id
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
commit to user
69
perpustakaan.uns.ac.id 70
digilib.uns.ac.id
situasi dan suasana keindonesiaan (lokal). Perkawinan dua dimensi itu tak
urung melahirkan sebuah wacana baru dalam kehidupan teater modern
Indonesia dan tradisi penulisan sastra drama di Indonesia. Seperti Sampek
Engtay, sebuah kisak cinta klasik yang tragis sekaligus romantik dan
merupakan khazanah cerita rakyat Tiongkok, telah disadur oleh Nano,
diadaptasi dengan kebudayaan serta keadaan masyarakat di Indonesia
tanpa mengubah cerita di dalamnya, menjadikannya sebuah bentuk
akulturasi melalui kesenian yang justru memperkaya khazanah budaya
masyarakat Indonesia. Adapun karya-karya Nano Riantiarno dapat dilihat
pada tabel-tabel berikut.
a. Sandiwara Panjang
Judul Tahun
Matahari Sore Bersinar Lembayung 1972
Tali-Tali 1973
Malam Semakin Kelam 1974
Lingkaran Putih 1975
Surat Kaleng (Trilogi RUMAH KERTAS I) 1977
Namaku Kiki (Trilogi RUMAH KERTAS II) 1977
Rumah Kertas (Trilogi RUMAH KERTAS III) 1977
Bianglala 1978
Jujur Itu .. (sandiwara untuk anak-anak) 1978
Marah atawa Astana, atau Maaf.Maaf.Maaf. 1978
Nyanyian Air Hujan 1979
Langit Kelabu 1979
Angin 1979
J.J atawa Jian Juhro 1979
Kontes 1980 1980
Bom Waktu 1982
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 72
digilib.uns.ac.id
S u m b e r :
http://www.teaterkoma.org/index.php?option=com_content&view=article&id=47
%3An-riantiarno&catid=36%3Aangkatan-pendiri&Itemid=63&limitstart=3
c. Buku Kumpulan Puisi
Judul Tahun
Ratna 1975
Dari Yang Busuk Adakah 1975
Degung Rindu 2005
S u m b e r :
http://www.teaterkoma.org/index.php?option=com_content&view=article&id=47
%3An-riantiarno&catid=36%3Aangkatan-pendiri&Itemid=63&limitstart=4
d. Naskah Drama Adaptasi atau Saduran
Judul Penulis Asli
Si Bakil (L’Avare) Moliere
Kena Tipu (Le Medicine Malgre Lui) Moliere
Doea Dara Moliere
Kopral Doel Kotjek (Woyzeck) Georg Buchner
Opera Ikan Asin (The Three Penny Opera) Bertolt Brecht
Tiga Dewa dan Kupu-Kupu (The Good Person of
Bertolt Brecht
Sechzwan)
Opera Perang (Mother Courage and Her Children) Bertolt Brecht
Wanita-Wanita Parlemen (Women in Parliament) Aristophanes
Pinangan Anton Chekov
Pemburu Perkasa Wolf Mankiewitz
Opera Salah Kaprah (The Comedy of Error) William Shakespeare
Roman Yulia (Romeo Juliet) William Shakespeare
Opera Suka-Suka Kamu (As You Like It) William Shakespeare
Opera Kutu Carl Zuckmayer
commit
Orang Kaya Baru (Le Bourgeouis to user
Gentilhomme) Moliere
perpustakaan.uns.ac.id 75
digilib.uns.ac.id
Ketemu Jodoh
Dalam Kabut dan Badai
Jinak-Jinak Merpati
Perangkap Cinta
Dr. Siti Pertiwi Pergi Ke Desa
Gadis Hitam Putih
Gaun Pengantin
Halimun
Ketemu Jodoh
Jakarta Jakarta
Kawin Lari
Macan Kertas
Pacar Pertama
Puber
sama Juga Bohong
Skandal (Kasus)
Surat Undangan
Cemeng 2005, The Last Primadona
Televisi:
Nikmat Membawa Sengsara, 6 episode (tentang AIDS)
Onah dan Impiannya, Suryakanta Kala, 3 episode (tentang AIDS)
Kupu-Kupu Ungu, 13 episode (tentang AIDS)
Cinta Terhalang Tembok, miniseri 6 episode
Komedi Nusa Getir, 13 episode
Salon, 13 episode
Meniti Pelangi, 26 episode
Opera Miss Kejora, 10 episode
Sampek Engtay, 10 episode
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 77
digilib.uns.ac.id
S u m b e r :
http://www.teaterkoma.org/index.php?option=com_content&view=article&id=47
%3An-riantiarno&catid=36%3Aangkatan-pendiri&Itemid=63&limitstart=8
Putih, RSJ atau Rumah Sakit Jiwa, Cinta yang Serakah, Semar Gugat,
Opera Sembelit, Presiden Burung-Burung, Republik Bagong, dan Tanda
Cinta.
