Anda di halaman 1dari 31

Hubungan Keluarga pada Lansia

Untuk Meningkatkan Kualitas


Hidup Lanjut Usia

SEBAGAI UNSUR PENGEMBANGAN PROFESI DUPAK


PENYULUH KB AHLI MADYA
KARYA TULIS ILMIAH
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena


limpahan rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
karya tulis ilmiahnya yang berjudul “Hubungan Keluarga pada Lansia
Untuk Meningkatkan Kualitas Hidup Lanjut Usia ” sebagai bahan
pengajuan Usulan Angka Kredit Penyuluh KB , Tidak lupa pula shalawat
dan salam kita kirimkan kepada junjungan baginda Rasulullah Muhammad
SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan kezaman yang
terang benderang seperti sekarang ini.

. Lanjut usia dapat dikatakan sebagai usia emas, karena tidak


semua orang dapat mencapai pada usia lanjut tersebut. Maka ketika
seseorang sudah memasuki usia lanjut akan memerlukan tindakan
perawatan yang lebih, agar dapat menikmati usia emas tersebut serta
menjadi lanjut usia yang berguna dan bahagia.

Semoga penyusunan karya tulis ilmiyah ini dapat digunakan


sebagai dasar untuk melakukan penulisan dan hasilnya dapat bermanfaat
untuk menjadi lanjut usia yang bahagia.

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................... i


KATA PENGANTAR ............................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................. 1
1.2 Rumusan Permasalahan .............................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan .......................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan......................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........ ............................................................. 3


2.1 Landasan Teori ............................................................. 3
2.1.1 Pengertian Lansia .................................................. 3
2.1.2 Pelayanan Keluarga Terhadap Lanjut Usia ........... 3
2.1.3 Pemenuhan Kebutuhan Fisik Lanjut Usia .............. 4
2.1.4 Penyedia Kebutuhan Makanan ............................. 5
2.1.5 Pemenuhan Kebutuhan Pakaian ........................... 6
2.1.6 Penerimaan Keluarga Terhadap Keberadaan lansia 7
2.1.7 Karakteristik Lansia Secara Fisik ........................... 10
2.1.8.Karakteristik Lansia Secara Emosional ................. 13
2.1.9 Lansia Menurut Sosial Kemasyarakatan .............. 14
2.1.10 Lansia Profesional vokasional ............................. 14
2.2 Peran Kader Mencetak Lansia Tangguh ........................ 15
2.2.1 Peran Kader BKL ................................................... 16
2.2.2 Pengertian Kualitas Hidup ..................................... 18
2.2.3 Ciri-Ciri kualitas Hidup ........................................... 18
2.2.4 Kualitas Hidup Lansia ........................................... 21
2.2.5 Proses Penuaan ................................................... 22

i
BAB III PENUTUP………………… ...................................................... 25
3.1 Kesimpulan…….............................................................. 25
3.2 Saran ................................................................ 25

DAFTAR PUSTAKA ………………………. ............................... 26

i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan nasional memerlukan peranserta aktif segenap


lapisan masyarakat dengan memanfaatkan sebesar-besarnya
sumber dan potensi yang tersedia. Lapisan masyarakat lanjut usia
merupakan bagian dari masyarakat Indonesia yang diharapkan
mampu memberikan andil dalam pembangunan. Fakta
menunjukkan bahwa tidak sedikit kelompok warga lanjut usia yang
masih mempunyai kesegaran jasmani, kesehatan memadai, dan
mampu melakukan kegiatan produktif. Mereka akan merasa
mendapat kehormatan apabila diberi kesempatan untuk tetap aktif
dalam pembangunan. Oleh karena itu, perlu diupayakan agar
kelompok warga lanjut usia tetap dapat eksis dalam karya nyata
untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik bagi
kemajuan bangsa.
Mengapa jumlah orang lanjut usia semakin meningkat: Pertama,
bertambah baiknya perawatan ibu hamil dan bayi yang baru lahir.
Kondisi ini telah mengurangi tingkat kematian bayi dan
memungkinkan meningkatnya bayi tetap hidup sampai tua. Kedua,
obat baru, sanitasi yang lebih baik, dan kemajuan bidang
kedokteran telah meningkatkan taraf hidup masyarakat. Ketiga,
tingkat kelahiran yang rendah atau berkurangnya jumlah bayi yang
dilahirkan mengakibatkan bertambah besarnya proporsi penduduk
usia lanjut. Peningkatan usia harapan hidup yang diiringi dengan
penurunan angka kelahiran dan kematian mengakibatkan kondisi
demografis penduduk Indonesia mengalami perubahan. Dilihat dari
komposisi penduduk menurut umur, komposisi populasi warga

1
lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun.
Meningkatnya jumlah warga lanjut usia merupakan fenomena
yang harus diterima, dan membutuhkan perhatian serta
penanganan yang memadai dari berbagai pihak. Peningkatan jumlah
penduduk lanjut usia, di satu sisi memang menggembirakan karena
terdapat potensi yang masih mungkin didayagunakan, pada sisi
yang lain membawa konsekuensi meningkatnya berbagai masalah
akibat perubahan fungsi yang dialami oleh warga lanjut usia seperti
masalah kesehatan, psikologis, sosial, dan ekonomi. Karena itu,
warga lanjut usia perlu mendapatkan perhatian serius, mengingat
sebagian besar dari mereka akan menjadi beban bagi penduduk
produktif.

1.2 Rumusan masalah


a. Bagaimana hubungan peran keluarga dengan kualitas hidup
lansia untuk menjadi lansia tangguh
b. Bagaimana bentuk pola asuh keluarga terhadap lansia

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah ini dilakukan upaya
meningkatkan kualitas hidup lansia, dan memper erat hubungan
keluarga dengan lansia.

