Dan Pemikirannya
Takwallo
Sekolah Tinggi Ilmu Ushuluddin Darussalam Bangkalan, Indonesia
Email : mastaqwa93@gmail.com
Abstrak
Adanya kesenjangan antara dalil dengan kenyataan, dalam dalil
dijelaskan bahwa Islam adalah agama yang menjujung tinggi nilai
persatuan dan persadaraan, serta melarang untuk saling bermusuh-
musuhan.1 Akan tetapi kenyataannya sekarang ini, antar kelompok agama
khususnya agama Islam masih terdapat sekat-sekat penghalang untuk
bersatu. Seperti peraktek keagamaan yang diterapkan oleh kelompok Darul
Hadis (LDII) seolah-olah sangat mencolok perbedaanya dalam memahami
dalil dan menerapkannya. Adapun tujuan dari penelitian ini tidak lain
adalah untuk mengenal dan mengetahui kelompok tersebut dan
bagaimana kelompok ini memahami sebuah dalil dan menerapkannya.
Hasil dari penelitian ini yaitu: Pertama, Darul hadis (LDII)
merupakan sebuah lembaga dakwah yang didirian oleh Nur Hasan
Ubaidillah Lubis (1908) pada tahun 1951 M, di Desa Bengi Purwosari Kediri
Jawa Timur. Adapun struktur kepemimpinanya: 1.Amir, 2. Wakil Amir, 3.
Wakil Amir daerah, 4. Wakil Amir Desa, 5. Wakil Amir kelompok. Kedua,
pokok ajaranya 1. Orang Islam diluar golongannya adalah kafir, najis, 2.
Wajib taat pada amir, 3. Wajib baiaat (janji setia kepada sang amir, 4. Al-
Qur’an dan hadis harus yang manqul dari sang amir, 5. Dosa bias di tebus
kepada sang amir, 6. Harta benda diluar kelompok halal diambil.
Pendahuluan
Islam yang diyakini sangat menjujung tinggi nilai kasih sayang atau
dengan kata lain Islam adalah agama yang rahmatal lil ‘alamin, yang
pastinya selalu memberi kedamaian, keadilan serta kesejukan bagi seluruh
penganut dan lingkungan berkembangnya, Namun seiring
perkembangannya Islam terkontaminasi dengan dominasi penafsiran yang
beragam sehingga seringkali menimbulkan perbedaan antar umat, serta
membentuk seperti sekat-sekat antara kelompok yang berbedaan tersebut.
Lalu dengan perbedaan tersebut ia mulai memposisikan dirinya.
Pada prkembangan berikutnya mulai membentuk semacam aliran
dan faham menurut fersi ini dan itu, yang dipelopori oleh para tokoh atau
ulama’, sebagai contoh kecil tentang Persepsi Kelompok Islam Jama’ah
terhadap Interaksi Sosial dan Keagamaan, diungkapkan bahwa interaksi
kelompok Islam Jama’ah dengan kelompoknya sendiri sangat akrab, tetapi
dengan orang-orang di luar kelompoknya sangat terbatas, khususnya
dalam kaitan dengan sikap-sikap keagamaan, seperti kelompok aliran di
luar Islam Jama’ah tidak diperbolehkan ikut mengurusi jenazah jika yang
meninggal adalah anggota kelompok Islam Jama’ah. Begitu pula dalam
penyelenggaraan shalat jama’ah, mereka lebih suka menyelenggarakannya
bersama kelompok mereka sendiri daripada berbaur dengan kelompok
aliran keagamaan lainnya.
Dari situ perlu kiranya untuk lebih memahami sedikit banyak
tentang Islam Jama’ah yang mula-mula bernama Darul Hadis kemudian
berubah menjadi LEMKARI (Lembaga Karyawan Islam ) dan akhirnya
berubah lagi menjadi LDII(Lembaga Dakwa Islam Indonesia) sampai
sekarang. Dalam penelitian ini mencoba menjabarkan tentang asal-usul
LDII, pokok-pokok ajarannya, perkembanganya, struktur organesasi setar
doktrin-doktrin dari LDII.