Nano Riantiarno pun telah memanggungkan karya-karya penulis
kelas dunia, antara lain; Woyzeck karya Georg Buchner, The Threepenny
Opera dan The Good Person of Shechzwan karya Bertolt Brecht, The
Comedy of Error dan Romeo Juliet karya William Shakespeare, Women in
Parliament karya Aristophanes, Animal Farm karya George Orwell, The
Crucible karya Arthur Miller, Orang Kaya Baru dan Tartuffe atau
Republik Togog karya Moliere, dan The Marriage of Figaro karya
Beaumarchaise.
Keberhasilan Nano Riantiarno tidak hanya berhenti sampai di situ,
sebagai seorang sastrawan yang produktif, ia pun telah menulis banyak
skenario film dan televisi. Karya skenarionya, Jakarta Jakarta, meraih
Piala Citra pada Festival Film Indonesia di Ujung Pandang pada tahun
1978. Karya sinetronnya, Karina meraih Piala Vidia pada Festival Film
Indonesia di Jakarta pada tahun 1987. Nano juga telah meraih lima hadiah
sayembara Penulisan Naskah Drama Dewan Kesenian Jakarta
berturut-turut dari tahun 1972 hingga tahun 1975 dan tahun 1998. Berhasil
pula merebut hadiah Sayembara Naskah Drama Anak-anak dari
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1978.
Nano Riantiarno merupakan seorang sastrawan yang berprestasi,
tak habisnya penghargaan-penghargaan yang berhasil diraih oleh sastrawan
asal kota udang tersebut. Dua novelnya, Ranjang Bayi dan Percintaan
Senja berhasil meraih hadiah Sayembara Novelet Majalah Femina dan
Sayembara Novel Majalah Kartini. Di tahun 1993, Nano pun dianugerahi
Hadiah Seni, Piagam Kesenian dan Kebudayaan dari Departemen P&K
atas nama Pemerintah Republik Indonesia, dan pada tahun 1999, Nano
meraih penghargaan dari Forum Film Bandung untuk serial film televisi
berjudul Kupu-kupu Ungucommit
sebagaitoPenulis
user Skenario Terpuji 1999. Forum
perpustakaan.uns.ac.id 80
digilib.uns.ac.id
Singapura pada tahun 2001 dengan pekerja dan para pemain dari
Singapura dan dipentaskan dalam bahasa Inggris.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 83
digilib.uns.ac.id
kasus penyamaran, kawin paksa dan percintaan yang tidak direstui, dan
ketimpangan/ketidaksetaraan gender.
a. Penyamaran
Penyamaran adalah proses, cara, perbuatan menyamar;
penyaruan (Sugono, 2008). Penyamaran merupakan tindakan seseorang
dengan mengelabui orang lain, rangkaian kebohongan, nama palsu, dan
keadaan palsu dengan maksud menguntungkan diri sendiri untuk
mendapatkan tujuan tertentu yang dikehendakinya. Rangkaian
kebohongan ialah susunan kalimat-kalimat bohong yang tersusun
sedemikian rupa yang merupakan cerita sesuatu yang seakan-akan
benar. Penyamaran merupakan tindakan dengan membohongi orang
lain agar identitas dirinya tidak diketahui (Sugandhi, 1980: 396-397).
Dalam naskah drama Sampek Engtay penyamaran dilakukan
oleh tokoh Engtay, untuk dapat bersekolah, yang pada masa itu
notabene sekolah hanya diperuntukkan bagi kaum pria saja, Engtay
berani menipu kedua orang tuanya sendiri denagan cara melakukan
penyamaran. Hasratnya untuk bersekolah agar dapat mengenyam
pendidikan, telah membuat Engtay rela melakukan perbuatan apa pun,
yang terpenting baginya ialah dapat bersekolah, mendapatkan
pendidikan yang lebih tinggi dibanding wanita-wanita lain yang
seusianya pada saat itu, dan berharap mendapatkan kehidupan yang
lebih baik kelak.
