Pelayanan Gizi.
Salah satu bentuk perhatian dan apresiasi rumah sakit terhadap
karyawannya adalah dengan pemberian reward atau penghargaan atas apa yang
dilakukan oleh staf yang memiliki kemampuan dan keterampilan yang lebih dari
staf yang lain. Hal ini perlu dilakukan agar tercipta kenyamanan bagi staf untuk
tetap bekerja dan tidak berpindah tempat atau ke rumah sakitlain.
7.10 Fokus Pada Operasional
Kriteria ini menilai bagaimana Bidang Pelayanan gizi mendesain,
mengelola, dan meningkatkan produk dan proses kerja, meningkatkan efektivitas
operasional untuk mencapai tujuan Bidang Pelayanan gizi secara
berkesinambungan.

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


  121

a. Assasment Gizi ,Skrining Gizi


Proses kerja yang berjalan di Bidang Pelayanan Gizi dilakukan mengacu
pada struktur organisasi di Bidang Pelayanan Gizi, pembagian tugas dan fungsi
masing-masing staf gizi sudah ada di bagian SDM sudah diterapkan sesuai
dengan tugas dan fungsi sesuai rotasi penempatan.
Pengambilan data pasien melalui proses assasmen telah dilakaukan oleh
ahli gizi. Hal ini menyebabkan tidak banyaknya kendala yang berarti, namun
pelaksanaan tahap awal dari PAGT ini belum maksimal. Data fisik klinis tidak
tercantum dalam form asuhan gizi sebab tidak adanya komponen didalamnya.
Untuk mengetahui tentang ini ahli gizi meminta data yang tertulis dalam catatan
medis.
Assasmen gizi merupakan pengambilan data keseluruhan yang dilakukan
oleh ahli gizi menggunakan antropometri , data laboreatorium, data fisik / klinis,
riwayat makanan dan penyakit. Adanya pembaharuan form asuhan gizi menjadi
sesuai standar PAGT termasuk hasil evaluasi mereka agar ahli gizi dapat
mengumpulkan data secara lengkap dan relevan. Tersedianya komponen data
fisik dan klinis pada form PAGT yang baru membuat lebih baik jika
dibandingkan form sebelumnya. Karena sesungguhnya tujuan dari melakukan
asasmen gizi adalah agar ahli gizi dapat meninjau kembali dat yang sudah
dikumpulkan untuk menetukan factor yang mempengaruhi gizi dan kesehatan lalu
mengelompokkan data untuk mengidentifikasi diagnose gizi kemudian
menggabungkan data yang ada.
Evaluasi dari pelaksanaan proses dan sistem kerja dilakukan melalui rapat
koordinasi internal dan morning report/konferensi pagi saat tukaran jaga sebagai
bentuk pembelajaran organisasi. Pendekatan dalam hubungannya dengan unit lain
sudah terintegrasi dengan baik khususnya dalam pelaksanaan pelayanan gizi
menurut Akreditasi RS versi 2012 dan pemecahan masalah dilakukan secara
bersama.
Dari hasil gambaran pelaksanaan gizi menurut Akreditasi Rumah Sakit
Versi 2012, diketahui bahwa dalam merancang, mengelola serta meningkatkan
produk dan proses kerja yang berkesinambungan di Bidang Pelayanan Gizi yaitu
dengan cara menyusun, menetapkan, sosialisasi dan melaksanakan Kebijakan
Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


122

/SPM gizi agar terwujud pelayanan gizi yang bermutu.

b. Pemesanan makanan, variasi makanan dan kontaminasi


Penyaluran informasi kebijakan operasional pelayanan gizi oleh ahli gizi
kepada pramumasak maupun pramusaji terkendala oleh latar belakang pendidikan
dan sosial serta hambatan dalam cara berkomunikasi. Dari hasil penelitian
diketahui bahwa pendidikan pramumasak dan pramusaji bervariasi, mulai SD
sampai SMU dengan daya dukung pelatihan yang masih sangat kurang. Dalam
menyampaikan informasi, diperlukan kredibilitas sumber informasi dan harus
memperhitungkan kemampuan dari sasaran penerima pesan seperti tingkat
pendidikan dan sosial budayanya.
Penelitian Marsaulina (2004) menyatakan bahwa pendidikan berpengaruh
terhadap kemampuan tenaga pengolah makanan dalam menerima informasi
terutama cara mengolah makanan. Pelayanan gizi berperan penting bagi
kesembuhan pasien. Resiko yang bisa terjadi bila pelayanan gizi tidak baik adalah
turunnya status gizi dan status kesehatan pasien yang akan memperlama hari
perawatan. Citra rumah sakit sangat tergantung dari mutu pelayanan yang
diberikan termasuk mutu makanan yang disajikan pada pasien. Masa rawat pasien
dengan hospital malnutrition 90% lebih lama dibandingkan pasien dengan gizi
baik sehingga secara ekonomis akan menambah beban biaya yang dikeluarkan
pasien dan keluarganya bahkan oleh institusi rumah sakit.
Variasi makanan adalah susunan golongan bahan makanan yang terdapat
dalam satu hidangan berbeda pada tiap kali penyajian. Variasi menu makanan
Indonesia umumnya tidak serumit variasi menu makanan Eropa. Menu yang
dianggap lazim di semua daerah di Indonesia umumnya terdiri dari susunan
variasi hidangan sebagai berikut (Moehyi, 1992)
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh R.Purba
(2011) yang menyatakan ada hubungan variasi makanan terhadap sisa makanan
pokok hal ini dikarenakan menu makanan pokok yang disajikan untuk makanan
lunak di RSAC hanya bubur untuk makan pagi serta nasi tim untuk makan siang
dan malam.
Menurut Michaels et al (2004), CDC (Centers for Disease Control and
Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


  123

Prevention) melaporkan sebesar 20% infeksi akibat makanan disebabkan oleh


penjamah makanan. Penjamah makanan sebagai salah satu kontributor terjadinya
kontaminasi makanan, sehingga penjamah makanan memiliki peran penting
dalam melindungi kesehatan penderita atau pasien di rumah sakit dari adanya
penyakit akibat kontaminasi makanan (Djarismawati dkk, 2004)  
Untuk  mencegah kontaminasi makanan perlu penerapan higiene sanitasi
makanan pada proses pengadaan bahan makanan sampai dengan penyajian
makanan. Selain itu, upaya pencegahan lain yaitu dengan cara melaksanakan
pendidikan dan pelatihan bagi penjamah makanan. Pelatihan higiene sanitasi
pengelolaan makanan merupakan pelatihan yang mempunyai tujuan khusus yaitu
agar penjamah makanan mengalami perubahan pengetahuan, sikap, dan
keterampilan dalam pengelolaan makanan ke arah yang lebih baik
Panduan/SPM pelaksanaan tugas staf gizi disusun oleh Koordinator Satuan
Pelaksana Mutu dan Kepala Instalasi Gizi Serta Tim Kerja RS. Untuk efektivitas
operasional di pelayanan gizi dilakukan dengan bekerja sesuai uraian tugas yang
ditentukan, pengalaman kerja, dan mengacu pada Panduan atau SPM yang ada.
Penyebaran informasi Panduan atau SPM Gizi, dengan komunikasi langsung dan
beberapa lewat bentuk tertulis.
Penyebaran yang dilakukan dalam pelaksanaan tugas pelayanan gizi yaitu
melalui kerja sama tim yang saling bantu satu sama lain untuk memberikan
pelayanan yang bermutu optimal kepada pasien. Evaluasi dilakukan melalui
komunikasi langsung lewat rapat koordinasi internal dan melalui penilaian
capaian standar akreditasi di pelayanan gizi. Pendekatan ini dalam hubungannya
dengan unit lain sudah terintegrasi, pemecahan masalah dilakukan bersama-sama
untuk kebutuhan pemenuhan akreditasi rumah sakit dan peningkatan mutu
pelayanan gizi berkelanjutan.
Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah suatu instruksi terperinci dan
tertulis yang harus diikuti demi mencapai keseragaman dalam menjalankan suatu
pekerjaan tertentu dengan berpedoman pada tujuan yang ingin dicapai. Dapat
dikatakan bahwa SPM adalah suatu Paket proses kerja dengan langkah-langkah
yang distandarkan dan harus diikuti agar tujuan organisasi dapat tercapai. Hal ini
menjadi sangat penting sebagai usaha menciptakan proses kegiatan dalam
Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


124

organisasi agar lebih efektif, efisien, dan ekonomis.


Penyelenggaraan proses kerja dapat berjalan dengan pasti karena dapat
menghindari berbagai bentuk penyimpangan dan kesalahan atau jikapun terjadi
penyimpangan dan kesalahan dapat ditemukan dan ditelusuri penyebabnya. SPM
mencakup seluruh proses pelayanan baik teknis maupun administratif, termasuk
pemberian pelayanan internal maupun eksternal yang dilaksanakan di unit kerja
yang ada didalamnya.
Manfaat SPM dalam lingkup pekerjaan di rumah sakit antara lain
(Febriyanty, 2015) :
a. Sebagai standarcara yang dilakukan oleh karyawan dalam menyelesaikan
pekerjaan yang menjaditugasnya.
b. Mengurangi tingkat kesalahan dan kelalaian yang mungkindilakukan oleh
seseorang karyawan dalam pelaksanaantugasnya.
c. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawab
karyawan sebagai individual pegawai dan sebagai organisasi rumah sakit
secarakeseluruhan.
d. Membantu karyawan menjadi lebih mandiri dan tidak tergantung pada
intervensi dari manajemen, sehingga akan mengurangi keterlibatan pimpinan
dalam pelaksanaan proses kerja sehari-hari.
e. Memberikan informasi mengenai beban tugas yang dipikul oleh karyawan
dalam pelaksanaantugasnya.
f. Sebagai instrumen yang dapat melindungi karyawan dari kemungkinan
tuntutan hukum karena tuduhan terjadinya penyimpangan.
g. Menghindari tumpang tindih pelaksanaantugas.
h. Membantu penelusuran terhadap kesalahan prosedural dalam
memberikanpelayanan.
i. Membantu memberikan informasi yang diperlukan dalam penyusunan standar
pelayanan sehingga sekaligus dapat memberikan informasi bagi kinerja dan
mutu pelayanan.
7.11 Hasil (Le – T – C –I)
Kriteria ini melihat gambaran dan peningkatan mutu pelayanan di Bidang
Pelayanan Gizi Rumah Sakit Ari Canti menurut Akreditasi Rumah Sakit versi

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


  125

2012 sebagai upaya dari peningkatan mutu berkelanjutan pelayanan gizi yang
diberikan, kepuasan pasien/pelanggan, hasil dari kerja tim/staf gizi dan sistem
kerja gizi, operasional dan tanggung jawab kepemimpinan bidang gizi dan
masyarakat.

