Hukum Menyambung Rambut Dan Implikasinya Terhadap Keabsahan
Shalat Persepktif Mazhab Syafi’i (Studi Analisis)
Tema mengenai menyambung rambut masih menjadi sesuatu yang layak
untuk diperbincangkan. Mengingat pada zaman sekarang ini banyak dari wanita muslimah yang mengikuti trend menyambung rambut, namun sayangnya mereka lupa dalam mengindahkan bagaimana hukum fikih nya, karena secara umum menyambung rambut itu adalah haram, maka akan berpengaruh terhadap kebasahan shalat yang dilakukan tergantung dengan bahan apa yang ia gunakan. Secara umum empat mazhab mengharamkan perbuatan ini, namun mazhab Syafi’i, mazhab yang dianut oleh kebanyakan masyarakat Indonesia berpendapat bahwa hukum menyambung rambut bisa dilihat dari dua sisi, haram dan boleh sesuai dengan ketentuannya masing-masing. Berdasarkan jenis penelitiannya, maka penelitian ini menggunakan studi penelitian kepustakaan atau library research yaitu dengan mengkaji beberapa sumber pustaka yang memiliki korelasi terhadap objek studi sehingga dapat dijadikan sandaran dalam mengadakan kajian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hukum menyambung rambut menurut mazhab syafi’i dibagi menjadi dua, jika bahan menyambung rambut menggunakan sesuatu yang najis seperti bulu binatang yang diharamkan untuk dimakan maka hukumnya haram, namun apabila menggunakan bahan suci seperti plastik sintesis dan bulu binatang yang halal dimakan dagingnya, maka hukumnya boleh, dengan syarat sudah mendapatkan izin dari suami atau tuannya, jika belum mempunyai suami hukumnya haram. Implikasi menyambung rambut dengan shalat ialah apabila seseorang menyambung rambut menggunakan bahan yang najis maka shalatnya batal, namun apabila sambung rambutnya terbuat dari sintesis atau sesuatu yang tidak najis maka shalatnya tetap sah.