Anda di halaman 1dari 9

PENYELEWENGAN PENERAPAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE/GCG (TATA KELOLA

PERUSAHAAN) DAN ETIKA BISNIS STUDI KASUS PT FREEPORT INDONESIA


Martin Lutther 1910115025

Executive Summary

Dewasa kini prospek kegiatan bisnis usaha yang ada telah memberikan kontribusi positif
yang sangat besar dalam kemajuan aspek ekonomi, sosial, dan budaya. Namun hal ini juga
menimbulkan konsekuensi terhadap sisi pemilik bisnis usaha diakibatkan kegiatan yang
dilakukan oleh perusahaan tersebut. Dalam berbagai kegiatan bisnisnya perusahaan sangat
memungkinkan munculnya adanya perilaku kecurangan yaitu pelanggaran etika karena
adanya kecenderungan seorang individu mengindikasikan dirinya-lah yang paling benar
dalam berbagai macam situasi dan kondisi. Oleh sebab itu dalam situasi dan kondisi apapun
perlu diterapkannya suatu prinsip kesadaran secara etika moral, agar setiap keputusan yang
diambil walau dalam kondisi dan situasi apapun tetap memiliki konsep etika.
Konsep etika tersebut harus diimbangi dengan aturan-aturan atau norma-norma yang
ada di masyarakat yang mana dapat mengontrol proses kegiatan bisnis itu sendiri. Kolerasi
antara etika dan integritas adalah keinginan murni suatu entitas dalam membantu orang lain
melalui sikap kejujuran tanpa ada adanya pertimbangan, kemampuan untuk menganalisis
batas-batas keterampilan sendiri dan orang lain, dan kemampuan untuk berani mengakui
kesalahan dan belajar dari kegagalan yang ada.
PT Freeport Indonesia merupakan anak perusahaan dari Freeport-McMoRan. PTFI
melakukan kegiatan usaha di sektor pertambangan, yang memproses dan mengeksplorasi
bijih tembaga, emas, dan perak. PT Freeport Indonesia melakukan kegiatan usahanya di
sekitaran daerah dataran tinggi Kabupaten Mimika, Provinsi Papua. PT Freeport Indonesia
menjual konsentrat logam berharga mulia yang terdiri dari kandungan tembaga, perak dan
emas kemudian mengekspornya ke seluruh penjuru dunia. Di daerah Papua sendiri yang
merupakan tempat beroperasinya PT Freeport Indonesia jauh dari kata makmur, masyarakat
sekitar kawasan operasional PT Freeport Indonesia terpaksa mengorbankan segalanya
termasuk ekosistem alamnya, dimana habitat flora dan fauna, serta tempat tinggal
bermukimnya penduduk di gantikan dengan penggalian tambang yang membekas di
permukaan bumi.
Paper ini mengadopsi metode analisis berbasis relevansi data, yang berarti penerapan
etika bisnis perusahaan dalam bentuk etika sejalan dengan penerapan nilai-nilai etika bisnis
yang telah melembaga dan menjadi prinsip, kebijakan atau sistem sehingga dapat mencegah
ataupun mengurangi pengaruh dari budaya buruk tindakan KKN di perusahaan. Untuk
mengetahuinya yaitu dilakukan dengan cara menganalisis komponen-komponen di dalam
Pedoman dan Aturan Etik Perusahaan dan Penerapan Standar dari Good Corporate
Governance (GCG) pada PT Freeport Indonesia.
Negara dikatakan gagal karena tidak memberikan perlindungan dan menjamin hak
atas lingkungan yang baik bagi masyarakat sekitar daerah pertambangan, namun di lain pihak
memberikan dukungan penuh kepada aksi korporasi PT Freeport Indonesia, yang dibuktikan
dengan pengerahan personil militer TNI untuk melindungi aktivitas pertambangan dari
penjarahan, membiarkan terjadi kerusakan lingkungan dan hak pemberian upah pekerja
harus ada terjadi adu fisik sehingga mengakibatkan mogoknya hampir seluruh pekerja PT
Freeport Indonesia dikarenakan perbedaan indeks standar gaji yang diterapkan oleh
manajerial PT. Freeport diseluruh dunia. Manajemen Freeport bersikeras menolak tuntutan
pekerja untuk menaikan standar upah pekerjanya dengan menyamakan dengan standar upah
PT. Freeport di negara lain. Secara penerapan prinsip-prinsip GCG yang dilanggar oleh PT.
Freeport McMoran Inc. adalah prinsip keadilan, pertanggungjawaban, transparansi dan
akuntabilitas yang meliputi:
➢ Pelanggaran asas keadilan, salah satunya adalah upah dan gaji pegawai lokal dengan
pegawai asing yang berasal dari luar meskipun tingkat keahlian dan manajerialnya
adalah sebanding.
➢ Pelanggaran asas pertanggungjawaban karena aktivitas pertambangan menimbulkan
perusakan lingkungan hayatidi tanah Papua sehingga menyebabkan masyarakat
sekitar menderita dan tidak upaya peningkatan gradasi atas kerusakan tersebut.
➢ Pelanggaran asas keterebukaan dan akuntabilitas atas pemalsuan informasi yang
dilakukan oleh Freeport kepada negara, misalnya melakukan aktivitas penambangan
ilegal di bawah permukaan tanah tanpa adanya izin lingkungan setempat, sehingga
tidak adanya sikap kejujuran dan keterbukaan dari internal PT mengenai informasi
yang akurat terkait jumlah pendapatan perusahaan yang sesungguhnya.

