BAB II
LANDASAN TEORI
1. Definisi
Jual beli (ُ )البَ ْيعsecara bahasa adalah masdar dari ع
ُ ُيَبُُْي-ع
َُ ََبyang berarti
membeli1 yaitu َُمبَادلُ َم ٍالُ ِبَ ٍالُ أ َْوُ م َقابَلَةُ َش ْي ٍءُ ب َش ْي ٍء yang berarti proses tukar
menukar harta dengan harta atau tukar menukar barang dengan barang.2 Jual
beli juga berarti pertukaran sesuatu secara mutlak.3 Kata al-bai’ dan asy-syira’
digunakan untuk makna yang sama. Keduanya termasuk kata yang memiliki
dua makna yang saling berlawanan.4 Seperti halnya kata syiraa’5 yang
20)
1
Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab-Indonesia, cet. Ke-14, (Surabaya:
Pustaka Progesif, 1917), hlm. 119
2
Abdurrahman al-Jazairi, Kitab al-Fiqh ‘Ala al- Madzhahib al-Arba’ah, (Beirut: Dar al-Kotob al-
Ilmiyah, 1971),jilid: 2, hal: 134
3
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, (Kairo: dar al-Fath lil I’lam al-arabiy, 2000), jilid: 3, hal: 89
4
Ibid.
5
Seperti halnya kata القُ ُر ْو ُُءyang memiliki dua arti yang bersebrangan dapat diartikan dengan haid
dan suci begitu juga kata bay’dan syiraa’
6
Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Aadilatuhu, (Damaskus: Dar al-Fikr, 2007), jilid: 5, hal:
3304
7
Abdurrahman Aljazairi, Al-Fiqh ‘Ala Madzahibi Arba’ah, (Beirut: dar al-kotob al-ilmiyah,
2014), jilid: 2, hal: 134-135. Al-Kasani Al-Hanafi, Badai’ash-Shonai’ Fii Tartiibi Asy-Syarai’, ( Beirut:
2
dua yaitu secara khusus dan secara umum. Jual beli dalam
pengertian khusus yaitu jual beli barang dengan harga (emas dan
perak atau alat tukar semacamnya). Sedang jual beli secara umum
berarti tukar menukar maal (barang dan harga) dengan maal yang
لتاضُ ُى ٍ ٍ
lain disebutkan juga jual beli adalah ََُ َُمبَادلُ املَالُ َبُُملَالَُُُب
ُاضُمنك ۡم
ٍ ُعنُتَ َر َٰ إاَّلُٓأَنُتَكو َن
َ ًُتََرة
Muhadzdzab
Jual beli adalah pertukaran barang yang berharga atau sesuatu yang
Dar Al-Kotob Al-Ilmiyah, 1986), jilid: 5, hal: 133. Ibn Abidin Al-Hambali, Hasyiyah Ibn Abidin, (Beirut:
Dar Al-Fikr, 1966), jilid: 4, hal: 3
8
Imam an-Nawawi, Majmu’Syarh al-Muhadzdzab, (Damaskus: Dar al-Fikr, tth), jilid: 9, hal: 149.
