Executive Summary
Dewasa kini prospek kegiatan bisnis usaha yang ada telah memberikan kontribusi positif
yang sangat besar dalam kemajuan aspek ekonomi, sosial, dan budaya. Namun hal ini juga
menimbulkan konsekuensi terhadap sisi pemilik bisnis usaha diakibatkan kegiatan yang
dilakukan oleh perusahaan tersebut. Dalam berbagai kegiatan bisnisnya perusahaan sangat
memungkinkan munculnya adanya perilaku kecurangan yaitu pelanggaran etika karena
adanya kecenderungan seorang individu mengindikasikan dirinya-lah yang paling benar
dalam berbagai macam situasi dan kondisi. Oleh sebab itu dalam situasi dan kondisi apapun
perlu diterapkannya suatu prinsip kesadaran secara etika moral, agar setiap keputusan yang
diambil walau dalam kondisi dan situasi apapun tetap memiliki konsep etika.
Konsep etika tersebut harus diimbangi dengan aturan-aturan atau norma-norma yang
ada di masyarakat yang mana dapat mengontrol proses kegiatan bisnis itu sendiri. Kolerasi
antara etika dan integritas adalah keinginan murni suatu entitas dalam membantu orang lain
melalui sikap kejujuran tanpa ada adanya pertimbangan, kemampuan untuk menganalisis
batas-batas keterampilan sendiri dan orang lain, dan kemampuan untuk berani mengakui
kesalahan dan belajar dari kegagalan yang ada.
PT Freeport Indonesia merupakan anak perusahaan dari Freeport-McMoRan. PTFI
melakukan kegiatan usaha di sektor pertambangan, yang memproses dan mengeksplorasi
bijih tembaga, emas, dan perak. PT Freeport Indonesia melakukan kegiatan usahanya di
sekitaran daerah dataran tinggi Kabupaten Mimika, Provinsi Papua. PT Freeport Indonesia
menjual konsentrat logam berharga mulia yang terdiri dari kandungan tembaga, perak dan
emas kemudian mengekspornya ke seluruh penjuru dunia. Di daerah Papua sendiri yang
merupakan tempat beroperasinya PT Freeport Indonesia jauh dari kata makmur, masyarakat
sekitar kawasan operasional PT Freeport Indonesia terpaksa mengorbankan segalanya
termasuk ekosistem alamnya, dimana habitat flora dan fauna, serta tempat tinggal
bermukimnya penduduk di gantikan dengan penggalian tambang yang membekas di
permukaan bumi.
Paper ini mengadopsi metode analisis berbasis relevansi data, yang berarti penerapan
etika bisnis perusahaan dalam bentuk etika sejalan dengan penerapan nilai-nilai etika bisnis
yang telah melembaga dan menjadi prinsip, kebijakan atau sistem sehingga dapat mencegah
ataupun mengurangi pengaruh dari budaya buruk tindakan KKN di perusahaan. Untuk
mengetahuinya yaitu dilakukan dengan cara menganalisis komponen-komponen di dalam
Pedoman dan Aturan Etik Perusahaan dan Penerapan Standar dari Good Corporate
Governance (GCG) pada PT Freeport Indonesia.
Negara dikatakan gagal karena tidak memberikan perlindungan dan menjamin hak
atas lingkungan yang baik bagi masyarakat sekitar daerah pertambangan, namun di lain pihak
memberikan dukungan penuh kepada aksi korporasi PT Freeport Indonesia, yang dibuktikan
dengan pengerahan personil militer TNI untuk melindungi aktivitas pertambangan dari
penjarahan, membiarkan terjadi kerusakan lingkungan dan hak pemberian upah pekerja
harus ada terjadi adu fisik sehingga mengakibatkan mogoknya hampir seluruh pekerja PT
Freeport Indonesia dikarenakan perbedaan indeks standar gaji yang diterapkan oleh
manajerial PT. Freeport diseluruh dunia. Manajemen Freeport bersikeras menolak tuntutan
pekerja untuk menaikan standar upah pekerjanya dengan menyamakan dengan standar upah
PT. Freeport di negara lain. Secara penerapan prinsip-prinsip GCG yang dilanggar oleh PT.
