Anda di halaman 1dari 2

ISLAM AGAMA WAHYU

Pada edisi sebelumnya, kita sempat menyinggung masalah Islam sebagai agama
wahyu sehingga akan memunculkan perasaan bangga menjadi muslim. Berdasarkan asal
dan sumbernya, agama memang dibagi menjadi dua, yaitu agama wahyu dan agama
budaya. Agama wahyu adalah agama yang diterima oleh manusia dari Allah melalui
malaikat Jibril yang disebarkan oleh Rasul-Nya kepada umat manusia. Agama wahyu
disebut juga sebagai agama samawi atau agama langit. Sementara itu, agama budaya
adalah agama yang bersumber dari ajaran seorang manusia yang dipandang mempunyai
pengetahuan yang mendalam tentang kehidupan. Agama budaya disebut juga sebagai
agama ardhi atau agama bumi. Agama Islam merupakan satu-satunya agama wahyu,
sedangkan agama apa pun selain Islam merupakan agama budaya.
Lantas, apa bukti bahwa agama Islam merupakan satu-satunya agama wahyu? Dr.
Adian Husaini menyatakan bahwa setidaknya ada tiga indikator yang menunjukkan
bahwa Islam adalah agama wahyu. Pertama, di antara agama-agama yang ada, hanya
Islam-lah yang namanya secara khusus disebutkan dalam Kitab Sucinya. Nama agama-
agama selain Islam diberikan oleh para pengamat keagamaan atau oleh manusia, seperti
agama Yahudi (Judaisme), agama Katolik (Katolikisme), agama Protestan
(Protestantisme), agama Budha (Budhisme), agama Hindu (Hinduisme), agama
Konghucu (Konfusianisme), dan sebagainya. Sementara itu, Islam tidaklah demikian.
Nama Islam, sebagai nama sebuah agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad,
sudah disebutkan ada dalam Al-Qur’an, yaitu surat Ali Imran: 19 dan 85 serta Al-
Maidah: 3.
Kedua, nama dan konsep Tuhan berasal dari wahyu. Tuhan memperkenalkan
namanya di dalam Al-Qur'an, yaitu Allah. Semua orang Islam seragam dalam menyebut
nama Tuhannya. Selain Islam, nama tuhan sering tidak seragam dan menjadi perdebatan.
Misalnya, dalam Kristen ada beberapa nama tuhan mereka. Ada yang menyebut Allah,
Yahweh, Lord, dan God.
Ketiga, dalam soal ritual, Islam saat ini masih tetap menikmati ritual yang satu,
karena bersumber dari dasar yang sama, yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah. Umat Islam
tidak mengalami persoalan untuk shalat di masjid mana saja. Umat Islam takbir dengan
cara yang sama, membaca Al-Fatihah yang sama, rukuʻ dengan cara yang sama, sujud
dengan cara yang sama, dan seterusnya. Ritual Islam ini tidak tunduk kepada budaya atau
perubahan sejarah. Sejak ratusan tahun yang lalu, shalat umat Islam tidak berubah, tetapi
tetap semula, otentik dari awal. (Islam Agama Wahyu Bukan Agama Budaya dan Sejarah,
hlm. 59-62)
Sementara itu, Prof. Zakiah Daradjat menyebutkan dalam bukunya Dasar-Dasar
Agama Islam (hlm. 3) setidaknya ada lima ciri yang menunjukkan Islam sebagai agama
wahyu. Kelima ciri itu adalah sebagai berikut.
1. Disampaikan oleh manusia yang dipilih Allah sebagai utusan-Nya. Utusan
itu bukan menciptakan agama, melainkan menyampaikannya.
Agama Islam disampaikan oleh Rasulullah Muhammad shallallahu ʻalaihi wa
sallam. Sebagai seorang rasul, tugas beliau hanyalah menyampaikan (tabligh) agama ini
sebagaimana yang datang dari Allah Taʻala. Beliau sama sekali tidak menambahi,
mengurangi, atau mengubah agama ini karena itu merupakan khianat, sedangkan khianat
adalah sifat yang mustahil pada diri seorang rasul. Kerasulan Muhammad merupakan
prinsip akidah yang diyakini oleh setiap muslim. Orang Yahudi dan Nasrani dahulu
bahkan juga meyakini akan kedatangan rasul akhir zaman. Namun mereka tidak mau
mengimaninya ketika mengetahui rasul itu ternyata bukan dari kalangan mereka. Sikap
seperti ini dilanjutkan oleh banyak orientalis. Namun hari ini beberapa orientalis ada juga
yang mengakui kerasulan Muhammad, seperti Karen Armstrong dan Annemarie
Schimmel.

2. Memiliki kitab suci yang bersih dari campur tangan manusia.


Al-Qur’an, kitab suci umat Islam, merupakan kitab yang terjaga keotentikannya
hingga hari ini. Buktinya adalah tetapnya bacaan umat Islam terhadap Al-Qur’an dari
dulu hingga sekarang. Allah sendiri menjamin akan menjaga Al-Qur’an dari berbagai
penyimpangan. Sistem sanad yang berkembang di kalangan umat Isam turut berperan
dalam menjaga keotentikan Al-Qur’an.

3. Ajarannya serba tetap walaupun tafsirnya dapat berubah sesuai situasi dan
kondisi atau sesuai dengan kemampuan rasio, kecerdasan, dan kepekaan.
Tetapnya ajaran Islam ini sebagaimana telah dijelaskan Dr. Adian Husaini
sebelumnya. Berbeda dengan Islam, ajaran agama budaya dapat berubah-ubah sesuai
perubahan akal pikiran masyarakat penganutnya. Nama tuhan mereka dapat berubah.
Keyakinan mereka terhadap tuhan mereka dapat berubah. Ritual mereka juga dapat
berubah.

4. Konsep ketuhanannya bersifat tauhid.


Maksud tauhid adalah hanya menyembah tuhan yang satu dan tuhan yang
sebenarnya, yaitu Allah. Adapun klaim menyembah tuhan yang satu namun bukan Allah,
maka itu bukan tauhid karena tuhan yang disembah bukan tuhan yang sebenarnya.
Berbeda dengan Islam, agama budaya mempunyai konsep ketuhanan bukan tauhid.
Konsep ketuhannya bisa animisme, dinamisme, politeisme, dan yang paling tinggi
menganut monoteisme nisbi.

5. Kebenarannya bersifat universal, yaitu berlaku untuk setiap manusia, masa,


dan keadaan.
Berbeda dengan Islam, kebenaran ajaran agama budaya tidak bersifat universal
sehingga pada keadaan dan masa tertentu dapat berubah-ubah.
Wallahu aʻlam.

Anda mungkin juga menyukai