Rekayasa Genetika
Rekayasa Genetika
https://youtu.be/iFHetnWWATI
https://youtu.be/fy3NZ867VUc
Pengaplikasian pada pembelajaran
IMUNISASI
5. Ketentuan Hukum
Imunisasi pada dasarnya dibolehkan (mubah) sebagai bentuk ikhtiar untuk mewujudkan
kekebalan tubuh (imunitas) dan mencegah terjadinya suatu penyakit tertentu.
Vaksin untuk imunisasi wajib menggunakan vaksin yang halal dan suci.Fatwa tentang
Imunisasi 9 Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia.
Penggunaan vaksin imunisasi yang berbahan haram dan/atau najis hukumnya haram.
Imunisasi dengan vaksin yang haram dan/atau najis tidak dibolehkan kecuali: a. digunakan
pada kondisi al-dlarurat atau al-hajat; b. belum ditemukan bahan vaksin yang halal dan suci;
dan c. adanya keterangan tenaga medis yang kompeten dan dipercaya bahwa tidak ada
vaksin yang halal.
Dalam hal jika seseorang yang tidak diimunisasi akan menyebabkan kematian, penyakit
berat, atau kecacatan permanen yang mengancam jiwa, berdasarkan pertimbangan ahli yang
kompeten dan dipercaya, maka imunisasi hukumnya wajib.
Imunisasi tidak boleh dilakukan jika berdasarkan pertimbangan ahli yang kompeten dan
dipercaya, menimbulkan dampak yang membahayakan (dlarar).
6. Rekomendasi
Pemerintah wajib menjamin pemeliharaan kesehatan masyarakat, baik melalui pendekatan
promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif.
Pemerintah wajib menjamin ketersediaan vaksin halal untuk kepentingan imunisasi bagi
masyarakat.
Pemerintah wajib segera mengimplementasikan keharusan sertifikasi halal seluruh vaksin,
termasuk meminta produsen untuk segera mengajukan sertifikasi produk vaksin.
Produsen vaksin wajib mengupayakan produksi vaksin yang halal.
Produsen vaksin wajib mensertifikasi halal produk vaksin sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pemerintah bersama tokoh agama dan masyarakat wajib melakukan sosialisasi pelaksanaan
imunisasi.
Orang tua dan masyarakat wajib berpartisipasi menjaga kesehatan, termasuk dengan
memberikan dukungan pelaksanaan imunisasi.
7. Contoh gambar dan video imunisasi
https://youtu.be/tSXUsYw_Zd
Pengaplikasian pada pembelajaran
Peta Konsep
Menurut Hukum Positif Indonesia, yang dalam hal ini Undang-Undang Kesehatan Nomor 36
Tahun 2009 menjelaskan bahwa operasi plastik hanya diperbolehkan apabila dilakukan oleh
tenaga medis yang memiliki wewenang dan memiliki keahlian, operasi plastik tidak
diperbolehkan untuk merubah identitas seseorang yang dalam hal ini adalah jenis kelamin
karena merupakan bagian dari identitas seseorang, dan operasi plastik juga tidak boleh
melanggar peraturan yang berlaku di masyarakat. Sedangkan dalam hukum Islam, operasi
plastik diperbolehkan karena adanya suatu alasan Kesehatan yang menganggu seseorang
sehingga perlu dilakukan penyempurnaan pada tubuh agar menghilangkan rasa sakit atau
mudharat yang tentu saja tidak diperbolehkan operasi plastik ditujukan untuk mengganti
kelamin dan merubah bagianbagian tubuh manusia supaya terlihat lebih cantik.
Pandangan Ulama Indonesia dalam hal ini Majelis Ulama Indonesia (MUI), Organisasi Islam
Nahdlatul Ulama (NU) dan Organisasi Islam Muhammadiyah terhadap operasi plastik adalah
diperbolehkan atau halal hukumnya dilakukan apabila dilakukan karena suatu alasan medis baik
memperbaiki kondisi cacat bawaan lahir, menyempurnakan alat kelamin karena cacat, atau
memperbaiki cacat yang diakitbatkan oleh kecelakaan. Namun operasi plastik haram dilakukan
apabila didasarkan pada keinginan merubah bentuk tubuh untuk mempercantik bagian tubuh
tertentu, memperindah bagian-bagian tertentu tubuh, dan merubah alat kelamin. Selain itu,
bagi orang-orang yang membantu dan mempermudah jalannya operasi plastik yang didasarkan
bukan karena alasan kesehatan juga haram hukumnya, karena dianggap membantu seseorang
untuk berbuat dzalim.
Dasa Hukum: “Sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik baiknya.” (QS At Tin : 4)
Batasan dalam melakukan operasi plastik menurut ulama dalam hal ini Majelis Ulama Majelis
Ulama Indonesia (MUI), Organisasi Islam Nahdlatul Ulama (NU) dan Organisasi Islam
Muhammadiyah antara lain:
1) Dilakukan atas dasar alasan medis baik kecacatan bawaan lahir yang menimbulkan rasa sakit
atau malu, kecacatan yang diakibatkan oleh kecelakaan, dan penyempurnaan alat kelamin yang
mengalami kecacatan sejak lahir.
2) Tidak dilakukan atas dasar untuk mempercantik, merubah bagian-bagian tubuh tertentu agak
lebih indah dengan cara merubah ciptaan Allah SWT. Sedangkan atasan dalam melakukan
operasi plastik menurut UndangUndang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kesehatan, batasan-
batasan operasi plastik antara lain:
a. Dilakukan oleh seseorang yang memiliki keahlian dan wewenang dalam bidang operasi plastik
b. Tidak boleh melanggar norma-norma dan aturan yang berlaku di masyarakat
c. Tidak boleh bertujuan untuk merubah identitas
Saran Berdasarkan hasil analisis :
Bagi Pemerintah dan pembentuk Undang-Undang, untuk melakukan pembaharuan
terhadap peraturan perundang-undang yang mengatur tentang operasi plastik dan
penegakkan terhadap terjadinya kasus-kasus operasi plastik yang melanggar peraturan
perundang-undangan, sebagaimana dalam Pasal 60 UU Kesehatan operasi plastik yang
merubah Jenis Kelamin tidak diperbolehkan.