1.4 Manfaat Penulisan


a. Penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis
mengenai hubungan peran keluarga terhadap kualitas hidup
lansia.
b. Mengetahui perannya dalam usaha meningkatkan kualitas hidup
lansia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Pengertian Lansia
Usia lanjut adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik,
yang di mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Sebagai
mana di ketahui, ketika manusia mencapai usia dewasa, ia mempunyai
kemampuan reproduksi dan melahirkan anak. Ketika kondisi hidup
berubah, seseorang akan kehilangan tugas dan fungsi ini, dan memasuki
selanjutnya, yaitu usia lanjut, kemudian mati. Bagi manusia yang normal,
siapa orangnya, tentu telah siap menerima keadaan baru dalam setiap
fase hidupnya dan mencoba menyesuaikan diri dengan kondisi
lingkunganya, dan Lansia merupakan seseorang yang telah memasuki
usia 60 tahun keatas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia
yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok
yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging
Process atau proses penuaan. Usia lanjut sebagai tahap akhir siklus
kehidupan merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami
oleh setiap individu yang mencapai usia lanjut. Hal tersebut merupakan
suatu kenyataan yang tidak dapat dihindari oleh setiap manusia.

2.1.2 Pelayanan Keluarga terhadap Lanjut Usia

Secara historis peran dan fungsi keluarga dalam pelayanan


terhadap lanjut usia masih sangat kuat. Dedikasi dan pengabdian
kepada lanjut usia menjadi suatu kewajiban yang tertanam
melalui internalisasi nilai dan norma bagi setiap individu dalam
keluarga. Selama ini anak masih memiliki kepatuhan tinggi untuk
merawat orangtua sebagai bentuk bakti kepada orangtua.

3
Secara alamiah lanjut usia mengalami penurunan fungsi
organ tubuh dan kemunduran, baik fisik, psikis, maupun sosial dan
keluarga diharapkan berperan penting dalam membantu
mengatasi masalah tersebut, sehingga lanjut usia merasa lebih
aman dan tenteram lahir batin di dalam keluarga. Keluarga yang
mampu memberikan pelayanan terhadap lanjut usia adalah
keluarga yang mampu mencukupi atau memenuhi kebutuhan
pokok hidup bagi anggota keluarganya termasuk lanjut usia.
Karena itu keluarga mempunyai andil besar dalam mewujudkan
lanjut usia yang sejahtera meliputi pemenuhan kebutuhan fisik,
psikis, dan sosial.

2.1.3 Pemenuhan kebutuhan fisik lanjut usia,


penyediaan tempat tinggal yang layak. Tempat tinggal atau
rumah adalah tempat berlindung dari panas, hujan, dan angin
dalam melakukan kegiatan sehari-hari seperti belajar, memasak,
makan, mandi, istirahat, tidur, dan tempat berkumpul seluruh
anggota keluarga. Untuk mencapai kondisi demikian perlu
dipesiapkan tempat tinggal yang sehat, nyaman, dan aman bagi
penghuninya, terutama bagi anggota keluarga yang sudah lanjut
usia. Terkait dengan kondisi warga lanjut usia yang mulai
menurun, maka istirahat sangat diperlukan. Lanjut usia
memerlukan istirahat lebih banyak dibanding usia di bawahnya.
Agar kondisi seperti ini dapat lebih terjaga, maka perlu disediakan
kamar dan tempat tidur yang sesuai dengan kebutuhan lanjut usia
untuk beristirahat dengan nyaman.
Sebagian besar keluarga yang diwawan- carai telah menyediakan
tempat tinggal layak bagi lanjut usia. Mengingat rumah di daerah
pedesaan masih cukup luas atau berukuran besar, maka mereka

4
dapat menyediakan kamar dan tempat tidur untuk para lanjut usia,
meskipun sederhana yang penting sehat dan bersih.
Kamar mandi dan WC sangat dibutuhkan bagi warga lanjut usia,
terutama yang mudah dijangkau dan aman digunakan. Hal ini
berkait erat dengan kondisi yang dialami warga lanjut usia, seperti
pada malam hari sering bolak-balik ke kamar mandi atau WC untuk
buang air kecil, atau buang air besar yang memakan waktu relatif
lama. Data penelitian menunjukkan, bahwa tidak ada satupun
keluarga yang memiliki kamar mandi berdekatan dengan kamar
tidur lanjut usia, apalagi di dalam kamar. Hal ini dikarenakan rumah di
daerah pedesaan berukuran besar, dan letak kamar mandi berada di
bagian belakang, bahkan berada di luar rumah.

2.1.4 Penyediaan Kebutuhan Makanan


Selain tempat tinggal layak, keluarga diharapkan juga
mampu memenuhi kebutuhan makanan dan pakaian bagi warga
lanjut usia. Penyediaan makanan ini disesuaikan dengan
kebutuhan dan kondisi lanjut usia yang biasanya mengalami
hambatan atau gangguan pada saat mengkonsumsi makanan,
seperti gigi yang tidak lagi sempurna untuk mengunyah, perut yang
tidak mampu menggiling dalam volume banyak, usus yang tidak lagi
lentur menghisap sari makanan, atau karena penyakit yang diderita.
Oleh karena itu, dalam menyediakan makanan seyogyanya dipilih
porsi yang sesuai dan mengandung semua unsur gizi dalam jumlah
yang cukup. Makanan harus mengandung komposisi lengkap yaitu
karbohidrat, lemak, protein, vitamin, garam minera, dan air yang
diatur atau dibatasi sesuai dengan kondisi. Pola makan warga
lanjut usia perlu ditata melalui penjadwalan waktu makan,
menyederhanakan menu, dan mengkonsumsi air mineral delapan
gelas setiap hari. Banyak minum air mineral memperlancar kerja
organ tubuh. Sari makanan, oksigen, dan enzim dapat tersalurkan

5
secara baik serta lancar ke semua jaringan tubuh yang
membutuhkan.

