LDII atau kepanjangan dari Lembaga Dakwah Islam Indonesia adalah ajaran yang menyimpang dari kemurnian ajaran agama Islam, LDII didirikan oleh Muhammad Madigol atau nama asli nya adalah imam haji Nurhazan al-Ubaidah Lubis Amir. Paham keagamaan yang dikembangkan oleh LDII dianggap kontroversial dan meresahkan masyarakat di berbagai daerah, karena dianggap masih mengajarkan paham Darul Hadits/Islam Jama’ah yang telah dilarang oleh Jaksa Agung Republik Indonesia pada tahun 1971 namun hingga sekarang, kelompok ‘pecandu imam’ ini masih bisa lestari di tempat kita, menunjukkan betapa Indonesia merupakan lahan yang sangat subur untuk penyebaran semua aliran menyimpang. Setelah di larang organisasi ini muncul lagi dengan banyak nama-nama yang baru seperti jajasan pendidikan Islam Djama'ah, gugus depan pramuka khusus islam, Lemkari, dan lain sebagainya sebelum akhirnya sekarang di kenal dengan nama LDII. Munculnya LDII itu dilatar-belakangi oleh kondisi umat Islam di Indonesia yang telah lama terpecah belah, seperti: NU, Muhamadiyah, al Irsyad, dan sebagainya. Dalam keadaan seperti ini umat Islam harus tetap dalam jamaah, yang bukan hanya dalam melaksanakan ibadah salat, tetapi juga dalam seluruh kehidupannya. Dengan berjamaah berarti menempati satu syarat masuk surga dan menghindarkan diri dari siksa neraka. Memahami landasan ideologi LDII, dimana karena ideologi ini, mereka menjadi kelompok ekstrim eksklusif, hingga menganggap sesat atau bahkan kafir, musyrikin, najis dan ahli neraka semua orang yang berada di luar kelompoknya kecuali sudah bertaubat kepada Nurhazan bahkan darahnya halal di minum/boleh di bunuh jika diperlukan, dan klaim hanya mereka yang pasti masuk surga, kewajiban taat dan patuh hanya kepada amir tertentu seperti Nuhazan sedangkan kepada yang lainnya hanya sebatas budi luhur saja, dengan siasat taqiyah mereka boleh berbohong demi eksistensi misi dakwahnya, mencaci maki ulama di luar jama'ah nya, bersifat tertutup enggan bergaul dengan kelompok lain serta menganggap dirinya paling benar, tidak menikahkan keluarganya kecuali kepada sesama jama’ah jika menikah dengan yang bukan jama'ah nya maka sama saja menikah dengan hewan babi, dan harus rela menceraikan atau meninggalkan suami/istri yang tidak mau masuk jama’ahnya, menilai pengajian atau pengajaran Islam tidak sah kecuali secara manqul, amir, wakil Amir, dan amir-amir daerah boleh berpoligami, tetapi tidak diperbolehkan bagi jama’ah, selalu mencuci tangannya setelah bersalaman dan mencuci tempat duduk bagi tamu yang di luar jama’ahnya, pada saat khuthbah/ceramah tidak menggunakan pengeras suara keluar masjid atau tempat pengajian. LDII masih mengkaji Qur'an dan hadis yang benar-benar murni, tetapi ada beberapa hadis yang tidak di sampaikan atau di simpangkan dan pengertian hadis di salahgunakan, terutama tentang hadis jama'ah dan keimam-an. Pengakuan Nurhasan bahwa dia belajar hadis di Mekah belasan tahun, memberi pengaruh kuat kepada masyarakat yang awam tentang islam. Sehingga mudah percaya dengan apa yang diucapkan Nur Hasan. Jika tidak disebut kesombongan, cukup kita sebut pembodohan dan penipuan terhadap umat?!. Betapa tidak, jika hanya ilmu orang LDII saja yang sah, dikemanakan ulama lainnya. Ribuan orang yang belajar hadis di Mekah, Madinah, Yaman, dan negara islam lainnya. MUI telah mengeluarkan fatwa bahwa yang intinya menyatakan bahwa LDII bukanlah penerus/kelanjutan dari gerakan Islam Jamaah serta tidak menggunakan ataupun mengajarkan Islam Jamaah,, tetapi menurut salah satu sumber yaitu Ustadzah LDII ibu Hajah Chaironi pada tanggal 7 januari 2020 bahwa LDII adalah agama sesat yang di tutupi dengan banyak kebohongan, bahkan ia mengungkapkan bahwa LDII terdapat penjara bawah tanah di pondok pesantren walibarokah untuk menghukum anggotanya. LDII sekarang dipimpin oleh Abdul Aziz Bin Nurhazan, dia adalah anak dari mendiang Nurhazan al-Ubaidah sang pendiri sekte islam jama'ah yang di larang di indonesia pada tahun 1971 oleh Jaksa Agung Rebublik Indonesia. Terlepas apakah benar dan tidaknya LDII sekarang sudah tidak menggunakan atau mengajarkan islam jama'ah, akan tetapi alangkah lebih baiknya jika kita lebih berhati-hati terhadap ajaran seperti ini.