Freeport McMoran Inc. adalah prinsip keadilan, pertanggungjawaban, transparansi dan
akuntabilitas yang meliputi:
➢ Pelanggaran asas keadilan, salah satunya adalah upah dan gaji pegawai lokal dengan
pegawai asing yang berasal dari luar meskipun tingkat keahlian dan manajerialnya
adalah sebanding.
➢ Pelanggaran asas pertanggungjawaban karena aktivitas pertambangan menimbulkan
perusakan lingkungan hayatidi tanah Papua sehingga menyebabkan masyarakat
sekitar menderita dan tidak upaya peningkatan gradasi atas kerusakan tersebut.
➢ Pelanggaran asas keterebukaan dan akuntabilitas atas pemalsuan informasi yang
dilakukan oleh Freeport kepada negara, misalnya melakukan aktivitas penambangan
ilegal di bawah permukaan tanah tanpa adanya izin lingkungan setempat, sehingga
tidak adanya sikap kejujuran dan keterbukaan dari internal PT mengenai informasi
yang akurat terkait jumlah pendapatan perusahaan yang sesungguhnya.
Sebagai alat monitoring dan evaluasi pemerintah Indonesia pemerintah atas kasus
tersebut harus membentuk suatu sistem pendanaan keamanan aktivitas PT. Freeport
secara terintegrasi dan terstruktur melalui institusi, baik melalui pengawasan oleh TNI
maupun Polri. Prinsip akuntabilitas perlu diterapkan lebih dalam pada sistem pendanaan
ini untuk memastikan tidak adanya unsur KKN dan upaya pencegahan pemanfaatan
komponen negara yaitu TNI dan Polri untuk menjadi alat kepentingan perusahaan semata.
Sebagai media evaluasi kegiatan PT. Freeport secara berkala, pemerintah perlu
mewajibkan perusahaan untuk beroperasi secara transparan dengan melakukan audit
eksternal oleh pemerintah lewat BPK terhadap semua aspek kegiatan bisnis dan non-
bisnis perusahaan kemudian mempublikasikan hasil laporannya kepada seluruh rakyat
Indonseia agar tercermin prinsip Good Corporate Governance di dalam perusahaan.
Pelanggaran terhadap ketentuan standar audit nasional yang berlaku saat ini perlu lebih
diimbangi dengan tindakan pembelaan hukum yang tegas dan profesional untuk
mendorong PT. Freeport menjadi bagian dari agen pembangunan yang berkelanjutan di
Indonesia.
Pendahuluan
Dewasa kini prospek kegiatan bisnis usaha yang ada telah memberikan kontribusi positif
yang sangat besar dalam kemajuan aspek ekonomi, sosial, dan budaya. Namun hal ini juga
menimbulkan konsekuensi terhadap sisi pemilik bisnis usaha diakibatkan kegiatan yang
dilakukan oleh perusahaan tersebut. Dalam berbagai kegiatan bisnisnya perusahaan sangat
memungkinkan munculnya adanya perilaku kecurangan yaitu pelanggaran etika karena
adanya kecenderungan seorang individu mengindikasikan dirinya-lah yang paling benar
dalam berbagai macam situasi dan kondisi. Oleh sebab itu dalam situasi dan kondisi apapun
perlu diterapkannya suatu prinsip kesadaran secara etika moral, agar setiap keputusan yang
diambil walau dalam kondisi dan situasi apapun tetap memiliki konsep etika (Hasoloan, 2018)
Konsep etika tersebut harus diimbangi dengan aturan-aturan atau norma-norma yang ada di
masyarakat yang mana dapat mengontrol proses kegiatan bisnis itu sendiri. Kolerasi antara
etika dan integritas adalah keinginan murni suatu entitas dalam membantu orang lain melalui
sikap kejujuran tanpa ada adanya pertimbangan, kemampuan untuk menganalisis batas-
batas keterampilan sendiri dan orang lain, dan kemampuan untuk berani mengakui kesalahan
dan belajar dari kegagalan yang ada. Aspek bisnis yang paling umum dari perusahaan yang
mengangkat masalah etika adalah inovasi dan perubahan. Seringnya terjadi tekanan untuk
membuat perubahan tstruktur perusahaan dan masyarakat yang tidak mempunyai pilihan
lain. Perubahan dan inovasi tersebut dalam contoh mudahnya seperti perusahaan harus
berinvestasi pada pengadaan alat teknologi mesin dan untuk pabrik baru biasanya timbul
masalah karena adanya ketidaksesuaian antara keterampilan dari sisi tenaga kerja yang
dimiliki dan yang dibutuhkan oleh penerapan teknologi baru. Pada kondisi lain dimana ada
perusahaan mencoba menolak perubahan teknologi biasanya menghadapi ancaman yang
cukup besar untuk memperkuat alasan perlunya melakukan perubahan. Economy benefit dari
inovasi dan perubahan biasanya digunakan sebagai pembenaran yang utama guna menjawab
tantangan sosial yang paling mendasar dan berasal dari masyarakat yang berdiri di luar
proses.