Sebagai alat monitoring dan evaluasi pemerintah Indonesia pemerintah atas kasus
tersebut harus membentuk suatu sistem pendanaan keamanan aktivitas PT. Freeport
secara terintegrasi dan terstruktur melalui institusi, baik melalui pengawasan oleh TNI
maupun Polri. Prinsip akuntabilitas perlu diterapkan lebih dalam pada sistem pendanaan
ini untuk memastikan tidak adanya unsur KKN dan upaya pencegahan pemanfaatan
komponen negara yaitu TNI dan Polri untuk menjadi alat kepentingan perusahaan semata.
Sebagai media evaluasi kegiatan PT. Freeport secara berkala, pemerintah perlu
mewajibkan perusahaan untuk beroperasi secara transparan dengan melakukan audit
eksternal oleh pemerintah lewat BPK terhadap semua aspek kegiatan bisnis dan non-
bisnis perusahaan kemudian mempublikasikan hasil laporannya kepada seluruh rakyat
Indonseia agar tercermin prinsip Good Corporate Governance di dalam perusahaan.
Pelanggaran terhadap ketentuan standar audit nasional yang berlaku saat ini perlu lebih
diimbangi dengan tindakan pembelaan hukum yang tegas dan profesional untuk
mendorong PT. Freeport menjadi bagian dari agen pembangunan yang berkelanjutan di
Indonesia.
Pendahuluan

