Anda di halaman 1dari 14

Disaster Recovery Plan & Business Continuity Sector Manufacturing in

Pandemic Era

Audit Sistem Informasi

FAJAR SANJAYA ZAMUDI


130316234

FAKULTAS BISNIS DAN EKONOMIKA

UNIVERSITAS SURABAYA

GENAP 2019/2020
Pernyataan Keaslian Tugas

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Fajar Sanjaya Zamudi

Alamat : Jl. Tambak Gringsing No 1/2

NRP : 130316234

Program Studi : Akuntansi

Program Pendidikan : Sarjana

Dengan ini menyatakan bahwa tugas saya Audit Sistem Informasi tentang “Disaster Recovery
Plan & Business Continuity Sector Manufacturing in Pandemic Era” adalah benar-benar
merupakan karya saya sendiri dan bukan jiplakan (plagiat) dari karya orang lain serta bukan
hasil dibuat oleh orang/pihak lain. Apabila dikemudian hari ternyata pernyataan saya tersebut
tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi segala hal yang terkait dengan tugas artikel
singkat tersebut.

Demikian pernyataan keaslian tugas ini saya buat dengan sebenarnya.

Surabaya, 25 Juni 2020

Yang menyatakan

(Fajar Sanjaya)
Fakultas Bisnis dan Ekonomika

Disaster Recovery Plan & Business Continuity Sector


Manufacturing in Pandemic Era

Fajar Sanjaya Zamudi

Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Surabaya, Raya Kalirungkut, Surabaya 60293

Corresponding author: fajarsanjaya18222222@gmail.com

Abstract – Business continuity planning and disaster recovery planning are the most important elements of a business but are often ignored.
Businesses must make plans and documents that are well structured for disaster recovery and business continuation, even before a disaster
occurs. Disasters can occur briefly or they can last a long time. But when a company is ready to face any difficulties, it will thrive and survive.
This article will clearly distinguish the difference between disaster recovery plans and business continuity plans, know the role of auditors in
managing business continuity and disaster recovery, will explain the components of each plan and finally, will provide an approach that can
be followed by companies to make better contingency plans so they won't go out of business when something unhappy happens.

Keywords: Disaster recovery plan (DRP), Business continuity plan (BCP), Auditor System Information, Manufacturing industry.

Abstrak – Perencanaan kelangsungan bisnis dan Perencanaan Pemulihan Bencana adalah elemen yang paling penting dari sebuah bisnis
tetapi sering diabaikan. Bisnis harus membuat rencana dan dokumen yang terstruktur baik untuk pemulihan bencana dan kelanjutan bisnis,
bahkan sebelum terjadi bencana. Bencana bisa terjadi sebentar atau bisa berlangsung lama. Tetapi ketika sebuah perusahaan siap
menghadapi kesulitan apa pun, itu akan berkembang pesat dan bertahan. Artikel ini akan secara jelas membedakan perbedaan antara
rencana pemulihan bencana dan rencana kesinambungan bisnis, mengetahui peran auditor dalam menangani keberlangsungan bisnis dan
pemulihan bencana, akan menjelaskan komponen setiap rencana dan akhirnya, akan memberikan pendekatan yang dapat diikuti oleh
perusahaan untuk membuat rencana kontigensi yang lebih baik sehingga mereka tidak akan keluar dari bisnis ketika sesuatu tak terduga
terjadi.

Kata Kunci: Rencana pemulihan bencana (DRP), Rencana keberlanjutan bisnis (BCP), Auditor Sistem Informasi, Industri
manufaktur

I. Pendahuluan

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengungkapkan kebangkitan industri


manufaktur sangat tergantung pada kebijakan pemerintah dalam menangani pandemic virus corona.
Dimana saat ini, industri manufaktur sangat tertekan akibat virus corona. Akibatnya industri di
Indonesia pun anjlok, tercermin dari Index Purchasing Manager’s Index (PMI) manufaktur Indonesia
turun hingga menyentuh angka 27,5. Hal ini karena turunnya utilitas industri hingga 50%.

