Anda di halaman 1dari 34

JENIS KALIMAT MENURUT STRUKTUR

GRAMATIKAL DAN MENURUT BENTUK GAYANYA


(RETORIKA)

Dosen: Drs. H. Nursal Hakim, M. Pd

Oleh :

1. Zahratul Aini
2. Zuriyani

D-IV KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES RIAU

T.A 2015/2016
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah yang
berjudul  “Jenis kalimat menurut struktur gramatikal dan menurut bentuk gaya
(retorika)” tepat pada waktunya. Dalam penulisan makalah ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada dosen yang telah membantu memberikan teori
sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Penulis menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna,untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan
siapa saja yang membacanya.

Pekanbaru, November 2015

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................1

1.1 Latar belakang..........................................................................................................1

1.2 Rumusan masalah.....................................................................................................1

1.3 Tujuan......................................................................................................................1

BAB 2 ISI..........................................................................................................................2

2.1 Jenis Kalimat Menurut Struktur Gramatikalnya.......................................................2

2.1.1 Kalimat Tunggal....................................................................................................2

2.1.2 Kalimat majemuk setara.........................................................................................7

2.1.3 Kalimat Majemuk Tidak Setara...........................................................................10

2.1.4 Kalimat Majemuk Campuran...............................................................................16

2.2 Jenis Kalimat Menurut Bentuk Gayanya (Retoriknya)...........................................17

2.2.1 Kalimat Yang Melepas.........................................................................................17

2.2.2 Kalimat Yang Berklimaks....................................................................................18

2.2.3 Kalimat Yang Berimbang....................................................................................18

2.2.4 Kalimat panjang pendek.......................................................................................19

2.2.5 Kalimat aktif pasif................................................................................................21

2.2.6 Kalimat inverse....................................................................................................22

2.2.7 Pengedepanan keterangan....................................................................................22

iii
BAB 3 PENUTUP...........................................................................................................24

3.1 Kesimpulan............................................................................................................24

3.2 Kiritik dan Saran....................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................25

LAMPIRAN.....................................................................................................................26

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


..........Latar belakang pembuatan makalah tentang jenis kalimat menurut struktur
gramatikal dan menurut bentuk gaya (retorika). Menurut strukturnya, kalimat
bahasa Indonesia dapat berupa kalimat tunggal dan dapat pula berupa kalimat
mejemuk. Kalimat majemuk dapat bersifat setara (koordinatif), tidak setara
(subordinatif), ataupun campuran (koordiatif-subordinatif). Gagasan yang
tunggal dinyatakan dalam kalimat tunggal; gagasan yang bersegi-segi
diungkapkan dengan kalimat majemuk ( E. Zaenal Arifin, 1995).

Jenis kalimat menurut struktur gramatikalnya yaitu kalimat tunggal,


kalimat majemuk setara, kalimat majemuk tidak setara, kalimat majemuk
campuran. Jenis kalimat menurut bentuk gayanya (retoriknya) yaitu kalimat yang
melepas, kalimat yang berklimaks, kalimat yang berimbang, kalimat panjang pendek,
kalimat aktif pasif, kalimat inverse, dan pengedepanan keterangan.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa saja yang menjadi pembagian dalam jenis kalimat?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui jenis kalimat menurut struktur gramatikal dan menurut
bentuk gaya (retorika)

2. Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan

1
BAB 2
ISI

2.1 Jenis Kalimat Menurut Struktur Gramatikalnya


Menurut strukturnya, kalimat bahasa Indonesia dapat berupa kalimat
tunggal dan dapat pula berupa kalimat mejemuk. Kalimat majemuk dapat bersifat
setara (koordinatif), tidak setara (subordinatif), ataupun campuran (koordiatif-
subordinatif). Gagasan yang tunggal dinyatakan dalam kalimat tunggal; gagasan
yang bersegi-segi diungkapkan dengan kalimat majemuk ( E. Zaenal Arifin,
1995).

2.1.1 Kalimat Tunggal


Kalimat tunggal terdiri atas satu subjek dan satu predikat. Pada
hakikatnya, kalau dilihat dari unsur-unsurnya, kalimat-kalimat yang
panjang-panjang dalam bahasa Indonesia dapat dikembalikan kepada
kalimat-kalimat dasar yang sederhana. Kalimat-kalimat tunggal yang
sederhana itu terdiri atas satu subjek dan satu predikat. Sehubungan
dengan itu, kalimat-kalimat yang panjang itu dapat pula ditelusuri pola-
pola pembentukannya. Pola-pola itulah yang dimaksud dengan pola
kalimat dasar (E. Zaenal Arifin, 1995)

Mari kita lihat sekali lagi pola-pola kalimat dasar tersebut.