Dewasa kini prospek kegiatan bisnis usaha yang ada telah memberikan kontribusi positif
yang sangat besar dalam kemajuan aspek ekonomi, sosial, dan budaya. Namun hal ini juga
menimbulkan konsekuensi terhadap sisi pemilik bisnis usaha diakibatkan kegiatan yang
dilakukan oleh perusahaan tersebut. Dalam berbagai kegiatan bisnisnya perusahaan sangat
memungkinkan munculnya adanya perilaku kecurangan yaitu pelanggaran etika karena
adanya kecenderungan seorang individu mengindikasikan dirinya-lah yang paling benar
dalam berbagai macam situasi dan kondisi. Oleh sebab itu dalam situasi dan kondisi apapun
perlu diterapkannya suatu prinsip kesadaran secara etika moral, agar setiap keputusan yang
diambil walau dalam kondisi dan situasi apapun tetap memiliki konsep etika (Hasoloan, 2018)
Konsep etika tersebut harus diimbangi dengan aturan-aturan atau norma-norma yang ada di
masyarakat yang mana dapat mengontrol proses kegiatan bisnis itu sendiri. Kolerasi antara
etika dan integritas adalah keinginan murni suatu entitas dalam membantu orang lain melalui
sikap kejujuran tanpa ada adanya pertimbangan, kemampuan untuk menganalisis batas-
batas keterampilan sendiri dan orang lain, dan kemampuan untuk berani mengakui kesalahan
dan belajar dari kegagalan yang ada. Aspek bisnis yang paling umum dari perusahaan yang
mengangkat masalah etika adalah inovasi dan perubahan. Seringnya terjadi tekanan untuk
membuat perubahan tstruktur perusahaan dan masyarakat yang tidak mempunyai pilihan
lain. Perubahan dan inovasi tersebut dalam contoh mudahnya seperti perusahaan harus
berinvestasi pada pengadaan alat teknologi mesin dan untuk pabrik baru biasanya timbul
masalah karena adanya ketidaksesuaian antara keterampilan dari sisi tenaga kerja yang
dimiliki dan yang dibutuhkan oleh penerapan teknologi baru. Pada kondisi lain dimana ada
perusahaan mencoba menolak perubahan teknologi biasanya menghadapi ancaman yang
cukup besar untuk memperkuat alasan perlunya melakukan perubahan. Economy benefit dari
inovasi dan perubahan biasanya digunakan sebagai pembenaran yang utama guna menjawab
tantangan sosial yang paling mendasar dan berasal dari masyarakat yang berdiri di luar
proses.
Dampak dari pengadaan teknologi baru bukan mustahil tak dapat diduga. Penerapan
etika bisnis dapat dilakukan pada tiga tingkatan jenjang, yaitu: individu, organisasi dan sistem.
Pertama-tama, pada tingkat pribadi/individu, etika bisnis akan mempengaruhi tanggung
jawab pribadi dan keputusan kesadaran diri seseorang sebagai pemilik usaha dan manajer.
Kedua, di tingkat organisasi, seseorang cenderung akan tunduk pada kebijakan perusahaan dan
persepsi perusahaan tentang tanggung jawab sosialnya. Ketiga, pada tataran kelembagaan,
seseorang melakukan tugas atau perbuatan menurut sistem moral tertentu. Bahkan, para
pebisnis seringkali tidak memperhatikan etika. Nilai-nilai moral yang sesuai dengan etika
bisnis, seperti toleransi, kesetiaan, kepercayaan, kesetaraan, keyakinan emosional atau agama,
hanya dipegang oleh pengusaha yang tidak terlalu sukses dalam bisnis. Pada saat yang sama,
