Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

DIAGNOSA STRUMA DENGAN MASALAH KEBUTUHAN ISTIRAHAT TIDUR


DI RUANG SERUNI RST dr. SOEPRAOEN

DEPARTEMEN KEPERAWATAN DASAR

Disusun oleh :

Laras Frestyawangi Wasitin

2014204610111072

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN & ASUHAN KEPERAWATAN

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

DEPARTEMEN KEPERAWATAN DASAR

2015

Mahasiswa

Laras Frestyawangi Wasitin

201420461011072

Mengetahui,

Pembimbing Institusi Pembimbing Lahan

( ) ( )
BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Tidur merupakan suatu kebutuhan bukan suatu keadaan istirahat yang tidak

bermanfaat, tidur merupakan proses yang diperlukan manusia untuk pembentukan sel-

sel tubuh yang baru, perbaikan sel-sel tubuh yang rusak, memberi waktu organ tubuh

untuk istirahat maupun untuk menjaga keseimbangan metabolisme dan biokimiawi

tubuh (Morhead, Johnson & Mass, 2006).

Tidur didefinisikan sebagai suatu keadaan bawah sadar dimana seseorang masih

dapat dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsang lainnya

(Guyton & Hall, 2006).

Tidur sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan dan proses penyembuhan

penyakit, karena tidur bermanfaat untuk menyimpan energi, meningkatkan imunitas

tubuh dan mempercepat proses penyembuhan penyakit juga pada saat tidur tubuh

mereparasi bagian-bagian tubuh yang sudah aus. Umumnya orang akan merasa segar

dan sehat sesudah istirahat. Jadi istirahat dan tidur yang cukup sangat penting untuk

kesehatan (Suyono, 2008).

B. Fisiologi Tidur

Fisiologi tidur merupakan pengaturan kegiatan tidur oleh adanya hubungan

mekanisme screablea yang secara bergantian mengaktifkan dan menekan pusat otak

agar dapat tidur dan bangun. Tidur merupakan aktifitas yang melibatkan susunan saraf

pusat, saraf perifer endokrin kardio vaskular, respirasi muskuloskeletal. Tiap kejadian
tersebut dapat diidentifikasi atau direkam dengan Electroencephalogram (EEG), untuk

aktifitas listrik otak electromiogram (EMG), untuk pengukuran tonus otot dan

electroculogram (EOG) untuk mengukur pergerakan mata.

Pengaturan dan kontrol tidur tergantung dari hubungan antara dua mekanisme

cerebral yang secara bergantian mengaktifkan dan menekan pusat otak untuk tidur dan

bangun. Recticular activating system (RAS) dibagian batang otak atas mempunyai sel-

sel khusus dalam mempertahankan kesadaran RAS memberikan stimulus visual,

auditori, nyeri, dan sensori raba. Juga menerima stimulus dari korteks serebri yaitu

emosi, proses, pikir.

C. Etiologi

Kualitas dan kuantitas tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kualitas tersebut

dapat menunjukkan adanya kemampuan individu untuk tidur dan memperoleh jumlah

istirahat sesuai dengan kebutuhannya. Berikut ini faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi pemenuhan kebutuhan tidur :

a. Penyakit : Seorang yang mengalami sakit, memerlukan waktu tidur lebih banyak

dari normal. Namun demikian, keadaan sakit menjadikan pasien kurang tidur.

b. Lingkungan : Pasien yang biasa tidur pada keadaan terang dan nyaman, kemudian

terjadi perubahan-perubahan suasana makan dan menghambat tidurnya.

c. Motivasi : Motivasi berpengaruh untuk menimbulkan keinginan untuk tetap

bangun dan waspada menahan ngantuk.

d. Kelelahan : Apabila kelelahan dapat memperpendek periode pertama dari tahap

REM ( Rapid Eye Movement )

e. Kecemasan : Keadaan cemas meningkatkan saraf simpatis, sehingga mengganggu

tidur.
f. Alkohol : Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan minum

alcohol dapat mengakibatkan insomnia dan lekas marah.

