7 - 16
ISSN 2303 – 1093
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kecernaan secara in vitro wafer ransum komplit
dengan menggunakan bahan perekat yang berbeda. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Nutrisi
dan Makanan Ternak Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya pada
bulan November - Desember tahun 2014. Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas 5 perlakuan dengan 4 ulangan yang terdiri dari
RK (ransum komplit + karagenan 2%), RG (ransum komplit + gaplek 5%), RO (ransum komplit +
onggok 4%) dan RT (ransum komplit + tapioka 5%). Parameter yang diamati adalah Koefisien
cerna Bahan Kering, Koefisien cerna Bahan Organik, Konsentrasi N-NH3, dan Konsentrasi VFA.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa wafer ransum komplit dengan bahan perekat yang berbeda
berpengaruh sangat nyata(P<0,01) terhadap Koefisien cerna Bahan Kering, Koefisien cerna Bahan
Organik, Konsentrasi N-NH3, dan Konsentrasi VFA. Kesimpulan dari hasil penelitian ini bahwa uji
in-vitro wafer ransum komplit dengan bahan perekat tapioka mampu meningkatkan Kecernaan
Bahan kering (KcBK) sebesar 5,28%, Kecernaan Bahan Organik (KcBO) 3,48% dan konsentrasi
Asam Lemak Terbang (VFA) 9,902 mM, dan N-NH3 1,2 mM secara in-vitro.
Kata kunci: Wafer ransum komplit, in-vitro, bahan perekat yang berbeda, kualitas nutrisi
_______________________________________________________________________________
7
Jurnal Peternakan Sriwijaya / Vol. 4, No. 2, 2015, pp. 7 - 16 Sandi, dkk.
pemanasan pada suhu 120°C selama 10 menit membuat gaplek berpotensi untuk digunakan
(Noviagama, 2002). sebagai bahan pakan untuk ternak (Hartadi et
Bahan perekat digunakan untuk al., 2005)
mengikat komponen-komponen bahan pakan Onggok merupakan hasil sampingan
agar mempunyai struktur yang kompak industri tapioka yang berbentuk padat.
sehingga tidak mudah hancur dan mudah Komponen penting yang terdapat pada onggok
dibentuk pada proses pembuatannya. Bahan adalah pati dan serat kasar. Kandungan pati
perekat sintetis yang biasa digunakan dalam onggok adalah sekitar 69,9%, sehingga dengan
pembuatan pakan ternak di Industri Makanan kandungan patinya yang tinggi dan banyak
Ternak antara lain Carboksil Metil Cellulosa tersedia onggok sangat potensial untuk
(CMC) yang harganya mahal sehingga akan dijadikan sebagai bahan perekat (Retnani et
meningkatkan harga dari pellet itu sendiri, al., 2010). Retnani (2010) menyatakan bahwa
untuk itu perlu dicari bahan perekat alternatif penambahan onggok sebanyak 4% dengan
untuk menggantikan bahan-bahan perekat penyemprotan 5% air sudah dapat dikatakan
tersebut yang berharga murah, ketersediaannya mempunyai sifat fisik terbaik.
banyak, mempunyai daya rekat yang tinggi, Tapioka merupakan bahan alternatif
dapat bersatu dengan bahan-bahan ransum yang dapat digunakan sebagai bahan perekat.
lainnya dan tidak mengandung racun. Bahan Tapioka mengandung karbohidrat sebesar
perekat yang digunakan pada penelitian ini 86,9%. Bahan dengan kandungan karbohidrat
yaitu karagenan, gaplek, onggok, dan tapioka. yang cukup tinggi dapat dijadikan sebagai
Karagenan merupakan senyawa bahan perekat. Karbohidrat dalam pakan
polisakarida linear yang banyak digunakan berfungsi sebagai perekat dan memperkuat
dalam industri panganan sebagai pembentuk ikatan partikel penyusun pakan (Hartadi et al.,
gel, pengemulsi, dan penstabil (Tuvikene et 2005). Hasil penelitian menunjukkan
al., 2006). Karagenan tidak mempunyai nilai penggunaan tepung tapioka 5% dalam ransum
nutrisi dan digunakan pada makanan sebagai menghasilkan sifat fisik terbaik dibandingkan
bahan pengental, pengenyal alami, pembuatan dengan tepung gaplek 5% (Syamsu et al.,
gel, dan emulsifikasi. Hasil penelitian 2007). Oleh sebab itu perlu dilakukan
menunjukan bahwa penambahan bahan penelitian lebih lanjut tentang penggunaan
perekat karagenan dengan taraf 2% dapat bahan perekat yang dapat mempengaruhi nilai
meningkatkan kualitas fisik wafer ransum kecernaan secara in-vitro wafer ransum
komplit (Nuprianto et al., 2014). komplit dengan bahan perekat yang berbeda.