1. Mahasiswa berdiskusi
S: KB + P: KK

2. Dosen ramah
S: KB + P: KS

3. Harga buku itu sepuluh ribu rupiah


S: KB + P: KBil

4. Tinggalnya di Palembang
S:KB + P: (KD + KB)

2
5. Mereka menonton film
S:KB + P:KK + O:KB

6. Paman mencarikan saya pekerjaan


S:KB + P:KK + O1:KB + O2:KB

7. Rustam peneliti
S:KB + P:KB

Pola-pola kalimat dasar ini masing-masing hendaklah dibaca sebagai


berikut.
Pola 1 adalah pola yang mengandung subjek (S) kata benda (mahasiswa)
dan predikat (P) kata kerja (berdiskusi).
Kalimat itu menjadi Mahasiswa berdiskusi
S P
Contoh lain:

1. Pertemuan APEC sudah berlangsung.


S P

2. Teori itu dikembangkan.


S P

3. Cerita itu sudah tersebar.


S P

4. Umur kita bertambah terus.


S P

Pola 2 adalah pola kalimat yang bersubjek kata benda (dosen itu) dan
berpredikat kata sifat (ramah). Kalimat itu menjadi Dosen itu ramah.
S P
Contoh lain:

1. Komputernya rusak.
S P

2. Suku bunga bank swasta tinggi.


S P

3
3. Bisnis kondominium sangat marak.
S P

4. Atlet itu cekatan sekali.


S P

Pola 3 adalah pola kalimat yang bersubjek kata benda (harga buku itu) dan
berpredikat kata bilangan (sepuluh ribu rupiah). Kalimat selengkapnya ialah
Harga buku itu sepuluh ribu rupiah.
S P

Contoh lain:

1. Panjang jalan tol Cawang-Tanjung Priok tujuh belas kilometer.


S P

2. Masalahnya seribu satu.


S P

3. Rumahnya dua buah.


S P

4. Gedung Bank Bumi Daya Pusat tiga puluh tingkat.


S P

Pola 4 adalah pola kalimat yang bersubjek kata benda (tinggalnya) dan
berpredikat frasa depan yang terdiri atas kata depan dan kata benda (di
Palembang). Kalimat ini menjadi Tinggalnya di Palembang.
S P

Contoh lain :

1. Direktur ke ruang kerja.


S P

2. Pisau pemotong dalam laci.


S P

3. Direktur perusahaan kita dari tanah suci.


S P

4. Cincin ini untuk kamu.

4
S P

Pola 5 adalah pola kalimat yang bersubjek kata benda (mereka)


berpredikat kata kerja (menonton) dan berobjek kata benda (film). Kalimat itu
menjadi Mereka menonton film.

S P O

Contoh lain :
1. Pesawat itu menembus angkasa.
S P O

2. Setiap pemilik saham mengharapkan deviden yang memuaskan.


S P O

3. Pemerintah menggalakkan ekspor nonmigas.


S P O

4. Kabinet Pembangunan VI mengutamakan pengawasan melekat.


S P O

5. Pemerintah berusaha menyedot uang yang beredar.


S P O

Pola 6 adalah pola kallimat yang terdiri atas subjek kata benda (paman),
predikat kata kerja (mencarikan), objek pertama (O 1) kata benda (saya), dan objek
kedua (O2) kata benda (pekerjaan). Selengkapnya kalimat itu menjadi

Paman mencarikan saya pekerjaan.

S P O1 O2

5
Contoh lain :
1. Dia membuatkan saya lukisan.
S P O1 O2

2. Ajaran agama menjanjikan pemeluknya keselamatan.


S P O1 O2

Pola 7 adalah pola kalimat yang bersubjek kata benda (Rustam) dan
berpredikat kata benda (peneliti). Baik subjek maupun predikat, keduanya kata
benda. Jadi, kalimat itu selengkapnya menjadi Rustam peneliti

S P

Contoh lain :
1. Suharto Bapak Pembangunan.
S P

2. Chairil Anwar tokoh penyair kenamaan.


S P

Ketujuh pola kalimat di atas masing-masing terdiri atas satu kalimat


tunggal. Setiap kalimat tunggal di atas dapat diperluas dengan menambahkan
kata-kata pada unsur-unsurnya. Dengan menambahkan kata-kata pada unsur-
unsurnya itu, kalimat akan menjadi panjang (lebih panjang daripada kalimat
asalnya), tetapi masih dapat dikenali unsur utamanya.

Kalimat mahasiswa berdiskusi dapat diperluas menjadi kalimat berikut:

Mahasiswa semester III sedang berdiskusi di aula


S p K

6
Perluasan kalimat itu adalah hasil perluasan subjek mahasiswa dengan
semester III. Perluasan predikat berdiskusi dengan sedang, dengan menambah
keterangan tempat di akhir kalimat.

Kalimat 2, yaitu Dosen itu ramah dapat diperluas menjadi

Dosen itu selalu ramah setiap hari.


S P K

Kalimat 3, yaitu Harga buku itu sepuluh ribu rupiah perbuah dapat
diperluas pula dengan kalimat

Harga buku gambar besar itu sepuluh ribu rupiah perbuah


S P

Kalimat 4, Tinggalnya di Palembang dapat diperluas menjadi kalimat

Sejak 2 tahun yang lalu tinggalnya di Palembang bagian selatan.