ENGTAY : “Aku akan jadi gadis pingitan, menunggu lamaran
calon suami. Aku akan jadi perempuan bodoh
yang tidak tahu betapa luasnya dunia ini.”
SUHIANG : “Masa?”
ENGTAY : “Kaum kita akan begini terus nasibnya. Sejak dulu
sampai sekarang tidak pernah ada perubahan. Niat
untuk maju bagi perempuan, akan selalu dianggap
sebagai biang bencana.” (SE: 23-24)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 84
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 86
digilib.uns.ac.id
ENGTAY : “Ah, tapi aku lega tidur satu kamar dengan lelaki
bodoh yang jujur. Kehormatanku akan tetap
terjaga.” (SE: 82)
Hari demi hari, bulan demi bulan pun berlalu, ternyata Engtay
menaruh hati pada lelaki teman sekamarnya yakni Sampek. Tak kuasa
memendam rasa cintanya tersebut, pada akhirnya Engtay membuka
kedoknya di hadapan Sampek. Ia memgungkapkan jati diri yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 87
digilib.uns.ac.id
Macun dengan Engtay. Kedua orang tua Engtay yang merasa telah
berhutang budi tersebut, terpaksa tidak dapat menolaknya, walaupun
mereka tahu bahwa anaknya sama sekali tidak menyukai Macun.
Engtay hanya mencintai Sampek.
c. Ketimpangan/Ketidaksetaraan Gender
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 95
digilib.uns.ac.id
CIOK : “Ini akibat kita turuti apa yang dia mau sejak kecil. Dia
anggapcommit to user persoalan
semua jalan keluarnya
perpustakaan.uns.ac.id 96
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 99
digilib.uns.ac.id
Wanita pada saat itu diibaratkan mahluk yang lemah dan tidak
berdaya. Tak banyak yang bisa dilakukan wanita pada zaman dulu
selain hanya menjadi seorang istri dan pada akhirnya harus tunduk
kepada suami. Sekalipun Engtay mencoba untuk mendobrak tradisi
semacam itu di zamannya, mencoba untuk dapat memajukan kaum
perempuan di zamannya, namun pada akhirnya ia tidak cukup kuat
untuk melakukan semua itu. Ia pada akhirnya harus kalah dengan
tradisi yang ada yang sudah mengakar dan turun temurun.
Penggalan dialog di bawah ini mengilustrasikan Engtay yang
berpikir bahwa dirinya kuat. Sanggup mengubah citra dirinya. Berhasil
melewati masa-masa sekolah dan sanggup mengubah masa depannya.
Namun ternyata ia tak cukup kuat untuk mengubah semua itu. Ia
tertaplah menjadi seorang perempuan yang tak berdaya, tetap harus
patuh dan menurut pada keputusan orang tua, sekalipun berbeda
dengan isi hatinya yang sebenarnya. Perkawinannya dengan Macun tak
dapat dielakkan.
dan kekuasaan atas mereka ada di tangan kedua orang tua. Budaya
patriarki mengakar kuat pada masa itu.
merupakan tata nilai kehidupan manusia. Sastra dan tata nilai kehidupan
merupakan dua hal yang saling terkait dan melengkapi. Setiap karya sastra
yang tercipta dengan kesungguhan akan mengandung relevansi yang kuat
terhadap kehidupan, karena pencipta karya tersebut adalah bagian dari
kehidupan itu sendiri. Sastra hendaknya dapat memberikan hikmah, yang
dapat membuat pembaca/penikmat tercerahkan (Sayuti, 2000: 42).
