Anda di halaman 1dari 8

BAB X

SEDIAAN INJEKSI REKONSTITUSI NATRIUM AMOKSISILIN 5%

1. Tujuan
a. Mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan sediaan steril injeksi
Rekonstitusi natrium Amoksisilin 5%.
b. Mahasiswa dapat melakukan evaluasi sediaan, yang meliputi : uji kebocoran,
uji volume terpindahkan, uji partikulat, uji kejernihan larutan, uji pH, uji
sterilisasi, uji waktu rekonstitusi.

2. Dasar Teori
Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi atau serbuk
yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan
yang disuntikan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit, melalui kulit atau
selaput lendir. Injeksi diracik dengan melarutkan, mengemulsikan atau
mensuspensikan sejumlah obat ke dalam sejumlah pelarut atau dengan
mengisikan sejumlah obat kedalam dosis tunggal atau ganda (Farmakope
Indonesia Edisi III, hal 13).
Vial adalah salah satu wadah atau bentuk sediaan steril yang umumnya
digunakan pada dosis ganda dan memiliki kapasitas atau volume 0,5 ml – 100
ml. Vial dapat berupa takaran tunggal atau ganda digunakan untuk mewadahi
serbuk bahan obat, larutan atau suspensi dengan volume sebanyak 5 ml atau
lebih besar. Bila diperdagangkan tutup ini ditutup dengan sejenis logam yang
dapat dirobek atau ditembus oleh jarum injeksi untuk menghisap cairan injeksi
(R. Voight, 1994 hal 464).
Injeksi rekonstitusi adalah sediaan parenteral berbentuk serbuk yang
dilarutkan terlebih dahulu kedalam pelarut yang sesuai ketika akan digunakan.
Injeksi rekonstitusi cock untuk zat aktif mudah terhidrolisis. Injeksi rekonstitusi
ada dua jenis yaitu injeksi rekonstitusi larutan sejati dan injeksi rekonstitusi
suspense (Voight, R. 1995).
Larutan rekonstitusi adalah larutan yang berasal dari serbuk yang
dilarutkan terlebih dahulu didalam air sebagai pelarut sebelum digunakan.
Bentuk sediaan rekonstitusi ini terutama digunakan untuk obat yang memiliki
stabilitas terbatas di dalam pelarut air seperti golongan anti biotika. Syarat-
sayarat larutan untuk direkonstitusi baik sediaan steril maupun non steril adalah :
 Campuran serbuk harus homogen agar dosis tetap pada setiap pemberian
obat.
 Campuran serbuk harus larut secara sempurna di dalam air.
 Larutan harus mudah dituang dan memiliki dosis yang tepat, sesuai dan
sama.
 Produk akhir haruslah memiliki penampilan yang dapat diterima, bau dan
rasanya menarik.
      Amoksisilin sering diberikan dalam bentuk sediaan injeksi kering.
Sediaan injeksi kering diformulasikan untuk senyawa- senyawa yang tidak stabil
dalam bentuk larutan tapi stabil dalam bentuk kering, amoksisilin untuk
pemberian injeksi diberikan dalam bentuk garamnya yaitu amoxicillin garamnya
yaitu amoksisilin natrium. Namun, amoksisilin natrium bersifat higroskopik.
Oleh sebab itu dalam formulasi ini dibuat dalam bentuk serbuk kering. Serbuk
kering tidak bisa dimasukkan dalam bentuk ampul karena serbuk kering akan
dilarutkan ketika akan digunakan. Oleh karena itu, digunakan vial sebagai
wadahnya (Martindale hal 203)
      Menurut ISO Indonesia, sediaan serbuk kering amoksisilin natrium
tersedia dalam dosis 500 dan 1000mg/vial. Menurut BNF, pemberian secara i.m
diberikan 500mg tiap 8 jam. Sehingga konsentrasi yang digunakan tiap vial
adalah 500mg/10ml. Amoksisilin natrium dalam aqua pro injeksi hanya stabil
dalam 2 hari pada suhu 0°C. Amoksisilin natrium konsentrasi rendah lebih stabil
daripada konsentrasi tinggi. Artinya, untuk konsentrasi yang digunakan pada
formula ini kemungkinan sediaan ini tidak stabil kurang dari 2hari, atau hanya
beberapa jam saja. Sehingga sediaan ini diberikan dalam dosis tunggal.

3. Pemerian Bahan
 Amoksisilin Natrium
Pemerian  : Serbuk berwarna putih atau hampir putih; sangat
higroskopis. (Farmakope Indonesia Edisi IV, 1995, hlm. 97)
Kelarutan  : Sangat mudah larut dalam air; agak sukar larut dalam
alkohol;  sangat sukar larut dalam aseton; praktis tidak larut
dalam kloroform dan eter.
Khasiat  : Antibiotik
Penyimpanan  : Disimpan dalam wadah kedap udara. (The Pharmaceutical
CODEX Twelfth Edition, 1994, hlm. 730)
Stabilitas  : Disimpan pada suhu rendah larutan amoksisilin natrium
yang  tidak mengandung dapar paling stabil pada pH 5,8.
Larutan  amoksisilin natrium dalam dapar sitrat paling stabil
pada pH 6,5. (The Pharmaceutical CODEX Twelfth Edition,
1994, hlm. 730).

