Anda di halaman 1dari 6

AL-IRSYAD DAN JAMIATUL KHAIR

Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah : Perkembangan Pemikiran Modern Dalam Islam

Dosen Pengampu : Dr.Hj.Sanawiah,S.Ag,MH

Nama : Norlaili
Nim : 18.42.020273
1. Al-Irsyad

Dalam penyebaran gagasan atau pemikirannya,Al- Irsyad lebih memfokuskan


pada upaya perbaikan dan pelayanan pendidikan.Ini biasa dilihat dari
pembukaan sekolah Al-Irsyad yang didukung oleh pemuka-pemuka
arab.Terutama Syaikh Umar Manggus,yang saat itu menjabat sebagai Kapten
Arab.Tokoh ini yang memberi saran agar didirikan suatu perkumpulan untuk
menunjang sekolah yang didirikan oleh Syeikh Ahmad Surkati tersebut. Atas
dukungan itu,berdirilah sekolah”Jam’iyyah Al Ishlah Wa Al Irsyad Al
Islamiyyah”.Agar kehadirannya tidak terkesan hanya diperuntukkan bagi orang
arab,maka beberapa waktu kemudian namanya di ubah menjadi ”Jam’iyyah Al-
Irsyad Al-Islamiyyah”.Yang selanjutnya dikenal dengan nama Al- Irsyad,Al-
Irsyad beranggotakan semua orang Islam yang berumur 18 tahun atau yang
telah beristri dan tingggal diwilayah Indonesia.
Ahmad Sukarti pernah menyampaikan beberapa pandangan tentang ketauhidan, di
antaranya:
Pertama,Taklid buta sebagaimana yang dilakukan para ulama yang sebenarnya
memiliki kemampuan untuk memahami Al-Quran dan Hadits.Namun mereka
menjadikan pendapat seseorang sebagai dalil agama, Sukarti menyatakan adapun
taklid buta dan menjadikan pendapat orang sebagai dalil agama tidak diperbolehkan
oleh Allah dan Rosull-Nya,para sahabat maupun para ulama terdahulu,dan merupakan
bid’ah yang sesat.
Kedua, meminta syafa”at. Ia mengatakan kepada orang yang sudah minta dan
bertawasul denga Mereka,Surkati menyatakan sebagai perbuatan yang munkar dan
bid”a, :”meminta syafa”at kepada orang yang mati atau bertawasul kepada mereka
adalah perbuatan munkar, sebab hal tersebut tidak pernah di kerjakan oleh Rasulullah
saw,al Khulafa”al Rasyidan ataupun oleh para Mujtahid,baik bertawasul dengan Rasul
sendiri atau dengan yang lai. Selain itu,hal tersebut merupakan sesuatu yang diada-
adakan dalam ruang lingkup al Din. Setiap yang baru dalam agama adalah bid
”ah,setiap bid ah adalah sesat ,dan setiap yang sesat akan masuk neraka’’.
Ketiga,dalam kasus pembayaran fidyah membayar sejumlah tebusan kepada orang lain
untuk mengganti shalat dan puasa yang di tinggalkan oleh salah seorang anggota
keluarganya,ketika menyampaikan fidyah seseorang berkata ;’’terimalah uang ini
sebagai penebus shalat dan puasa si fulan ’’.Kemudian si penerima menjawab ,’’saya
terima pemberian ini ’’.Bagi Surkarti, perbuatan ini dilarang karena tidak di dasarkan
atas dasar dalil agama,dan merupakan perbuatan bid’ah.
Keempat,dalam kasus pembacaan talqin untuk mayat yang baru di kubur Surkarti
melihatnya sebagai pembuatan yang tidak bedasarkan tuntunan al Qur’an dan Hadits juga
tidak ada petunjuk dari para sahabat.
Kelima, perbuatan berdiri pada saat melakukan pembacaan kisah maulid Nabi
Muhammad saw,bagi Surkarti bukan perbuatan agama,namun demikian apa bila
perbuatan tersebut di pandang sebagai perbuatan agama,atau termasuk dalam ruang
lingkup agama,maka pembuatan tersebut tetap di anggap sebagai perbuatan bid’ah.
Keenam,pengucapan niat (Nawaitu atau Ushalli) bagi Sukarti adalah perbuatan
bid’dah.Alasannya,melafalkan niat demikian dipadang sebagai tambahan dalam
melaksanakan niat yang seharusnya merupakan maksud didalam hati.Menurut Sukarti
pula,ia tidak pernah memperoleh petunjuk bahwa perbuatan tersebut pernah dirawihkan
orang dari Nabi Muhammad,atau dari para sahabat,walaupun diajarkan oleh salah satu
imam yang keempat.Dari berbagai sumber rujukan dapat disimpulkan bahwa niat adalah
maksud dalam hati lebih tidak beralasan lagi ialah pendapat tentang wajib atau sunnahnya
pengucapan lafal niat tersebut.Itu berarti ”mewajibkan apa yang sebenarnya tidak wajib”.
Ketujuh, adat berkumpul untuk melakukan ritual tahlil dirumah orang yang baru ditimpah
musibah kematian menurut Sukarti,merupakan perbuatan Bid’ah dan bertentangan dengan
sunnah Rasul.Sukarti menilai parbuatan tersebut sebagai perbuatan yang membebeni
keluarga yang terkena musibah.Dan perbuatan terpuji yang berkenan dengan keluarga yang
terkena musibah adalah penyediakan makanan,sebagaimana Sabda nabi Jafar bin Abi
Thalib meninggal dunia.”Buatlah makanan bagi keluarga Jafar, sebab mereka telah
ditimpa sesuatu yang membuat mereka lupa makan”.
Kedelapan,adat berdzikir bersama dan berdoaa bersama setelah shalat wajib lima waktu
menurut Surkarti, merupakan perbuatan bid’ah dan bertentangan dengan sunnah Rasul.
Surkati menilai perbuatan tersebut sebagai perbuatan yang mengada-ada dan
menambah-nambah karena Rasulallah selesai sholat wajib lima waktu, langsung
mengerjakan sholat sunnah ba’diah dirumah, tetapi kalau ada yang akan dia sampaikan
maka dia berdiri lalu menyampaikannya ke umat Muslim.