Adapun analisis nilai-nilai pendidikan dalam naskah drama Sampek
Engtay karya N. Riantiarno meliputi: nilai pendidikan religius; nilai
pendidikan sosial; nilai pendidikan moral; nilai pendidikan kepahlawanan;
nilai pendidikan kultural; dan nilai pendidikan cinta dan kesetiaan. Berikut
peneliti kemukakan analisis terhadap masing-masing nilai tersebut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 104
digilib.uns.ac.id
GURU : “Salah satu ajaran kuno yang wajib kita ikuti adalah:
‘menghormati arwah para leluhur’. Cengbeng sudah
dekat. Sudah waktunya kalian pergi ke kuburan para
leluhur untuk bersembahyang.” (SE: 133)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 105
digilib.uns.ac.id
GURU : (MENYANYI)
“Dengar aturan utama sekolah kita
Camkan, perhatikan, lakukan
Dengar larangan utama sekolah kita
Camkan, perhatikan, lakukan.”
MURID-MURID : “Ya, Guru.”
GURU : (MENYANYI)
“Hormati guru, orang tua, dan saudaramu
Jangan iri apalagi menipu
Jangan berzinah, jangan memfitnah
Jangan menyakiti tanpa alasan.”
MURID-MURID : “Ya, guru.”
GURU : (MENYANYI)
“Jangan menghina dan meremehkan
Jangan bersumpah palsu
Jangan mencuri, jangan membunuh
Jadilah akar dimana kau tinggal
Jika tak bisa jangan jadi juragan
Cukup sudah jadi juru kuncinya
Keberuntungan utama adalah
Berkuasa tanpa kekuasaan.”
MURID-MURID : “Ya, Guru.” (SE: 171-172)
dalam kamar dan Engtay membuka pakaiannya. Jika saja Sukiu tidak
datang ke kamar untuk memberitahukan kabar dari orang tua Engtay,
mungkin keduanya akan semakin liar memuaskan hasrat mereka dan
melakukan perbuatan yang semakin tidak senonoh padahal keduanya
bukan pasangan suami istri. Berikut ilustrasinya.
bagi kaum perempuan pada saat itu. Sampek Engtay seolah menjadi
sebuah gurauan pahit tentang sepasang kekasih yang bercinta. Suatu
masalah yang masih dihadapi para orang tua kini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 126
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 128
digilib.uns.ac.id
Satu yang unik dan cukup menarik dalam naskah drama Sampek
Engtay ini, yakni kisah tentang perjuangan gadis demi mendapatkan
haknya sejajar dengan kaum lelaki pada masa itu. Perjuangan perempuan
dalam meraih hak untuk memperoleh pendidikan yang sama dengan kaum
lelaki, berbenturan dengan kekuasaan tak terbantahkan dari orang tua.
Sebuah lakon tentang wanita yang menganggap sanggup merubah citra
dirinya, tetapi pada akhirnya tetap tidak bisa lari dari keputusan keluarga,
meski keputusan itu tidak disukainya. Sebuah bentuk emansipasi yang
pada akhirnya harus kalah oleh tradisi. Sesuai dengan pendapat yang
dilontarkan oleh Budi Waluyo, S.S, M. Pd.
Satu yang unik dan cukup menarik dari naskah drama Sampek Engtay
ini adalah mengisahkan tentang perjuangan seorang gadis demi
commit to user
mendapatkan haknya sejajar dengan kaum pria pada saat itu. Padahal
perpustakaan.uns.ac.id 129
digilib.uns.ac.id
Sangat jelas terlihat adanya ketimpangan gender antara wanita dan pria
di dalam naskah ini. Wewenang dan kekuasaan pria jauh lebih luas
daripada wanita pada saat itu. Laki-laki mendominasi banyak aspek di
kehidupan dibanding wanita, sedangkan si wanitanya sendiri hanya
wajib mengurus urusan dapur dan rumah tangga, tidak bisa sekolah
layaknya kaum pria. Menurut saya itu sebuah bentuk diskriminasi
terhadap kaum wanita.
maka sang sutradara harus cerdas dan mencermati dengan baik agar
nantinya ketika menjadi sebuah drama pertunjukan tidak menjadi tontonan
yang monoton atau menjenuhkan.
Sebagai anak teater saya sangat tertantang untuk mementaskan lakon
ini. Lakon Sampek Engtay cukup menarik dan menantang untuk
dipentaskan. Perpaduan antara budaya Indonesia yang dicampur budaya
Cina dengan setting, make up, kostum ala Tiongkok jaman dulu,
banyak hal-hal menarik yang akan muncul ketika dipanggungkan.