Dampak dari pengadaan teknologi baru bukan mustahil tak dapat diduga. Penerapan
etika bisnis dapat dilakukan pada tiga tingkatan jenjang, yaitu: individu, organisasi dan sistem.
Pertama-tama, pada tingkat pribadi/individu, etika bisnis akan mempengaruhi tanggung
jawab pribadi dan keputusan kesadaran diri seseorang sebagai pemilik usaha dan manajer.
Kedua, di tingkat organisasi, seseorang cenderung akan tunduk pada kebijakan perusahaan dan
persepsi perusahaan tentang tanggung jawab sosialnya. Ketiga, pada tataran kelembagaan,
seseorang melakukan tugas atau perbuatan menurut sistem moral tertentu. Bahkan, para
pebisnis seringkali tidak memperhatikan etika. Nilai-nilai moral yang sesuai dengan etika
bisnis, seperti toleransi, kesetiaan, kepercayaan, kesetaraan, keyakinan emosional atau agama,
hanya dipegang oleh pengusaha yang tidak terlalu sukses dalam bisnis. Pada saat yang sama,
para pebisnis yang tekah sukses dalam memegang prinsip-prinsip bisnis etika bisnis yang tidak
bermoral seperti maksimalisasi keuntungan, kegiatan memamasarkan dengan menjatuhkan
brand, individualitas, semangat kompetitif dan manajemen konflik. Tiga sudut pandang utama
yang berbeda yaitu sudut pandang ekonomi, sudut pandang hukum, dan sudut pandang etika.
Dilihat dari sudut pandang ekonomi, bisnis merupakan kegiatan ekonomis. Arti kegiatan
ekonomis itu meliputi proses tukar menukar, kegiatan jual beli, memproduksi memasarkan
barang/jasa, dan kegiatan lainnya yang bertujuan untuk menghasilkan keuntungan. Perlu
digarisbawahi bahwa proses pencarian keuntungan dalam bisnis perusahaan tidak hanya
dilakukan secara sepihak saja, akan tetapi dilaksanakan dalam suatu proses interaksi dengan
pihak lain. Di kenyataam praktiknya, banyak pelaku bisnis di Indonesia yang tidak memikirkan
tentang hal tersebut. Mereka lebih cenderung untuk mencari keuntungan sebanyak-banyaknya
tanpa memikirkan kesejahteraan dan menimbulkan kerugian bagi pihak lain.
Mengabaikan peranan serta fungsi sentral dari sudut pandang ekonomi, perlu
diimbangi juga dengan adanyanya sudut pandang secara moral. Dalam kegiatan bisnis,
mengejar keuntungan adalah hal yang memang wajar dan juga merupakan tujuan dari bisnis
itu sendiri, tetapi dalam proses mewujudkan keuntungan tersebut kepentingan banyak pihak
tidak boleh dirugikan. Oleh karena itu, ada batasan untuk mencapai tujuan perusahaan dalam
kegiatan bisnis, dan perusahaan perlu memperhatikan kepentingan dan hak orang lain.