Gaplek (cassava chip flour) adalah salah
satu hasil pengolahan umbi kayu yang dibuat MATERI DAN METODE
dengan mengupas, mengiris dan mengeringkan Penelitian ini dilaksanakan di
ubi kayu. Pengeringan dapat dilakukan Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak
dengan sinar matahari (penjemuran) atau Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya
pengeringan buatan. Gaplek mengandung selama 2 bulan.
karbohidrat sebesar 82,56%, sehingga
8
Jurnal Peternakan Sriwijaya / Vol. 4, No. 2, 2015, pp. 7 - 16 Sandi, dkk.
9
Jurnal Peternakan Sriwijaya / Vol. 4, No. 2, 2015, pp. 7 - 16 Sandi, dkk.
10
Jurnal Peternakan Sriwijaya / Vol. 4, No. 2, 2015, pp. 7 - 16 Sandi, dkk.
11
Jurnal Peternakan Sriwijaya / Vol. 4, No. 2, 2015, pp. 7 - 16 Sandi, dkk.
Tabel 3. Koefisien cerna bahan kering (KcBK), koefisien cerna bahan organik(KcBO), konsentrasi
N-NH3 dan konsentrasi VFA
Parameter
Perlakuan
KcBK (%) KcBO (%) NH3 (mM) VFA (mM)
RK 63,07 a ± 0,69 59,66 a ± 0,99 6,6 a ± 0,14 102,762 a ± 1,05
RG 67,44 c ± 0,23 63,05 c ± 1,03 7,5 c ± 0,26 109,732 c ± 0,53
RO 65,41 b ± 0,64 60,89 ab ± 0,49 7 ab ± 0,19 105,628 b ± 1,29
RT 68,35 c ± 0,14 63,14 c ± 0,48 7,8 c ± 0,07 112,664 c ± 1,40
Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perlakuan berbeda sangat nyata (P<0,01)
Keterangan: RK = (wafer ransum komplit + 2% karagenan); RG = (wafer ransum komplit + 5% Gaplek);
RO = (wafer ransum komplit + 4% onggok), RT = (wafer ransum komplit + 5% Tapioka)
12
Jurnal Peternakan Sriwijaya / Vol. 4, No. 2, 2015, pp. 7 - 16 Sandi, dkk.
dalam karagenan tidak terdapat nilai nutrisi Konsentrasi N-amonia (N-NH3) dan VFA
yang berfungsi untuk meningkatkan kecernaan Berdasarkan hasil analisis keragaman
secara in-vitro wafer ransum komplit. menunjukkan bahwa uji in-vitro wafer ransum
Sehingga karagenan murni hanya digunakan komplit dengan bahan perekat yang berbeda
sebagai bahan perekat di dalam pembuatan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap
wafer ransum komplit. Sesuai dengan konsentrasi N-amonia (N-NH3) dan VFA.
pendapat Sutardi (2001) yang menyatakan Rataan konsentrasi N-amonia (N-NH3) pada
bahwa kecernaan pakan tergantung pada masing-masing perlakuan berkisar antara 6,6
aktifitas mikroorganisme rumen karena mM - 7,8 mM, sedangkan rataan nilai
mikroorganisme rumen berperan dalam proses konsentrasi VFA berkisar antara 102,762 mM
fermentasi, sedangkan aktivitas – 112,664 mM. Rataan konsentrasi N-amonia
mikroorganisme rumen itu sendiri dipengaruhi (N-NH3) dan VFA secara in-vitro yang
oleh zat-zat makanan yang terdapat dalam dihasilkan dari wafer ransum komplit dengan
bahan pakan. bahan perekat yang berbeda pada masing-
Nilai Koefisien cerna Bahan Organik masing perlakuan dapat dilihat pada Tabel 3.
(KcBO) tertinggi pada penelitian ini terdapat Hasil analisis keragaman menunjukkan
pada perlakuan RT sebesar 63,14%. Hal ini bahawa perlakuan berpengaruh sangat nyata
disebabkan karena KcBO berkaitan erat (P<0,01) terhadap konsentrasi N-NH3.
dengan KcBK. Peningkatan KcBK ransum Konsentrasi N-NH3 yang diperoleh pada
seiring dengan meningkatnya KcBO ransum, penelitian ini masih berada pada kisaran
karena sebagian besar komponen BK terdiri normal untuk menunjang pertumbuhan
atas BO sehingga faktor–faktor yang mikroba rumen yang optimal sebagaimana
mempengaruhi tinggi rendahnya KcBK akan dikemukakan oleh McDonald et al. (2002)
mempengaruhi juga tinggi rendahnya KcBO yakni kisaran optimal amonia untuk
ransum (Sutardi, 2001). Nilai KcBO pakan menunjang pertumbuhan mikroba rumen
perlakuan sejalan dengan nilai KcBK, nilai berkisar antara 6 - 21 mM.