Bagi Ulama Indonesia, untuk melakukan pembaharuan tentang peraturan yang
dikeluarkan oleh ulama mengenai Batasan-batasan operasi plastik dan rekomendasi
terhadap pemerintah agar melakukan pembaharuan undangundang yang lebih baik
tentang operasi plastik khususnya Batasan-batasan operasi plastik.
Bagi masyarakat, untuk memperhatikan tentang berbagai batasan-batasan tentang
operasi plastik, karena dalam Islam operasi plastik memiliki Batasanbatasan dan terus
melakukan edukasi terhadap lingkungan agar tidak melakukan operasi plastik karena
alasan kecantikan atau merubah jenis kelamin
Gambar dan video oprasi plastik
https://youtu.be/pe975VowkQs
Pengaplikasian pada pembelajaran
Peta Konsep
Resume :
Wasiat wajibah adalah wasiat yang wajib dibuat oleh pewaris berdasarkan perintah syariah
sebelum ia meninggal dunia untuk memberi bagian dari harta waris terhadap seseorang yang
semasa hidupnya berdasarkan hukum keluarga yang dianut menjadi tanggung jawab pewaris
tetapi karena sesuatu hal di luar kesalahannya sehingga ia tidak dapat menerima warisan.
apabila pewaris tidak mebuat wasiat yang diwajibkan itu, maka pemerintah dapat menetapkan
memberi bagian melalui wasiat wajibah. Wasiat wajibah adalah kebijakan ulil amri (penguasa)
yang mengharuskan laki-laki yang mengakibatkan lahirnya anak zina untuk berwasiat
memberikan harta kepada anak hasil zina sepeninggalnya.
Keputusan tersebut merupakan hasil pembahasan Komisi II Bidang Peradilan Agama. Terobosan
hukum tersebut merupakan konsekuensi yuridis atas putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
46/PUU-VIII/2010, tanggal 17 Februari 2012 dalam uji materiil atas pasal 43 ayat (1) UU Nomor 1
Tahun 1974 tentang Perkawinan.
Ayah biologis wajib memberi bagian dari hartanya kepada anaknya setelah ia meninggal dunia
melalui wasiat wajibah.
Ketentuan mengenai kewajiban ayah biologis memberi bagian dari harta peninggalan kepada
anaknya melalui wasiat wajibah ini mulai berlaku sejak tanggal 17 Februari 2012.
Penerapan pelaksanaan wasiat wajibah dilakukan sendiri oleh ayah sebelum meninggal dunia.
Apabila ternyata ayah biologis tidak membuat wasiat wajibah, maka pengadilan berwenang
memeriksa dan mengadili gugatan pemberian harta peninggalan ayah biologis yang beragama
Islam untuk anaknya melalui wasiat wajibah.
Yang berhak mengajukan gugatan pemberian bagian harta peninggalan untuk anak biologis
melalui wasiat wajibah anak yang bersangkutan, jika anak tersebut belum dewasa maka dapat
diwakili oleh ibunya atau pengampunya.
Teknis penyelesaian perkara seperti ini di persidangan dilakukan sebagaimana perkara perdata
pada umumnya.
Contoh video
https://youtu.be/aND8fToVViA
Pengaplikasian pada pembelajaran
Ekosistem
Ekologi adalah ilmu tentang hubungan antara makhluk hidup dan lingkungannya.
Ekologi berasal dari dua kata Yunani: oikos, yang berarti rumah, dan logos, yang berarti
ilmu. Istilah ‘ekologi’ pertamakali digunakan pada tahun 1896 oleh Haeckel, seorang
biologis Jerman. Sebagai istilah, ekologi adalah “pengetahuan mengenai keseluruhan
hubungan berbagai organisme dengan lingkungan dunia luar, dan dengan keadaan
kehidupan organik dan anorganik.” Ekosistem, merupakan tingkat tertinggi dari
pengorganisasian biologi, sehingga konsep ekologi dapat ditata di dalam kerangka
ekosistem tersebut. Ekosistem dipelajari melalui disiplin ilmu ekologi. Dengan kata lain,
ekologi adalah ilmu yang mempelajari ekosistem.
Konsep ekosistem
Konsep sentral dalam ekologi adalah ekosistem, yaitu suatu sistem yang terbentuk oleh
hubungan timbal balik antar makhluk hidup dan lingkungannya. Ekosistem terbentuk dari
komponen hidup (biotik) dan tak hidup (abiotik) di suatu tempat yang berinteraksi
membentuk suatu kesatuan yang teratur
Komponen ekosistem
Komponen eksositem dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu komponen
hidup/biotik (hewan, tumbuhan, mikroroganisme) dan komponen tak hidup/ abiotik
(tanah, air, udara, suhu, kelembaban). Dengan adanya konsep ekosistem; maka
komponen-komponen ekosistem tidaklah berdiri sendiri, tetapi terintegrasi dalam suatu
sistem. Kita harus melihatnya secara holistik, karena komponen ekosistem saling
berhubungan secara fungsional dalam suatu kesatuan.
Peran satwa dalam ekosistem
Sebagai salah satu komponen ekosistem, jenis-jenis satwaliar, sebagai individu
atau kelompok, mempunyai peran dalam menjaga keseimbangan proses di alam. Secara
umum, beberapa jenis satwaliar merupakan konsumen pertama dalam piramida makanan,
sedangkan beberapa jenis lainnya merupakan konsumen kedua, ketiga dan seterusnya.
