Anda di halaman 1dari 17

Suja’i Sarifandi: Sikap Toleransi Beragama Jama’ah Salafi

SIKAP TOLERANSI BERAGAMA JAMA’AH SALAFI


PP. UMAR BIN KHATTAB KEL. DELIMA KEC. TAMPAN
PEKANBARU TERHADAP JAMA’AH MUSLIM LAINNYA
Oleh: Suja’i Sarifandi
Dosen Fakultas Ushuluddin UIN Suska Riau
Email: lp2muinsuska@yahoo.com

Abstrak
Kehadiran gerakan Salafi di Kota Pekanbaru dan berbagai negeri di Indonesia
mempunyai sejumlah nilai positif dalam perkembangan dakwah Islam, terutama dalam
bentuk upaya menghidupkan Sunnah. Gerakan Islam Salafi telah tumbuh dan
berkembang di Kota Pekanbaru, ditandai dengan berdirinya Pondok Pesantren al-Furqan
di Jalan Duyung dan Pondok Pesantren Umar bin Khattab Jalan Delima Tampan.
Namun, sangat disayangkan ketika sebagian kalangan komunitas Salafi mengaku diri
sebagai Salafi sejati, lalu memaksa orang yang tidak sepaham untuk mengikuti pendapat
mereka hingga dalam masalah-masalah yang sebenarnya bersifat ijtihâdiyah. Dengan
keyakinan ini maka salafi merasa dirinya paling benar, sedangkan ulama/ golongan
lain selalu salah, sesat dan bid’ah. Apakah Jama’ah Salafi Jama’ah Salafi Pondok
Pesantren Umar bin Khattab Kelurahan Delima Pekanbaru lebih bersikap toleran
terhadap Jama’ah Muslim lainnya di lingkungan sekitar. Tulisan ini mencoba mengungkap
tentang masalah tersebut.

Kata Kunci; Salafi, Aliran dan Gerakan

Pendahuluan modern ini, mata sejarah semakin


Indonesia nampaknya akan menjadi “dimanjakan” oleh kenyataan itu dengan
lahan subur untuk lahir dan tumbuhnya tumbuhnya aneka gerakan Islam modern
berbagai gerakan Islam dengan berbagai yang masing-masing menyimpan
ragamnya, baik yang “hanya sekedar” keunikannya tersendiri.1
perpanjangan tangan dari gerakan yang Dunia pergerakan Islam Indonesia
sebelumnya telah ada, ataupun yang dapat modern tidak hanya diramaikan oleh
dikategorikan sebagai gerakan yang benar- organisasi semacam Muhamadiyah dan
benar baru. Sejarah pergerakan Islam
Indonesia benar-benar telah menjadi saksi 1
Abudin Nata, Peta keragaman pemikiran Islam di
mata terhadap kenyataan itu selama Indonesia, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2001),
beberapa kurun waktu lamanya. Di era hlm. 3.

162|TOLERANSI: Media Komunikasi Umat Bergama,


Vol.6, No.2 Juli-Desember 2014
Suja’i Sarifandi: Sikap Toleransi Beragama Jama’ah Salafi

Nahdhatul Ulama (NU), tapi di sana ada sebagai jama’ah tertentu, karena keberadaan
pemain-pemain baru seperti Hizbut Tahrir Salafiyyûn yang berkelompok, berjama’ah
Indonesia (HTI), Front Pembela Islam dan mudah dikenali dari karakter dan ciri-
(FPI), dan Salafi, yang juga secara perlahan, cirinya. Peneliti dan pembaca dapat melihat
namun pasti, mulai menanamkan dan mengenali jama’ah ini melalui bentuk
pengaruhnya. Dalam menanamkan lahirnya seperti tidak pernah mencukur
pengaruhnya, mulai dari yang mengandalkan jenggot, memendekan pakaian (celana) di
perjuangan politis hingga yang lebih memilih atas mata kaki, memakai cadar/penutup
jalur gerakan sosial kemasyarakatan. Salah wajah dan sarung tangan bagi wanita dewasa
satu gerakan Islam tersebut adalah yang serta model pakaian lain yang menyerupai
menyebut diri mereka sebagai Salafi atau pakaian masyarakat Arab.4 Komunitas Salafi
Salafiyah.2 Aliran dan gerakan Islam ini telah juga dapat dikenali melalui doktrin-doktrin
telah tumbuh dan berkembang di Kota (fatwa) yang dikeluarkan seperti haramnya
Pekanbaru, 3 yang ditandai dengan mendengarkan dan memainkan alat musik,
berdirinya Pondok Pesantren al-Furqan di menonton televisi, membuat dan memasang
Jalan Duyung dan Pondok Pesantren Umar gambar atau patung makhluk bernyawa,
bin Khattab Jalan Delima Kecamatan menganggap bid’ah perayaan maulud Nabî,
Tampan. Keberadaan kedua Pondok peringatan Isrâ’ Mi’râj, Nuzûl al-Qur’ân,
Pesantren tersebut telah menjadi pusat Zikr Akbar, Hari Raya Ketupat, Peringatan
kegiatan keagamaan, pendidikan dan Dakwah (puasa) Nisfu Sya’bân,5 dan lain-lain.
Islamiyyah sebagai upaya menghidupkan Kehadiran gerakan Salafi di Kota
Sunnah, memerangi syirik dan bid’ah. Pekanbaru dan berbagai negeri di Indonesia
Dalam realitas kehidupan sehari-hari, mempunyai sejumlah nilai positif dalam
media, pers, masyarakat hingga peneliti perkembangan dakwah Islam, terutama
memahami Salafi sebagai komunitas atau dalam bentuk upaya menghidupkan
Sunnah, memerangi syirik dan bid’ah,
menekankan rujukan kepada para ulama
2
Muhammad Ikhsan, Gerakan Salafi Modern Di
Indonesia; Sebuah Upaya Membedah Akar Pertumbuhan Dan
yang keilmuannya diakui oleh kaum
Ide-Ide Substansialnya (Jakarta : UI Press, 2006), hlm. 2. muslimin dan lainnya.6 Namun demikian,
Abu Abdirrahman al-Thalibi, Dakwah Salafiyah Dakwah
Bijak; Meluruskan Sikap Keras Da’i Salafi, , (Ttp : Maktabah
al-Furqan, 2001), hlm. 10, 30-31. Abdul Malik Ibn Ahmad 4
Abduh Zulfidar Akaha, Belajar Dari Akhlak Ustadz
al-Mubarak Ramadani, Madarik al-Nazhar fi al-Siyasah Salafi, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2008), hlm. xii.
Bayna al-Tatbiqat al-Syar’iyah, (Ttp : Maktabah al-Furqan, 5
Abul Asybal Ahmad bin Salim al-Mishri, Fatwa-fatwa
2001), hlm. 30. Terlengkap Seputar Terorisme, Jihad dan Mengkafirkan Muslim,
3
Kota Pekanbaru sebagai ibukota Provinsi Riau luas (Jakarta: Darul Haq, 2006).
wilayah 632.26 km2, terdiri dari 12 (dua belas) kecamatan 6
Hal ini ditandai dengan telah mengudaranya Radio
dan 58 (lima puluh delapan) kelurahan/desa,Tim Dakwah “Hidayah FM 104,” yang selalu menyiarkan
Penyusun BPS Kota Pekanbaru, Pekanbaru Dalam Angka, acara-acara keagamaan, pengajian dan sebagainya. Sumber
(Pekanbaru: Biro Pusat Statistik Kota Pekanbaru, 2011), Data, Observasi, Kelurahan Delima Kecamatan Tampan
hlm. 3. Pekanbaru, 2012.