para pebisnis yang tekah sukses dalam memegang prinsip-prinsip bisnis etika bisnis yang tidak
bermoral seperti maksimalisasi keuntungan, kegiatan memamasarkan dengan menjatuhkan
brand, individualitas, semangat kompetitif dan manajemen konflik. Tiga sudut pandang utama
yang berbeda yaitu sudut pandang ekonomi, sudut pandang hukum, dan sudut pandang etika.
Dilihat dari sudut pandang ekonomi, bisnis merupakan kegiatan ekonomis. Arti kegiatan
ekonomis itu meliputi proses tukar menukar, kegiatan jual beli, memproduksi memasarkan
barang/jasa, dan kegiatan lainnya yang bertujuan untuk menghasilkan keuntungan. Perlu
digarisbawahi bahwa proses pencarian keuntungan dalam bisnis perusahaan tidak hanya
dilakukan secara sepihak saja, akan tetapi dilaksanakan dalam suatu proses interaksi dengan
pihak lain. Di kenyataam praktiknya, banyak pelaku bisnis di Indonesia yang tidak memikirkan
tentang hal tersebut. Mereka lebih cenderung untuk mencari keuntungan sebanyak-banyaknya
tanpa memikirkan kesejahteraan dan menimbulkan kerugian bagi pihak lain.
Mengabaikan peranan serta fungsi sentral dari sudut pandang ekonomi, perlu
diimbangi juga dengan adanyanya sudut pandang secara moral. Dalam kegiatan bisnis,
mengejar keuntungan adalah hal yang memang wajar dan juga merupakan tujuan dari bisnis
itu sendiri, tetapi dalam proses mewujudkan keuntungan tersebut kepentingan banyak pihak
tidak boleh dirugikan. Oleh karena itu, ada batasan untuk mencapai tujuan perusahaan dalam
kegiatan bisnis, dan perusahaan perlu memperhatikan kepentingan dan hak orang lain.
Perilaku yang etis dalam kegiatan bisnis adalah sangat penting untuk kelangsungan hidup
perusahaan itu sendiri. Bisnis yang beroperasi dengan tidak adanya prinsip etika bisnis akan
merugikan kegiatan bisnis itu sendiri terutama dalam kondisi jangka panjang. Bisnis yang baik
bukan saja bisnis yang menguntungkan, tetapi bisnis yang baik adalah selain bisnis tersebut
menguntungkan juga bisnis yang bermoral. Kedua prinsip ini merupakan penggabungan
utama dari istilah dalam perusahaan yaitu Good Corporate Governance (GCG) yang secara
teori merupakan sebuah konsep pemahaman yang akhirnya akan dapat membuat sebuah
system dalam perusahaan yang mampu untuk mengatur dan mengendalikan
perusahaan/organisasi dalam menciptakan value added (nilai tambah) untuk semua pihak
yang ada dan terlibat di dalamnya. Prinsip GCG ini sudah secara pasti akan mengawasi proses
kegiatan manajemen perusahaan agar dapat berjalan dengan baik, tetapi pihak manajemen
tidak boleh cukup berpuas hanya dengan memastikan bahwa proses pengelolaan manajemen
sudah berjalan secara efisien (Kozuma, 2021). Dimana konsep teori GCG ini terkait terikat
dengan aturan hukum. Dalam praktek secara hukum, banyak masalah timbul dalam
hubungan bisnis, baik pada skala nasional maupun skala internasional. Walaupun terdapat
kolerasi yang erat antara norma hukum dan norma etika, namun dua macam hal itu tidak
sama. Ketiga faktor tersebut merupakan alasan yang umum untuk para pebisnis kala ini
melakukan pelanggaran etika bisnis dengan berbagai cara.

