Anda di halaman 1dari 9

1

LDII: Lembaga Dakwah Islam Indonesia


Muhammad Imam Asy Syakir

A. Pendahuluan
Aliran Sesat Merupakan wacana yang kian hari semakin marak diperbincangkan,
baik lewat lisan maupun tulisan. Meski fatwa sesat dari lembaga, majlis atau ormas
tertentu telah disematkan pada golongan yang dinyatakan sebagai aliran sesat, namun
sungguh aneh, bukannya malah membuat mereka sadar tapi malah semakin menjadi-
jadi. Bila mereka telah resmi dibubarkan, mereka kemudian membuat lagi perkumpulan
yang notabene sama hanya nama saja yang berbeda. Sebagai contohnya, kasus aliran
sesat yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu: Darul Hadits, yang kemudian
berganti-ganti nama menjadi Islam Jama’ah, Lembaga Karyawan Islam (LEMKARI),
dan terakhir LDII. Meski secara dzahir identitas berbeda, tapi “orang” yang
menggerakkannya masih sama itu-itu juga.
Meski aliran-aliran sesat di Indonesia telah mencapai jumlah yang banyak dan
mempunyai pengikut yang banyak pula, tidak lantas bagi kita yang berpegang teguh
pada Qur’an dan Sunnah merasa ciut nyali dan terpojokkan. Itulah tantangan bagi kita
untuk lebih giat lagi dalam memberantas kemerosotan aqidah dan kesesatan pikiran
mereka sampai ke akar-akarnya supaya Islam berdiri kokoh dan tidak tercampuri
dengan benalu-benalu kesesatan tersebut yang mengurangi kegagahan dan merusak citra
Islam di mata setiap orang. Sebagaimana tekad Khalifah Abu Bakar ra. dalam
ungkapannya: “A yanqushud diinu wa ana hayyun?”. “Apakah agama akan (kita
biarkan) jadi berkurang sedangkan saya masih hidup?”1

B. Berdirinya LDII dan Selayang Pandang mengenai Pendirinya


Pendiri dan penggagas tertinggi pertama dari LDII adalah sang Amir/ Imam
Amirul Mukminin, yaitu Al Imam Nurhasan Ubaidah Lubis (Luar Biasa) Amir. Ulama
besar LDII ini lahir pada tahun 1908 di Dusun Bangi, Desa Woromarto, Kecamatan
Purwoasri, Kabupaten Kediri. Ia adalah anak kedua dari tujuh orang putra H. Abdul
Aziz bin H. Tholib bin H. Irsyad. Nama kecilnya adalah Muhammad Madigol.2
Perjalanan tokoh yang satu ini boleh dibilang cukup fantastis dan spektakuler.
Nama H. Nurhasan disandang setelah menunaikan ibadah haji yang pertama. Tambahan
nama Al Ubaidah diberikan setelah menunaikan ibadah haji yang kedua. Karena
dianggap memiliki kemampuan yang luar biasa, maka oleh pengikut-pengikutnya
ditambah dengan nama Lubis, singkatan dari “Luar Biasa”.

1
H. Hartono Ahmad Jaiz (Editor), Bahaya Islam Jama’ah-LEMKARI-LDII, Jakarta: LPPI, 1999. Cet.
ke-2, Hal. 5.
2
Ibid., hal. 6. Dan H.M.C. Shodiq, Akar Kesesatan LDII dan Penipuan Triliunan Rupiah, Jakarta:
LPPI, 2004, hal. 143.
2

Riwayat pendidikannya ditempuh dari pesantren ke pesantren. Diantaranya,


pernah mondok di Semelo, Perak, Jombang, Ponpes Rejoso, Peterongan, Ponpes
Masaran, Solo, dan terakhir di Madrasah Darul Hadits Makkah Saudi Arabia. RE
Djumali Kertoraharjo dalam catatan bukunya menyebutkan bahwa pada umumnya
pendidikan H. Nurhasan al Ubaidah, tidak dapat dituntaskan. Dalam buku Direktori
LDII disebutkan, KH. Nurhasan al Ubaidah belajar ilmu agama di Makkah dan
Madinah selama 11 tahun.
Sepulang dari Makkah Nurhasan al Ubaidah mengajarkan agama Islam di
kampungnya, terutama kepada sanak keluarganya. Kemudian ia dibai’at sebagai Amirul
Mukminin oleh dua orang Kepala Desa Bangi Woromarto, H. Sanusi dan H. Nur
Asmawi, Kades Papar. Nurhasan al Ubaidah meninggal pada dekade 80-an akibat
kecelakaan kendaraan di Cirebon sepulang dari Jakarta.3 Setelah itu, tampuk
kepemimpinan dilanjutkan oleh anaknya yang bernama, Abdul Dhohir bin Madigol.
Kemudian setelah Abdul Dhohir, pimpinan kedua itu meninggal, tahta dijabat oleh adik
kandungnya, yaitu Abdul Aziz dengan pengawalan yang sangat ketat.4

