Anda di halaman 1dari 18

PERAN SYEKH ABDUL LATIF SYAKUR DALAM MEMBANGUN

KESADARAN PENDIDIKAN DI BALAI GURAH (1902-1963)

PROPOSAL

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Humaniora (S. Hum) pada Program Studi Sejarah Peradaban Islam

Oleh:

Sonia Ayudia Fitri

(4417.029)

PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BUKITTINGGI

2021 M/ 1442 H
OUTLINE

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan dan Batasan Masalah

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

D. Tinjauan Pustaka

E. Penjelasan Judul

F. Metode Penelitian

G. Sistematika Penulisan

BAB II : MONOGRAFI MINANGKABAU ABAD XX

A. Kondisi Geografi

B. Kondisi ekonomi

C. Kondisi Pendidikan

D. Kondisi Agama

E. Kondisi Sosial Budaya

BAB III : SEKILAS TENTANG SYEKH ABDUL LATIF SYAKUR

A. Biografi Syekh Abdul Latif Syakur

B. Faktor Pendorong Perjuangan

BAB IV : HASIL PENELITIAN

A. Bentuk Gerakan Syekh Abdul Latif Syakur Dalam Membangun Kesadaran

Pendidikan Di Balai Gurah

B. Pengaruh Gerakan Syekh Abdul Latif Syakur Terhadap Masyarakat Balai

Gurah
BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masyarakat Minangkabau selalu diidentikkan dengan Islam,

namun pada awal abad 20 sebagian masyarakat Minangkabau masih hidup

tidak sesuai dengan ajaran Islam. Mereka hidup tidak sesuai dengan ajaran

agama, mereka berfoya-foya, meminum-minuman keras, menghisap ganja,

perkawinan usia muda dan menyabung ayam. Hal ini tidak sesuai dengan

falsafah yang ada di Minangkabau yaitu “adat basandi syarak, syarak

basandi kitabullah”.

Keadaan tersebut melatarbelakangi sebagian masyarakat lainnya

yang punya integritas tinggi dalam pengembangan ilmu pengetahuan

agama untuk melakukan perjalanan intelektual ke Makkah. Tujuan mereka

adalah memperoleh ilmu agama dan kembali ke kampung halamannya

untuk mengembangkan berbagai disiplin ilmu keagamaan yang telah

didapatkan di Makkah. Dan menjadi tokoh masyarakat yang berpengaruh

di kampung halamannya, salah satunya yaitu Syekh Abdul Latif Syakur.

Yang mempunyai pengaruh besar terhadap kesadaran masyarakat akan

pendidikan agama di Balai Gurah

Syekh Abdul Latif Syakur lahir di Desa Air Mancur Padang

Panjang 15 agustus 1881. Pada usia 8 tahun beliau diajak ayahnya pergi ke

Makkah dan belajar disana hingga tahun 1902 M.1 Selama di Makkah,
1
Ahmad Rifa’i. 2010. Perjuangan 29 Ulama Besar Ranah Minang. Padang Panjang:
Diniyyah Research Centre (DRC). Hal. 131
Syekh Abdul Latif Syakur banyak belajar mengenai ilmu agama terutama

ilmu alquran, hadis, tata bahasa Arab, dan fiqih. Beliau belajar secara

khusus dengan Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi. 2 Selain Ahmad