Syamsuddin, Mughni al-Muhtaj Ila Ma’rifati Alfadz al-Minhaj, (Damaskus: Dar al-Fikr, tth), jilid: 2. Hal: ُ
320
3
pinjaman.9
menjadikan milik.10
syariat.11
suatu bentuk perikatan atau perjanjian tukar-menukar benda atau barang yang
mempunyai nilai bermanfaat atau barang dengan uang secara suka rela antara
kedua belah pihak, dimana yang satu menerima benda atau barang dan pihak
Jual beli adalah akad muawwadhah,12 yaitu akad yang dilakukan oleh dua
9
Taqiyuddin al-Hambali, Muntahal Iraadaat Ma’a Hasyiyah Ibn Qaid, (ttp: Muasasah ar-Risalah,
1999), jilid: 2, hal: 249
10
Ibn Qudamah, Al-mughni li Ibn Qudamah, (Kairo: Maktabah al-Khahiro, 1969), jilid: 3, hal:
480
11
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, (Kairo: dar al-Fath lil I’lam al-arabiy, 2000), jilid: 3, hal: 89
12
Ahmad Bin Muhammad Ash-Shawi Al-Maliki, Hasyiyah Ash-Shawi ‘Ala Asy-Syarh Ash-
Shogir, (ttp: Maktabah Musthafa Al-Babii Al-Halbi, 1952), Jilid: 2, Hal: 2
4
tindakan atau transaksi yang telah disyariatkan, dalam arti telah jelas
1) Al-qurán
ۡ ۡ
ُُْٱَّللُٱلبَ ي َع َُو َحارَمُٱلربَ َٰوا
َح ال ا
َ ُ َوأ
“Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba” (Q.S al-
Baqarah: 275)
riba. Allah Ta’la menegaskan bahwasannya jual beli dan riba itu
Dalil berikutnya:
ۡ ۡ
ۡ َُتكلواُأ َۡم َٰولَكمُب
ا ا
ُُعنُتََُراض ة
ر َٰ
ُت نو
َ ً ََ َ َ ك تَُن
أ َُّٓل ُإ ل َٰط
ب
َ ٱل مُب ك َ َََٰٓيَيُّ َهاُٱلذ
َ َ َ ْ ٓ َ ينُءَ َامنواْ ََُّل
ن ي
ُمنك ۡم
13
Ahmad Wardi, fiqh muamalah
14
Wizaratul Auqaf Wa Syu’uni Al-Islami, Al-Maushu’ah Al-Fiqhiyah, (Kuwait: Dar as-Salasil,
1987), jilid: 9, hal. 7
15
Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, ( Jakarta: Pustaka imam asy-syafi’I, 2008), jilid: 3, hal: 696
5
jalan pernigaan yang berlaku dengan suka sama suka antara kamu”
dan pembeli.16
2) Hadits
ُص اح َحه
َ ُو َ ُم ْْبوٍر
َُ »ُرَواهُالْبَ ازار َ ُوك ُّلُبَْي ٍع،
َ ُع َملُالارجلُبيَده:
َ الَ ََيُالْ َك ْسبُأَطْيَب؟ُق
ُّ أ
ُا ْْلَاكم
no. 734)
16
Ibid.358
17
As-Shan’aani, Subulus Salam, (ttp: dar al-hadits, tth), jilid: 2, hal: 2
6
Maksud dari jual beli yang mabrur adalah jual beli yang
beli) tidak mengandung tipuan, tidak berkhianat dan tidak ada maksiat
manusia.18
Dalil berikutnya:
ُُخ ْْيٌُلَه
َ اُو ْج َهه
َ َُاَّللُِب
ف ا َ ُفَيَأِْتَُِب ْزَمةُاْلَطَب،َحدك ْمُ َحْب لَه
ُفَيَك ا،ُفَيَب َيع َها،ُعلَىُظَ ْهره َأ
ُُمنَعوه
َ ااسُأ َْعطَ ْوهُأ َْو
َ »م ْنُأَ ْنُيَ ْسأ ََلُالن
kalian yang mengambil talinya lalu dia mencari seikat kayu bakar dan
18
Abdurrahman Aljazairi, Al-Fiqh ‘Ala Madzahibi Arba’ah, (Beirut: dar al-kotob al-ilmiyah,
2014), jilid: 2, hal: 140
19
Al-bukhori, al-jaami’ash-shohih (shohih al-bukhori), ( beirut: dar thouq an-najah, tth), jilid 2,
hal 123
7
3) Ijma’
hadits. Dari dalil ijma’ umat islam sepakat bahwa jual beli hukumnya
boleh dan terdapat hikmah didalamnya.20 Jual beli juga menjadi salah
merupakan hal yang sangat urgen, dengan transaksi jual beli seseorang
kebutuhannya.22
20