Pendeknya, dari negara Sudan, Ahmad Surkati datang dengan membawa ”gagasan
rasional”. Gagasan itulah yang kemudian memberi kontribusi besar bagi lahirnya Al-
Irsyad Al-Islamiyyah, sebuah gerakan pembaharuan untuk memperbaiki pemahaman
keberagaman muslim Indonesia.Deliar Noor menyatakan, seperti halnya seperti
Modernis muslim Indonesia yang lain. Pemikiran-pemikiran yang berkembang di Al-
Irsyad banyak dipengaruhi oleh pemikiran Puritanisme yang berkembang di Timur
Tengah, yang diplopori oleh Muhammad bin Abdul Wahab (dengan gerakan
Wahabinya), pemikiran tersebut secara intensif masuki Indonesia pada awal abad ke-20,
melalui kontak personal antara masyarakat Arab di Indonesia dengan mereka yang
berada di Timur Tengah, juga melaui penerbitan-penerbitan majalah, seperti majalah Al-
Manar dan lain-lainnya.
2. Jami’atul Khair
Organisasi pembaharauan pertama yang didirikan Indonesia adalah  Jamiyatul
Khair pada tanggal 15 juli 1905. Pendirinya bernama Sayid Muhammad al-fatch ibn
Abdurrahman Al-Masjhur, Sayid Muhammad ibn Abdullah ibn Sjihab, Sayid Idrus ibn
Ahm,ad ibn sjihab dan Sayid Sjehan ibn sjihab.
Meskipun organisasi ini mayoritas anggotanya adalah orang-orang arab, tetapi
terbuka untuk setiap muslim tanpa diskriminasi. Kegiatan yang menjadi perhatian
organisasi ini meliputi dua bidang yaitu pendirian dan pembinaan sekolah pada tingkat
dasar dan pengiriman anak-anak muda ke turki untuk melanjutkan studi.
Pentingnya jamiyatul khair terletak pada kenyataan bahwa organisasi inilah yang
memulai organisasi modern dalam masyarakat islam. (yaitu dengan adanya anggaran
dasar, daftar anggota tercatat dan rapat-rapat berkala) dan mendirikan sekolah
menerapkan sistem modern (adanya kurikulum, sistem klasikal, dan perlengkapan
kelas.

Anda mungkin juga menyukai