Permasalahan

PT Freeport Indonesia merupakan anak perusahaan dari Freeport-McMoRan. PTFI


melakukan kegiatan usaha di sektor pertambangan, yang memproses dan mengeksplorasi
bijih tembaga, emas, dan perak. PT Freeport Indonesia melakukan kegiatan usahanya di
sekitaran daerah dataran tinggi Kabupaten Mimika, Provinsi Papua. PT Freeport Indonesia
menjual konsentrat logam berharga mulia yang terdiri dari kandungan tembaga, perak dan
emas kemudian mengekspornya ke seluruh penjuru dunia (PT Freeport Indonesia, 2021).
Beberapa waktu lalu sempat Indonesia dihebohkan dengan tagar kasus “Papa Minta Saham”
yang menyeret ketua DPR periode lalu Setya Novanto dengan manajemen utama PT Freeport
Indonesia dan mentri ESDM Sudirman Said periode Kabinet Indonesia Kerja hingga
menimbulkan sengketa dan menyeret tokoh-tokoh besar lainnya serta menimbulkan
kegaduhan politik sampai ke tingkatan masyarakat umum ikut berpartisipasi mengawal
proses redaksional kejadian dan terlibat tidak secara langsung didalamnya. Kasus ini bergulir
sejak tahun 2015, dimana PT Freeport Indonesia berusaha untuk melobi pemerintah guna
memperrpanjang masa kontrak karya PT Freeport Indonesia yang akan berakhir tahun 2021,
dari jajaran elit politik hingga masyarakat luas membuat berbagai spekulasi apakah masa izin
kontrak PTFI akan diperpanjang atau tidak. Mengingat rencana pemerintah untuk
menasionalisasi PT. Freeport menjadi perseroan, dengan pemerintah sendiri yang mengawasi
secara ketat dan seksama lembaga-lembaga pemerintah baik yang berwenang baik dari
tingkat eksekutif sampai dengan tingkat legislatif untuk tidak melakukan praktik KKN dalam
bentuk apapun, sebab itu pemerintah Indonesia sendiri masih mempertimbangkan dengan
seksama terkait pengesahan rencana perpanjangan kontrak tersebut. PT Freeport memiliki
sejarah kelam yang penuh dengan tradisi yang kental akan KKN di dalamnya, maka presiden
Jokowi berencana untuk menghilangkan tradisi perilaku buruk tersebut. Padahal, jika kita
melihat track record dari PT Freeport Indonesia dalam operasionalnya, kita akan menemukan
banyak kasus pelanggaran etika bisnis. Salah satunya yang akan dibahasa dalam pembahasan
studi kasus essai ini, di mana setiap memperpanjang kontrak karya perusahaan akan terdapat
pihak-pihak atau oknum yang tidak bertanggung jawab untuk mencari keuntungan pribadi
sebesar-besarnya
Di daerah Papua sendiri yang merupakan tempat beroperasinya PT Freeport Indonesia
jauh dari kata makmur, masyarakat sekitar kawasan operasional PT Freeport Indonesia
terpaksa mengorbankan segalanya termasuk ekosistem alamnya, dimana habitat flora dan
fauna, serta tempat tinggal bermukimnya penduduk di gantikan dengan penggalian tambang
yang membekas di permukaan bumi. Freeport selalu mengklaim bahwa mereka berkomitmen
dalam menjaga pengelolaan kondisi lingkungan hidup yang kuat, dan terdaftar sebagai
perusahaan yang diakui oleh ISO 14001, tetapi ternyata Freeport sama sekali tidak peduli
dengan apa yang dilakukannya dan bahkan tidak bertanggung jawab atas bisnis
pertambangannya. Contoh nyatanya adalah freeport secara semena-mena membuang hasil
limbah batu ke alam tanpa melalui pengolahan dan penangan limbah secara baik dan benar
sehingga mengakibatkan turunnya daya dukung lingkungan sekitar pertambangan, dampak
nyata dari pembuangan limbah sembarang yang dilakukan oleh Freeport adalah hilangnya
danau Wanagon, dan sejumlah danau lainnya, yang mempunyai warna indah akibat
tertimbun limbah bebatuan tersebut. Selain itu, Freeport membuang secara sembarangan
cairan limbah berbahaya yang merupakan sisa dalam proses pemisahan logam dan berbahaya
jika limbah tersebut dibuang secara langsung tanpa pengolahan yang baik ke alam terbuka
yang merupakan habitat hewan air, dan kebutuhan vital manusia akan air bersih dapat hilang.
Kandungan air yang dibuang Freeport dengan konsentrasi racunnya dilaporkan mencapai
tingkat kronis, mengancam sekitar 75% organisme air tawar yang hidup di dalamnya. Hal ini
tidak sesuai dengan teori utilitarianisme yang memiliki prinsip tolong menolong, dimana PT
Freeport membuang limbah ke bantaran sungai, membabat habis semua hutan dan tidak
memberikan kesejahetraan secara ekonomi ataupun sosial kepada penduduk sekitar, dan
hanya Amerika Serikat yang menjadi basis perusahaan induk PT Freeport McMoran yang
menjadi semakin makmur. Jika melihat dari pandangan teori egoisme yang inti
pemahamannya adalah memajukan diri sendiri tanpa memikirkan kemunduran orang lain.
Masyarakat sekitar bahkan pemerintah tidak mengetahui informasi terkait akibat
kegiatan pertambangan terhadap lingkungan sekitar. kurangnya transparansi yang adalah
bagian dari kewajiban PT Freeport untuk memberikan informasi tersebut secara tidak
langsung mengartikan bahwa PT Freeport Indonesia tidak mempunyai itikad yang baik dalam
menjalankan usahanya, baik terhadap pemerintah dan untuk lingkungan di
sekitarnya(termasuk penduduk dan lingkungan alam di area tambang). Freeport telah berdiri
di Papua selama 48 tahun, dan hanya membawa kerusakan dan kekacauan lingkungan di
Indonesia. Sudah menjadi kewajiban pemerintah untuk tegas dalam menanggapi masalah ini
karena kasus yang menyangkut hajat hidup orang banyak. Sebenarnya kasus-kasus yang
melibatkan PT Freeport Indonesia telah banyak beredar luas di media massa baik itu dalam
bentuk tulisan di media cetak seperti koran, artikel, maupun majalah atau lewat media
komunikasi elektronik seperti laman berita dan berita di situs pertelevisian, tetapi kita malah
memilih untuk diam dan lebih parahnya lagi bahkan pemerintah tidak ada gebrakan untuk
menyeruakan gerakan perubahan ataupun berusaha menghentikan tindakan tidak
bertanggung jawab terhadap alam seperti ini. Pemerintah seakan berpihak kepada sisi
korporat dan celakanya memberikan privilage kepada PT Freeport Indonesia diakibatkan PT
Freeport merupakan perusahaan yang memberikan sumbangsi pajak terbesar di Indonesia
sehingga pemerintah memiliki peran wajib untuk memberikan pelayanan khusus dan
keamanan yang terbaik untuk keberlangsungan PT Freeport di Indonesia.

