A. Pendahuluan
Aliran Sesat Merupakan wacana yang kian hari semakin marak diperbincangkan,
baik lewat lisan maupun tulisan. Meski fatwa sesat dari lembaga, majlis atau ormas
tertentu telah disematkan pada golongan yang dinyatakan sebagai aliran sesat, namun
sungguh aneh, bukannya malah membuat mereka sadar tapi malah semakin menjadi-
jadi. Bila mereka telah resmi dibubarkan, mereka kemudian membuat lagi perkumpulan
yang notabene sama hanya nama saja yang berbeda. Sebagai contohnya, kasus aliran
sesat yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu: Darul Hadits, yang kemudian
berganti-ganti nama menjadi Islam Jama’ah, Lembaga Karyawan Islam (LEMKARI),
dan terakhir LDII. Meski secara dzahir identitas berbeda, tapi “orang” yang
menggerakkannya masih sama itu-itu juga.
Meski aliran-aliran sesat di Indonesia telah mencapai jumlah yang banyak dan
mempunyai pengikut yang banyak pula, tidak lantas bagi kita yang berpegang teguh
pada Qur’an dan Sunnah merasa ciut nyali dan terpojokkan. Itulah tantangan bagi kita
untuk lebih giat lagi dalam memberantas kemerosotan aqidah dan kesesatan pikiran
mereka sampai ke akar-akarnya supaya Islam berdiri kokoh dan tidak tercampuri
dengan benalu-benalu kesesatan tersebut yang mengurangi kegagahan dan merusak citra
Islam di mata setiap orang. Sebagaimana tekad Khalifah Abu Bakar ra. dalam
ungkapannya: “A yanqushud diinu wa ana hayyun?”. “Apakah agama akan (kita
biarkan) jadi berkurang sedangkan saya masih hidup?”1
1
H. Hartono Ahmad Jaiz (Editor), Bahaya Islam Jama’ah-LEMKARI-LDII, Jakarta: LPPI, 1999. Cet.
ke-2, Hal. 5.
2
Ibid., hal. 6. Dan H.M.C. Shodiq, Akar Kesesatan LDII dan Penipuan Triliunan Rupiah, Jakarta:
LPPI, 2004, hal. 143.
2
E. Tahap-Tahap Pengembangan
1. Sekitar tahun 1940-an sepulang Nurhasan al Ubaidah “sang Madigol” dari
mukimnya selama 10 tahun di Tanah Suci Makkah, saat itulah masa awal dia
menyampaikan Ilmu Manqul Musnad Muttashil, yaitu ilmu al Qur’an manqul
3
H.M.C. Shodiq. Ibid., hal.143-144.
4
A. Zakaria & Irfan Nul Hakim, Studi Pemikiran Aliran-Aliran Sesat dan Menyesatkan, Garut: Ibnu
Azka Press, 2012, hal. 94.
5
H. Hartono Ahmad Jaiz, (Editor), Op.Cit., hal. 8.
6
Ibid., hal. 6.
3
dan ilmu Hadits manqul dari madigol, atau biasa disingkat dengan sebutan
“Qur’an Hadits Manqul”.
2. Masa membangun Asrama Pengajian Darul Hadits berikut pesantren-
pesantrennya di Jombang, Kediri, dan di Jalan Petojo Sabangan Jakarta, sampai
dengan masa “sang Madigol” bertemu dan mendapat konsep asal doktrin
Imamah dan Jama’ah (yaitu Bai’at, Amir, Jama’ah, dan Ta’at) dari Imam
Khalifah Dunia Jama’atul Muslimin Hizbullah, yaitu Imam Wali al Fatah yang
dibai’at pada tahun 1953 di Jakarta oleh para Jama’ah dan juga termasuk oleh
sang Madigol sendiri.
3. Masa pendalaman manqul Qur’an Hadits, tentang konsep Bai’at, Amir, Jama’ah
dan Ta’at samapai tahun 1960. Pada tahun ini, ratusan jama’ah pengajian Asama
manqul Qur’an Hadits di desa Gadingmangu menangis meminta sang Madigol
mau dibai’at dan ditetapkan menjadi Imam/Amir Mukminin.
4. Masa bergabungnya tokoh-tokoh seperti, Bambang Hafiluddin, Drs. Nur
Hasyim, Raden Eddy Masiadi, Notaris Mudiyomo dan Hasyim Rifa’i. sampai
dengan masa pembinaan aktif oleh mendiang Jenderal Soedjono Hoermardani
dan Jenderal Ali Moertopo berikut para perwira OPSUS-nya.
5. Masa LEMKARI (Lembaga Karyawan Islam) diganti nama oleh Jenderal Rudini
(Mendagri) 1990/1991 menjadi LDII (Lembaga Dakwah Islamiyah Indonesia).