K S P

Kalimat 5, yaitu mereka menonton film dapat diperluas menjadi kalimat

Mereka dengan rombongannya menonton film detektif


S P O

Kalimat 6, yaitu Paman mencarikan saya pekerjaan dapat diperluas


menjadi

Paman tidak lama lagi akan menjadikan saya, keponakan tunggalnya, pekerjaan.
S P O1 O2
Kalimat 7, yaitu Rustam peneliti dapat diperluas menjadi

Rustam, anak Pak Camat, adalah seorang peneliti.


S P

7
2.1.2 Kalimat majemuk setara
Kalimat majemuk setata terjadi dari dua kaliat tunggal atau lebih.
Kalimat majemuk ini dikelompokkan menjadi empat jenis, sebagai
berikut:

1. Dua kalimat tunggal atau lebih dapat dihubungkan oleh kata dan
atau serta jika kedua klimat tunggal atau lebih itu sejalan, dan hasilnya
disebut kalimat majemuk setara penjumlahan.

Contoh:

Kami membaca.

Mereka menulis.

Kami membaca dan mereka menulis.

Tanda koma dapat digunakan jika kalimat yang digabungkan itu lebih
dari dua kalimat tunggal.

Contoh:

Direktur tenang.

Karyawan duduk teratur.

Para nasabah antre.

Direktur tenang, karyawan duduk teratur,dan para nasabah antre.

2. Dua kalimat tunggal yang berbentuk kalimat setara itu dapat


dihubungkan oleh kata tetapi jika kalimat itu menunjukkan
pertentangan, dan hasilnya disebut kalimat majemuk setara
pertentangan.

8
Contoh:

Amerika dan Jepang tergolong negara maju.

Indonesia dan Brunei Darussalam tergolong Negara berkembang.

Amerika dan Jepang tergolong Negara maju, tetapi Indonesia dan


Brunei Darussalam tergolong Negara berkembang.

Kata-kata penghubung lain yang dapat digunakan untuk


menghubungkan dua kalimat tunggal dalam kalimat majemuk setara
pertentangan ialah kata sedangkan dan melainkan seperti kalimat
berikut.

Puspiptek terletak di Serpong, sedangkan Ilustri Pesawat Terbang


Nusantara terletak di Bandung.

Ia bukan peneliti, melainkan pedagang.

3. Dua kalimat tunggal atau lebih dapat dihubugan oleh kata lalu dan
kemudian jika kejadian yang dikemukakannya berurutan, dan hasilnya
disebut kalimat majemuk setara perurutan.

Contoh:

Mula-mula disebutkan nama nama juara MTQ tingkat remaja,


kemudian disebutkan nama-nama MTQ tingkat dewasa.

Upacara serah terima pengurus koperasi sudah selesai, lalu Pak


Ustaz membacakan doa selamat.

4. Dapat pula dua kalimat tunggal atau lebih itu dihubungkan oleh
kata atau jika kalimat itu menunjukkan pemilihan, dan hasilnya
disebut kalimat majemuk setara pemilihan.
Contoh:

9
Para pemilik televise membayar iuran televisinya di kantor pos
yang terdekat, atau para petugas menagihnya ke rumah pemilik
televise langsung.

2.1.2.1 kalimat majemuk setara rapatan


Dalam kalimat majemuk setara ada yang berbentuk kalimat
rapatan, yaitu suatu bentuk yang merapatkan dua atau lebih
kalimat tunggal. Yang dirapatkan ialah unsure subjek atau unsure
objek yang sama. Dalam hal seperti ini, unsure yang sama cukup
disebutkan satu kali
Contoh kalimat majemuk setara rapatan sbagai berikut.
1. Kami berlatih
kami bertanding
kami berhasil menang
kami berlatih, kami bertanding, dan kami berhasil menang.
Kami berlatih, bertanding, dan berhasil menang.
2. Menteri Agama tidak akan membuka seminar tentang zakat.
Menteri Agama akan menutup seminar tentang zakat.
Menteri Agama tidak akan membuka, tetai akan menutup
seminar tentang zakat.

2.1.3 Kalimat Majemuk Tidak Setara


Kalimat majemuk tidak setara terdiri atas satu suku kalimat yang
bebas dan satu suku kalimat atau lebih yang tidak bebas. Jalinan kalimat
ini menggambarkan taraf kepentingan yang berbeda-beda diantara unsur
gagasan yang majemuk. Inti gagasan di tuangkan kedalam induk kalimat,
sedangkan pertaliannya dari sudut pandang waktu, sebab, akibat, tujuan,
syarat, dan sebagainya dengan aspek gagasan yang lain di ungkapkan
dalam anak kalimat.
Contoh:
1) a. Komputer itu dilengkapi dengan alat alat modern
(tunggal)

10
b. Mereka masih dapat mengacaukan data data
komputer. (Tunggal)
c. Walaupun komputer itu dilengkapi dengan alat alat
modern, mereka masih dapat mengacaukan data data
komputer itu.

2) a. Para pemain sudah lelah

b. Para pemain boleh beristirahat.

c. Karena para pemain sudah lelah, para pemain boleh


beristirahat.

d. Karena sudah lelah, para pemain boleh beristirahat.