163|TOLERANSI: Media Komunikasi Umat Bergama,


Vol.6, No.2 Juli-Desember 2014
Suja’i Sarifandi: Sikap Toleransi Beragama Jama’ah Salafi

sangatlah disayangkan ketika sebagian Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar,


kalangan dari komunitas Salafi mengaku diri daerah perbatasan Kota Pekanbaru tahun
sebagai Salafi sejati, lalu memaksa orang 2008.9
yang tidak sepaham untuk mengikuti Di samping itu, fakta lain menunjukkan
pendapat mereka hingga dalam masalah- bahwa secara internal salafi berpecah belah
masalah yang sebenarnya bersifat dengan sesamanya, salafi yang satu meyakini
ijtihâdiyyah. Sebagian kelompok Salafi ini bahwa dirinya paling benar dan yang lain
pun menghalalkan kehormatan ulama yang sesat, sehingga mereka mencela salafi yang
berbeda pendapat dengan mereka, bahkan lain dan diperingatkan (ditahdzir) agar segera
ada pula yang menghalalkan darahnya.7 bertaubat. Sementara salafi yang dicela juga
Mereka meyakini bahwa selain kelompok mengatakan hal yang sama, bahwa
Salafi, kelompok umat Islam lain diklaim merekalah yang paling benar dan yang lain
sebagai golongan yang sesat, ahli bid’ah, sesat. Sebagai contoh adalah ketika al-
tidak selamat dan tidak masuk syurga. Ustadz Abu al-Mundzir Dzul Akmal, Lc.,
Dengan keyakinan ini maka salafi merasa yang dianggap telah sesat dan oleh
dirinya paling benar, sedangkan ulama/ kelompok Salafi Pondok Pesantren Umar
golongan lain selalu salah, sesat dan bid’ah. bin Khattab Jalan Delima Pekanbaru
Selanjutnya, golongan sesat dan bid’ah ini diperingatkan (ditahdzir) agar segera
layak untuk dicela melalui pengajian, daurah, bertaubat, justeru al-Ustadz Abu al-
seminar, buku-buku dan website-website Mundzir Dzul Akmal, Lc., merasa yang
salafi harus diungkapkan semua paling benar dan yang lain dianggap sesat.10
keburukannya dan tidak diungkapkan Pada gilirannya ia memisahkan diri dan
sedikitpun kebaikannya, karena khawatir mendirikan Pondok Pesantren sendiri;
nanti diikuti oleh umat Islam, sehingga Ma’had Ta’dzhim al-Sunnah, Jalan Raya
bertaburanlah pernyataan bahwa hanya Pekanbaru Bangkinang Km. 19,5 Rimbo
Salafilah yang paling sesuai dengan Sunnah Panjang Kec. Tambang Kabupaten
dan celaan sesat dan bid’ah kepada ulama/ Kampar.
golongan selain salafi. 8 Hal ini pada
gilirannya akan menimbulkan konflik, Pembahasan
ketegangan, kerusuhan dan tindakan Sikap Toleransi Beragama
anarkis. Sebagai contoh adalah konflik yang Sikap manusia, selanjutnya disebut
terjadi antara Kelompok Salafi pimpinan al- sikap, menurut ahli psikologi seperti Louis
Ustadz Abu al-Mundzir Dzul Akmal, Lc., Thurstone (1928), Rensis Likert (1932), dan
dengan Masyarakat Muslim di Kubang
9
Berita Harian Pagi, Riau Pos, 2008. Sumber Data,
Observasi, Kelurahan Delima Kecamatan Tampan
7
Yulian Purnama, “Salah Paham tentang Salafy,” Pekanbaru, 2012.
Buletin al-Tauhid, Edisi 18/V (Mei 2009), hlm. 2. 10
Zulkarnain, Tokoh Salafi, Wawancara, Kelurahan
8
Abu Abdirrahman al-Thalibi, op. cit., hlm. 28-29. Delima Kecamatan Tampan Pekanbaru, 2012.

164|TOLERANSI: Media Komunikasi Umat Bergama,


Vol.6, No.2 Juli-Desember 2014
Suja’i Sarifandi: Sikap Toleransi Beragama Jama’ah Salafi

Charlest Osgood sebagaimana dikutip tentu sama bagi orang lain yang
Saifuddin Azwar, adalah: Suatu bentuk sekelompoknya.13
evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap terhadap Menurut Kreitner dan Kinicki, sikap
sesuatu objek merupakan perasaan sebagai kecen-derungan merespons sesuatu
menerima atau memihak (favorable) maupun secara konsisten untuk mendukung atau
menolak atau tidak memihak (unfavorable) tidak mendukung dengan memperhatikan
terhadap sesuatu objek itu. Sikap dalam hal suatu objek tertentu. Dengan demikian
ini sebagai motivasi dan kecenderungan dalam sikap sudah melibatkan faktor
terhadap sesuatu baik positif maupun pendapat dan emosi (senang-tidak senang,
negatif.11 setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan
Sementara LaPierre mende-finisikan sebagainya).14 Menurut Robbins, bahwa
sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi sikap (attitude) merupakan pernyataan
atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk evaluatif, baik yang menyenangkan maupun
menyesuaikan diri dalam situasi sosial. Atau yang tidak menyenangkan terhadap objek,
secara sederhana, sikap adalah respon individu atau peristiwa.15 Menurut Riva’i,
terhadap stimulasi sosial yang telah bahwa sikap adalah suatu kesiapan untuk
terkondisikan.12 Dalam konteks ini, sikap menanggapi suatu kerangka yang utuh
menurut Abu Ahmadi terbagi dalam sikap untuk menetapkan keyakinan atau pendapat
sosial dan sikap individu. Sikap sosial yang khas serta sikap juga pernyataan
dinyatakan tidak oleh seorang saja tetapi evaluatif, baik yang menguntungkan atau
diperhatikan oleh orang-orang tidak menguntungkan mengenai objek,
sekelompoknya. Objeknya adalah objek orang atau peristiwa.16
sosial (obyeknya banyak orang dalam Dengan demikian, sikap merupakan
kelompok) dan dinyatakan berulang-ulang. kesiapan atau kesediaan seseorang untuk
Jadi sikap sosial ditandai dengan adanya bertingkah laku atau merespon rangsangan/
subjek sosial, objek sosial, dan dilakukan objek tertentu atau dengan kata lain sikap
berulang-ulang. Sebagai contoh, sikap merupakan kecenderungan seseorang
bersedih dengan melayat karena tetangga untuk merasa dan bertindak sebagai bentuk
ada yang meninggal. Sedangkan sikap respon dari rangsangan atau objek tertentu
individual hanya dimiliki oleh seorang demi yang ada di sekitarnya. Jadi sikap belum
seorang, objeknya bukan objek sosial. Sikap
terhadap satu objek bisa berbeda antara satu 13
Abu Ahmadi, Psikologi Umum (Edisi Revisi), (Jakarta :
dengan lainnya. Misalnya, kesukaan dengan Rinneka Cipta, 2009), hlm. 166.
14
Stepen P. Robbins dan Timothy Judge, Organizational
sate kambing muda bagi seseorang belum Behavior (Prilaku Organisasi),
Terjemahan Diana Angelica, (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2008), hlm. 91.
11
Saifuddin Azwar, Sikap Manusia: Teori dan 15
Ibid., hlm. 92.
Pengukurannya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), hlm. 5. 16
Veithzal Riva’i, Kepemimpinan dan Prilaku Organisasi,
12
Ibid. (Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada, 2003), hlm. 246.