Lockdown memang saat ini seringkali muncul sebagai opsi dalam menangani pandemi virus
corona. Namun, lockdown memang banyak mengundang pro dan kontra. Beberapa mayoritas warga
di berbagai belahan dunia meminta lockdown merupakan salah salah satu cara yang paling efektif
dalam memutuskan penyebaran Covid – 19. Namun, disisi lain menyatakan bahwa banyak juga yang
menolak lockdown karena dapat menyebabkan dampak buruk bagi kehidupan masyarakat. Dengan
adannya lockdown diberlakukan disuatu negara, maka secara langsung akan mempengaruhi sektor –
sektor yang berhubungan dengan mobilitas masyarakat sehari – hari. Salah satunya adalah sektor
industri manufaktur antara lain yaitu penundaan kontrak atau bahkan tak sedikit yang mengalami
pembatalan pesanan. Hal tersebut menimbulkan Multiple effect, karena mengalami penurunan
utilitas sehingga berimbas pada pengurangan pegawai, bahkan berpotensi terjadinya pemutusan
hubungan kerja (PHK). Permasalahan lainnya adalah kelangkaan dan naiknya bahan baku, karena
terbatasya akses dari negara asal.
Adapun hasil riset Mckinsey & company menyebutkan ada 4 langka yang perlu dilakukan
perusahaan untuk menghadapi fonomena wabah corona, yaitu:

• Lindungi karyawan:

Karenannya perusahaan sudah tidak bisa lagi menjalankan bisnis seperti biasannya.
Merbaknya virus corona membuat perusahaan perlu melakukan penyesuaian dengan fokus
utama melindungi karyawa. Maka dari itu perusahaan harus melakukan kebijakan menghadapi
virus corona.

• Bentuk Tim respons virus corona

Pemerintah menyarankan perusahaan untuk membentuk satu tim respons untuk


menghadapi virus corona. Adapun empat output dari tim respons yang disarankan adalah
pengecekan kesehatan karyawan, keuangan, pasokan barang, dan pemasaran perusahaan.

• Kaji ulang terget keuangan perusahaan

Kinerja keuangan perusahaan diproyeksi akan mengalami banyak tantangan menghadapi


virus corona. Oleh karenannya, perusahaan dinilai perlu mengkaji ulang target keuangannya.
Pengkajian perlu dilakukan dengan memperhitungkan berbagai skenario wabah virus corona.

• Stabilkan pasokan

Permintaan terhadap beberapa produk tengah mengalami kenaikan, akibat


terhambatnya pasokan global. Oleh karenannya, perusahaan perlu memastikan apabila
pasokan barang terpenuhi. Salah satu langka yang perlu dilakukan perusahaan adalah mencari
pemasok baru yang tidak terganggu distribusinnya.

Untuk menjawab permasalahan perusahaan industri manufaktur yang terkena pandemi


solusinya ialah perusahaan harus menerapkan audit sistem informasi, dikarenakan dapat ditujukan
untuk mengamankan aset – aset perusahaan, menjaga integritas data, menjaga efektivitas sistem, dan
mencapai efisiensi sumber daya. Mengamankan asert yang berhubungan dengan instalasi sistem
informasi mencakup: perangkat keras (Hardware), perangkat lunak (Software), manusia (People), file
data, dokumentasi sistem, dan peralatan pendukung lainnya. Data yang berintegrasi merupakan
langka awal yang penting untuk mendapatkan hasil yang akurat. Sistem informasi harus memberikan
output berupa informasi yang diperlukan oleh pemegang keputusan. Penilaian efektivitas mengukur
apakah kinerja sistem layak dipertahankan, harus ditingkatkan atau perlu dimodifikasi atau sistem
sudah tidak layak. Sehingga harus ditinggalkan dan dicari penggantinya. Effisiensi sistem informasi
juga harus diukur untuk menghasilkan output yang diharapkan dengan sumber daya yang seminimal
mungkin.