7.11.3 Asuhan Gizi Terstandar


Bentuk pelayanan gizi rumah sakit adalah proses asuhan gizi terstandar
(PAGT) atau Standarized Nutrition Care Process (NCP) yang menjadi tanggung
jawab ahli gizi sebagai tenaga kesehatan profesional yang berorientasi kerja
dalam bidang pencegahan dan pengobatan penyakit terutama bidang makanan
dengan gizi, baik dirumah sakit praktek pribadi atau di unit pelayanan kesehatan
lainnya dengan tujuan agar kebutuhan asupan makanan pasien tercukupi, karena
makanan adalah kebutuhan dasar manusia dan sangat dipercaya menjadi faktor
pencegahan dan penyembuhan suatu penyakit,
Serangkaian program asuhan gizi tersandar yang dimulai dari assesment
gizi, diagnosis gizi, intervensi gizi, monitoring dan evaluasi gizi menjadi
tanggung jawab ahli gizi (Iwaningsih, 2011).
Salah satu hasil produk pelayanan gizi dan proses pelayanan gizi berupa
terjadinya peningkatan kunjungan atau pertumbuhan jumlah pasien di Rawat
Inap, didukung dengan data Laporan Jumlah Kunjungan Pasien Umum-BPJS
Periode Januari – Desember 2017, Indeks Kinerja Pelayanan RS (BOR, AvLOS,
BTO, TOI) Periode Januari – Desember 2017, yang cenderung meningkat dan
sudah dilaporkan.
Proses Asuhan Gizi Terstandar adalah pendekatan sistematik dalam
memberikan pelayanan asuhan gizi yang berkualitas, melalui serangkaian
aktivitas yang terorganisir meliputi identifikasi kebutuhan gizi sampai
pemberian pelayanannya untuk memenuhi kebutuhan gizi. 
Dari hasil gambaran pelaksanaan pelayanan gizi menurut Akreditasi
Rumah Sakit Versi 2012 Bab Asasman Pasien(AP) Bab Pendidikan Pasien dan
Keluarga (Bab PPK) serta Bab Pelayanan Pasien (PP), didapatkan bahwa rata–
rata pencapaian yang dianalisis dari hasil penelitian menunjukkan bahwa elemen
terpenuhi. Ketiga hasil tersebut memberikan gambaran bahwa pelaksanaan

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


126

pelayanan gizi menurut penilaian Akreditasi Rumah Sakit versi 2012 di Ari Canti
telah melewati syarat minimal pencapaian 80% dari Standar Akreditasi Rumah
Sakit Versi 2012 sebagaimana yang ditargetkan oleh Tim Pokja Akreditasi
Rumah Sakit ARI Canti.
Adanya tren yang menguntungkan dalam hasil produk dan proses ini
yaitu bertambahnya jumlah kunjungan pasien per bulan, ditambah
meningkatnya jumlah pelayanan critical care sehingga menjadi RS rujukan
pasien BPJS di area sekitar Bali Timur.
Bidang Pelayanan Gizi Rumah Sakit Ari Canti belum membandingkan
bagaimana kinerja produk mereka dengan pesaing karena keterbatasan sumber
daya manusia dalam mengkaji lebih jauh, namun hal ini tetap membuat
komitmen Bidang Pelayanan Gizi Rumah Sakit Ari Canti untuk terus
meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu untuk pelanggan, sehingga
menjadi RS Rujukan pasien ber-KTP Bali yang ingin menggunakan BPJS.
Meskipun hal ini belum dikaji lebih lanjut.
Comparison pada kriteria hasil produk dan proses ini merupakan tahap
awal untuk memperoleh informasi yang jelas. Integration sudah ada, seperti
dengan adanya pendidikan dan pelatihan serta sosialisasi Standar Akreditasi RS
Versi 2012 Bab AP, PPK dan PP, yang diharapkan dapat meningkatkan
pengetahuan dan dapat diimplementasikan dengan baik.

7.11.4 Sisa makanan


Sisa makanan adalah bahan makanan atau makanan yang tidak
habis dikonsumsi. Istilah sisa makanan dibagi dalam dua pengertian yaitu waste
adalah bahan makanan yang hilang karena tidak dapat diolah atau tercecer, dan
plate waste adalah makanan yang terbuang karena setelah disajikan tidak habis
dikonsumsi(Prakoso,1992). Menurut Asosiasi Dietisien Indonesia (2005), sisa
makanan adalah jumlah makanan yang tidak dimakan oleh pasien dari yang
disajikan oleh rumah sakit menurut jenis makanannya.
Berdasarkan Kepmenkes No.129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit (SPM), sisa makanan yang tidak termakan oleh
pasien sebanyak-banyaknya 20%. Terpenuhinya syarat tersebut menjadi indicator

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


  127

keberhasilan pelayanan gizi di setiap rumah sakit di Indonesia.


Berdasarkan beberapa teori dan dari hasil penelitian terdahulu, terjadinya
sisa makanan diakibatkan beberapa faktor yang berasal dari pasien, makanan dan
lingkungan. Adanya sisa makanan mengakibatkan asupan nutrisi pasien tidak
adekuat dan secara ekonomis menunjukkan banyaknya biaya yang terbuang.
Pasien dengan asupan gizi yang tidak adekuat jika dibiarkan dalam jangka
waktu yang lama mempunyai risiko 2,4 kali untuk terjadi malnutrisi pada pasien
di rumah sakit. Sedangkan adanya biaya yang terbuang menyebabkan anggaran
makanan kurang efisien dan efektif sehingga pengelolaan biaya makan tidak
mencapai tujuan yang optimal.
Karena itu manajemen rumah sakit menghendaki pengelolaan makanan
yang efektif dan kurang efisien. Efektif dalam artian upaya pemenuhan gizi
pasien selama sakit sesuai dengan tujuan yang sudah ditetapkan dan efisien
berarti hemat dalam penggunaan sumber daya yang ada.
Hal ini menunjukkan ketidakpuasan yang pasien terhadap pelayanan gizi
RSAC sebagai bagian integral dari pelayanan rumah sakit.Upaya peningkatan
kepuasan pasien terhadap pelayan gizi dilakukan melalui kotak saran dan survei
kuesioner kepuasan pasien RS.
Dari hasil wawancara mendalam lainya dengan informan didapatkan
informasi bahwa ada beberapa pasien rawat inap yang akan pulang, saat
dilakukan survei kepuasan menyatakan kepuasannya pada ruangan kelas III
rumah Sakit ARI canti jika dibandingkan dengan RS lain. Mereka berpendapat
pelayanan Kelas III Rumah Sakit ARI canti lebih bagus karena setiap ruangan
rawat inap sudah menggunakan Air Conditioner (AC) dan gedung bangunan yang
relatif masih baru sehingga pasien dan keluarga merasa lebih nyaman.
Comparison pada kriteria hasil fokus pada pasien ini merupakan tahap
awal untuk memperoleh informasi komparatif yang jelas.Untuk hasil survei
kepuasan pasien sudah dilaporkan dalam bentuk tertulis.

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


128

7.11.5 Ketepatan diet penyajian


Kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit merupakan salah satu pelayanan
penunjang medik dalam pelayanan kesehatan paripurna rumah sakit yang
berhubungan dengan kegiatan lainnya, kegiatan pokok dari pelayanan gizi
diantaranya asuhan gizi rawat inap, asuhan gizi rawat jalan, penyelenggaraan
makanan, penelitian dan pengembangan. Ketepatan pemberian diet merupakan
satu indikator tercapainya standar pelayanan minimal rumah sakit di samping
ketepatan waktu pendistribusian makanan ke pasien dan sisa makanan pasien.
Kesalahan pemberian diet pasien kemungkinan dapat diakibatkan karena
kesalahan dokter dalam menentukan diet, kesalahan ahli gizi dalam
menterjemahkan diet, sehingga sampai pada kesalahan tenaga distribusi
(Kemenkes, 2008).
Kesalahan pelayanan pada pasien akan menyebabkan kerugian bagi pasien
dan pihak rumah sakit, seperti biaya yang harus ditanggung pasien menjadi lebih
besar, pasien semakin lama dirawat di rumah sakit dan terjadinya resistensi obat.
Kerugian bagi rumah sakit yang harus dikeluarkan menjadi lebih besar yaitu pada
upaya tindakan pencegahan terhadap kejadian luka , infeksi, pasien jatuh dari
cidera, kesalahan pemberian obat dan kesalahan pemberian diet pasien (Setiowati,
2010).
Petugas distribusi makanan merupakan bagian dari penjamah makanan.
Penjamah makanan merupakan petugas yang secara langsung berhubungan
dengan makanan dan peralatan mulai dari tahap persiapan, pengolahan,
pemorsian , sampai dengan penyajian makanan. Penjamah makanan di rumah
sakit harus mempunyai pengetahuan tentang penyakit dan terapi dietnya.
Kesalahan dalam pemberian diet pada pasien diharapkan tidak terjadi lagi.
Tenaga penjamah makanan di rumah sakit seharusnya memenuhi standar
kualifikasi yaitu memiliki ijazah SMK boga maupun SMA dan sederajat
yangmemiliki sertifikat boga (PGRS, 2013).
Tingkat atau jenjang pendidikan petugas distribusi makanan juga akan
mempengaruhi pemahaman dan pengetahuan tentang diet. Petugas distribusi
makanan yang memiliki tingkat pendidikan rendah akan berbeda dengan yang
memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi. Pengetahuan didapatkan dari teori dan
Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


  129

pengalaman yang pernah dilakukan oleh individu yang bersangkutan.Pengalaman


didapatkan pada saat menjalankan pekerjaannya. Semakin lama petugas
menjalankan pekerjaannya, maka akan semakin banyak pengalaman dan
pengetahuan yang akan dimilikinya. Petugas yang mempunyai pengalaman kerja
yang banyak tidak memerlukan bimbingan seperti petugas yang memiliki sedikit
pengalaman, selain itu masa kerja petugas juga dapat mempengaruhi petugas
dalam menjalankan tugasnya (Khumaidah, 2009).
Merupakan ringkasan dari hasil proses fokus pada tenaga kerja untuk
lingkungan kerja dan keterlibatan staf gizi. Hasil fokus pada tenaga kerja yaitu
belum tersedianya anggaran yang rutin dari Bidang Pelayanan gizi untuk
mengirimkan staf gizi mengikuti pelatihan dan sertifikasi kompetensi. Akan
tetapi menjelang survey verifikasi Akreditasi Rumah Sakit, Rumah Sakit Ari
Canti mengirimkan staf gizi untuk mengikuti pelatihan atau inhouse training agar
menyesuaikan dengan kriteria penilaian Akreditasi Rumah Sakit versi 2012.
Dari lingkungan kerja, wawancara dengan informan menyatakan bahwa
lingkungan kerja di Bidang Pelayanan Gizi cukup nyaman dan semangat
kekeluargaan, meskipun dengan beban kerja staf gizi yang tinggi melebihi standar
akreditasi. Tren menguntungkan yaitu makin meningkatnya perhatian majemen
terhadap instalasi gizi untuk mengikuti pelatihan, baik sebagai reward maupun
sebagai pemenuhan kebutuhan survey verifikasi akreditasi rumah sakit.
Evaluasi Kinerja dilakukan oleh Kepala instalasi gizi terhadap staf gizi di
instalasi gizi terkait, Koordinator Satuan Pelaksana terhadap beberapa Ruangan
yang menjadi focus pengawasan, dan Kepala Bidang Pelayanan gizi terhadap
Kabid Penunjang Medis.