 Natrium Dihidrogen Fosfat


Pemerian : Serbuk kristal putih atau bergranul. (Handbook of
Pharmaceutical Excipients, 1994, hlm. 659)
Kelarutan  : Larut dalam air (1:1); sangat tidak larut dalam etanol 95 %.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients, 1994, hlm. 659)
Stabilitas : Stabil pH 9,1 untuk larutan anhidrat 1% b/v pada suhu 25 °C.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients, 1994, hlm. 656)
Khasiat  : Pendapar

 Dinatrium Hidrogen Fosfat


Pemerian : Serbuk berwarna putih (anhidrat). (Handbook of Pharmaceutical
Excipients, 1994, hlm. 656)
Kelarutan  : Sangat larut dalam air, terutama dalam air panas dan
air  mendidih; praktis tidak larut dalam etanol 95 %.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients, 1994, hlm. 657)
Stabilitas  : Stabil pH 9,1 untuk larutan anhidrat 1% b/v pada suhu 25 °C.
(Handbook of Pharmaceutical Excipients, 1994, hlm. 656)
Khasiat : Pendapar.
 Benzil Alkohol
Pemerian : Larutan jernih, tidak berwarna; bau aromatik lemah;
rasa  membakar tajam. (The Pharmaceutical CODEX Twelfth
Edition, 1994, hlm. 641)
Kelarutan  : Larut dalam air (1:25 pada suhu 25 °C dan 1:14 pada 90
°C); larut dalam etanol, kloroform, dan eter. (Handbook of
Pharmaceutical Excipients, 1994, hlm. 642)
Stabilitas   : Harus disimpan dalam tempat yang sejuk; mendidih pada
suhu  206°C tanpa penguraian . Stabil pada pH 7 – 9 (larutan
5% b/v).  Harus terlindung dari cahaya. (Farmakope Indonesia
Edisi IV, 1995, hlm. 71)
Khasiat  : Pengawet antimikroba

4. Alat dan Bahan


Alat
 Gelas kimia 250 ml
 Batang pengaduk
 Spatel
 Pipet tetes
 Corong
 Pinset
 Gelas ukur 50 ml
 Karet pipet tetes
 Buret
 Jarum buret
 Penyaring 0,22 µm
 Tissue

Bahan
 Amoksisilin natrium
 NaH2OO4
 Na2HPO4
 Benzil alcohol
 Aqua pro injeksi

Wadah
 Vial
 Ampul
 Tutup vial

5. Cara Kerja
Grey area (ruang sterilisasi)

Pembuatan aqua pi steril dengan cara aquades sebanyak 150 ml disterilkan


dengan autoklaf 121oc selama 15 menit

Gelas kimia yang akan digunakan ditara terlebih dahulu sesuai dengan
volume yang dibutuhkan

Semua alat dan wadah yang telah dicuci bersih disterilisasi menurut
prosedur yang sesuai

Grey area ( ruang penimbangan )

Penimbangan dilakukan diatas kaca arloji steril

Untuk benzyl alkohol sebanyak 0,1 ml diambil dan dimasukan ke dalam


cawan penguap

Aqua pi sebanyaak 100 ml diambil dan dimasukan kedalam gelas kimia 259
ml steril yang sudah ditara
White area grade A background B ( LAF)

Amoksisilin natrium digerus dalam mortar sampai halus

Kedalam serbuk amoksisilin natrium ditambahkan dapar fosfat lalu diaduk


hingga homogen

Serbuk yang berisi zat aktif dan dapar tersebut ditimbang sebanyak
jumlah zat aktif dan dapar per vial,yaitu 0,6 g ke dalam masing masing
vial

Vial ditutup sementara dengan menggunakan aluvoil

White area grade A background B (ruang pencampuran)

Benzyl alcohol dilarutkan dengan air sedikit demi sedikit sampai


volume mencapai 100 ml dengan gelas kimia 250 ml (hingga mencapai
tanda)

Larutan diaduk dengan menggunakan membrane filter 0,22 µm kedalam


gelas kimia 250 ml steril sebanyak 2 kali

Buret steril dibilas dengan aqua pi hingga tidak ada sisa alcohol, kemudian
buret dibilas dengan larutan pembawa secukupnya

Larutan dimasukan kedalam buret steril, bagian atas buret ditutup dengan
alufoil

Dua tetes pertama larutan dibuang untuk menghindari masuknya alcohol ke


dalam ampul
Isis 6 ampul 10 ml dengan 10,5ml larutan, tutup ujung ampul dengan
alufoil

Grey area ( ruang penutupan )

Ampul dan vial ditutup

Grey area ( ruang sterilisasi )

Dilakukan sterilisasi dengan autoklaf pada suhu 121oc selama 15 menit

Dilakukan pemeriksaan kebocoran dengan membalikan posisi sediaan


dalam gelas kimia yang telah dilapisi kapa

Grey area ( ruang evaluasi )

Sediaan diberi etiket dan dikemas dalam wadah sekunder lalu dilakukan
evaluasi pada seddiaan yang telah diberi etiket pada kemasan

Prosedur evaluasi
1. Uji pH

Dengan menggunakan pH paper

pH paper dicelupkan kedalam larutan dan diamati pH yang dihasilkan

2. Uji kejernihan

Wadah sediaan akhir disinari dari samping dengan latar belakang warna
hitam untuk melihat psrtikel berwarna putih dan latar belakang putih untuk
melihat partikel berwarna
3. Uji kebocoran

Diletakan wadah pada posisi terbalik

4. Volume terpindahkan

Dipindahkan sediaan dari ampul kedalam gelas ukur dan dilakukan


pengamatan volume yang terpindahkan

5. Uji partikulat

Memerlukan system elektronik penghitung partikel pengotor cairan yang


dilengkapi dengan alat

6. Uji sterilisasi

Sediaan diinokulasi pada medium agar dan diamati pertumbuhan mikroba


setelah diinkubasi beberapa hari

7. Uji waktu rekonstitusi

Sediaan diisi aqua destilata hingga tanda diukur waktu yang dibutuhkan
serbuk melarut

Anda mungkin juga menyukai