Sudah dikatakan di atas bahwa kalimat majemuk tak setara


terbagi dalam bentuk anak kalimat dan induk kalimat. induk kalimay
ialah inti gagasan, sedangkan anak kalimat ialah pertalian gagasan
dengan hal-hal lain.

contoh:

Apabila engkau ingin melihat bak mandi panas, saya akan


membawamu ke hotel-hotel besar.

Anak kalimat:

Apabila engkau ingin melihat bak mandi panas.

Induk kalimat:

Saya akan membawamu ke hotel-hotel besar.

Penanda anak kalimat ialah kata walaupun, meskipun, sungguhpun,


karena, apabila, jika, kalau, sebab, agar, supaya, ketika, sehingga,
setelah, sesudah, sebelum, kendatipun, sekalipun, bahwa, dan
sebagainya.

11
2.1.3.1 Kalimat majemuk tak setara yang Berunsur sama
Kalimat majemuk tak setara dapat dirapatkan andai kata
unsure-unsur subjeknya sama.

Contoh:

Kami sudah lelah.

Kami ingin pulang.

Karena sudah lelah, kami ingin pulang.

Pada anak kalimat terdapat kata kami sebagai subjek anak


kalimat, dan pada induk kalimat terdapat pula kata kami sebagai
subjek induk kalimat. Dalam hal seperti ini, subjek itu
ditekankan pada induk kalimat sehingga subjek pada anak
kalimat boleh dihilangkan, dan bukan sebaliknya.

Contoh:

Karena kami sudah lelah, kami ingin pulang.

Perbaikannya:

Karena sudah lelah, kami ingin pulang.

Jika perbaikannya seperti berikut ini, kalimat menjadi salah.

Karena kami sudah lelah, ingin pulang

Berdasarkan perbaikan itu diperoleh suatu kaidah


sebagai berikut.

Jika dalam anak kalimat tidak terdapat subjek, itu berarti


bahwa subjek anak kalimat sama dengan subjek induk
kalimat.

12
Perapatan kalimat tak setara ini sering keliru. Kekeliruan
ini terjadi oleh kesalahan menalar suatu gagasan sehingga terjadi
percampuran perapatann antara subjek dan objek.

Contoh:

a. usul itu melanggar hukum.


b. Ia menyetujui usul itu.

Jika kedua kalimat itu djadikan kalimat majemuk tak setara,


subjek anak kaimat dan subjek induk kalimat harus
dieksplisitkan karena kedua subjek berbeda sehingga hasilnya
harus menjadi sebagai berikut.

c. Karena usul itu tidak melanggar hukum, ia menyetujui usul

itu.

Dalam kalimat majemuk tak setara ini terdapat persamaan antara


subjek anak kalimat dan objek induk kalimat, yaitu usul itu.
Dengan adanya kesamaan ini kadang kadang terjadilah
perapatan antara subjek anak kalimat dan objek induk kalimat,
dalam bentuk yang salah, seperti berikut ini.

Karena tidak melanggar hukum, ia menyetujui usul itu.

Kalimat ini tidak benar sebab penghilangan subjek pada anak


kalimat akan memberikan makna kesamaan subjek itu dengan
subjek pada induk kalimat. Andaikata kalimat ini dibiarkan
seperti itu, kita akan member makna sebagai berikut.

Karena (ia) tidak melanggar hukum, ia menyetujui usul itu.

Hal ini berbeda sekali dengan gagasan pertama, yaitu

13
Karena usul itu tidak melanggar hukum, ia menyetujui usul
itu.

Perhatikan kalimat berikut ini.

1. Setelah diganti dengan pita baru, mereka tidak mengalami


kesukaran mempergunakan mesin ketik itu.
2. Sebelum diletakkan di tengah ruangan, para pengawas
terlebih dahulu memperbaiki kipas angin itu.
Kalimat 1 salah karena subjek anak kalimat yang
dilesapkan akan sama dengan subjek induk kalimat. Jadi, yang
diganti pitanya dengan pita baru dalam kalimat 1 adalah mereka.
Padahal, yang diganti dengan pita baru adalah pita mesin ketik.

1a. Setelah mengganti pita mesin ketik dengan pita baru,

mereka tidak mengalami kesukaran mempergunakan mesin

ketik itu.

1b. Setelah pita mesin ketik diganti dengan pita baru, mereka
tidak mengalami kesukaran mempergunakan mesin ketik itu.

Kalimat 2 salah karena subjek anak kalimat yang di


lesapkan akan sama dengan subjek induk kalimat, yaitu para
pengawas. Padahal, yang diletakkan ditengah ruangan adalah
kipas angin. Agar subjek pada anak kalimat yang dilesapkan
sama dengan subjek pada induk kalimat, perbaikannya sebagai
berikut.

2a. Sebelum di letakkan di tengah ruangan kipas angin itu


terlebih dahulu diperbiki para pengawas.

2b. Sebelum diletakkan ditengah ruangan, para pengawas


terlebih dahulu emperbaiki kipas angin itu.

14
Perhatikan kalimat salah yang lain.

3. Jika sudah menerima biaya yang direncanakan,


pembangunan gedung itu akan segera saya mulai.