7.11.6 Kepemimpinan dan Tata kelola


Hasil dari cara pimpinan mengatur dan mengelola Bidang Pelayanan gizi
menggunakan pendekatan kepemimpinan partisipatif, komunikasi dilakukan
secara kekeluargaan, baik komunikasi langsung ataupun memo tugas, sehingga
pimpinan mengharapkan dan mengarahkan agar setiap staf yang terkait di Bidang
Pelayanan gizi mengerti peran dan tanggung jawab masing-masing.
Tren gaya kepemimpinan Kepala Bidang gizi seperti ini menjadikan staf

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


130

gizi yang bertugas di Bidang Pelayanan gizi merasa selalu dibimbing dan diawasi
dalam setiap tugas yang dibebankan. Hasil kepemimpinan dengan gaya
kepemimpinan partisipatif ini menjadikan pelayanan gizi lebih terasa seperti
sebuah keluarga, beberapa informan memuji gaya kepemimpinan Kepala Bidang
Pelayanan gizi. Merupakan tahap awal untuk memperoleh informasi pembanding
yang jelas (comparison).
Terdapat keterkaitan antara pola kepemimpinan (integration) di Bidang
Pelayanan gizi dengan pelaksanaan Standar Akreditasi Rumah Sakit versi 2012
Bab AP, Bab PPK, dan Bab PP, dimana dengan pola kepemimpinan partisipatif
seperti ini pelayanan gizi dapat memberikan pelayanan gizi yang memuaskan
pasien berdasarkan SPM yang ada. Hasil dilaporkan untuk banyak bidang yang
penting bagi pemenuhan misi organisasi.
Menurut Satrianegara (2014) ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam
pendekatan untuk mencapai pelayanan prima melalui peningkatan mutu
pelayanan, yaitu :
1. Pelanggan dan harapannya
Usaha peningkatan mutu pelayanandidorong harapan pelanggan. Unit pelayanan
kesehatan memiliki banyak pelanggan loyal harapan pelanggan harus
diidentifikasikan dan diprioritaskan dan unit harus membuat kriteria untuk
menilai keberhasilan.
2. Perbaikan kinerja
Bila sudah teridentifikasi harapan pelanggan, selanjutnya adalah menjalankan
kinerja karyawan dan dokter untuk mencapai konseling, adanya pengakuan dan
mengidentifikasi serta pemberian reward.
3. Proses Perbaikan
Dengan melibatkan karyawan dalam proses pelayanan, maka dapat
mengidentifikasi masalah proses yang dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan,
mendiagnosis penyebab, mengidentifikasi dan menguji pemecahan atau
perbaikan. Proses perbaikan juga penting, seringkali kinerja disalahkan karena
masalah pelayanan dan ketidakpuasan pelanggan pada saat proses itu sendiri
tidak dirancang dan direncanakan dengan baik untuk mendukung pelayanan
4. Budaya untuk mendukung perbaikan terus menerus
Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


  131

Untuk dapat melakukannya, harus sejalan dengan dorongan peningkatan mutu


pelayanan secara terus menerus dan berkesinambungan.Untuk mencapai
pelayanan prima dan bermutu diperlukan organisasi yang tertib, itulah sebabnya
perlu untuk memperkuat budaya organisasi sehingga mendukung peningkatan
mutu.

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


8
KESIMPULAN DAN SARAN
8.4 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan dalam penelitian ini maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil skor mutu Pelayanan Gizi Rumah Sakit ter Akreditasi Versi 2012 ditinjau dari
Kriteria Malcolm Baldrige berada pada skor 408, dalam jenjang predikat “Early
Improvement” dengan tingkat mutu “Average”. Bidang Pelayanan Gizi RSAC
dapat mengembangkan kesempatan untuk perbaikan pada kriteria kepemimpinan
senior, dan pengembangan strategi.
2. Kepemimpinan yang ada di Bidang Pelayanan gizi bersifat partisipatif, mau
menerima masukan, mendorong budaya kerja, dan memberikan solusi
permasalahan. Peluang perbaikan pada katagori kepemimpinan yaitu kepemimpinan
senior di Bidang Pelayanan Gizi terhadap unit kerja lain belum dilakukan
sepenuhnya, serta belum dilakukan pengukuran kinerja organisasi dan staf gizi.
3. RSAC belum memiliki perencanaan strategis sehingga memiliki peluang risiko
kesalahan atau kegagalan terhadap implementasi program kerja. Peluang perbaikan
yang ditemukan RSAC belum ada proses perencanaan dan sasaran strategis yang
sesuai dengan tugas dan fungsi organisasi yang disusun berdasarkan periode jangka
pendek dan jangka panjang. Adanya kegiatan dalam rencana kerja yang tidak sesuai
dengan tugas dan fungsi.
4. Bidang pelayanan gizi RSAC memiliki hubungan yang semakin fokus pada
pelanggan dan pasar meningkatkan mutu pelayanan organisasi. Peluang Perbaikan
RSAC belum mengutamakan pelayanan gizi yang bermutu, belum menerapkan
prinsip perbaikan yang berkelanjutan serta belum menjalin kemitraan yang baik
kepada stakeholder. Namun saat ini Survei kepuasan akan dilakukan secara
konsisten oleh Bagian Umum dan Pemasaran sebagai salah satu syarat
akreditditasi.
5. Pengukuran, analisa dan manajemen pengetahuan didang pelayanan gizi RSAC
didapatkan bahwa semakin baik pengukuran, analisa dan manajemen pengetahuan
meningkatkan mutu pelayanan gizi. Peluang perbaikan yang ditemukanbidang
pelayanan gizi RSAC belum memiliki media informasi yang mudah diakses oleh
stakeholder, belum memiliki data yang akurat serta belum memiliki SPM atau
prosedur dalam pengukuran kinerja.

132
Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


  133

6. Fokus pada staf didang pelayanan gizi RSAC menunjukkan bahwa semakin fokus
pada staf maka meningkatkan mutu pelayanan gizi. Komunikasi antara
bagian/subdit di Rumah Sakit Ari Canti sudah terjalin dengan baik. Peluang
perbaikan yang ditemukan staf belum diberikan kesempatan yang luas atau di
dukung untuk pengembangan diri melalui pendidikan keterampilan dan keahlian,
melanjutkan pendidikan serta belum memberikan penilaian terhadap kinerja staf
untuk mencapai kinerja yang tinggi.
7. Dari kriteria manajemen proses dibidang pelayanan gizi yang menunjukkan semakin
baik manajemen proses akan semakin meningkatkan mutu pelayanan gizi. Peluang
perbaikan yang ditemukan RSAC belum menjadikan harapan stakeholder sebagai
bahan pertimbangan untuk memperbaiki kualitas pelayanan, belum memperhatikan
kualitas dan kuantitas dalam memberikan pelayanan kepada stakeholder, serta
menyelesaikan masalah belum mencari akar permasalahannya.

8.5 Saran
1. Direktur dengan para pimpinan menetapkan visi, misi serta perencanaan dan sasaran
strategis yang sesuai dengan tugas dan fungsi organisasi. Penjabaran visi, misi dan nilai
– nilai organisasi ini didalam perencanaan strategis dalam rencana tindakan
(perfomance) sebagai key perfomance indicator/indikator kunci kebarhasilan.
2. Membuat standar prosedur kerja sebagai panduan staf gizi dalam bekerja. Panduan ini
merupakan instrument yang bisa digunakan untuk mengukur kinerja staf.
3. Meningkatkan komunikasi yang efektif antara bagian/subdit dengan pelaksanaan
outbound, manajemen konflik yang terkendali serta penegakan disiplin pegawai.
4. Menyediakan media layanan informasi yang mudah diakses oleh stakeholder. Media
layanan informasi ini berisikan tentang organisasi dan layanan gizi yang diberikan serta
ruang penyampaian harapan, saran serta keluhan stakeholder sehingga data yang masuk
dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk penerapan perbaikan yang berkelanjutan
(contuinitas improvement)
5. Membuat panduan layanan gizi bermutu sesuai dengan tugas dan fungsi organisasi
sehingga staf yang memberikan pelayanan gizi punya standar dan hasil pelayanan gizi
yang diberikan dapat diukur.
6. Agar staf gizi tidak hanya fokus pada pemberian pelayanan gizi semata sesuai dengan
rutinitas pekerjaan sehari-hari, namun juga memperhatikan proses pendokumentasian

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


134

dari setiap proses yang dijalankan, menciptakan inovasi dan perbaikan, serta evaluasi di
dalam proses kerja.
7. Untuk meningkatkan mutu pelayanan gizi Rumah Sakit Ari Canti dapat menerapkan
Baldrige Criteria.

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


  135

Tabel 8.1 Rincian Skor Hasil Kriteria Malcolm Baldrige


 

Kriteria Poin Skor


Malcolm Kriteria Pelayanan
No. Ringkasan
Baldrige dan Malcolm Gizi
% Skor Baldrige (% x poin)
1. Kepemimpinan 120 37,5
a. Kepemimpinan 1. Kepemimpinan senior di Bidang Pelayanan Gizi sudah memiliki visi, misi dan tujuan, yang 70 17,5
Senior merupakan turunan dari visi, misi dan tujuan RSUD Pasar Ari Canti, sistematis, efektif dan
responsif terhadap kebutuhan pelayanan pelayanan gizi.
2. Penyebaran/sosialisasi visi, misi, tujuan Bidang Pelayanan Gizi sudah cukup merata pada
25 %
semua staf Bidang Pelayanan Gizi, meskipun bervariasi di unit Gizi baik melalui pertemuan
atau rapat internal, terpasang di beberapa tempat pelayanan gizi seperti Ruang Ruang
Penyajian , Ruang Rapat Bidang Pelayanan Gizi, Ruang Ka. Unit , Administras ruang rapat.
3. Proses evaluasi dan perbaikan visi, misi, dan tujuan Bidang Pelayanan gizi belum dilakukan
karena merupakan turunan visi, misi, tujuan rumah sakit ari canti yang diperbaharui setiap 5
tahun sekali sebagai pendekatan awal evaluasi.
4. Pendekatan yang dilakukan dengan unit kerja lain terkait sudah dilakukan sepenuhnya,
koordinasi lintas program dilaksanakan dengan supervisi dari Direktur RS.
b. Tata Kelola dan 1. Tata Kelola Bidang Pelayanan gizi dalam akuntabilitas dan langkah manajemen terhadap 50 20
Tanggung pelaksanaan Asesman Pasien, Pendidikan Pasien dan Keluarga, Pelayanan Pasien termasuk
Jawab Sosial evaluasi kinerja dari pemimpin RS telah dilakukan dengan baik dan hampir tidak ditemukan
kendala pelaksanaan.
2. Penyebaran perlindungan terhadap Pelayanan Pasien, promosi kesehatan melalui Pendidikan
40 % Pasien dan Keluarga, serta kegiatan Asasmen Pasien di Pelayanan Gizi telah melibatkan dan
bervariasi di unit lain di RS.
3. Proses evaluasi pelayanan gizi terkait tanggung jawab sosial pelayanan pasien, promosi
kesehatan melalui pendidikan pasien dan keluarga dan asasmen pasien dikomunikasikan
secara langsung dua arah, mengeluarkan Panduan/SPO, dan melalui rapat koordinasi
internal.
4. Pendekatan yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan akreditasi rumah sakit saat ini.

  Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


136

Kriteria Poin Skor


Malcolm Kriteria Pelayanan
No. Ringkasan
Baldrige dan Malcolm Gizi
% Skor Baldrige (% x poin)
2. Perencanaan Strategis 85 27,25
a. Pengembangan 1. Rencana Strategis Pelayanan Gizi belum dimiliki, masih dalam proses pengembangan, 45 11,25
Strategi strategi pelaksanaan pelayanan gizi menurut Akreditasi Rumah Sakit versi 2012 khususnya
Bab Asasmen Pasien, Bab Pendidikan Pasien dan Keluarga, Bab Pelayanan Pasien
25 % diterjemahkan dalam Program Kerja Bidang Pelayanan Gizi yang sistematis, efektif, dan
responsif terhadap kebutuhan pelayanan.
2. Penyebaran dari pengembangan Program Kerja Bidang Pelayanan Gizi dilakukan bervariasi
melalui sosialisasi rapat internal, komunikasi langsung dua arah dan lebih berhubungan pada
peningkatan pelayanan ke pasien.
3. Belum dilakukan evaluasi tertulis secara menyeluruh untuk program kerja Bidang Pelayanan
Gizi, meskipun evaluasi untuk pengembangan program kerja pelayanan di ruang rawat inap
sudah dilakukan melalui rapat koordinasi dan tertulis sebagai awal evaluasi dan perbaikan.
4. Prioritas pelayanan gizi saat ini ditekankan pada pelayanan yang baik, memuaskan pasien
dan meminimalkan keluhan/konflik pelayanan sebagai tahap awal penyelarasan kebutuhan
organisasi.
b. Pelaksanaan 1. Proses pendekatan yang sistematis dan jelas dalam pelaksanaan program kerja gizi terutama 40 16
Strategi dalam Menegakkan Asasmen Pasien, promosi kesehatan melalui Pendidikan Pasien dan
Keluarga, pelaksanaan Pelayanan pasien responsif terhadap kebutuhan pelayanan gizi RS.
2. Penyebarluasan Program Kerja Bidang Pelayanan Gizi disampaikan dalam rapat koordinasi,
tersusun secara sistematis dan terdokumentasi.
40 % 3. Evaluasi dari pelaksanaan Program Kerja Bidang Pelayanan Gizi belum semua berjalan
secara tertulis, indikator untuk mengukur keberhasilan sudah ada melalui survei kepuasan
pasien, dan BOR untuk pelayanan gizi.
4. Pendekatan pengembangan program kerja sesuai dengan kebutuhan pelayanan gizi secara
keseluruhan, diidentifikasi dalam menanggapi profil pelayanan gizi RS.