Juga pada masa ini, mereka berhasil Go-Internasional, melebarkan sayap
menembus Singapura, Malaysia, Saudi Arabia (bahkan kota suci Makkah al
Mukarramah), Amerika Serikat, Eropa dan Australia.7
F. Berganti-Ganti Nama
Mereka sengaja berganti-ganti nama dan sengaja membuat banyak nama untuk
melancarkan siasat taqiyyah, fathonah dan bithonah di tengah umat. Stabiliias
keamanan bagi mereka adalah mutlak penting dan di atas segala-galanya. Maka sang
Madigol mewajibkan bersiasat taqiyyah dengan berganti-ganti nama bagi gerakannya di
seluruh Indonesia, antara lain:
1. Darul Hadits
2. Yayasan Pondok al Jama’ah
3. Jappenas
4. JPID (Jajasan Pendidikan Islam Djama’ah)
5. Gugus depan pramuka khusus Islam
6. LEMKARI (di Jawa Tengah)
7. YAKARI (di Jawa Tengah)
8. LDII (untuk seluruh Indonesia)8
7
Ibid., hal. 6-8.
8
Ibid., hal. 15.
4
G. Penggalangan Dana
1. Infaq mutlak wajib, yaitu: 10% dari setiap pendapatan/penghasilan apapun.
2. Infaq pengajian Jum’atan, Ramadlan, Lailatul Qadar, Hari Raya, dan lain-lain.
3. Infaq Shadaqah Pembelaan fi sabilillah untuk pembangunan pesantren, maskar,
Masjid, dan sebagainya.
4. Infaq Shadaqah Rengkean, berupa penyerahan bahan-bahan in-natura kepada
sang Amir (berupa bahan makanan, pakaian, dan lain-lain).
5. Zakat, Hibah, Wakaf, dan pembagian warisan dari rakyat jama’ah LDII.
6. Saham Haji, saham PT/CV, usaha bisnis perkebunan teh dan pabrik-pabriknya,
pabrik beras/huller, pom-pom bensin, pasar, toko/ruko, mixfarming, teh hijau
cap korma, Real Estat dan KBIH (Kelompok Bimbingan Ibadah Haji, antara lain
KBIH Nurul Aini).
7. Usaha-usaha lain, yaitu usaha-usaha khusus yang dirahasiakan.9
9
Ibid., hal. 10.
10
Ibid., hal. 13-14.
5
2. Kalau ada orang di luar kelompok mereka yang melakukan shalat di mesjid
mereka, maka bekas tempat shalatnya dicuci karena dianggap sudah terkena
najis.
3. Wajib taat kepada amir atau imam mereka, tidak sama yang lainnya.
4. Mati dalam keadaan belum bai’at kepada amir/imam LDII, maka akan mati
jahiliyah (kafir).
5. Al Qur’an dan al Hadits yang boleh diterima adalah yang manqul (yang keluar
dari mulut imam atau amir mereka saja). Yang keluar dari mulut-
mulut/diucapkan yang bukan imam atau amir mereka, maka haram untuk diikuti.
6. Haram mengaji al Qur’an dan al Hadits kecuali pada imam/amir mereka.
7. Dosa bisa ditebus kepada sang amir/imam, dan besarnya tebusan tergantung
besar-kecilnya dosa yang diperbuat, sedang yang menentukannya adalah
amir/imam.
8. Harus rajin membayar infak, shadaqah, dan zakat kepada amir/imam mereka,
dan haram mengeluarkan zakat, infak, dan shadaqah kepada orang lain yang
bukan kelompok LDII.
9. Harta benda di luar kelompok mereka dianggap halal untuk diambil atau dimiliki
walaupun dengan cara bagaimanapun memperolehnya seperti mencuri,
merampok, korupsi, menipu, dan lainnya. Asal tidak ketahuan/tertangkap. Dan
jika berhasil menipu orang Islam di luar kelompok mereka, dianggap berpahala
besar.
10. Harta, uang zakat, infak, dan shadaqah yang sudah diberikan kepada imam/amir,
haram ditanyakan kembali catatannya atau digunakan kemana uang zakat
tersebut. Sebab kalau bertanya kembali pemanfaatan zakat-zakat tersebut kepada
imam/amir, dianggap sama dengan menelan kembali ludah yang sudah
dikeluarkan.
11. Haram membagikan daging kurban atau zakat fitrah kepada orang Islam di luar
kelompok mereka.
12. Haram shalat di belakang imam yang bukan kelompok mereka, kalaupun
terpaksa sekali, tidak usah berwudhu karena shalatnya harus diulangi lagi.
13. Haram nikah dengan orang di luar kelompok mereka.
14. Perempuan LDII/Islam Jama’ah kalau mau bertamu ke rumah orang yang bukan
kelompok mereka, maka memilih waktu pada saat haid karena badan dalam
keadaan kotor (haid) sehingga ketika kena najis di rumah non-LDII yang
dianggap najis itu tidak perlu dicuci lagi, sebab kotor dengan kotor, tidak apa-
apa.
15. Kalau ada orang Islam di luar kelompok mereka yang bertamu di rumah mereka,
maka bekas tempat duduknya dicuci karena dianggap najis.11
11
A. Zakaria & Irfan Nul Hakim, Op.Cit., hal. 97-99.
6
belum bai’at mengangkat seorang Imam, statusnya sama dengan orang kafir dan
Islamnya tidak sah, termasuk syahadat, shalat, zakat, puasa, dan ibadah hajinya
tidak sah.