4. Setelah membaca buku itu berulang-ulang, isinya dapat


dipahami.

Kalimat 3 salah karena subjek yang dilesapkan dalam anak


kalimat (seolah-olah) adalah pembangunan gedung itu.

Padahal, yang sudah menerima biaya yang sudah direncanakan


itu adalah saya. Jadi, kalimat 3 harus diperbaiki sebagai berikut.

3a. Jika sudah menerima biaya yang direncanakan, saya akan


segera memulai pembangunan gedung itu.

3b. Jika biaya yang sudah direncanakan diterima,


pembangunan
gedung itu akan segera saya mulai.

Kalimat 4 salah karena subjek yng dilesapkan dalam anak


kalimat (seolah-olah) adalah isinya. Padahal, yang membaca
buku itu adalah mereka. Kalimat itu akan bernalar jika
diperbaiki sebagai berikut.

4a. Setelah membaca buku itu berulang-ulang, dia dapat


memahami isinya.

4b. Setelah buku itu dibacanya berung-ulang, isinya dapat


dipahami

Contoh kalimat benar yang lain sebgai berikut.

Setelah mendengar vonis hakim, terdakwa menjerit


histeris.

15
Dalam anak kalimat tidak terdapat subjek, sedangkan dalam
induk kalimat subjeknya adalah kata terdakwa. Jadi, subjek anak
kalimat pun pasti kata terdakwa sehingga kalimat di atas
bermakna.

Setelah (terdakwa) mendengar vonis hakim, terdakwa


menjerit histeris.

Penghilangan Kata Penghubung

Ada beberapa kalimat majemuk tak setar rapatan yang mencoba


mengadakan penghematan dengan menghilangkan penanda anak kalimat sehingga
kalimat itu menjadi salah.

Contoh:

Membaca surat itu, saya sangat terkejut.

Anak kalimat:

Membaca surat itu.

Induk kalimat:

Saya sangat terkejut.

Subjek kalimat itu persis sama dengan subjek pada induk kalimat, yaitu
saya.

Kalau tidak ada penanda pada anak kalimat, kalimat majemuk itu tidak
benar (tidak baku). Penanda yang dapat di pakai ialah setelah sehingga
kalimat akan menjadi

Setelah (saya) membaca surat itu, saya sangat terkejut.

Setelah membaca surat itu, saya sangat terkejut.

Beberapa contoh:

16
1. a. memasuki masa pension ia merasa mempunyai waktu yang cukup
untuk menolong orang banyak. (Salah)

b. setelah memasuki masa pensiun, ia merasa mempunyai waktu yang


cukup untuk menolong orang banyak. (Benar)

2. a. Menderita penyakit jantung, ia terpaksa berurusan dengan dokter.


(Salah)

b. Karena menderita penyakit jantung ia terpaksa berurusan dengan


dokter. (Benar)

3. a. Memasuki pulau Bali, para pembawa obor persahabatan diterima


oleh pembesar Bali. (Salah)

b. Ketika memasuki pulau Bali,para pembawa obor persahabatan

di terima oleh pembesar Bali. (Benar)

2.1.4 Kalimat Majemuk Campuran


Kalimat jenis ini terdiri atas kalimat majemuk tak setara
(bertingkat). Dan kalimat majemuk setara, atau terdiri atas kalimat
majemuk setara dan kalimat majemuk tak setara ( bertingkat).

Misalnya:

1. Karena hari sudah malam, kami berhenti dan langsung pulang.


2. Kami pulang, tetapi mereka masih bekerja karena tugasnya belum
selesai.

Kalimat pertama terdiri atas anak kalimat karena hari sudah malam
dan induk kalimat yang berupa kalimat majeemuk setara, kami
berhenti dan langsung pulang jadi, susunan kalimat pertama adalah
bertingkat + setara.

17
Kalimat kedua terdiri atas induk kalimat yang berupa kalimat
majemuk setara, kami pulang, tetapi mereka masih bekerja, dan anak
kalimat karena tugasnya belum selesai. Jadi, susunan kalimat kedua
adalah setara + bertingkat.

2.2 Jenis Kalimat Menurut Bentuk Gayanya (Retoriknya)


Menurut gaya penyampaian atau retoriknya, kalimat majemuk dapat di
golongkan menjadi 3 macam, yaitu:

1. kalimat yang melepas ( induk-anak)


2. kalimat yang berklimaks (anak-induk), dan
3. kalimat yang berimbang (setara atau campuran)

2.2.1 Kalimat Yang Melepas


Jika kalimat itu di susun dengan di awali unsur utama, yaitu induk
kalimat dan di ikuti oleh unsur tambahan yaitu anak kalimat, gaya
penyajian kalimat itu disebut melepas. Unsur anak kalimat ini seakan
akan di leaskan saja oleh penulisnya dan kalau pun unsur ini tidak
diucapkan, kalimat itu sudah bermakna lengkap.
Misalnya:
1. Saya kana di belikan vespa oleh ayah jika saya lulus ujian sarjana
2. Semua warga Negara harus menaati segala perundang undangan
yang berlaku agar kehidupan di negeri ini berjalan dengan tertib dan
aman.