C. Tingkatan Jabatan dalam LDII


1. Puncak tertinggi sebagai penguasa adalah Imam Amirul Mukminin. Sang Amir
dijaga dan dikawal semacam Paswal Pres yang diberi nama Paku Bumi.
2. Wakil Empat
3. Wakil Amir Daerah
4. Wakil Amir Desa
5. Wakil Amir Kelompok
6. Ada juga Wakil Amir khusus ABRI dan Wakil khusus Muhajirin.5

D. Daerah Asal Mula Munculnya LDII


1. Desa Burengan Banjaran, di tengah-tengah kota Kediri Jawa Timur.
2. Desa Gadingmangu Kecamatan Perak Kabupaten Jombang Jawa Timur.
3. Desa Pekem di tengah-tangah kota Kertosono Kabupaten Nganjuk Jawa Timur.6

E. Tahap-Tahap Pengembangan
1. Sekitar tahun 1940-an sepulang Nurhasan al Ubaidah “sang Madigol” dari
mukimnya selama 10 tahun di Tanah Suci Makkah, saat itulah masa awal dia
menyampaikan Ilmu Manqul Musnad Muttashil, yaitu ilmu al Qur’an manqul

3
H.M.C. Shodiq. Ibid., hal.143-144.
4
A. Zakaria & Irfan Nul Hakim, Studi Pemikiran Aliran-Aliran Sesat dan Menyesatkan, Garut: Ibnu
Azka Press, 2012, hal. 94.
5
H. Hartono Ahmad Jaiz, (Editor), Op.Cit., hal. 8.
6
Ibid., hal. 6.
3

dan ilmu Hadits manqul dari madigol, atau biasa disingkat dengan sebutan
“Qur’an Hadits Manqul”.
2. Masa membangun Asrama Pengajian Darul Hadits berikut pesantren-
pesantrennya di Jombang, Kediri, dan di Jalan Petojo Sabangan Jakarta, sampai
dengan masa “sang Madigol” bertemu dan mendapat konsep asal doktrin
Imamah dan Jama’ah (yaitu Bai’at, Amir, Jama’ah, dan Ta’at) dari Imam
Khalifah Dunia Jama’atul Muslimin Hizbullah, yaitu Imam Wali al Fatah yang
dibai’at pada tahun 1953 di Jakarta oleh para Jama’ah dan juga termasuk oleh
sang Madigol sendiri.
3. Masa pendalaman manqul Qur’an Hadits, tentang konsep Bai’at, Amir, Jama’ah
dan Ta’at samapai tahun 1960. Pada tahun ini, ratusan jama’ah pengajian Asama
manqul Qur’an Hadits di desa Gadingmangu menangis meminta sang Madigol
mau dibai’at dan ditetapkan menjadi Imam/Amir Mukminin.
4. Masa bergabungnya tokoh-tokoh seperti, Bambang Hafiluddin, Drs. Nur
Hasyim, Raden Eddy Masiadi, Notaris Mudiyomo dan Hasyim Rifa’i. sampai
dengan masa pembinaan aktif oleh mendiang Jenderal Soedjono Hoermardani
dan Jenderal Ali Moertopo berikut para perwira OPSUS-nya.
5. Masa LEMKARI (Lembaga Karyawan Islam) diganti nama oleh Jenderal Rudini
(Mendagri) 1990/1991 menjadi LDII (Lembaga Dakwah Islamiyah Indonesia).
Juga pada masa ini, mereka berhasil Go-Internasional, melebarkan sayap
menembus Singapura, Malaysia, Saudi Arabia (bahkan kota suci Makkah al
Mukarramah), Amerika Serikat, Eropa dan Australia.7