Melalui pemenuhan kebutuhan gizi yang baik dan makan


secara teratur serta banyak mengkonsumsi air, para lanjut usia
dapat mempertahankan daya tahan tubuh secara optimal, serta
mengganti sel yang rusak guna mengatasi proses penuaan.
Terpenuhinya kebutuhan gizi yang lengkap dan seimbang, serta
pengaturan pola makan dan banyak minum air putih, akan sangat
membantu orang lanjut usia untuk tetap hidup sehat dan bugar.
Kesehatan badan dapat dipelihara dengan baik, apabila makanan
dan minuman yang tersedia memadai. Sebagian besar sumber
data menyatakan, bahwa dalam menyediakan makanan bagi lanjut
usia diusahakan bergizi dengan menu seimbang, meski makanan
yang disiapkan cukup sederhana seperti sayur, lauk tahu dan
tempe. Sekali waktu juga disajikan ayam, daging, atau ikan, serta
buah (pisang atu papaya) yang mudah didapat, baik dari kebun
sendiri maupun membeli di pasar. Kadang- kadang disediakan
susu atau sari buah, vitamin, dan mineral yang dibutuhkan lanjut
usia. Penyediaan makanan ini diusahakan sebanyak tiga kali
dalam sehari. Pada sisi lain warga lanjut usia juga menyatakan
bahwa penyediaan makanan dirasa cukup memadai dan sesuai
dengan keinginan mereka.

2.1.5 Pemenuhan kebutuhan pakaian


penyediaan pakaian bagi lanjut usia, yang disesuaikan
dengan kebutuhan dan kondisi lanjut usia. Pemenuhan kebutuhan
pakaian ini untuk melindungi tubuh dari cuaca panas, dingin,
angin, dan untuk menutup aurat, selain berfungsi secara estetika.
Dalam pengadaan atau penyediaan pakaian tersebut, keluarga perlu
memperhatikan dan menjamin kebersihannya. Menurut pendapat

6
salah satu sumber data, untuk pengadaan pakaian, selain
diusahakan keluarga juga oleh anak yang lain atau anggota lain
dalam keluarga. Keluarga tidak perlu menyediakan pakaian setiap
saat, selama pakaian tersebut masih pantas dikenakan, dan cukup
untuk berganti pakaian. Dalam pengadaan pakaian, keluarga tidak
harus menyediakan secara rutin, selama satu tahun paling hanya
menyediakan satu atau dua pakaian, dan kadang-kadang sudah
disediakan oleh anak lain yang tidak tinggal serumah, seperti pada
Hari Raya Idul Fitri. Bagi warga lanjut usia yang masih potensial dan
masih kuat dapat melayani dirinya dalam pemeliharaan pakaian,
seperti mencuci, dan menyeterika, meski kadangkala keluarga
juga ikut membantu. Bagi lanjut usia yang sudah tidak kuat atau
sepenuhnya sudah tergantung pada orang lain, yaitu anak, cucu,
atau anggota keluarga lain, maka keluargalah yang membantu
melayani semua kebutuhannya.

2.1.6 Penerimaan Keluarga Terhadap Keberadaan Dan Potensi


Lanjut Usia

a. Penghasilan Keluarga

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan


keluarga lanjut usia cukup baik, karena sebagian besar lulusan
sekolah menengah ke atas (SLTP/SLTAdan Sarjana) yang
mempengaruhi jenis pekerjaan dan penghasilan keluarga. Mayoritas
pekerjaan kepala keluarga lanjut usia adalah petani (pemilik,
penggarap, dan buruh tani), dan sebagian lainnya pegawai negeri,
pensiunan, dan wiraswasta. Dalam wawancara diperoleh jawaban
yang cukup bervariasi tentang pendapatan yang mereka peroleh
berdasar jenis pekerjaannya, yakni diperoleh secara rutin dalam
setiap bulan bagi keluarga yang bekerja sebagai pegawai negeri

7
atau pensiunan, sedang penghasilan keluarga yang bekerja
sebagai petani tidak dapat diperoleh secara rutin. Penghasilan
tersebut terutama untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga
sehari-hari. Oleh sebab itu besar kecilnya penghasilan ini
berpengaruh terhadap keluarga dalam memberikan pelayanan
kepada lanjut usia, terlebih apabila lanjut usia tidak mempunyai
penghasilan sendiri. Tercatat dari sembilan keluarga yang
diwawancarai, terdapat enam keluarga dengan warga lanjut usia
menggantungkan hidupnya kepada keluarga anaknya. Hal tersebut
tidak menjadi beban bagi keluarga anaknya, kendati dijumpai
sejumlah keluarga dengan penghasilan yang hanya cukup untuk
kebutuhan sehari hari.

b. Beban Tanggungan Keluarga

Hasil penelitian menunjukkan bahwa beban tanggungan dari


masing-masing keluarga tidak sama, karena menyangkut jumlah
anggota keluarga beserta tingkat kesejahteraan masing- masing.
Menurut hasil wawancara diketahui bahwa rata-rata jumlah
anggota keluarga adalah empat hingga enam orang. Hal ini berarti
beban tanggungan keluarga sebanyak empat hingga enam
orang. Beban tanggungan keluarga akan berpengaruh pada
kemampuan layanan keluarga terhadap lanjut usia. Semakin
besar beban tanggungan keluarga, akan semakin berat masalah
ekonomi keluarga, apalagi harus memberikan layanan kepada
lanjut usia. Lain halnya dengan keluarga yang mempunyai
penghasilan cukup karena suami dan isteri bekerja, apalagi
apabila lanjut usia mempunyai penghasilan sendiri, sehingga
keberadaannya dalam keluarga tidak menjadi beban yang
berlebihan bagi keluarga.

