bernama H. Abdul Kodir yang berasal dari Desa Gintung Lor, Susukan,
Cirebon. Orang tuanya adalah santri yang sering dipercaya untuk mengurus
Mu’minah dan telah memiliki empat orang anak, yaitu; Hasif, Isyqie,
Tauhid Arjawinangun yang diasuh oleh KH. Ibnu Ubaidillah Syatori dan
3
Nur Khalik Ridwan, Faqihuddin Abdul Kodir, Tokoh Muda NU Penggerak Majlis Mubadalah
yang Mendunia, [online], https://bangkitmedia.com/faqihuddin-abdul-kodir-tokoh-muda-nu-
penggerak-majlis-mubadalah-yang-mendunia/ diakses pada Kamis 30 Maret 2023 pukul 17.10
WIB.
4
Faqihuddin Abdul Kodir, Qira’ah Mubâdalah, hlm. 21.
5
Ibid., hlm. 613.
6
Pengambilan dua gelar akademik dalam satu masa studi.
7
Faqihuddin Abdul Kodir, Qira’ah Mubâdalah, hlm. 613.
8
Nur Khalik Ridwan, Faqihuddin Abdul Kodir, Tokoh Muda NU Penggerak Majlis Mubadalah
yang Mendunia, [online], https://bangkitmedia.com/faqihuddin-abdul-kodir-tokoh-muda-nu-
penggerak-majlis-mubadalah-yang-mendunia/ diakses pada Kamis 30 Maret 2023 pukul 20.54
WIB.
menyelesaikan pendidikan S1, ia mempelajari fikih dan ushul fikih pada
dengan Rahima Jakarta dan Forum Kajian Kitab Kuning (FK3) Ciganjur,
Perspektif Islam).
sarjana dan pasca sarjana Institut Studi Islam Fahmina (ISIF) Cirebon, dan
fikih dengan perspektif keadilan relasi laki-laki dan perempuan. Sejak tahun
gagasan kunci yang sampai sekarang dipakai sebagai nilai dari Gerakan
lahir saat ia sedang menjalani jeda selama dua semester ketika ia belajar di
UGM Yogyakarta, dan lulus pada 2015 dengan disertasi yang berjudul
9
Faqihuddin Abdul Kodir, Qira’ah Mubâdalah, hlm. 613-614.
10
Vevi Alfi Maghfirah, Faqihuddin Abdul Kodir, [online], https://kupipedia.id/index.php/
Faqihuddin_Abdul_Kodir di akses pada Kamis 30 Maret 2023 pukul 20.54 WIB.
11
Faqihuddin Abdul Kodir, Qira’ah Mubâdalah, hlm. 613-614.
kemitraan, dan kerja sama. Pada tahun tersebut, Faqihuddin mulai membuat
3. Karya-Karya
(Cirebon: ISIF, 2012), Nabiy Al-Rahmah (Cirebon: ISIF dan RMS, 2013),
Cendekia, 2017), Pertautan Teks dan Konteks dalam Fiqh Mu’âmalâh: Isu
2018).
2008), Fiqh HIV and AIDS: Pedulikah Kita (Jakarta: PKBI, 2009), Ragam
Gender and Equality in Muslim Family Law: Justice and Ethics in the Islam
Menggagas Fiqh Ikhtilaf: Potret dan Prakarsa Cirebon (Cirebon: ISIF dan
Fahmina, 2018).12
menjadi narasumber baik di dalam negeri maupun di luar negeri, antara lain;
12
Ibid., hlm. 614-616.
a. Course Program on Pluralism for Religious Leaders (April-Mei 2004)
Oktober 2009).
1. Definisi Mubâdalah
mubâdalah merupakan masdar (kata benda) dari kata kerja يُبَ ِاد ُل- بَ َاد َل
yang mengikuti wazan (pola kata) ِ ي َف- فَاع ل, maknanya berfungsi untuk
اع ُل ُ ََ
saling bekerja sama antar dua pihak (musyârakah baina itsnain).15 Oleh
karena itu, kata mubâdalah berarti saling mengganti, saling mengubah, dan
saling menukar satu sama lain sebagaimana yang tertera juga dalam Al-
antara dua pihak yang mengandung nilai dan semangat kemitraan, kerja
sama, kesalingan, timbal balik, dan prinsip resiprokal. Baik relasi antar
individu dengan individu, atau antar masyarakat. Baik skala lokal maupun
14
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka Progresif,
1997), hlm. 65.