165|TOLERANSI: Media Komunikasi Umat Bergama,


Vol.6, No.2 Juli-Desember 2014
Suja’i Sarifandi: Sikap Toleransi Beragama Jama’ah Salafi

merupakan suatu tindakan/aktivitas, akan emosional, dan informasi dari orang lain.
tetapi merupakan faktor predisposisi bagi 3) Komponen psikomotorik (komponen
seseorang untuk perilaku. Menurut perilaku) yaitu sikap yang terbentuk dari
Luthans, pada dasarnya sikap ditandai tingkah laku seseorang dan perilakunya
dengan 3 (tiga) cara yaitu: yang berkaitan dengan predisposisi atau
1) Sikap cenderung bertahan kecuali ada kecenderungan bertindak terhadap
sesuatu yang dapat dilakukan untuk objek sikap yang dihadapinya.18
mengubahnya.
2) Sikap dapat mencakup rangkaian dari Lebih lanjut Luthans menyatakan
yang sangat disukai sampai yang sangat bahwa dari 3 komponen sikap tersebut,
tidak disukai. hanya perilaku yang dapat diamati secara
3) Sikap diarahkan pada beberapa objek langsung, sedangkan 2 (dua) komponen
di mana orang memiliki perasaan lainnya yaitu emosi dan informasi tidak
(kadang disebut pengaruh) dan dapat diamati akan tetapi hanya dapat
kepercayaan.17 diduga. Sikap terbentuk dari adanya
interaksi antara individu dengan
Saifuddin Azwar menyatakan bahwa lingkungannya baik lingkungan fisik
komponen sikap terdiri dari tiga komponen maupun lingkungan biologis yang ada di
yang saling menunjang yaitu: sekelilingnya. Faktor yang mempengaruhi
1) Komponen Afektif (komponen pembentukan sikap adalah pengalaman
emosional) yaitu komponen yang pribadi, kebudayaan, orang yang
berhubungan dengan perasaan dan berpengaruh, media massa, institusi
emosi tentang seseorang atau sesuatu pendidikan maupun lembaga agama.19
baik yang positif maupun negatif dan Dengan perkataan lain, sikap
banyak dipengaruhi oleh apa yang kita merupakan perubahan yang meniru
percayai sebagai sesuatu yang benar perilaku orang lain karena orang lain
terhadap objek tersebut. tersebut dianggap sesuai dengan dirinya.20
2) Komponen Kognitif (komponen Sikap memiliki fungsi sebagaimana
perseptual) yaitu sikap yang mengandung disebutkan dalam Luthans di antaranya
pemikiran atau kepercayaan seseorang adalah:
atau sesuatu objek dengan apa yang dilihat 1) Fungsi Penyesuaian ; Sikap sering
dan diketahui (pengetahuan), membantu orang menyesuaikan diri
pandangan, keyakinan, pikiran, dengan lingkungannya dan meminim-
pengalaman pribadi, kebutuhan
18
Saifuddin Azwar, Penyusunan Skala Psikologi,
17
Fred Luthans, Organization Behavior (Prilaku (Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset, 2005), hlm. 7-8.
Organisasi), Terjemahan Nanang Subroto, dkk., 19
Fred Luthans, op. cit., hlm. 238.
(Yogyakarta : Andi Offset, 2006), hlm. 236. 20
Saifuddin Azwar, op. cit., hlm. 8.

166|TOLERANSI: Media Komunikasi Umat Bergama,


Vol.6, No.2 Juli-Desember 2014
Suja’i Sarifandi: Sikap Toleransi Beragama Jama’ah Salafi

alisir adanya ketidaksesuaian. masyarakat dan institusinya. Karena sikap


2) Fungsi pertahanan ego ; Sikap dihasilkan dari apa yang terjadi di masyarakat
membantu seseorang menyesuai-kan berupa stimulus. Faktor-faktor ini
diri dan sikap juga membantu mereka merupakan stimulasi yang mempengaruhi
memperta-hankan citra diri. sikap. Semakin banyak hal positif pada
3) Fungsi mengekspresikan nilai ; Sikap unsur stimulan, semakin besar pula
memberikan dasar pengekspresian nilai kemungkinan sikap positif terhadap objek,
individu. dan sebaliknya pula jika stimulan
4) Fungsi pengetahuan ; Sikap membantu memberikan input negatif, maka out put
menyediakan standar dan kerangka sikapnya pun menjadi negatif. Wajarlah
referensi yang memungkinkan orang ketika sikap terhadap perdamaian itu dapat
untuk mengelola dan menjelaskan berbeda antara satu orang dengan orang
dunia di sekitarnya.21 lain, tergantung sejauhmana factor-faktor
mempengaruhi sikap orang itu. Semakin
Sikap biasanya memiliki dua arah banyak factor dan stimulasi yang positif
kecenderungan yaitu positif dan negatif. semakin besar kemungkinan orang itu
Sikap yang positif mampu menggerakkan bersikap positif pada perdamaian. Namun
seseorang untuk mendukung suatu objek, sebaliknya, jika informasi dan stimulasi yang
situasi atau kondisi yang berlaku di menentukan sikap itu dipengaruhi oleh
sekitarnya, begitu juga sebaliknya apabila unsur-unsur negatif, besar kemungkinan
sikap cenderung negatif maka akan sikap orang itu akan negatif terhadap
menggerakkan seseorang untuk menentang perdamaian. Informasi dan stimulus yang
objek, situasi atau kondisi yang ada. Untuk positif tentang pemeluk agama lain,
itu harus dilakukan upaya untuk mengubah pentingnya toleransi, perlunya menjaga
sikap yang negatif tersebut ke arah yang perdamaian, semua nilai amal ditentukan
positif. Luthans mengatakan bahwa untuk Allah, dan sebagainya sudah seharusnya
mengubah sikap negatif salah satu yang bisa dikembangkan di masyarakat guna
dilakukan adalah dengan memberikan mempengaruhi sikap positif masyarakat
informasi yang cukup kepada seseorang terhadap pemeluk agama atau etnis lain.
yang memiliki sikap negatif.22 Sikap tidak selamanya berhubungan
Sikap yang positif dan negatif itu tidak positif dengan perilaku. Untuk menjelaskan
berdiri sendiri, melainkan dipengaruhi oleh hubungan sikap dan perilaku digunakan
banyak factor; nilai sosial, norma agama, teori rangsang-balas atau teori penguat
situasi, budaya, lingkungan sekitar dan (reinforcement theory).23 Sikap benci terhadap
sebagainya. Sikap tidak bisa lepas dari orang yang berbeda agama atau etnik tidak

21
Fred Luthans, op. cit., hlm. 239. 23
Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-teori Psikologi Sosial,
22
Ibid., hlm. 241. (Jakarta: Rajawali Pres, 2005), hlm. 19.

167|TOLERANSI: Media Komunikasi Umat Bergama,


Vol.6, No.2 Juli-Desember 2014
Suja’i Sarifandi: Sikap Toleransi Beragama Jama’ah Salafi

