Anda di halaman 1dari 1

ABSTRAK

Azaria Rizki Salwa, 020.015.0363

Hukum Menyambung Rambut Dan Implikasinya Terhadap Keabsahan


Shalat Persepktif Mazhab Syafi’i (Studi Analisis)

Tema mengenai menyambung rambut masih menjadi sesuatu yang layak


untuk diperbincangkan. Mengingat pada zaman sekarang ini banyak dari wanita
muslimah yang mengikuti trend menyambung rambut, namun sayangnya mereka
lupa dalam mengindahkan bagaimana hukum fikih nya, karena secara umum
menyambung rambut itu adalah haram, maka akan berpengaruh terhadap
kebasahan shalat yang dilakukan tergantung dengan bahan apa yang ia gunakan.
Secara umum empat mazhab mengharamkan perbuatan ini, namun mazhab
Syafi’i, mazhab yang dianut oleh kebanyakan masyarakat Indonesia berpendapat
bahwa hukum menyambung rambut bisa dilihat dari dua sisi, haram dan boleh
sesuai dengan ketentuannya masing-masing.
Berdasarkan jenis penelitiannya, maka penelitian ini menggunakan studi
penelitian kepustakaan atau library research yaitu dengan mengkaji beberapa
sumber pustaka yang memiliki korelasi terhadap objek studi sehingga dapat
dijadikan sandaran dalam mengadakan kajian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hukum menyambung rambut
menurut mazhab syafi’i dibagi menjadi dua, jika bahan menyambung rambut
menggunakan sesuatu yang najis seperti bulu binatang yang diharamkan untuk
dimakan maka hukumnya haram, namun apabila menggunakan bahan suci seperti
plastik sintesis dan bulu binatang yang halal dimakan dagingnya, maka hukumnya
boleh, dengan syarat sudah mendapatkan izin dari suami atau tuannya, jika belum
mempunyai suami hukumnya haram. Implikasi menyambung rambut dengan
shalat ialah apabila seseorang menyambung rambut menggunakan bahan yang
najis maka shalatnya batal, namun apabila sambung rambutnya terbuat dari
sintesis atau sesuatu yang tidak najis maka shalatnya tetap sah.

Kata Kunci: Menyambung rambut, Shalat dan Syafi’i

Anda mungkin juga menyukai