Khatib, beliau juga berguru dengan Syekh Khatib Alim Kumango dan

Syekh Rukunuddin Rawa.3

Syekh Abdul Latif Syakur tidak hanya belajar, namun ia juga

sempat mengajar, yaitu menjadi pembantu Syekh Ahmad Khatib dalam

mengajar. Meskipun yang ia ajar hanya kitab-kitab dasar dalam tata bahasa

Arab, namun ia telah mendapat pengakuan Syekh Ahmad Khatib secara

tidak langsung dengan izin mengajar yang ia peroleh dari gurunya

tersebut. Salah seorang ulama yang pernah belajar dasar bahasa Arab

kepada Syekh Abdullatif selama di Makkah ialah Syekh Muhammad Jamil

Jambek.4

Setelah kembali dari Makkah, Syekh Abdul Latif Syakur

berdakwah kepada masyarakat di kampung beliau. Namun ia terkendala

bahasa karena kepergiaannya dulu masih sangat muda. Akan tetapi,

adaptasi bahasa tersebut tidak terlalu menjadi halangan karena interaksi

yang dijalinnya dengan masyarakat cukup sering.5 Ia mengamati karakter

masyarakat Balai Gurah dan masyarakat minangkabau pada umumnya

2
Apria putra, “Ulama Minangkabau Dan Sastra: Mengkaji Kepengarangan Syekh
Abdullatif Syakur Balai Gurah.” Artikel. Diakses pada Bulan Juli 2017. Hal 4
3
Apria putra, “Ulama Dan Karya Tulis; Diskursus Keislaman Di Minangkabau Abad Ke
20.” Fuaduna. Vol 1, no 2, desember 2017. Hal 142
4
Apria putra, “Ulama Minangkabau ………” Hal 5
5
Wiwin indriati, nur hasibin, “lontar ysuso banyuwangi : warna teks local dan variasi
teksd dalam manuskrip pegon di ujung timur jawa”. Jurnal manassa. Vol 9, no.1, 2019. Hal 120
yang saat itu berada dalam krisis moral. Banyak dari mereka sudah

bermegah-megah, mabuk-mabukan dan mengadu ayam. Dan banyak

perempuan yang menjalani kehidupan pernikahan diusia muda dengan

keterpaksaan sehingga tidak mendapatkan pendidikan yang layak.6

Dengan keadaan sosial seperti diatas, beliau pulang ke kampung

halamannya untuk mengamalkan ajaran gurunya, beliau melakukan tugas

dakwah yang begitu berat guna menyadarkan pelaku maksiat yang saat itu

“bersimaharaja”. Dakwah yang dilakukannya dinilai santun dengan

mendekati pelaku maksiat penuh rasa empati, apalagi dirinya pernah

menjalani kehidupan parewa. Lambat laun kampung halamannya berubah

menjadi kampung urang siak (kampung santri).7

Pada tahun 1906 M, setelah melewati masa pancaroba dan masa

penyesuaian, beliau mulai mengajar di daerah asalnya Balai Gurah dengan

mendirikan sebuah surau di Sicamin Balai Gurah, di tengah persawahan

penduduk yang sekarang ditempat itu dibangun rumah gadang.8 Selain

mengajar, beliau pun bergerak aktif dalam bidang dakwah lisan. 9 Beliau

juga memperkenalkan pemakaian alat tulis serta meja di surau itu. Meja

yang dipakainya berukuran rendah , sementara murid-murid duduk

dilantai.

6
Wiwin indriati, nur hasibin, “Lontar Ysuso Banyuwangi ………”Hal 121
7
Afri Yoni Baekoni, Haji Abdul Latif Syakur: Ulama Inovatif dan Penulis, dipost hari
Rabu 1 juli 2020
8
Huzaimah, cucu Syekh Abdul Latif Syakur, wawancara langsung, 29 september 2020
9
Damanuri, , Yang pernah belajar dengan Syekh di Biaro, Wawancara Langsung, 4
oktober 2020
Pada tahun 1912 M, Syekh Abdul Latif Syakur meresmikan