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


  137

Kriteria Poin Skor


Malcolm Kriteria Pelayanan
No. Ringkasan
Baldrige dan Malcolm Gizi
% Skor Baldrige (% x poin)
3. Fokus Pada Pelanggan/Pasien 85 36
a. Suara 1. Pendekatan pelayanan gizi Rumah Sakit Ari Canti dilakukan melalui analisis survei kepuasan pasien 40 18
Pelanggan/Pasien dan pengelolaan keluhan pasien untuk menilai/mendeskripsikan kebutuhan pasien, memberikan
pelayanan yang bermutu kepada pasien dan memastikan bahwa pasien tetap loyal terhadap pelayanan
gizi Rumah Sakit Ari Canti, tidak pindah ke RS lain.
45 % 2. Penyebaran melalui survei kepuasan dan pengelolaan keluhan pelayanan gizi oleh Bagian Umum dan
Pemasaran atau ahli gizi di lapangan sebagai upaya responsif, efektif dan sistematis terhadap
kebutuhan pelayanan, meskipun dapat bervariasi di beberapa unit gizi.
3. Evaluasi fokus pada pasien dilakukan sebagai sebuah proses berdasarkan fakta (Kunjungan Pasien
Umum-BPJS Periode Jan – Des 2017, hasil survei kepuasan, terkait pelayanan gizi), sistematis, dan
pembelajaran organisasi, termasuk inovasi untuk efisiensi dan efektivitas pelayanan gizi.
4. Pendekatan ini sesuai dengan kebutuhan peningkatan mutu pelayanan gizi RS secara keseluruhan.

b. Keterlibatan 1. Pendekatan melalui analisis survei kepuasan pasien (efektif), penyampaian keluhan pelayanan gizi 45 18
Pelanggan/Pasien (responsif), dan memberikan kesempatan pasien/keluarga untuk terlibat dalam menjaga mutu
pelayanan gizi sesuai dengan standar akreditasi (sistematis).
2. Penyebaran terintegrasi dengan unit lain dalam survei kepuasan oleh pihak manajemen RS,
40 % penyampaian keluhan melalui kotak saran, melalui media sosial, dan media elektronik, serta peran
ahli gizi yang mendukung keterlibatan pasien dalam pelayanan gizi sesuai standar akreditasi.
3. Evaluasi dalam bentuk respon segera atas keluhan, melakukan perbaikan melalui pemecahan
komplain, dan evaluasi pelaksanaan keterlibatan pasien/keluarga dalam pelayanan gizi sesuai standar
akreditasi.
4. Pendekatan ini terintegrasi dengan unit lain, dan terintegrasi dengan kebutuhan saat ini serta masa
depan RS.

  Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


138

Kriteria Poin Skor


Malcolm Kriteria Pelayanan
No. Ringkasan
Baldrige dan Malcolm Gizi
% Skor Baldrige (% x poin)
4. Pengukuran, Analisis dan Manajemen Pengetahuan 90 38,5
a. Pengukuran, 1. Pendekatan menggunakan SIRS yang sudah terintegrasi untuk seluruh pelayanan RS termasuk Bidang 45 18
Analisis, dan Pelayanan gizi, meskipun untuk pengukuran beberapa bagian di manajemen RS masih belum responsif
Peningkatan 2. Pendekatan sudah baik digunakan meskipun penyebaran dapat bervariasi di unit pelayanan gizi rumah
Kinerja sakit, terutama untuk keperluan akreditasi rumah sakit masih ada yang belum terintegrasi dengan
Organisasi SIRS.
3. Evaluasi data dilakukan RS dijabarkan secara sistematis, pembelajaran organisasi termasuk inovasi
40 % untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses pelayanan gizi kepada pasien.
4. Pendekatan ini terintegrasi dengan kebutuhan pelayanan RS secara keseluruhan,
b. Manajemen 1. Pendekatan menggunakan SIRS yang terintegrasi, ketepatan data, integritas dan kehandalan 45 20,25
Pengetahuan, dipercayakan kepada pihak penyedia IT.
Informasi dan 2. Pengolahan dan penyebaran data SIRS terintegrasi disediakan per unit pelayanan termasuk pelayanan
Teknologi gizi dan menggunakan otorisasi Pemimpin RS tanpa kesenjangan yang signifikan.
Informasi 3. Evaluasi dan pembelajaran melalui data SIRS dilakukan per unit pelayanan termasuk juga unit
pelayanan gizi, saat ini belum ada unit khusus sebagai pengolah data program dan informasi.
45 % 4. Pendekatan in terintegrasi dengan seluruh unit pelayanan RS termasuk unit pelayanana gizi, dan
sesuai dengan kebutuhan akreditasi untuk saat ini serta pengembangan RS di masa depan.

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


  139

Kriteria Poin Skor


Malcolm Kriteria Pelayanan
No. Ringkasan
Baldrige dan Malcolm Gizi
% Skor Baldrige (% x poin)
5. Fokus Pada Tenaga Kerja 85 34
a. Lingkungan 1. Pendekatan yang digunakan untuk menyelesaikan proses sudah dilakukan yaitu proses perencanaan 40 16
Kerja pemenuhan tenaga ahli gizi, rekrutmen staf gizi menurut kompetensi dan pengalaman kerja diutamakan,
proses pendampingan staf gizi baru meskipun tidak dalam kondisi ideal karena kebutuhan staf gizi
yang mendesak yang mendesak dan tidak sebanding dengan beban kerja pelayanan gizi RS yang
cukup tinggi.
2. Penyebaran sudah dilakukan sesuai dengan pendekatan yang dilakukan yaitu pembagian tugas dan
fungsi dimana kesenjangan dengan beban kerja menyebabkan rotasi menjadi terlalu singkat (tidak
40 % ideal), pendelegasian wewenang pelayanan gizi diserahkan kepada para koordinator satuan pelaksana
dan kepala ruangan. Peningkatan kemampuan ahli gizi dilakukan oleh RS melalui pelatihan gizi atau
seminar-seminar yang difasilitasi oleh rumah sakit, baik sebagai bentuk reward atas prestasi kerja
ataupun sebagai suatu kebutuhan bagi rumah sakit untuk memenuhi persyaratan akreditasi belum
maksimal. Pengembangan karir tenaga staf gizi diatur sesuai ketetapan perundang-undangan dan
standar yang berlaku
3. Evaluasi dilakukan untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman dengan memenuhi
hak-hak staf gizi penyediaan sarana dan fasilitas kerja yang menunjang pekerjaan, memberikan reward
berupa pelatihan dan sertifikat penghargaan, dan menjatuhkan punishment sesuai tingkat disiplin yang
dilanggar.
4. Pendekatan yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan pelayanan gizi Rumah Sakit Ari Canti
b. Keterlibatan 1. Pendekatan yang dipergunakan sistematis, efektif, dan responsif menciptakan inovasi dengan 45 18
Tenaga Kerja memberikan kesempatan pelatihan kepada staf gizi untuk meningkatkan mutu pelayanan gizi sesuai
pelatihan yang diterima belum maksimal, serta melalui curah pendapat dalam rapat-rapat internal.
2. Penyebaran dilakukan ke staf gizi dengan menanamkan budaya kerja mutu pelayanan gizi dan
40 % pengawasan kinerja melalui ketua tim jaga atau kepala ruangan atau koordinator satuan pelaksana.
3. Evaluasi dan perbaikan dilakukan dengan reward and punishment, pemberian jaminan kesehatan dan
jaminan ketenagakerjaan.
4. Pendekatan ini terintegrasi dengan kebutuhan saat ini dan masa depan pelayanan gizi rumah sakit Ari
Canti

  Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


140

Kriteria Poin Skor


Malcolm Kriteria Pelayanan
No. Ringkasan
Baldrige dan Malcolm Gizi
% Skor Baldrige (% x poin)
6. Fokus Pada Operasional 85 36,25
a. Proses Kerja 1. Pendekatan yang digunakan sistematis, efektif terhadap kebutuhan di unit. Sistem kerja/proses kerja 45 20,25
yang berjalan di Bidang Pelayanan Gizi dilakukan mengacu pada struktur organisasi di Bidang
45% Pelayanan gizi, serta pembagian tugas dan fungsi masing-masing staf gizi sesuai rotasi penempatan.
Panduan/SPO pelaksanaan tugassaf gizi khususnya terkait Pelayanan Pasien Pendidikan Pasien dan
Keluarga,
No. Kriteria Malcolm Poin Skor
Baldrige dan % Ringkasan Kriteria Pelayanan
Skor Malcolm Keperawatan
Baldrige (% x poin)
, serta Asasmen Pasien disusun oleh Koordinator Satuan Pelaksana Mutu Asuhan Gizi dan atau Tim
Kerja RS dan atau Pokja Akreditasi.
2. Penyebaran informasi Panduan/SPO Gizi, khususnya yang terkait terkait Pelayanan Pasien
Pendidikan Pasien dan Keluarga, serta Asasmen Pasien sudah berjalan dengan cukup optimal, dengan
komunikasi langsung dan beberapa lewat bentuk tertulis, tanpa kesenjangan yang signifikan.
3. Evaluasi dari proses dan sistem kerja dilakukan melalui rapat koordinasi internal dan morning report
sebagai pembelajaran organisasi
4. Pendekatan dalam hubungannya dengan unit lain sudah terintegrasi dengan baik khususnya dalam
pelaksanaan pelayanan gizi menurut Akreditasi RS versi 2012 Bab AP, PPK dan PP,
pemecahan masalah dilakukan secara bersama.
b. Efektivitas 1. Pendekatan dalam meningkatkan efektivitas operasional di pelayanan gizi dilakukan dengan bekerja 40 16
Operasional sesuai uraian tugas yang ditentukan, pengalaman kerja, dan mengacu pada Panduan/SPO yang ada.
Dalam proses pemecahan masalah dalam pekerjaan, pelayanan gizi mencari akar penyebab masalah
dalam pekerjaan dan menyelesaikannya serta berkomunikasi langsung atau melalui rapat.
40% 2. Dalam proses penyebaran yang dilakukan dalam pelaksanaan tugas gizi yaitu melalui kerja sama tim
yang saling bantu satu sama lain untuk memberikan pelayanan gizi yang optimal kepada pasien.
3. Evaluasi efektivitas operasional dilakukan melalui komunikasi langsung lewat rapat koordinasi
internal dan penilaian capaian standar akreditasi di pelayanan gizi.