F. Berganti-Ganti Nama
Mereka sengaja berganti-ganti nama dan sengaja membuat banyak nama untuk
melancarkan siasat taqiyyah, fathonah dan bithonah di tengah umat. Stabiliias
keamanan bagi mereka adalah mutlak penting dan di atas segala-galanya. Maka sang
Madigol mewajibkan bersiasat taqiyyah dengan berganti-ganti nama bagi gerakannya di
seluruh Indonesia, antara lain:
1. Darul Hadits
2. Yayasan Pondok al Jama’ah
3. Jappenas
4. JPID (Jajasan Pendidikan Islam Djama’ah)
5. Gugus depan pramuka khusus Islam
6. LEMKARI (di Jawa Tengah)
7. YAKARI (di Jawa Tengah)
8. LDII (untuk seluruh Indonesia)8

7
Ibid., hal. 6-8.
8
Ibid., hal. 15.
4

G. Penggalangan Dana
1. Infaq mutlak wajib, yaitu: 10% dari setiap pendapatan/penghasilan apapun.
2. Infaq pengajian Jum’atan, Ramadlan, Lailatul Qadar, Hari Raya, dan lain-lain.
3. Infaq Shadaqah Pembelaan fi sabilillah untuk pembangunan pesantren, maskar,
Masjid, dan sebagainya.
4. Infaq Shadaqah Rengkean, berupa penyerahan bahan-bahan in-natura kepada
sang Amir (berupa bahan makanan, pakaian, dan lain-lain).
5. Zakat, Hibah, Wakaf, dan pembagian warisan dari rakyat jama’ah LDII.
6. Saham Haji, saham PT/CV, usaha bisnis perkebunan teh dan pabrik-pabriknya,
pabrik beras/huller, pom-pom bensin, pasar, toko/ruko, mixfarming, teh hijau
cap korma, Real Estat dan KBIH (Kelompok Bimbingan Ibadah Haji, antara lain
KBIH Nurul Aini).
7. Usaha-usaha lain, yaitu usaha-usaha khusus yang dirahasiakan.9

H. Teknik Dakwah LDII


1. Merekayasa disiplin dan mobilitas tinggi pada gerakan-gerakan da’wahnya
secara tetap dan baku.
2. Melaksanakan ‘balighu anni walau ayah’, quu anfusakum wa ahlikum naara,
dan qum fa andzir. Dimana saja, kapan saja mengajak masuk surga dengan
mengaji manqul dan bai’at kepada Amir.
3. Pendekatan-pendekatan pribadi secara halus, luwes, supel, telaten dan tega
mblubut mengajak ngaji manqul dan bai’at kepada sang Amir.
4. Dengan mengajak Haji/Umrah bergabung dengan rombongan KBIH mereka
atau sengaja memburu sasaran selama musim Haji untuk dijebak berba’iat
kepada sang Amir di Makkah, yaitu: di markas Khut Aziziyah Makkah.
5. Dengan program dan disiplin tinggi, mereka menyampaikan da’wah melalui
segala sarana, seperti pengajian, shalat Idul Fitri/ Idul Adha, I’tikaf, acara
kelompok CAI (Cinta Alam Indonesia), kelompok sepakbola, kampus-kampus,
dan yang lainnya.10

I. Doktrin Pokok Ajaran LDII


Dalam buku Studi Pemikiran Aliran-Aliran Sesat dan Menyesatkan yang ditulis
oleh A. Zakaria dan Irfan Nul Hakim, disebutkan sebanyak 15 pokok ajaran LDII, yaitu:
1. Orang Islam di luar kelompok mereka adalah kafir dan najis, termasuk kedua
orang tua sekalipun.