c. Proses Interaksi dan Komunikasi

8
Dalam keluarga akan terjadi proses interaksi dan komunikasi
pada saat anggota keluarga berkumpul, seperti pada saat makan,
nonton televisi, sholat, dan lain sebagainya. Interaksi dan
komunikasi akan terjalin dengan baik, apabila anggota keluarga
sering bertemu dan berkumpul. Selain jadwal kumpul keluarga, juga
tanggapan terhadap proses interaksi dan komunikasi tersebut.
Semakin sering berinteraksi antar anggota keluarga, maka
pelayanan terhadap lanjut usia dalam keluarga juga semakin baik.
Untuk melihat baik buruknya interaksi dan komunikasi keluarga,
dapat dilihat saat seseorang berkumpul dengan orang lain. Begitu
juga pada suatu keluarga, untuk melihat baik buruknya proses
interaksi dan komunikasi dapat dilihat pada saat semua anggota
keluarga ngobrol. Ketika wawancara diperoleh jawaban yang cukup
bervariatif tentang saat kumpul keluarga. Sebagian besar
menyatakan kadang- kadang, yaitu pada saat makan malam dan
atau nonton televisi. Hal ini karena setiap anggota keluarga tidak
dapat selalu berkumpul, alasannya terkait dengan pekerjaan.
Meskipun kumpul anggota keluarga terjadi kadang-kadang saja,
namun interaksi dan komunikasi antar anggota keluarga, terutama
dengan lanjut usia tetap dilakukan, supaya mereka merasa selalu
diperhatikan.

d. Penerimaan Keluarga terhadap Keberadaan dan Potensi Lanjut


Usia

Penelitian ini mengungkap bahwa penerimaan keberadaan


lanjut usia dalam keluarga didorong kewajiban untuk membalas
segala perhatian dan kasih sayang orangtua sekaligus sebagai
wujud penghormatan anak kepada orangtua. Penerimaan
keberadaan lanjut usia dalam keluarga tentunya akan
berpengaruh kepada keberhasilan pelayanan keluarga terhadap
lanjut usia. Agar keberadaan lanjut usia tidak membebani keluarga,

9
maka potensi yang masih dimiliki lanjut usia perlu dikembangkan
atau dimanfaatkan. Warga lanjut usia dapat digolongkan menjadi
dua, yaitu lanjut usia yang masih produktif dan lanjut usia non
produktif. Bagi lanjut usia produktif perlu diberi kesempatan untuk
melakukan kegiatan sesuai dengan kemampuan atau kekuatan
fisiknya. Penelitian ini juga mengungkap bahwa dari sembilan
orang lanjut usia yang diteliti, terdapat tujuh orang yang tergolong
masih potensial. Mereka masih bisa melakukan aktivitas sehari-
hari sendiri tanpa bantuan anggota keluarga yang lain, bahkan ada
yang masih bekerja (mencari nafkah), baik sebagai tukang kayu
maupun pedagang di pasar.

2.1.7 Karakteristik Lansia Secara fisik

Kegiatan yang dilakukan ini baik untuk menjaga kesehatan


fisik lansia. Lansia mengalami perubahan fisik, mental dan sosial
secara alamiah dengan bertambahnya usia. Ditandai dengan
penurunan aktivitas fisik, mudah lelah, pendengaran berkurang,
penglihatan menurun, rambut memutih, dan kulit kering dan keriput,
gigi geligi mulai tanggal dan lainnya. Hal yang perlu diperhatikan
dalam memelihara kesehatan lansia adalah aktivitas fisik seperti
jalan kaki, berlari santai, naik sepeda, dan berenang, latihan otot
dengan bola basket, latihan otot kaki (BKKBN, 2015) Lanjut usia
merupakan kelanjutan usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi
menjadi empat bagian yaitu: fase iuventus antar usia 25-40 tahun,
fase verilitas antara usia 40-50 tahun, fase praesenium antara usia
55- 60 tahun, fase senium antara usia 65 tahun hingga tutup usia
(Nugroho, 2010). Menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN) ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu
aspek biologis, aspek ekonomi dan aspek sosial. Secara biologis
penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses

10
penuaan secara terus menerus, yakni ditandai dengan menurunnya
daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan
penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan
terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta
sistem organ. Jika ditinjau secara ekonomi, penduduk lanjut usia
lebih dipandang sebagai beban dari pada sebagai sumberdaya.
Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi
memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai
beranggapan bahwa.

Kesehatan fisik lansia perlu mejaga dengan makan makanan


yang sehat dan seimbang. Makan sering dalam porsi sedikit.
Banyak makan sayuran hijau atau buah aneka warna. Protein nabati
berupa tempe, tahu minum air putih sebanyak 8-12 gelas/hari,
cukup tidur, latihan pernafasan, menghindari asupan alkohol, tidak
merokok, pemeriksaan kesehatan berkala, perawatan kesehatan
Lansia. Berhubungan dengan aktivitas ehari-hari. Tidak berbaring
terlalu lama karena dapat terjadi luka (decubitus). Lansia yang
sering berbaring dan menggunakan kursi roda perlu mendapatkan
pijatan di daerah tungkai bawah agar otot tungkai tidak mengecil.
Alat bantu sederhana apa saja yang dapat dipakai oleh Lansia untuk
membantu fungsi orga yang telah mengalami kemunduran seperti
penglihatan yang berkurang dibantu dengan kacamata.
Pendengaran yang berkurang dibantu dengan alat bantu
pendengaran. Gigi yang hilang / ompong dapat menggunakan gigi
palsu. Penelitian Dewi (2016) menyatakan lansia atau lanjut usia
merupakan tahap akhir perkembangan kehidupan manusia. Dengan
bertambahnya usia manusia maka otomatis akan terjadi penuaan
dan mulai mengalama masalah kesehatan, seperti kulit kendur dan
keriput, mudah lelah, tidak lincah, gigi tanggal, dan lain sebagainya.
secara singkat bisa dikatakan bahwa seseorang dalam kondisi
lansia akan mengalami penurunan performa berbagai kemampuan

11
gerak aktivitas. Dengan demikian maka perlu adanya usaha lansia
yang bersangkutan untuk menjaga kondisi dirinya. Di samping itu
juga lansia membutuhkan bantuan dari seseorang yang lebih muda
untuk membantu menjaga dan membantu apa yang dibutuhkan
lansia tersebut.