selamanya harus diwujudkan dalam bentuk Sikap dan perilaku merupakan dua dimensi
tindakan kebencian kepada mereka. Ada dalam diri individu yang berdiri sendiri,
tiga pendapat tentang hubungan sikap dan terpisah, dan berbeda. Mengetahui sikap
perilaku ini. Pertama, konsistensi sikap dan tidak berarti dapat memprediksikan
perilaku. Ada hubungan langsung antara perilaku. Sikap benci terhadap etnis
sikap dan perilaku, sikap cenderung akan Tionghoa tidak berarti menjauhi mereka
diwujudkan dalam perilaku. Sikap verbal dan tidak bersedia untuk berhubungan
merupakan petunjuk yang cukup akurat dagang dengan mereka. Sikap tidak bisa
untuk memprediksikan apa yang akan dipastikan terwujud dalam perilaku.25
dilakukan seseorang bila dihadapkan pada Postulat kedua menunjukkan hal yang
suatu objek sikap.24 Hubungan positif ini berbeda dari postulat pertama. Jika postulat
terutama akan terjadi pada sikap ekstrim. pertama ada konsistensi antara sikap dan
Sikap ekstrim terhadap pemeluk agama atau perilaku, postulat kedua tidak mesti ada
etnis lain akan cenderung berbuat negatif konsistensi itu. Sikap positif tidak selamanya
terhadap objek sikap tersebut. melahirkan perilaku positif, begitu pula
Sikap beragama dan bermasyarakat sikap negatif tidak selamanya ditunjukkan
yang ekstrim cenderung menutup diri untuk dalam perilaku negatif. Dari postulat kedua
berkomunikasi dengan pemeluk agama atau ini, seorang yang bersikap positif terhadap
etnik yang berbeda. Sikap ekstrim yang orang lain yang berbeda bukan berarti dia
menganggap dirinya paling benar dan selalu akan berperilaku baik dengannya.
memaksakan kebenaran kebenaran kepada Suatu waktu, ia dapat saja berbuat buruk
orang lain dapat menimbulkan perilaku kepadanya meskipun sikapnya tetap positif.
yang negatif dalam tata hubungan sosial Artinya, perilaku damai tidak selamanya
beragama di masyarakat. Menurut postulat harus lahir dari sikap damai dan perilaku
pertama ini, sikap selalu direpresentasikan konflik tidak pula dapat dipastikan mewakili
dalam perilaku. Artinya, sikap positif akan sikap negatif.26
melahirkan perilaku positif dan sikap Variasi sikap dan perilaku ini sangat
negatif akan melahirkan perilaku negatif. bergantung kepada situasi dan kondisi yang
Sikap positif terhadap pemeluk agama atau mempengaruhi seseorang untuk
etnik lain akan melahirkan perilaku positif berperilaku seperti apa semestinya. Situasi
terhadapnya, dan sebaliknya sikap negatif dan kondisi inilah yang mempengaruhi
akan melahirkan perilaku negatif pula. perilaku orang. Antara sikap dan perilaku
Pendapat kedua adalah variasi independen. ada variable antara yang mempenga-
Pendapat ini mengatakan bahwa tidak ada ruhinya. Postulat inilah yang dipakai oleh
alasan untuk menyimpulkan bahwa sikap pendapat ketiga yang menyebutnya sebagai
dan perilaku berhubungan secara konsisten.
25
Ibid., hlm. 17
24
Saifuddin Azwar, op. cit., hlm. 16 26
Ibid., hlm. 18.

168|TOLERANSI: Media Komunikasi Umat Bergama,


Vol.6, No.2 Juli-Desember 2014
Suja’i Sarifandi: Sikap Toleransi Beragama Jama’ah Salafi

konsistensi tergantung. Pendapat ini lain.28 Sedangkan faktor eksternal adalah


menyatakan bahwa tidak selamanya sikap faktor yang terdapat di luar pribadi manusia.
berhubungan dengan perilaku. Hubungan Factor ini berupa interaksi sosial di luar
sikap dan perilaku sangat dipengaruhi oleh kelompok. Misalnya, interaksi antara
factor perantara yang mempengaruhi. Pada manusia yang dengan hasil kebudayaan
situasi tertentu diharapkan ada hubungan manusia yang sampai padanya melalui alat-
antara sikap dan perilaku, pada situasi yang alat komunikasi seperti, surat kabar, radio,
lain hubungan itu tidak ada. Pendapat ini televisi, majalah, dan sebagainya.29
ingin menyatakan bahwa masalah bukan Sebagaimana dijelaskan sebelumnya,
terletak pada “Mengapa sikap berhubungan sikap dan perilaku tidak selama harus
dengan perilaku? Atau “Mengapa sikap mengambarkan hubungan. Antara sikap
tidak berhubungan dengan perilaku?” dan perilaku sangat dipengaruhi oleh
melainkan pada pertanyaan “Kapan sikap variable antara. Variable antara yang dapat
berhubungan dengan perilaku?”. Sikap menghubungkan sikap dan perilaku itu
tidaklah suatu benda yang berdiri sendiri, meliputi; jarak sosial (social distance), situasi
melainkan sebuah proses dan interaksi yang dan kondisi individu, kepercayaan umum
melibatkan tidak saja orang dan objek berhadap dengan kepercayaan individu, dan
melainkan juga factor lain yang hadir pada factor-faktor sosial lainnya. Faktor-faktor
setiap situasi.27 antara inilah yang akan mempengaruhi
Dengan demikian tidak saja sikap kapan sikap berubah. 30 Sikap positif
terhadap objek itu dapat berbeda antara satu terhadap perdamaian dan toleransi yang ada
orang terhadap orang lain, satu orang pun di masyarakat tidak selamanya dapat
dapat berbeda sikap terhadap suatu objek terwujud dalam perilaku selama variable
yang sama dalam situasi dan kondisi yang antara tidak mendukungnya. Artinya
berbeda. Perubahan sikap pada diri individu perdamaian dapat terwujud, manakala
dipengaruhi oleh factor internal dan variable antara mendukungnya, jarak sosial
eksternal. Factor internal adalah factor yang masyarakat terkikis, kondisi individu
ada terdapat dalam diri manusia itu sendiri. mendukung, kepercayaan masyarakat
Factor ini berupa selectivity atau daya pilih sepaham dengan perdamaian, dan factor-
seseorang untuk menerima atau mengolah faktor sosial lain mendukung untuk
pengaruh-pengaruh yang datang dari luar. melakukan perdamaian.31 Dengan kata lain,
Pilihan pada diri seseorang akan mewujudkan perdamaian tidak mudah
mempengaruhi prioritas yang akan ia pilih. hanya mengandalkan pada sikap positif
Orang yang merasa takut akan berusaha semata, butuh dukungan dari segala aspek
menyelamatkan diri dari pada pilihan yang
29
Ibid., hlm. 19.
27
Ibid., hlm. 19. 30
Ibid., hlm. 20.
28
Abu Ahmadi, op.cit., hlm. 171. 31
Ibid.

169|TOLERANSI: Media Komunikasi Umat Bergama,


Vol.6, No.2 Juli-Desember 2014
Suja’i Sarifandi: Sikap Toleransi Beragama Jama’ah Salafi