sekolah Al Tarbiyyah Al Hasanah.10 Pola pengajaran di sekolah tersebut

mirip dengan pola pengajaran di Surau Sicamin, yaitu dengan sistem

berkelas.11 Beliau banyak mengajarkan tasawuf, bahasa arab serta ilmu

pengetahuan agama Islam. Selain mengajar dan membina Surau Sicamin,

Syekh Abdul Latif Syakur juga mengajar di surau sahabatnya yaitu Syekh

Muhammad Djamil Djambek serta mengajar di Modern Islamic collage.12

Tahun 1915 beliau baru menggunakan meja tinggi dan bangku-

bangku tempat duduk seperti yang digunakan sekolah Belanda. Sekolah

yang didirikannya terhitung baru dan mirip seperti yang didirikan

Abdullah Ahmad di Padang.13

Narasi di atas menjelaskan tentang sedikit peran Syekh Abdul Latif

Syakur dalam membangun kesadaran pedidikan di Balai Gurah. Hal yang

dilakukannya adalah berdakwah dengan mendekati masyarakat, dengan

pendekatan yang santun dan mendirikan surau serta madrasah sebagai

lembaga pendidikan di Balai Gurah. Dan beliau juga dikenal sebagai

ulama yang aktif dalam menulis.14 Bahkan sampai sekarang karya beliau

masih tersimpan rapi di rumah cucu beliau di Balai Gurah. Sangat saying

jika tokoh seperti Syekh Abdul Latif Syakur tidak dituliskan untuk

diketahui orang banyak. Alasan ini lah yang melatarbelakangi penulis


10
Yulfira Riza, dosen. Wawancara via telengram . 18 Januari 2020.
11
Ahmad rifa’I, Perjuangan 29 Ulama Besar Ranah Minang, Padang Panjang, Diniyyah
Research Centre (DRC). Hal 132
12
Damanuri, Yang pernah belajar dengan Syekh di Biaro, Wawancara Langsung, 4
oktober 2020
13
Afri Yoni Baekoni, Haji Abdul Latif Syakur: Ulama Inovatif dan Penulis, dipost hari
Rabu 1 juli 2020
14
Yulfira Riza, dosen UIN IB Padang. Wawancara via telengram . 18 Januari 2020.
untuk membahas tentang Syekh Abdul Latif Syakur menjadi tema

penelitian tugas akhir penulis. Penelitian yang akan penulis lakukan diberi

judul “Peran Syekh Abdul Latif Syakur Dalam Membangun Kesadaran

Pendidikan Di Balai Gurah (1902-1963)”

B. Rumusan dan Batasan Masalah

1. Rumusan Masalah

Untuk lebih terarahnya penulisan penelitian ini maka perumusan

masalah yang akan diangkat yaitu:

1. Bagaimana sejarah hidup atau biografi dari Syekh Abdul

Latif Syakur.

2. Bagaimana bentuk kegiatan yang dilakukan Syekh Abdul

Latif Syakur dalam membangkitkan kesadaran pendidikan

di Balai Gurah.

2. Batasan Masalah

Masalah dalam penelitian ini dibatasi dalam tiga hal, yaitu batasan

temporal, batasan spasial dan batasan tematis. Masing-masing

dijelaskan sbagai berikut :

a. Batasan Temporal

Pada batasan temporal yaitu dari tahun 1902 hingga tahun

1963. Alasan pengambilan batasan ini karena tahun 1902,

Syekh Abdul Latif Syakur kembali dari Makkah dan mulai

mengajar di Balai Gurah. Pada tahun 1963 yaitu ketika Syekh


sudah tidak mengajar lagi. Tahun 1902 hingga tahun 1963

adalah sepanjang perjuangan Syekh Abdul Latif Syakur dalam

melakukan kesadaran pendidikan di Balai Gurah.

b. Batasan Spasial

Batasan spasial merupakan batasan tempat penelitian,

batasan spasial penulis yaitu Balai Gurah, Kabupaten Agam,

Sumatera Barat yang merupakan tanah kelahiran dan tempat

Syekh Abdul Latif Syakur dalam melakukan kesadaran

pendidikan.

c. Batasan Tematis

Batasan tematis merupakan batasan tema penelitian, tema

dari penelitian penulis terkait dengan gerakan Syekh Abdul

Latif Syakur.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah, tujuan penelitian yaitu :

a. Untuk mengetahui sejarah perjalanan hidup Syekh Abdul Latif

Syakur dari kecil, remaja, hingga dewasa.

b. Untuk mengetahui bagaimana bentuk kegiatan yang dilakukan

Syekh Abdul Latif Syakur dalam membangkit kesadaran

pendidikan di Balai Gurah.

2. Kegunaan Penelitian
a. Sebagai ilmu pengetahuan baru bagi diri sendiri, mahasiswa

sejarah khususnya, dan mahasiswa pada umumnya,

b. Sebagai bahan literatur dan bacaan bagi mahasiswa di Institut

Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi,

c. Sebagai sumbangan untuk menambah karya ilmiah pada

Perpustakaan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi,

d. Mengingatkan kembali kepada diri sendiri dan masyarakat akan

jasa ulama yang berjuang di Minangkabau,

e. Penelitian ini juga berguna untuk memenuhi salah satu syarat

dalam mencapai gelar sarjana (S.1) pada jurusan Sejarah Peradaban

Islam Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah Institut Agama

Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi.