g. Obat – obatan : Beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur

antara lain : Diuretik : menyebabkan insomnia, Anti depresan : supresi REM,

Kafein : meningkatkan saraf simpatis, Beta Bloker : menimbulkan insomnia dan

Narkotika : mensupresi REM

D. Klasifikasi

1. Tidur NREM (Norapid Eye Movement) / Tidur Gelombang Lambat

Merupakan tidur yang nyaman dan dalam, dalam tidur ini gelombang otak

lebih lambat dibandingkan orang sadar atau tidak tidur. Hal ini ditandai dengan

mimpi berkurang, keadaan istirahat, tekanan darah turun, kecepatan nafas turun,

metabolisme menurun, dan gerak bola mata lambat.

Tahap – tahap tidur NREM

 Tahap I

Merupakan tahap transmisi antara bangun dan tidur dengan ciri rileks,

masih sadar dengan lingkungan, rasa mengantuk, bola mata bergerak ke

kanan dan ke kiri, frekuensi nadi dan nafas sedikit menurun, dapat bangun

dengan segera. Tahap ini berlangsung sekitar lima menit.

 Tahap II

Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun. Tahap ini

ditandai dengan mata menetap, denyut jantung dan frekuensi nafas

menurun, temperatur tubuh menurun, metabolisme menurun. Tahap ini

berlangsung pendek dekitar 5 – 10 menit.

 Tahap III
Merupakan tahap tidur yang ditandai melambatnya denyut nadi, frekuensi

nafas dan proses tubuh lainnya disebabkan oleh dominasi sistem saraf

parasimpatis dan sulit bangun.

 Tahap IV

Tahap ini ditandai dengan menurunnya denyut jantung dan pernafasan,

jarang bergerak dan sulit dibangunkan, gerak otot mata cepat, sekresi

lambung menurun dan tonus otot turun.

2. Tidur REM (Rapid Eye Movement)

Berlangsung pada tidur malam selama ±5 – 20 menit. Periode pertama

terjadi selama 80 – 100 menit namun jika kondisiorang tersebut sangat lelah

maka awal tidur sangat cepat.

Bangun (Pratidur)

NREM I Tidur REM

NREM II NREM II

NREM III NREM III

NREM IV

Gambar. Siklus tidur (sumber : Potter & Perry, 2009)

E. Manifestasi Klinis

Pada orang normal, gangguan tidur yang berkepanjangan akan menimbulkan gejala

seperti adanya perubahan-perubahan pada siklus tidur biologiknya, daya tahan tubuh

menurun serta menurunkan prestasi kerja, mudah tersinggung, depresi, kurang

konsentrasi, kelelahan, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi keselamatan diri

sendiri atau orang lain.

Gejala tidur REM adalah sebagai berikut :


- Biasanya disertai dengan mimpi aktif

- Lebih sulit dibangunkan dari pada selama tidur nyenyak NREM

- Tonus otot selama tidur nyenyak sangat tertekan yang menunjukkan inhibisi kuat

proyeksi spinal atas sistema pengaktivasi retikularis

- Frekuensi jantung dan pernafasan menjadi tidak teratur

- Pada otot perifer terjadi beberapa gerakan otot yang tidak teratur

- Mata cepat tertutup dan terbuka

F. Komplikasi

a. Efek psikologis. Dapat berupa gangguan memori, gangguan berkonsentrasi ,

irritable, kehilangan motivasi, depresi, dan sebagainya.

b. Efek fisik/somatik. Dapat berupa kelelahan, nyeri otot, hipertensi, dan

sebagainya.

c. Efek sosial. Dapat berupa kualitas hidup yang terganggu, seperti susah mendapat

promosi pada lingkungan kerjanya, kurang bisa menikmati hubungan sosial dan

keluarga.

d. Kematian. Orang yang tidur kurang dari 5 jam semalam memiliki angka harapan

hidup lebih sedikit dari orang yang tidur 7-8 jam semalam. Hal ini mungkin

disebabkan karena penyakit yang menginduksi insomnia yang memperpendek

angka harapan hidup.

