0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
4 tayangan7 halaman
Implementasi sistem pengendalian persediaan maksimal minimal di Provinsi Maluku menggunakan aplikasi SMILE untuk menginput data persediaan vaksin, termasuk 129.600 vaksin BCG. Sistem ini mempertimbangkan penggunaan minimum, perencanaan kebutuhan, safety stock, lead time, dan pola penyakit dalam perencanaan stok obat di puskesmas.
Implementasi sistem pengendalian persediaan maksimal minimal di Provinsi Maluku menggunakan aplikasi SMILE untuk menginput data persediaan vaksin, termasuk 129.600 vaksin BCG. Sistem ini mempertimbangkan penggunaan minimum, perencanaan kebutuhan, safety stock, lead time, dan pola penyakit dalam perencanaan stok obat di puskesmas.
Implementasi sistem pengendalian persediaan maksimal minimal di Provinsi Maluku menggunakan aplikasi SMILE untuk menginput data persediaan vaksin, termasuk 129.600 vaksin BCG. Sistem ini mempertimbangkan penggunaan minimum, perencanaan kebutuhan, safety stock, lead time, dan pola penyakit dalam perencanaan stok obat di puskesmas.
IIMPLEMENTASI MAXIMAL MINIMAL INVENTORY CONTROL SYSTEMS
(SISTEM PENGENDALIAN PERSEDIAAN MAKSIMAL MINIMAL)
Implementasi dilakukan pada Dinas Kesehatan Provinsi Maluku
Sistem Pengendalian Persediaan maksimal Minimal penginputannya menggunakan Aplikasi SMILE ( Sistem Monitoring Imunisasi dan Logistik Elektronik) Contoh : Di Provinsi persedian vaksin BCG ada 129600 Contoh : pada Kab/Kota persedian vaksin BCG yang ada di Kab/Kota hanya penggunaan minimum saja untuk persediaan maksimum tidak ada terinput dalam aplikasi SMILE karena pada tahun ini aplikasi SMILE sudah terintegrasi dengan E-Monev. Jadi kab/kota sudah menginput perencanaan kebutuhannya. Kalau pada tahun 2022 persediaan biasanya dihitung ulang oleh program di Provinsi dan Kemenkes sesuai sasaran kebutuhannya. Puskesmas perlu menghitung besar safety stock obat sebelum melakukan perhitungan usulan atau rencana kebutuhan obat per tahunnya. Tujuan dari perhitungan safety stock adalah untuk memberikan stok pengaman obat yang cukup agar terhindar dari kejadian stagnant maupun stockout obat menghitung kebutuhan safety stock obat dengan menggunakan rumus Metode Perbedaan Pemakaian Maksimum dan Pemakaian Rata-rata. lead time sebesar 14 hari dibagi 30 hari dalam sebulan Lead time 14 hari, diperoleh dari keterangan Apoteker yang mengatakan bahwa obat yang dipesan sampai obat diterima di Puskesmas membutuhkan waktu selama satu minggu sampai dua minggu. Lead time selama 14 hari tersebut untuk pengadaan obat selama dua bulan sekali (sesuai dengan permintaan obat dari Puskesmas yang dilakukan dua bulan sekali).
Safety stock = (Pemakaian maksimum – Pemakaian rata-rata) x
Lead time
Perhitungan Safety Stock
Contoh : Pracetamol Tab 500 Mg A. Sisa stock Akhir : 250 Tab B. Jumlah Pakai : 8265 C. Pemakaian Maksimum : 1197 D. Pemakaian rata-rata perbulan: Jumlah Pakai /12bln = 689 Tablet E. Pemakaian rata-rata 12 bulan : Pemakaian rata-rata x 12 bln 689 tab x 12 bln = 8268 tab/thn F. Lead time : 14 hari /30 hr = 0,47 G. Safety stock : Pemakaian Maksimal – pemakaian rata-rata x Lead time : 1197-689 x 0,47 = 237 Tab
Perencanaan obat perlu mempertimbangkan safety stock, lead time,
sisa stok dan pola penyakit. Perencanaan kebutuhan obat di Puskesmas dilaksanakan dengan dua cara yaitu perencanaan obat dengan mengajukan usulan kepada Dinas Kesehatan Kab/Kota per tahunnya dan mengajukan usulan permintaan kepada Gudang Farmasi setiap dua bulan sekali. Apoteker di Puskesmas melakukan rekapitulasi pemakaian obat tahun sebelumnya dalam bentuk Laporan Pemakaian Lembar Permintaan Obat yang kemudian direkap dengan melihat pola penyakit yang ada untuk menentukan jenis obat yang ingin diajukan ke Dinas Kesehatan
Daftar Pustaka
Dinkes, (2022). Laporan Usulan Kebutuhan Obat dan Perbekalan Kesehatan Puskesmas. Dinas Kesehatan Prov Maluku