Wizaratul Auqaf Wa Syu’uni Al-Islami, Al-Maushu’ah Al-Fiqhiyah, (Kuwait: Dar as-Salasil,
1987), jilid: 9, hal. 8
21
Imam Fakhruddin al-Hanafi, Tabyinul Haqaiq Syahrh Kanzu ad-Daqaiq, (Beirut: darall-Kotob
al-Ilmiyah, 2010), jilid:4, hal: 275
22
Manshur bin Yunus bin Idris al-Bahuti, Kasyaful Qinaa’ ‘An Matan al-Iqna’, (Beirut: Dar al-
Fikr, 1968), jilid: 3, hal: 145 . Ibn Qudamah al-Maqdisi, Al-Mughni, (Libanon: Dar al-Kotob al-Ilmiyah,
2008), jilid: 3, hal: 279.ُ Kamaluddin as-Sakandari dan Syamsuddin ahmad, Fathul Qadir ‘Ala Hidayah, (
Libanon: Dar al-Fikr, 1970), jilid: 6, hal: 247
23
Jalaluddin Abdirrahman bin Abi Bakar Asy-Syuyuthi, Al-Asbah wa An-Nadzhoir, (Beirut: Dar
Al-Kotob Al-Ilmiyah, 2010), hlm: 103
8
dalam kategori yang di larang. Adapun selain itu maka jual beli boleh
(QS.Al-Baqarah: 275)
ٍ ُعنُتَ َر
ُاضُمنك ْم َٰ إاَّلُٓأَنُتَكو َن
َ ًُتََرة
Rukun merupakan unsur yang membangun transaksi jual beli itu sendiri,
maka jika salah satu dari unsur itu tidak terpenuhi maka jual beli itu tidak akan
terjadi. Syarat adalah ketentuan yang harus di penuhi, dalam arti mungkin
saja jual beli itu terjadi akan tetapi belum tentu ia menjadi transaksi jual beli
yang sah, maka di lihat dari syaratnya apakah sesuai syarat atau tidak.
didalamnya. Menurut ulama Hanafiyah, rukun jual beli adalah ijab dan qabul
(shighoh) saja. Ijab- qabul merupakan petunjuk adanya maksud untuk saling
menukar dan selainnya (muathah). Adapun pelaku akad (penjual dan pembeli)
dan barang akan mengikuti akad dan bukan merupakan rukun, karena tidak
9
akan dikatakan jual beli jika tidak ada sighoh meskipun di dapati penjual dan
Rukun jual beli menurut jumhur adalah unsur yang menyebabkan adanya
(terwujudnya) sesuatu secara akalُُ baik yang merupakan hakikat dari sesuatu
itu ataupun bukan. Oleh karena itu rukun dari jual beli menurut jumhur
adalah:25
dalam jual beli jika tidak terpenuhi maka jual beli menjadi batal menurut
24
Wizaratul Auqaf Wa Syu’uni Al-Islami, Al-Maushu’ah Al-Fiqhiyah, (Kuwait: Dar as-Salasil,
1987), jilid: 9, hal: 10. Abu Bakar Alauddiin as-Samarqandi, Tuhfatul Fuqaha’, (Beirut: dar al-kotob al-
ilmiyah, 1994), jilid: 2, hal: 29. Abdurrahman Aljazairi, Al-Fiqh ‘Ala Madzahibi Arba’ah, (Beirut: dar al-
kotob al-ilmiyah, 2014), jilid: 2, hal: 141. Kamaluddin Muhammad bin abdul Wahab, Fathul Qadir ‘Ala
Hidayah,( libanon: dar al-fikr, 1970), jilid: 6, hal: 246
25
Imam an-Nawawi, As-Subkhi, Muhammad Najib, Al-Majmu’ Syarh al-Muhadzhab, ( Beirut:
dar al-kotob al-ilmiyah, 2011), jilid: 10, hal: 165. Al-Khotib as-Sarbini, Mughni al-Muhtaj, ( Beirut: dar al-
kotob al-ilmiyah, 1994), jilid: 2, hal: 323. Wizaratul Auqaf Wa Syu’uni Al-Islami, Al-Maushu’ah Al-
Fiqhiyah, (Kuwait: Dar as-Salasil, 1987), jilid: 9, hal. 10
26
Wahbah az-zuhaili, Fikih Islam Wa Adilatuhu, (Damaskus: Dar al-Fikr 2007), jilid: 5, hal
10
Syarat berlaku dalam jual beli adalah syarat-syarat yang harus di penuhi
dan jika salah satu tidak terpenuhi maka akad dari transaksi tersebut
mauquf.