G. Gangguan Kebutuhan Istirahat Tidur

Ada beberapa gangguan atau masalah dalam kebutuhan tidur yaitu :

a. Insomnia
Ketidakmampuan mendapatkan tidur yang adekuat, baik kualitas maupun

kuantitas. Proses gangguan tidur ini kemungkinan disebabkan adanya rasa khawatir

atau tekanan jiwa.

b. Hipersomnia

Gangguan tidur dengan kriteria tidur berlebihan.

c. Parasomnia

Kumpulan beberapa penyakit yang dapat mengganggu pola tidur seperti

somnambulis (berjalan-jalan dalam tidur) yang banyak terjadi pada anak-anak.

d. Enuresis

Gangguan tidur yang disebabkan oleh enuresis (mengompol), umumnya terjadi

pada anak-anak.

e. Apnea tidur dan mendengkur

Mendengkur yang disertai dengan apnea dapat menjadi masalah dalam tidur

karena jika terjadinya apnea dapat mengacaukan saat bernapas dan bahkan bisa

menyebabkan henti napas, maka dapat menyebabkan kadar oksigen dalam darah

menurun dan denyut nadi menjadi tidak teratur.

f. Narcolepsi

Keadaan tidur yang tidak dapat dikendalikan (mengantuk berat). Ini merupakan

suatu gangguan neurologis.

H. Patofisiologi

Reseptor menerima impuls / rangsangan kemudian dibawa ke medulla spinalis

kemudian masuk ke formasi retikularis dilanjutkan ke pons dan masuk ke medula

oblongata kemudian diteruskan ke hipotalamus yang menyebabkan menurunya fungsi

panca indra dan sampai masuk ke korteks serebri, sehingga ditafsirkan / disampaikan
kembali ke formasi retikularis dilanjutkan ke medulla spinalis dan dipersepsikan untuk

tidur.

Reseptor menerima
impuls

Medulla spinalis

Formasi retikulasi

Pons

Medulla oblongata

hipotalamus

Fungsi panca indera ↓

Korteks serebri

Tidur

I. Pemeriksaan Fisik

a) Kaji penampilan wajah klien, adakah lingkaran hitam disekitar mata, mata sayu,

konjungtiva merah, kelopak mata bengkak, wajah terlihat kusut dan lelah

b) Kaji perilaku klien : cepat marah, gelisah, perhatian menurun, bicara lambat,

postur tubuh tidak stabil

c) Kaji kelelahan fisik, fatique, letargi

J. Pemeriksaan Penunjang
1. Electroencephalogram (EEG) untuk aktifitas listrik otak, Electromiogram (EMG)

untuk pengukuran tonus otot, dan electroculogram (EOG) untuk mengukur

pergerakan mata.

2. Saturasi O2 dan ECG untuk mengatahu adanya sleep apnea.

K. Penatalaksanaan Umum

Penanganan gangguan tidur dibagi menjadi 2 tahap yaitu :

a. Terapi non farmakologi

Merupakan pilihan utama sebelum menggunakan obat-obatan karena penggunaan

obat-obatan dapat memberikan efek ketergantungan. Ada pun cara yang dapat

dilakukan antara lain :

- Terapi relaksasi

Terapi ini ditujukan untuk mengurangi ketegangan atau stress yang dapat mengganggu

tidur. Bisa dilakukan dengan tidak membawa pekerjaan kantor ke rumah, teknik

pengaturan pernapasan, aromaterapi, peningkatan spiritual dan pengendalian emosi.

- Terapi tidur yang bersih

Terapi ini ditujukan untuk menciptakan suasana tidur bersih dan nyaman. Dimulai dari

kebersihan penderita diikuti kebersihan tempat tidur dan suasana kamar yang dibuat

nyaman untuk tidur.