15
Muhammad Ma’sum Al-Kamil, Al-Amtsilah At-Tashrîfiyyah, (Surabaya: Maktabah Salim An-
Nabhan, t.th), hlm. 14-15.
16
Majma’ Al-Lughah Al-‘Arabiyyah, Al-Mujam Al-Washîth, (Kairo: Maktabah Al-Syurûq Al-
Dauliyyah, 2004), hlm. 44.
17
Rohi Baalbaki, Al-Maurîd Qâmûs ‘Arabi-Inkilizi, (Beirut: Dâr Al-‘Ilm li Al-Malâyîn, 1995)
18
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, hlm. 856.
menggunakan istilah mubâdalah sebagai sebuah metode interpretasi
disapa oleh teks dan harus tercakup dalam makna yang terkandung di dalam
teks.19
berakhir sejak nabi Muhammad l wafat, dan ini menunjukkan bahwa nash
syar’i (teks sumber Islam) itu terbatas jumlahnya. Akan tetapi permasalahan
Oleh karena itu, para ulama berusaha untuk menyelesaikan dan menjawab
permasalahan manusia dengan cara berijtihad.20 Hal ini sama dengan apa
yang dikutip oleh Faqihuddin dalam buku Qirâ’ah Mubâdalah.21 Realita ini
yang melatari teori mubâdalah, yaitu faktor sosial dan bahasa. Faktor sosial
19
Faqihuddin Abdul Kodir, Qira’ah Mubâdalah, hlm. 59-60.
20
Muhammad Abdul Karim Al-Syahrastani, Al-Milal wa An-Nihal, (Beirut: Dâr Al-Fikr, 2005),
hlm. 160-161.
21
Faqihuddin Abdul Kodir, Qira’ah Mubâdalah, hlm. 118-119.
laki-laki di kalangan masyarakat, sedangkan perempuan hanya dianggap
tafsir yang tersebar sekarang ini adalah tafsir yang banyak mengandung
mengesampingkan perempuan.
akan dijawab bahwa istri dari laki-laki tersebut akan bersama para bidadari
laki. Hal tersebut lah yang menurutnya akan menimbulkan sikap dan
bahasa Arab sebagai bahasa yang digunakan teks-teks sumber Islam adalah
semua jenis kata. Perbedaan tersebut baik dalam kata benda, kata kerja,
bahkan kata ganti, dalam bentuk tunggal, dua, maupun plural. Dengan
22
Ibid., hlm. 104.
23
Ibid., hlm. 40-41.
24
Ibid., hlm. 105.
karakter bahasa Arab tersebut, Faqihuddin menyebut bahasa Arab sebagai
tersebut pada akhirnya akan menyumbangkan tafsir yang tidak adil gender. 26
sumber Islam.
sebagai berikut;
QS. At-Taubah [9]: 71, dan QS. Ali ‘Imran [3]: 195. Dalam ayat-ayat
sebagian yang lain) dalam QS. Ali ‘Imran [3]: 195, dan ba’dhukum min
ba’dh dalam QS. At-Taubah [9]: 71. Ayat-ayat di atas menurut Faqihuddin,
25
Ibid., hlm. 111-112.
26
Faqihuddin Abdul Kodir, “Mafhum Mubadalah: Ikhtiar Memahami Qur’an dan Hadits untuk
Meneguhkan Keadilan Resiprokal Islam dalam Isu-Isu Gender”, Makalah Seminar Nasional
Mafhum Tabadul (Resiprokal) Al-Qur’an dan Hadits dalam Studi Gender, Yogyakarta, 16-17
Oktober 2015, hlm. 1.
memberikan inspirasi yang jelas mengenai pentingnya relasi kerja sama dan
ت ِم َن ِ
ْ َرح َم اهللُ ْام َرَأًة قَ َام،َض َح يِف َو ْج ِه َه ا امل اء ْ َ فَ ِإ ْن َأب،ُظ ْامَرَأتَ ه
َ َت ن َ ص لَّى َو َْأي َق
َ َِم َن اللَّْي ِل ف
َ
27
Faqihuddin Abdul Kodir, Qirâ’ah Mubâdalah, hlm. 60-65.