Namun, menurut pendapat saya, sutradara yang menggarap naskah ini
harus cukup lihai dan jeli karena Sampek Engtay termasuk naskah
panjang yang ketika dipentaskan tentunya berdurasi lama, maka
sutradara musti berhati-hati dalam meramunya untuk menjadi sebuah
lakon pertunjukkan, agar tidak menjadi tontonan yang monoton,
membosankan, atau menjenuhkan.
Hal menarik pada naskah drama ini adalah pesan atau ajaran moral yang
terkandung di dalamnya. Sampek Engtay ini memberikan pelajaran
tentang cinta. Ketika seseorang sedang dilanda patah hati atau putus
cinta jangan sampai bersikap seperti Sampek yang pesimis, terlalu
terpaku pada Engtay, bahkan tidak semangat dan bergairah dalam
menjalani hidupnya. Ketika seseorang dilanda hal seperti itu terutama
kaula muda, harusnya bisa bersabar, yakin akan kekuatan dan jalan yang
Tuhan berikan, tabah, jangan malah sampai bunuh diri hanya karena
putus cinta. Pelajarannya cukup berharga dan bisa kita renungi bersama.
Selain pesan moral di atas, ada juga amanat lain yang ingin
disampaikan kepada pembaca. Raharjo S. Pd. memberi tanggapan bahwa
Sampek Engtay merupakan sebuah refleksi kepada kaum perempuan
zaman sekarang. Jika dibandingkan pada zaman Engtay, betapa susah dan
sulitnya untuk dapat bersekolah dan mengenyam pendidikan, berbeda
dengan keadaan kaum wanita di zaman modern saat ini yang bebas dalam
memilih pendidikan dan telah dijamin haknya oleh pemerintah. Sungguh
sangat bertolak belakang dengan zaman Engtay pada saat itu. Sebuah
refleksi bagi perempuan saat ini untuk dapat memanfaatkan kesempatan
bersekolah dan mengenyam pendidikan dengan sebaik-baiknya.
Saya rasa Sampek Engtay ini merupakan sebuah wacana atau refleksi
bagi kaum wanita saat ini. Kaum wanita saat ini harusnya dapat
bersyukur bisa bebas bersekolah bahkan hak dalam mengenyam
pendidikan tersebut sudah dijamin oleh pemerintah. Coba kita tengok
pada masa Engtay, begitu mencoloknya perbedaan antara wanita dan
laki-laki di banyak aspek kehidupan. Engtay yang harus bersusah payah
untuk bisa bersekolah bahkan ia rela melakukan penyamaran. Kaum
wanita saat ini harusnya dapat memanfaatkan kesempatan
berpendidikan dengan sebaik-baiknya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 132
digilib.uns.ac.id
Satu yang menjadi nilai plus naskah drama ini adalah walaupun
endingnya tragis dan menyedihkan, bagaimanapun juga keseluruhan
cerita dibawakan secara kocak dan menghibur oleh sang penulis
sehingga pembaca atau penonton tidak merasa begitu bosan atau pun
jenuh.
dibawa umur atau anak-anak, apalagi ada kata-kata asing yang mungkin
akan sedikit sulit dipahami oleh pembaca awam.
C. Pembahasan
Penelitian yang berjudul Tinjauan Sosiologi Sastra dan Nilai Pendidikan
Naskah Drama Sampek Engtay Karya N. Riantiarno dengan rumusan masalah
yang pertama berkaitan dengan masalah-masalah sosial yang terdapat dalam
naskah drama Sampek Engtay. Setelah memaparkan temuan tentang
masalah-masalah sosial, pembahasan berikutnya ialah mengenai nilai-nilai
pendidikan yang terdapat dalam naskah drama Sampek Engtay. Kemudian
pembahasan terakhir ialah berkenaan dengan tanggapan komunitas pembaca
naskah drama tersebut.
a. Penyamaran
Penyamaran adalah proses, cara, perbuatan menyamar;
penyaruan (Sugono, 2008). Penyamaran merupakan tindakan seseorang
dengan mengelabui orang lain, rangkaian kebohongan, nama palsu, dan
keadaan palsu dengan maksud menguntungkan diri sendiri untuk
mendapatkan tujuan tertentu yang dikehendakinya. Rangkaian
kebohongan ialah susunan kalimat-kalimat bohong yang tersusun
sedemikian rupa yang merupakan cerita sesuatu yang seakan-akan
benar. Penyamaran merupakan tindakan dengan membohongi orang
lain agar identitas dirinya tidak diketahui (Sugandhi, 1980: 396-397).