Kemudian Nur Hasan Ubaidah memperkuat pendapatnya ‘yang ngawur’, dengan
sebuah atsar yang diriwayatan oleh ad Darimiy.
... َ إم ر إَ ب ع، َ ج ع إَ بإم ر، إنه َ إسَ إَ بج ع....
“...tidak ada Islam tanpa Jama’ah, dan tidak ada Jama’ah tanpa Imarah, dan
tidak ada Imarah tanpa ketaatan...”
Adapun penafsiran hadits mauquf ini menurut Nur Hasan Ubaidah ialah sebagai
berikut.
a. Islam seseorang itu tidak sah kecuali dengan berjama’ah. dan yang dimaksud
jama’ah ialah jama’ahnya Nur Hasan.
b. Jama’ah juga tidak sah kalau tanpa Imam. dan yang dimaksud Imam ialah Nur
Hasan Ubaidah,
c. Mengangkat Imam atau bai’at seseorang tidak sah kecuali dengan melaksanakan
ketaatan kepada Imam.12
2. Bai’at
Bai’at adalah perjanjian untuk taat, dimana orang yang berbai’at sumpah setia
kepada Imam atau khalifahnya untuk mendengar dan taat pada Imam atau Khalifah,
baik dalam hal yang menyenangkan maupun pada hal yang tidak disukai, dalam
keadaan mudah maupun sulit.
Sedangkan menurut Ibnu Khaldun bai’at ialah:
ع ى أنه يس م له ال ظ في أم كأ ال يع يع هد أمي، ال يع هي الع د ع ى ال ع
13
...نفسه أمور ال س ين َ ي عه في شيء
“Bai’at ialah sumpah setia (taat), seperti mubayi’ (orang yang berbai’at) bersumpah
kepada amir atau pemimpinnya untuk menyerahkan perhatiannya dalam urusannya
dan urusan-urusan kaum muslimin dan tidak akan memperselisihkannya sedikit pun…”
Ada yang berpendapat bahwa bai’at kepada Khalifah hukumnya wajib, apabila ia
ada atau terwujud di muka bumi. meski ia (Khalifah) melakukan tindakan tidak terpuji,
seperti memukul rakyatnya. hal itu berlandaskan pada hadits berikut:
14
… فإ لم يكن خ يف ف ل فإ رأيت خ يف ف ل مه إ ض
“Maka apabila engkau melihat – adanya – Khalifah, menetaplah padanya, meskipun ia
memukul punggungmu. Dan jika Khalifah tidak ada, maka menghindarlah…”
Ada juga hadits berikut yang dijadikan landasan berpijak dalam konsep bai’at
oleh Nur Hasan Ubaidah.
12
H. Hartono Ahmad Jaiz, (Editor), Op.Cit., hal. 22-26.
13
Ibnu Khaldun, Muqaddimah, Beirut: Darul Ihya at Turats al ‘Arabiy, t.t.p., hal. 209.
14
Ibnu Hajar al Asqalaniy, Fathul Baariy bi Syarhi Shahihil Bukhariy, Beirut: Darul Fikr, 1998, juz
14, hal. 533.
8
15
. ميت ج ه ي م، ليس في ع ه بيع من م...
“Barang siapa yang mati tanpa bai’at di lehernya, maka matinya seperti mati
jahiliyyah.”
Nur Hasan Ubaidah menggunakan hadits ini untuk mengambil bai’at dari
pengikutnya bagi dirinya.16
15
Muslim, Shahih Muslim, Riyadl: Darus Salam, Cet. ke-2, 2000, hal. 831.
16
H. Hartono Ahmad Jaiz, (Editor), Op.Cit., hal.33-34.
17
Lihat, Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Mulia dengan Manhaj Salaf, Bogor. Pustaka At Taqwa, hal.
538-539.
9
DAFTAR PUSTAKA
A. Zakaria & Irfan Nul Hakim. Studi Pemikiran Aliran-Aliran Sesat dan Menyesatkan.
Garut : ibn azka press. 2012.
H. Hartono Ahmad Jaiz (Editor). Bahaya Islam Jama’ah-LEMKARI-LDII. Jakarta:
LPPI. 1999. Cet. ke-2.
H.M.C. Shodiq. Akar Kesesatan LDII dan Penipuan Triliunan Rupiah. Jakarta: LPPI.
2004.
Ibnu Khaldun. Muqaddimah. Beirut: Darul Ihya at Turats al ‘Arabiy. t.t.p.
Ibnu Hajar al Asqalaniy. Fathul Baari y bi Syarhi Shahihil Bukhariy. Beirut: Darul Fikr.
1998.
Muslim bin al Hajjaj. Shahih Muslim. Riyadl: Darus Salam. 2000. Cet. ke-2.
Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Mulia dengan Manhaj Salaf, Bogor. Pustaka At Taqwa.