28
Ibid., hlm. 90.
29
Abu Dawud, Sunan Abî Dâwud, (Beirut: Dâr Al-Kutub Al-‘Ilmiyyah, 2015), hlm. 51.
30
Ibid., hlm. 214.
Ayat dan hadits yang dalam redaksinya menyebutkan laki-laki dan
sebagai kaidah umum, bahwa laki-laki dan perempuan harus inklud dalam
semua ayat sebagai subjek yang diajak bicara oleh ayat.32 Menurutnya,
gender.33
untuk dijadikan kaidah umum dan akan ia terapkan pada seluruh teks-teks
31
Faqihuddin Abdul Kodir, Qirâ’ah Mubâdalah, hlm. 89.
32
Ibid., hlm. 95.
33
Ibid., hlm. 81.
bahwa perempuan juga menjadi subjek.34 Pendekatan yang secara implisit
ُّ ِيه َم ا حُي
ب ِ َأِلخ
ِ ب َّ ِ َحىَّت حُي،َأح ُد ُك ْم ِ ِ
َ (الَ يُ ْؤ م ُن:ص لَّى اهللُ َعلَْي ه َو َس لَّ َم قَ َال ٍ ََع ْن َأن
َ ِّ س َع ِن النَّيِب
34
Ibid., hlm. 112-115.
35
Ibid.
36
Ibid., hlm. 61-62.
37
Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Shahîh Al-Bukhâri, (Beirut: Dâr Al-Kutub Al-‘Ilmiyyah,
2014), Juz. 1, hlm. 11; Imam Muslim, Shahîh Muslim, (Beirut: Dâr Al-Kutub Al-‘Ilmiyyah, 2011),
Juz. 1, hlm. 74; dan Ahmad bin Hanbal, Musnad Al-Imâm Ahmad bin Hanbal, (Beirut: Muassasah
Al-Risâlah, 2001), Juz. 21, hlm. 353.
Dari hadits di atas, Faqihuddin juga menyimpulkan bahwa hadits
Anas bin Malik tersebut berisi penegasan tentang ajaran kesalingan sebagai
sendiri.”38
Sebab, konsep dasar mubâdalah adalah kesetaraan dan keadilan dalam relasi
manusia.
satu golongan semata dan menafikan yang lain, termasuk dari tindakan
38
Faqihuddin Abdul Kodir, Qirâ’ah Mubâdalah, hlm. 85.
39
Aminah Wadud. Ia adalah seorang feminis muslim yang terlahir dengan nama Maria Teasley di
Maryland, Amerika Serikat, pada 25 September 1952. Ia lahir dari keluarga penganut Kristen yang
taat. Karena ketertarikannya dengan Islam, khususnya dalam konsep keadilan gender, ia masuk
Islam pada tahun 1972. Ia memiliki teori penafsiran Al-Qur’an yang banyak menimbulkan
kontroversi di kalangan umat Islam.
40
Lawan dari kesalingan (resiprositi atau mubâdalah).
41
Faqihuddin Abdul Kodir, Qirâ’ah Mubâdalah, hlm. 95-96.
4. Premis42 Dasar Teori Mubâdalah
utama dari suatu teks, baik yang berbentuk umum tapi bias salah satu
gender, atau yang khusus laki-laki (mudzakkar) dan perempuan tidak disapa,
pesan utama dari teks tersebut dapat diaplikasikan pada laki-laki dan
perempuan.
kerja interpretasi.
operasional.