Dalam naskah drama Sampek Engtay penyamaran dilakukan
oleh tokoh Engtay. Untuk dapat bersekolah, yang pada masa itu
notabene sekolah hanya diperuntukkan bagi kaum pria saja, Engtay
berani menipu kedua orang tuanya sendiri dengan cara melakukan
penyamaran. Hasratnya untuk bersekolah agar dapat mengenyam
pendidikan, telah membuat Engtay rela melakukan perbuatan apa pun,
yang terpenting baginya ialah dapat bersekolah, mendapatkan
pendidikan yang lebih tinggi dibanding wanita-wanita lain yang
seusianya pada saat itu, dan berharap mendapatkan kehidupan yang
lebih baik kelak.
Suhiang, pembantu keluarga memberitahukan kepada Engtay
bahwa ayahnya pernah berkata jika dirinya ingin dapat bersekolah
maka ia harus berhasil menipu ayahnya tersebut. Perkataan sang
pembantu pun membuat hasrat Engtay kian menggelora, ide cemerlang
seketika terlintas dibenaknya. Ia pun akhirnya melancarkan sebuah
penyamaran yang ditujukan untuk ayahnya. Penyamaran yang
dilakukan Engtay adalah dengan berpura-pura menjadi tukang penagih
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 135
digilib.uns.ac.id
ini, terlebih ketika kedua orang tuanya menyuruh dirinya untuk segera
pulang ke rumahnya di Banten untuk dijodohkan dengan Macun.
c. Ketimpangan/Ketidaksetaraan Gender
Gender merupakan kajian tentang tingkah laku perempuan dan
hubungan sosial antara laki-laki dan perempuan (Irianto, 2009: 59).
Gender berbeda dari seks atau jenis kelamin laki-laki dan perempuan
yang bersifat biologis (Moore dalam Irianto, 2009: 61). Ini disebabkan
yang dianggap maskulin dalam satu kebudayaan bisa dianggap sebagai
feminim dalam budaya lain. Dengan kata lain, ciri maskulin atau
feminim itu tergantung dari konteks sosial-budaya bukan semata-mata
pada perbedaan jenis kelamin (Junaidi, 2008). Ketidakseimbangan
berdasarkan gender (gender inequality) mengacu pada
ketidakseimbangan akses sumber-sumber yang langka dalam
masyarakat. Sumber-sumber yang penting itu meliputi kekuasaan
barang-barang material, jasa yang diberikan orang lain, prestise,
perawatan medis, otonomi pribadi, kesempatan untuk memperoleh
pendidikan dan pelatihan, serta kebebasan dari paksaan atau siksaan
fisik (Lapian & Geru, 2006: 79).
Pada zaman dulu di masa Engtay, orang memberikan
kedudukan yang sangat rendah kepada perempuan, tidak hanya
kedudukan di dalam masyarakat yang rendah tetapi juga di dalam
keluarga. Orang beranggapan bahwa tugas utama dari seorang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 139
digilib.uns.ac.id
ketimbang kaum laki-laki pada saat itu. Kaum pria bebas dalam
mengenyam pendidikan sedangkan perempuan lebih cocok untuk
mengurusi urusan rumah tangga, tidak layak untuk bersekolah seperti
halya laki-laki.
Pada zaman dahalu masih terlihat adanya pendiskriminasian
terhadap kaum wanita. Hak wanita sangat terbatas, kebebasannya pun
dikekang. Tradisi perjodohan yang dilakukan oleh para orang tua
terhadap anaknya semakin memperparah kehidupan wanita. Mereka
tidak memiliki banyak pilihan, hnya bisa patuh dan menurut dengan
segala keputusan orang tua. Konsep pernikah pada saat itu tidak
sebebas seperti sekarang ini, pada saat itu konsep pernikahan masih
merupakan sistem perjodohan. Anak-anak tidak mempunyai kekuasaan
untuk menentukan pasangan hidupnya seperti sekarang ini, terlebih
anak perempuan. Kedudukan perempuan yang paling penting biasanya
ditentukan oleh suku atau ekonomi keluarga, kedudukan dalam
masyarakat, hubungan antar manusia, dan bahkan kepopuleran
reputasi. Perasaan orang yang bersangkutan menempati urutan yang
kedua atau bahkan tidak dihiraukan sama sekali.