II. Metodologi Penelitian

Menurut, S. Arie Priambodo (2009) bencana adalah suatu kejadian alam buatan manusia, atau
perpaduan antara keduannya yang terjadi secara tiba – tiba sehingga menimbulkan dampak negatif
yang dahsyat bagi kelangsungan kehidupan. Dalam kejadian bencana tersebut, unsur yang terkait
langsung atau terpengaruh harus merespons dengan melakukan tindakan perbaikan guna
menyesuaikan sekalihus memulihkan kondisi seperti semula atau menjadi lebih baik.

Menurut, Barnes (2001) bencana dalam hubungan Disaster Recovery Plan adalah segala yang
menganggu berjalannya proses bisnis sehingga menghambat suatu perusahaan dalam menjalankan
fungsinya. Bencana umumnya dianggap melumpuhkan jika bencana meniadakan salah satu atau lebih
sumber daya berikut: sumber daya manusia, fasilitas, komunikasi, daya, serta akses informasi. Dalam
hal ini metode perencanaan Business Continuity Plan sangat tepa diberlakukan.

Dalam perencanaan bencana ketika pandemi terjadi pusat data ada tetapi orang sering berada
di lokasi yang terpisah. Perencanaan Bencana (Disaster Planning) dan Proses Perencanaan
Kesinambugan Bisnis (Business Continuity Planning Processes) perlu membuat pengalaman operasi
pengguna dan bisnis yang sama mungkin, sehingga lingkungan kerja sama di lokasi rumah, seperti di
dalam kantor. Persyaratan utama adalah untuk meningkatkan kemampuan akses jarak jauh sebagai
tambahan sebelum pandemi terjadi, perencanaan berikut perlu dilakukan. Adapun sebagai berikut:

• Tetapkan tingkat staff yang diperlukan untuk proses bisnis penting


• Identifikasi siapa yang dapat bekerja dari jarak jauh dan siapa yang harus berada di kantor
• Validasi vaksinasi untuk anggota staff kunci
• Identifikasi masalah pemadaman lampu untuk staff operasi komputer
• Identifikasi persyaratan jaringkan dan kapasitas akses jarak jauh – berapa persen pekerja
yang perusahaan perluka dalam sistem agar perusahaan dapat terus beroperasi
• Latih dan uji pengguna dan staff IT tentang cara beroperasi dari lokasi rumah:
a. Memerlukan karyawan kunci untuk bekerja dari situs jarak jauh
b. Validasi kapasitas broadband ke situs jarak jauh (Pengguna di rumah)
c. Sediakan salinan Disaster Plan di lokasi rumah
• Lakukan proses untuk Synchronization of OS systems patches dan VPN Updates, jika
workstation tidak digunakan sering dinonaktifkan fitur pembaruan otomatis untuk
pembaruan keamanan. Tetapi pertahankan proses untuk melihat bahwa mereka
workstation up – to – date
• Tetapkan persyaratan khusus untuk keamanan dan PCI – DSS ketika Disaster Plan diaktifkan
untuk pandemi
• Tetapkan manajemen perubahan dan proses kontrol versi akan digunakan dan bagaimana
mereka akan dikendalikan selama pandemi

Templat DRP lebih dari 200 halaman dan mencakup semua yang diperlukan untuk
menyesuaikan Disaster Recovery Plan agar sesuai dengan kebutuhan spesifik perusahaan. Dokumen
elektronik mencakup teks tertulis yang telah terbukti dan contoh – contoh untuk bagian utama
Disaster Recovery Plan berikut:

• Rencana pendahuluan
• Analisis Dampak bisnis, termasuk matriks dampak sampel
• Tanggung jawab organisasi DRP sebelum dan sesudah bencana, daftar periksa DRP
• Strategi Pencadangan untuk Pusat Data, Server File Department, Server jaringan Nirkabel,
Data di situs – situs Outsourced, Desktops (Di kantor dan dirumah), laptop dan PDA
• Strategi Pemulihan termasuk pendekatan, proses rencana eskalasi dan point – point
keputusan.
• Disaster Recovery Procedures dalam format daftar periksa
• Rencana kerja untuk memodifikasi dan mengimplementasikan tempat. Termasuk daftar
kirirman untuk setap tugas. (Risk Assesment dan Vulnerability)