D. Tinjauan Pustaka

Penulis telah membaca tulisan-tulisan yang berkaitan dengan judul

penelitian skripsi penulis, diantaranya :

Pertama yaitu artikel yang berjudul, “Kisah Kegigihan Ulama

Minang Menuntut Ilmu di Masa Lalu” yang ditulis oleh Apria Putra

(2017) membahas tentang beberapa ulama yang sangat gigih dalam

menuntut ilmu diantaranya yaitu Syekh Abdurrahman Al-Khalidi, Syekh

Abdurrahman, Syekh Sulaiman Arrasuli, Syekh Abdul Latif Syakur,

Abdul Jalil, Syekh Muhammad Isa Al-Fadani dan Syekh Mahmud serta

Syekh Aidarus Ghani. Pada artikel ini dijelaskan perjalanan Syekh Abdul

Latif Syakur dalam menuntut ilmu ke Mekkah yang diantarkan oleh


ayahnya . dan juga dijelaskan bahwasanya Syekh Abdul Latif Syakur

pernah belajar dengan Syekh Khatib Alim Kumango dan Syekh Ahmad

Khatib Al Minangkabawi.15

Kedua yaitu skripsi yang berjudul “Riwayat dan Perjuangan H.

Abdul Latif Syakur Di IV Canduang” yang ditulis oleh Sri Hartuti (1995)

skripsi ini membahas tentang riwayat dan perjuangan H. Abdul Latif

Syakur di IV Canduang dan asal usul H. Abdul Latif Syakur. Dalam

skripsi ini juga membahas perjuangan Abdul Latif Syakur dalam bidang

dakwah dan pemurnian agama Islam. 16

Ketiga yaitu artikel dengan judul “Ulama Minangkabau Dan

Sastra; Mengkaji Kepengarangan Syekh Abdul Latif Syakur Balai

Gurah” ditulis oleh Apria Putra (2017) membahas mengenai sisi

kepengarangan beliau dalam membuat karya dalam bahasa arab dan

melayu-minangkabau dalam uslub sastra. Dalam artikel ini terdapat dua

karya beliau yang menjadi objek pembahasan yaitu Khitabah dan Nazham.

Kedua karya tersebut menjelaskan rutinitas kepengarangan Syekh

Abdullatif Syakur dipengaruhi oleh beberapa aspek, antara lain

kecintaannya kepada bahasa Arab, keinginannya memberikan pengetahuan

kepada masyarakat, kondisi sosial di kampung halamannnya, produktifitas

gurunya di Mekkah, dan kitab bacaan yang menjadi kegemarannya.17

15
Apria Putra, Kisah Kegigihan Ulama Minang Menuntut Ilmu di Masa Lalu, 2017,
artikel diakses pada 4 oktober 2017
16
Sri Hartuti, Riwayat dan Perjuangan H. Abdul Latif Syakur di IV Canduang” Skripsi.
(IAIN Imam Bonjol Padang : Padang, 1995) h.
17
Apria putra, “Ulama Minangkabau Dan Sastra: Mengkaji Kepengarangan Syekh
Abdullatif Syakur Balai Gurah” artikel. Diakses pada Bulan Juli 2017
Keempat yaitu jurnal dengan judul “Konsep Nasionalisme

Perspektif Syaikh Abdul Latif Syakur” yang ditulis oleh Ridhoul Wahidi.

Dalam jurnal ini dibahas bagaimana pendapat dari Syekh Abdul Latif

Syakur dalam prinsip bela Negara.18

Berdasarkan skripsi, artikel, dan jurnal yang ada pada tinjauan

pustaka penulis merupakan tulisan yang terkait dengan topik yang hendak

penulis teliti. Hal yang membedakan tulisan penulis dengan tulisan-tulisan

yang telah ada mengenai Syekh Abdul Latif Syakur adalah tulisan penulis

merupakan penelitian skripsi yang mana akan membahas peran Syekh

Abdul Latif Syakur dalam membangun kesadaran masyarakat akan

pentingnya pendidikan di Balai Gurah. Seperti yang telah diketahui, Syekh

Abdul Latif Syakur merupakan tokoh agama yang telah berperan dalam

pendidikan Islam di Minangkabau, khususnya didaerah Balai Gurah.

E. Penjelasan Judul

Untuk menghindari terjadinya salah pengertian dalam memahami

penelitian ini maka penulis akan menjelaskan maksud dari judul penelitian

penulis “Peran Syekh Abdul Latif Syakur Dalam Membangun

Kesadaran Pendidikan Di Balai Gurah (1902-1963).”