Dengan demikian, kelangsungan kehidupan satwa akan tergantung satu sama lain; dan
penurunan populasi salah satu diantaranya akan berdampak negatif terhadap
kesinambungan jaring-jaring makanan dan menghambat kelancaran arus dan siklus
energi. Jelaslah terlihat bahwa ketiadaan salah satu jenis diantara satwa akan merupakan
pemicu masalah secara ekologis. Satwa herbivora (pemakan tumbuhan) merupakan
kontrol bagi perkembangan tumbuhan, satwa karnivora (pemakan daging/pemangsa)
merupakan pengendali perkembangan hewan mangsa. Demikian juga sebaliknya,
kelimpahan tumbuhan dapat mengontrol perkembangan hewan herbivora, dan hewan-
hewan mangsa dapat mengontrol perkembangan pemangsa.Saling kontrol inilah yang
membuat dinamika populasi dalam suatu komunitas berlangsung secara alami, sehingga
keseimbangan ekosistem tetap terjaga. Islam memberikan pandangan yang lugas bahwa
semua yang ada di bumi adalah merupakan karunia yang harus dipelihara agar semua
yang ada menjadi stabil dan terpelihara. Allah SWT telah memberikan karunia yang
besar kepada semua makhluk dengan menciptakan gunung, mengembangbiakkan segala
jenis binatang dan menurunkan partikel hujan dari langit agar segala tumbuhan dapat
berkembang dengan baik. FirmanNya:
ث فِيهَا ِم ْن ُك ِّل دَابَّ ٍة ۚ َوأَ ْنز َْلنَا ِمنَ ال َّس َما ِء َما ًء
َّ َد بِ ُك ْم َوبÀَ ض َر َوا ِس َي أَ ْن تَ ِمي
ِ ْت بِ َغي ِْر َع َم ٍد تَ َروْ نَهَا ۖ َوأَ ْلقَ ٰى فِي اأْل َر َ َخَ ل
َ ق ال َّس َم
ِ اوا
ٍ ْفَأ ْنبَ ْتنَا فِيهَا ِم ْن ُكلِّ زَ و
ج َك ِر ٍيم َ
“Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia meletakkan gunung
(di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu; dan Dia
memperkembang biakkan padanya segala macam jenis binatang. Dan Kami turunkan air
hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang
baik.” (QS. Luqman[31]:10)
Jenis dan status satwa
Di dalam UU No. 5 tahun 1990 dijelaskan bahwa satwa adalah semua jenis
sumberdaya alam hewani yang hidup di darat, dan atau di air, dan atau di udara;
sedangkan satwa liar adalah semua binatang yang hidup di darat, dan atau di air, dan atau
di udara yang masih mempunyai sifat-sifat liar, baik yang hidup bebas maupun yang
dipelihara oleh manusia. Jenis-jenis satwa yang hidup di berbagai tempat sangat
bervariasi; baik dalam hal ukuran, maupun dalam hal warna. Beberapa jenis sangat
mudah dilihat karena ukuran tubuhnya yang besar, tetapi beberapa sangat sulit terlihat
karena kecil atau sangat pemalu; dengan berbagai variasi warna. Berapa banyak jenis
yang pernah ada, atau jumlah jenis saat ini, perkiraannya sangat bervariasi karena masih
banyaknya hidupan yang belum berhasil diungkap; para ahli biologi bidang taksonomi
baru berhasil mempertelakan 1,4 juta spesies.
INTERAKSI TIMBAL BALIK SATWA DAN MASYARAKAT
Interaksi antara dua spesies secara garis besar dapat dibagi dalam dua bagian yaitu
interaksi positif dan negatif. Namun demikian secara teoritis ada juga yang disebut
dengan hubungan netral. Demikian juga interaksi antara manusia dan satwa, dapat terjadi
secara positif maupun negatif; walaupun interaksi secara negatiflah yang lebih sering
dikemukakan.
Hubungan manusia dan satwaliar
Ditinjau dari sudut pandang ekologi, interaksi manusia secara langsung dengan satwa
dapat berupa kompetisi dan pemangsaan.
Kompetisi
Secara teoritis kompetisi dapat bersifat kontes atau skrambel (scramble).
Dalam kompetisis, ada yang menang dan ada yang kalah; yang menang akan
bertahan dan menguasai sumberdaya, sedangkan yang kalah akan menyingkir
atau mati. Lain halnya dengan kompetisi secara skrambel: tidak menghasilkan
pemenang atau pengalah, tetapi sumberdaya dibagi bersama-sama. Pada
kenyataannya di alam, sangat susah membedakan yang mana kompetisi kontes
dan yang mana kompetisi skrambel; atau bahkan mungkin keduanya terjadi
secara bersamaan; atau kompetisi yang terjadi mungkin mempunyai sifat diantara
keduanya.
Pemangsaan
Secara alami manusia dapat dikategorikan sebagai pemangsa bagi satwa.
Pemangsaan oleh manusia tidak hanya terjadi karena manusia membutuhkan
satwa sebagai bahan makanan, tetapi juga karena manusia memanfaatkan satwa
untuk berbagai keperluan. Sejarah pemanfaatan satwa oleh manusia sudah terjadi
sejak zaman dulu, dan satwa telah mempunyai peranan yang sangat berarti bagi
manusia sebagai sumber protein hewani; manusia memakan daging rusa, kijang,
kancil, dll.
Akibat aktivitas manusia terhadap satwaliar
Perubahan keadaan lingkungan sangat tergantung pada aktivitas manusia,
demikian juga keberlanjutan dan derajat perubahannya. Manusia memang sudah tidak
tergantung sepenuhnya kepada alam liar karena telah berhasil mendomestikasi beberapa
jenis satwa untuk pemenuhan kebutuhan. Keberhasilan domestikasi ini telah
mengakibatkan perubahan paras bumi jauh berbeda dibanding sebelum terjadinya
revolusi industri. Keberhasilan ini semakin mengukuhkan dominansi manusia terhadap
satwa dan alam, yang mengakibatkan manusia semakin sombong karena merasa dapat
mengatur segala sesuatu. Sesuai keinginannya, manusia menentukan mana yang baik dan
tidak baik; mana yang harus hidup dan harus mati; mana yang harus mendapat perhatian
dan mana yang perlu disingkirkan.
