Anda di halaman 1dari 4

Nama : Sultan Aditya Fairuzzan

Nim : 1904104010100
Technnopreunership

1. Daniel Ek

Daniel Ek dikenal sebagai co-founder dan CEO dari


layanan streaming musik Spotify.
Ia lahir pada 21 Februari 1983 di Stockholm,
Swedia.
Mengutip dari TribunJakarta.com Daniel Ek adalah
pendiri dan CEO layanan streaming musik populer
Spotify kini menjadi miliarder dan meraih
kesuksesan.
Spotify sendiri adalah layanan streaming musik
digital, podcast, dan video yang memberikan
fasilitas kepada penggunanya untuk mengakses jutaan lagu dan konten lain dari artis di
seluruh dunia.
Pada dasarnya, fungsi dasar Spotify serupa dengan pemutar musik tidak berbayar lainnya,
tapi pengguna bisa meningkatkan aplikasi tersebut ke Spotify Premuim.
Kesuksesan Daniel Ek bukan diraihnya secara sekejap mata, Daniel Ek sudah tidak asing
dengan menghasilkan uang sejak usia dini.
Bahkan dilansir dari cbnc.com, Daniel meninggalkan kuliahnya setelah hanya delapan
minggu belajar.
Pada usia 14 tahun, pria asal Swedia ini telah mempelajari dan bahkan membuat situs web
untuk perusahaan.
Sering kali Daniel Ek bekerja di lab komputer sekolah menengahnya atau di rumah, pinggiran
kota Stockholm.
Ek mengatakan bahwa dia mulai merancang halaman situs web untuk teman-teman dan
perusahaan tertentu Dia mematok biaya hingga Rp 68 juta dan dapat menghasilkan hingga Rp
688 juta per bulan.
Ek melakukan semua ini tanpa sepengetahuan orang tuanya, hingga ibunya menyadari video
gim dan gitar-gitar mahal, termasuk Fok Stratocaster 1957 asli yang dimiliki putranya itu.
Pada usia 18 tahun, Ek kemudian mempekerjakan programmer dan mengelola tim yang
terdiri dari 25 orang.
Otoritas pajak Swedia segera menyadari bahwa bisnis Ek harus membayar sejumlah uang
pajak.
Pada tahun 2002, selepas Ek lulus dari sekolah menengah atas ia menghentikan bisnisnya dan
berhasil masuk kuliah di Royal Institute of Technology.
Namun delapan minggu kemudian dia memutuskan untuk keluar dan segera menemukan
pekerjaan dengan beberapa perusahaan teknologi, termasuk situs e-commerce Swedia
bernama Tradera yang kemudian dijual ke eBay.
Ek akhirnya mendirikan perusahaan pemasaran online miliknya sendiri, bernama Advertigo.
Advertigo kemudian dijualnya kepada perusahaan pemasaran digital Swedia, TradeDoubler
pada tahun 2006 dengan harga sekitar Rp 17 miliar.
Usianya baru 23, Ek kemudian memilih 'pensiun' berbisnis dan membeli Ferrari merah dan
apartemen mewah di tengah Stockholm.
Dia terjebak kehidupan glamor hingga akhirnya sadar gaya hidup itu menekannya.

Kesadaran itu membawa Ek ke proyek besar berikutnya, pada 2006 dia bekerja sama dengan
Martin Lorentzon, pendiri TradeDoubler, dan membuat Spotify.
Layanan streaming ini secara resmi diluncurkan ke pengguna di Eropa pada Oktober 2008
dan sekarang menuai kesuksesan besar dari banyaknya pengguna berbagai belahan dunia.
Diberitakan Tribunewswiki.com Penggunaan nama Spotify merupakan gabungan dari dua
kata yakni Spot dan Identify.
Selang dua tahun, tepatnya pada 7 Oktober 2008, barulah Spotify mulai diresmikan dengan
menyediakan akun gratis terlebih dahulu.
Di tahun yang sama, mereka mulai menggandeng label-label musik besar untuk kerja sama
lisensi.
Dari Swedia, Spotify memulai layanannya di Inggris pada Februari 2009.
Hal pertama yang dilakukan adalah dengan membuka pendaftaran gratis dan keadaan ini
langsung membuat Spotify semakin melonjak, apalagi setelah
adanya perilisan layanan seluler.