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


  141

Kriteria Poin Skor


Malcolm Kriteria Pelayanan
No. Ringkasan
Baldrige dan Malcolm Gizi
% Skor Baldrige (% x poin)
4. Pendekatan terintegrasi dengan unit lain untuk kebutuhan akreditasi rumah sakit dan peningkatan
mutu pelayanan gizi berkelanjutan
7. Hasil 450 198,5
a. Hasil Produk dan 1. Hasil produk pelayanan gizi dan proses pelayanan gizi berupa terjadinya peningkatan kunjungan pasien 120 54
Proses atau pertumbuhan jumlah pasien di pelayanan gizi ( Rawat Inap), didukung dengan data indeks
kinerja pelayanan RS (BOR, AvLOS, BTO, TOI) yang cenderung meningkat, sudah dilaporkan. Hasil
45 % gambaran pelaksanaan pelayanan keperawatan menurut Akreditasi RS versi 2012 Bab AP, PPK dan
PP telah mencapai lebih dari 80% pencapaian standar akreditasi.
2. Tren menguntungkan adalah bertambahnya jumlah kunjungan pasien sehingga menjadi RS rujukan
pasien BPJS di area sekitar Bali Timur
No. Kriteria Malcolm Poin Kriteria Skor Pelayanan
Baldrige dan % Ringkasan Malcolm Keperawatan
Skor Baldrige (% x poin)

3. Comparison pada kriteria hasil produk dan proses ini merupakan tahap awal untuk memperoleh
informasi komparatif yang jelas tentang pelayanan BPJS Kelas III Rumah Sakit Ari Canti
4. Integration sudah ada, seperti dengan adanya pendidikan dan pelatihan serta sosialisasi Standar
Akreditasi RS Versi 2012 Bab AP, PPK dan PP, yang diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan
dan dapat diimplementasikan dengan baik.

  Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


142

Kriteria Poin Skor


Malcolm Kriteria Pelayanan
No. Ringkasan
Baldrige dan Malcolm Gizi
% Skor Baldrige (% x poin)
b. Hasil Fokus pada 1. Hasil pelayanan yang telah diberikan oleh pelayana gizi jika dilihat dari survei kepuasan pasien 85 38,25
Pelanggan/Pasien (Februari – Maret 2017) terhadap pelayanan rawat jalan dan rawat inap berkisar pada indeks kepuasan
4 (≥80 – 100%). Hal ini menunjukkan kepuasan yang tinggi pasien terhadap pelayanan Rumah Sakit
Ari Canti termasuk pelayanan gizi sebagai bagian integral dari pelayanan RS.
45 % 2. Upaya peningkatan kepuasan pasien dilakukan melalui kotak saran dan survei kuesioner kepuasan
pasien RS. Survei Kepuasan ini terdiri dari survei kuesioner IGD, Kuesioner Rawat Jalan, Kuesioner
Rawat Inap. Seluruh hasil survei gizi menunjukkan tren yang menguntungkan.
3. Beberapa pasien menyatakan kepuasannya pada pelayanan rawat inap kelas III yang jika
dibandingkan dengan RS lain, lebih bagus karena sudah menggunakan Air Conditioner (AC) dan
penyajian makanan yang ber aneka rgam sesuai dengan kebutuhan gizi dan gedung bangunan yang
relatif masih baru sehingga pasien merasa lebih nyaman. Hal ini merupakan tahap awal untuk
memperoleh informasi komparatif yang jelas.
4. Hasil survei kepuasan sudah dilaporkan secara tertulis.
c. Hasil Fokus pada 1. Hasil fokus pada tenaga kerja yaitu tersedianya anggaran yang rutin dari Bidang Pelayanan gizi untuk 85 38,25
Tenaga Kerja mengirimkan staf gizi mengikuti pelatihan dan sertifikasi kompetensi. Terlebih lagi menjelang
akreditasi RS, Rumah Sakit Ari Canti banyak mengirimkan perawat untuk mengikuti pelatihan atau
inhouse training agar menyesuaikan dengan kriteria penilaian Standar Akreditasi RS versi 2012
45 % sayangnya tidak dengan staf gizi. Lingkungan kerja di pelayanan gizi menurut staf gizi informan
nyaman, dan mempengaruhi suasana hati dalam bekerja.
2. Tren menguntungkan yaitu makin meningkatnya jumlah staf gizi Rumah Sakit Ari Canti yang
mengikuti pelatihan, baik sebagai reward maupun sebagai pemenuhan kebutuhan.
3. Evaluasi Kinerja dilakukan oleh Kepala Instalasi Gizi terhadap staf Gizi di ruangan terkait,
Koordinator Satuan Pelaksana terhadap beberapa Ruangan gizi yang menjadi fokus pengawasan, dan
Kepala Bidang terhadap Koordinator Satuan Pelaksana. Sudah ada bentuk penilaiannya.
4. Evaluasi penilaian kinerja staf gizi sudah ada bentuk penilaiannya dan sudah dilaporkan.

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


  143

No. Kriteria Poin Skor


Malcolm Kriteria Pelayanan
Ringkasan
Baldrige dan % Malcolm Keperawatan
Skor Baldrige (% x poin)
d. Hasil 1. Hasil dari cara pimpinan Kepala Instalasi Gizi mengatur dan mengelola Bidang Pelayanan Gizi 80 36
Kepemimpinan menggunakan pendekatan kepemimpinan partisipatif, komunikasi secara kekeluargaan baik
dan Tata Kelola komunikasi langsung ataupun memo tugas, sehingga pimpinan mengharapkan dan mengarahkan agar
setiap staf gizi yang terkait di Bidang Pelayanan gizi mengerti peran dan tanggung jawab masing-
masing.
2. Tren gaya kepemimpinan Kepala Instalasi Gizi seperti ini menjadikan staf gizi yang bertugas di
45 % Bidang Pelayanan Gizi merasa selalu dibimbing dan diawasi dalam setiap tugas yang dibebankan.
3. Hasil kepemimpinan dengan gaya kepemimpinan seperti ibu dan anak ini, menjadikan pelayanan gizi
lebih terasa seperti sebuah keluarga, beberapa informan memuji gaya kepemimpinan Kepala Bidang
Instalasi Gizi. Merupakan tahap awal untuk memperoleh informasi pembanding yang jelas
(comparison).
4. Integration pola kepemimpinan dengan pelaksanaan standar akreditasi versi 2012 Bab AP, PPK, dan
PP. Hasil dilaporkan untuk banyak bidang yang penting bagi pemenuhan misi organisasi.

e. Hasil Finansial 1. Rumah Sakit Ari Canti memberikan dukungan yang cukup untuk keuangan terhadap setiap pelayanan 80 32
dan Pasar gizi yang bermutu khususnya menurut Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012 BabAP, Bab PPK, dan
Bab PP.
2. Tren finansial dan pasar tidak dilaporkan
40% 3. Informasi komparatif hasil finansial dan pasar tidak dilaporkan.
4. Hasil Integration dari sejumlah area pelayanan gizi yang dianggap penting dilaporkan, diindikasikan
rumah sakit sedang melakukan upaya pengembangan investasi dengan mengalihfungsikan Ruang
waktu sebelumakreditasi belum memiliki ruangan penyimpaan dan sarana pencucian alat makanan pasien
ruangan tidak nyaman karena panas namun sekarang baik dan nyaman
Total Skor Kriteria 1 - 6 209,5
Total Kriteria 7 198,5
Total Skor Kriteria 1 - 7 408

  Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


144

DAFTAR PUSTAKA

Aditama, Tjandra Y. 2004. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Jakarta :


Universitas Indonesia Press.

Almatsier, Sunita, (2009), Prinsip Dasar Ilmu Gizi, PT Gramedia Pustaka Utama
Jakarta, Hal;144.

Ayuningtyas, Dumilah. 2014. Perencanaan Strategis untuk Organisasi Pelayanan


Kesehatan. Jakarta : Divisi Buku Perguruan Tinggi, PT. RajaGrafindo
Persada.

Azwar, Azrul. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta : Bina Rupa


Aksara.

Agustino, L. Dasar - Dasar Kebijakan


Publik. Bandung: Penerbit Alfabeta; 2008.

Baldrige Performance Excellence Program. 2017.2017–2018 Baldrige Excellence


Framework : A Systems Approach to Improving Your Organization’s
Performance (Health Care). Gaithersburg, MD : U.S. Department of
Commerce, National Institute of Standards and Technology.
https://www.nist.gov/baldrige diakses 10 juli 2017.

Brown, Mark Graham. 2008. Baldrige Award Winning Quality, 17th Edition. How
to Interpret the Baldrige Criteria for Performance Excellence. New York:
productivity Press.

Buku Pedoman Gizi Rumah Sakit Ari Canti Tahun 2016. Bali.

Bustami, M.S. 2011. Penjaminan Mutu Pelayanan Kesehatan dan


Akseptabilitasnya. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Brenda Freshman, editor Collaboration acroos the discipline in healthcare. Jones


and Bartlett Publisher . Sudbury, Massachussets, 2011.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia no 129/ Menkes / SK / II / 2008 tentang Standar Pelayanan
Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


  145

Minimal Rumah Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia;


2008

Departemen Kesehatan RI. Pedoman praktis terapigizi medis. Jakarta; 2006.

Ernalia, Y. 2014. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kepuasan Pasien Di


Ruang Penyakit Dalam dan Ruang Bersalin Terhadap Pelayanan Makanan
Pasien Di RSUD Mandau Duri. Riau: STIKes Tuanku Tamburai Riau.

Gerson, Richard. F. 2004. Mengukur Kepuasan Pelanggan. Jakarta : PPM. Komite


Akreditasi Rumah Sakit. 2017.

http://akreditasi.kars.or.id/accreditation/report/report_accredited.php diakses pada


10 juli 2017

Istanti, Novita Dwi. 2017. Penilaian Mutu Patient Safety Sebagai Upaya
Continuous Quality Improvement Dengan Pendekatan The Malcolm
Baldrige Di Rumah Sakit Tiara Bekasi Tahun 2016; Tesis.
Depok:FakultasKesehatan Masyarakat UniversitasIndonesia.

Kementerian Kesehatan, 2013. Pedoman Gizi Rumah Sakit. Jakarta.

Komite Akreditasi Rumah Sakit. 2017. http://akreditasi.kars.or.id/


accreditation/report/report_accredited.php diakses pada 10 Maret 2017.

Loiselle, C.G., Profetto-McGrath, J., Polit, D.F., dan Beck, C.T. 2004. Canadian
Essentials of Nursing Research. Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins. Available from: http://www.fkep.unpad.ac.id/penelitian/prinsip-
prinsip-etika-penelitian - ilmiah . html diakses pada tanggal 29 November
2017

Muninjaya, Gde. 2014. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Penerbit


Buku Kedokteran EGC.0

  Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


146

O’Flynn J., Peake H., Hickson M, et al. (2005) The prevalence of malnutrition in
hospitals can be reduced: results from three consecutive cross-sectional
studies. Clin Nutr 24. 1078-1088.

PEDOMAN ”Proses Asuhan Gizi Terstandar” (PAGT) http://gizi.depkes.go.id/wp-


content/uploads/2015/01/buku-PAGT.pdf DIUNDUH PADA TANGGAL
2 DESEMBER 2017

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 12 Tahun 2012 tentang


Akreditasi Rumah Sakit.
Sadikin, Iskandar. 2010. Bunga Rampai Kriteria Malcolm Baldrige National
Quality Award (MBNQA). Jakarta : Lembayung CenterIndonesia.