Pengaruh perubahan lingkungan terhadap satwaliar
Pada perilaku; perubahan lingkungan dapat mengakibatkan hubunganantar
individu dan kelompok terganggu. Individu dan kelompok akan berupaya
menyesuaikan diri terhadap perubahan yang terjadi. Selanjutnya, keadaan seperti
ini akan berdampakterhadap perubahan struktur sosial
Pada faktor demografi, perubahan lingkungan dapat mengakibatkan migrasi dan
reproduksi musiman. Selanjutnya keadaan ini akan mengakibatkan penurunan
kemampuan reproduksi dan perubahan beberapa aspek lingkungan. Bila keadaan
seperti ini berlangsung dalam jangka panjang, maka satwaliar akan berusaha
untuk berekspansi mencari daerah baru.
Pada faktor genetik, perubahan lingkungan dapat mengakibatkan perubahan
struktur keturunan, dan dalam jangka waktu lama (waktu geologis atau evolusi)
akan menyebabkan spesiasi bila hewan dapat beradaptasi, atau mengakibatkan
kepunahan bila hewan tidak mampu beradaptasi.
Tindakan penyelamatan
pada permasalahan yang terjadi ataupun jenis satwa yang paling terancam
kepunahan. Namun demikian beberapa langkah tindakan yang dapat dilakukan
antara lain adalah:
Menghentikan penurunan luas dan kualitas habitat untuk mengurangi dampak
penyempitan habitat satwa, dan membiarkan satwa berkembang sebagai upaya
pemulihan populasi pada habitat yang masih tersisa. Selanjutnya, mengelola
habitat yang telah rusak atau yang akan rusak, dengan melakukan revegetasi atau
sejenisnya.
Menurunkan tingkat eksploitasi agar tidak mengganggu perkembangan alami
satwa.
Penangkaran jenis-jenis yang akan dimanfaatkan, atau kalau terpaksa terhadap
jenis-jenis yang hampir punah.
Menurunkan pemangsaan dan membasmi penyakit dengan menurunkan populasi
jenis-jenis pengganggu/penghambat perkembangan populasi.
Relokasi atau memindahkan satwa bila keadaan habitat asalnya sudah tidak
memungkinkan untuk dipertahankan. Relokasi harus mempertimbangkan
multifaktor secara terintegrasi agar keberhasilan dapat tercapai dan satwa yang
direlokasi tidak justru menjadi pengganggu keseimbangan ekologis di habitat
barunya.
2. ANCAMAN TERHADAP EKOSISTEM DAN KESEIMBANGAN ALAM
EKSPLOITASI
Sebagai dampak dari pengembangan, khususnya ekstensifikasi, pertanian dan
perkebunan untuk beragam komoditas seperti yang disebutkan di atas, wajah bentang
alam Indonesia, khususnya di Sumatera dan Kalimantan, telah berubah drastis, terutama
dalam tiga dekade terakhir (Forest Watch Indonesia, 2014). Konversi hutan untuk
mengembangkan beragam komoditas pertanian dan perkebunan telah menjadi praktik
yang tidak asing lagi. Karena lahan yang terbatas, hutan yang semestinya dijaga dan
dikelola untuk pemanfaatan berkelanjutan banyak yang terpaksa dikorbankan, baik secara
legal maupun illegal, oleh petani kecil maupun perusahaan besar. Praktik ini semakin
marak oleh meningkatnya permintaan dan harga,dan dukungan pemerintah terkait
peningkatan devisa dari sektor kehutanan, pertanian dan industri.
DAMPAK EKSPLOITASI
Dampak ekploitasi sumberdaya alam yang paling umum dirasakan manusia antara
lain adalah ‘bencana alam’ seperti tanah longsor, erosi, banjir, kebakaran hutan dan
lahan. Selain dapat mengakibatkan berbagai jenis bencana, dampak paling nyata dari
eksploitasi sumberdaya alam yang tidak mempertimbangkan aspek kelestarian adalah
hilangnya aneka ragam biota. Misalnya, ketika hutan dibuka untuk ekploitasi
pertambangan terbuka, beberapa jenis biota seperti satwa liar menjadi hilang atau
berkurang. Sementara itu, eksploitasi berupa pembalakan kayu dapat mengganggu
keseimbangan ekosistem hutan, khususnya jika tidak dilakukan dengan menerapkan
kaidah-kaidah pembalakan yang lestari dan berdampak rendah. Penebangan umumnya
dilakukan tidak selektif dan tidak mempedulikan jenis dan umur pohon ataupun
lokasinya. Padahal, pembalakan yang dilakukan secara hati-hati dan mempedulikan
kaidah-kaidah konservasi justru dapat membantu meningkatkan produktivitas hutan.
Pembalakan, seperti halnya perburuan, jika diterapkan dengan benar, sebenarnya dapat
menjadi salah satu cara untuk mengelola hutan. Penerapan kegiatan pembalakan dan
perburuan untuk pengelolaan hutan dan satwa secara lestari melibatkan pendekatan
pengelolaan adaptif yang didasari oleh kegiatan monitoring dan evaluasi yang sistematis,
diikuti dengan penyesuaian kegiatan pengelolaan. Dampak ekploitasi sumberdaya alam
yang dialami satwaliar dapat dikategorikan menjadi beberapa tingkat. Di tingkat spesies,
dapat terjadi kepunahan jenis atau anak jenis seperti yang telah terjadi pada harimau Bali
dan harimau Jawa. Proses kepunahan spesies atau subspesies umumnya tidak terjadi
secara serta merta, melainkan bertahap melalui kepunahan sub-sub populasi. Akibat
berbagai ekploitasi sumberdaya alam yang terjadi di Sumatera, khususnya di wilayah
dataran rendah tanah kering, gajah Sumatera kini telah mengalami kepunahan lokal di
lebih dari 20 lokasi/kantong habitat.
3. ISLAM DAN KESEIMBANGAN EKOSISTEM
Islam memandang perlu mempertahankan ekosistem, sehingga dalam khasanah
tradisi Islam Khalid (2002) mencatat ada tujuh contoh pembangunan konservasi
lingkungan (ekologi) dalam Islam:. Orang yang menggarap atau mengelola tanah
(ihya’al mawat) mempunyai hak untuk memilikinya.