12
2.1.8 Karakteristik Lansia Secara Emosional

Masalah psikologis yang sering terjadi terjadi pada lansia


adalah kecemasan dan ketakutan, mudah tersinggung, rasa
kesepian, hilangya rasa percaya diri, bermimpi masa lampau, egois.
kekerasan yang terjadi pada lansia yaitu kekerasan lingkungan,
kekerasan dalam rumah. Cara yang dilakukan untuk membantu
lansia adalah berkomunikasi secara efektif dengan cara
menunjukkan antusiasme, memberikan senyuman yang tulus,
melakukan kontak mata menjadi pendengar yang baik. Kegiatan
emosional di BKL ini sudah baik dan cukup membantu hal ini
disebabkan pada lansia megalami keadaan psikologis meliputi
aspek kemampuan berpikir, perasaan, maupun sikap yang tampak
melalui perilaku yang dapat di amati. Kecerdasan emosi (emotional
quotient/ EQ) adalah kemampuan seseorang untuk: mengenali
emosi, mengendalikan/ mengontrol emosi , turut merasakan
perasaan orang lain (empati) Lima tipe kepribadian: kepribadian
konstruktif, kepribadian mandiri, kepribadian tergantung, kepribadian
bermusuhan, kepribadian kritik diri Kegiatan emosional dapat
dilakukan dengan menanyakan minat mereka agar lansia
mempersiapkan diri untuk menyesuaikan keadaan, perubahan
ekonomi, keluarga dan lingkungan. Masyarakat mengikutsertakan
dalam kegiatan di lingkungannya dengan memperhatikan kondisi
lansia dan menjaga tali silaturahim. Keluarga menyediakan waktu ,
memberi perhatian , menciptakan suasana yang menyenangkan,
memfasilitasi kegiatan sesuai dengan keinginannya. Kesejahteraan
lansia, diperlukan peran keluarga yang turut berpartisipasi aktif
mendampingi aktivitas lansia di masa senjannya, karena
keluargalah orang terdekat dari.

13
2.1.9 Lansia Menurut sosial kemasyarakatan

Kegiatan sosial kemasyarakatan bagi lansia berupaya untuk


membangun keluarga dan masyarakat dalam bentuk pendapingan,
perawatan , dan kemandirian agar mampu merawat diri dan dapat
melakukan aktivitas sehari hari. Hal ini dilakukan dengan
membangun kepedulian terhadap sesama dengan melakukan
silaturahim, mengunjungi lansia yang sakit, melayat lansia yang
meninggal. Keluarga dapat menghormati lansia, memperhatikan
kebutuhan dasar lansia, memberikan pelayanan sosial di dalam
keluarga dan masyarakat, memberikan bantuan/ santunan bagi
lansia kurang mampu, membantu melakukan pendekatan dan
perlindungan hukum kepada berwenang, memberikan bantuan
pemberdayaan dan usaha ekonomi produktif bagi lansia.

Kegiatan sosial kemasyarakatan dapat di ikuti lansia di


bidang keagamaan , ikut serta dalam kegiatan hari besar Nasional,
kegiatan gotong royong dan bakti sosial, kegiatan ekonomi produktif
bagi lansia, kegiatan penyaluran hobi dan bakat, menjadi guru tamu
atau mentor (berbagi pengalaman), dan lainnya. Interaksi sosial di
artikan sebagai hubungan sosial timbal balik antara lansia dengan
lansia , lansia dengan keluarga, dan lansia dengan masyarakat.

2.1.10 Lansia profesional vokasional

Hasil menunjukkan lansia masih produktif karena diberdayakan.


Lansia merupakan kelompok rentan dan lemah, sehingga mereka
memiliki kekuatan atau kemampuan dalam memenuhi kebutuhan
dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom), dalam arti
bukan saja bebas mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari
kelaparan, bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan, ,menjangkau
sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat
meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan

14
jasajasa yang mereka perlukan dan berpartisipasi dalam proses
pembangunan dan keputusankeputusan yang mempengaruhi mereka
Produktivitas lansia dapat dilakukan dengan memberdayakan potensi-
potensi-potensi yang dimilikinya untuk meningkatkan pendapatan lansia.
Lansia yang produktif secara ekonomi menjadikan lansia meskipun
mengalami berbagai penurunan secara fisik maupun psikis namun
merasa puas karena dirinya mampu menghasilkan hasil ketrampilannya
memiliki nilai ekonomi. Pada akhirnya lansia merasa bermakna, berarti,
sekaligus dapat menambah pendapatan ekonomi untuk memenuhi
kehidupan sehari-hari bahkan dapat memberi sesuatu untuk anak cucu.

2.2 Peran Kader Mencetak Lansia Tangguh

Kader merupakan anggota masyarakat yang telah mendapatkan


pendidikan serta menjalankan tugasnya dengan sukarela. Kemudian
kader tersebut adalah seorang pria atau wanita yang telah berkeluarga
dan aktif di masyarakat, dapat membaca, menulis, dan berkomunikasi
dengan baik, bertempat tinggal disekitar kegiatan, sehat jasmani dan
rohani, dan bersedia mengikuti pelatihan/magang/orientasi. Sehingga
dalam setiap kegiatan yang dilakukan sudah terjadwal. Hal ini dapat
memfokuskan kepada setiap kader-kader agar lebih maksimal dalam
setiap kegiatan yang dilaksanakan

Kader merupakan tenaga masyarakat yang dianggap paling dekat


dengan masyarakat dan diharapkan mereka dapat melakukan
pekerjaannya secara sukarela tanpa menuntut imbalan berupa uang atau
materi lainnya. Namun ada juga kader yang disediakan sebuah rumah
atau sebuah kamar serta beberapa peralatan secukupnya oleh
masyarakat setempat, seperti kader kesehatan.