Wanita pada saat itu diibaratkan mahluk yang lemah dan tidak
berdaya. Tak banyak yang bisa dilakukan wanita pada zaman dulu
selain hanya menjadi seorang istri dan pada akhirnya harus tunduk
kepada suami. Sekalipun Engtay mencoba untuk mendobrak tradisi
semacam itu di zamannya, mencoba untuk dapat memajukan kaum
perempuan di zamannya, namun pada akhirnya ia tidak cukup kuat
untuk melakukan semua itu. Ia pun harus kalah oleh tradisi yang ada,
yang sudah megakar dan turun temurun.
Orang tua menganggap bahwa tidak ada gunanya wanita
sekolah, dunia wanita hanya sebatas rumahnya saja. Ia hanya
berkewajiban mengursi urusan rumah tangga dan melayani suami.
committerhadap
Sebuah bentuk diskriminasi to user kaum perempuan, mereka tidak
perpustakaan.uns.ac.id 141
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 143
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 145
digilib.uns.ac.id
tidak melawan kehendak mereka dan tidak serta merta berlaku egois
hanya megikuti hasrat dirinya saja. Naskah drama Sampek Engtay ini
mengandung nilai didik yang patut dicontoh oleh masyarakat,
khususnya seorang anak. Sudah sepantasnya seorang anak mematuhi
perintah orang tuanya. Karena orang tua adalah orang yang mendidik
dengan penuh kesabaran dan welas asih, memberi kasih sayang
terhadap anak-anaknya sedari lahir hingga dewasa.
Nilai moral juga ditunjukkan oleh Sampek ketika ia diajak oleh
Engtay untuk berlibur. Sampek lebih memilih menghabiskan masa
liburnya dengan belajar dan membaca buku-buku pelajaran. Semangat
dan sikap rajin Sampek dalam menuntut ilmu perlu dicontoh oleh para
remaja masa kini. Masa muda selayaknya dipergunakan sebaik
mungkin untuk menuntut ilmu bukan untuk berhura-hura,
bersantai-santai, dan melakukan kegiatan yang mubazir sehingga tidak
menyesal di masa tua kelak. Selain itu, Sampek pun menasihati Engtay
agar berlaku hemat dan tidak berbuat royal/boros untuk sesuatu yang
kurang bermanfaat.
Adapun nilai moral yang terdapat dalam naskah drama Sampek
Engtay yang tidak patut dicontoh dan musti dihindari dalam kehidupan
sehari-hari adalah melakukan perbuatan asusila, menipu, bersikap
pesimis, tidak semangat dalam menjalani hidup, tidak mau bangkit dari
keterpurukan, putus asa, dan terlalu terpaku terhadap orang lain.
Perbuatan asusila dalam naskah drama ini dilakukan oleh dua tokoh
utamanya yakni Sampek dan Engtay, mereka saling berpelukan di
dalam kamar dan Engtay membuka pakaiannya. Jika saja Sukiu tidak
datang ke kamar untuk memberitahukan kabar dari orang tua Engtay,
mungkin keduanya akan semakin liar memuaskan hasrat mereka dan
melakukan perbuatan yang semakin tidak senonoh padahal keduanya
bukan pasangan suami istri.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 148
digilib.uns.ac.id
namun dapat ikut andil sejajar dengan kaum lelaki dalam berbagai
bidang kehidupan.
Naskah drama Sampek Engtay melukiskan kisah tentang
seorang perempuan yang mencoba menentang tradisi untuk maju.
Engtay menggambarkan perjuangan seorang perempuan dalam meraih
hak untuk memperoleh pendidikan yang sama dengan kaum lelaki.
Berbenturan keras dengan tradisi dan aturan yang ada pada saat itu.
Pendidikan masih menjadi sesuatu yang tabu bagi kaum perempuan.