Peran Syekh Abdul Latif Syakur yang dimaksud dijudul ini adalah

suatu aktivitas yang dilakukan oleh Syekh Abdul Latif Syakur yang

berpengaruh bagi banyak masyarakat dan memberikan dampak yang baik

terhadap kehidupan masyarakat.

18
Ridhoul Wahidi, “Konsep Nasionalisme Perspektif Syaikh Abdul Latif Syakur” ,
Religia ; Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman, Vol. 22 No. 2 2019
Dapat disimpulkan pada penelitian ini membahas tentang

bagaimana peranan Syekh Abdul Latif Syakur dalam membangun

kesadaran akan pentingnya pendidikan bagi masyarakat khususnya

masyarakat Balai Gurah.

F. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang penulis gunakan yaitu penelitian kualitatif

yang bertujuan mengetahui bagaimana bentuk gerakan Syekh Abdul Latif

Syakur dalam membangun kesadaran pendidikan di Balai Gurah, dalam

penulisannya peneliti menuliskan dengan cara deskriptif naratif. Metode

yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah

dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Pengumpulan Sumber

Menurut Dudung Abdurrahman, teknik pengumpulan sumber biasa

dinamakan heuristik. Heuristik adalah suatu teknik, seni dan bukan

suatu ilmu. Heuristik seringkali merupakan suatu keterampilan dalam

menemukan, menangani dan memperinci bibliografi atau

mengklasifikasi dan merawat catatan-catatan dan wawancara.

Wawancara atau interview merupakan teknik yang sangat penting.19

Sumber primer dalam penelitian ini adalah wawancara dengan

cucu Syekh Abdul Latif Syakur, ibu Huzaimah yang berusia 70 tahun,

juga wawancara dengan orang yang pernah bertemu dan berinteraksi

dengan Syekh Abdul Latif Syakur, yaitu bapak Damanuri salah satunya

19
Dudung Abdurrahman. 1999. Metode Penelitian Sejarah. Ciputat : Logos Wacana
Ilmu. Hal 55
yang masih hidup dan sekarang berusia 98 tahun dan sumber primer

berikutnya adalah karya-karya yang merupakan tulisan tangan dari

Syekh Abdul Latif Syakur. Sedangkan sumber sekunder adalah buku-

buku, skripsi dan artikel jurnal yang membahas tentang biografi dan

perjuangan Syekh Abdul Latif Syakur, selain itu penulis juga

mengambil sumber dari media tertulis dan orang yang pernah meneliti

tentang beliau.

2. Kritik Sumber

Setelah selesai dilaksanakannya langkah pengumpulan sumber-

sumber sejarah dalam bentuk dokumen dan wawancara maka yang

harus dilaksanakan selanjutnya adalah mengadakan kritik (verifikasi)

sumber.20 Kritik sumber terdiri dari kritik ekstren dan kritik intern.

Kritik ekstren dilakukan untuk meneliti keaslian sumber, apakah

sumber itu valid atau tiruan. Kemudian kritik intern merupakan

pengujian terhadap isi informasi dari sumber sejarah.

Jadi, kritik ekstren yang peneliti lakukan yaitu mengenai informan

yang akan peneliti jadikan sumber penulisan dan peneliti melihat siapa

yang akan diwawancarai dan apakah dia pelaku atau saksi mata dari

peristiwa tersebut. Sedangkan kritik intern, peneliti memilih informasi

yang berkaitan dengan topik pembahasan peneliti yaitu peran Syekh

Abdul Latif syakur dalam membangun kesadaran pendidikan di Balai

20
A. Daliman, Metode Penelitian Sejarah, (Penerbit Ombak, Yogyakarta : 2018),
Cetakan III, hlm. 58
Gurah. Lalu memilih kebenaran yang disampaikan oleh informan, dan

memilih kebenaran yang disampaikannya.

3. Sintesis

Setelah melakukan kritik intern maka pada tahap ini dilakukan

sintesis dengan menggunakan teknik interpretasi yaitu penafsiran fakta-

fakta sejarah, sehingga terbentuk rangkaian kalimat yang searas dan

logis.

Fakta-fakta yang diperoleh kemudian ditafsirkan, diberi makna lalu

ditemukan arti yang sebenarnya, sehingga dapat dipahami sesuai

dengan pemikiran yang relevan, logis dan berdasarkan objek penelitian

yang dikaji. Dari kegiatan kritik sumber dan sintesis kemudian

menghasilkan fakta sejarah.