KcBK yang tinggi akan menghasilkan nilai Amonia merupakan sumber nitrogen
KcBO yang tinggi. Hal ini dikarenakan bahwa terbesar yang digunakan untuk sintesis protein
komponen BO sama dengan BK, mikrobia rumen. Produksi N-NH3 yang
perbedaannya terletak pada kadar abu. KcBO berbeda antar perlakuan diduga disebabkan
pakan tergantung pada nilai kandungan BO oleh kandungan protein kasar pada perlakuan
pakan. Menurut McDonald et al. (2002), yang tidak sama. Gaplek dan onggok
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi mempunyai kadar energi yang tinggi sebagai
kecernaan, yaitu komposisi bahan pakan, karbohidrat yang mudah dicerna dan hampir
perbandingan komposisi antara bahan pakan setara dengan tapioka, akan tetapi rendah pada
satu dengan bahan pakan lainnya, perlakuan kadar protein dengan kadar protein pada
pakan, suplementasi enzim dalam pakan, onggok 0,11% dan 0,12% pada gaplek,
ternak dan taraf pemberian pakan. sedangkan kadar protein pada tapioka sebesar
0,15%. Protein pakan di dalam rumen akan
13
Jurnal Peternakan Sriwijaya / Vol. 4, No. 2, 2015, pp. 7 - 16 Sandi, dkk.
14
Jurnal Peternakan Sriwijaya / Vol. 4, No. 2, 2015, pp. 7 - 16 Sandi, dkk.
berupa VFA, sel-sel mikroba, serta gas metan McDonald, P., R. Edwards, J. Greenhalgh
dan CO2. Sakinah (2005) menyatakan bahwa & C. Morgan. 2002. Animal Nutrition.
produksi VFA yang tinggi merupakan 6th Ed. New York: Longman Scientific
& Technical.
kecukupan energi bagi ternak. Semakin tinggi
Noviagama, V.R. 2002. Penggunaan Tepung
konsentrasi VFA mengindikasikan proses
Gaplek Sebagai Bahan Perekat
fermentasi semakin efektif, meskipun Alternatif Dalam Pembuatan Wafer
demikian konsentrasi VFA yang terlampau Ransum Komplit. [Skripsi]. Bogor:
tinggi dapat berdampak mengganggu Institut Pertanian Bogor.
keseimbangan sistem rumen. Noviagama. 2000. Teknologi pakan hijauan.
Rataan nilai konsentrasi VFA yang Jurusan Nutrisi Dan Makanan Ternak.
dihasilkan pada penelitian ini berkisar antara Hand out. Yogyakarta: Universitas
Gadjah Mada.
102,762 mM – 112,664 mM. Nilai rataan
Nuprianto, A., A.I.M. Ali & S. Sandi. 2014.
konsentrasi VFA tersebut adalah nilai rataan Kualitas Fisik Wafer Ransum Komplit
yang optimal untuk pertumbuhan mikroba, Berbahan Dasar Rumput Kumpai
sebab nilai konsentrasi VFA untuk Minyak dengan Menggunakan Bahan
pertumbuhan mikroba yang optimal berkisar Perekat yang Berbeda. [Skripsi].
antara 70 - 150 mM dan besarnya dipengaruhi Indralaya: Universitas Sriwijaya.
oleh jenis pakan yang diberikan (McDonald et Retnani Y N Hasanah Rahmayeni & L
Herawati. 2010. Uji sifat fisik ransum
al., 2002).
ayam broiler bentuk pellet yang
ditambahkan perekat onggok melalui
KESIMPULAN proses penyemprotan air. Agripet.
Hasil penelitian dapat disimpulkan 11(1): 13 - 18.
Retnani, Y., Y. Harmiyanti, D.A.P.
bahwa uji in-vitro wafer ransum komplit
Fibrianti & L. Herawati. 2009.
dengan bahan perekat tapioka merupakan hasil
Pengaruh penggunaan perekat sintetis
yang terbaik, dengan Koefisien cernan Bahan terhadap ransum ayam broiler. Agripet.
kering (KcBK) sebesar 5,28%, Koefisien 9(1): 1 - 10.
cernan Bahan Organik (KcBO) 3,48%, Riswandi. 2014. Evaluasi Kecernaan Silase
konsentrasi Asam Lemak Terbang (VFA) Rumput Kumpai (Hymenachne
9,902 mM, dan konsentrasi N-NH3 1,2 mM. acutigluma) dengan Penambahan
Legum Turi Mini (Sesbania rostrata).
Indralaya: Universitas Sriwijaya.
DAFTAR PUSTAKA Syamsu, J., A. K. Mudikjo & E.G. Sa’id.
Conway, E.J. 1958. Microdiffusion Analysis 2007. Daya dukung limbah pertanian
and Volumetric Error. Ed ke-4. New sebagai sumber pakan ternak
York: The McMillian Co. ruminansia di Indonesia. Wartazoa.
Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo & A.D. 13(1): 30 - 37.
Tillman. 2005. Tabel Komposisi Tillman, A.D., H. Hartadi, S.
Pakan untuk Indonesia. Yokyakarta: Reksohadiprojo, S. Prawirokusumo
Gajah Mada University Press. & Lebdosoekodjo. 1998. Ilmu
15
Jurnal Peternakan Sriwijaya / Vol. 4, No. 2, 2015, pp. 7 - 16 Sandi, dkk.
16