Perilaku yang etis dalam kegiatan bisnis adalah sangat penting untuk kelangsungan hidup
perusahaan itu sendiri. Bisnis yang beroperasi dengan tidak adanya prinsip etika bisnis akan
merugikan kegiatan bisnis itu sendiri terutama dalam kondisi jangka panjang. Bisnis yang baik
bukan saja bisnis yang menguntungkan, tetapi bisnis yang baik adalah selain bisnis tersebut
menguntungkan juga bisnis yang bermoral. Kedua prinsip ini merupakan penggabungan
utama dari istilah dalam perusahaan yaitu Good Corporate Governance (GCG) yang secara
teori merupakan sebuah konsep pemahaman yang akhirnya akan dapat membuat sebuah
system dalam perusahaan yang mampu untuk mengatur dan mengendalikan
perusahaan/organisasi dalam menciptakan value added (nilai tambah) untuk semua pihak
yang ada dan terlibat di dalamnya. Prinsip GCG ini sudah secara pasti akan mengawasi proses
kegiatan manajemen perusahaan agar dapat berjalan dengan baik, tetapi pihak manajemen
tidak boleh cukup berpuas hanya dengan memastikan bahwa proses pengelolaan manajemen
sudah berjalan secara efisien (Kozuma, 2021). Dimana konsep teori GCG ini terkait terikat
dengan aturan hukum. Dalam praktek secara hukum, banyak masalah timbul dalam
hubungan bisnis, baik pada skala nasional maupun skala internasional. Walaupun terdapat
kolerasi yang erat antara norma hukum dan norma etika, namun dua macam hal itu tidak
sama. Ketiga faktor tersebut merupakan alasan yang umum untuk para pebisnis kala ini
melakukan pelanggaran etika bisnis dengan berbagai cara.
Permasalahan
Metode
Metode penelitian yang digunakan adalah content analisys atau metode dengan studi
kepustakaan (library research) atau suatu teknik analisis dengan mengimpun data dan analisis
berbagai sumber dokumen, baik dalam bentuk dokumen tertulis, gambar maupun digital
(Badri, 2016). Penelitian ini mengkaji sudut pandang dari etika bisnis dan penerapan Good
Corporate Governance dalam menjadi budaya perusahaan (corporate culture) terkait dengan
upaya pencegahan KKN yang penulis ambil dari berbagai sumber literasi di internet. Paper ini
mengadopsi metode analisis berbasis relevansi data, yang berarti penerapan etika bisnis
perusahaan dalam bentuk etika sejalan dengan penerapan nilai-nilai etika bisnis yang telah
melembaga dan menjadi prinsip, kebijakan atau sistem sehingga dapat mencegah ataupun
mengurangi pengaruh dari budaya buruk tindakan KKN di perusahaan (Wahyudin, 2017).
Untuk mengetahuinya yaitu dilakukan dengan cara menganalisis komponen-komponen di
dalam Pedoman dan Aturan Etik Perusahaan dan Penerapan Standar dari Good Corporate
Governance (GCG) pada PT Freeport Indonesia.
Dilansir dari berita Tempo buntut dari permasalahan bisnis PFPI membuat
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral untuk membentuk tim khusus untuk
menanggani pemogokan aksi ribuan pekerja PT Freeport Indonesia. Terdapat sekitar 8.000
karyawan PT Freeport Indonesia berkerumun di depan gerbang masuk Kota Kuala Kencana,
Distrik Kuala Kencana, Mimika, Provinsi Papua. Sementara sebanyak 500 karyawan masih
tertahan di Kota Tembagapura, beberapa kilometer dari pusat pengolahan biji tambang.
Potensi kerugian yang dialami oleh PT. Freeport sangat besar karena selama 4 hari kerja
aktivitas korporasi harus terhenti atas mogoknya para pekerja yang meninggalkan Kota
Tembagapura dengan berjalan kaki sejauh 45 mil menuju Kota Timika karena tuntutan
karyawan untuk naik gaji sesuai dengan standar perusahaan Freeport McMoran tak
dikabulkan PT Freeport.