dan penjuru. dan memberi keleluasaan kepada penganut


Toleransi Beragama agama lain. Dalam hubungan antar agama
Gerald O’ Collins SJ dan Edward G. toleransi dapat berupa toleransi ajaran atau
Farrugia SJ memberikan definisi toleransi toleransi dogmatis dan toleransi bukan
adalah membiarkan dalam damai orang- ajaran atau toleransi praksis.35 Dengan
orang yang mempunyai keyakinan dan toleransi dogmatis maka pemeluk agama
praktik hidup yang lain. 32 Menurut tidak menonjolkan keunggulan ajaran
Soerjono Soekanto bahwa toleransi adalah agamanya masing-masing. Dengan toleransi
suatu sikap yang merupakan perwujudan praksis maka pemeluk agama akan
pemahaman diri terhadap sikap pihak lain membiarkan pemeluk agama yang lain
yang tidak disetujui.33 Dalam Kamus Umum melaksanakan keyakinan mereka masing-
Bahasa Indonesia, toleransi berasal dari kata masing. Pemahaman demikian akan
toleran (Inggris: tolerance; Arab: tasammuh) melahirkan konsep damai dalam kehidupan
yang berarti batas ukur untuk penambahan manusia.
atau pengurangan yang masih M. Natsir menjelaskan bahwa Man is
diperbolehkan. born as sosial being (manusia dilahirkan sebagai
Secara etimologi toleransi adalah mahluk sosial). Oleh karena itu sebagai
kesabaran, ketahanan emosional, dan mahluk social, manusia tidak bisa
kelapangan dada. Sedangkan menurut melepaskan diri dari komunikasi dan
istilah (terminology), toleransi yaitu bersifat hubungan pergaulan terhadap sesama. Pada
atau bersikap menenggang (meng-hargai, tataran ini akan terjadi proses pembauran
membiarkan, membolehkan) pendirian yang tidak mungkin dihindari oleh setiap
(pendapat, pandangan, kepercayaan, manusia.36 Dalam term Islam dikenal istilah
kebiasaan) yang berbeda dan atau yang tasamuh yang berarti juga toleran. Islam
bertentangan dengan pendiriannya.34 sangat menghargai perbedaan, banyak ayat
Dengan demikian, toleransi beragama al-Qur’an yang memberi ruang kepada nilai-
adalah ialah sikap sabar dan menahan diri nilai toleran.
untuk tidak mengganggu dan tidak Toleransi yang merupakan bagian dari
melecehkan agama atau sistem keyakinan visi teologi atau akidah Islam dan masuk
dan ibadah penganut agama-agama lain. dalam kerangka sistem teologi Islam
Toleransi berarti sikap lunak, membiarkan sejatinya harus dikaji secara mendalam dan
diaplikasikan dalam kehidupan beragama
karena toleransi adalah suatu keniscayaan
32
Gerald O’ Collins SJ dan Edward G. Farrugia SJ,
Kamus Teologi, (Yogyakarta: Kanisius, 1996), hlm. 335.
33
Soerjono Soekanto, Kamus Sosiologi, (Jakarta: Royandi,
1985), hlm. 518. 35
A.M. Hardjana, Penghayatan Agama: Yang Otentik dan
34
Binsar A. Hutabarat, Kebebasan Beragama VS Toleransi Tidak Otentik, (Yogyakarta: Kanisius, 1993), hlm. 115.
Beragama, dalam http://toleran.com, Diakses pada tanggal 36
Thohir Luth, Masyarakat Madani: Solusi Damai dalam
28 Januari 2013. Perbedaan, (Jakarta: Mediacita, 2006), hlm. 76.

170|TOLERANSI: Media Komunikasi Umat Bergama,


Vol.6, No.2 Juli-Desember 2014
Suja’i Sarifandi: Sikap Toleransi Beragama Jama’ah Salafi

sosial bagi seluruh umat beragama dan ayat 1:


³V?5Ê XT m[Vl C°K% Å›R<Ù Q \\ 5¯ ȉ= SM{iU ‘›Wc
merupakan jalan bagi terciptanya
kerukunan antar umat beragama. Toleransi
‰D¯  ßSÉÙXq\ÈW*° #®ŒWVXT >SÄÈʼn ×1Å›R<Ú \È\BXT
dalam beragama bukan berarti kita hari ini
boleh bebas menganut agama tertentu dan ¸nm¯\\ Ï/̯ Wà ‹ ‰D¯  ×1ÅV Ù"U  \i<°Ã ×ÅW%WmÓU
esok hari kita menganut agama yang lain
atau dengan bebasnya mengikuti ibadah dan §ª¬¨
ritualitas semua agama tanpa adanya
peraturan yang mengikat. Akan tetapi,
toleransi beragama harus dipahami sebagai Hai manusia, Sesungguhnya Kami
bentuk pengakuan umat Islam akan adanya menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
agama-agama lain selain Islam dengan seorang perempuan dan menjadikan kamu
segala bentuk system, dan tata cara berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya
peribadatannya dan memberikan kebebasan kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya
untuk menjalankan keyakinan agama orang yang paling mulia diantara kamu di
masing-masing. sisi Allah ialah orang yang paling taqwa
Konsep toleransi yang ditawarkan Islam diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
sangatlah rasional dan praktis serta tidak mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. al-
berbelit-belit. Namun dalam hubungannya Hujarat :13).37
dengan keyakinan (akidah) dan ibadah,
C°K% ÅV Q V] s°Š Ä1ÅŽXq SÁ " ȉ= SM{iU ‘›Wc
umat Islam tidak mengenal kata kompromi.
Ini berarti keyakinan umat Islam kepada X.ÆMØ@°% „@WXT \I\BØT\w SMØ@°% WQ \\XT Q\i°PšXT ‡Ùݐ5
Allah tidak sama dengan keyakinan para
penganut agama lain terhadap tuhan-tuhan WDSÅXÄ_V" s°Š ‹ SÁ ‰"XT  =Ä_¯6XT <nm°:[ <Y\C®q
mereka. Demikian juga dengan tata cara §ª¨ ;j°Xq ×1ÅÙkQ WÆ WD[ ‹ ‰D¯  W3WP×q)]XT ž°O¯
ibadahnya. Bahkan Islam melarang
penganutnya mencela tuhan-tuhan dalam
agama manapun, maka kata tasamuh atau Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada
toleransi dalam Islam bukanlah barang baru, Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari
tetapi sudah diaplikasikan dalam kehidupan seorang diri, dan dari padanya Allah
sejak agama Islam itu lahir. Karena itu, menciptakan isterinya; dan dari pada
agama Islam adalah agama yang paling keduanya Allah memperkembang biakkan
dicintai oleh Allah, yang mana ajarannya laki-laki dan perempuan yang banyak, dan
penuh dengan al-Hanafiyyah al-Samhah bertakwalah kepada Allah yang dengan
(agama yang lurus yang penuh toleransi),
itulah agama Islam. Berikut beberapa ayat
Tim Penterjemah Depag RI, al-Qur’an dan
37
al-Qur’an yang berbicara mengenai toleransi Terjemahannya, (Makkah al-Mukarramah: Khadim al-
yaitu QS. al-Hujarat ayat 13 dan QS. al-Nisa’ Haramayn, 1991), hlm. 517.

171|TOLERANSI: Media Komunikasi Umat Bergama,


Vol.6, No.2 Juli-Desember 2014
Suja’i Sarifandi: Sikap Toleransi Beragama Jama’ah Salafi

(mempergunakan) nama-Nya kamu saling konsep yaitu:


meminta satu sama lain dan (peliharalah) 1) Pluralisme yang berati majemuk atau
hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah berbeda identitas. Pluralisme adalah
selalu menjaga dan mengawasi kamu. (QS. realitas yang tidak bisa ditolak karenanya
a-Nisa: 1). 38
penghargaan terhadap perbedaan harus
ditonjolkan oleh semua pemeluk
Kedua ayat di atas sangat jelas agama. Bila komunitas agama
memberikan ruang toleransi kepada menjunjung tinggi nilai-nilai pluralisme
manusia untuk saling kenal mengenal maka akan mengahasilkan potensi
sahingga akan tenggangrasa atau lapang konstruktif transformatif. Sebaliknya
dada dalam perbedaan dan menyadari potensi destruktif akan dominan jika
bahwa perbedaan itu sesuatu yang alami dan komunitas agama tidak mau menghargai
wajar sehingga harus diterima oleh setiap perbedaan bahkan menganggap superior
orang (agree in disagree). Sikap toleransi antar agamanya dan memandang inferior
umat beragama harus dimulai dari hidup agama lain. Pluralisme agama dalam
bertetangga baik dengan tetangga yang pendidikan agama mengindi-kasikan
seiman dengan kita atau tidak. Sikap bahwa pendidikan yang dilangsungkan
toleransi itu direfleksikan dengan cara saling dalam proses pengajaran tidak bersifat
menghormati, saling memuliakan dan saling eksklusif akan tetapi mengembangkan
tolong-menolong. Hal ini telah dicontohkan sikap inklusi-fisme terhadap berbagai
oleh Nabi Muhammad SAW., ketika suatu latar belakang kultur, agama, ras dan lain
saat beliau dan para sahabat sedang sebagainya.40
berkumpul, lewatlah rombongan orang Menurut Muhaimin sikap pluralistik
Yahudi yang mengantar jenazah, Nabi SAW adalah sikap pluralistik (kemajemukan)
langsung berdiri memberikan penghormatan. dalam hidup bukan berarti mengajak
Seorang sahabat berkata: “Bukankah seseorang untuk beragama dengan jalan
mereka orang Yahudi wahai Rasul?” Nabi sinkritisme, yakni semua agama adalah
SAW., menjawab “Ya, tapi mereka sama, dan mencampurbaurkan segala
manusia juga.”39 Dalam pengembangan agama menjadi satu. Demikian juga
toleransi beragama memuat beberapa bukan mengajak seseorang untuk
melakukan sintesis (campuran) dalam
beragama, yaitu menciptakan suatu
38
Ibid., hlm. 77. agama baru yang elemen-elemennya
39
Kisah ini sesuai dengan Hadis yang diriwayatkan oleh
Bukhari dan Muslim pada Shaheh Bukhari Muslim. Abu
diambilkan dari berbagai agama, supaya
Abdullah Muhammad bin Isma’il al-Bukhari, Shaheh al-
Bukahri, (Semarang : Toha Putra, 2003), Juz I, hlm. 27.
Abu al-Husayn bin al-Hajjaj al-Qushairiy al-Naisburiy, 40
Said Agil Husin al-Munawar, Aktualisasi Nilai-nilai
Shaheh Muslim, (Semarang : Toha Putra, 2003), Juz I, hlm. al-Qur’an Dalam Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat, 2005),
39. hlm. 122.