2.2.2 Kalimat Yang Berklimaks


Jika kalimat itu di susun dengan di awali oleh anak kalimat dan di
ikuti oleh induk kalimat, gaya penyajian kalimat itu disebut berklimaks.
Para pembaca belum dapat memahami kalimat tersebut jika baru
membaca anak kalimatnya. Pembaca akan memahami makna kalimat itu
telah membaca induk kalimatnya. Sebelum kalimat itu selesai, terasa
bahwa ada sesuatu yang masih di tunggu yaitu induk kalimat. Setelah itu,

18
penyajian kalimat yang konstruksinya anak induk terasa berklimaks, dan
terasa membentuk ketegangan.
Misalnya:
1. Karena sulit kendaraan, ia datang terlambat ke kantornya.
2. Setelah 1.138 hari di sekap dalam sebuah ruangan, akhirnya tinggal

sandera warga negara Prancis itu di bebaskan juga.

2.2.3 Kalimat Yang Berimbang


Jika kalimat itu disusun dalam bentuk majemuk setara atau
majemuk campuran, gaya penyajian kalimat itu disebut berimbang
karena strukturnya memperlihatkan kesejajaran yang sejalan dan di
tuangkan kesdalam bangun kalimat yang simetri.

Misalnya:

1. Bursa saham tampaknya semakin bergairah investor asing dan


domistik berlomba melakukan transaksi, dan IHSG naik tajam.
2. Jika stabilitas nasional mantap, masyarakat dapat bekerja dengan
tenang dan dapat beribadat dengan leluasa.

Ketika gaya penyampaian tadi terdapat pada kalimat majemuk. Adapun


kalimat pada umumnya dapat divariasikan menjadi kalimat yang panjang
pendek, aktif pasif, inverse , dan pengedepanan keterangan.

2.2.4 Kalimat panjang pendek


Markhamah, (2009: 92) menyatakan bahwa paragraf yang baik
sebaiknya tidak seluruhnya kalimat panjang. Tetapi, sebaliknya paragraf
itu juga tidak terdiri atas kalimat-kalimat yang panjang semua.

Contoh sebagai berikut:

(1) Upaya penyempurnaan kurikulum ini guna mewujudkan


peningkatan mutu dan relevansi pendidikan yang harus dilakukan secara
menyeluruh mencakup pengembangan dimensi manusia Indonesia

19
seutuhnya, yakni aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti, pengetahuan,
keterampilan, kesehatan, seni dan budaya. (2) Pengembangan aspek-
aspek tersebut bermuara pada peningkatan dan pengembangan
kecakapan hidup yang diwujudkan melalui pencapaian kompetensi
peserta didik untuk bertahan hidup serta menyesuaikan diri dan berhasil
dalam kehidupan. (3) Kurikulum ini dikembangkan lebih lanjut sesuai
dengan kebutuhan dan keadaan daerah dan sekolah.

Pada wacana di atas kalimat 1 dan 2 merupakan kalimat panjang.


Sedangkan kalimat 3 merupakan kalimat pendek.

Soedjito, (1986:45-46) menyatakan bahwa kalimat panjang, lebih-


lebih yang terlalu panjang, sering menyulitkan pembaca. Untuk
memahaminya perlu dibaca berulang-ulang. Dengan kalimat lain,
kalimat-kalimat yang isinya sulit untuk dapat dipahami isinya, tergolong
kalimat yang tidak efektif. Agar mudah dipahami serta tidak
membosankan, kalimat panjang dapat di ubah menjadi kalimat pendek.
Namun, perlu diingat bahwa bila semua kalimat dalam paragraf terdiri
atas kalimat-kalimat pendek, maka paragraf tidak akan membentuk
kesatuan yang padu. Karena itu, keduanya harus dipakai secara
bervariasi untuk mencapai efek yang sebesar-besarnya.

Contoh:

Karena dalam kurikulum itu bidang studi bahasa Indonesia


mendapat tempat yang teratas berdasarkan alokasi waktu yang
disediakan untuk pelajaran bahasa Indonesia, yaitu 8 jam pelajaran
seminggu, sedangkan untuk bidang studi yang lain berkisar dari 2
sampai 6 jam seminggu, maka pengajaran bahasa Indonesia dianggap
sangat penting dalam rangka mencapai pendidikan nasional berdasarkan
Pancasila, yaitu untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang

20
Maha Esa, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti,
memperkuat kepribadian, dan mempertebak semangat kebangsaan.

Kalimat panjang di atas dapat diuraikan menjadi kalimat-kalimat yang


tidak seberapa panjang seperti berikut ini.

Karena dalam kurikulum itu bidang studi bahasa Indonesia


mendapat tempat yang teratas, yaitu 8 jam pelajaran seminggu;
sedangkan untuk bidang studi yang lain berkisar dari 2 sampai 6 jam
seminggu. Karena itu, pengajaran bahasa Indonesia dianggap sangat
penting dalam rangka mencapai pendidikan nasional berdasarkan
Pancasila, yaitu untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, kecerdasan, ketrampilan, mempertinggi budi pekerti,
memperkuat kepribadian, dan mempertebak semangat kebangsaan.