Asal usul mula LDII tidak bisa dipisahkan dengan tokoh ulama
lahirnya aliran ini, yakni Madekal atau Madigol. Nama lengkapnya
Muhammad Madigol, Muhammad Madigol ini merupakan nama asli dari
Imam Haji Nurhasan al-Ubaidah Lubis Amir. Ia lahir pada tahun 1908 di
Desa Bangi, Papar/Purwosari, Kediri Jawa Timur, sebagai anak dari H.
Abdul Aziz. Sekolahnya hanya sampai kelas tiga sekolah dasar, kalau
disamakan dengan tingkat sekarang. Dahulu dikenal Sekolah Rakyat (SR).
Adapun Pesantren pertama yang dikunjungi Madigol adalah pondok
Sawelo, Nganjuk. Ini adalah sebuah pesantren kecil model sufi. Lalu
melanjutkan mondoknya ke Pondok Pesantren Jamsaren, Solo selama
tujuh bulan, karena ia lebih menyukai bid’ah, seperti beberapa ilmu
perdukunan. Lalu ia belajar di Dresmo Surabaya, pondok khusus yang
mendalami pencak silat. Setelah itu ia belajar di Sampang Madura, berguru
kepada Kyai al-Ubaidah dari Batu Ampar. Kegiatannya mengaji dan
melakukan wirid di sebuah kuburan keramat. Nama gurunya itulah
kemudian ia pakai di belakang namanya.2 Kemudian mengenai cikal bakal
dari atas keberadaan lembaga LDII ini sudah ada sejak tahun 19413, lalu
dalam perkembangannya lembaga terseebut resmi didirikan pada tahun
1951, namun seiring perkembangannya lembaga tersebut dianggap
menyimpang oleh masyarakat sehingga pada tahun 1971 tepatnya pada
tanggal 29 oktober, Jaksa Agung mengeluarkan SK RI No. Kep-
2 Ottoman, “Asal-usul dan perkembangan Lembaga Dakwa Islam Indonesia”, artikel dari
Fakultas Adab program SKI, (UIN Raden Fatah Palembang, t.th), 19.
3 Abdul Rohman, “Karakter Kelompok Aliran Islam Dalam Merespons Islamic social
Networking di Kabupaten Bayumas”, Jurnal Pendidikan Krakter, tahun IV, Nomor 2,( Juni
2014), 205.
4 Arif Fathul Ulum bin Ahmad Saifullah, “Menyibak Hakekat LDII”, Majalah al-Furqan,
edisi 10 (Juni, 2007), 29.
5 Sya’roni, “Jamaah Islam Eksklusif: Studi Terhadap Pola Intraksi Sosial Jamaah LDII kota
7. Dosa bisa ditebus kepada amir atau imam mereka, dan besar tebusannya
tergantung besar kecilnya dosa yang diperbuat, dan yang menentukan
adalah sang amir.
8. Harus rajin membayar infaq, shadaqah, dan zakat kepada amir mereka,
dan haram kepada orang lain.
9. Harta benda diluar kelompok mereka dianggap halal untuk diambil atau
dimiliki walaupun dengan cara bagimana memperolehnya seperti
mencuri, merampok, korupsi, menipu, asal tidak ketahuan atau
tertangkap, malah kalau usaha mereka berhasil, maka dianggap
berpahala besar.
10. Bila mencuri harta orang lain yang bukan golongannya lalu ketahuaan,
maka salahnya bukan mencurinya itu, tetapi kenapa mencuri kok
ketahuaan.
11. Harta uang zakat, infaq, shodaqoh yang sudah diberikan kepada imam
atau amir, jadi haram ditanyakan kembali catatannya atau digunakan
kemana uang zakat tersebut. Sebab kalau bertanya kembali
pemanfaatan zakat-zakat itu kepada amir, maka dianggap sama dengan
menelan kembali ludah yang sudah dikeluarkan.