Soepojo. 2002. Benchmarking system akreditasi rumah sakit oleh komisi


gabungan akreditasi rumah sakit (Indonesia) dan Australia Council on
healthcare standards (Australia). Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta

Sopacua, Pratiwi. 2009. Akreditasi Rumah Sakit Dalam Dimensi Prosedural Mutu
Pelayanan. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan - Vol. 12 No 3 Juli 2009,
255-267. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Sutoto et al. 2011. Standar Akreditasi Rumah Sakit. Jakarta : Direktorat Jenderal
Bina Upaya Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI dengan Komisi
Akreditasi Rumah Sakit

Sari Sisca P. Pengaruh penanganan Asuhan Gizi kolaborasi anatr profesi tenaga
medis terhadap asupan makanan pasien geriatri rawat inap RSUP dr
Soeradji Yogyakarta UGM 2009.

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 Amandemen ke-IV, Pasal 28 H.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.


Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit

Undang-Undang Republik Indonesia No. 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan.


Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


  147

Wayan, I Weta dan NL Partiwi Wirasamadi2009. Team Kecukupan zat gizi dan
perubahan status gizi pasien selama dirawat dirumah sakit umu pusat
sanglah : Studi Gizi Klinik FK Unud/RSUP Sanglah Instalasi Gizi RSUP
Sanglah

Wikipedia. 2016. Malcolm Baldrige National Quality Award. Diakses dari


https://en.m.wikipedia.org/wiki/Malcolm_Baldrige_National_Quality_Awar
d pada 1 Maret 2017

  Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


148

Lampiran 1

LEMBARAN PENJELASAN TENTANG PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini


:
Nama : Ni Kadek Ayu Yuliany
Status : Mahasiswa Program Magister (S2) Kajian Administrasi Rumah
Sakit Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia
NPM : 1606945895

Bermaksud melakukan penelitian tentang “Analisis Mutu Pelayanan Gizi


Rumah Sakit Terakreditasi Versi 2012 Dengan Pendekatan Kriteria Malcolm
Baldrige Di Rumah Sakit Ari Canti Gianyar Tahun 2017”. Tujuan penelitian ini
adalah untuk melihat gambaran mutu pelayanan gizi menurut Akreditasi Rumah
Sakit Versi 2012 dengan pendekatan kriteria Malcolm Baldrige di Rumah Sakit
Ari Canti Gianyar Tahun 2017, sehingga dapat memberikan rekomendasi
perbaikan kepada Rumah Sakit Ari Canti Gianyar dalam rangka peningkatan
mutu pelayanan gizi secara berkelanjutan.
Peneliti menjamin bahwa penelitian ini tidak akan menimbulkan dampak
negatif atau pengaruh yang merugikan bagi siapapun. Peneliti berjanji akan
menjunjung tinggi hak-hak informan dengan cara :
1. Menjaga kerahasiaan data yang diperoleh dan kerahasiaan identitas
informan
baikdalamprosespengumpulandata,pengolahandatamaupunpenyajianhasil
penelitian nantinya.
2. Menghargai keinginan informan untuk tidak berpartisipasi atau berhenti
berpartisipasi dalam penelitian ini.

Demikian penjelasan singkat ini, peneliti mengharapkan


Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


  149

Bapak/Ibu/Saudara/I untuk ikut berpartisipasi dalam penelitian ini. Terima kasih


atas kesediaan dan partisipasinya.

Gianyar , Desember 2017

Ni Kadek Ayu Yuliany

1606945895

  Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


150

Lampiran 2

LEMBARAN PERSETUJUAN MENJADI INFORMAN WAWANCARA


MENDALAM (INDEPTH INTERVIEW)

Setelah membaca penjelasan penelitian ini dan mendapatkan jawaban atas


pertanyaan yang saya ajukan, maka saya mengetahui manfaat dan tujuan
penelitian ini yang nantinya akan berguna untuk meningkatkan mutu pelayanan
gizi secara berkelanjutan di Rumah Sakit Ari Canti Gianyar. Saya mengerti
bahwa peneliti menghargai dan menjunjung tinggi hak-hak saya sebagai
informan

Saya mengerti bahwa penelitian ini tidak akan berdampak negatif bagi saya.
Saya mengerti bahwa keikutsertaan saya dalam penelitian ini sangat besar
manfaatnya dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan gizi secara
berkelanjutan di Rumah Sakit Ari Canti Gianyar.

Dengan menandatangani surat persetujuan ini, berarti saya telah menyatakan


untuk berpartisipasi dalam penelitian ini tanpa paksaan dan bersifat sukarela.

Gianyar , Desember 2017

Peneliti Informan

Ni Kadek Ayu Yuliany ……………………………….

1606945895

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


  151

Lampiran 3

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM

Tanggal dan Waktu :


Tempat :
Nama (Usia) Narasumber :
Jabatan :

I. PETUNJUK UMUM
1. Menyampaikan ucapan terima kasih kepada narasumber atas kesediaannya
meluangkan waktu yang untuk diwawancarai.
2. Menjelaskan tentang maksud dan tujuan wawancara.
3. Menyampaikan ucapan terima kasih kepada narasumber setelah wawancara
berakhir.

II. PETUNJUK WAWANCARA


1. Wawancara dilakukan secara langsung oleh peneliti.
2. Narasumber bebas untuk menyampaikan informasi berdasarkan pendapat
pribadi, pengalaman, saran dan komentar.
3. Seluruh pendapat, pengalaman, saran dan komentar narasumber sangat
bernilai.
4. Tidak ada kriteria jawaban yang benar ataupun salah dalam wawancara ini.
5. Peneliti harus menjamin seluruh pendapat, pengalaman, saran dan komentar
akan dijamin kerahasiaannya.
6. Peneliti tidak memotong jawaban, saran, pengalaman atau pendapat yang
diberikan oleh narasumber.

NO Pertanyaan

1. Kepemimpinan ( 120 poin )


-

  Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


152

NO Pertanyaan

a. Kepemimpinan Senior ( 70 poin )


- Apakah visi misi dan tujuan dari bidang pelayanan gizi rumah
sakit?
- Bagaimana keterlibatan staf dalam penetapan visi misi dan tujuan
bidang pelayanan gizi ?
- Bagaimana sistem kepemimpinan kepada staf, pemasok, mitra,
pelanggan dan stakeholder lain?
- Bagaimana proses menyebarkan/sosialisasi visi, misi, dan tujuan?

- Bagaimana program dan menciptakan lingkungan kerja yang


dilakukan untuk menunjang visi, misi, dan tujuan?

- Bagaimana evaluasi dari visi, misi, dan tujuan? Bagaimana


bentuk evaluasi tersebut
- Bagaimana Kepala instansi gizi menciptakan focus pada suatu
tindakan untuk mencapi tujuan yaitu meningkatkan mutu
pelayanan gizi ?

b.Tata Kelola dan Tanggung Jawab Sosial ( 50 poin )

- Apakah organisasi instalasi gizi memastikan tata kelola yang


bertanggung jawab dalam pelaksanaan kebijakan dan SPM Gizi?
- Siapakah yang mengevaluasi kinerja para staf gizi ?
- Bagaimanana pemimpin pelayanan gizi memotifasi staf untuk
setiap kebijakan yang ada di pelayanan gizi ?
- Apakah dilakukan pendekatan oleh pimpinan atau komunikasi
apabila terjadi suatu komplin dalam menjalankan tugas ?
- Kapan waktu yang tepat untuk membahas kinerja staf gizi untuk
membangun tim yang kuat, transparansi keuangan dan evaluasi
kinerja yang sudah berjalan ?
- Bagaimana cara menciptakan mutu pelayanan di bidang
pelayanan gizi?

2. Perencanaan Strategis ( 85 poin )


- Pengembangan Strategis ( 45 poin )
- Bagaimana proses penyusunan dan pembuatan rencana strategis
Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


  153

NO Pertanyaan

gizi dan program kerja Bidang Pelayanan Gizi , tahapan apa saja
yang dilakukan dalam penyusunannya ?
- Siapa saja yang terlibat dalam penyusunan program gizi apa yang
menjadi pertimbangan dalam proses perencanaannya?
- Bagaimanankah perencanaan strategis atau program kerja
pelayaan gizi jangka panjang dan jangka pendek?
- Dimanakah dilakukan penyusun komponen dalam perencanaan
strategis untuk mencapai mutu pelayanan gizi ?
- Mengapa perbaikan atau peningkatan berkelanjutan dari
pencapaian program dan sistem pelayanan gizi di Rumah sakit
sangat diperlukan ?

Implentasi strategis (40 poin)

- Bagaimana seluruh strategi atau program kerja dikembangkan


dalam sebuah aksi kepada semua staf, pemasok dan mitra kerja?
- Apakah rencana kerja yang disusun sudah sesuai dengan SPM
Gizi di instalasi gizi ?
- Siapakah yang menyusun rencana kerja dalam pelayanan gizi?
Apakah program dan rencana kerja pelayanan gizi sudah sesuai
dengan tupoksi?
- Bagaimana perencanaan bidang pelyanan gizi dalam program
Program Pendidikan Pasien dan Keluarga? Apakah sudah
terbentuk Tim PKRS dan bagaimana rencana kerjanya ? (PPK 1)

- Dimanakah kita dapat melihat pencapian kinerja yang telah


dilaksanakan?
- Kapan waktu yang tepat untuk mengevaluasi SPM dan
mengajukan perubahan?
- Mengapa instalasi gizi memasukkan kebutuhan pelanggan/
stakeholder dalam menetapkan sasaran, program dan kegiatan?
- Bagaimana evaluasi SPM Gizi dari seluruh proses rencana
strategis dan rencana kerja yang dijalankan? Apakah ada indikator
keberhasilan?
- Apakah ada tindak lanjut dari hasil evaluasi SPM Gizi program
dan pelayanan gizi yang telah dicapai?
3 Faktor pada Pelanggan dan Pasar ( 85 poin )
Suara Pelanggan ( 40 poin )

  Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


154

NO Pertanyaan

- Bagaimana strategi Bapak/Ibu dalam memenuhi kebutuhan


pelanggan (pasien) dan pasar?

- Apakah instalasi gizi sudah memberikan pelayanan yang


memperhatikan kepuasan pelanggan/stake holder?
- Bagaimana mengidentifikasikan kebutuhan pasien dan keluarga,
inovasi apa yang dibuat/dijalankan dan membina hubungan
dengan pelanggan (pasien) :

1. Makanan atau nutrisi yang sesuai untuk pasien tersedia secara


regular ( PP 4.1)

2. Sebelum memberikan makan pasien,semua pasien rawat inap


telah memesan makanan dan dicatat. ( PP 4.2)

3. Pesanan didasarkan atas status gisi dan kebutuhan pasien. (PP


4.3)

4. Ada bermacam pariasi pilihan makanan bagi pasien konsisten


dg kondisi dan pelayanannya. ( PP 4.4)

5. Bila keluarga menyediakan makanan,mereka diberikan


edukasi ttg pembatasan diet pasien( PP 4.5)

- Apakah Rumah sakit melakukan evaluasi terhadap kepuasan


pelanggan/stakeholder?

Kerekatan Pelanggan (45 poin )


- Bagaimana Bidang Pelayanan Gizi mengetahui bahwa pelanggan
(pasien) puas terhadap pelayanan yang diberikan? Bagaimana
memastikan bahwa pelanggan (pasien) loyal terhadap pelayanan
Gizi?

- Bagaimana cara rumah sakit melibatkan pelanggan (pasien) dalam


keberhasilan kinerja mutu dari Bidang Pelayanan Gizi Rumah
Sakit?
1. edukasi obat dan nutrisi pasien dan keluarga (PPK 3)
- Apakah instalasi gizi memberikan jaminan mutu pada hasil kerja
berupa peraturan atau kebijakan dll?
- Bagaimana kemudahan dalam akses ke pelayanan gizi, keamanan
keselamatan pasien, ketersediaan fasilitas, sarana dan prasarana ?
- Bagaimana cara bidang pelayanan gizi dalam membina hubungan
dengan pelanggan ( pasien ) manajemen komplin atau keluhan
dan menentukan kepuasan pelanggan.
Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


  155

NO Pertanyaan

1. terkait edukasi obat/nutrisi/peralatan medis/pengelolaan


nyeri/rehabilitasi (PPK 4) ?