Tanah hibah (iqta’) dapat dikuasai negara untuk kepentingan reklamasi dan
pembangunan.
Tanah juga dapat disewakan (ijarah) untuk pemanfaatannya oleh negara untuk
kepentingan reklamasidan pembangunan.
Kawasan konservasi (hima) yaitu suatu daerah cadangan khusus yang dapat
dibentuk oleh suatu masyarakat atau Negara.
Negara bisa menetapkan kawasan yang tidak bisa diganggu (al-harim) dimana
penggunaan sumberdaya di dalamnya terlarang atau dibatasi. Menurut hukum
syariat rakyat memiliki hak untuk menciptakan atau menetapakan kawasan seperti
itu, yang akan mereka kelola sendiri dimana penggunaannya benarbenar sangat
dibatasi. Sebagai tambahan, diizinkan pula untuk menetapkan kawasan terbatas
atau terlindungi seperti ini di tempat-tempat yang dekat dengan sumber-sumber
air dan kawasan-kawasan penggunaan lainnya seperti jalan raya dan tempat-
tempat peristirahatan umum.
Makkah dan Madinah dikenal sebagai dua kawasan lindung yang merupakan dua
kawasan suci (al-haramain) dimana pohon-pohon tidak boleh ditebang dan
binatang-binatang juga terlindungi dari gangguan di dalam batas-batas
wilayahnya. Keduanya merupakan contoh terbaik dari pelaksanaan kawasan
lindung.
Sumbangan wakaf (awqaf) dapat dibentuk dengan tujuan-tujuan konservasi yang
spesifik.
MEMAHAMI PRINSIP LINGKUNGAN DALAM PERSPEKTIF AL QUR’AN
Pakar lingkungan seperti Khalid dan Thani (2008) memberikan gambaran untuk
memahami perspektif al-Qur’an tentang lingkungan adalah dengan jalan mengidentifikasi
tema-tema Al Qur’an yang membahas tentang prinsip –prinsip sebagai berikut:
Tawhid – yaitu kesatuan (keesaan), alam dan penciptanya. Ciptaannya Allah
adalah pentingnya mendemostrasikan eksistensi keesaan Tuhan yang
terekspresikan pada semua ciptaan tersebut.
Khalq – Segala ciptaan Allah SWT yang membentuk lingkungan.
Mizan – pemahaman akan prinsip keseimbangan dan bagaimana sesungguhnya
bumi diciptakan adalah dalam keadaan stabil.
Ihsan – Memahami tujuan Allah SWT dalam penciptaan manusia member
pemahaman bahwa Allah SWT maha mengetahui atas apa yang diciptakanNya
Fasad – mengetahui kapasitas manusia dalam kemampuannya berperilaku
merusak, yang kemudian berujung pada kerusakan lingkungan.
Khalifah – memahami kewajiban kita sebagai penjaga amanah untuk merawat
lingkungan termasuk bagaimana kita memperlakukannya secara sadar.
ISLAM DAN TANGGUNGJAWAB KONSERVASI
Alam dan sekitarnya atau segala yang ada padanya merupakan makhluk Allah SWT yang
seluruh pengaturan serta pemeliharaannya diserahkan kepada manusia. Bahkan peralihan
waktu malam kepada siang dan siang kepada malam juga sangat berhubungan dengan
kepentingan manusia. Oleh sebab itu pada dasarnya fitrah alam berhajat sangat kepada
perlindungan manusia dan Islam yang terkandung di dalamnya seperangkat ajaran
mengenalkan beberapa langkah progresif tentang perlindungan alam (Konservasi) dan
pemeliharaannya dapat dilihat antara lain: Memperbaiki Pandangan Umum dan
Kedudukan Konservasi dalam Syari’at.
KONSERVASI ALAM DENGAN PENDEKATAN ISLAM
Beberapa kawasan koservasi alam di Indonesia didirikan sejak zaman kolonial
Belanda, namun tantangan dalam melestarikan kawasan tersebut tidak mudah. Oleh
karena itu pelestarian hutan dan alam Indonesia masih memerlukan gagasan inovatif
dalam upaya mencari konteks yang tepat agar kawasan konservasi tetap lestari dan
berkelanjutan.Islam memiliki tradisi al Harim dan al Hima, sebagai salah satu yang
tercatat mampu berkontribusi untuk pelestarian lingkungan. Beberapa hima di Timur
Tengah dimasukkan sebagai kawasan Important Bird Area (IBA), disebabkan kawasan
tersebut menjadi tempat populasi burung yang tidak diganggu selama ber abad-abad
(Kilani et al, 2007). Hima telah berkembang di Timur Tengah sejak 1500 tahun silam dan
mampu bertahan hingga sekarang.Hima dianggap oleh para ahli lingkungan sebagai
kerangka yang unik karena berbasis pada kepemimpinan masyarakat dan dirawat oleh
masyarakat setempat.
HAK HAK ASASI SATWA DALAM ISLAM
Pertama; Bagaimanapun, hewan adalah makhluk hidup yang dapat merasakan sakit dan
perih. Hewan memiliki kebutuhan, keperluan, dan hajat hidup yang harus dipenuhi. Maka
tidak selayaknya bagi siapa pun untuk mengurangi atau pun menghalang-halangi
pemenuhan kebutuhan-kebutuhan itu.
Kedua; hewan harus tetap dipandang sebagai aset kekayaan umat manusia, serta salah
satu ‘produksi’ alam atau lingkungan yang penting. Terutama dari berbagai jenis hewan
yang jinak dan perlu dilindungi. Jadi, seandainya jenis-jenis hewan tersebut punah,
berarti punah pula sebagian dari aset kekayaan manusia. Dan itu termasuk hal yang
dilarang Allah SWT.