Mengubah kalimat panjang menjadi sebuah kalimat pendek bukan


selalu merupakan pekerjaan mudah. Penutur harus mengetahui kalimat
inti atau kalimat dasarnya. Jika kalimat panjang itu merupakan
penggabungan kalimat-kalimat pendek, penutur harus dapat mencari
kalimat asalnya dan membatasi penggabungan klausa agar tidak terlalu
panjang (Markhamah, 2009:95).

Menurut pemakaiannya (Soedjito, 1986:46) dalam karangan ilmiah


yang mengemukakan uraian-uraian atau penjelasan-penjelasan secara
terinci, sebaiknya dipakai kalimat panjang; sedangkan dalam
kesimpulan- kesimpulan pendapat sebaiknya dipakai kalimat-kalimat
pendek. Sedangkan, dalam karangan cerita, terutama cerita pendek, tepat
sekali jika dipakai kalimat-kalimat pendek. Kalimat-kalimat tersebut
akan tersusun menjadi paragraf naratif. Dialog dalam cerita tepat juga
memakai kalimat-kalimat pendek.

2.2.5 Kalimat aktif pasif


Variasi kalimat dalam bentuk aktif – pasif, adalah kalimat-kalimat yang
memuat tentang suatu paragraf yang berbentuk aktif – pasif.

21
Contoh:

a. Pohon pisang itu cepat tumbuh, kita dengan mudah dapat


menanamnya dan memeliharanya, lagipula kita tidak perlu
memupuknya, kita hanya menggali lubang, menanam dan tinggal
menunggu buahnya.

Bandingkan dengan kalimat di bawah ini:

b. Pohon pisang itu cepat tumbuh, dengan mudah pohon pisang itu
dapat ditanam dan dipelihara, lagi pula tidak perlu dipupuk, kita
hanya menggali lubang, menanam dan tinggal menunggu buahnya.

Kalimat-kalimat pada paragraf “a” semuanya berupa kalimat aktif,


sedangkan pada paragraf “b” berupa kalimat aktif dan pasif, dapat
dikatakan bahwa kalimat-kalimat pada paragraf “a” tidak bervariasi
sedangkan paragraf “b” bervariasi, namun hanya variasi aktif – pasif.

Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya melakukan suatu perbuatan


atau aktivitas. Kalimat aktif biasanya diawali oleh awalan me- atau ber-

Contoh:

• Membeli

• Bertemu

Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai suatu perbuatan


atau aktivitas. Kalimat pasif biasanya diawali oleh awalan di- atau ter-.

Contoh:

• Dipukul

• Terinjak

22
2.2.6 Kalimat inverse
Kalimat Inversi adalah kalimat yang predikatnya mendahului subjek dan
berfungsi untuk menegaskan makna dari kalimat tersebut.

Contoh:

Pak Budi menanam pohon durian.


S P O

Bawa bibit itu kemari.


P S K

Pada kalimat pertama polanya S P O yang menunjukan bahwa kalimat


tersebut adalah kalimat versi, sedangkan pada kalimat kedua memiliki
pola P S K dimana P mendahului S yang berarti kalimat tersebut adalah

kalimat Inversi.

2.2.7 Pengedepanan keterangan


Kalimat yang difokuskan diletakan pada bagian awal kalimat.

Contoh:

(1) Piala Sudirman seharusnya tidak berpindah dari bumi pertiwi ini.

(2) Sangat memprihatinkan keadaan perekonomian Indonesia saat itu.

(3) Secara beringas mereka menyerbu pertokoan itu.

Pada contoh diatas terlihat bahwa bagian awal kalimat merupakan


bagian yang difokuskan atau ditonjolkan. Unsur yang ditonjolkan pada
kalimat (1) adalah subjeknya, yaitu Piala Sudirman, pada kalimat (2)
adalah predikat, yaitu sangat memprihatinkan, dan pada kalimat (3)
adalah keterangan, yaitu secara beringas. Unsur yang dikedepankan itu
tidak ada menonjol lagi kalau susunannya diubah menjadi sebagai
berikut.

(1a) Seharusnya piala Sudirman tidak berpindah dari bumi pertiwi ini.

23
(2a) Keadaan perekonomian Indonesia saat itu sangat memprihatinkan.

(3a) Mereka menyerbu pertokoan itu secara beringas.

BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas maka diperoleh beberapa kesimpulan , yaitu :

1. Jenis-jenis kalimat bahasa Indonesia dapat dikelompokkan berdasarkan


struktur gramatikal, bentuk gaya (retorika), dan fungsi kalimat. Berdasarkan

24
struktur gramatikal, kalimat bahasa Indonesia dapat berupa kalimat tunggal dan
dapat pula berupa kalimat mejemuk.

2. Struktur gramatikal kalimat tunggal terdiri atas satu unsur subjek (S) dan satu
unsur predikat (P) dengan pola pembentukan S + P atau P + S.