Metode

Metode penelitian yang digunakan adalah content analisys atau metode dengan studi
kepustakaan (library research) atau suatu teknik analisis dengan mengimpun data dan analisis
berbagai sumber dokumen, baik dalam bentuk dokumen tertulis, gambar maupun digital
(Badri, 2016). Penelitian ini mengkaji sudut pandang dari etika bisnis dan penerapan Good
Corporate Governance dalam menjadi budaya perusahaan (corporate culture) terkait dengan
upaya pencegahan KKN yang penulis ambil dari berbagai sumber literasi di internet. Paper ini
mengadopsi metode analisis berbasis relevansi data, yang berarti penerapan etika bisnis
perusahaan dalam bentuk etika sejalan dengan penerapan nilai-nilai etika bisnis yang telah
melembaga dan menjadi prinsip, kebijakan atau sistem sehingga dapat mencegah ataupun
mengurangi pengaruh dari budaya buruk tindakan KKN di perusahaan (Wahyudin, 2017).
Untuk mengetahuinya yaitu dilakukan dengan cara menganalisis komponen-komponen di
dalam Pedoman dan Aturan Etik Perusahaan dan Penerapan Standar dari Good Corporate
Governance (GCG) pada PT Freeport Indonesia.

Analisis atas Alternative Solusi

Dilansir dari berita Tempo buntut dari permasalahan bisnis PFPI membuat
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral untuk membentuk tim khusus untuk
menanggani pemogokan aksi ribuan pekerja PT Freeport Indonesia. Terdapat sekitar 8.000
karyawan PT Freeport Indonesia berkerumun di depan gerbang masuk Kota Kuala Kencana,
Distrik Kuala Kencana, Mimika, Provinsi Papua. Sementara sebanyak 500 karyawan masih
tertahan di Kota Tembagapura, beberapa kilometer dari pusat pengolahan biji tambang.
Potensi kerugian yang dialami oleh PT. Freeport sangat besar karena selama 4 hari kerja
aktivitas korporasi harus terhenti atas mogoknya para pekerja yang meninggalkan Kota
Tembagapura dengan berjalan kaki sejauh 45 mil menuju Kota Timika karena tuntutan
karyawan untuk naik gaji sesuai dengan standar perusahaan Freeport McMoran tak
dikabulkan PT Freeport.
Hal ini disebabkan oleh rasa ketidakadilan yang dirasakan oleh seluruh karyawan PT
Freeport Indonesia, mereka merasa dicurangi dengan penerapan standar gaji yang
diterimanya tidak sesuai dengan standar gaji PT Freeport McMoran yang tidak sebanding
dengan PT Freeport lainnya yang beroperasi di luar negeri. Padahal PT Freeport Indonesia
merupakan tambang emas terbesar dengan kualitas emas terbaik di dunia.