Seorang kader akan diberi pengetahuan dan keterampilan melalui


pelatihan/orientasi/magang sesuai dengan masalah dan kebutuhan
anggota. Pokok kegiatan kader, yaitu kader memiliki kegiatan inti seperti:

15
penyuluhan, kunjungan rumah, rujukan dan pencatatan. Sedangkan
kegiatan pengembangan seorang kader, yaitu pembinaan keagamaan,
kesehatan, olahraga, dan rekreasi. Adapun tugas dan fungsi kader, yaitu:

a. mengelola kelompok BKL;

b. melakukan penyuluhan;

c. melakukan kunjungan rumah;

d. melakukan pembinaan;

e. melakukan rujukan;

f. melakukan pencatatan; konsultasi ke PLKB, dan tim pembina

2.2.1 Peran Kader BKL

Peran kader dalam program BKL,yaitu seorang kader mampu


untuk mengelola kelompok BKL, melakukan penyuluhan terhadap
lansia dan keluarganya, melakukan kunjungan rumah ke masing-
masing rumah anggota BKL, melakukan pembinaan terhadap
keluarga yang memiliki lansia, melakukan rujukan, melakukan
kunjungan rumah, konsultasi ke PLKB dan tim Pembina, menjadi
motivator, dan mampu mengatasi masalah yang ada dalam BKL.
Peran kader sebagai seorang motivator yaitu kader mampu
mendorong dan memberi motivasi kepada peserta BKL, motivasi
adalah keadaan dalam organisme yang mendorong perilaku kearah
tujuan. Motivasi terdiri dari tiga aspek, yaitu

a. keadaan terdorong dalam diri organisme;

b. perilaku yang timbul dan terarah karena keadaan


terdorong;

c. tujuan yang diharapkan oleh perilaku sedangkan peran


kader sebagai pembina lansia dan keluarganya untuk
menjadi lansia bahagia

16
Dalam hal ini bahwa pembinaan merupakan suatu kegiatan
yang menunjukkan adanya kemajuan, peningkatan, pertumbuhan,
evolusi atas berbagai kemungkinan, berkembang atau peningkatan
atas sesuatu. Lansia membutuhkan pelayanan dan peran serta dari
kader BKL khususnya untuk mewujudkan pembangunan keluarga
lansia tangguh. Misalnya: melalui fungsi sosialisasi, fungsi sosial
budaya, fungsi perlindungan, dsb sehingga mampu meningkatkan
kualitas lansia dan pemberdayaan keluarga lansia yang mampu
berperan serta dalam kehidupan keluarganya. Jadi, peranan kader
dalam program BKL sangat mempengaruhi berjalan atau tidaknya
kegiatan BKL dalam suatu tempat, ketika tidak ada seorang kader
maka tidak tahu anggota akan berkomunikasi dengan siapa
kemudian dari pihak atasan pun akan bingung mengontrol kondisi
dilapangan kegiatan BKL.

17
2.2.2 Pengertian Kualitas Hidup

Menurut Supardan (1996 : 134) kualitas hidup adalah derajat


keadaan yang menyatakan perwujudan hakikat kemanusiaan
manusia, dan kemampuankemampuan yang terkandung di
dalamnya, dengan mana manusia mempertahankan dan
mengembangkan dirinya serta hidupnya. 30 Seseorang dikatakan
memiliki kualitas hidup yaitu mereka yang mampu mendidik diri
mereka sendiri dan mampu membantu diri mereka sendiri. Untuk
meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik bagi masyarakat maka
dapat melalui kegiatan-kegiatan swadaya, seperti halnya faktor
peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan
formal dan non formal perlu mendapat prioritas (Sutarto, 2007 :

2.2.3 Ciri-ciri hidup Berkualitas

Seseorang dikatakan memiliki kualitas hidup juga ketika


mereka dalam keadaan yang sejahtera dan bahagia. Menurut Gail
dan Seehy dalam Siswanto (2007 : 39-41) Haber & Ruyon (1984)
pernah melakukan penelitian terhadap kurang lebih 60.000 orang
dewasa mengenai kebahagiaan. Hasil penelitian mereka
menunjukan adanya sepuluh tanda-tanda orang yang bisa disebut
dalam keadaan sehat/bahagia. Kesepuluh tanda-tanda tersebut
adalah sebagai berikut:

a. hidup mereka memiliki arti dan arah;

b. memiliki pengalaman transisi yang penting di masa


dewasa dan dapat menangani transisi tersebut
denagan cara yang tidak seperti orang kebanyakan,
lebih bersifat pribadi dan kreatif;

c. jarang merasa diperlakukan secara tidak adil atau


dikecewakan oleh kehidupan;

18
d. mencapai beberapa tujuan hidup yang penting, orang
yang berbahagia, sehat, dan puas dengan kehidupan
dicirikan dengan terpenuhinya semua tujuan jangka
panjang kehidupan mereka yang penting.

Sebaliknya orang paling tidak bahagia dalam kehidupan


mereka adalah orang-orang yang memiliki pengalaman
mengorbankan hubungan cinta atau keluarga mereka dalam rangka
mencapai sukses pribadi; (e) peduli dengan pertumbuhan dan
perkembangan pribadi; (f)memiliki keadaan hubungan mencintai
dengan yang dicintai secara mutualisme; (g) memiliki banyak teman;
(h) orang yang menyenangkan dan bersemangat, perilaku ini bisa
menjadi penguatan diri (self reinforcing cycle), yaitu semakin mereka
menyenangkan dan bersemangat membuat orang yang disekitarnya
juga mendapat pengaruh yang sama; (i) tidak melihat kritik sebagai
serangan pribadi yang menurunkan harga diri; (j) tidak memiliki
ketakutan-ketakutan yang umumnya dimiliki orang lain. Dari
penelitian tersebut menemukan bahwa kebahagiaan hidup ternyata
ratarata dicapai pada usia pertengahan 50-an atau bahkan pada
usia lebih tua (lansia). Penelitian tersebut dilakukan sekitar tahun
1911. Bisa saja dengan perkembangan jaman seperti sekarang,
kebahagiaan tersebut bisa didapat pada usia yang lebih muda,
mungkin bisa terjadi pada usia 40 tahun.