PERBURUAN DARI PERSPEKTIF ISLAM
Perburuan yang dibolehkan adalah perburuan untuk tujuan yang sah dan halal
sesuai tuntunan agama. Islam hanya membenarkan perburuan untuk mendapatkan
makanan, bukan memburu karena kesenangan dan bertujuan untuk mendapatkan
keuntungan semata. Hal ini karena, Islam tidak membenarkan hewan dibunuh atau
disiksa atau diusir dari daerah huniannya. Dalam peristiwa yang lain, Rasulullah s.a.w
bercerita bahwa seekor semut telah menggigit seorang Nabi s.a.w. Kemudian Nabi s.a.w
tersebut telah memerintahkansupaya dibakar sarang semut itu. Lalu terbakarlah sang
semut bersama sekalian semut di dalamnya. Maka Allah SWT mewahyukan: “Adakah
hanya karena seekor semut yang menggigitmu lalu engkau memusnahkan suatu umat
yang sentiasa bertasbih kepada Tuhannya?” (HR. al-Bukhari & Muslim).
1. Pengertian
kloning adalah kegiatan dalam upaya memproduksi atau menggandakana dari sejumlah
individu, sehingga hasilnya dilihat secara genetik sam persis (identik) yang berasal dari induk yang
sama, dengan susunan yang sama (jumlah dan gen). Sedangkan klon dapat diartikan sebagai sejumlah
organisme hewan atau dalam bentuk tumbuhan yang terbentuk dari hasil reproduksi aseksual yang
berasal dari induk yang sama.
2. Dasar Hukum
Al-Qur’an
QS. al-Jatsiyah [45]: 13
"Dan Dia menundukkan untuk kamu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi
semuanya (sebagai rahmat) dariNya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir” (QS. al-Jatsiyah [45]:
13)
Dan Kami telah memuliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di
lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik, dan Kami lebihkan mereka dengan
kelebihan yang sempurna atas makhluk yang telah Kami ciptakan” (QS. al-Isra’ [17]:
70).
“... apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah yang dapat menciptakan
seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka.
Katakanlah, ‘Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dialah Tuhan Yang Mahaesa
lagi Mahaperkasa’” (QS. al-Ra’d [13]: 16).
Kaidah fiqih
“Menghindarkan kerusakan (halhal negatif) diutamakan dari pada mendatangkan
kemaslahatan.”
3. Macam –macam kloning
Kloning pada tumbuhan
Kloning pada tumbuhan yaitu mencangkok atau menstek tanaman untuk mendapatkan
tanaman yang memiliki sifat persis sama dengan induknya.
Kloning pada hewan
Kloning pada hewan pertama kali dicoba pada tahun 1950-an pada hewan katak, tikus,
kera dan bison juga pada domba, dan dalam kelanjutannya proses yang berhasil
hanyalah percobaan Kloning pada domba. Awal mula proses pengkloningan domba
adalah dengan mengambil inti sel dari tubuh domba, yaitu dari payudara atau
ambingnya lalu sifat khusus yang berhubungan dengan fungsi ambing ini dihilangkan,
kemudian inti sel tersebut dimasukkan kedalam lapisan sel telur domba, setelah inti
selnya dibuang kemudian ditanamkan kedalan rahim domba agar memperbanyak diri,
berkembang berubah menjadi janin dan akhirnya di hasilkan bayi domba. Pada
akhirnya domba ini mempunyai kode genetic yang sama dengan domba pertama yang
menjadi sumber pengambilan sel ambing.
Kloning pada embrio
Kloning embrio tejadi pada sel embrio yang berasal dari rahim istri yang terbentuk
dari pertemuan antara sel sperma suaminya dengan sel telurnya lalu sel embrio itu
dibagi dengan satu teknik perbanyakan menjadi beberapa sel embrio yang berpotensi
untuk membelah dan berkembang. Kemud¬ian sel-sel embrio itu dipisahkan agar
masing-masing menjadi embrio tersendiri yang persis sama dengan sel embrio
pertama yang menjadi sumber pengambilan sel. Selanjutnya sel-sel embrio itu dapat
ditanamkan dalam rahim perempuan asing (bukan isteri), atau dalam rahim isteri
kedua dari suami bagi isteri pertama pemilik sel telur yang telah dibuahi tadi. Yang
selanjutnya akan menghasilkan lebih dari satu sel embrio yang sama dengan embrio
yang sudah ada. Lalu akan terlahir anak kembar yang terjadi melalui proses Kloning
embrio ini dengan kode genetik yang sama dengan embrio pertama yang menjadi
sumber Kloning.
Kloning pada manusia
Kloning pada manusia terdapat dua cara. Petama, Kloning manusia dapat berlangsung
dengan adanya laki-laki dan perempuan dalam prosesnya. Proses ini dilaksanakan
dengan mengambil sel dari tubuh laki-laki, lalu inti selnya diambil dan kemudian
digabungkan dengan sel telur perempuan yang telah dibuang inti selnya. Sel telur ini –
setelah bergabung dengan inti sel tubuh laki-laki– lalu ditransfer ke dalam rahim
seorang perempuan agar dapat memeperbanyak diri, berkembang, berubah menjadi
janin, dan akhirnya dila¬hirkan sebagai bayi. Bayi ini merupakan keturunan dengan
kode genetik yang sama dengan laki-laki yang menjadi sumber pengambilan sel tubuh.
4. Dampak Kloning
Dampak positif :
1. Menumbuhkan individu baru yang bebas penyakit keturunan seperti diabetes,
leukemia, parkinson dan obesitas.
2. Pengklonaan sel cloning dapat menghasillkan sel, jaringan, atau organ yang sesuai
untuk pengobatan beberapa penyakit yang disebabkan oleh kegagalan atau kerusakan
fungsi suatu organ.
3. pengkloningan akan sangat bermanfaat dilakukan pada hewan ternak untuk
memenuhi kebutuhan pangan. Misalnya pengkloningan kembar pada sapi untuk
menghasilkan keturunan yang lebih banyak selama satu periode kelahiran dengan tujuan
untuk meningkatkan produksi protein asal daging sapi.
4. alternatif untuk melestarikan hewan langka, sehingga keberadaan hewan-hewan
langka terus bisa dilestarikan.
Dampak negatif :
1. Dapat disalahgunakan untuk menciptakan spesies atau ras baru dengan tujuan
tertentu yang bertentangan dengan nilai kemanusiaan.