Figure 1 Hasil produksi Tambang MNC PT. Freeport

Sumber: Annual Report 2019 PT. Freeport Indonesia

Hak ini didasarkan pada martabat manusia dan martabat semua manusia itu sama.
Karena kesamaan hak ini seiring dengan gagasan negara demokratis, misalnya Indonesia.
Namun hal itu sengaja dilanggar oleh pihak Freeport itu sendiri. Negara dikatakan gagal
karena tidak memberikan perlindungan dan menjamin hak atas lingkungan yang baik bagi
masyarakat sekitar daerah pertambangan, namun di lain pihak memberikan dukungan penuh
kepada aksi korporasi PT Freeport Indonesia, yang dibuktikan dengan pengerahan personil
militer TNI untuk melindungi aktivitas pertambangan dari penjarahan, membiarkan terjadi
kerusakan lingkungan dan hak pemberian upah pekerja harus ada terjadi adu fisik sehingga
mengakibatkan mogoknya hampir seluruh pekerja PT Freeport Indonesia dikarenakan
perbedaan indeks standar gaji yang diterapkan oleh manajerial PT. Freeport diseluruh dunia.
Pekerja pada PT. Freeport di Indonesia diberikan upah yang lebih rendah dari pada pekerja
Freeport di negara lain bahkan untuk level jabatan yang sama di bagian dalam perusahaan
perundingannya untuk kenaikan gaji masih belum menemui jalan keluar. Manajemen
Freeport bersikeras menolak tuntutan pekerja untuk menaikan standar upah pekerjanya
dengan menyamakan dengan standar upah PT. Freeport di negara lain, entah apa dasar
pertimbangannya dan pandangan etika bisnis perusahaan yang dijunjung oleh PT. Freeport
Indonesia yang menyengsarahkan rakyat Papua karena adanya eksternalitas negative dari
aktivitas pertambangan. Berdasarkan Annual Report tahun 2019 PT. Freeport Indonesia untuk
Charges and Payment for PT Freeport Indonesia (PT-FI) surface water tax, withholding tax and
environmental matters hanya sebesar 67$ atau jika dirupiahkan sekitar Rp 934 ribu sekian
sangat jauh jika dibandingkan dengan pendapatan bersih perusahaan yang hingga mencapai
jutaan US Dollar.

Secara penerapan prinsip-prinsip GCG yang dilanggar oleh PT. Freeport McMoran
Inc. adalah prinsip keadilan, pertanggungjawaban, transparansi dan akuntabilitas yang
meliputi:
➢ Pelanggaran asas keadilan, salah satunya adalah upah dan gaji pegawai lokal dengan
pegawai asing yang berasal dari luar meskipun tingkat keahlian dan manajerialnya
adalah sebanding.
➢ Pelanggaran asas pertanggungjawaban karena aktivitas pertambangan menimbulkan
perusakan lingkungan hayatidi tanah Papua sehingga menyebabkan masyarakat
sekitar menderita dan tidak upaya peningkatan gradasi atas kerusakan tersebut.
➢ Pelanggaran asas keterebukaan dan akuntabilitas atas pemalsuan informasi yang
dilakukan oleh Freeport kepada negara, misalnya melakukan aktivitas penambangan
ilegal di bawah permukaan tanah tanpa adanya izin lingkungan setempat, sehingga
tidak adanya sikap kejujuran dan keterbukaan dari internal PT mengenai informasi
yang akurat terkait jumlah pendapatan perusahaan yang sesungguhnya. Padahal, hal
ini juga mempengaruhi pendapatan pajak dan kerugian lingkungan yang dihadapi oleh
negara secara riil (Syifa, 2021).