Berikut adalah proses-proses pemberdayaan masyarakat


agar dapat meningkatkan kualitas hidup manusia, yaitu : (a) getting
to know the local community, mengetahui karakteristik masyarakat
setempat (lokal) yang akan diberdayakan; (b) gathering knowledge
about the local community, mengumpulkan pengetahuan yang
menyangkut informasi mengenai masyarakat setempat; (c)
identifying the local leaders, adanya dukungan dari pemimpin/
tokoh-tokoh masyarakat setempat; (d) stimulating the community to

19
realize that it has problem, masyarakat perlu pendekatan persuasif
agar sadar bahwa mereka punya masalah yang perlu dipecahkan,
dan kebutuhan yang perlu dipenuhi; (e) helping people to discuss
their problem, memberdayakan masyarakat bermakna merangsang
masyarakat untuk mendiskusikan masalahnya serta merumuskan
pemecahannya dalam suasana kebersamaan; (f) helping people to
identify their most pressing problems, masyarakat perlu
diberdayakan agar mampu mengidentifikasi permasalahan yang
paling menekan; (g) fostering self-confidence, tujuan utama
pemberdayaan masyarakat adalah membangun rasa percaya diri
masyarakat; (h) deciding on a program action, masyarakat perlu
diberdayakan untuk menetapkan suatu program yang akan
dilakukan; (i) recognition of strengths and resources,
memberdayakan masyarakat berarti membuat masyarakat tahu dan
mengerti bahwa mereka memiliki kekuatan-kekuatan dan sumber-
sumber yang dapat dimobilisasi untuk memecahkan permasalahan
dan memenuhi kebutuhannya; (j) helping people to continue to work
on solving their problems, pemberdayaan masyarakat adalah suatu
kegiatan yang berkesinambungan; (k) increasing peoplels ability for
selfhelp, salah satu tujuan pemberdayaan masyarakat adalah
tumbuhnya kemandirian masyarakat.

Persoalan mempersiapkan sumber daya manusia yang


berkualitas untuk memenuhi kebutuhan pasar kerja abad 21
adalaha persoalan pendidikan, termasuk melalui pendidikan non
formal oleh karena itu tanggungjawab bidang pendidikan merupakan
fungsi yang sangat strategis sebagai upaya sadar dan merupakan
titik sentral dalam upaya pengembangan sumber daya manusia.

20
2.2.4 Kualitas Hidup Lansia

Lansia yang memiliki kualitas hidup adalah mereka yang


kondisi pangan, sandang, papan, kesehatan, mental spiritual dan
sosialnya dapat terpenuhi sesuai dengan martabat manusia sehingga
mereka dapat hidup dengan bahagia, sejahtera, dan masih mampu
berperan aktif dalam meningkatkan kehidupan keluarga,
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara Kehidupan lansia yang
bahagia, sejahtera, dan masih mampu berperan aktif dimanapun itu
adalah mereka seorang lansia yang tangguh, mereka pasti memiliki
kualitas hidup yang baik, seperti halnya yang dituliskan oleh dalam
tujuan pembangunan keluarga lansia yang tangguh, yaitu untuk
meningkatkan kualitas lansia dan pemberdayaan keluarga rentan
sehingga mampu berperan dalam kehidupan keluarga. Untuk
mencapai tujuan tersebut maka ditetapkan kebijakannya, yaitu
pengembangan kemitraan, penguatan komitmen para pengelola dan
pelaksana, pemberdayaan keluarga dalam pembinaan lansia
tangguh, dan peningkatan akses dan kualitas pelayanan. Dalam
peningkatan kualitas hidup lansia, maka setiap lansia harus yakin
dan percaya terhadap 4 pernyataan berikut:

a. I have, yaitu saya percaya bahwa lansia tangguh dapat


diwujudkan;
b. I can, yaitu saya mampu berperilaku hidup sehat (fisik,
mental, sosial);
c. I am, yaitu saya adalah lansia mandiri;
d. I will, yaitu saya akan berusaha menjadi lansia tangguh.

Dalam kajian psikologi perkembangan, lansia sejahtera adalah


lansia yang mampu mencapai successful aging (penuaan yang
sukses) didefinisikan sebagai seberapa baik lansia mencapai tujuan
hidupnya dan seberapa puas mereka dalam kehidupan mereka. Slah

21
satu faktor yang mendukung successful aging dalam mewujudkan
lansia sejahtera adalah adanya dukungan dari keluarga,
temanteman, masyarakat, dan juga pemerintah. Dukungan positif
dari lingkungan atas keberadaan lansia sangat mendukung dan
mempengaruhi kebahagiaan dan kesejahteraan lansia. Keluarga
merupakan sumber utama terpenuhinya kebutuhan emosional.
Semakin positif dukungan keluarga, semakin besar rasa
kebahagiaan lansia dalam keluarga. Ketidakberadaan atau
kurangnya dukungan dari keluarga biasanya membuat lansia merasa
kesepian.salah satu usaha mensejahterakan seorang lansia
diwujudkan di dalam badan sosial panti werdha, yang bertujuan
untuk menciptakan suasa favorable (menggembirakan), mengurangi
perasaan kesunyian, menghilangkan perasaan rendah diri
merupakan faktor penting untuk memenuhi kebutuhan.

Orang lansia yang dirawat di panti werdha adalah mereka yang


tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk
keperluan pokok bagi hidupnya sehari-hari dan tidak menerima
nafkah sendiri untuk keperluan pokok bagi hidupnya sehari-hari dan
tidak menerima nafkah secukupnya dari orang lain, sesuai dengan
pendapat Raharjo (2016 : 136) bahwa kesejahteraan secara umum
selalu dihubungkan dengan standar kemampuan untuk memenuhi
berbagai kebutuhan hidup.

2.2.5 Proses Penuaan

Proses menua adalah keadaan yang tidak dapat dihindarkan.


Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang diderita. Sehingga dengan

22
menurunnya fungsi organ tubuh, lansia akan menjadi rentan untuk
mengalami berbagai masalah kesehatan baik kesehatan mental atau
fisik.