12. Haram membagikan dagin kurban atau zakat fitrah kepada orang diluar
kelompoknya.
13. Haram salat dibelakang imam yang bukan kelompok mereka, kalaupun
terpaksa sekali, tidak usah berwudhu karena salatnya harus diulangi
kembali.
14. Haram menikah dengan orang diluar kelompoknya.
15. Perempuan LDII atau Islam Jama'ah kalau mau bertamu kerumah orang
yang bukan kelompok mereka, maka memilih waktu pada saat haid,
karena badan dalam keadaan kotor, sehingga ketika dirumah non LDII
yang sudah dianggap najis itu tidak perlu dicuci lagi, sebab kotor
dengan kotor tidak apa-apa.
16. Kalau ada orang dikelompok mereka yang bertamu dirumah mereka,
maka bekas tempat duduknya dicuci karena dianggap kena najis.7
Perkembangan Lembanga Darul Hadis atau LDII
7 Hartono Ahmad Jaiz, Aliran dan Faham Sesat di Indonesia (Jakarta Timur: Pustaka al-
Kautsar, 2002), 74-76.
8 Hartono Ahmad Jaiz, Bahaya Islam Jamaah Lemkari LDII (Jakarta: Lembaga Penelitiaan
10 Ibid.,
11 Ibid., 8.
2. Wakil empat terdiri dari empat tokoh jama'ah yaitu: Ahmad Soleh,
Carik Affandi, Su'udi Ridwan, dan Muhammad Nurzain (setelah
meninggal diganti oleh Nurdin).
Disamping itu ada wakil Amir khusus ABRI anggota Gerakan GPK
Kerajaan itu yang dari ABRI(Jama'ah ABRI, RPKAD, BRIMOB, PGT AURI,
MARINIR, KOSTRAD, dll), dan wakil Amir khusus Muhajirin, juga ada tim
empat seramgkai yang terdiri dar para wakil Amir, para Aghniya'(orang
kaya), para pengurus organisasi(LDII,Pramuka/CAI), dan para
Muballigh.12
Doktrin-doktrin LDII
12 Ibid., 8-9.
Nasihat-Nasihat Pokok.
Hilmi Muhammadiyah, LDII PasangSurut Relasi Agama dan Negara (Depok: Elsas,
13
firman Allah dalam Al-Quran dan sabda Rasul SAW dalam hadis wajib
masuk neraka, berdasarkan dalil-dalil haq firman Allah. Barang siapa yang
bermaksiat(tidak taat) kepada Allah dan Rasu-Nya dan melampau batas maka akan
dimasukkan ke dalam neraka. (surat al-Nisa ayat 14) Dan sabda Rasul SAW:
Tangan Allah di atas jamaah barang siapa yang menyendiri(tidak berjamaah) maka
ia a masuk neraka sendiri" (H. R Timidzi, juz 3, hal 315)
Terkait pengamalan agama yang praktis ini, dari sisi pengajaran, apa
yang sesungguhnya diajarkan di pesantren- pesantren LDII terkait erat
dengan kebutuhan pokok aktivitas keagamaan sehari-hari. Pada kelas
Bacaan, misalnya, materi pokok yang diajarkan khusus pada bacaan Al-
Quran. Penekanannya pada surat al-Baqarah dan surat al-Mulk hingga
surat al-Nas. Sementara materi tambahan pada kelas Bacaan ialah belajar
mengenai tajwid (tata cara membaca Al-Quran dengan benar).