2. kloning pada hewan belum sepenuhnya sempurna, contohnya domba Dolly
ternyata menderita berbagai penyakit yang akhirnya memaksa para ilmuwan untuk
melakukan eutanasi.
3. Terjadi kekacauan kekerabatan dan identitas diri dari hasil kloning maupun
induknya.
4. Individu hasil cloning tidak akan mendapatkan imunitas bawaan, sehingga
individu hasil cloning tersebut akan mudah terserang penyakit karna tidak mendapatkan
imunitas bawaan sebagai pertahanan pertama terhadap infeks penyakit.
5. Berkurangnya keaneka ragaman suatu spesies, karena individu yang dihasilkan
dari proses pengkloningan sama persis dengan DNA maupun sifat dan fisik induknya.
6. Individu hasil kloning sel-selnya diperoleh dari induknya. Ini berarti umur sel-sel
hasil kloning pun sama dengan umur sel-sel induknya. Oleh karena itu, individu hasil
kloning pun akan memiliki umur sama dengan induknya.
5. Ketentuan kloning
Kloning terhadap manusia dengan cara bagaimana pun yang berakibat pada
pelipatgandaan manusia hukumnya adalah haram.
Kloning terhadap tumbuh-tumbuhan dan hewan hukumnya boleh (mubah) sepanjang
dilakukan demi kemaslahatan dan/atau untuk menghindar-kan kemudaratan (hal-hal
negatif).
Mewajibkan kepada semua pihak terkait untuk tidak melakukan atau mengizinkan
eksperimen atau praktek kloning terhadap manusia.
Mewajibkan kepada semua pihak, terutama para ulama, untuk 608 senantiasa
mengikuti perkembangan teknologi kloning, meneliti peristilahan dan
permasalahannya, serta menyelenggarakan kajian-kajian ilmiah untuk menjelaskan
hukumnya.
Mewajibkan kepada semua pihak, terutama ulama dan umara, untuk mendorong
pembentukan (pendirian) dan mendukung institusi-institusi ilmiah yang
menyelenggarakan penelitian di bidang biologi dan teknik rekayasa genetika pada
selain bidang kloning manusia yang sesuai dengan prinsip-prinsip syari’ah.
Mewajibkan kepada semua pihak, terutama ulama dan umara, untuk segera
merumuskan kriteria dan kode etik penelitian dan eksperiman di bidang biologi untuk
dijadikan pedoman oleh pihak-pihak yang memerlukan.
6. Gambar dan video kloning
https://youtu.be/q0B9Bn1WW_4
Pengaplikasian pada pembelajaran
Peta Konsep
Resume :
Berkaitan dengan permasalahan tentang makanan dan minuman, khususnya makanan dan
minuman yang mengandung zat berbahaya, maka komisi fatwa Majelis Ulama setelah
menimbang dan memperhatikan dari 77 berbagai sudut pandang, bahwasanya makanan dan
minuman yang mengandung zat berbahaya adalah makanan dan minuman siap saji yang bahan
makanannya mengandung BTM (Bahan Tambahan Makanan) berbahaya. Maka Majelis Ulama
Indonesia memfatwakan tentang keharuman makanan dan minuman dalam keputusan fatwa
Majelis Ulama Indonesia Propinsi Jawa Tengah No : 01/MUSDA VII/MUI-JATENG/II/2006 tentang
makanan dan minuman yang mengandung zat berbahaya dengan :
Formalin
Formalin adalah formaldehida (30-40%) dalam air yang merupakan anggota yang paling
sederhana dengan rumus sederhana HCHO. Formalin merupakan anti septic untuk
membunuh bakteri kapang yang biasanya digunakan untuk mencuci hama dan peralatan
kedokteran atau mengawetan mayat dan specimen biologi lainnya. Namun formalin
sering disalahgunakan untuk mengawetkan mie basah, bakso, kerupuk, ayam potong,
ikan, dan lain-lain.
Boraks
Boraks merupakan senyawa kimia dengan warna natrium hidroksida dan asam borat.
Boraks biasanya digunakan oleh industri farmasi sebagai ramuan obat seperti, salep,
bedak, larutan kompres, obat oles mulut, dan obat pencuci mata. Secara lokal, boraks
dikenal dengan blen (berbentuk larutan atau padatan kristal). Boraks banyak
disalahgunakan untuk pembuatan mie basah, lontong, bakso, krupuk dan krupuk
gendar.
Bahan pewarna rhodamin B untuk merah dan metanil yellow untuk kuning Rhodamin B
dan metanil yellow merupakan zat pewarna sintesis yang dilarang untuk produk
makanan karena dalam bahan tersebut mengandung residu logam berat yang sangat
membahayakan bagi kesehatan.
Dasar Hukum
QS. An-Nahl : 114
َفَ ُكلُوْ ا ِم َّما َر َزقَ ُك ُم هّٰللا ُ َح ٰلاًل طَيِّب ًۖا وَّا ْش ُكرُوْ ا نِ ْع َمتَ هّٰللا ِ اِ ْن ُك ْنتُ ْم اِيَّاهُ تَ ْ وْ ن
ُ
د ُ ب ع
"Maka makanlah yang halal lagi baik dari rizki yang telah Allah berikan kepadamu, dan
syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya menyembah". (QS. An-Nahl : 114)
Hadits Nabi SAW tentang dilarang membahayakan diri sendiri maupun orang lain yang
diriwayatkan oleh Imam Para Quthi dan Ibnu Majah dari sahabat Ibnu Abbas r.a dan
Ubadah bin Shamith yang artinya :Diriwayatkan dari sahabat Ibnu Abbas dan Ubadah
bin Shamith, dari Nabi SAW : "Tidak boleh membahayakan diri sendiridan tidak boleh
(pula) membahayakan orang lain. (H.R. Ahmad dan Al-Daraquthi)
Cara mengatasi
Pada dasarnya formalin, Boraks, Rhodaminin B dan Metanil yellow adalah netral dan
Mubah apabila digunakan sebagaimana mestinya. Apabila bahan-bahan tersebut
disalahgunakan untuk mencampur makanan dan minuman maka hukumnya adalah haram.