Islam terdiri dari tiga langkah yang perlu dilalui. Pertama, menemukan dan
seluruh tema (al-mabâdi) maupun bersifat khusus untuk tema tertentu (al-
menjadi pondasi setiap amal, bahwa amal kebaikan akan dibalas pahala dan
shalih, dan lain sebagainya. Lihat Faqihuddin Abdul Kodir, Qirâ’ah Mubâdalah, hlm. 197-198.
44
Contoh dari al-qawâ’id misalnya teks-teks yang bertema pernikahan dan relasi antara suami dan
istri, seperti ayat-ayat yang berbicara tentang saling memberi kenyamanan (tarâdhin), saling
memperlakukan dengan baik (mu’âsyarah bi al-ma’rûf), saling berembuk bersama (musyâwarah),
dan lain sebagainya. (Ibid.)
45
Contoh dari al-juz’iyyât adalah teks dan produk hukum tentang relasi laki-laki dan permpuan
yang bersifat implementatif dan kasuisik. Misalnya adalah peran-peran yang harus dilakukan oleh
laki-laki dan perempuan. Hal-hal yang termasuk al-juz’iyyât ini harus selalu dipastikan selaras
dengan al-mabâdi’ dan al-qawâ’id. (Ibid.)
46
Ibid., hlm. 195-196.
ditegakkan, tentang kemaslahatan dan kerahmatan yang harus ditebarkan,
kerja keras, bersabar, bersyukur, ikhlas, dan tawakal adalah baik dan
Pesan utama pada ayat-ayat prinsip ini, baik yang al-mabâdi maupun
dalam teks-teks yang akan kita interpretasikan. Langkah kedua ini, secara
ada di dalam teks. Lalu, predikat dalam teks menjadi makna atau gagasan
dari proses langkah kedua) kepada jenis kelamin yang tidak disebutkan
dalam teks. Dengan demikian, teks tersebut tidak berhenti pada satu jenis
jenis kelamin yaitu teks yang menjelaskan tentang ‘iddah, yaitu masa tunggu
untuk tidak boleh menikah bagi perempuan yang dicerai atau ditinggal mati
47
Ibid., hlm. 200-202.
oleh suami. Jika maksud dari ‘iddah ini bertujuan untuk ibadah atau
berhubungan dengan rahim saja, tentu ketentuan ini tidak bisa di-mubâdalah-
kan. Sebab pihak yang mengandung hanya perempuan saja. Akan tetapi jika
‘iddah juga bertujuan untuk memberi waktu untuk berfikir dan refleksi,
sekaligus memberi kesempatan agar pasangan bisa kembali, maka tentu bisa
etika fikih. Artinya, laki-laki secara moral juga bisa dianjurkan memiliki jeda
dan tidak melakukan pendekatan kepada perempuan yang lain. Begitu juga
tersebut, agar jika sang istri yang diceraikannya ingin kembali, atau laki-laki
itu sendiri yang ingin kembali, maka prosesnya akan lebih mudah.
lebih mudah untuk kembali kepada suami yang tidak melakukan pendekatan
dengan perempuan lain. Ini berbeda jika suami memiliki hubungan dengan
perempuan lain, tentu akan lebih sulit untuk bisa kembali lagi.
yang bisa mempesona laki-laki lain, maka laki-laki yang mencerai juga
semula.
Begitu juga terkait ‘iddah istri yang ditinggal mati oleh suaminya.
mati oleh istrinya untuk tidak melakukan pendekatan dengan perempuan lain
atau bahkan menikahinya sampai selesai 4 bulan 10 hari. Ini merupakan suatu
hidupnya, merupakan suatu hal yang baik dan seharusnya dilakukan oleh laki-
perempuan yang sedang menjalani ’iddah dan ihdâd itu kurang tepat.
untuk kepentingan suami dan istri. Artinya, sasaran dari ayat tersebut adalah
kedua belah pihak, yaitu agar tidak saling mengeluarkan karena merasa sudah
lain yang dapat mengganggu proses rekonsiliasi, dan keluar rumah sering kali
agar suami dan istri lebih mudah untuk kembali (rujû’). Ia mendukung
hadits ini menunjukkan bahwa wanita yang menjalani ‘iddah tidak dilarang
48
Ibid., hlm. 426-431.