Rekomendasi Kebijakan

Pilihan tepat bagi pemerintah Indonesia untuk segera menasionalisasi PT.Frepport


Indonesia karena atas penerapan kegiatan operasional perusahaan yang selama ini mengerus
secara besar-besaran potensi SDA di tanah Papua, Indonesia dengan menjadikan perseroan
dengan pengawasan ketat. Hingga saat ini di tahun 2021 dilansir dari harian Kompas PT.
Freeport McMoran tercatat sebagai pemilik 49% saham PT Freeport Indonesia (PTFI),
sementara untuk pemegang saham mayoritas terbesar oleh Holding Industri
Pertambangan Indonesia (MIND ID) yaitu sebesar 51%. Sebagai alat monitoring dan evaluasi
pemerintah Indonesia pemerintah harus membentuk suatu sistem pendanaan keamanan
aktivitas PT. Freeport secara terintegrasi dan terstruktur melalui institusi, baik melalui
pengawasan oleh TNI maupun Polri. Prinsip akuntabilitas perlu diterapkan lebih dalam pada
sistem pendanaan ini untuk memastikan tidak adanya unsur KKN dan upaya pencegahan
pemanfaatan komponen negara yaitu TNI dan Polri untuk menjadi alat kepentingan
perusahaan semata. Sebagai media evaluasi kegiatan PT. Freeport secara berkala, pemerintah
perlu mewajibkan perusahaan untuk beroperasi secara transparan dengan melakukan audit
eksternal oleh pemerintah lewat BPK terhadap semua aspek kegiatan bisnis dan non-bisnis
perusahaan kemudian mempublikasikan hasil laporannya kepada seluruh rakyat Indonseia
agar tercermin prinsip Good Corporate Governance di dalam perusahaan. Pelanggaran
terhadap ketentuan standar audit nasional yang berlaku saat ini perlu lebih diimbangi dengan
tindakan pembelaan hukum yang tegas dan profesional untuk mendorong PT. Freeport
menjadi bagian dari agen pembangunan yang berkelanjutan di Indonesia.
Referensi

Badri, M. (2016). PEMBANGUNAN PEDESAAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN


KOMUNIKASI (Studi pada Gerakan Desa Membangun). Jurnal RISALAH, 62-73.
Hasoloan, A. (2018). PERANAN ETIKA BISNIS DALAM PERUSAHAAN BISNIS. Jurnal Warta Edisi
: 57, 1-10.
Idris, M. (2021, Oktober 10). Alasan CEO Freeport McMoran Keberatan Bangun Smelter Baru
di RI Halaman all - Kompas.com. Retrieved from KOMPAS.com:
https://money.kompas.com/read/2020/10/27/084100026/alasan-ceo-freeport-
mcmoran-keberatan-bangun-smelter-baru-di-
ri?page=all#:~:text=Freeport%20McMoran%20sendiri%20saat%20ini,Pertambangan
%20Indonesia%20(MIND%20ID).
Kozuma, T. (2021, Oktober 10). Kumparan. Retrieved from Kumparan:
https://kumparan.com/teddy-kozuma/good-corporate-governance/1
PT Freeport Indonesia. (2021, Oktober 7). Retrieved from Ptfi.co.id: https://ptfi.co.id/
Syifa, M. N. (2021, Oktober 10). PELANGGARAN PRINSIP – PRINSIP GOOD CORPORATE
GOVERNANCE( Studi kasus PT. Freeport McMoran Inc 2010 – 2017 ). Retrieved from
pdfcoffee.com: https://pdfcoffee.com/gcg-freeport-pdf-free.html
Wahyudin, U. (2017). PERAN PENTING PEDOMAN ETIKA BISNIS PERUSAHAAN DALAM UPAYA
PENCEGAHAN KORUPSI. Jurnal Ilmiah Indonesia, 148-161.

Anda mungkin juga menyukai