Memproduksi dan memperdagangkan makanan dan minuman yang menggunakan
bahan tambahan yang mengandung zat berbahaya bagi kesehatan seperti formalin, boraks,
rhodamin B dan metanil yellow merupakan perbuatan tercela dan haram.
Rekomendasi
Pemerintah dan aparat penegak hukum hendaknya menindak tegas produsen dan pedagang
yang memproduksi dan mengedarkan makanan dan minuman yang mengandung BTM (Bahan
Tambahan Makanan) berbahaya. Pemerintah hendaknya mengatur tataniaga bahan/zat kimia
untuk tambahan makanan dan minuman.
Produsen dan pedagang hendaknya menyadari bahwa tindakan mencampur BTM berbahaya
dalam makanan dan minuman itu dilarang agama dan melanggar peraturan 83 pemerintah
terutama Peraturan Menteri Kesehatan No. 722/1988 tentang bahan makanan tambahan.
Kepada BB-POM dan lembaga perlindungan konsumen hendaknya selalu mengadakan
pengawasan dan menindaklanjuti aduan masyarakat tentang adanya makanan dan minuman
yang mengandung zat berbahaya.
Masyarakat luas harus berhati-hati dalam memilih makanan dan minuman yang akan
dikonsumsi agar terhindar dari makanan dan minuman yang mengandung zat yang berbahaya.
Gambar dan video
https://youtu.be/9bbZs5GaPMI
Pengaplikasian pada pembelajaran
Peta Konsep
اض ِّم ْن ُك ْم ۗ َواَل تَ ْقتُلُ ْٓوا اَ ْنفُ َس ُك ْم ۗ اِ َّن هّٰللا َ َكانَ بِ ُك ْم َر ِح ْي ًما َ ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا اَل تَأْ ُكلُ ْٓوا اَ ْم َوالَ ُك ْم بَ ْينَ ُك ْم بِ ْالبَا ِط ِل آِاَّل اَ ْن تَ ُكوْ نَ تِ َج
ٍ ارةً ع َْن تَ َر
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan hartasesamamu dengan
jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengansuka sama-suka di
antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu.” b) Transplantasi yang didasari pada kedaruratan (Al-an’am ayat
119)
ِه ْم بِ َغي ِْر ِع ْل ٍمÀِضلُّوْ نَ بِا َ ْه َو ۤا ِٕٕى َّ ََو َما لَ ُك ْم اَاَّل تَأْ ُكلُوْ ا ِم َّما ُذ ِك َر ا ْس ُم هّٰللا ِ َعلَ ْي ِه َوقَ ْد ف
ِ ُص َل لَ ُك ْم َّما َح َّر َم َعلَ ْي ُك ْم اِاَّل َما اضْ طُ ِررْ تُ ْم اِلَ ْي ِه ۗ َواِ َّن َكثِيرًا لَّي
َۗاِ َّن َربَّكَ هُ َو اَ ْعلَ ُم بِ ْال ُم ْعتَ ِد ْين
“
Mengapa kamu tidak mau memakan (binatang-binatang yang halal) yang disebut nama
Allah ketika menyembelihnya, padahal sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada
kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya.
Dan sesungguhnya kebanyakan (dari manusia) benar benar hendak menyesatkan (orang
lain) dengan hawa nafsu mereka tanpa pengetahuan. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah
yang lebih mengetahui orang-orang yang melampaui bata
Peta Konsep
Tranfusi darah
Syarat dan rukun jual beli Hukum jual beli darah Hubungan antara
donor dan resipien
A. Jual Beli
Jual beli menurut pengertian terminologi artinya menukar barang dengan barang atau
barang dengan uang dengan jalan melepaskan hak milik dari yang satu kepada yang lain atas
dasar saling merelakan.17 Jual beli menurut syara’ ialah tukar menukar dengan harta atas dasar
kerelaan bersama atau pemindahan milik dengan imbalan berdasarkan cara yang diizinkan .18
Menjual menurut istilah bahasa artinya memberikan sesuatu karena ada pemberian (imbalan
yang tertentu). Menurut istilah ahli fiqh artinya pemberian harta karena menerima harta dengan
ikrar penyerahan dan jawab penerimaan (ijab-qabul) dengan cara yang diizinkan. 19 Di dalam
hukum ekonomi syari’ah terdapat jual beli itu adalah pertukaran harta atas dasar saling rela, atau
memindahkan hak milik dengan ganti yang dapat di benarkan. Karen jual beli merupakan
kebutuhan doruri dalam kehidupan manusia, artinya manusi tidak dapat hidup tanpa kegiatan jual
beli, maka islam menetapkan kebolehannya sebagaimana dinyatakan dalam banyak keterangan
al-Quran dan Hadis Nabi.
َ ت فَ ۡاذ ُکرُوا ہّٰللا َ ِع ۡن َد ۡال َم ۡش َع ِر ۡال َح َر ِام ۪ َو ۡاذ ُکر ُۡوہُ َک َما ۡ َضاًل ِّم ۡن َّربِّ ُکمۡ ؕ فَا ِ َذ ۤا اَف
ٍ ضتُمۡ ِّم ۡن َع َر ٰف ۡ َس َعلَ ۡی ُکمۡ ُجنَا ٌح اَ ۡن ت َۡبتَ ُغ ۡوا ف
َ ۡی
َہَ ٰدى ُکمۡ ۚ َو ِا ۡن ُک ۡنتُمۡ ِّم ۡن قَ ۡبلِ ٖہ لَ ِمنَ الضَّٓالِّ ۡین
Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (Rezeki hasil perniagaan) dari Tuhanmu. Maka
apabila kamu telah bertolak dari Arafat, berdzikirlah kepada Allah di Masy’srilharam. Dan
berdzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukan-Nyakepadamu; dan
sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang yang sesat. (Al-Baqarah: 198).
https://youtu.be/3BwgAlr4nOQ