‘aib, khiyar ru’yah, khiyar ta’yin, khiyar ghubni. Dengan demikian jika
dalam transaksi yang dilakukan terdapat salah satu dari hak pilihan
tersebut maka jual beli tidak berlaku pada pihak yang memiliki hak pilih
1. Definisi
Al‘inah (ُُيُنَُة
ْ )العdengan kashroh ‘ain berarti as-salaf yaitu hutang.
27
Dikatakan ُإُ ُْعُتَا َُنُُ ُالرجُل yang maksudnya seseorang laki-laki membeli
juga berarti uang cash karena ada tujuan dalam membeli barang untuk
27
Wizaratul Auqaf Wa Syu’uni Al-Islami, Al-Maushu’ah Al-Fiqhiyah, (Kuwait: dar as-salasil,
1987), jilid: 9, hal: 95
28
Al-Imam Jamaluddin Abi Fadl, Lisanul Arab, (Beirut: Dar al-Kotob al- Ilmiyah, 2009), jilid:
13, hal: 373
11
mendapatkan uang cash. Jika dikatakan ُُالعْب َد َُب َلديْنُ أ َْوَُب َلع ْي
َ ا ْش َتَيْت maka
berati arti “aku membeli budak dengan hutang atau kontan”. 29 Disebut
‘inah karena seseorang menjual sesuatu kepada orang lain dengan harga
kontan dengan harga yang lebih rendah dari harga pertama. Kamal Ibnu
1. Menurut Hanafiyah
29
Ibid. 372
30
Wizaratul Auqaf Wa Syu’uni Al-Islami, Al-Maushu’ah Al-Fiqhiyah, (Kuwait: dar as-salasil,
1987), jilid: 9, hal: 95
31
Abu al-‘Abbas Ahmad bin Muhammad al-Khalwati, Hasyiyah al-shawii ‘ala asy-Syahi ash-
Shaghir (ttp: Daar al-Ma’arif, tth), jilid: 3, hal: 129
32
Imam Fakhruddin al-Hanafi, Tabyinul Haqaiq Syarh Kanzu Daqaiq, (Libanon: Dar al-Kotob al-
Ilmiyah, 2010), Jilid: 4, hal 382
12
ketiga dalam jual beli ‘inah yakni muqridh (orang yang dihutangi)
2. Madzhab Malikiyah
3. Madzhab Syafi’i
Bai’ul ‘inah adalah seorang menjual sesuatu pada orang lain dengan
barang tersebut di beli lagi dengan harga yang lebih rendah secara
33
Ibnu Abidin , Hasyiyah Ibn Abidin,(Kairo: Dar al-Hadits, 2016),Jilid: 8, hal: 32
34
Ibid
35
Imam Ibn Rusyd Al-Andalusi Al-Qurtubi, Bidayatul Mujtahid Wa Nihayatul Muqtashid,
(Jakarta: Dar Al-Kutub al-Islamiyah, 2012), hal:131
13
4. Madzhab Hambali
tersebut) secara tunai dengan harga yang lebih rendah dari harga
pertama.
36
Imam an-Nawawi ad-Dimasyqi, Raoudhatut Thalibin, (Libanon: Dar al-Kotob al-Ilmiyah,
2013), jilid:3, hal:85-86
37
Imam an-Nawawi, Raudhatuth Thalibiin, (Beirut: Dar al-Kotob al-Ilmiyah, 2013), jilid: 3,
hlm: 85
38
Ibnu Qudamah al-Maqdisi, Hasyiyah Ibn Qudmah,(Kairo: Dar al-Hadits, 2016),Jilid: 8, hal: 32
39
Imam Fakhruddin al-Hanafi, Tabyinul Haqaiq Syahrh Kanzu ad-Daqaiq, (Beirut: darall-Kotob
al-Ilmiyah, 2010), jilid:4, hal: 382, Imam Ibn Rusyd Al-Andalusi Al-Qurtubi, Bidayatul Mujtahid Wa