3. Doktrin Manqul
ۡ
20
٧١ ك يقرءُو ٰن كِٓتٰبٰ ُه ۡم ٰوّٰل يُظلٰ ُمو ٰن فٰتِيَل أ ِ يٰ ۡوٰم نٰ ۡدعُواْ ُك َّل أُ َٰن ِس ِبِِ َٰٓمِ ِه ۡم فٰمن أ
ٰ ُِوِتٰ كِٓتٰبٰهُۥ بِيٰ ِمينِ ِهۦ فٰأ ُْوٓلٰئ
(Ingatlah) suatu hari (yang di hari itu) Kami panggil tiap umat
dengan pemimpinnya; dan barangsiapa yang diberikan kitab
18 Ibid.,
19 Ibid., 114.
20 Departemen Agama RI, al-Qur’an dan terjemahannya (Bandung:Diponogoro,2013), 289.
Ayat diatas ditafsirkan oleh Nur Hasan dengan “Pada hari kami
panggil setiap manusia dengan Imam mereka(maksudnya dengan amir
mereka), sehingga yang tidak punya amir, maka masuk neraka.” Padahal
kalau dikembalikan pada penafsiran aslinya, makna imam artinya al-Kitab
lauh Mahfudh atau kitab(catatan amal) hal ini sesuai dengan surah Yasin
ayat 12:
Dalam hadis juga tidak luput dari penafsiran dari Nur Hasan untuk
mendukung argumentasinya, sebagai contoh hadis Imam Bukhari
berikut:22
21 Ibid., 440.
Abi> ‘Abdillah Muhammad ibn Isma>il al-Bukha>ry al-Ju‘fi>, S{ah}ih} al-
22
Umar ibn Khatthab berkata: “Tidak ada Islam bila tidak ada jama’ah,
tidak ada jama’ah tampa keamiran, tiada keamiran tampa bai’at tiada
bai’at tampa ketaatan”.
Tetapi hadis mauquf diatas sengaja difahami secara terbalik oleh Nur Hasan
dengan redaksi berikut:
24
. ّل إسَلم فهو كافر, ّل مجاعة ّل إسَلم, ّل إمارة ّل مجاعة,ّل بيعة ّل إمارة, ّل طاعة ّل بيعة
Tidak ada ketaatan tanpa ada baiat, tidak ada baiat tanpa adanya
pemimpin(Amir), tidak ada pemimpin tanpa adanya jama’ah, tidak ada
jama’ah tanpa adanya Islam, kalau tidak Islam maka ia kafir.
23 Hartono Ahmad Jaiz, Bahaya Islam Jamaah Lemkari LDII., 46. Baca juga Hartono, Aliran
dan Faham Sesat di Indonesia.,87.
24 Ibid.,
4. Doktrin Baiat
5. Doktrin jamaah
Hidup berkomunitas Jamaal juga bagian dari doktrin Nur Hasan al-
Ubaidah. Dia sering mengajak masyarakat untuk masuk ke dalam
komunitas. Nur Hasan al-Ubaidah menegaskan muslim harus
berkomunitas agar selamat. Berkomunitas tidak sebatas melaksanakan
salat, tapi juga dalam aktivitas lain. Nur Hasan al-Ubaidah memperkuat
doktrin ini dengan merujuk pada teks suci yang mengatakan bahwa setiap
muslim harus selalu berada di jalan Tuhan (hidup berkomunitas dan harus
menghindari perpecahan Nur Hasan al-Ubaidah juga merujuk kepada teks
suci lainnya, yang menegaskan bahwa Muhammad sang Rasul
memerintahkan setiap muslim untuk hidup berkomunitas dan
menghindari kelompok-kelompok. Seseorang yang mernisahkan diri dari
6. Doktrin Pemimpin
26 Ibid., 118.
27 Ibd., 119.
Keempat, jujur, yaitu berkata benar, tidak dusta, tidak menipu, tulus
apa adanya.
28 Ibid., 121-122.
29 Ibid.,
Kesimpulan
30 Ibid., 123.
Daftar Pustaka
Ahmad Jaiz, Hartono, Aliran dan Faham Sesat di Indonesia (Jakarta Timur:
Pustaka al-Kautsar, 2002),
Ahmad Jaiz Hartono, Bahaya Islam Jamaah Lemkari LDII (Jakarta: Lembaga
Penelitiaan dan Pengkajian Islam (LPPI), 2006),
Ahmad Saifullah, Arif Fathul Ulum bin, “Menyibak Hakekat LDII”, Majalah
al-Furqan, edisi 10 (Juni, 2007),