Ada bagian luas yang menunjukkan bagaimana DRP lengkap dapat dilakukan, itu termasuk:

• Disaster Recovery Manager Responsibility


• Distribution of the Disaster Recovery Plan
• Maintenance of the Business impact Analysis
• Training of the Disaster Recovery Team
• Testing of the Disaster Recovery Plan
• Evaluation of the Disaster Recovery Plan tests
• Maintenance of the Disaster Recovery Plan

2.1 Peran Auditor

Auditor memeriksa dan menilai:

• Bahwa prosedur yang dinyatakan dalam rencana BCP dan DR sebanarnya konsisten dengan
praktik nyata
• Bahwa individu tertentu dalam organisasi, yang dapat disebut sebagai petugas pemulihan
bencana, penghubung pemulihan bencana, koordinator DR, atau gelar serupa lainnya,
memiliki keterampilan teknis, pelatihan, pengalaman, dan kemampuan untuk menganalisis
kemampuan anggota tim untuk menyelesaikan tugas yang ditugaskan
• Bahwa lebih dari satu individu dilatih dan mampu melakukan fungsi tertentu. Tes dan
pertanyaan personel dapat membantu mencapai tujuan ini

Catatan yang memadai perlu disimpan oleh organisasi, auditor memeriksa catatan, penagihan,
dan kontrak untuk memverifikasi bahwa cacatan itu disimpan. Salah satu catatan tersebut adalah
daftar vendor perangkat keras dan perangkat lunak perusahaan saat ini. Daftar ini tersebut dibuat dan
diperbaruhi secara berkala untuk mencerminkan perubahan praktik bisnis. Salinannya disimpan di dan
diluar situs dan disediakan atau diakses oleh mereka yang membutuhkannya. Auditor menguji
prosedur yang digunakan untuk memenuhi tujuan ini dan menentukan efektivitasnya

2.1.2 Keputusan dan Strategi


• Penunjukkan Situs:

Hot Sites vs Cold Sites. Hot Sites dilengkapi sepenuhnya untuk melanjutkan operasi, sementara
Cold Sites tidak memiliki kemampuan itu. Situs yang Warm memiliki kemampuan untuk melanjutkan
beberapa, tetapi tidak semua operasi:

o Test dan uji coba sesekali memverifikasi kelayakan dan efektivitasnya rencana. Auditor
melihat kemungkinan bahwa operasi organisasi dapat dipertahankan pada tingkat yang
diasumsikan dalam rencana, dan kemampuan entitas untuk benar – benar membangun
operasi di lokasi
o Auditor dapat memverifikasi ini melalui kertas dan dokumentasi tanpa kertas dan
pengamatan fisik aktual, keamanan situs penyimpanan juga dikonfirmasi.

• Cadangan Data:

Audit proses pencadangan menentukan apakah efektif, dan apakah benar – benar dilaksanakan
oleh personel yang terlibat. Disaster Recovery Plan juga mencakup informasi tentang cara teknik
memulihkan data apa pun yang belum disalin. Kontrol dan perlindungan dilakukan untuk memastikan
bahwa data tidak rusak, diubah, atau dihancurkan selama proses ini.

• Latihan:

Latihan dilakukan secara berkala untuk menentukan seberapa efektif rencana itu dan untuk
menentukan perubahan apa yang mungkin diperlukan. Perhatian utama auditor disini adalah
memverifikasi bahwa latihan ini dilakukan dengan benar dan bahwa masalah yang ditemukan selama
latihan ini bisa ditangani.
III. Pembahasan
3.1 Business Continuity Planning (BCP)

Business Continuity Plan adalah sebuah rencana yang diambil suatu perusahaan untuk
mempertahankan keberlangsungan bisnisnya, BCP merupakan hal yang sangat penting dalam proses
bisnis, namun jarang menjadi prioritas karena alasan memerlukan biaya yang mahal dan sulit
penerapannya. Pembuatan Business Continuity Plan ini merupakan upaya untuk mencegah gangguan
terhadap aktivitas bisnis normal.