Hal ini disebabkan oleh rasa ketidakadilan yang dirasakan oleh seluruh karyawan PT
Freeport Indonesia, mereka merasa dicurangi dengan penerapan standar gaji yang
diterimanya tidak sesuai dengan standar gaji PT Freeport McMoran yang tidak sebanding
dengan PT Freeport lainnya yang beroperasi di luar negeri. Padahal PT Freeport Indonesia
merupakan tambang emas terbesar dengan kualitas emas terbaik di dunia.
Hak ini didasarkan pada martabat manusia dan martabat semua manusia itu sama.
Karena kesamaan hak ini seiring dengan gagasan negara demokratis, misalnya Indonesia.
Namun hal itu sengaja dilanggar oleh pihak Freeport itu sendiri. Negara dikatakan gagal
karena tidak memberikan perlindungan dan menjamin hak atas lingkungan yang baik bagi
masyarakat sekitar daerah pertambangan, namun di lain pihak memberikan dukungan penuh
kepada aksi korporasi PT Freeport Indonesia, yang dibuktikan dengan pengerahan personil
militer TNI untuk melindungi aktivitas pertambangan dari penjarahan, membiarkan terjadi
kerusakan lingkungan dan hak pemberian upah pekerja harus ada terjadi adu fisik sehingga
mengakibatkan mogoknya hampir seluruh pekerja PT Freeport Indonesia dikarenakan
perbedaan indeks standar gaji yang diterapkan oleh manajerial PT. Freeport diseluruh dunia.
Pekerja pada PT. Freeport di Indonesia diberikan upah yang lebih rendah dari pada pekerja
Freeport di negara lain bahkan untuk level jabatan yang sama di bagian dalam perusahaan
perundingannya untuk kenaikan gaji masih belum menemui jalan keluar. Manajemen
Freeport bersikeras menolak tuntutan pekerja untuk menaikan standar upah pekerjanya
dengan menyamakan dengan standar upah PT. Freeport di negara lain, entah apa dasar
pertimbangannya dan pandangan etika bisnis perusahaan yang dijunjung oleh PT. Freeport
Indonesia yang menyengsarahkan rakyat Papua karena adanya eksternalitas negative dari
aktivitas pertambangan. Berdasarkan Annual Report tahun 2019 PT. Freeport Indonesia untuk
Charges and Payment for PT Freeport Indonesia (PT-FI) surface water tax, withholding tax and
environmental matters hanya sebesar 67$ atau jika dirupiahkan sekitar Rp 934 ribu sekian
sangat jauh jika dibandingkan dengan pendapatan bersih perusahaan yang hingga mencapai
jutaan US Dollar.
Secara penerapan prinsip-prinsip GCG yang dilanggar oleh PT. Freeport McMoran
Inc. adalah prinsip keadilan, pertanggungjawaban, transparansi dan akuntabilitas yang
meliputi:
➢ Pelanggaran asas keadilan, salah satunya adalah upah dan gaji pegawai lokal dengan
pegawai asing yang berasal dari luar meskipun tingkat keahlian dan manajerialnya
adalah sebanding.
➢ Pelanggaran asas pertanggungjawaban karena aktivitas pertambangan menimbulkan
perusakan lingkungan hayatidi tanah Papua sehingga menyebabkan masyarakat
sekitar menderita dan tidak upaya peningkatan gradasi atas kerusakan tersebut.
➢ Pelanggaran asas keterebukaan dan akuntabilitas atas pemalsuan informasi yang
dilakukan oleh Freeport kepada negara, misalnya melakukan aktivitas penambangan
ilegal di bawah permukaan tanah tanpa adanya izin lingkungan setempat, sehingga
tidak adanya sikap kejujuran dan keterbukaan dari internal PT mengenai informasi
yang akurat terkait jumlah pendapatan perusahaan yang sesungguhnya. Padahal, hal
ini juga mempengaruhi pendapatan pajak dan kerugian lingkungan yang dihadapi oleh
negara secara riil (Syifa, 2021).
Rekomendasi Kebijakan