172|TOLERANSI: Media Komunikasi Umat Bergama,


Vol.6, No.2 Juli-Desember 2014
Suja’i Sarifandi: Sikap Toleransi Beragama Jama’ah Salafi

dengan demikian tiap-tiap pemeluk bias keagamaan dengan menonjolkan


agama merasa bahwa sebagaian ajaran emosi keagamaan dan sombol-simbol
agamanya telah terambil dalam agama keagamaan yang destruktif.
sintesis (campuran) itu. Agama sintesis 3) Dialog agama sangat diperlukan di era
tidak mungkin dapat diciptakan, karena keterbukaan ini. Dialog agama bukanlah
tiap-tiap agama mempunyai latar untuk mencari kebenaran agama
belakang sejarahnya sendidri yang tidak masing-masing (truth claim), tetapi
begitu saja dengan mudah diputuskan menjembatani segala perbedaan yang
dan tiap-tiap agama terikat kepada ada dan memuaskan semua komunitas
hukum-hukum sejarahnya sendiri. 41
yang berdialog. Oleh karena itu
2) Inklusifisme yaitu pemikiran atau sikap hendaknya bahasa yang didialogkan
yang memandang bahwa kebenaran adalah bahasa-bahasa sosial,
yang dianut oleh suatu agama adalah kepentingan bersama dan nilai-nilai
juga dianut agama lain. Oleh karena itu profan yang ada dalam agama bukan
inklusifisme memandang kebenaran sebaliknya mendialogkan hal-hal yang
yang universal yaitu memandang bahwa normatif dan dogmatis yang memang
dalam agama terdapat nilai-nilai univesal kebenarannya dimiliki dan diakui oleh
yang bisa diakui dan dianut oleh siapa penganutnya masing-masing.
saja dan dari pemeluk mana saja. Dalam WC. Smith, menambahkan bahwa
pemikiran ini terdapat titik temu antara hendaknya orang Muslim, Kristen,
agama-agama yang ada dalam aspek Budha dan agama lainnya belajar dan
tertentu dari ajaran-ajarannya. Menurut berbicara tentang keagamaan itu sendiri
Amin Abdullah membagi wilayah sosial sehingga memunculkan pemahaman
keberagamaan umat manusia, ada yang saling menghargai. Dalam
wilayah yang disebut normatifitas dan lemabaga pendidikan dialog ini sangat
sakralitas, dan pada saat yang sama juga dimungkinkan karena setiap hari
ada wilayah historitas dan profanitas.42 mereka berinteraksi sehingga
Keduanya harus terkadang bercampur memunculkan nilai-nilai penghargaan
aduk dan sangat erat kaitannya. Oleh terhadap yang lain. Dunia pendidikan
karena itu sikaf inklusif sangat bisa menjembatani dengan mengu-sung
dibutuhkan sehingga mengeli-minir budaya akademik dan intelektualitas
yang mereka miliki.43
41
Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam: Dari
Paradigma Pengembangan, Manajemen Kelembagaan, Kurikulum
Sikap Toleransi Beragama Jama’ah
hingga Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Perss, 2009), Salafi PP Umar bin Khattab
hlm. 317. Studi ini dilakukan di Pondok Pesantren
42
Amin Abdullah dalam Ahmad Norma Permata (ed),
Metodologi Studi Agama, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2000), hlm. 5. 43
Ibid., hlm. 91.

173|TOLERANSI: Media Komunikasi Umat Bergama,


Vol.6, No.2 Juli-Desember 2014
Suja’i Sarifandi: Sikap Toleransi Beragama Jama’ah Salafi

Umar bin Khattab Kelurahan Delima sikap toleransi beragama Jama’ah Salafi
Kecamatan Tampan Pekanbaru. subjek Pondok Pesantren Umar bin Khattab
penelitian ini adalah Jama’ah Salafi yang Kelurahan Delima Kecamatan Tampan
berdomisili di Kompleks Pondok Pesantren Pekanbaru terhadap Jama’ah Muslim
Umar bin Khattab Kelurahan Delima lainnya, akan ditelusuri melalui 18 (lima
Kecamatan Tampan Pekanbaru, dan yang belas) indikator, yaitu: (1) Merasakan bahwa
menjadi objek penelitian adalah sikap semua Muslim/Mu’min di lingkungan
toleransi beragama dari Jama’ah Salafi yang sekitar adalah saudara se-akidah, walaupun
berdomisili di Kompleks Pondok Pesantren bukan dari Jam’ah Salafi (2) Mengakui
Umar bin Khattab Kelurahan Delima adanya keragaman pendapat sesama
Kecamatan Tampan Pekanbaru. Populasi Muslim dalam mengamalkan ajaran Islam
dalam penelitian ini adalah Jama’ah Salafi di lingkungan sekitar, (3)Menghargai
yang terdiri dari para Pengurus dan Guru/ perbedaan pendapat sesama Muslim/Mu’min
Ustadz Pondok Pesantren Umar bin di lingkungan sekitar dalam mengamalkan
Khattab Kelurahan Delima Kecamatan ajaran Islam, (4)Menghargai perbedaan latar
Tampan Pekanbaru dan masyarakat Muslim belakang pendidikan, pengalaman dan sumber
yang berdomisili/ikut pengajian Salafi di bacaan sesama Muslim/Mu’min di
Kompleks Pondok Pesantren Umar bin lingkungan sekitar yang bukan dari latar
Khattab Kelurahan Delima Kecamatan belakang Jama’ah Salafi, (5) Berlapang dada
Tampan Pekanbaru. Populasi yang ada terhadap aktifitas Jama’ah Muslim/Mu’min di
seluruhnya berjumlah 95 Kepala Keluarga lingkungan sekitar mengamalkan ajaran agama
(KK). Oleh karena jumlah populasi tersebut yang tidak sesuai dengan manhaj Salafi, seperti
cukup sedikit, maka dalam penelitian ini : Tahlilan, Yasinan (Bulanan, Kematian, dll),
penulis tidak menggunakan sampel. Dengan PHBI (Maulid Nabi, Isra’ Mi’raj, Halal bi Halal,
demikian, penelitian inii merupakan Nuzul al-Qur’an), (6).Mengakui dan
penelitian populasi. Pengumpulan data menghormati keberadaan Tokoh Agama/
dilakukan melalui tehnik: Observasi, Ulama yang bukan dari Jama’ah Salafi, (7)
Angket, Wawancara dan Studi Dokumentasi. Menerima keberadaan berbagai kelompok,
Dari angket yang telah disebarkan golongan, aliran dan organisasi ke-Islaman di
kepada responden, lembar angket yang lingkungan sekitar (Tasawwuf/Thariqat,
dikembalikan kepada penulis sebanyak 85 Tabligh, NU, Muhammadiyah, Perti, HTI,
lembar dan dari jumlah tersebut yang tidak FPI, dll), (8).Merasa nyaman hidup
dapat diolah karena rusak sebanyak 5 bertetangga dan berdampingan dengan
lembar angket. Dengan demikian, maka saudara sesama Muslim dari berbagai
jumlah angket yang dapat diolah dalam golongan, aliran dan organisasi ke-Islaman di
bentuk tabulasi dan perhitungan sebanyak lingkungan sekitar (Tasawwuf/Thariqat,
80 lembar angket. Tabligh, NU, Muhammadiyah, Perti, HTI,
Pernyataan responden yang menunjukkan FPI, dll),