4. Pengukuran Analisis dan Manajemen Pengetahuan ( 90 poin )


Pengukuran , Analisis, dan Perbaikan Kinerja Organisasi (45 poin )

- Berkaitan dengan manajemen sistem informasi yang tersedia di


Bidang Pelayanan Gizi, bagaimana mengumpulkan, menganalisis
dan mengelola, mengintegrasikan data-data dalam proses
pengambilan keputusan :

1. Respon pasien terhadap terapi gizi dimonitor. (PP 5.3)


2. Respon pasien terhadap terapi gizi di catat dalam rekam
medis. (PP 5.4)
3. data pengkajian kebutuhan edukasi pasien/keluarga (PPK 2)

- Bagaimana Bidang Pelayanan Gizi mengukur kinerja dan mutu


pelayanan gizi dari hasil yang telah dicapai?
- Bagaimana pengukuran hasil kinerja staf, indikator penilaian
kinerja yang digunakan dan kompetensi serta pembagian tugas?

Manajemen Pengetahuan, Informasi, dan Teknilogi Informasi


(45 poin )

- Bagaimana pengelolaan data yang ada di Bidang Pelayanan Gizi ?


Bagaimana menjamin keberlangsungan pelayanan dengan
tersedianya software dan hardware di Bidang Pelayanan Gizi,
software dan hardware reliabel, aman dan user friendly?
- Bagaimana membuat, mengukur dan mengetahui apakah seluruh
data dan informasi yang ada di Bidang Pelayanan Gizi dapat
diakses oleh seluruh tenaga kerja/staf, pemasok, mitra dan
pelanggan lain
- Apakah instalasi gizi menggunakan data dalam mengambil suatu
keputusan?

5. Work force focus ( 85 poin )


Lingkungan Tenaga Kerja (40 poin )
- Bagaimana bidang pelayanan gizi melakukan perencanaan
terhadap kebutuhan SDM?

- Bagaimana Bidang Pelayanan Gizi membangun lingkungan


  Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


156

NO Pertanyaan

tenaga kerja yang efektif dan mendukung?

- Apakah instalasi gizi memberikan kesempatan kepada staf untuk


meningkatkan pengembangan diri seperti pelatihan dan
pendidikan untuk memenuhi kebutuhan instalasi gizi?

- Siapakah yang memberikan penilaian pada kinerja staf gizi pada


instalasi gizi untuk pencapai kinerja yang tinggi?
- Kapan waktu yang tepat diberikan oleh pihak rumah sakit untuk
jenjang karir dan bagaimana pemberlakuan jenjang karier
kepada staf gizi sesuai dengan peraturan yang berlaku?

- Bagaimana pihak rumah sakit memberikan jaminan dalam


pelaksanaan kerjanya, menciptakan lingkungan kerja yang baik
juga bagaimana terkait keamanan dan keselamatan staf gizi,
misalnya melalui pemberian jaminan kesehatan, pelaksanaan
medical check up berkata untuk staf?

- Bagaimana Bidang Pelayanan gizi menentukan faktor penting


yang mempengaruhi kesejahteraan, motivasi, kepuasan staf gizi?
Dan bagaimana dukungan Bidang Pelayanan gizi kepada staf gizi
melalui kebijakan, service, benefit yang diberikan (reward and
punishment) ?

Kerekatan Tenaga Kerja ( 40poin )


- Bagaimana merekatkan hubungan tenaga kerja untuk mencapai
lingkungan kerja yang baik?
- Apakah staf gizi memupuk budaya kerja organisasi yang
bercirikan komunikasi terbuka , berkinerja tinggi hubungan yang
baik dengan tenaga kerja liannya?
- Siapakah yang menentukan dan mengelola kemajuan karir staf
gizi ?
- Kapan waktu yang tepat untuk mengevaluasi efektifitas dan
efisiesi dari sistem pembelajaran dan pengembangan di
lingkungan instalasi gizi
- Apakah instalasi gizi memberikan jaminan kebebasan kepada staf
gizi dalam mengeluarkan perbedaan ide, budaya dan cara kerja
kepada staf gizi dalam mengembangkan budaya kerja dan inovasi
staf gizi?
6. Operation Fokus( 85 poin )
Proses Kerja ( 45 poin )
- Apakah instalasi gizi sudah menetapkan program dari kegiatan
sesuai dengan tupoksi yang sudah ada dalam standar menurut
Akreditasi RS versi 2012 Bab Asesman Pasien (AP), Pelayanan
Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


  157

NO Pertanyaan

Pasien ( PP ) Bab Pendidikan Pasien dan Keluarga(PPK) yaitu


dalam:
1. Staf yang kompeten mengembangkan kreteriauntuk
mengidentipikasi pasien yang memerlukan asesmant
nutritional lebih lanjut.(AP 1.6.1)
2. Pasien diskrining untuk resiko nutrisional sbg bagian dari
asesmen awal. (AP 1.6.2)
3. Pasien dg resiko masalah nutrisional menurut kreteria akan
mendapat asesmen gisi. (AP 1.6.3)
4. Makanan atau nutrisi yg sesuai untuk pasien tersedia secara
regular. (AP 1.6.)
- Bagaimana Bidang Pelayanan Gizi membuat standar prosedur
operasional kerja dalam :

1. Makanan disimpan dengan cara mengurangi risiko kontaminasi


dan pembusukan.(PP 4.1.1)
2. Produk nutrisi enteral disimpan sesuai rekomendasi pabrik.
(PP 4.1.2)
3. Distribusi makanan secara tepat waktu,dan memenuhi permintaan
khusus. (PP 4.1.3)
4. Praktek penanganan memenuhi peraturan dan perundangan yang
berlaku. (PP 4.1.4)
5. Pasien yang pada asesmen berada pada risiko nutrisi,mendapat
terapi gizi. (PP 5.1.1)
6. Suatu proses kerjasama dipakai untuk merencanakan,memberikan
dan memonitor terapi gizi. (PP 5.1.2)
7. Terkait dengan pelayanan yang diberikan,pasien dan keluarga
dididik tentang diet dan nutrisi yang benar. (PPK 4.1.1)
- Bagaimana pelaksanaan pekerjaan, terkait kesesuaian dengan
standar prosedur operasional yang telah ditetapkan, apakah
dijalankan sesuai?

- Bagaimana proses pemecahan masalah dalam pekerjaan dan


mencari solusi atau akar penyebab masalah dari pelayanan gizi?

Efektivitas Profesional (40 poin)


- Bagaimana cara meningkatkan sistem kerja, meningkatkan
pelayanan, meningkatkan hasil, meningkatkan produktivitas kerja,
mengontrol biaya dari seluruh sistem kerja, agar seluruh proses
pelayanan gizi dapat tetap pada aturan Akreditasi RS versi 2012?

- Siapa yang mengatur dan bagaimana proses operasional Bidang


Pelayanan gizi bagaimana pengaturan dan cara menjaga hubungan

  Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


158

NO Pertanyaan

dengan mitra terkait, pemasok, dan stakeholder lain ?

- Bagaimana menentukan mitra kerja, merancang kerja sama,


menentukan proses penyediaan (alat, sarana, prasarana)?

- Apakah instalasi gizi melakukan perbaikan pelayanan gizi secara


berkesinambungan atau continuitas improvement?
- Apakah instalasi gizi menjadikan harapan pelanggan/stakeholder
sebagai pertimbangan dalam memperbaiki mutu pelayanan gizi?

7. Hasil Kinerja Rumah Sakit ( 450 poin)


Hasil Pelayanan Kesehatan dan Proses ( 120 poin)
- Bagaimana hasil kinerja yang telah dicapai oleh Bidang
Pelayanan gizi berdasarkan produk dan proses pelayanan
menurut Akreditasi RS versi 2012?
- Berkaitan dengan fokus terhadap operasional, apakah seluruh
sistem operasional dan sistem kerja sudah memperoleh hasil yang
maksimal ?

Hasil Fokus pada pelanggan ( 80 poin)


- Berkaitan dengan fokus pada pelanggan (pasien)/stakeholder lain,
apakah pelayanan gizi yang diberikan sudah mencerminkan
kinerja Bidang Pelayanan gizi yang baik?
- Bagaimana indikator keberhasilannya? Bagaimana tren dan
kesetiaan atau loyalitas pasien? Bagaimana menjaga hubungan
baik dengan pasien, bagaimana dan apakah ada hasil pengukuran
kepuasan/ketidakpuasan pasien?

Hasil Fokus Pada Tenaga Kerja (80 poin)

- Bagaimana kinerja staf Bidang Pelayanan gizi? Apakah hasil


pelayanan gizi yang telah dicapai menunjukkan keoptimalan staf
gizi dalam melakukan pekerjaan menurut Akreditasi RS versi
2012?

Hasil Kepemimpinan dan Tata kelola (80 poin)


- Apakah hasil dari kepemimpinan dan tata kelola pelayanan gizi
sesuai dengan prosedur dan indikator yang telah ditetapkan?
- Apakah instalasi gizi anda selalu menunjukkan kepatuhan
terhadap hukum dan peratutan dalam mendukung kinerja?

Hasil Finansial dan Pasar (90 poin )


- Apakah ukuran kinerja keuangan instalasi gizi anda
Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


  159

NO Pertanyaan

mengalokasikan kegiatan untuk perbaikan mutu pelayanan gizi?


- Apakah hasil pelayanan gizi, selalu menunjukkan keefektivitasan
program dan keoptimalan staf dalam bekerja
- Bagaimana dengan pengukuran, analisis dan manajemen
pengetahuan, apakah sistem aset, pengetahuan yang berhubungan
dengan informasi pelayanan keperawatan menurut Akreditasi RS
versi 2012 sudah mendapatkan dukungan yang maksimal ?

  Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


160

Telaah
Dokumen
1. Tabel Telaah Dokumen Bab PPK Standar Akreditasi Rumah Sakit versi2012
ADA ADA TP
BELUM
STD/EP DOKUMEN DAN BELUM KET
ADA
SESUAI SEMPURNA
PPK 1  Penetapan unit kerja yang mengelola edukasi dan informasi/PKRS ✓
 Pedoman pengorganisasian dan pelayanan unit kerja tersebut/PKRS ✓
 RKA Rumah Sakit ✓
 Program kerja unit kerja/PKRS ✓
PPK 2 Regulasi RS:
Kebijakan/Panduan/SPO Panduan Pemberian Informasi & Edukasi yang memuat :
a. Langkah awal asesmen pasien &keluarga ✓
b. Cara penyampaian informasi & edukasi yangefektif ✓

c. Cara verifikasi bahwa pasien dan keluarga menerima dan memahami pendidikan yangdiberikan.
Kebijakan/Panduan/SPO persetujuan tindakan kedokteran (informed consent) ✓
PPK Regulasi RS:
2.1 Kebijakan/Pedoman/SPO Pelayanan Rekam Medis yang memuat pencatatan asesmen a) sampai dengan d) ✓
Kebijakan/Panduan/SPO Panduan Pemberian Informasi & Edukasi ✓
PPK  Kebijakan/Panduan/SPO Kerja Sama dengan Pihak Luar RS dalam Pemberian Informasi dan ✓
3 Edukasi
PPK  Kebijakan/Panduan/SPO Panduan Pemberian Informasi & Edukasi ✓
4  Materi edukasi ✓
PPK  Regulasi RS: Kebijakan/Panduan/SPO ✓
5  Panduan Pemberian Informasi & Edukasi ✓
 Materi edukasi ✓
PPK  Regulasi RS : Kebijakan/Panduan/SPO Panduan Pemberian Informasi & Edukasi ✓
6 Dokumen:
 Materi edukasi kolaboratif ✓
 Sertifikat kompetensi Bukti pemberian edukasi ✓

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


  161

2. Tabel Telaah Dokumen Bab AP Standar Akreditasi Rumah Sakit versi 2012
AP (Asesmen Pasien)

ADA ADA TP
BELUM
Std DOKUMEN DAN BELUM KET
ADA
SESUAI SEMPURNA
AP.1 Acuan:
PMK 269/Menkes/Per/III/2008
Regulasi RS:
Kebijakan/Pedoman/Panduan/SPO tentang Asesmen Informasi Pasien Rawat Jalan dan Rawat
Inap
Dokumen:
 Hasil asesmen pada rekam medis
AP.1.1 Acuan:
 PMK 269/Menkes/Per/III/2008
 KMK tentang standar profesi
Regulasi RS:
Kebijakan/Pedoman/Panduan/SPO tentang Pelayanan Rekam Medis, tentang asesmen pasien,
kredensialing, pemberian kewenangan
Dokumen:
 Asesmen pasien rawat inap
 Asesmen pasien rawat jalan
AP.1.2 Acuan:
PMK 269/Menkes/Per/III/2008
Regulasi RS:
Kebijakan/Pedoman/Panduan/SPO tentang Pelayanan Rekam Medis, tentang Asesmen Pasien
Dokumen:
 Rekam medis rawat jalan
 Rekam medis rawat inap

  Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


162

AP.1.3 Acuan:
UU 29 2004 tentang Praktik Kedokteran
PMK 269/Menkes/Per/III/2008
Regulasi RS:
Kebijakan/Pedoman/Panduan/SPO tentang Pelayanan Rekam Medis, tentang Asesmen Pasien
Dokumen:
 Rekam medis rawat jalan
 Rekam medis rawat inap
AP.1.3.1 Acuan:
PMK 269/Menkes/Per/III/2008
Regulasi RS:
Kebijakan/Pedoman/Panduan/SPO tentang Pelayanan Rekam Medis, tentang Asesmen Pasien
Dokumen:
 Rekam medis gawat darurat
AP.1.4 Regulasi RS:
Kebijakan/Pedoman/Panduan/SPO tentang Asesmen Pasien
Dokumen:
Rekam medis
AP.1.4.1 Dokumen:
Rekam medis
AP.1.5 Dokumen:
Rekam medis
AP.1.5.1 Dokumen:
Rekam medis
AP.1.6 Regulasi RS:
Kebijakan/Panduan/SPO tentang asesmen
Dokumen:
 Hasil asesmen di rekam medis
 Bukti konsultasi

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


  163

AP.1.7 Regulasi RS:


Kebijakan/Panduan/SPO tentang asesmen nyeri
Dokumen:
 Hasil asesmen dan tindak lanjutnya di rekam medis
 Bukti konsultasi
AP.1.8 Regulasi RS:
Kebijakan/Panduan/SPO tentang asesmen tambahan
Dokumen:
 Hasil asesmen dan tindak lanjutnya di rekam medis
AP.1.9 Regulasi RS:
Kebijakan/Panduan/SPO tentang asesmen pasien terminal
Dokumen:
 Hasil asesmen dan tindak lanjutnya di rekam medis
AP.1.10 Regulasi RS:
Kebijakan/Panduan/SPO tentang asesmen pasien
Dokumen:
 Hasil asesmen khusus dan tindak lanjutnya di rekam medis
AP.1.11 Regulasi RS:
Kebijakan/Panduan/SPO tentang rencana pemulangan pasien
Dokumen:
 Hasil identifikasi dan rencana pemulangan di rekam medis
AP.2 Regulasi RS:
Kebijakan/Panduan/SPO tentang asesmen pasien
Dokumen:
Rekam medis
AP.3 Regulasi RS:
Kebijakan/Panduan/SPO tentang asesmen pasien, kredensialing, pemberian kewenangan
Dokumen:
Rekam medis

  Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


164

AP.4 Dokumen:
Rekam medis
AP.4.1 Dokumen:
Rekam medis

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


  165

3. Tabel Telaah Dokumen Bab AP Standar Akreditasi Rumah Sakit versi 2012
‘PP (Pelayanan Pasien)
ADA ADA TP
BELUM
Std DOKUMEN DAN BELUM KET
ADA
SESUAI SEMPURNA
PP.1 Regulasi RS :
 Kebijakan, Panduan, Prosedur, tentang asuhan pasien yang seragam di seluruh rumah sakit
 Kompetensi /kewenangan/UTW PPK dalam pelayanan
PP.2 Regulasi RS :
 Kebijakan, Panduan, Prosedur mengenai pengintegrasian dan koordinasi aktivitas asuhan pasien
Dokumen implementasi :
 Pengkajian dokter, perawat dan praktisi kesehatan lainnya dalam rekam medis : a.l. Catatan
Terintegrasi.
PP.2.1 Regulasi Pemberian asuhan pasien
Dokumen implemetasi :
Penjabaran dgn pola SOAP (Subjektif, Objektif, Asesmen, Plan )di rekam medis
PP.2.2 Regulasi RS :
 Kebijakan yang menetapkan tentang :
o Pemberian asuhan pasien;
o Permintaan pemeriksaan diagnostik imajing dan pemeriksaan laboratorium klinik
termasuk indikasi klinis/ rasional;
o Tiap pengecualian di pelayanan khusus seperti IGD dan Unit Pelayanan Intesif;
o Kompetensi/kewenangan PPK yg menuliskan perintah;
o dilokasi mana perintah tersebut dicatat dalam rekam medis pasien, a.l. Catatan
Terintegrasi
Dokumen implementasi :
 Rekam medis
 Formulir permintaan pemeriksaan
PP.2.3 Dokumen implementasi :
 Rekam medis

  Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


166

PP.2.4 Regulasi RS :
 Panduan Komunikasi pemberian informasi dan edukasi yang efektif
 SPO pemberian informasi
 Formulir pemberian informasi
PP.3 Regulasi RS :
 Kebijakan/ panduan/ prosedur pelayanan pasien risiko tinggi
 Kebijakan/ panduan/ prosedur pemberian pelayanan risiko tinggi
Dokumen implementasi :
 Daftar pasien dan pelayanan yg berisiko tinggi
 Sertifikasi pelatihan PPK
PP.3.1 Regulasi RS :
 Kebijakan/ panduan/ prosedur pelayanan pasien gawat darurat
Dokumen implementasi :
 Rekam medis
PP.3.2 Regulasi RS :
 Kebijakan/ panduan/ prosedur pelayanan resusitasi
Dokumen implementasi :
 Rekam medis
PP.3.3 Regulasi RS :
 Kebijakan/ panduan/ prosedur penanganan, penggunaan, dan pemberian darah
dan komponen darah.
Dokumen implementasi :
 Rekam medis
PP.3.4 Regulasi RS :
 Kebijakan/ Panduan/ prosedur pelayanan pasien tahap terminal
 Kebijakan/ panduan/ prosedur pelayanan pasien dengan alat bantu hidup
Dokumen implementasi :
 Rekam medis

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


  167

PP.3.5 Regulasi RS :
 Kebijakan/ Panduan/ prosedur pelayanan pasien dengan penyakit menular
 Kebijakan/ Panduan/ prosedur pelayanan pasien immuno-suppressed
Dokumen implementasi :
 Rekam medis
PP.3.6 Regulasi RS :
 Kebijakan/ Panduan/ prosedur pelayanan pasien dialysis
Dokumen implementasi :
 Rekam medis
PP.3.7 Regulasi RS :
 Kebijakan/ Panduan/ prosedur pelayanan pasien dengan alat pengikat (restraint)
Dokumen implementasi :
 Rekam medis

PP.3.8 Regulasi RS :
 Kebijakan/ Panduan/ prosedur pelayanan pasien rentan, lanjut usia, anak-anak dengan
ketergantungan bantuan dan risiko kekerasan.
Dokumen implementasi :
 Rekam medis
PP.3.9 Regulasi RS :
 Kebijakan/ Panduan/ prosedur pelayanan pasien kemoterapi
PP.4 Regulasi RS :
 Kebijakan/ Panduan/ prosedur pelayanan gizi
 SPO pemberian edukasi
 Formulir pemberian edukasi
Dokumen implementasi :
 Daftar menu makanan pasien rawat inap
 Pengkajian status gizi dalam rekam medis
PP.4.1 Regulasi RS :
 Kebijakan/ Pedoman pelayanan gizi

  Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


168

 Prosedur penyiapan makanan


 Prosedur penyimpanan makanan
 Prosedur penyaluran makanan
Dokumen implementasi :
 Laporan proses/kegiatan
 Jadwal pemberian makanan
PP.5 Regulasi RS :
 Kebijakan/ Panduan pelayanan gizi
 Prosedur perencanaan terapi nutrisi
 Prosedur pemberian terapi nutrisi
 Prosedur memonitor terapi nutrisi
Dokumen implementasi :
 Pengkajian status gizi dalam rekam medis

PP.6 Regulasi RS :
 Kebijakan/ panduan/ prosedur manajemen nyeri
Dokumen implementasi :
 Pengkajian nyeri dalam rekam medis
 Dokumen pelatihan
PP.7 Regulasi RS :
 Kebijakan/ Panduan/ prosedur pelayanan pasien tahap terminal yang memuat :
o memastikan bahwa gejala-gejalanya akan dilakukan asesmen dan dikelola secara tepat.
o memastikan bahwa pasien dengan penyakit terminal dilayani dengan hormat dan respek.
o melakukan asesmen keadaan pasien sesering mungkin sesuai kebutuhan untuk
mengidentifikasi gejala-gejala.
o merencanakan pendekatan preventif dan terapeutik dalam mengelola gejala-gejala.
o menyampaikan isu yang sensitif seperti autopsi dan donasi organ
o menghormati nilai yang dianut pasien, agama dan preferensi budaya
o mengikutsertakan pasien dan keluarganya dalam semua aspek pelayanan;
o memberi respon pada masalah-masalah psikologis, emosional, spiritual dan budaya dari

Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018


  169

pasien dan keluarganya.


o mendidik staf tentang pengelolaan gejala-gejala.
Dokumen implementasi :
o Rekam medis
PP.7.1 Regulasi RS :
 Kebijakan/ Panduan/ prosedur pelayanan pasien tahap terminal yang memuat :
o memastikan bahwa gejala-gejalanya akan dilakukan asesmen dan dikelola secara tepat.
o memastikan bahwa pasien dengan penyakit terminal dilayani dengan hormat dan respek.
o melakukan asesmen keadaan pasien sesering mungkin sesuai kebutuhan untuk
mengidentifikasi gejala-gejala.
o merencanakan pendekatan preventif dan terapeutik dalam mengelola gejala-gejala.
o menyampaikan isu yang sensitif seperti autopsi dan donasi organ
o menghormati nilai yang dianut pasien, agama dan preferensi budaya
o mengikutsertakan pasien dan keluarganya dalam semua aspek pelayanan;
o memberi respon pada masalah-masalah psikologis, emosional, spiritual dan budaya dari
pasien dan keluarganya.
o mendidik staf tentang pengelolaan gejala-gejala.
Dokumen implementasi :
o Rekam medis

  Universitas Indonesia

Analisis mutu..., Ni Kadek Ayu Yuliany, FKM UI, 2018

Anda mungkin juga menyukai