Nihayatul Muqtashid, (Jakarta: Dar Al-Kutub al-Islamiyah, 2012), hal:131, Ibn M uflih al-Hambali
14
ُلُدُيُُْنَكُ ْم
َُ ُتَرجعواُإ
mengharamkan riba dan sesuatu yang menjadi wasilah kepada riba. ‘Inah
berkata,’’ saya, ibunda Zaid bin Arqam beserta istri Zaid, masuk menemui
‘Aisyah, lalu saya berkata kepada Aisyah, Saya menjual seorang budak
Zaid dengan harga delapan ratus dirham secara kredit kepada Atho’ lalu
40
HR. Abi Daud no. 3462
41
Ibnul Qayyim al-Jauziyyah, Aunul Ma’bud, (Kairo: Dar al-Hadits, 2001), jilid: 6, hal: 317
15
saya membelinya kembali dari Atho’ dengan harga enam ratus dirham
kepada Zaid bahwa jihadnya bersama Rasulullah akan sia-sia jika ia tidak
bertaubat.’’42
ُ،تُوبئسُماُاشتيت
َ ُْماُ ْش َتَي
َس َ ُبْئ:تُهلاُعائشة
ْ َُفَ َقال,ُوإّنُابْتَ ْعتهُمنهُبستمائةُنقدا،
َ
43)2255 الدارقطين
ُُُأَنَُُْزَُل،ُِفُ َُسبُُْيلُُهللا
ُْ ُُُوُتَركُواُالُ َُهاد، َُ ُواتاُبَُعُُْواُأَُُْذ َُن،
َُ ُبُالبَُ َُقر َ ُوتَبَايَع ْواَُبلع ْي نَة،
َ َبلديْنَار َُوالد ْرَهام
.ّتُُيَُُْرجُعُواُدُيُْنَُهُ ُْم
َ ُُفَ ََلُُيَُُْرفَُعُهُُ َُح،َُلء
ََُاَّللُِبُ ُْمُُب
َُ
jihad fi sabilillah, maka Allah Ta’al akan menurunkan bala dan tidak akan
42
Ibid. hal: 318
43
HR. Daruthni no. 2255
16
tidak ditemukan dalam perkara ini. bahwa transaksi ‘inah adalah salah
satu penyebab dari murka Allah Ta’ala. Untuk itu, segala yang
Fuqaha’ berbeda pendapat pada jual beli dari suatu barang tertentu
di jual kembali dengan harga yang lebih kecil. Ada dua pendapat terkait
bai’ul ‘inah:
Pertama, jual beli ‘inah hukumnya bathil, tidak diperbolehkan. Ini adalah
(hilah) untuk meligistimasi riba,46 juga sabda Nabi tentang larangan jual
beli ‘inah,
44
Ibnul Qayyim al-Jauziyyah, Aunul Ma’bud, (Kairo: Dar al-Hadits, 2001), jilid: 6, hal: 320
45
Abdul ‘Adzim Ahmad ‘Adwan, Bai’al -‘Inah Wa Hukmuhu Fiil Islam, (2008), Majalah al-Fath,
https://www.researchgate.net/publication/320621057_by_alynt_whkmh_fy_alaslam
46
Wahbah az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adilatuhu, (Damaskus: Dar al-Fikr, tth), jilid: 5, hal: 3454
17
َُ ًُّعُلَُْيكُ ُْمُذَّل
َُُّل َُ ُسلا،
َُ طُهللا َ ُوتََُرُْكتمُُالُ َُه َاد،
َُ ُُوَُرضُْيُت ُْمَُبُلازْرع،
َُ بُالبَُ َُقر
َ ُوأَُ َخُ ُْذ ُْتُأَُُْذ َُن،
َُ َبُلعينَة
ُلُدُيُُْنَكُ ْم
َُ ُيَُنُْزعهُُ َُح اّتُُتَُْرجعواُإ
“Apabila kamu melakukan jual beli dengan sistem ‘inah dan menjadikan
dirimu berada di belakang ekor sapi, ridho dengan cocok tanam dan
kehinaan, Allah tidak akan mencabut kehinaan itu dari mu sebelum kamu
Kedua, jual beli ‘inah diperbolehkan tapi makruh, ini adalah pendapat
madzhab syafi’i.