174|TOLERANSI: Media Komunikasi Umat Bergama,


Vol.6, No.2 Juli-Desember 2014
Suja’i Sarifandi: Sikap Toleransi Beragama Jama’ah Salafi

Selanjutnya ke-(9)Merasakan perlunya Muslim yang bukan dari Jama’ah Salafi yang
memiliki kemampuan untuk menyelesaikan ditimpa musibah, (15)Memberikan bantuan
masalah-masalah praktis dalam kehidupan kepada saudara sesama Muslim di lingkungan
bersama, (10) Mencari persamaan dan titik sekitar yang membutuhkan pertolongan, (16)
temu dari suatu permasalahan keagamaan Memenuhi undangan saudara sesama
di lingkungan sekitar, (11).Mengupayakan Muslim/Mu’min di lingkungan sekitar yang
adanya dialog terbuka antara Tokoh bukan dari Jama’ah Salafi, (17). Menjadi
Agama/Ulama, kelompok keagamaan dan ma’mum/imam shalat berjama’ah dengan
kelembagaan di lingkungan sekitar, sesama Muslim walaupun bukan dari Jama’ah
(12).Mengupayakan adanya kerja sama Salafi, dan (18) Mengikuti pengajian/tausiah
dengan beberapa Tokoh Agama/Ulama, dari Tokoh Agama/Ulama yang bukan dari
kelompok keagamaan dan kelembagaan di Jama’ah Salafi.
lingkungan sekitar untuk menyelesaikan Skor keseluruhan dari masing-masing
berbagai permasalahan yang terjadi, (13) variabel dan indikator sikap toleransi
Mengunjungi dan bersilaturrahim dengan beragama Jama’ah Salafi Pondok Pesantren
saudara sesama Muslim/Mu’min yang Umar bin Khattab Kelurahan Delima
bukan dari Jama’ah Salafi, (14) Mengunjungi Kecamatan Tampan Pekanbaru terhadap
dan berta’ziah ke rumah saudara sesama Jama’ah Muslim lainnya dapat dilihat pada
tabel 1.1 berikut:
Tabel 1.1
TABEL A % B % C % D % E % TOTAL
4.8 20 25,00 50 62,50 4 05,00 4 05,00 2 02,50 40
4.9 10 25,00 30 37,50 20 25,00 14 17,50 6 07,50 40
4.10 10 25,00 30 37,50 20 25,00 14 17,50 6 07,50 40
4.11 20 25,00 30 37,50 20 25,00 5 06,25 5 06,25 40
4,12 4 05,00 8 10,00 18 22,50 30 37,50 20 25,00 40
4.13 10 12,50 30 37,50 20 25,00 10 12,50 10 12,50 40
4.14 10 12,50 20 25,00 20 25,00 20 25,00 10 12,50 40
4.15 10 12,50 20 25,00 20 25,00 20 25,00 10 12,50 40
4.16 20 25,00 50 62,50 4 05,00 4 05,00 2 02,50 40
4.17 8 10,00 12 15,00 50 62,50 5 06,25 5 06,25 40
4.18 12 15,00 18 22,50 40 50,00 5 06,25 5 06,25 40
4.19 12 15,00 18 22,50 40 50,00 5 06,25 5 06,25 40
4.20 16 20,00 34 42,50 20 25,00 6 07,50 4 05,00 40
4.21 16 20,00 34 42,50 20 25,00 6 07,50 4 05,00 40
4.22 20 25,00 50 62,50 4 05,00 4 05,00 2 02,50 40
4.23 25 31,50 35 43,50 10 12,50 8 10,00 2 02,50 40
4.24 20 25,00 40 50,00 14 15,50 4 05,00 2 02,50 40
4.25 4 05,00 26 32,50 30 37,50 14 17,50 6 07,50 40
247 - 515 - 374 - 178 - 106 - -

175|TOLERANSI: Media Komunikasi Umat Bergama,


Vol.6, No.2 Juli-Desember 2014
Suja’i Sarifandi: Sikap Toleransi Beragama Jama’ah Salafi

Rekapitulasi dalam bentuk persentase sebagai berikut :


Tabel 4.26 di atas memberikan Dengan melihat dan mengkonsultasikan
gambaran bahwa opsi A sebanyak 247 kepada standar prosentase yang telah
responden, opsi B sebanyak 515 responden, ditentukan untuk mengukur sikap toleransi
opsi C sebanyak 374 responden, opsi D beragama Jama’ah Salafi Pondok Pesantren
sebanyak 178 responden dan opsi E Umar bin Khattab Kelurahan Delima
sebanyak 106 responden. Selanjutnya untuk Kecamatan Tampan Pekanbaru terhadap
memperoleh nilai total dari data tersaji, Jama’ah Muslim lainnya, diketahui berada
jumlah total responden yang memilih pada level cukup baik, ditunjukkan dengan
masing-masing opsi akan dikalikan dengan skor : 68,71%.
standar skor yang telah ditentukan pada Dengan kata lain, dari hasil
masing-masing opsi jawaban yang terdapat penghitungan hasil angket dan pengukuran
dalam angket. Perhitungan tersebut kedelapan belas indikator sikap toleransi
dilakukan sebagai berikut: beragama Jama’ah Salafi Pondok Pesantren
1) Opsi A adalah 247 x 5 = 1235 Umar bin Khattab Kelurahan Delima
2) Opsi B adalah 515 x 4 = 2060 Kecamatan Tampan Pekanbaru terhadap
3) Opsi C adalah 374 x 3 = 1122 Jama’ah Muslim lainnya, dan diketahui
4) Opsi D adalah 178 x 2 = 356 berada pada level cukup baik, yang
5) Opsi E adalah 106 x 1 = 106 ditunjukkan dengan skor: 68,71%,
memberikan gambaran bahwa sikap
Dengan demikian, maka nilai F dapat toleransi beragama yang ditunjukkan oleh
ditentukan dari pengolahan data yakni Jama’ah Salafi Pondok Pesantren Umar bin
1235+2060+1122+ 356+106=4879. Khattab Kelurahan Delima Kecamatan
Sedangkan nilai N dapat ditentukan dengan Tampan Pekanbaru terhadap Jama’ah
menjumlahkan responden yang memilih Muslim lainnya di lingkugan sekitar, dinilai
opsi A, B, C, D dan E yakni: cukup baik. Hal ini sejalan dengan
47+515+374+178+106=1420. Selanjutnya penjelasan yang disampaikan oleh Ustadz
digunakan rumus perhitungan prosentase Agus Salim, Kepala Hubungan Masyarakat
untuk menentukan nilai sikap toleransi Pondok Pesantren Umar bin Khattab
beragama Jama’ah Salafi Pondok Pesantren Kelurahan Delima Kecamatan Tampan
Umar bin Khattab Kelurahan Delima Pekanbaru, yang menyatakan bahwa
Kecamatan Tampan Pekanbaru terhadap Jama’ah Salafi Pondok Pesantren Umar bin
Jama’ah Muslim lainnya, dapat diketahui Khattab Kelurahan Delima Kecamatan
P
F
x100%
Tampan Pekanbaru lebih lunak, tegas tetapi
N tidak keras/kasar dengan mengutamakan
4879 metode bi al-Hikmah dalam menjalankan
P x100%
1420 misi dakwahnya daripada menggunakan
P  343,591% : 5  68,71% metode al-mujadalah (berdebat). Hal ini