Business Continuity Plan (BCP) didefinisikan sebagai dokumen berisi prosedur yang bertujuan
untuk mencapai panduan perusahaan dalam merespon, melindungi, melanjutkan dan
mengembalikan (Response, Recover, Resume, Restore). Menurut Andrew Hiles, BCP adalah suatu
proses identifikasi dan proteksi terhadap proses bisnis kritis dan sumber daya yang dibutuhkan dalam
menjaga proses bisnis agar tetap berada pada level yang dapat diterima, menjaga semua sumber daya
dan mempersiapkan prosedur untuk memastikan keberlangsungan suatu organisasi pada saat dimana
bisnis terkena gangguan.

3.2 Disaster Recovery Planning

Disaster Recovery Plan adalah suatu perencanaan yang didesain untuk mengembalikan atau
melakukan Recovering operasionalitas dari suatu sistem, aplikasi atau fasilitas komputer pada suatu
tempat alternatif lain setelah terjadi bencana. Pembuatan DRP terlebih dahulu memnutuhkan analisis
proses dan kebutuhan perusahaan yang nantinya bertujuan sebagai pencegahan dampak saat
keadaan darurat. Disaster Recovery Plan merupakan suatu bagian dari keberlangsungan bisnis atau
business continuity yang berfokus pada bagaimana menangani dampak dari suatu kejadian. DRP berisi
langka – langka dalam tahap perencanaan yang dapat diimplementasikan untuk menghentikan
dampak dari suatu krisis yang tidak pernah direncanakan sebelumnya

Disaster Recovery Plan dan Business Continuity Plan membahas mengenai perencanaan untuk
keadaan darurat yang mengancam kelangsungan bisnis dan meneruskan bisnis tersebut walaupun
terjadi bencana, tujuan dari BCP dan DRP adalah menjaga bisnis tetap beroperasi meskipun ada
gangguan dan menyelamatkan sistem informasi dari dampak bencana lebih lanjut. Disaster Recovery
Plan (DRP) sangat penting bagi perusahaan agar operasional perusahaan dapat tetap berjalan
meskipun terjadi bencana.

3.3 Hubungan Business Continuity Plan (BCP) dengan Disaster Recovery Plan (DRP)

BCP dan DRP ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bisnis dalam menghadapi gangguan
terhadap operasi perusahaan. Business Continuity Plan dan Disaster Recovery Plan adalah meliputi
operasi perusahaan. Business Continuity Plan dan Disaster Recovery Plan adalah meliputi persiapan,
pengujian, dan pemutakhiran tindakan – tindakan yang diperlukan untuk melindungi proses bisnis
vital (Critical) terhadap dampak dari kegagalan jaringan dan sistem utama. Tujuan dari Business
Continuity Plan dan Disaster Recovery Plan adalah sama yaitu untuk menjamin keberlangsungan
proses bisnis penting atau utama. DRP merupakan bagian atau subset dari strategi yang ada pada BCP
dalam menghadapi bencana yang mengancam keberlangsungan proses bisnis penting. Disaster
Recovery Plan hanya berfokus pada sumber data IT, sedangkan Business Continuity Plan sifatnya lebih
luas dengan merencanakan secara menyeluruh keberlanjutan sebuah bisnis. BCP mempertimbangkan
akses ke berbagai fasilitas, keterseidaan orang, proses bisnis serta pemulihan

National Institute of Standards and Technology (NIST) mengeluarkan sebuah pedoman


perencanaan peristiwa yang mungkin terjadi untuk bagian sistem informasi ada pemerintah pusat
Amerika Serikat (Contigency Planning Guide for Federal Information Systems). Dalam dokumen
tersebut dijelaskan mengenai perencanaan – perencanaan yang dapat digunakan ketika muncul
peristiwa yang menganggu keberlangsungan sebuah proses pada perusahaan atau organisasi yang
bersangkutan. Pedoman ini menjelaskan mengenai fokus dari masing – masing perencanaan,
termasuk tentang BCP dan DRP.