- Terapi pengaturan tidur

Terapi ini ditujukan untuk mengatur waktu tidur perderita mengikuti irama sirkardian

tidur normal penderita. Jadi penderita harus disiplin menjalankan waktu-waktu

tidurnya

- Terapi psikologi/psikiatri
Terapi ini ditujukan untuk mengatasi gangguan jiwa atau stress berat yang

menyebabkan penderita sulit tidur. Terapi ini dilakukan oleh tenaga ahli atau dokter

psikiatri

- Mengubah gaya hidup

Bisa dilakukan dengan berolah raga secara teratur, menghindari rokok dan alkohol,

mengontrol berat badan dan meluangkan waktu untuk berekreasi ke tempat-tempat

terbuka seperti pantai dan gunung.

b. Terapi Farmakologi

Mengingat banyaknya efek samping yang ditimbulkan dari obat-obatan seperti

ketergantungan, maka terapi ini hanya boleh dilakukan oleh dokter yang kompeten di

bidangnya. Obat-obatan untuk penanganan gangguan tidur antara lain :

- Golongan obat hipnotik

- Golongan obat antidepresan

- Terapi hormone melatonin dan agonis melatonin

- Golongan obat antihistamin.

L. Kebutuhan dan Pola Tidur Normal

Durasi dan kualitas tidur beragam di antara orang-orang dari semua kelompok usia.

Seseorang mungkin merasa cukup tidur 4 jam, tapi tidak dengan yang lain.

Tabel pola tidur normal berdasarkan tingkat usia


Tingkat
USIA Perkembanga Kebutuhan Tidur Pola Tidur Normal
n

50% REM dan 1 siklus


0 – 1 bulan Masa Neonatus 14-18 jam/hari tidur rata-rata 45-60
menit

11 – 18 20-30% REM dan tidur


Masa Bayi 12-14 jam/hari
bulan sepanjang malam
25% REM dan tidur
18 bulan –
Masa Anak 11-12 jam/hari sepanjnag malam + tidur
3 tahun
siang

Masa
3-6 tahun 11 jam/hari 20% REM
Prasekolah

6-12 tahun Masa Sekolah 10 jam/hari 18,5% REM

12-18
Masa Remaja 8,5 jam/hari 20% REM
tahun

18-40 Masa Dewasa


7-8 jam/hari 20-25% REM
tahun Muda

40-60 Masa Paruh 20% REM dan sering


7 jam/hari
tahun Baya sulit tidur

60 tahun Masa Dewasa 20-25% REM dan sering


6 jam/hari
keatas Tua sulit tidur

M. Pathways Struma

Defisiensi iodium, Penghambat sintesa hormon


kelainan metabolic, oleh zat kimia dan obat
kongenital

Struma nodular non

Pembedahan Tumbuh dijaringan tiroid

Disfagia
Luka insisi General anastesi

Sulit menelan
Terdapat jahitan Depresi sistem
pernapasan

Mediator kimia Penekanan medula oblongata Intake nutrisi


tersensori kurang

Penurunan reflek
batuk
Ketidakseimbangan
Rangsang ujung Pintu masuk nutrisi kurang dari
saraf perifer bakteri kebutuhan tubuh

Akumulasi
Substansi gelatinosa Resiko infeksi sputum

Thalamus kortek Ketidakefektifan


serebri bersihan jalan napas

Gangguan pola
Nyeri akut tidur

N. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik

2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik

3. Resiko infeksi berhubungan denganprosedur invasif

4. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mucus dalam jumlah

berlebihan

5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

ketidakmampuan menelan makanan

O. Asuhan Keperawatan

Diagnosa NOC NIC


No
Keperawatan (Tujuan dan Kriteria Hasil) (Intervensi)
1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri
berhubungan dengan keperawatan selama 2x24 jam 1. Lakukan pengkajian nyeri
agen cidera fisik diharapkan klien dapat meliputi lokasi, karakteristik,
mengontrol nyeri yang adekuat durasi, frekuensi, kualitas dan
dengan kriteria hasil sebagai faktor presipitasi
berikut : 2. Observasi reaksi nonverbal dari
1. Melaporkan nyeri sudah ketidaknyamanan
terkontrol (5) 3. Kontrol lingkungan yang dapat
2. Mengenali gejala nyeri (5) mempengaruhi nyeri seperti
3. Gunakan analgesik sesuai suhu ruangan, pencahayaan dan
saran (5) kebisingan
4. Gunakan teknik 4. Kurangi faktor presipitasi nyeri
nonfarmakologi (5) 5. Ajarkan teknik non farmakologi
6. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri

2. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan tindakan Peningkatan tidur


berhubungan dengan keperawatan selama 2x24 jam, 1. Pantau pola
ketidaknyamanan diharapkan klien dapat tidur
fisik menunjukkan pola tidur yang 2. Monitor TTV
adekuat dengan kriteria hasil : 3. Kaji fakor
1. penyebab gangguan tidur
normal 6-8 jam/hari (5) 4. Ciptakan
2. lingkungan yang nyaman
normal (5) 5. Monitor waktu
3. makan dan minum dengan
atau istirahat (5) waktu tidur
4. 6. Monitor
yang meningkatkan tidur (5) kebutuhan tidur klien

3. Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan Proteksi Terhadap Infeksi


berhubungan keperawatan selama 2x24 jam 1. Monitor tanda dan gejala
denganprosedur diharapkan klien dapat infeksi sistemik dan lokal
invasif menunjukkan kontrol infeksi 2. Monitor hitung granulosit,
yang adekuat dengan kriteria hasil WBC
: 3. Monitor kerentanan terhadap
1. Tanda dan gejala infeksi tidak infeksi
muncul (5) 4. Berikan perawatan kulit pada
2. Mencegah timbulnya infeksi area epidema
(5) 5. Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
6. Inspeksi kondisi luka / insisi
bedah
7. Dorong masukkan nutrisi dan
cairan yang cukup
8. Dorong klien untuk istirahat
9. Instruksikan klien untuk
minum antibiotik sesuai resep
10. Ajarkan klien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
11. Laporkan kecurigaan infeksi

4. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan Napas


bersihan jalan napas keperawatan selama 2x24 jam 1. Posisikan klien untuk
berhubungan dengan diharapkan klien dapat memaksimalkan ventilasi
mucus dalam jumlah menunjukkan status respirasi 2. Lakukan fisioterapi dada
yang paten dengan kriteria hasil : 3. Keluarkan sekret dengan batuk
berlebihan
1. Mendemonstrasikan batuk atau suction
efektif dan suara nafas yang 4. Auskultasi suara nafas
bersih (5) 5. Berikan bronkodilator jika
2. Menunjukkan jalan nafas yang perlu
paten (5) 6. Atur intake nutrisi untuk
3. Mampu mencegah dan cairan mengoptimalkan
mengidentifikasi faktor yang keseimbangan
dapat menghambat jalan napas 7. Monitor status respirasi dan
(5) status O2

5. Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan Monitor Nutrisi


nutrisi kurang dari keperawatan selama 2x24 jam 4. BB klien dalam batas normal
kebutuhan tubuh diharapkan klien dapat 5. Monitor tipe dan jumlah
berhubungan dengan menunjukkan nutrisi yang aktivitas yang dilakukan
adekuat dengan kriteria hasil : 6. Monitor reaksi anak atau
ketidakmampuan
1. Berat badan ideal sesuai orangtua selama makan
menelan makanan
dengan tinggi badan (5) 7. Monitor kulit kering dan
2. Tidak ada tanda-tanda perubahan pigmentasi
malnutrisi (5) 8. Monitor mual dan muntah
3. Menunjukkan peningkatan 9. Monitor intake dan kalori
fungsi pengecapan dari nutrisi
menelan (5)
4. Tidak terjadi penurunan berat
badan (5)

DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T.H. & KIMAtsuru, S. 2014. NANDA International Nursing Diagnosis:

Definitions & Clasification, 2015-2017. Oxford: Wiley Blackwell

Morhead, Sue, Johnson, Marion, Maas, Meriden L., et al. 2006. Nursing Outcomes

Classification (NOC) Fourth Edition. Missouri: Mosby

Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan

Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 3. Jogjakarta:

Mediaction.
Potter, Patricia A. dan Perry, Anne G. 2009. Fundamental Keperawatan Edisi 7. Jakarta:

Salemba Medika

Suyono, S. 2008. Ilmu penyakit dalam Jilid 2, Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

Tarwoto, dan Wartorah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.

Jakarta : Salemba Indika.

Anda mungkin juga menyukai