9
Ibid., hal. 10.
10
Ibid., hal. 13-14.
5

2. Kalau ada orang di luar kelompok mereka yang melakukan shalat di mesjid
mereka, maka bekas tempat shalatnya dicuci karena dianggap sudah terkena
najis.
3. Wajib taat kepada amir atau imam mereka, tidak sama yang lainnya.
4. Mati dalam keadaan belum bai’at kepada amir/imam LDII, maka akan mati
jahiliyah (kafir).
5. Al Qur’an dan al Hadits yang boleh diterima adalah yang manqul (yang keluar
dari mulut imam atau amir mereka saja). Yang keluar dari mulut-
mulut/diucapkan yang bukan imam atau amir mereka, maka haram untuk diikuti.
6. Haram mengaji al Qur’an dan al Hadits kecuali pada imam/amir mereka.
7. Dosa bisa ditebus kepada sang amir/imam, dan besarnya tebusan tergantung
besar-kecilnya dosa yang diperbuat, sedang yang menentukannya adalah
amir/imam.
8. Harus rajin membayar infak, shadaqah, dan zakat kepada amir/imam mereka,
dan haram mengeluarkan zakat, infak, dan shadaqah kepada orang lain yang
bukan kelompok LDII.
9. Harta benda di luar kelompok mereka dianggap halal untuk diambil atau dimiliki
walaupun dengan cara bagaimanapun memperolehnya seperti mencuri,
merampok, korupsi, menipu, dan lainnya. Asal tidak ketahuan/tertangkap. Dan
jika berhasil menipu orang Islam di luar kelompok mereka, dianggap berpahala
besar.
10. Harta, uang zakat, infak, dan shadaqah yang sudah diberikan kepada imam/amir,
haram ditanyakan kembali catatannya atau digunakan kemana uang zakat
tersebut. Sebab kalau bertanya kembali pemanfaatan zakat-zakat tersebut kepada
imam/amir, dianggap sama dengan menelan kembali ludah yang sudah
dikeluarkan.
11. Haram membagikan daging kurban atau zakat fitrah kepada orang Islam di luar
kelompok mereka.
12. Haram shalat di belakang imam yang bukan kelompok mereka, kalaupun
terpaksa sekali, tidak usah berwudhu karena shalatnya harus diulangi lagi.
13. Haram nikah dengan orang di luar kelompok mereka.
14. Perempuan LDII/Islam Jama’ah kalau mau bertamu ke rumah orang yang bukan
kelompok mereka, maka memilih waktu pada saat haid karena badan dalam
keadaan kotor (haid) sehingga ketika kena najis di rumah non-LDII yang
dianggap najis itu tidak perlu dicuci lagi, sebab kotor dengan kotor, tidak apa-
apa.
15. Kalau ada orang Islam di luar kelompok mereka yang bertamu di rumah mereka,
maka bekas tempat duduknya dicuci karena dianggap najis.11

11
A. Zakaria & Irfan Nul Hakim, Op.Cit., hal. 97-99.
6

J. Takfir dalam LDII


Dengan bermunculannya jama’ah-jama’ah atau lembaga (aliran-alira keagamaan)
pada saat ini merebak pernyataan-pernyataan yang saling mengkafirkan antara satu
sama lainnya. Begitu mudahnya seseorang/kelompok termasuk LDII (demi menjunjung
dirinya yang paling Islam) menuduh kepada muslim/kelompok lainnya adalah ‘KAFIR’
bahkan ‘NAJIS’.
Jika membaca bukunya Drs. Nurhasim yang berjudul Imam dan Jama’ah dalam
Agama Islam serta buku-buku lainnya keluaran LDII tentang ajaran H. Nurhasan
Ubaidah, banyak didapati pernyataan bahwa orang luar jama’ahnya adalah sesat/kafir.

K. Konsep Imamah dan Bai’at dalam LDII


1. Imamah
Sejak awal, semua anggota sudah diarahkan atau didoktrin untuk hanya menerima
penafsiran ayat dan hadits yang berasal dari Imam, yang disebut manqul.
Jadi, semua anggotanya dilarang untuk menerima segala penafsiran yang tidak
bersumber dari Imam, karena penafsiran-penafsiran yang tidak berasal dari Imam
adalah semuanya salah, sesat, berbahaya dan tidak manqul.
Salah satu landasan yang dibuat oleh Nur Hasan Ubaidah sang Imam untuk
menegakkan Imamah ialah Surah al Isra’ ayat 71.
...‫بإم م م‬ ‫يو ندعوا كل أن‬
“Ingatlah) suatu hari (yang di hari itu) Kami panggil tiap umat dengan pemimpinnya...”
Menurut penafsiran Nur Hasan Ubaidah, pada hari kiamat nanti, setiap orang akan
dipanggil oleh Allah dengan didampingi oleh Imam mereka yang akan menjadi saksi
atas semua amal-ibadahnya mereka di dunia.
Selain dari ayat itu, ada juga hadits yang diriwayatkan Ahmad bin Hanbal seperti
berikut.
...‫َ يحل لثَث نف يكونو بأرض فَ إَ أم ا ع ي م أحدهم‬...
“Tidak halal bagi tiga orang yang berada di bumi ‘falah’ (padang pasir), melainkan
mereka mengangkat ‘amir’ (pemimpin) dari salah satu di antara mereka. ”
Hadits ini terdapat dalam kitab himpunan hadits koleksi mereka yang bernama
Kitabul Imarah pada halaman 225 dan dicantumkan tanpa sanad yang lengkap, jadi
langsung pada sumber utamanya, yaitu Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash.
Nur Hasan Ubaidah menafsirkan hadits ini sebagai berikut:
a. Setiap muslim di dunia ini, tidak halal hidupnya alias haram. makannya haram,
minumnya haram, bernafasnya haram bahkan shalatnya dan semua amal
ibadahnya haram, seperti makan daging babi, kecuali ia mengangkat atau
membai’at seorang Imam, baru hidup dan amal ibadahnya menjadi halal.
b. Setiap muslim yang hidupnya masih haram karena belum bai’at, maka harta
bendanya halal untuk diambil atau dicuri, dan darahnya halal, karena selama ia
7