Perencanaan Tujuan Ruang Lingkup Waktu Fokus


Pelaksanaan

Business Menyediakan Dibuat untuk satu Dilaksanakan Berfokus pada


Continuity Plan prosedure untuk unit proses bisnis setelah dan proses binis yang
mempertahankan saja atau seluruh selama terjadinya berjalan di suatu
proses unit bisnis di gangguan organisasi atau
operasional bisnis perusahaan atau perusahaan
dari gangguan organisasi
yang bersifat
signifikan

Disaster Menyediakan Dibuat untuk Dilaksanakan Berfokus pada


Recovery Plan prosedure untuk mengatasi sistem setelah sistem informasi
melakukan informasi yang terjadinya yang di
relokasi mengalami gangguan implementasikan
operasional ke gangguan dan suatu organisasi
lokasi alternatif membutuhkan atau perusahaan
relokasi tempat

IV. Kesimpulan

Business Continuity Plan ialah suatu rencana strategi yang dibuat berdasarkan kondisi
perusahaan untuk tetap menjalankan kegiatan bisnisnya secara berkelanjutan, walaupun perusahaan
tersebut sedang terjadi masalah. Bila suatu perusahaan telah membuat BCP mereka, maka ancaman
yang datang (baik dari interneal maupun external) dapat ditekan.

Sebelum membuat BCP, analisator melakukan analisa risiko (Risk analysis) untuk mengetahui
seberapa apa dan sebab suatu ancaman yang telah atau akan datang menimpa perusahaan. Setelah
melakukan analisas risiko, maka analisator dapat membuat BCP. Kemudian, ada beberap langka yang
digunakan untuk membuat BCP. Mulai dari langka membuat Busienss Impact, membat recovery
strategy, melakukan plan development, dan melakukan testing dan exercises.

Ada beberapa manfaat yang didapat bila menggunakan BCP. Diantarannya yaitu mengurangi
dampak bencana kepada perusahaan, mengurangi risiko kehilangan finansial, menambah
kepercayaan karyawan, klien, dan supplier, serta membantu memulihkan fungsi yang kritikal dalam
jangka waktu tertentu

Audit Sistem Informasi merupakan suatu proses pengumpulan dan pengevaluasi bukti – bukti
yang dilakukan oleh pihak yang independen & kompeten untuk mengetahui apakah suatu sistem
informasi dan sumber daya terkait, secara memadai telah dapat digunakan untuk: melindungi aset,
menjaga integritas & ketersediaan sistem dan data, menyediakan informasi yang relevan & handal,
mencapai tujuan perusahaan dengan efektif, menggunakan sumber daya dengan efisien, sistem
informasi berbasis komputer merupakan suatu rangkaian perangkat lunak & perangkat keras yang
dirancang untuk mentransformasi data menjadi informasi yang berguna, secara memadai dapat
digunakan untuk: melindungi aset, menjaga integritas dan ketersediaan sistem & handal, mencapai
tujuan organisasi dengan efektif, dan menggunakan sumber daya dengan efisien

V. Saran

Sebaiknya perusahaan di industri manufaktur harus mempertimbangkan untuk membuat


Business Continuity Plan (BCP). Sebab, meskipun pembuatan BCP tergolong mahal, ada banyak
manfaat yang didapat dengan adannya BCP di perusahaan. Salah satunya, yakni mengurangi
mengurangi dampak bencana kepada perusahaan, mengurangi risiko kehilangan finansial, menambah
kepercaaan karyawan, klien, dan supplier, serta membantu memulihak nfungsi kritikal dalam jangka
waktu tertentu.