Naskah drama ini seolah menggambarkan bentuk emansipasi wanita
walaupun akhirnya harus kalah oleh tradisi.
mereka, terlebih dalam hal ini kaum perempuan. Pada saat itu kaum
perempuan tidak bisa berbuat banyak, dan harus selalu menuruti apa
yang dianggap baik oleh kedua orang tua mereka, walaupun dalam
hati, mereka memiliki pilihan lain. Begitu juga yang terjadi pada
Engtay, walau sesungguhnya satu-satunya pemuda yang dicintainya
adalah Sampek, namun perjodohannya dengan Macun, tidak dapat ia
elakkan. Bagaimanapun juga ia harus menerimanya. Sebuah ironi pahit
bagi kaum perempuan pada saat itu. Sampek Engtay seolah menjadi
sebuah gurauan pahit tentang sepasang kekasih yang bercinta. Suatu
masalah yang masih dihadapi para orang tua kini. Sampek Engtay
memberi sebuah pelajaran berharga kepada orang tua agar lebih arif
dalam menyikapi masalah perjodohan bagi anak-anaknya.
Naskah drama Sampek Engtay ini merupakan naskah drama
saduran yang cerita aslinya berasal dari dataran Tiongkok, maka jelas
budaya negeri tirai bambu tersebut masih kental terasa. Salah satunya
adalah tradisi Cengbeng. Cengbeng adalah tradisi masyarakat
Tionghoa yakni melakukan ritual sembahyang dan berziarah ke
kuburan leluhur. Cengbeng disebut juga “Hari Semua Arwah”, “Hari
Menyapu Kuburan”, atau ‘Festival Bersih Terang”.
orang tua si gadis. Kedudukan perempuan pada saat itu masih rendah dan
belum memiliki banyak pilihan atau pun wewenang. Engtay merupakan
korban dari tradisi perjodohan yang sudah turun temurun dilakukan orang
tua kepada anaknya. Ia tidak dapat menolak dan musti patuh. Tidak
memiliki banyak pilihan karena wewenang sepenuhnya ada pada kedua
orang tuanya. Kendati ia harus menikah dengan pria pilihan orang tuanya
yang notabene ia tidak menyukainya karena cintanya hanya untuk Sampek
seorang, namun ia tidak dapat mngelak dan melawan tradisi, pada akhirnya
ia harus kalah dengan tradisi dan tetap patuh, menuruti kehendak orang
tuanya, sesuai dengan tanggapan yang diberikan oleh Asri Puspita
Ningtyas.
Tanggapan yang hampir serupa juga dilontarkan oleh Sandhi Purba
Wardana yang mengatakan bahwa naskah drama Sampek Engtay
merupakan naskah drama yang menceritakan tentang keindahan dan
keromantisan cinta. Sepasang insan yang harus mati tragis demi kesetiaan
cinta keduanya.
Satu yang unik dan cukup menarik dalam naskah drama Sampek
Engtay ini, yakni kisah tentang perjuangan gadis demi mendapatkan
haknya sejajar dengan kaum lelaki pada masa itu. Perjuangan perempuan
dalam meraih hak untuk memperoleh pendidikan yang sama dengan kaum
lelaki, berbenturan dengan kekuasaan tak terbantahkan dari orang tua.
Sebuah lakon tentang wanita yang menganggap sanggup merubah citra
dirinya, tetapi pada akhirnya tetap tidak bisa lari dari keputusan keluarga,
meski keputusan itu tidak disukainya. Sebuah bentuk emansipasi yang
pada akhirnya harus kalah oleh tradisi. Sesuai dengan pendapat yang
dilontarkan oleh Budi Waluyo, S.S, M. Pd.
Tidak jauh berbeda dengan pendapat yang dikemukakan oleh Budi
Waluyo, S.S, M. Pd. di atas, Faisal Muhammad Nursalim juga
beranggapan bahwa naskah drama Sampek Engtay ini mendeskripsikan
tentang kaum lelaki yangcommit to user
memiliki wewenang dan kekuasaan lebih luas
perpustakaan.uns.ac.id 155
digilib.uns.ac.id
lebih tepat jika dibaca oleh orang dewasa ketimbang anak-anak atau
remaja yang masih di bawah umur, terlebih ada beberapa kata-kata asing
yang membuat naskah drama ini cukup sulit untuk dipahami bagi pembaca
awam.
commit to user