belum bai’at mengangkat seorang Imam, statusnya sama dengan orang kafir dan
Islamnya tidak sah, termasuk syahadat, shalat, zakat, puasa, dan ibadah hajinya
tidak sah.
Kemudian Nur Hasan Ubaidah memperkuat pendapatnya ‘yang ngawur’, dengan
sebuah atsar yang diriwayatan oleh ad Darimiy.
... ‫ َ إم ر إَ ب ع‬، ‫ َ ج ع إَ بإم ر‬، ‫إنه َ إسَ إَ بج ع‬....
“...tidak ada Islam tanpa Jama’ah, dan tidak ada Jama’ah tanpa Imarah, dan
tidak ada Imarah tanpa ketaatan...”
Adapun penafsiran hadits mauquf ini menurut Nur Hasan Ubaidah ialah sebagai
berikut.
a. Islam seseorang itu tidak sah kecuali dengan berjama’ah. dan yang dimaksud
jama’ah ialah jama’ahnya Nur Hasan.
b. Jama’ah juga tidak sah kalau tanpa Imam. dan yang dimaksud Imam ialah Nur
Hasan Ubaidah,
c. Mengangkat Imam atau bai’at seseorang tidak sah kecuali dengan melaksanakan
ketaatan kepada Imam.12
2. Bai’at
Bai’at adalah perjanjian untuk taat, dimana orang yang berbai’at sumpah setia
kepada Imam atau khalifahnya untuk mendengar dan taat pada Imam atau Khalifah,
baik dalam hal yang menyenangkan maupun pada hal yang tidak disukai, dalam
keadaan mudah maupun sulit.
Sedangkan menurut Ibnu Khaldun bai’at ialah:
‫ع ى أنه يس م له ال ظ في أم‬ ‫ كأ ال يع يع هد أمي‬، ‫ال يع هي الع د ع ى ال ع‬
13
...‫نفسه أمور ال س ين َ ي عه في شيء‬
“Bai’at ialah sumpah setia (taat), seperti mubayi’ (orang yang berbai’at) bersumpah
kepada amir atau pemimpinnya untuk menyerahkan perhatiannya dalam urusannya
dan urusan-urusan kaum muslimin dan tidak akan memperselisihkannya sedikit pun…”
Ada yang berpendapat bahwa bai’at kepada Khalifah hukumnya wajib, apabila ia
ada atau terwujud di muka bumi. meski ia (Khalifah) melakukan tindakan tidak terpuji,
seperti memukul rakyatnya. hal itu berlandaskan pada hadits berikut:
14
… ‫فإ لم يكن خ يف ف ل‬ ‫فإ رأيت خ يف ف ل مه إ ض‬
“Maka apabila engkau melihat – adanya – Khalifah, menetaplah padanya, meskipun ia
memukul punggungmu. Dan jika Khalifah tidak ada, maka menghindarlah…”
Ada juga hadits berikut yang dijadikan landasan berpijak dalam konsep bai’at
oleh Nur Hasan Ubaidah.