3. Kalimat yang memenuhi syarat gramatikal dan retorika dimaksudkan agar


fungsi kalimat dalam menyampaikan ide atau gagasan penulis atau pembicara
dapat dipahami secara baik dan benar.

3.2 Kiritik dan Saran


Kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan penulisan
makalah di kemudian hari.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, E. Zaenal dan S Amran Tasai.1995. Cermat Berbahasa Indonesia: untuk


Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademika Pressindo.

Kosasih, H.E., 2003. Ketatabahasaan dan Kesusteraan: Cermat Berbahasa


Indonesia. Bandung: Yrama Widya.

https://akmalik.files.wordpress.com/2014/09/modul-3-pola-dan-jenis-jenis-
kalimat-g, Diakses pada tanggal 02 November 2015, Pukul 20.10 Wib

25
LAMPIRAN

Soal Latihan

1. Unsur inti dalam kalimat Sekalipun hujan deras, orang tetap berduyun-duyun
membeli karcis pertandingan final piala AFF adalah ....

A. Hujan deras.

B. Membeli karcis.

26
C. Orang berduyun-duyun.

D. Pertandingan final piala AFF.

2. Kalimat berikut yang merupakan perluasan kalimat Setiap bangsa memiliki


bahasa adalah….

A. Setiap bangsa yang ada di dunia ini memiliki bahasa yang terus-menerus
berubah sejalan dengan perubahan zaman.

B. Setiap bangsa yang memiliki bahasa akan selalu menggunakan bahasanya itu
untuk berkomunikasi dalam kehidupan bermasyarakat.

C. Setiap bangsa memiliki bahasa dan setiap bahasa selalu dimiliki dan dijunjung
tinggi oleh masyarakatnya.

D. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, setiap warga harus memiliki


bahasa sebagai sarana pengembangan budaya.

3. Adik menelepon
Kalimat luas yang polanya masih sama dengan kalimat inti di atas adalah ....

A. Adik saya tinggal di Kupang.

B. Adik saya, yang tinggal di Kupang, belajar menelepon.

C. Adik saya, yang tinggal di Kupang, menelepon kemarin.

D. Adik yang menelpon saya tinggal di Kupang.

4. Anton tinggal di Kupang. Sedangkan Yanti tinggal di Oesapa.


Struktur kalimat di atas….

27
A. sudah betul karena sudah mempunyai subjek dan predikat.

B. salah karena kedua penggalan di atas harus disatukan menjadi satu


kalimat majemuk.

C. betul karena kata sedangkan adalah ungkapan penghubung antar kalimat.

D. betul karena kata sedangkan boleh dipakai pada awal kalimat.

5. Lumpuhnya perekonomian, terutama di sektor riil, membuat bank sulit


menyalurkan kredit investasi.
Menurut strukturnya, kalimat di atas tergolong....

A. kalimat tunggal.

B. kalimat majemuk.

C. kalimat majemuk bertingkat.

D. kalimat majemuk campuran.

6. Mereka sedang belajar ketika hujan turun dengan lebat.


Klausa utama dalam kalimat majemuk di atas adalah ...

A. Mereka sedang belajar

B. Ketika hujan turun

C. Ketika hujan turun dengan lebat

28
D. Hujan lebat

7. Walaupun pemerintah sudah menganjurkan agar masyarakat tetap tenang,


mereka akan gelisah bila harga kebutuhan pokok naik.
Induk kalimat di atas adalah...

A. Pemerintah sudah menganjurkan.

B. Masyarakat tetap tenang.

C. Mereka akan gelisah.

D. Harga kebutuhan pokok naik.

8. Kalimat-kalimat berikut termasuk kalimat majemuk bertingkat, kecuali....

A. Mamasuki masa pensiun, ia merasa mempunyai waktu yang cukup untuk


menolong orang banyak.

B. Setelah memasuki masa pensiun, ia merasa mempunyai waktu yang cukup


untuk menolong orang banyak.

C. Karena menderita penyakit jantung, ia terpaksa berurusan dengan dokter.

D. Ketika memasuki Pulau Bali, para pembawa Obor Persahabatan diterima oleh
para pejabat Bali.

9. Walaupun keringat membasahi tubuhnya, namun petani itu tetap mengayunkan


cangkulnya di bawah terik matahari.
Struktur kalimat majemuk di atas salah, karena .....

29
A. kelebihan tanda koma.

B. pertentangan dua kalimat tunggal.

C. kelebihan ungkapan penghubung.

D. perluasan subjek.

10. Kalimat majemuk berikut salah, kecuali ...

A. Menurut penulis buku itu menyatakan bahwa manejemen adalah ilmu yang
menelaah kerja sama manusia dalam mencapai tujuan.

B. Menurut penulis buku itu menyatakan, bahwa manejemen adalah ilmu yang
menelaah kerja sama manusia dalam mencapai tujuan.

C. Penulis buku itu menyatakan, bahwa manejemen adalah ilmu yang menelaah
kerja sama manusia dalam mencapai tujuan.

D. Penulis buku itu menyatakan bahwa manejemen adalah ilmu yang


menelaah kerja sama manusia dalam mencapai tujuan.

30

Anda mungkin juga menyukai