2. Steven Wongsoredjo

Terlahir dalam keluarga yang berada, memberikan


kesempatan kepada Steven untuk mengenyam pendidikan
tinggi di luar negeri. Meski tak harus bersusah payah, ia
tak pernah bermain-main dengan dunia pendidikan.
Sebelum memutuskan study ke luar negeri, Steven sudah
mengambil diploma untuk jurusan Bisnis dan Computer
Information System atau CIS.

Setelah rampung, ia pun melanjutkan pendidikannya ke


Johns Hopkins University dan lulus sebagai Bachelor of Science dalam bisnis ekonomi. Tak
puas sampai di situ, Steven kembali membekali diri dengan mengambil S2 di Columbia
University. Ia pun berhasil mendapatkan gelar Master of Science dalam bisnis negoisasi.

Setelah merampungkan S2-nya, steven wongsoredjo kembali ke tanah air dan membantu
bisnis orang tua. Namun, dalam hati ia tetap menolak dan ingin sukses dengan hasil jerih
payahnya sendiri. Oleh karena itu, Steven memutuskan untuk keluar dan membangun bisnis
kecil-kecilan.

Ia berusaha untuk melihat peluang dari dunia start-up Indonesia yang memang sedang


berkembang pesat. Berbekal latar belakang pendidikan yang mumpuni, pada bulan Agustus
2016 Steven resmi mendirikan Nusantara Technology. Di sinilah awal mula bisnis Steven
mulai tumbuh dan berkembang.

Salah satu start-up Steven yang booming akhir-akhir ini adalah Yukepo. Yukepo merupakan
sebuah situs online yang berisikan konten tentang lifestyle atau gaya hidup. Uniknya, konten
di dalam situs ini adalah buah karya tim Nusantara Technology sendiri, bukan asal meng-
copy dari situs-situs media lain.

Dengan sasaran utama para wanita, Yukepo berhasil melejit hingga mulai memberikan pundi-
pundi rupiah. Sukses di Jakarta, Steven mendirikan cabang di Yogyakarta yang kini menjadi
tempat editorial konten untuk situs Yukepo. Sementara kantor di Jakarta, ia fokuskan untuk
pengembangan produk dari Nusantara Tech.

Berusaha mengembangkan sayap bisnisnya, Steven berhasil mengakuisisi situs Keepo milik
Micahel Rendy yang berada di Surabaya. Sedikit berbeda dengan Yukepo, peminat Keepo
lebih berimbang. Sebab, Keepo sendiri merupakan sebuah situs online yang berisikan tentang
entertainment, news, maupun tren-tren yang sedang viral.

Sukses dengan bisnis konten di media online, steven wongsoredjo mulai merambah dunia
Software as a Service atau SaaS. Salah satu layanannya yang sudah resmi diluncurkan adalah
PlayingViral. Platform ini menggunakan basis Artificial Intelligence atau AI yang
memberikan kesempatan kepada pengguna untuk menciptakan konten marketing yang
interaktif.
Platform ini pun sukses di pasaran, terbukti dengan adanya pengguna aktif dari dua
perusahaan besar, yaitu Singapore Airlines dan Garuda Indonesia. Masih belum cukup
memukau? Cobalah untuk membuka platform Super App. Aplikasi ini merupakan wadah atau
agen bagi produk-produk UKM dengan sistem bagi hasil.

Melihat perkembangan bisnis start-up steven wongsoredjo yang terus menunjukkan


peningkatan memang patut diacungi jempol. Dari fakta-fakta tersebut seolah kembali
menegaskan bahwa pemuda berhak untuk sukses secepat mungkin. Sebab, kesuksesan bukan
tentang usia melainkan hasil karya

Anda mungkin juga menyukai