Lalu tidak hanya BCP saja yang harus diterapkan tetapi perusahaan industri manufaktur harus
menerapkan Audit Sistem informasi, dikarenakan dengan adannya audit sistem informasi disebuah
perusahaan, maka perusahaan tersebut akan mengetahui tercapainya tujuan prosedur pengendalian
internal perusahaan atau tidak. Oleh karena itu, sangat dianjurkan pada perusahaan untuk melakukan
audit sistem informasi diperusahannya.
VI. Daftar Acuan

Arlintania Agustianawaty (2017). Audit Teknologi Informasi. Dinduh dari:


http://arlintaniaagustianawaty.blogspot.com/2017/10/audit-sistem-informasi.html / Tanggal
25 Juni 2020.

Athifa Fajri Fahmawati (2020). Faktor – faktor yang Mempengaruhi Disaster Recovery Planning dan
Business Continuity Planning. Diunduh dari:
http://lib.ibs.ac.id/materi/Prosiding/SNA%20XIX%20(19)%20Lampung%202016/makalah/010.
pdf / Tanggal 25 Juni 2020.

Barness (2001). Bencana dalam hubungan Disaster Recovery Plan. Diunduh dari:
http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2016-0035%20BAB%20II.pdf / Tanggal
25 Juni 2020.

Caesar Akbar. (2020, Mei). Pandei Corona, Utilitas Industri Manufaktur Anjlok 50 Persen. Diunduh
dari: https://bisnis.tempo.co/read/1358580/gelombang-boikot-facebook-dari-unilever-honda-
hingga-verizon / Tanggal 25 Juni 2020.

Giri Hartomo. (2020, Mei). Dua Masalah Utama Sektor Manufaktur selama Pandemi Covid-19.
Diunduh dari: https://economy.okezone.com/read/2020/05/22/320/2218098/2-masalah-
utama-sektor-manufaktur-selama-pandemi-covid-19 / Tanggal 25 Juni 2020.

Ipak Ayu H Nurcaya (2020, April). 60 Persen Industri Manufaktur Terdampak Virus Corona. Diunduh
dari: https://ekonomi.bisnis.com/read/20200422/257/1230953/waduh-60-persen-industri-
manufaktur-terdampak-virus-corona-apa-saja / Tanggal 25 Juni 2020.

Rully R. Ramli. (2020, Maret). Hadapi Virus Corona, ini 4 langka yang Perlu Dilakukan Perusahaan.
Diunduh dari: https://money.kompas.com/read/2020/03/14/164339526/hadapi-virus-corona-
ini-4-langkah-yang-perlu-dilakukan-perusahaan / Tanggal 25 Juni 2020.

S. Arie Priambodo. (2009). Definis Bencana. Diunduh dari:


http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/TSA-2016-0035%20BAB%20II.pdf / Tanggal
25 Juni 2020.

Taufik Fajar (2020, Mei). Bangkitnya Industri Manufaktur Tergantung Penanganan Covid-19. Diunduh
dari: https://economy.okezone.com/read/2020/05/08/320/2210991/bangkitnya-industri-
manufaktur-tergantung-penanganan-covid-19 / Tanggal 25 Juni 2020.

Usep Solehudin (2005). Business Continuity and Disaster Recovery Plan. Diunduh dari:
http://ftp.gunadarma.ac.id/linux/docs/v06/Kuliah/MTI-Keamanan-Sistem-
Informasi/2005/128/128P-08-final1.0-disaster-recovery-and-business-continuity-plan.pdf /
Tanggal 25 Juni 2020.

Universitas Kristen Maranantha (2020). Disaster Recovery Plan, Business Continuity Plan, Bencana.
Diunduh dari: https://docplayer.info/40955676-disaster-recovery-plan-business-continuity-
plan-bencana-universitas-kristen-maranatha.html / Tanggal 25 Juni 2020.

Anda mungkin juga menyukai