12
H. Hartono Ahmad Jaiz, (Editor), Op.Cit., hal. 22-26.
13
Ibnu Khaldun, Muqaddimah, Beirut: Darul Ihya at Turats al ‘Arabiy, t.t.p., hal. 209.
14
Ibnu Hajar al Asqalaniy, Fathul Baariy bi Syarhi Shahihil Bukhariy, Beirut: Darul Fikr, 1998, juz
14, hal. 533.
8

15
. ‫ميت ج ه ي‬ ‫ م‬، ‫ليس في ع ه بيع‬ ‫ من م‬...
“Barang siapa yang mati tanpa bai’at di lehernya, maka matinya seperti mati
jahiliyyah.”
Nur Hasan Ubaidah menggunakan hadits ini untuk mengambil bai’at dari
pengikutnya bagi dirinya.16

L. Vonis Sesat LDII


Dari informasi yang sudah kita terima mengenai Lembaga Dakwah Islam
Indonesia (LDDI), tentunya kita dapati banyaknya perbedaan dan penyimpangan
bahkan keganjilan yang sejatinya keluar dari mainstrem ajaran Islam yang sebenarnya.
Perbedaan yang dibawa LDII bukan lagi persoalan furu’iyah yang kompromistis, tapi
telah masuk persoalan ushuliyah yang salah satunya mendiskreditkan muslim di luar
kelompok mereka dengan sebutan kafir atau najis.
Yazid bin Abdul Qadir Jawas dalam buku Mulia dengan Manhaj Salaf,
memasukkan Islam Jama’ah/Lemkari/LDII dalam pembahasan firqah-firqah sesat dan
menyesatkan dengan mencantumkan dua belas poin kebid’ahannya.17

M. Bantahan Terhadap Argumen dan Ajaran Pokok LDII


Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, Konsep Imamah dan Bai’at dalam
LDII sama sekali berbeda dengan konsep Imamah dan Bai’at dalam ahlus sunnah. Di
antara yang menyalahi pandangan ahlu sunnah ialah bahwasannya Jama’ah, Imamah,
dan Bai’at yang sah hanyalah yang berasal dari Imam LDII. Selain dari itu, maka
semuanya salah, sesat, berbahaya dan tidak manqul. Argumen tersebut di ambil dari
sebuah dalil, yaitu:
َ‫َ بيع إ‬ ‫ َ إم ر إَ ب ل يع‬، ‫ َ ج ع إَ بإم ر‬، ‫َ إسَ إَ بج ع‬
. ‫بل ع‬
“Tidak ada Islam kecuali dengan Jama’ah dan tidak ada Jama’ah kecuali dengan
imarah, dan tidak ada imarah kecuali dengan bai’at dan tidak ada bai’at kecuali
dengan ta’at.”
Bantahan: kekeliruan LDII dalam memahami konteks hadits ini ialah ketika
mengganti/ menyempitkan (mereduksi) Islam dengan LDII. Begitu pula aliran-aliran
sesat lain yang berargumentasi menggunakan dalil ini. Padahal jika Islam itu tetap Islam
tidak direduksi dengan LDII atau yang lainnya umpamanya, maka pemahaman terhadap
hadits ini tidak akan kotradiktif dan eksklusif.
Wallahu A‘lam

15
Muslim, Shahih Muslim, Riyadl: Darus Salam, Cet. ke-2, 2000, hal. 831.
16
H. Hartono Ahmad Jaiz, (Editor), Op.Cit., hal.33-34.
17
Lihat, Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Mulia dengan Manhaj Salaf, Bogor. Pustaka At Taqwa, hal.
538-539.
9

DAFTAR PUSTAKA

A. Zakaria & Irfan Nul Hakim. Studi Pemikiran Aliran-Aliran Sesat dan Menyesatkan.
Garut : ibn azka press. 2012.
H. Hartono Ahmad Jaiz (Editor). Bahaya Islam Jama’ah-LEMKARI-LDII. Jakarta:
LPPI. 1999. Cet. ke-2.
H.M.C. Shodiq. Akar Kesesatan LDII dan Penipuan Triliunan Rupiah. Jakarta: LPPI.
2004.
Ibnu Khaldun. Muqaddimah. Beirut: Darul Ihya at Turats al ‘Arabiy. t.t.p.
Ibnu Hajar al Asqalaniy. Fathul Baari y bi Syarhi Shahihil Bukhariy. Beirut: Darul Fikr.
1998.
Muslim bin al Hajjaj. Shahih Muslim. Riyadl: Darus Salam. 2000. Cet. ke-2.
Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Mulia dengan Manhaj Salaf, Bogor. Pustaka At Taqwa.

Anda mungkin juga menyukai