Proses penuaan terjadi secara bertahap dan merupakan


proses yang tidak dapat dihindari, berlansung sejak konsepi dalam
kandungan sampai individu meninggal dunia. Proses menua pada
sebagian besar individu dianggap sebagai suatu hal yang tidak
menyenangkan, bahkan kadang-kadang dianggap sebagai suatu
pengalaman yang menegangkan yang membutuhkan penyesuaian.
Sama seperti periode lainnya dalam rentang kehidupan seseorang,
usia lanjut ditandai dengan terjadinya perubahan fisik, sosial, dan
psikologis tertentu. Serangkaian perubahan yang dialami selama
proses menua membutuhkan kesiapan individu untuk
menghadapinya. Efek-efek dari perubahan tersebut menentukan
apakah pria atau wanita lansia tersebut akan melakukan
penyesuaian diri secara baik atau buruk. Selain itu perubahan-
perubahan fisik yang terjadi pada lansia dapat menyebabkan
perubahan pada kondisi jiwanya. Salah satu contohnya perubahan
fisik pada lansia mengakibatkan dirinya merasa tidak dapat
mengerjakan berbagai aktivitas sebaik pada saat muda dulu. Hal ini
menyebabkan lansia kemudian menjadi demotivasi dan menarik diri
dari lingkungan social.

Adapun hal-hal yang bisa kita lakukan di dalam kegiatan


sehari-hari untuk membantu lansia agar lansia tidak menjadi
demotivasi dan menarik diri dari lingkungan sosialnya, yaitu (a)
mendengarkan, kaum lansia memiliki kebutuhan yang sangat besar
untuk bercerita dan didengarkan; (b) memperhatikan kebutuhan
mereka, ketika semua orang ingin diperhatikan kebutuhannya,
apalagi seorang lansia yang dimasa tua sering kali merasakan
kesepian karena ank-anaknya sudah menikah dan membangun

23
keluarga masing-masing; (c) memberikan dukungan/semangat,
karena kaum lansia akan mengalami beberapa penyakit sehingga
mereka membutuhkan dukungan dari orang-orang sekitar mereka
untuk bertahan menahan rasa sakit. Kata-kata penuh semangat,
ajakan untuk bersenang-senang serta penghormatan dari orang-
orang sekitar akan sangat membantu mereka untuk bertahan; (d)
membantu pekerjaan mereka, saat memasuki masa lansia ada
kalanya koordinasi tubuh seseorang tidak berfungsi dengan baik,
perhitungan mereka sering meleset, penglihatan mereka terganggu,
kesulitan mendengar dll. Mereka membutuhkan bantuan untuk
menjalankan kehidupan sehari-hari, baik dengan membacakan
tulisan yang terlalu kecil, mengulang kata yang mereka tidak dengar,
dll.

24
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Keluarga mempunyai peranan penting dalam membantu


mengatasi masalah yang dihadapi lanjut usia, baik masalah fisik,
psikis, maupun sosial. Lanjut usia pada umumnya tinggal bersama
keluarga, sehingga penghormatan kepada orang tua dilakukan
tanpa proteksi berlebihan. Lanjut usia diberi kebebasan untuk
melakukan kegiatannya secara wajar dengan menciptakan
suasana yang kondusif. Ciri khusus pelayanan lanjut usia dalam
keluarga adalah keterlibatan emosi yang mewarnai hubungan
lanjut usia dengan keluarga. Bentuk pelayanan yang diberikan
tidak sekadar kewajiban, namun merupakan kesadaran, karena
lanjut usia bukan merupakan orang asing, tetapi bagian integral
dari keluarga yang harus dihormati.

3.2 SARAN

Pengasuhan terhadap lansia jangan merasa terbebani


dengan adanya orangtua di rumahnya. Keberadaan orangtua di
tengah keluarga merupakan kesempatan bagi anak untuk dapat
membalas segala perhatian orangtua yang telah diberikan
kepadanya, sekaligus sebagai wujud penghormatan seorang anak
kepada orangtuanya. Anak juga ingin berbakti dan
membahagiakan orangtua dengan mengurus, merawat, dan
memenuhi segala kebutuhannya.

25
DAFTAR PUSTAKA

Argyo Demartoto. (2007). Pelayanan Sosial Non Panti bagi Lanjut


usia, Suatu Kajian Sosiologis. Universitas Sebelas Maret
(UNS): Surakarta
Gunanto Suryono. (2002). Studi Evaluasi Efektivitas Program
Pelayanan Lanjut usia Berbasis Masyarakat (PLBM),
B2P3KS: Yogyakarta
Haditono. (2003). Laporan Hasil Pengkajian
AnalisisKebutuhanDiklat(TrainingNeeds Assesment)
Pelayaan Sosial Lanjut Usia. Pusdiklat TKSM
Balitbangsos: Jakarta
Hardywinoto dan Tony Setiabudhi. (1999). Panduan Gorontologi,
Tinjauan dari Berbagai Aspek. PT Gramedia Pustaka
Utama: Jakarta
Hartono. (2005). Kegiatan Pelayanan dan Permasalahan Lanjut
Usia (dalam buku Pemberdayaan Kaum Marjinal). APMD
Press: Yogyakarta
Jan Takasihaeng. (2002). Hidup Sehat di Usia Lanjut. Penerbit
Harian Kompas: Jakarta
Mary Hester Valentine. (1995). Menapaki Usia Lanjut di Dalam
Tuhan. Penerbit Obor: Jakarta

Nelly Tiurmida. (2005). Menjadi Lanjut Usia dengan Senang


Hati (dalam Buku Pemberdayaan Kaum
Marjinal). APMD Press: Yogyakarta
Pramuwito, dkk. (1999). Penelitian Ujicoba Model Pelayanan
Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia Berbasis Masyarakat.
B2P3KS: Yogyakarta
Siti Partini Suardiman. (1986). Lanjut usia Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta. BKKBN DIY: Yogyakarta
Siti Rahayu Haditono. (1987). Psikologi Perkembangan dalam
Berbagai Bagiannya. Gama Press: Yogyakarta

26

Anda mungkin juga menyukai