176|TOLERANSI: Media Komunikasi Umat Bergama,


Vol.6, No.2 Juli-Desember 2014
Suja’i Sarifandi: Sikap Toleransi Beragama Jama’ah Salafi

berbeda dengan Jam’ah Salafi lainnya yang Delima Kecamatan Tampan Pekanbaru
ada di Pekanbaru dan di provinsi Riau lebih lunak/luwes, tegas tetapi tidak keras/
seperti : Jama’ah Salafi yang dipimpin oleh kasar dengan mengutamakan metode bi al-
al-Ustadz Abu al-Mundzir Dzul Akmal, Lc., Hikmah dalam menjalankan misi
(Akmaliyyun; Ma’had Ta’dzhim al-Sunnah, dakwahnya daripada menggunakan metode
Jalan Raya Pekanbaru Bangkinang Km. 19,5 al-mujadalah (berdebat). Hal ini berbeda
Rimbo Panjang Kec. Tambang Kabupaten dengan Jam’ah Salafi lainnya yang ada di
Kampar) dan Firanda al-Suruy Perawang Pekanbaru dan di provinsi Riau seperti :
yang lebih mengedepankan metode dakwah Jama’ah Salafi yang dipimpin oleh
al-mujadalah (berdebat) dan model turatsi Muhammad Dzul Akmal (Akmaliyyun) dan
sururi (kajian kitab). Oleh karena itu, Jama’ah
Firanda al-Suruy Perawang yang lebih
Salafi Pondok Pesantren Umar bin Khattab mengedepankan metode dakwah al-
Kelurahan Delima Kecamatan Tampan mujadalah (berdebat) dan model turatsi sururi
Pekanbaru pada umumnya telah berbaur (kajian kitab). Oleh karena itu, Jama’ah Salafi
dengan kehidupan masyarakat Muslim Pondok Pesantren Umar bin Khattab
lainnya di lingkungan sekitar. Bahkan Kelurahan Delima Kecamatan Tampan
lembaga pendidikan Pondok Pesantren Pekanbaru pada umumnya telah berbaur
Umar bin Khattab, selain telah terdaftar di dengan kehidupan masyarakat Muslim
Kementrian Agama Kota pekanbaru, juga lainnya di lingkungan sekitar. Bahkan
telah banyak diminati oleh masyarakat lembaga pendidikan PP.Umar bin Khattab,
Muslim yang bukan dari Jama’ah Salafi. selain telah terdaftar di Kementrian Agama
Kota Pekanbaru, juga telah banyak diminati
Kesimpulan oleh masyarakat Muslim yang bukan dari
Sikap toleransi beragama Jama’ah Salafi Jama’ah Salafi.
Pondok Pesantren Umar bin Khattab
Kelurahan Delima Kecamatan Tampan
Pekanbaru terhadap Jama’ah Muslim
lainnya, telah ditelusuri 18 (lima belas) Daftar Kepustakaan
indikator, diketahui berada pada level cukup
baik, ditunjukkan dengan skor : 68,71%. Abdul Malik Ibn Ahmad al-Mubarak
Hal ini memberikan gambaran bahwa sikap Ramadani, Madarik al-Nazhar fi al-
toleransi beragama yang ditunjukkan oleh Siyasah Bayna al-Tatbiqat al-Syar’iyah,
Jama’ah Salafi Pondok Pesantren Umar bin Ttp : Maktabah al-Furqan, 2001
Khattab Kelurahan Delima Kecamatan Abduh Zulfidar Akaha, Belajar Dari Akhlak
Tampan Pekanbaru terhadap Jama’ah Ustadz Salafi, Jakarta: Pustaka al-
Muslim lainnya di lingkugan sekitar, dinilai Kautsar, 2008
cukup baik. Jama’ah Salafi Pondok Abudin Nata, Peta keragaman pemikiran Islam
Pesantren Umar bin Khattab Kelurahan di Indonesia, Jakarta : Raja Grafindo

177|TOLERANSI: Media Komunikasi Umat Bergama,


Vol.6, No.2 Juli-Desember 2014
Suja’i Sarifandi: Sikap Toleransi Beragama Jama’ah Salafi

Persada, 2001 Rajawali Perss, 2009


Abu Abdirrahman al-Thalibi, Dakwah Muhammad Ikhsan, Gerakan Salafi Modern
Salafiyah Dakwah Bijak; Meluruskan Di Indonesia; Sebuah Upaya Membedah
Sikap Keras Da’i Salafi, Ttp : Akar Pertumbuhan Dan Ide-Ide
Maktabah al-Furqan, 2001 Substansialnya Jakarta : UI Press,
Abu Ahmadi, Psikologi Umum (Edisi Revisi), 2006
Jakarta : Rinneka Cipta, 2009 Said Agil Husin al-Munawar, Aktualisasi
Abul Asybal Ahmad bin Salim al-Mishri, Nilai-nilai al-Qur’an Dalam Pendidikan
Fatwa-fatwa Terlengkap Seputar Islam, Jakarta: Ciputat, 2005
Terorisme, Jihad dan Mengkafirkan Saifuddin Azwar, Sikap Manusia: Teori dan
Muslim, Jakarta: Darul Haq, 2006 Pengukurannya, Yogyakarta: Pustaka
Amin Abdullah dalam Ahmad Norma Pelajar, 2002
Permata (ed), Metodologi Studi Agama, ————————, Penyusunan Skala
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000 Psikologi, Yogyakarta : Pustaka
A.M. Hardjana, Penghayatan Agama: Yang Pelajar Offset, 2005
Otentik dan Tidak Otentik, Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-teori Psikologi
(Yogyakarta: Kanisius, 1993 Sosial, Jakarta: Rajawali Pres, 2005
Binsar A. Hutabarat, Kebebasan Beragama VS Soerjono Soekanto, Kamus Sosiologi, Jakarta:
Toleransi Beragama, dalam http:// Royandi, 1985
toleran.com, Diakses pada tanggal 28 Stepen P. Robbins dan Timothy Judge,
Januari 2013. Organizational Behavior (Prilaku
Biro Pusat Statistik Kota Pekanbaru, 2011 Organisasi), Terjemahan Diana
Fred Luthans, Organization Behavior (Prilaku Angelica, Bandung : PT. Remaja
Organisasi), Terjemahan Nanang Subroto, Rosdakarya, 2008
dkk., Yogyakarta : Andi Offset, 2006 Thohir Luth, Masyarakat Madani: Solusi
Gerald O’ Collins SJ dan Edward G. Damai dalam Perbedaan, Jakarta:
Farrugia SJ, Kamus Teologi, Media-cita, 2006
Yogyakarta: Kanisius, 1996 Veithzal Riva’i, Kepemimpinan dan Prilaku
Muhaimin, Rekonstruksi Pendidikan Islam: Organisasi, Jakarta : PT. Rajagrafindo
Dari Paradigma Pengembangan, Persada, 2003
Manajemen Kelembagaan, Kurikulum Yulian Purnama, “Salah Paham tentang
hingga Strategi Pembela-jaran, Jakarta: Salafy,” Buletin al-Tauhid, Edisi 18/
V Mei 2009

178|TOLERANSI: Media Komunikasi Umat Bergama,


Vol.6, No.2 Juli-Desember 2014

Anda mungkin juga menyukai