1. Madzhab Hanafi
harga adalah tanggungan pembeli. Namun dalam kasus ini uang belum
47
HR.Abu Daud no. 3462
18
beli” (HR. Ahmad, Abu Daud dan Tirmidzi dan dishahihkan oleh al-
Albani)
berbicara langsung mengenai kasus ini (kisah Zaid bin Arqam). Selain
itu, harga (alat tukar) bila belum terbayar, maka jual beli belum di
anggap terjadi sehingga jual beli keduanya secara otomatis juga tidak
hak untuk membeli barang dari orang yang belum memiliki atau
meskipun jual beli ini sah tapi tetap dianggap makruh, hingga ia
48
Imam Fakhruddin al-Hanafi, Tabyinul Haqaiq Syarh Kanzu ad-Daqaiq, (Beirut: Dar al-Kotob
al-Ilmiyah, 2010), jilid:4, hal: 382
49
Ibnu Abidin , Hasyiyah Ibn Abidin,(Kairo: Dar al-Hadits, 2016),Jilid: 8, hal: 32
50
Wahbah az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adilatuhu.terj,(Jakarta: gema insani, 2011), jilid: 5, hal:135
19
gunung hina yang dibuat oleh pemakan riba.51 Namun sebenarnya Abu
menghukuminya fasid.
2. Madzhab Maliki
diperbolehkan dan batal, karena jual beli yang kedua termasuk jual beli
digunakan adalah bai’ul ‘inah:” aku jual keledai ini kepadamu dengan
harga 20 dinar dalam tempo satu bulan. Kemudian aku beli kembali
51
Kamaluddin Muhammad bin abdul Wahab Fathul Qadir ‘Ala Hidayah, ( Libanon: Dar al-Fikr,
1970), jilid: 2, hal: 207, Raddul Mukthtar 4/ 255,291; Ibnu Abidin , Hasyiyah Ibn Abidin,(Kairo: Dar al-
Hadits, 2016),Jilid: 8, hal: 33
52
Imam Ibn Rusyd Al-Andalusi Al-Qurtubi, Bidayatul Mujtahid Wa Nihayatul Muqtashid,
(Jakarta: Dar Al-Kutub al-Islamiyah, 2012), hal:131
20
3. Madzhab Syafi’i
jual beli ini karena ‘Aliyah melakukan jual beli yang pembayarannya
batas waktu yang tidak di ketahui. Atsar ini bukan berarti ‘Aisyah
tempo. Selain itu Zaid bin Arqam adalah seorang sahabat Nabi yang
Namun Imam asy-Syafi’i juga melarang jika hal ini telah menjadi
adat yang berarti jual beli kedua menjadi syarat dalam jual beli
pertama. 56
53
Imam Muhammad bin Ahmad ad-Dasuki, Hasyiyah ad-Dasuki, (Beirut: Dar al-Kotob al-
Ilmiyah,ُُ 2011), jilid: 4, hal: 22
54
Imam asy-Syafi’i, Al-Umm, (Beirut: Dar al-Kotob al-Ilmiyah, 2009), jilid: 3, hal: 95. Wahbah
az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adilatuhu.terj,(Jakarta: gema insani, 2011), jilid: 5, hal:135
55
Imam asy-Syafi’i, Al-Umm, (Beirut: Dar al-Kotob al-Ilmiyah, 2009), jilid: 3, hal: 95
56
Ibn Qudamah al-Maqdisi, Al-Mughni, (Beirut: Dar al-Kotob al-Ilmiyah,2008), jilid: 3, hal: 351
21
4. Madzhab Hanbali
baik tersebut.58
dirham “Buruk sekali jual beli yang kamu lakukan! sampaikan kepada
tobat.59
Imam Ahmad sendiri menilai jual beli ini adalah riba, karena
mengambil ganti dengan sesuatu yang lebih kecil sehingga ada selisih
57
Ibnu Muflih al-hambali, Al-Mubdi’Syarh al-Muqni’, (Beirut: Dar al-Kotob al-Ilmiyah, 1997),
jilid: 4, hal: 48
58
Wahbah az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adilatuhu.terj,(Jakarta: gema insani, 2011), jilid: 5, hal:135
59
Abi Bakar al-Maghinani, al-Hidayah, (Kairo: Dar as-Salasil, 2006), jilid:3, hal: 980
60
Ibn Qudamah al-Maqdisi, Al-Mughni, (Beirut: Dar al-Kotob al-Ilmiyah, 2008), jilid: 3, hal: 351
22
tercela-.61
61
Muhammad bin mahmud, al-‘Inayah, (Libanon: Dar al-Fikr, 1970), jilid: 7, hal: 211