4. Penulisan

Penulisan sejarah atau biasa disebut dengan historiografi menjadi

sarana mengkomunikasikan hasil-hasil penelitian yang di ungkap, diuji

dan diinterpretasi.21 Pada tahapan ini penulis berusaha semaksimal

mungkin memaparkan kemampuan penulis untuk menyusun, dan

melaporkan hasil dari penelitian penulis ke dalam sebuah tulisan yang

rasional berdasarkan hasil penelitian yang penulis dapatkan.

G. Sistematika Penulisan

BAB I : Membahas tentang pendahuluan yang berisikan latar

belakang masalah, rumusan dan batasan masalah, tujuan

21
A. Daliman, Metode Penelitian…… hal 89
dan kegunaan penelitian, penjelasan judul, tinjauan

pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : Membahas tentang Monografi Minangkabau awal abad

XX, yaitu kondisi geografis, kehidupan ekonomi,

kehidupan sosial pendidikan, kehidupan agama,

kehidupan sosial budaya.

BAB III : Membahas sekilas tentang Syekh Abdul Latif Syakur,

yaitu biografi Syekh Abdul Latif Syakur dan faktor

pendorong gerakan Syekh Abdul Latif Syakur dalam

membangun kesadaran pendidikan di Balai Gurah.

BAB IV : Pembahasan yang membahas tentang peran Syekh Abdul

Latif Syakur dalam membangun kesadaran pendidikan di

Balai Gurah.

BAB V : Penutup yang berisi kesimpulan dan saran.


DAFTAR PUSTAKA

Buku

Ahmad Rifa’i. 2010. Perjuangan 29 Ulama Besar Ranah Minang. Padang

Panjang: Diniyyah Research Centre (DRC).

A, Daliman, Metode Penelitian Sejarah, (Penerbit Ombak, Yogyakarta : 2018),

Cetakan III

Dudung Abdurrahman. 1999. Metode Penelitian Sejarah. Ciputat: Logos Wacana

Ilmu.

Skripsi

Sri Hartuti, 1995. Riwayat dan Perjuangan H. Abdul Latif Syakur di IV

Canduang” Skripsi. Padang. IAIN Imam Bonjol Padang.

Wulandari Nurul Utami. 2020. Pemikiran Pendidikan Syekh Zamzami Yunus

(Tinjauan Historis). Bukittingggi. IAIN Bukittinggi

Jurnal

Apria putra, “Ulama Dan Karya Tulis; Diskursus Keislaman Di Minangkabau

Abad Ke 20.” Fuaduna. Vol 1, no 2, 2017.

Ridhoul Wahidi, “Konsep Nasionalisme Perspektif Syaikh Abdul Latif Syakur” , Religia ;

Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman, Vol. 22 No. 2 2019

Wiwin Indriati, “lontar ysuso banyuwangi : warna teks local dan variasi teksd dalam

manuskrip pegon di ujung timur jawa”. Jurnal manassa. Vol 9, no.1, 2019
Artikel

Apria putra, “Ulama Minangkabau Dan Sastra: Mengkaji Kepengarangan Syekh

Abdullatif Syakur Balai Gurah” 2017. Artikel Diakses pada Bulan Juli 2017.

Afri Yoni Baekoni, Haji Abdul Latif Syakur: Ulama Inovatif dan Penulis, 2020,

artikel diakses dari https://bakaba.co/haji-abdul-latif-syakur-ulama-

inovatif-dan-penulis/ pada 1 Juli 2020.

Apria Putra, Kisah Kegigihan Ulama Minang Menuntut Ilmu di Masa Lalu, 2017,

artikel diakses dari https://islami.co/kisah-kegigihan-ulama-minang-

menuntut-ilmu-di-masa-lalu/ pada 4 oktober 2017.

Wawancara

Damanuri. 98 tahun. Yang pernah belajar dengan Syekh Abdul Latif Syakur.

Wawancara. 4 Oktober 2020. Tanjung Bungo, Biaro.

Huzaimah. 70 tahun. Cucu Syekh Abdul Latif Syakur. Wawancara. Balai Gurah

29 September 2020. PAUD Bunayya Balai Gurah.

Yulfira Riza, dosen. Wawancara via telengram . 18 Januari 2020.

Anda mungkin juga menyukai